• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organization Organization

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Organization Organization"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Situation Report - 7

INDONESIA Situation Report 19

 

Gambar 1: Layanan vaksinasi untuk populasi sasaran yang memenuhi syarat di Asrama Haji, Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 26 Juni 2021. Kredit: WHO/Yurniati

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

World Health

Organization

 

 

 Indonesia

 

30 Juli 2021

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Ikhtisar Kegiatan - 14

World Health

 

Organization

 

 Indonesia

 

(2)

 Per 30 Juli, Pemerintah Indonesia melaporkan 3 372 374 kasus terkonfirmasi COVID-19 (41 168 kasus baru), 92 311 kematian (1759 kematian baru), dan 2 730 720 kasus sembuh dari 510 kabupaten/kota di ke-34 provinsi1.

 

1 https://covid19.go.id/peta‐sebaran‐covid19 

SURVEILANS

Gambar 2: Penyebaran jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia di semua provinsi yang dilaporkan antara tanggal 24 dan 30 Juli 2021. Sumber data

Gambar 3: Jumlah kasus per hari dan jumlah kumulatif kasus yang dilaporkan di Indonesia per tanggal 30 Juli 2021. Sumber data

Penafian: Jumlah kasus yang dilaporkan per hari oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bukanlah jumlah orang yang terinfeksi COVID-19 pada hari tersebut; pelaporan hasil tes yang dikonfirmasi oleh laboratorium mungkin membutuhkan waktu hingga satu minggu sejak tes dilakukan. Karena itu, angka dan kurva epidemiologi ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati untuk analisis lebih lanjut.

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

2‐Mar 21‐Mar 9‐Apr 28‐Apr 17‐Mei 5‐Jun 24‐Jun 13‐Jul 1‐Agu 20‐Agu 8‐Sep 27‐Sep 16‐Okt 4‐Nov 23‐Nov 12‐Des 31‐Des 19‐Jan 7‐Feb 26‐Feb 17‐Mar 5‐Apr 24‐Apr 13‐Mei 1‐Jun 20‐Jun 9‐Jul 28‐Jul

Angk a K u mula tif jumlah P er Hari Jumlah kasus konfirmasi COVID‐19 per hari Jumlah kumulatif kasus konfirmasi COVID‐19

(3)

 WHO baru saja menerbitkan poster untuk tenaga kesehatan dan petugas lain mengenai kepatuhan pada langkah keamanan dan mitigasi penanganan oksigen medis. Poster-poster ini mencakup panduan tentang keamanan tabung oksigen medis, keamanan sistem pipa gas medis, dan langkah-langkah mitigasi risiko kebakaran oksigen medis.

 Pada 24 Juli, WHO melakukan pertemuan teknis dengan mengundang 60 peserta dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jejaring laboratorium surveilans genom, dan mitra-mitra terkait. Tujuannya adalah untuk memperkuat koordinasi di antara para pemangku kepentingan terkait, memperkuat sistem surveilans genom nasional, dan meningkatkan prosedur surveilans dan kegiatan pengurutan genom nasional untuk memantau varian-varian SARS-CoV-2. WHO mempresentasikan draf panduan surveilans genom untuk mendorong terbentuknya surveilans genom yang berkualitas, tepat waktu, dan berkelanjutan. Draf ini juga mencakup metode-metode pelaksanaan karakterisasi genom dengan mengombinasikan data epidemiologis dan data laboratorium.

KEGIATAN KESEHATAN

(4)

 Pada tanggal 25 Juni, WHO membantu perencanaan vaksinasi di Rumah Sakit Umum Dharma Ibu di Ternate, Maluku Utara, dan mendukung agar pemantauan sesuai dengan panduan nasional. Sebanyak 80 petugas pelayanan publik termasuk guru dan staf pendukung sekolah telah divaksinasi dalam sebuah sesi vaksinasi yang diadakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate.

 

VAKSINASI

Gambar 5: Petugas pelayanan publik esensial mengikuti vaksinasi yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Ternate, Maluku Utara, pada tanggal 25 Juni 2021. Kredit: WHO/Hermansyah

(5)

 Pada tanggal 26 Juni, WHO mendukung vaksinasi di Bandung Raya, Jawa Barat, yang diadakan oleh Kepolisian Resor Kota Besar Bandung, serta di Asrama Haji di Makassar, Sulawesi Selatan, yang diadakan oleh Dinkes Kota Makassar, Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, serta Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Nasional Republik Indonesia (POLRI). Lebih dari 200 orang (warga lanjut usia di atas 60 tahun serta orang berusia 18 tahun ke atas) di Bandung Raya dan 2000 orang yang memenuhi syarat dari populasi-populasi sasaran (petugas pelayanan publik esensial dan orang berusia 18 tahun dan lebih termasuk orang berusia 60 tahun dan lebih) di Makassar telah divaksinasi. WHO membantu Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinkes Kota Makassar dalam memantau pelaksanaan vaksinasi agar sesuai dengan panduan nasional. Berikutnya, sesi evaluasi diadakan bersama para tenaga kesehatan untuk membahas temuan-temuan dari pengamatan selama layanan vaksinasi dijalankan, seperti observasi pasca-vaksinasi dan observasi kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI).

 WHO terus menerjemahkan kursus-kursus penting yang dirancang bagi para mitra utama dan petugas respons garis depan ke dalam bahasa Indonesia, yang juga

KOMUNIKASI RISIKO

Gambar 6: Warga lanjut usia mengikuti vaksinasi dalam kampanye vaksinasi massal yang diadakan oleh Kepolisian Resor Kota Besar Bandung. Kredit: WHO/Wildan Mochamad Ridho 

(6)

tersedia di platform OpenWHO. Hingga 20 Juli, 31 055 peserta telah mengikuti kedelapan kursus berbahasa Indonesia WHO berikut.

No. Kursus OpenWHO Jumlah peserta

yang terdaftar 1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Virus COVID-19 8427

2. ePROTECT Infeksi Pernafasan 6720

3. Pelatihan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga

kesehatan 4654

4.

COVID-19: Pedoman Rencana Operasional dan COVID-19 Platform Mitra untuk mendukung

kesiapsiagaan dan respons Nasional 3843

5.

Penyakit infeksi emerging akibat virus, termasuk COVID-19: metode deteksi, pencegahan, respons

dan pengendalian 3534

6. Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berat 1330

7. Rancangan Fasilitas Pengobatan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) Berat 1288

8. Fasilitas perawatan jangka panjang dalam konteks

COVID-19 1259

Tabel 1: Jumlah peserta yang terdaftar di kursus-kursus OpenWHO yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, per 20 Juli 2021. 

Gambar 7: Infografik WHO tentang 5 Langkah untuk merawat pasien COVID-19 di rumah: Untuk masyarakat, Juli 2021. 

(7)

 Pada tanggal 17 Juni, WHO turut serta dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Kemenkes mengenai penilaian pintu masuk negara untuk mempersiapkan pembukaan kembali pariwisata Bali. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan petugas pintu masuk negara dari Bali. Pertemuan ini menekankan bahwa langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial (LKMS) untuk menekan transmisi COVID-19 harus diberlakukan dengan ketat sebelum provinsi ini dapat dibuka kembali untuk pariwisata. Pertemuan ini menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk i) meningkatkan mekanisme pemantauan indikator-indikator LKMS; ii) meningkatkan dan mempercepat pelacakan kontak, tes, dan vaksinasi; dan iii) mewajibkan pelaku perjalanan internasional untuk divaksinasi terlebih dahulu sebelum berangkat ke Indonesia sesuai peraturan nasional yang berlaku saat ini. Pelaku perjalanan internasional akan diwajibkan memiliki hasil negatif tes reaksi berantai polimerase (PCR) yang dikeluarkan dalam waktu maksimal 3 x 24 jam sebelum keberangkatan, Kartu Kewaspadaan Kesehatan elektronik (eHAC) yang sudah diisi, dan wajib menjalani karantina lima hari saat tiba.

PENILAIAN RISIKO DAN KEBUTUHAN, DAN PERENCANAAN

(8)

 Pada tanggal 23 Juni, WHO mengadakan International Health Regulations (IHR) Focal Points Meeting, dan perwakilan dari Kemenkes hadir untuk membahas hasil dari resolusi dan keputusan World Health Assembly ke-74 tentang implikasi IHR. Selain itu, para peserta mendiskusikan pentingnya penguatan pembagian informasi lintas batas sebagai masukan untuk penilaian risiko dan respons terhadap COVID-19. Kemenkes membagikan pengalaman Indonesia terkait respons COVID-19 di pintu masuk negara.

 Pada tanggal 30 Juni, WHO mengikuti sebuah pertemuan yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tentang peningkatan pelacakan kontak, tes, dan vaksinasi COVID-19 melalui pemberdayaan masyarakat. Pertemuan ini membahas tantangan-tantangan dan kebutuhan perencanaan respons untuk meningkatkan pelacakan kontak, surveilans berbasis masyarakat, dan vaksinasi. WHO menekankan pentingnya membangun ketahanan masyarakat sebagai bagian dari respons pandemi COVID-19 dan mempromosikan pelibatan masyarakat untuk pemetaan risiko dan kerentanan mendesak dan dinamis serta peningkatan kesiagaan operasional. Selain itu, WHO menyoroti pentingnya harmonisasi sistem surveilans berbasis masyarakat yang diinisiasi oleh organisasi-organisasi masyarakat sipil dengan sistem pelaporan yang ada pada pusat-pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk memastikan data dan analisis yang efisien.

 Pada tanggal 23 dan 24 Juni, jaringan WHO, Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN), menjalankan pelatihan virtual untuk para epidemiolog dari Kemenkes dan Field Epidemiology Training Program (FETP). Pelatihan pengantar ini mencakup gambaran umum tentang GOARN, upaya-upaya responsnya terhadap COVID-19, investigasi dan respons wabah internasional, serta respons wabah internasional WHO.

 Dari 29 Juni hingga 1 Juli, WHO dan para mitra mendukung Kemenkes dalam menjalankan pelatihan pelacakan kontak bagi lebih dari 2100 sukarelawan dari POLRI dan mahasiswa kedokteran dan kesehatan masyarakat dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Semua sukarelawan segera diterjunkan untuk mendukung kegiatan pelacakan kontak di daerahnya masing-masing setelah pelatihan.

 Pada tanggal 8 dan 9 Juli, WHO membantu Kemenkes dalam menjalankan pelatihan penyegaran (refresher) tentang surveilans sentinel penyakit serupa influenza (influenza-like illness/ILI). Pelatihan ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari 31 lokasi surveilans sentinel di seluruh Indonesia serta perwakilan dari Dinkes provinsi dan Dinkes kabupaten/kota. Pelatihan ini mencakup kebijakan program nasional tentang infeksi saluran pernapasan akut/influenza, Sistem Kewaspadaan

PELATIHAN DAN WEBINAR YANG DIDUKUNG WHO

(9)

Dini dan Respons (SKDR), prosedur tetap untuk surveilans sentinel ILI, dan prosedur pengambilan dan pengiriman sampel. WHO mempresentasikan informasi situasi global terbaru tentang influenza dan COVID-19 dan bagaimana Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) dapat digunakan untuk memantau SARS-CoV-2. Beberapa tantangan yang diidentifikasi dalam pelatihan ini meliputi keterlambatan pengiriman sampel dan penurunan jumlah pasien rawat jalan yang dilaporkan ke lokasi sentinel ILI. 

     

  WHO memberikan dukungan teknis kepada pemerintah yang ditujukan bagi berbagai layanan kesehatan esensial untuk mempertahankan keberlanjutannya selama pandemi.

Program Eradikasi Frambusia (informasi lebih lanjut dapat dilihat di Situation Report 61

(halaman 27-29) WHO).

 Frambusia adalah penyakit kulit kronis terkait kemiskinan yang kebanyakan menyerang anak-anak di bawah usia 15 tahun (dengan tingkat infeksi tertinggi pada usia 6 hingga 10 tahun). Frambusia diakibatkan oleh infeksi bakteri Treponema

pallidum subspesies pertenue dan disebarkan melalui sentuhan kulit. Frambusia

menyebabkan gangguan terutama pada kulit tetapi juga dapat menyerang tulang dan tulang rawan. Deteksi dan pengobatan dini dapat menghindarkan kecacatan dan disabilitas kronis, serta kondisi kronis dari penyakit ini terjadi pada sekitar 10% kasus. Frambusia muncul di tempat-tempat padat penduduk dengan akses yang terbatas pada prasarana dasar, seperti air bersih dan sanitasi, serta layanan kesehatan.

KEBERLANJUTAN LAYANAN KESEHATAN ESENSIAL

Gambar 9: Kasus terkonfirmasi frambusia di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Kredit: Kementerian Kesehatan

(10)

Dampak COVID-19 pada Program Eradikasi Frambusia di Indonesia

 Terjadi penurunan signifikan jumlah kasus terkonfirmasi frambusia dari 673 pada tahun 2019 menjadi 130 kasus pada tahun 2020. Banyak kegiatan program eradikasi frambusia yang tertunda, terutama kegiatan yang melibatkan banyak orang dan pertemuan massal akibat pandemi COVID-19. Selain itu, sebagian anggaran pemerintah untuk mendukung kegiatan program eradikasi frambusia di tingkat nasional dan provinsi dialihkan untuk respons COVID-19 sejak awal 2020. Sebagian besar staf frambusia di tingkat sub-nasional dialihfungsikan untuk mendukung respons pandemi.

Untuk memitigasi dampak COVID-19 dan mempertahankan layanan Program Eradikasi Frambusia yang esensial, intervensi dilakukan dalam hal-hal berikut:

i. Pedoman: Sebuah surat edaran dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes, diterbitkan pada bulan April 2020 dengan judul ‘Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kusta dan Frambusia dalam Situasi Pandemi COVID-19‘. WHO membagikan anjuran tentang pertimbangan implementasi intervensi-intervensi penyakit tidak menular utama di tengah pandemi COVID-19.

ii. Surveilans: WHO memberikan dukungan teknis kepada Kemenkes untuk menyusun sebuah sistem pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik untuk penyakit frambusia dan kusta yang berbasis District Health Information Software 2 (DHIS 2). iii. Diagnosis: WHO memberikan dukungan untuk introduksi alat tes diagnostik di tempat

perawatan untuk mendeteksi kasus aktif frambusia.  

Program AIDS Nasional (PAN) (informasi lebih lanjut dapat dilihat di Situation Report 16

(halaman 16-20), Situation Report 36 (halaman 17-21), Situation Report 64 (halaman 29-32)).

Dampak COVID-19 pada PAN di Indonesia

 Peningkatan signifikan jumlah tes HIV di seluruh Indonesia teramati pada kuartal 1 (Januari-Maret) 2021, sebesar sekitar 70% dibandingkan kuartal 1 2020. Namun, jumlah orang dengan HIV (ODHIV) yang menerima perawatan dalam bulan Januari-Februari 2021 mengalami penurunan rata-rata sebanyak 32% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Penurunan signifikan sebesar 44% diketahui terjadi pada bulan Maret 2021 dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Penurunan-penurunan ini sesuai dengan penurunan substansial jumlah fasilitas yang

(11)

menyediakan terapi antiretroviral (ART), dari 8000 fasilitas pada tahun 2020 menjadi 1600 pada tahun 2021.

 Terjadi penurunan sebesar 3% dalam jumlah tes beban virus yang dilakukan dalam kuartal 1 2021 dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Jumlah ibu hamil yang menjalani tes HIV dan sifilis pada kuartal 1 2021 juga menurun masing-masing sebesar 17% dan 29% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Seperti Program HIV, terjadi penurunan penemuan kasus infeksi menular seksual pada kuartal 1 2021 dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Penurunan ini mencakup penurunan 21% untuk diagnosis duh tubuh uretra, 18% untuk uretritis gonore, 42% untuk servisitis, dan 15% untuk sifilis.

Untuk mempertahankan layanan HIV esensial selama pandemi COVID-19 dan mencapai tujuan-tujuan HIV dan IMS nasional, WHO mendukung NAP dalam hal-hal berikut:

i. Penyusunan panduan teknis tentang surveilans berbasis masyarakat sebagai bagian dari Proyek HIV Self-Testing Africa (STAR) 3.

ii. Penyusunan dan diseminasi pedoman nasional tentang notifikasi pasangan pada tahun 2020; pelatihan notifikasi pasangan untuk tenaga kesehatan dan masyarakat setempat di Kalimantan Utara dan Jawa Timur pada tahun 2021.

iii. Estimasi beban IMS di Indonesia sesuai rekomendasi-rekomendasi Kajian Negara Indonesia tentang HIV.

iv. Penyusunan pedoman tentang surveilans sentinel HIV, sifilis, dan hepatitis B, bersama Direktorat Kesehatan Keluarga dan Sub-Direktorat Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan.

v. Dukungan kepada tim pemantauan NAP dalam pelaksanaan pedoman nasional tentang pencatatan dan pelaporan di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

(12)

Kursus COVID-19 daring WHO:

 Pelatihan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan

 Kewaspadaan standar: Pembersihan dan disinfeksi lingkungan

 Tatalaksana COVID-19 di fasilitas perawatan jangka panjang

 Pedoman rencana operasional dan COVID-19

 Tatalaksana klinis infeksi saluran pernafasan akut berat

 eProtect – Kesehatan dan keselamatan penyakit saluran pernapasan

Panduan WHO:

 Fitur Klinis dan Faktor Prognosis COVID-19 pada Orang dengan HIV/AIDS yang Dirawat sebagai Suspek atau Terkonfirmasi SARS-CoV-2

 WHO technical consultation on oxygen access scale-up for COVID-19

 Praktik Iduladha yang aman dalam konteks COVID-19

Infografik:

 Merawat pasien COVID-19 di rumah: Memeriksa kadar oksigen di dalam darah

 5 langkah untuk merawat pasien COVID-19 di rumah: Saran untuk tenaga kesehatan

 5 langkah untuk merawat pasien COVID-19 di rumah: Untuk masyarakat

 Vaksin dan vaksinasi COVID-19

 

Tanya jawab:

 Berbicara tentang vaksin

 Penyakit coronavirus (COVID-19): Vaksin

 Penyakit coronavirus (COVID-19): Penelitian dan pengembangan vaksin  Penyakit coronavirus (COVID-19): Akses dan alokasi vaksin

Video:

 Science in 5: Evolution of the SARS-CoV-2 virus  Time to abide (1-10)

 COVID-19 virus variants

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: seinocomm@who.int

WHO Indonesia Reports

Gambar

Gambar  1:  Layanan  vaksinasi  untuk  populasi  sasaran  yang  memenuhi  syarat  di  Asrama  Haji,  Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 26 Juni 2021
Gambar 3: Jumlah kasus per hari dan jumlah kumulatif kasus yang dilaporkan di Indonesia per tanggal 30 Juli 2021
Gambar 4: Poster WHO mengenai oksigen medis, Juli 2021.  
Gambar  5:  Petugas  pelayanan  publik  esensial  mengikuti  vaksinasi  yang  diadakan  oleh  Dinas Kesehatan Kota Ternate, Maluku Utara, pada tanggal 25 Juni 2021
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas; Kementerian Keuangan; Kementerian Komunikasi dan Informatika;

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas; Kementerian Keuangan; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Agama;

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas; Kementerian Keuangan; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Agama;

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pegawai di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang tidak diberikan tunjangan

Sehubungan dengan permintaan data proyeksi kebutuhan dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan inventarisasi aset tetap di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, yang ditinjau

Lampiran Peraturan Menteri Koordinator Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Benturan kepentingan adalah situasi dimana pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memiliki atau patut