• Tidak ada hasil yang ditemukan

01 BRAFO MAGZ_JAN. 01 BRAFO MAGZ JAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "01 BRAFO MAGZ_JAN. 01 BRAFO MAGZ JAN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BRAF

Berita dan informasi pemBangunan manusia dan keBudayaan

E

di

si 226 01 - 15 N

o

vem

b

er 2014

www.kemenkopmk.go.id

TargeT

Pendidikan di

Musrenbangnas

2015

BRAFOPMK didistribusikan secara Nasional ke 34 Provinsi, 499 Kabupaten/Kota, 6.694 Kecamatan Majalah Bulanan Edisi 5/2 /2015

CHRISTY ZAKARIAS:

GURU REMAJA

NAN INSPRIRATIF

INDAHNYA ALAM

DAN TRADISI

MEMBUAT SENDIRI

PAKAN TERNAK

Peristi

wa

sejarah

Indones

Ia

di Bul

an

januari

leksiko

N

Kenari

(2)

berhenikan program PNPM. Tak ku­ rang dari 25 ribu fasilitator yang ba kal menganggur.

Kebijakan ini pun membuat ba­ nyak fasilitator merasa kaget. Apa lagi rata­rata fasilitator itu idak memiliki pekerjaan lain karena harus konsen dalam melaksanakan tugas dalam membantu UPK.

Kebijakan ini juga semakin mem ­ buat miris lantaran disinyalir pem­ ber henian program tersebut diduga akibat perebutan kewenangan antara Ke menterian Dalam Negeri dan Ke­ men terian Desa. Karena, untuk PNPM Perkotaan masih diperpanjang lan­ taran dikelola Dinas Cipta Karya.

Untuk itu kami sebagai pelaku pe laksana program masih berharap

surat pembaca

Redaksi BRAFO PMK menerima kiriman naskah atau arikel terkait pendidikan, pembangunan daerah dibidang

kesehatan dan kesejahteraan. Naskah bisa dikirim dalam

bentuk ms.word ke: brafopmk@kemenkopmk.go.id.

!

EDITORIAL 3

FOKUS UTAMA

TARGET DUNIA PENDIDIKAN

DI MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 4 MENKO PMK:

PKR HARUS BISA MENGEMBANGKAN EKONOMI DAERAH 6 KABAR RASKIN DI 2015 8 INILAH PERPRES NO 9 TAHUN 2015

TENTANG KEMENKO PMK 10

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

14

KESEHATAN 16

PUSTAKA 18

PENDIDIKAN 20

IPTEK

22

OPINI

24

SUARA DAERAH

26

BUDAYA 28

WISATA 31

SEKITAR KITA

34

pe me rintah melanjutkan program ini dan idak memberhenikan para fasilitator. Semoga saja pe me rintah mau mengkaji ulang soal pem ber­ henian PNPM.

Wiratno Putranto Brebes, Jawa Tengah

NasiB PegiaT

PemBerdayaaN

masyarakaT

Para pelaksana kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan saat benar­benar ge lisah. Ini karena dampak dari ren ca­ na kebijakan pemerintah yang mem ­

Daftar isi

EKONOMI 36

INTERNASIONAL 38

PEREMPUAN & ANAK

40

REFORMASI BIROKRASI

42

UMKM 44

LINGKUNGAN 46

LEKSIKON 48

BERITA FOTO

50

(3)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 3

d i t o r i

a l

P

epatah mengatakan, seiap perubahan, meskipun per u­ ba han yang lebih baik, pasi ada keidaknyamanan. Dan keidaknyamanan itulah yang harus diubah menjadi kenyamanan. Pem­ baca yang budiman, perubahan me­ mang kami lakukan terhadap media ter cinta ini. Jika tahun lalu bernama Warta Kesra kemudian menjadi Be ri­ ta dan Informasi Pembangunan Ma­ nu sia dan Kebudayaan

(BRAFO PMK), maka di edisi perdana 2015 BRAFO PMK yang tadi­ nya berbentuk tabloid men jadi sebuah ma j a­ lah.

Banyak perim bang­ an sebelum me mutus­ kan menjadi sebuah ma ja lah. Majalah me­ mili ki sejumlah ke le­

bi han seperi lebih awet disimpan di ban dingkan tabloid, kemasannya lebih eklusif dengan kertas yang tebal dan gambar yang mengkilat. Majalah pun mempunyai informasi dan ips– ips yang dapat dibaca tanpa terbatas oleh waktu.

Dalam dunia media, perubahan ben tuk media cetak sudah menjadi hal yang lumrah dengan berbagai perimbangan dari dewan redaksinya. Bentuk surat kabar harian/ koran mi sal nya kini lebih booming seperi tabloid. Misalnya yang terjadi dengan The Independent, The Times, dan The Scotsman yang merupakan surat kabar terbitan Inggris yang telah ber alih ke format tabloid tapi tetap ter bit harian. Hal yang sama sudah

diterapkan oleh beberapa harian di Indo nesia.

Bagi produsen media umum/ko­ mer sil, perubahan format itu me ru­ pa kan strategi menyasar pembaca dan pemasang iklan. Namun sebagai me dia internal hal itu tentu idak bisa dilakukan oleh kami. Sebagai media yang menyuarakan kepeningan dan ke bijakan pemerintah, BRAFO PMK cukup berbahagia jika informasi yang disampaikan terkait bidang kerja Ke menko PMK bisa diserap oleh stake holder terkait dan masyarakat yang biasa menerima media ini di seluruh Indonesia.

Seperi yang dikemukakan oleh H. Frazier dalam bukunya Humas Mem bangun Citra dan Komunikasi (2004; 291) yang menyebut bah wa fungsi media internal yakni me la­ por kan berbagai kebijaksanaan dan program suatu perusahaan kepada khalayaknya, memelihara dan mem­ ba ngun hubungan komunikasi ke ­ pada publiknya baik internal mau pun eksternal, mengetengahkan bagai­ mana perusahaan bekerja untuk ke­ pen i ngan umum sehingga imbul peng hargaan dari masyarakat.

Dengan kata lain, media internal me rupa kan karya tulis PR sebagai sa ­ rana komunikasi baik internal mau ­ pun eksternal yang ditujukan bagi kalangan umum serta sebagai sa r a­ na media bagi karyawan dalam hal pelaihan dan pendidikan.

Perubahan

e

Brafo PMK diterbitkan oleh

Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia

Pembina:

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia

Pengarah:

Para Deputi Menko PMK Para Staf Ahli Menko PMK

Penanggung Jawab:

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang PMK Republik Indonesia

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi:

Kepala Biro Informasi dan Persidangan

Redaktur Pelaksana:

Kabag Humas dan Dokumentasi Ponco Suharyanto, S.Sos

Staf Redaksi:

M. Shokhiyan, S.S Siti Badriah, S.S

Ahli Tata Letak/Produksi:

Kristian Suryatna, A.Md. Graf

Sirkulasi:

Abdul Kohar

Sekretaris:

Nurseha Saputra, A.Md

Sekretariat Redaksi:

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Jl. Medan Merdeka Barat No.3 Jakarta 10110

Telp./ Faks. (021) 386 0565, (021) 385 2165 Email: brafopmk@kemenkopmk.go.id

Situs: www.kemenkopmk.co.id

Penerbit:

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Redaksi menerima artikel atau tulisan juga foto.

Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya.

BRAF

Berita dan informasi pemBangunan manusia dan keBudayaan

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 3

BRAF

Berita dan informasi pemBangunan manusia dan keBudayaan

E

di

si 226 01 - 15 N

ovem ber 2014 www.kemenkopmk.go.id TargeT Pendidikan di Musrenbangnas 2014

BRAFOPMK didistribusikan secara Nasional ke 34 Provinsi, 499 Kabupaten/Kota, 6.694 Kecamatan Majalah Bulanan Edisi 5/2 /2015

Christy Zakarias:

GURU REMAJA NAN INSPRIRATIF

MENIKMATI KEINDAHAN ALAM DAN KEKAYAAN TRADISI DI PULAU KENARI MEMBUAT SENDIRI

PAKAN TERNAK

Peristiwa sejarah

IndonesIa

di Bulan januari

(4)

fokus utama

Pengembangan dunia pendidikan yang menjadi bagian dari pembangunan manusia

kembali menjadi fokus dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional

(Musrenbangnas) medio Desember tahun lalu. Dalam dialog lima menteri di acara

itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)

Puan Maharani menyebut, pendidikan kemaritiman serta wajib belajar 12 tahun akan

diutamakan.

target Dunia penDiDikan

Di musrenbangnas

(5)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 5

fokus utama

M

usrenbangnas yang ber langsung di Jakarta me rupakan puncak da ri Musyawarah Pe­ ren ca naan Pembangunan (Musren­ ba ng) Regional di lima kota yang se­ be lum nya telah dilakukan pemerin­ tah. Acara yang ruin digelar seiap tahun ini dimaksudkan untuk me nyu­ sun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPMJN) periode 2015­2019 atau periode pemerin ta h­ an Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Sesuai dengan konsepnya men ja­ di kan Indonesia sebagai poros mari­ im dunia, dalam Musrenbangnas kali ini program­program pro mari im pun begitu mendominasi RPJMN 2015­ 2019. Dalam salah satu visinya pe­ me rintah bermaksud me ning kat kan pe ngelolaan sumber daya ma riim, pem bangunan ilmu penge ta huan dan teknologi mariim, dan mem ba­ ng un budaya mariim. Ini sa ngat ter­ kait dengan pembangunan ma nu sia secara umum serta pendidik an khu­ sus nya.

Dalam dialog dengan lima men­ te ri yang menjadi bagian dari Mus ­ ren bangnas, secara lugas, Menko PMK Puan Maharani me nga ta kan bah wa pihaknya pun meniik be rat­ kan pembangunan manusia me la­ lui pendidikan mariim. “Revo lusi men tal yang menjadi visi pre siden harus dijalankan dengan mem ba ng­ un karakter kemariiman bagi mas­ ya rakat, diantaranya dengan mem­ bangun pendidikan mariim. Saat ini Kemenko PMK juga sedang fokus mem bangun itu dalam beberapa tahun ke depan,” tegasnya.

Selain pendidikan dan budaya mari im, Kemenko PMK sebenarnya juga berupaya mewujudkan ter se­ leng g aranya wajib belajar 12 tahun.

Menko PMK menegaskan, pe lak­ sanaan program wajib belajar 12 tahun akan dimulai Juni 2015. “Ren­ cana nya Juni 2015 mulai diberlaku­ kan,” katanya. Menurutnya, pelak sa­ na an program wajib belajar 12 tahun sesuai janji kabinet kerja. Dengan ada nya program wajib belajar 12 ta­ hun, semua anak Indonesia wajib ma suk sekolah dan pemerintah wajib mem biayai serta menyediakan segala fa silitas nya.

Dijelaskannya, hingga saat ini pe­ me rintah terus melakukan berbagai per siapan terkait pelaksanaan pro gr­ am tersebut. “Pemerintah ingin se­ mua anak Indonesia berpendidikan, mini mal hingga ingkat sekolah me­ ne ngah atas,” tandasnya.

Rinisan wajib belajar 12 tahun sendiri sebenarnya telah dilakukan pe merintahan terdahulu pada tahun 2012. Sebagai langkah awal, siswa SMA/SMK juga bakal mendapat ku­ curan dana bantuan operasional se kolah seperi yang selama ini di­ beri kan kepada siswa jenjang pen di­ dik an dasar SD dan SMP. Sebab itu, setelah biaya operasional sekolah (BOS) SD dan SMP terpenuhi, peme­ rin tah berupaya memberikan BOS ke pada SMA/SMK dan madrasah ali yah (MA) supaya wajib belajar 12 tahun terwujud. Sayangnya saat itu program yang juga dikenal de­ ng an nama “program rinisan Pen­ didikan Menengah Universal (PMU)” dianggap belum bisa untuk di mu lai. Pasalnya, pemerintah masih menyi­ s a kan ‘pekerjaan rumah’ dalam pro­ gram sebelumnya, wajib belajar 9 tahun. Salah satu tantangan untuk mewujudkan program wajib belajar 12 tahun adalah jumlah guru. Untuk mendukung program itu, dibutuhkan seidaknya 12.000 guru SMA/SMK dalam setahun.

Menteri Pendidikan Dasar, Me­ nengah dan Kebudayaan mengatakan, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang idak boleh ada penambahan PNS. Tetapi untuk guru harus dibicarakan lebih lanjut agar tetap ada penerimaan PNS bagi mereka. ”Nani akan saya bicara kan. Yang jelas, kita ada ke bu­ tuhan (guru) dan untuk itu kita akan bicarakan lebih lanjut,” katanya. Data Kemendikbud menyebutkan secara nasional sebesar 68% SD dan SMP yang ada di perkotaan kelebihan guru. Selanjutnya, sebesar 37% SD dan SMP di pedesaan kekurangan guru.

Fasilitas pendidikan satu tem­ pat juga tak kalah peningnya se­ lain mengejar program wajib be la­ jar 12 tahun. Ini masih sesuai de­ ng an arahan Presiden Jokowi da l­ am Musrenbangnas 2014 di mana Presiden menegaskan akan me nye­ dia kan fasilitas layanan publik ter­ in te g rasi atau yang sering disebut se bagai “one stop service”. “Akhir Januari, saya dorong dan kejar terus, agar yang namanya one stop service secara nasional selesai. Tidak mundur lagi. Kita harapkan nani investasi­ investasi bisa diselesaikan dalam satu tempat, idak perlu pergi ke banyak kementerian dan idak perlu meng ha­ bis kan waktu bertahun­tahun,” ucap Presiden.

Terkait dengan itu, Anies Baswe­ dan telah menginstruksikan kepada jajaran nya untuk menyiapkan fasilitas pendidikan satu tempat. Seidaknya, sekitar 50 layanan bisa dilakukan dalam satu pintu. “Sekarang sedang dibuat. Ada banyak layanan, misalnya pelayanan seriikasi bagi guru, bah­ kan hingga legalisasi, nani akan dilayani di satu tempat,” pungkasnya.

(6)

fokus utama

Pasar Keuangan Rakyat (PKR) diharapkan dapat

membantu menumbuhkembangkan sektor ekonomi

di daerah terpencil. Dengan begitu kesenjangan sosial

dapat diperkecil.

menko pmk :

pkr harus bisa

mengembangkan

ekonomi Daerah

O

toritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Pasar Ke­ uang an Rakyat (PKR) dan la yanan keuangan rakyat atau pasar ‘uang’ medio Desember lalu. Acara yang berlangsung di JIExpo Ke mayoran, Jakarta itu merupakan ba gian dari tujuan OJK memberikan edu kasi produk jasa keuangan atau lite rasi keuangan. OJK beralasan se­ la ma ini produk jasa keuangan masih be lum oimal diserap dan diketahui oleh masyarakat khususnya layanan dan produk keuangan yang bersifat mikro.
(7)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 7

fokus utama

Nawa Cita Joko Widodo untuk mem­ ba ng un Indonesia yang berdaya sa i­ ng, mandiri dan menggerakkan sek tor stra tegis. Menko PMK ber ha rap, PKR akan membantu untuk me num bu h ­ kem bangkan sektor ekonomi di dae­ rah terpencil. Tujuannya untuk mem­ per kecil kesenjangan sosial, di da sar­ kan penghasilan masyarakat yang be lum merata. “Tantangannya jumlah angka kemiskinan bisa diturun kan dan pemerintah fokus mengatasi ke­ sen jangan sosial,” ujarnya.

Dalam RPJMN 2014­2019, jelasnya, pemerintah telah merumuskan satu program pengurangan kemiskian dan kesenjangan hidup masyarakat yang makin meluas dengan perlindungan so sial yang komprehensif. Program itu, sebutnya, berkaitan erat dengan pe nyediaan jasa keuangan yang mu­ dah diakses oleh masyarakat. Dia ya­ kin pada tahun 2016 Indonesia akan le bih baik perekonomiannya mana­ ka la kerja sama pemerintah dan swa s ta untuk memudahkan akses la­ ya n an dan jasa keuangan terus di ga­ lak kan. “Saya opimis Indonesia akan bangkit walau perlahan. Pada 2015 besok ekonomi masih kurang terlalu baik, tapi di 2016 akan bangkit akan menjadi bangsa besar saat didukung oleh ekonomi mikro dan makro. Untuk itu, akses permodalan diingkat masyarakat paling bawah masih sa­ ngat dibutuhkan,” tandasnya.

Menko PMK sangat mengapresiasi langkah OJK untuk memberikan lite­ rasi dan inklusi keuangan terhadap mas ya rakat luas. “Saya menyambut baik event ini. Saya berharap ber ba gai pelayanan keuangan yang dikem bang­ kan dan ditampilkan pada acara ini da pat dikembangkann lagi sehingga dapat menjangkau masyarakat terluar

dan terisolir. Jumlah kemiskinan ma­ sih inggi yang mencapai sekitar 11,2% pada tahun 2014, dapat diatasi sa lah satunya dengan kemudahan ak­ ses layanan dan jasa keuangan seperi ini,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, PKR merupakan cerminan kerjasama yang diharapkan pihaknya. Harapan itu diantaranya, peningkatan ak ses keuangan, OJK sendiri telah me nye­ dia kan produk layanan mikro dengan harga terjangka, bangunan mikro, kre dit mikro, asuransi mikro. Untuk mem percepat penyebaran layanan dan produk jasa keuangan, OJK men­ do rong program edukasi hingga per­ luasan akses. Untuk akses produk jasa keuangan, layanan branch less bank­ ing ke depan akan menjadi tumpuan. “Ada 2 hal utama didorong perluasan akses ke masyarakat dan peningkatan pengetahuan kepada masyarakat,” cetusnya.

Dijelaskannya, hingga kini, pulu­ han juta masyarakat Indonesia belum dapat mengakses lembaga pelayanan jasa keuangan sehingga taraf hidup mas yarakat masih memprihainkan. De ngan perluasan akses yakni keter­ se dia an lembaga keuangan di daerah, dapat langsung menjalin komunikasi yang baik. “Tingkat kesejahteraan ma­ s ya rakat terkait erat dengan se be ra pa de kat dengan produk layanan dan jasa keuangan. Perlu adanya lembaga yang tak harus memiliki kantor di dae­ rah untuk menjangkau akses ma sya ­ rakat. Yang terpening adalah ba gai­ mana mendekatkan masyarakat ter­ ha dap industri keuangan itu. Untuk mewujudkan itu kerja sama antara in dustri keuangan dan pemerintah per lu sekali dilakukan,” imbuhnya.

Ia berharap, industri keuangan dan produk dari OJK tersebut bisa m e nyentuh langsung kepada masya­ ra kat sehingga dapat menjadi sahabat masyar akat dalam seiap kondisi. Di­ ha rapkannya pula, produk dari lem­ ba ga keuangan di daerah­daerah da pat memberikan kemudahan bagi mas yarakat untuk mendapatkan kre­ dit, sehingga mereka dapat sejah te ra. Akan tetapi, sambungnya, se be lum menjangkau masyarakat luas di per­ lukan peningkatan layanan di inter­ nal masing­masing penyedia jasa ke uangan. “Kita ingin para penyedia layanan jasa keuangan menjadi sa­ ha bat yang yang sesuai dengan ke­ butuh an masyarakat, baik saat se­ nang maupun duka. Kita harap me­ re ka dapat memberikan kredit yang lunak untuk dapat memberikan du ku ­ ng an peningkatan usaha. Dan di saat kemalangan menimpa mereka, ada asuransi sehingga kemalangan yang mereka alami idak sampai me mis­ kinkan mereka,” pungkasnya.

(8)

fokus utama

D

alam rangkaian kunjungan­ nya ke Kabupaten Bandung Ba rat, Jawa Barat Menko Pem bangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maha rani meluncurkan program Ras kin ingkat Nasional dan Provinsi untuk tahun 2015. Di Balai Desa Pa­ sir halang, Kecamatan Cisarua, Ka bu ­ paten Bandung Barat, Menko PMK menegaskan, sebanyak 15,5 juta rumah tangga miskin di seluruh Indo­ ne sia akan menerima jatah beras un­ tuk warga miskin (raskin). Seiap ru­ mah tangga sasaran (RTS) bakal me­ nerima sebanyak 15 kilogram.

Pada kesempatan itu ia me min ta kepada Bulog agar segera mem bagi­ kan habis beras raskin dan idak terlalu lama menyimpan beras di dalam

gudang. “Saya sudah mengin truksi­ kan kepada Bulog agar beras raskin di bagi kan dan idak boleh disimpan lebih dari enam bulan di gudang,” ujarnya. Lamanya distribusi, sebut Men ko, adalah salah satu masalah yang biasa terjadi di lapangan selama pro gram bantuan untuk warga miskin ini berjalan. Karena terlalu lama di­ sim pan di dalam gudang, warga yang paling akhir mendapatkan jatah se­ ring kali mengeluhkan kualitas beras raskin yang sudah membusuk.

Disamping meminta untuk mem­ per cepat pembagian raskin, Puan juga meminta Bulog untuk memodernisasi gudang­gudang penyimpanan agar kualitas standar beras tetap ter jaga. “Bulog kami minta gudang­gudang­ nya diperbaiki. Barcode di (karung)

beras juga harus jelas,” cetusnya. Ke­ pada masyarakat, Menko PMK ber­ pesan agar akif melaporkan apabila ada kecurangan dalam pembagian raskin di daerah­daerah. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah be kerjasama dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk mengins­ truk si kan kepada para kepala daerah agar mengawasi penyaluran dengan ketat. “Kalau ada kecurangan laporkan ke kepala daerah, kalau bisa langsung ke saya,” tegasnya.

Diterangkannya, persoalan lain da lam program ini adanya beberapa dae rah yang terkendala pembayaran raskin tersebut. Diantara beberapa dar ah yang melakukan pembayaran te pat waktu, kabupaten Bandung Barat, kota Bandung, kota Bogor, Suka­ bumi, pangandaran, dan beberapa kota lainnya. Atas dasar itu Menko PMK memberikan penghargaan ke­ pada masing ­masing daerah terse but. ‘’Raskin yg harusnya 12 bulan kemu­ dian mundur karena telat bayar. Atau beras biasanya ditahan menjelang saat ­saat tertentu,’’ imbuhnya.

Untuk Jawa Barat sendiri, pihaknya sudah mengeluarkan anggaran yang cukup besar. Karena anggaran terse­ but harus disalurkan ke 6 ribu desa. Sebagai informasi, pemerintah me­ nyi ap kan dana seperi tahun lalu se­

Pemerintah meluncurkan program Raskin nasional dan provinsi di Bandung

Barat, Jawa Barat. Program raskin hanya berlangsung hingga tahun ini (2015),

pemerintah tengah mempertimbangkan program penggantinya.

(9)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 9

fokus utama

k itar Rp 18,8 triliun yang akan di ba­ gi kan ke hampir seluruh daerah di Indo nesia. Pemerintah memutuskan me lanjutkan program Raskin pada tahun ini untuk membantu rakyat miskin. “Kami telah mendapatkan so­ lusi bahwa untuk menjaga stabilitas harga dan memberikan perlindungan sosial kepada rakyat, kami tetap akan melaksanakan program raskin,” kata Menko PMK sebelumnya dalam rakor Raskin. Pemerintah sendiri tadinya ber maksud menyetop program ini dan mengganinya dengan program lain semisal e­money atau wujud lain. Sam bil menunggu itu, program Raskin

di putuskan untuk digulirkan dalam 12 bulan lagi.

“Apakah digani, dirubah, apakah idak ada? Itu masih menjadi satu hal yang kita cermai di semua ke men­ terian terkait,” jelasnya. Pada 2016 nani, menurutnya, bantuan ber kaitan masalah peningkatan ke sejah teraan rak yat akan disalurkan langsung pa da rakyat. Pemerintah masih terus me­ nge valuasi program raskin sebe lum memutuskan nasibnya. “Kita coba eva luasi per 3 bulan, bagaimana ken­ dala di lapangan, apakah kami bisa perbaiki atau idak?” tekannya sekali lagi.

SwaSembada Pangan

Dalam sambutannya di Balai Desa Pasirhalang kecamatan Cisarua, Ka bu paten Bandung Barat itu juga, Menko PMK menyesalkan kondisi Indo nesia yang sampai kini dihadapi persoalan pemenuhan beras nasional. Indone sia diakuinya merupakan negeri yang subur, akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan beras ternyata masih im por. Atas dasar itu di targetkan dalam kurun waktu dua sampai iga tahun, Indonesia harus ber daulat dari sisi pangan. PS/ dbs

ko man do, Menko PMK mengunjungi aula Pusdik Passus untuk memberikan pembekalan im ekspedisi NKRI.

Dihadapan peinggi Kopassus dan peserta im ekspedisi, Mayjen Doni Monardo memperkenalkan Menko PMK. Dijelaskannya, “Pendiri Republik yang kita cintai ini adalah eyang beliau dan ibunda beliau adalah mantan Presiden Republik Indonesia.” Doni pun mengungkapkan kebahagiannya karena kehadiran Menko PMK. Di­ kata kan nya, “Baru kali ini Menteri Koor dinator (menko) hadir di tengah pe lak saanaan Ekspedisi NKRI yang sudah digelar beberapa kali ini. Kami meng ucapkan terima kasih karena suatu kebanggaan ibu Menko hadir di tengah kita, prajurit baret merah,”

aPreSiaSi KoPaSSuS untuK menKo PmK

Selain

meluncurkan program Raskin Nasional 2015, di Bandung pada awal Januari

lalu, Menko PMK Puan Maharani juga mengunjungi Pusat Pendidikan Pasukan Khusus

(Pusdik Passus) untuk melepas Ekspedisi NKRI 2015. Sambutan luar biasa ditunjukan

oleh tuan rumah, Kopassus kepada Menko PMK.

K

edatangan Menko PMK Puan Ma ha rani ke sekolah pen di­ di k an pasukan elite TNI Ang­ ka t an Darat pada awal Januari lalu di maksudkan untuk memberikan pem be kal an terhadap ratusan peserta Eks pedisi NKRI 2015. Peserta ekspe disi yang dididik oleh Kopassus ini ter diri dari tentara, polisi dan sipil. Men je lang sore, Menko PMK iba di Pusdik Passus, Jaijajar dengan sambutan upacara militer.

Menko langsung disambut oleh Ko mandan Kopassus, Mayjen Doni Mo nardo. Setelah melakukan per­ bin cangan hangat, Menko PMK di­ ajak foto bersama jajaran Kopassus di depan patung prajurit Kopassus. Ke mudian dengan menggunakan jip

ujar Doni. Apalagi disaat yang sama, sam bungnya, Menko PMK baru saja men dapatkan rekor sebagai wanita per tama yang menjabat Menko dan ter muda dalam sejarah kabinet dari MURI.

(10)

fokus utama

PeraTUraN PresideN rePUBLik iNdONesia NOmOr 9 TaHUN 2015 TeNTaNg kemeNTeriaN kOOrdiNaTOr

BidaNg PemBaNgUNaN maNUsia daN keBUdayaaN deNgaN raHmaT TUHaN yaNg maHa esa PresideN rePUBLik

iNdONesia,

Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan Kementerian Kabinet Kerja periode tahun 2014­2019 dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 dan Pasal 14

Undang­Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

Mengingat :

1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang­Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang­Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas

dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

memUTUskaN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN.

BaB i

kedUdUkaN, TUgas, daN FUNgsi

Pasal 1

(1) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

(2) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dipimpin oleh Menteri Koordinator.

Pasal 2

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan. b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga

yang terkait dengan isu di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan;

c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Pem bangun­ an Manusia dan Kebudayaan;

e. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; dan

f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Pasal 4

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengoordinasikan:

a. Kementerian Agama;

b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

c. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; d. Kementerian Kesehatan;

e. Kementerian Sosial;

f. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Teringgal, dan Transmigrasi;

g. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; h. Kementerian Pemuda dan Olahraga; dan i. Instansi lain yang

dianggap perlu.

BaB ii OrgaNisasi

Bagian kesatu susunan Organisasi

Pasal 5

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan terdiri atas:

a. Sekretariat Kementerian Koordinator;

b. Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana; c. Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlin­

dungan Sosial;

d. Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan; e. Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama; f. Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan;

g. Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak; h. Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan

Kawasan;

i. Staf Ahli Bidang Poliik, Hukum, Keamanan, dan Hak Asasi Manusia; j. Staf Ahli Bidang Mulikulturalisme, Restorasi Sosial, dan Jai Diri Bangsa; k. Staf Ahli Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Ekonomi Kreaif,

dan Ketenagakerjaan;

l. Staf Ahli Bidang Sustainable Development Goals Pasca 2015; dan m. Staf Ahli Bidang Kependudukan.

Bagian kedua

sekretariat kementerian koordinator

Pasal 6

(1) Sekretariat Kementerian Koordinator berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.

(2) Sekretariat Kementerian Koordinator dipimpin oleh Sekretaris Kementerian Koordinator.

Pasal 7

Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Pasal 8

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Sekretariat Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi kegiatan Kementerian Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

inilah perpres no 9 tahun 2015 tentang kemenko pmk

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) telah ditandatangani Presiden Joko Widodo

(11)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 11

fokus utama

b. koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang

melipui ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumah­ tang gaan, kerjasama, hubungan masyarakat, arsip, dan doku­ men tasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana; e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang­ undangan

serta pelaksanaan advokasi hukum;

f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian Keiga

Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana

Pasal 9

(1) Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator. (2) Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak

Bencana dipimpin oleh Depui.

Pasal 10

Depui Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerawanan sosial dan dampak bencana.

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Depui Koordinasi Bidang Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerawanan sosial dan dampak bencana; b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga

yang terkait dengan isu di bidang kerawanan sosial dan dampak bencana;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengurangan risiko bencana;

d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penanganan tanggap cepat;

e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pemulihan pasca bencana;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penanganan konlik sosial;

g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang kerawanan sosial dan dampak bencana; dan

h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian keempat

Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

dan Perlindungan sosial

Pasal 12

(1) Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.

(2) Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial dipimpin oleh Depui.

Pasal 13

Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial.

Pasal 14

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Depui Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelak­ sanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang ter kait dengan isu di bidang penanggulangan ke mis kin an dan perlindungan sosial;

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang penang gu lang an kemiskinan dan perlindungan sosial;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bi dang program penanggulangan kemiskinan dan per lin dung an sosial; d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang

pengembangan basis data terpadu dan sistem informasi; e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang

jaminan sosial;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pemberdayaan disabilitas dan lanjut usia;

g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial; dan h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri

Koordinator.

Bagian kelima

Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan

Pasal 15

(1) Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.

(2) Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan dipimpin oleh Depui.

Pasal 16

Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang peningkatan kesehatan.

Pasal 17

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Depui Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang peningkatan kesehatan;

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang peningkatan kesehatan; c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang

pelayanan kesehatan;

d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang alat kesehatan;

e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang ketahanan gizi dan kesehatan lingkungan;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit;

g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kependudukan dan keluarga berencana;

h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan; dan

i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian keenam

Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama

Pasal 18

(1) Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koor di nator. (2) Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama dipim pin oleh

Depui.

Pasal 19

Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama mem punyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pendidikan dan agama

Pasal 20

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Depui Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pendidikan dan agama;

(12)

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pendidikan dan agama; c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang

pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini;

d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pendidikan menengah dan non formal;

e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pendidikan inggi dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pembinaan dan pelayanan keagamaan;

g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pendidikan, agama, riset, dan teknologi; dan

h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian ketujuh

Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan

Pasal 21

(1) Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.

(2) Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan dipimpin oleh Depui.

Pasal 22

Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kebudayaan.

Pasal 23

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Depui Bidang Koordinasi Kebudayaan, menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan

pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kebudayaan;

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kebudayaan;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengelolaan cagar budaya, museum sejarah, dan warisan budaya; d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang

pengembangan nilai budaya dan kreaivitas;

e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kepemudaan dan karakter bangsa;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang keolahragaan dan revolusi mental;

g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang kebudayaan, pemuda, dan olah raga; dan

h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian kedelapan

Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak

Pasal 24

(1) Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator. (2) Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak

dipimpin oleh Depui.

Pasal 25

Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perlindungan perempuan dan anak.

Pasal 26

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Depui Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak, menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perlindungan perempuan dan anak; b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga

yang terkait dengan isu di bidang perlindungan perempuan dan anak;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kesetaraan dan keadilan gender;

d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengarusutamaan gender;

e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang perlindungan dan pemberdayaan perempuan;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang perlindungan dan pemberdayaan anak;

g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pember­ dayaan dan perlindungan perempuan dan anak; dan

h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian kesembilan

Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa,

dan kawasan

Pasal 27

(1) Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.

(2) Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan dipimpin oleh Depui.

Pasal 28

Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa dan Kawasan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pemberdayaan masyarakat, desa, dan kawasan.

Pasal 29

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Depui Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan, menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pemberdayaan masyarakat, desa, dan kawasan;

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pemberdayaan masyarakat, desa, dan kawasan;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang perencanaan, pengawasan, dan pengendalian program pember dayaan masyarakat, desa, dan kawasan;

d. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberdayaan masyarakat, desa, dan kawasan; dan

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Bagian kesepuluh inspektorat

Pasal 30

(1) Inspektorat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator melalui Sekretaris Kementerian Koordinator. (2) Inspektorat dipimpin oleh Inspektur.

Pasal 31

Inspektorat mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Pasal 32

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 Inspektorat menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern;

b. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan penga­ was an lainnya;

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Koordinator;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan e. pelaksanaan administrasi Inspektorat.

Bagian kesebelas staf ahli

Pasal 33

(1) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator dan secara administraif dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator.

(2) Staf Ahli Bidang Politik, Hukum, Keamanan, dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu­isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya. (3) Staf Ahli Bidang Mulikulturalisme, Restorasi Sosial, dan Jai Diri

(13)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 13

Bangsa mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu­ isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya. (4) Staf Ahli Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Ekonomi

Kreaif, dan Ketenagakerjaan mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu­isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.

(5) Staf Ahli Bidang Sustainable Development Goals Pasca 2015 mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu­isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.

(6) Staf Ahli Bidang Kependudukan mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu­isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.

Bagian keduabelas Jabatan Fungsional

Pasal 34

Di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dapat ditetapkan jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

BaB iii TaTa kerJa

Pasal 35

(1) Menteri Koordinator dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus bekerja sama di bawah pimpinan Presiden.

(2) Menteri Koordinator dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus menerapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Pasal 36

(1) Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi oleh Menteri Koordi­ nator dilakukan melalui penerapan peta bisnis proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efekif dan eisien baik antar Kementerian yang dikoordinasikannya maupun dengan Kementerian/ Lembaga lain yang terkait.

(2) Selain melalui penerapan peta bisnis proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi dilakukan melalui:

a. rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat koordinasi gabungan antar Menteri Koordinator;

b. rapat­rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh Menteri Koordinator sesuai dengan kebutuhan;

c. forum­forum koordinasi yang sudah ada sesuai dengan peraturan perundang­undangan; dan

d. konsultasi langsung dengan para Menteri dan pimpinan lembaga lain yang terkait.

(3) Dalam rapat koordinasi Menteri Koordinator melakukan koordinasi dan sinkronisasi terhadap perencanaan, penyusunan, dan pelak sa­ na an kebijakan dalam lingkup urusan Kementerian yang dikoor di­ nasi kan Menteri Koordinator.

(4) Menteri Koordinator dapat melibatkan Menteri dan/atau pimpinan lembaga di luar bidang koordinasinya dalam rapat­rapat koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

(5) Pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu­waktu sesuai kebutuhan.

Pasal 37

(1) Menteri Koordinator menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai hasil pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi dalam lingkup urusan Kementerian yang dikoordinasikan secara berkala atau sewaktu­waktu sesuai kebutuhan.

(2) Menteri Koordinator baik sendiri maupun bersama­sama dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga lainnya menindaklanjui hasil rapat koordinasi dan sinkronisasi.

Pasal 38

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan harus menyusun analisa jabatan, peta jabatan, analisa beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Pasal 39

Seiap unsur di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam melaksanakan tugas dan fungsi harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sendiri, maupun dalam hubungan antar Kementerian dengan lembaga lain yang terkait.

Pasal 40

Semua unsur di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan harus menerapkan sistem pengendalian intern di lingkungan masing­masing.

Pasal 41

(1) Seiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan.

(2) Arahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diikui dan dipatuhi oleh bawahan secara bertanggung jawab serta dilaporkan secara berkala sesuai dengan peraturan perundang­ undangan.

Pasal 42

Dalam melaksanakan tugas, seiap pimpinan satuan organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasi di bawahnya.

BaB iV PeNdaNaaN

Pasal 43

Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BaB V keTeNTUaN LaiN-LaiN

Pasal 44

Rincian lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ditetapkan oleh Menteri Koordinator setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.

BaB Vi keTeNTUaN PeraLiHaN

Pasal 45

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Presiden ini semua ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 yang berkaitan dengan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, masih tetap berlaku sepanjang idak bertentangan dan belum diubah dan/atau digani dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.

Pasal 46

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.

BaB Vii keTeNTUaN PeNUTUP

Pasal 47

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka:

a. ketentuan mengenai Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; dan

b. ketentuan mengenai Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja; dicabut dan dinyatakan idak berlaku.

Pasal 48

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

fokus utama

(14)

S

ecara umum kondisi nelayan di negeri ini masih cukup mem prihainkan. Sebagian besar masyarakat nelayan ma sih termasuk dalam kategori ke­ luar ga miskin. Akibatnya, profesi nela yan belum mampu menjadi mata pencaharian hidup idaman masya­ rakat.

Kondisi ini tentu sangat kontra dik­ if dengan potensi mariim Indonesia yang sangat besar. Potensi garis pe­

sisir pantai yang menyelimui nusan­ tara sebanyak 70 persen jika dike­ lo la dengan benar bisa jadi lebih dari minyak bumi dan gas. Namun kenyataannya, jumlah ekspor produk perikanan di Indonesia idak lebih besar dari negara tetangga seperi Thailand. Seharusnya nelayan menjadi penggerak kemajuan ekonomi bangsa. Untuk itu, pemerintah memberikan prioritas lebih terhadap kehidupan masyarakat nelayan. Kebijakan yang

berpihak terhadap sektor perikanan dan kelautan pun terus dibuat. Peme­ rintah menargetkan sektor perikanan sebagai penyumbang devisa utama di Indonesia.

Berdasarkan data badan Pusat Staisik (BPS), nilai ekspor non­migas pada Desember 2013 mencapai US$ 13,58 miliar yang terdiri dari produk hasil pertanian (termasuk perikanan) senilai US$ 0,48 miliar dan hasil industri US$ 10 miliar. Sementara itu,

membuKa Jalan

NELAYAN LEBIH BERDAYA

Potensi maritim Indonesia sangatlah besar. Melalui pemberdayaan nelayan

diharapkan dapat menjadi penyumbang terbesar perekonomian bangsa.

(15)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 15

nilai ekspor hasil tambang dan lainnya sebesar US$ 3,09 miliar.

Salah satu kebijakan itu, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Ka­ binet Kerja, Susi Pudjiastui, adalah menjamin kemudahan dalam akses permodalan untuk nelayan dari perbankan serta kemudahan mem­ buat seriikasi hak atas tanah bagi nelayan dan pembudidaya ikan. Se la­ ma ini masih terjadi diskriminasi yang dilakukan lembaga keuangan dan per bank an dalam memberikan kredit kepada nelayan kecil. Rendahnya pen­ cairan kredit tersebut berimbas pada rendahnya produkivitas nelayan.

Pemerintah juga akan terus men­ dorong diversiikasi produk hasil pe­ ri kanan, dan peningkatan ke mam­ pu an teknis bagi masyarakat pelaku usaha kelautan dan perikanan. Tujuan kebijakan ini agar mampu mem­ berdayakan nelayan sehingga ke sejah­ te raanya semakin meningkat. Untuk menggapai itu, para nelayan tersebut harus dididik untuk mengenal bisnis. Sehingga bisa menjadi pelaku usaha yang handal dan bukan hanya sebagai objek semata oleh pengusaha ikan yang lebih besar.

Melalui kemampuan kompetensi bisnis tersebut, para nelayan diharap­ kan akan bisa memanfaatkan segala potensi perairan Indonesia sebagai sumber mata pencaharian. Sedangkan untuk para pembudidaya mampu menghasilkan produk perikanan yang berkualitas.

“Sedangkan masyarakat pesisir lainnya diharapkan mampu mening­ kat kan kesejahteraan dengan me­ man faat kan potensi kelautan dan pe­ ri kanan yang kita miliki. Para pengolah mampu meningkatkan nilai tambah produk perikanan sehingga mampu

bersaing di pasar global”, ungkap Men teri KKP dalam dalam siaran pers.

Lebih lanjut, Menteri KKP, mene­ gas kan bahwa untuk mencapai tar get program ini dibutuhkan dari kemen­ te rian atau lembaga lain yang terkait dalam mengembangkan sektor ke­ laut an dan perikanan.

“Kementerian atau lembaga pe­ me rintah, perbankan nasional dan lem baga keuangan lainnya dimohon dapat terus menjalin kerjasama de­ ngan Kementerian Kelautan dan Pe­ ri kanan. saya ingin memberikan pe­ la yanan yang lebih opimal kepada nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan masyarakat pesisir lainnya,” tam­ bahnya.

Di sisi lain, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga sedang me­ nyu sun sejumlah aturan di bidang pe­ na naman modal industri perikanan nasional. Salah satunya adalah me­ nge nai skema penanaman modal asing (PMA) dan nasional (PMDN) di kegiatan usaha penangkapan dan peng olahan ikan Indonesia. Adanya ketentuan penanaman modal ter se­ but idak lepas dari upaya peme rin­ tah membangkitkan bisnis penyim­ panan hasil tangkapan (cold storage) nasional yang redup lantaran banyak­ nya kegiatan ekspor ikan oleh kapal asing yang beroperasi di Indonesia. Upaya ini juga diyakininya dapat mem beri nilai tambah terhadap ko­ mo ditas ikan yang akan berdampak pada meningkatnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor pe­ ri kanan.

berSinergi

Peningkatan kesejahteraan mas­ ya ra kat nelayan memang sedang men jadi sorotan dalam pemerintah

saat ini. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga mendesak nasib nelayan diperjuangkan kesejah­ tera annya dengan melibatkan peran dan keikutsertaan nelayan secara langsung dalam mewujudkan ke hi­ dup an lebih baik bagi nelayan.

Wakil Ketua Komite Tetap Mariim Dan Pesisir Bidang Infrastruktur Ka din Indonesia, Siswaryudi Heru, meng ­ ungkapkan Kadin mendorong dan bersinergi dengan pemerintah, ter­ khu sus di sektor Kelautan dan Peri­ kanan untuk bersama­sama nelayan me wujudkan program­program pro nelayan. Sejumlah program unggulan dan realisasi program­program pro­ nelayan yang sudah dijanjikan Pre­ siden Joko widodo kepada nela yan, seperi, pembangunan tol laut, infras­ truktur perikanan yang melibat kan nelayan.

Keterlibatan nelayan secara lang­ sung dalam pembangunan infra­ s truk tur dan merealisasikan janji ­janji kampanye Jokowi kepada nela­ yan, tambahnya, merupakan se bu ah upaya membangun trust dan mem­

ber dayakan masyarakat nelayan untuk bersama­sama mewujudkan ke sejahteraannya.

Lebih lanjut, Siswaryudi juga meng ungkapkan bahwa sejumlah pemetaan tentang perikanan dan kelautan yang melibatkan nelayan sudah dilakukan. Seharusnya reali­ sasi program­program pro nelayan, se gera bisa dikerjakan sebagai wujud komitmen pemerintah ke pa­ da pengembangan dan pening kat­ an kesejahteraan nelayan se peri pembangunan infrastruktur nela yan sesuai program pemerintah mewu­ jud kan 1000 Desa Nelayan. (yn/dbs)

(16)

KEsEhAtAN

S

ejak tahun 1950, kampanye ten tang makan makanan yang bergizi baik sudah mu lai di­ dengungkan. Jargon kam pa­ nye ‘4 Sehat 5 Sempurna’ (4S5S) kala itu dipopulerkan oleh se orang Guru Besar bernama Poerwo Soe dar mo atau yang hingga kini di ke nal se bagai Bapak Gizi Nasional.

‘4 Sehat 5 Sempurna’ saat itu di­ pahami sebagai konsep yang mem­ bagi makanan menjadi terdiri atas empat sumber nutrisi pening yaitu ma kanan pokok, lauk pauk, sayur­ ma yur, dan buah­buahan. Keempat sum ber nutrisi pening itu lalu di sem­ pur nakan dengan susu yang dapat dikonsumsi sesuai kemampuan daya beli masyarakat. Jadi, empat sum ber

nutrisi pening menjadi lima sem pur­ na dengan minum susu.

Menurut catatan Yayasan Kegizian Pengem bangan Foriikasi pangan In do nesia, kampanye 4S5S saat itu juga diasumsikan sebagai solusi te­ pat menjawab berbagai persoalan gizi di tanah air. Kebiasaan makan ma s yarakat makin sehat sehingga ber bagai masalah kesehatan karena ke kurangan dan kelebihan gizi dapat di cegah dan dikurangi.

Namun, asumsi ini idak terwujud baik di Indonesia maupun di negara lain termasuk AS sebagai negara asal kampanye 4S5S atau “Basic Four” itu

dengan berbagai fakta yang ber kem­ bang di tengah masyarakat dunia.

Fakta yang ditemukan antara lain

menyebutkan, susunan makanan ter­ diri atas empat sumber nutrisi pening dalam 4S5S masih dianggap belum tentu sebagai makanan sehat karena masih harus melihat porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan seseorang dan usianya.

Selain itu, susu bukan “makanan sempurna” seperi anggapan umum se lama ini. Dengan anggapan itu ba­ nyak orang, termasuk kalangan pe­ me rintah, menganggap susu merupa­ kan “jawaban” atas masalah gizi. Se­ benar nya, susu adalah sumber pro­ tein hewani yang juga terdapat pada telur, ikan dan daging.

Maka, slogan 4S5S kemudian d i ­ anggap idak lagi sesuai dengan per ­ kembangan iptek gizi. “Basic Four”

Gizi yang baik akan menghasilkan generasi Indonesia yang unggul di masa

depan. Istilah atau nama pedoman boleh berganti tapi yang terpenting adalah

pemenuhannya tiap hari.

Cerdas GiZi,

Cerdas istilah

(17)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 17

KEsEhAtAN

dari AS yang diciptakan tahun 1940­ an bertujuan mencegah pola ma­ kan orang Amerika yang cen de rung banyak lemak, ing gi gula, dan kurang serat. Na mun, setelah dievaluasi tahun 1970­an, ternyata slogan ini idak memperbaiki pola makan pen duduk Amerika, yang disertai dengan meningkatnya penyakit de ge­ neraif terkait gizi. Sejak itu, slo gan “Basic Four”diperbarui

dan di sem purna kan menjadi

“Nutriion Guide for Balance Diet.”

Pada konferensi pangan se du nia yang diadakan oleh FAO ta hun 1992 di Roma dan Genewa, antara lain ditetapkan agar semua ne gara ber­ kem bang yang semula meng gu na kan slogan sejenis “Basic Four” mem per­

baiki menjadi “Nutriion Guide for Balance Diet.”

Keputusan FAO ini lalu diterapkan di Indonesia dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 dengan nama Pedoma Gizi Seimbang (PGS) dan menjadi ba ­ gian dari program perbaikan gizi. Na­ mun, dalam perjalanannya, PGS ku­ rang disosialisasikan sehingga ter jadi pemahaman yang salah dan mas ya­ rakat cenderung tetap meng gu na kan 4S5S.

Baru pada tahun 2009 secara res­ mi PGS diterima masyarakat, se suai dengan Undang­Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang menyebutkan se cara eksplisit “Gizi Seimbang” da­ lam program perbaikan gizi.

Gizi Seimbang adalah su sunan ma kanan sehari­hari yang menga n­ dung zat­zat gizi dalam jenis dan jum­ lah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan mem per haikan prin­ sip keaneka ra ga man atau variasi ma­ kan an, akivitas isik, kebersihan, dan be rat badan (BB) ideal.

Yayasan Kegizian dalam situs res­ mi nya memaparkan pula beberapa prin sip PGS antara lain menegaskan

bahwa selain jenis makanan, pola ma kan juga memperhaikan pula pro­ porsi yang berbeda untuk seiap ke­ lom pok yang disesuaikan atau di seim­ bang kan dengan kebutuhan tubuh. PGS pun memperhaikan aspek ke­ ber sihan makanan, akivitas isik, dan kaitan nya dengan pola hidup sehat lain.

Susu, dalam PGS, ditempatkan da­ lam satu kelompok sebagai sumber pro tein hewani yang baik. Dari segi kua l i tas protein, telur diketahui lebih baik dari susu karena daya cerna pro­ tein telur lebih inggi daripada susu.

Apapun isilahnya, saat ini yang ter pening adalah terpenuhinya gizi ya ng baik dalam konsumsi masyarakat se hari­hari. Dalam peringatan Hari Gi zi Nasional tahun 2015 ini, Tjan­ dra Yoga Aditama, Kepala Badan Pe ne li ian dan Pengembangan Ke­ se hat an (Balitbangkes) Kemenkes, me nuturkan bahwa makanan bergizi i dak selalu mahal dan yang perlu di ­ per haikan adalah makanan yang me­ ngan dung zat gizi seimbang, melipui pro tein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.

“Dulu hal itu disebut dengan ma­ kan an 4 sehat 5 sempurna, terdiri dari nasi, lauk, buah, sayur (4 se hat) dan ditambah susu men ja di 5 sempurna. Kini konsep itu diperbaiki menjadi makana bergizi seimbang,” kata Tjan­ dra.

Makanan sehat, lanjut Tjandra, i­ dak dilihat dari berat asupan per je nis bahan pangan (nasi, terigu, da ging, ikan, dan lainnya) tapi lebih di li hat dari aspek asupan zat gizi secara total

makanan.

Sumber zat gizi protein, karbohi drat, lemak, vitamin, dan mineral da pat diperoleh dari ikan, kedelai, ka cang­ kacangan lainnya. Vitamin dan mineral diperoleh dari sayuran lokal seperi bayam, kangkung, tomat dan lainnya, serta buah­buahan.

Data Global Nutriion Report 2014 me nunjukkan, Indonesia termasuk ne gara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan de ngan ingginya prevalensi stuning,

pre valensi wasing, dan masalah gizi le bih.

Data Riset Kesehatan Dasar (Ris­ kes das) 2013 juga menunjukkan pre­ va lensi gizi kurang pada balita yang luktuaif dari 18,4 persen pada 2007, menurun menjadi 17,9 persen pada 2010 dan meningkat lagi menjadi 19,6 persen pada 2013.

Sementara obesitas sentral meru­ pa kan kondisi sebagai faktor risiko yang berkaitan erat dengan beberapa penyakit kronis. Obesitas sentral adalah bila laki­laki memiliki lingkar perut lebih dari 90 cm dan perempuan dengan lingkar perut lebih dari 80 cm. Secara nasional, prevalensi obesitas sentral pada 2013 adalah 26.6 persen, lebih inggi dari prevalensi pada 2007 (18,8 persen). Adapun masalah

stuning atau pendek pada balita

ditunjukkan dengan angka nasional 37,2 persen.

Masalah gizi memiliki dampak yang luas, idak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kemaian, tapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dengan produkivitas opimal. (IN)

(18)

pustaka

A

pakah yang menyebabkan ter jadi nya kemiskinan pa­ da suatu bangsa? Ada yang meyakini secara se der hana bahwa faktor internal se peri masalah nasib dan kondisi isik sebagai penye­ bab kemiskinan. Pendapat lain adalah, bahwa faktor eksternal seperi keter­ gan tungan terhadap pihak lain serta ber bagai kebijakan pemerintah yang idak berimbang sebagai akar ma sa­ lah nya.

Masalah kemiskinan bisa dikata­ kan sebagai masalah yang iada heni mewarnai kehidupan bangsa Indo­ ne sia di masa kemerdekaan, bahkan pada masa penjajahan. Kesinam­ bu ngan masalah kemiskinan dari masa ke masa ditandai oleh berbagai kebijakan yang dikeluarkan pada pe­ rio de pemerintahan yang satu ke periode pemerinahan yang lain, dari pre siden satu ke presiden yang lain.

Salah satu prode pemerintahan ­pe riode paling panjang dalam sejarah Indo nesia­ adalah pemerintaha Or­ de Baru yang menjalankan stra tegi pembengunan berdasarkan tri lo­ gy: stabilitas, pertumbuhan, dan pe merataan. Pada periode peme­ rin tah Orde Baru inilah dinamika penanggulangan kemiskinan sangat beragam.

Apa saja argumennya, memang idak bisa disangka bahwa kebijkan pemerintah menjadi faktor utama di dalam mempengaruhi perkembangn jumlah penduduk miskin di wilayah­ nya. Beberapa kebijakan pemerintah yang menyebabkan semakin banyak­ nya jumlah penduduk di Indo ne sia yang terpuruk dan men jadi mis kin belakangan ini bisa di in ve tari sasi sebagai berikut : (a) Strategi pem ba­ ngunan ekonomi yang men do rong industrialisasi meng gan i kan produk­ produk impor (industrialisasi subsi­ tusi impor) pada kenyataannya idak berjalan dengan baik, jika idak mau dikatakan kurang berhasil, (b) ke ­ bijakan penyesuaian/kenaikan harga

bahan bakar minyak pada gi lir an nya menyebabkan adanya pe ning katan harga­harga umum (inlasi), dan (c) Berbagai kebijakan pe me rin tah yang bersifat distorif, saling tum pang indih, dan idak konsisten, hanya melahirkan dan melestarikan pe ning­ katan ekonomi biaya inggi (high cost

economic) di berbagai bidang sektor.

Pemerintah Indonesia pada masa Orde Baru pada dasarnya sudah melakukan berbagai upaya penang­ gu langan kemiskinan semenjak da­ sa warsa 1970­an. Sekurang­kuran­ g nya ada iga corak usaha untuk me ngentaskan masyarakat dari ke­ mis kinan, yaitu pendekatan peme­ nuhan kebutuhan dasar, pendekatan pemberdayaaan masyarakat, dan pendekatan berbasis hak.

Pendekatan pemenuhan dasar adalah upaya­upaya untuk menekan­ kan pada pemenuhan kebutuhan da­ sar manusia untuk bisa hidup layak, antara lain diwujudkan berupa peme­ nuhan pangan, kesehatan dasar, air bersih dan sanitasi, pendidikan, serta tempat inggal yang layak.

Aspek yang diaanggap pening da lam pendekatan pemberdayaan ma s ya rakat atau pendekatan pem­ bang un an berbasis komunitas (co­

m mu nity-based development

ap-pro ach), adalah adanya usaha un­

tuk mengurangi kesenjangan sosial dengan meningkatkan kapabilitas sum ber daya manusia, terutama pada kelompok­kelompok masyarakat yang merupakan penduduk miskin. Upaya­ Judu Buku :

Dinamika Penanggulangan Kemiskinan, Tinjauan Historis Era Orde BaruPenyusun :

Hari Susanto Penerbit :

Khanata, Pustaka LP3ES Tebal : xxxviii + 266 hlm Peresensi : Deni Adam Malik

MeneroPonG

(19)

JANUARI 2015|BRAFO PMK | 19

PustAKA

pustaka

upaya yang ditempuh di dalam pen­ de katan ini melalui pembangunan infras truktur pedesaan, distribusi aset ekonomi dan modal usaha/kerja penguatan kelembagaan masyarakat.

Membahas masalah hakikat ke­ mis ki nan di Indonesia, khususnya era orde baru, juga dapat dilihat dari la ­ poran staisik yang dikeluarkan pe­ me rintah, yang terungkap bahwa pada tahun 1970 angka kemiskinan abso lut tampaknya sudah berada pada iik yang memprihainkan. Le­ bih parahnya lagi, bahwa daerah pe­ de saan menjadi sarang kemiskinan yang paling besar.

Atas dasar kondisi yang mempri­ hain kan tersebut, Presiden Soeharto yang memimpin pemerintahan orde baru mengambil berbagai lang kah kebijakan dan indakan untuk men­ coba mengatasi dan mem per baiki kon disi perekonomian Indonesia yang memang sudah parah saat itu. Untuk mengetahui berbagai langkah yang diambil oleh pemerintah orde baru tersebut, perlu diketahui pem­ babakan kebijakan orde baru serta faktor­faktor eksternal yang ikut mempengaruhinya.

Perjalanan perekonomian orde baru dalam dalam kurun waktu 1966­1996, bisa dibagi kedalam iga fase sebagai berikut: Fase Pertama;

1966­1973: stabilitasi, rehabilitasi, liberalisasi parsial dan pemulihan ekonomi; Fase Kedua, 1974­1982: bom minyak, pertumbuhan ekonomi yang cepat dan meningkatnya inter­ vensi pemerintah; Fase keiga, 1983­ 1996: periode setelah bom minyak, deregulasi, liberalisasi yang telah di­ perbaharui dan pertumbuhan eko­ nomi yang didorong oleh peningkatan ekspor yang cepat.

Pemerintah kemudian menjalan­ kan iga tahap program ekonomi yaitu: stabilisasi, rehabilitasi dan

pem bangun an. Ada empat program jangka pendek yang di jalankan peme­ rintah orde baru, yaitu menghenikan hiperinlasi dan mengupayakan sta­ bili sasi ekonomi, mengurangi control atas sistem perdagangan luar negeri dan nilai tukar rupiah yang diisilahkan dengan decontrol, penjadwalan kem­ bali (reschedule) hutang­hutang luar negeri dan mencari kembali hutang baru untuk memperbaiki posisi neraca pembayaran, serta pemerintah meng­ u n dang para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Di samping kebijakan ekonomi yang sudah mulai menunjukan hasil, ternyata kita melihat ada faktor eks­ ter nal yang sangat berperan disini. Ada kenaikan harga minyak dunia di tahun 1973­1974, dan ini kemudian berlanjut hingga ke tahun 1981.

Bonanza minyak ini sudah pasi telah

memberikan keuntungan tersendiri bagi Pemerintahan Soeharto. Tinggi­ nya porsi ekspor minyak bumi dan gas alam (migas) yang lebih dari 60 persen di pertengahan tahun 1970­ an, menyebabkan Indonesia menjadi negara yang kaya secara mendadak saat itu karena pendapatan ekspor migas tersebut.

Selama pembangunan Jangka Pan jang Pertama (PJP 1), 1970­1995, melalui berbagi sektor pem ba ngun­ an, kita mencatat bahwa ber ba gai langkah dan kebijakan telah di laku­ kan untuk menanggulangi ke mis kin­ a n, walaupun kegiatan idak meng­ gunakan isilah kemiskinan, tapi misalnya muncul isilah pem bangun­ an daerah rawan, rentan, kriis dan lain –lain.

Berdasarkan catatan, harus diakui, bahwa sejak tahun 1976 hingga 1996 jumlah kaum miskin di Indonesia telah turun sebesar 31,7 juta jiwa. Demikian juga dengan angka head

count index, dalam periode waktu yang sama menunjukan, persentase penduduk miskin telah turun dari 40,08 persen menjadi 11,34 persen dan penurunan absolute terbesar terjadi di wilayah pedesaan.

Keberhasilan pemerintahan orde baru dalam program pengentasan ke miskinan sudah diakui oleh ber ba­ gai lembaga termasuk lembaga inter­ nasional seperi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Bahkan sebagai mana banyak dikatakan orang, turun­ nya angka kemiskinan absolut dan prosentase penduduk miskin secara drasis merupakan mukjizat di era orde baru.

Nilai­nilai posiif yang dihasilkan oleh rejim masa lalu, idak ada salah­ nya pula, bila ingin digunakan di dalam mengimplementasikan kebijakan atau dijadikan sebagai masukan di dalam menyusun perencanaan kebijakan untuk menyerang atau mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada saat –saat sekarang ini.

(20)

PENdidiKAN

A

nies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebuda ya­ an, mengusulkan berdiri­ nya suatu direktorat baru di kementerian nya. Usulan yang mulai berhembus pada Desember tahun lalu itu mengkhususkan diri pada peran orang tua dalam mendidik anak, m

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan tugas, Kepala Balai, Kepala Subbagian Tata Usaha, dan Kepala Seksi dan Koordinator Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi,

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan unsur-unsur organisasi dan kelompok jabatan fungsional dilingkungan Dinas wajib menerapkan prinsip koordinasi,

 Pada tanggal 30 Juni, WHO mengikuti sebuah pertemuan yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tentang peningkatan pelacakan

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas; Kementerian Keuangan; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Agama;

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pegawai di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang tidak diberikan tunjangan

Sehubungan dengan permintaan data proyeksi kebutuhan dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan inventarisasi aset tetap di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, yang ditinjau

Benturan kepentingan adalah situasi dimana pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memiliki atau patut