• Tidak ada hasil yang ditemukan

ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari Juni 2017 p-issn: e-issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ITTIHAD, Vol. I, No.1, Januari Juni 2017 p-issn: e-issn:"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENGAWASAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT AL HIJRAH DESA LAUT DENDANG

KEC. PERCUT SEI TUAN KAB. DELI SERDANG Suriani

Alumnus Prodi Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan e-mail: [email protected]

Abstract: This research aims to know the Implementation of supervision in an effort to Improve the quality of education of Islam in Al Hijrah SDIT Dendang PercutSei Sub Sea Villages hosting the Deli Serdang district. Qualitative research using research approaches. Data collection is the observation, documentation and interviews. Research findings are: 1) the supervision of academics run by existing components at the school involving the school principal and teachers. Climate study builds upon a reference or rules set forth the school, 2) managerial oversight is conducted by the head of school, every week the school principal held a meeting with teachers to discuss follow-up program that has been planned, the program's most prominent character-based, i.e., the students are required to perform devotions that have been set by the school, 3) implementation Oversight in improving the quality of education of islam begins from the headmaster's ability in analyzing the SWOT.

Keyword : Supervision, Quality Improvement, Islamic Religious Education. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Pengawasan Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDIT Al Hijrah Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Pendekatan penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Temuan penelitian yaitu: 1) pengawasan bidang akademik dijalankan oleh komponen yang ada di sekolah yang melibatkan kepala sekolah dan guru. Iklim pembelajaran dibangun berdasarkan acuan atau aturan yang ditetapkan sekolah, 2) pengawasan bidang manajerial dilakukan oleh kepala sekolah, setiap sepekan kepala sekolah mengadakan rapat dengan para guru untuk membicarakan follow up atas program yang telah direncanakan, program yang paling menonjol yaitu berbasis karakter, siswa diwajibkan untuk menjalankan ibadah-ibadah yang telah ditetapkan oleh sekolah, 3) implementasi Pengawasan dalam mening-katkan mutu pendidikan agama islam diawali dari kemampuan kepala sekolah dalam menganalisis SWOT.

Kata Kunci : Pengawasan, Peningkatan Mutu, Pendidikan Agama Islam. PENDAHULUAN

Peran Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) dalam pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) sangat strategis. Peran tersebut terkait dengan peningkatan kualitas keprofesionalan guru. Di sini PPAI berperan sebagai mana-jer, pemimpin, perencana, pelatih,

komu-nikator, agen perubahan, pengambil kepu-tusan dan bahkan sebagai motivator dan fasilitator serta evaluator. Karena itu, rek-rutmen dan pembinaan karir Pengawas Pendidikan Agama Islam harus ditingkat-kan dalam sistem manajemen pendididitingkat-kan nasional, khususnya dalam kerangka pem-binaan guru.

(2)

Tuntutan perbaikan kualitas tenaga pendidikan di setiap penting sekali di-penuhi agar menjadi efektif untuk mem-bina sumber daya manusia (SDM) yang berkualitassesuai tuntutan lokal, regional dan global. Bagaimanapun, melalui proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), setiap anak didik diharapkan supaya potensinya berkem-bang secara optimal sehingga menguasai pengetahuan agama, memiliki akhlak yang mulia, serta mengamalkan ajaran agama Islam secara keseluruhan.1 Hal tersebut

hanya mungkin dicapai manakala GPAI benar-benar profesional. Untuk terjamin-nya proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan baik, diperlukan kehadiran Pengawas Pendi-dikan Agama Islam sebagai pejabat fung-sional yang memberikan pembinaan ter-hadap GPAI melalui rangkaian aktivitas pengawasan.

Kepala sekolah juga disebut penga-was di sekolah yang dipimpinnya. Karena kepala sekolah merupakan guru yang menjabat sebagai pemimpin/manajer yang bertanggung jawab atas guru-guru dan staf yang dibawah pimpinannya. Seorang kepala sekolah harus mampu menjadi penggerak, sehingga semua kar-yawan dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Tentunya untuk mengatur semua pekerjaan dan pembagian tugas di dalam madrasah haruslah betul-betul diperhatikan oleh kepala sekolah, agar semua karyawan dapat bekerja dengan baik dan tujuan dapat tercapai.

Mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pendidikan Agama Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap keberhasilan PAI, diantara faktor-faktor tersebut adalah faktor kepemimpinan pengawas. Dalam

1Abdul Hamid dan A. Kadir Djailani, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ditjen

Bimbingan Islam, 2003), hal.1.

hal ini pengawas terbagi dua, yaitu penga-was eksternal dan pengapenga-was internal. Adapun yang termasuk pengawas ekster-nal adalah pengawas/sekolah, pengawas internal adalah kepala/sekolah. Kemudian faktor kinerja guru, kedua faktor ini me-rupakan faktor yang sangat esensi, karena kedua faktor ini yang sangat mem-pengaruhi dan berhubungan secara signi-fikan terhadap keefektifan pembelajaran di madrasah.

Pengawas sesungguhnya menggagas peran yang penting sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas diberi tanggung jawab dan we-wenang penuh untuk melaksanakan pen-didikan, penilaian dan pembinaan teknis serta administratip pada satuan pendi-dikan.2 Kepala sebagai pengawas dan

manajerial disatu lembaga pendidikan juga berkewajiban menciptakan ling-kungan pembelajaran yang kondusif terutama mengkoordinir guru-guru mad-rasah dan nya agar melengkapi dokumen mengajar agar tidak terjadi kekaburan dalam pencapaian tujuan. Kerjasama dan komunikasi yang baik di madrasah dan meghasilkan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Sagala menyatakan bahwa keefek-tifan adalah spesifikasi prosedur pengem-bangan organisasi yang konsisten secara aktual terhadap kebutuhan dan pembela-jaran berpusat pada proses manajerial kepala sekolah, berfungsi struktur organi-sasi, performansi guru, kesiapan belajar siswa, dan performansi kerja personil non guru sehingga tercapai tujuan dan target secara optimal. Defenisi ini mengindikasi-kan amengindikasi-kan pentingnya proses manejerial kepala, keberfungsian struktur organisasi, kinerja (performance) guru, kesiapan belajar siswa, dan kinerja personil non guru.

2 Depag, RI. Direktorat Jendral Kelembagaan

Agama Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi

Pendidikan Agama, (Jakarta : Depag RI, 2003), hal.

(3)

98 |

Signifikasinya hubungan antara pengawas dengan kinerja guru, dikatakan oleh Imam suprayogo bahwa betapa besar dan strategisnya peran manajer dalam memajukan madrasah sebab mereka adalah pimpinan diberbagai lapisan mad-rasah, mereka tidak saja memiliki ke-kuatan untuk mengarahkan, memberikan bimbingan, mengontrol dan mengevaluasi, melainkan juga kekuatan penggerak, yaitu elemen yang selalu memperkuat dan memperbarui etos, cita-cita dan imajinasi secara terus-menerus.3

Pengawas satuan pendidikan adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejum-lah tertentu yang ditunjuk/diterapkan dalam upaya meningkatkan kualitas pro-ses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pengawas sebagai pelaku penga-wasan kepada jajaran pendidikan akan berperan aktif memberi masukan, arahan dan bimbingan tentang penerapan mana-jemen kelas yang baik maupun membina guru madrasah dalam menjalankan tugas belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan di semua tingkatan baik tingkat dasar maupun tingkat lanjutan.

Dari latar belakang yang dikemuka-kan di atas, jelas peranan pengawas sangat diharapkan agar terus berkonsentrasi me-laksanakan tanggung jawab dan kewa-jibannya dalam membina guru-guru dalam hal ini guru madrasah, sebab gurupun punya latar belakang yang beragam, me-robah cara fikir mereka ke arah inovasi pendidikan yang syarat dengat pesan globalisasi, menciptakan pendampingan yang nyaman tanpa tertekan sehingga ter-cipta keterbukaan dari kedua belah pihak. Supandi mengatakan bahwa ada 2 hal yang melatar belakangi perlunya di-adakan supervisi dalam proses pendi-dikan, pertama, perkembangan kurikulum

3 Imam Suprayogo, Revormasi Visi Pendi-dikan Islam, (Malang: STAIN Press, 1999), hal. 73.

sebagai gejala kemajuan pendidikan dan kedua, pengembangan personal, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus menerus dalam satu organisasi.4 Supervisi di atas adalah

me-rupakan satu kerja rutinitas yang has dilakukan oleh pengawas karena tuntutan kurikulum yang dinamis dan terus mem-butuhkan penyempurnaan baik secara dokumentasi maupun secara kontekstual di lapangan. Pembinaan secara terus menerus untuk personil guru madrasah membutuhkan ketekunan yang menuntut rasa tanggung jawab yang besar, sebab ditangan pengawas yang ulet akan di-harapkan tercapainya tujuan pendidikan Islam yang efisien.

Fenomena yang terjadi di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa adanya kerjasama yang baik antara pengawas PAI dengan kepala sekolah dan para guru. Sebagai bukti siswa-siswi SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang mempunyai keterampilan untuk menghafal surah. Disiplin sholat, puasa dan amalan-amalan yang lainnya. Di SDIT Al Hijrah 2 ini amalan wajib dianggap sudah menjadi kebiasaan bagi siswa-siswinya, sehingga mereka sudah membiasakan untuk melak-sanakan amalan-amalan sunah seperti puasa senin kamis dan sebagainya.

Disamping keterampilan di atas, siswa-siswi SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang juga membiasa-kan untuk tidak jajan, karena memang di sekolah tidak disediakan jajanan, inilah budaya hemat yang diterapkan di sekolah ini. Kompetensi yang tinggi ini tidak serta merta berkembang dengan sendirinya, resepnya adalah kepemimpinan dari pengawas PAI dan juga kepala sekolah yang tiada henti untuk mendampingi guru

4 Supandi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta:

Departemen Agama Universitas Terbuka, 1996), hal. 252.

(4)

madrasah agar terus melengkapi adminis-trasi mengajarnya dan mengembangkan kompetensinya dalam mengajar.

Melihat penjelasan di atas bahwa manajemen pengawas menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam mengem-bangkan kompetensi guru sehingga meningkatkan mutu pendidikan di suatu madrasah yang dipimpinnya. Oleh sebab itulah penulis ingin mengadakan pene-litian dengan judul “Implementasi Penga-wasan Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.”

Penelitian ini berfokus pada bentuk, sasaran dan pelaksanaan pengawasan dalam upaya meningkatkan mutu Pendi-dikan Agama Islam di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang.

KAJIAN TEORI

Pengertian Pengawas

Pengawasan mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu.5 Suatu hal yang sangat

penting dalam pengelolaan pendidikan, baik yang dikelola oleh pemerintah mau-pun swasta adalah bagaimana mana-jemennya dilaksanakan secara ber-kwalitas. Pengawasan dilingkungan pendi-dikan sering juga diartikan sebagai eva-luasi ada juga yang menyebut dengan istilah supervisi. Baik pengawasan, eva-luasi maupun supervisi memeiliki arti yang sama, yaitu menilai hasil kerja. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh pihak-pihak yang kedudukannya lebih senior dari yang melaksanakan pekerjaan atau tugas.

Demikian di lingkungan pendidikan dikenal petugas-petugas pengawas pendi-dikan. Dari pengawas tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah menengah

5 Terry dan Leslie, Dasar-Dasar Manajemen,

Penerjemah: G.A. Ticoalu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hal. 9.

atas. Mereka adalah pejabat-pejabat fung-sional yang bertugas untuk melaksanakan pengawasan di lingkungan sekolah.6

Tugas pokok pengawas sekolah/ satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melak-sanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni: 1. Melakukan pembinaan pengembangan

kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,

2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya.

3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.

Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan mana-jerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan pembinaan, peni-laian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pem-belajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.

Sedangkan wewenang yang diberi-kan kepada pengawas sekolah meliputi: (1). Memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi,

6 Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan,

(Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2012), hal. 25-26.

(5)

100 |

(2). Menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya yang diawasi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, (3). Menentukan atau mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan. Wewenang tersebut menyiratkan adanya otonomi pengawas untuk menentukan langkah dan strategi dalam menentukan prosedur kerja kepengawasan. Namun demikian, pengawas perlu berkolaborasi dengan kepala sekolah dan guru agar dalam melaksanakan tugasnya sejalan dengan arah pengembangan sekolah yang telah ditetapkan kepala sekolah.

Berdasarkan kedua tugas pokok di atas maka kegiatan yang dilakukan oleh pengawas antara lain:

1. Menyusun program kerja kepenga-wasan untuk setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.

2. Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/ bimbingan siswa dan kemampuan guru.

3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pem-belajaran / bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbing-an siswa.

4. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah.

5. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang pro-ses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/bimbingan siswa.

6. Melaksanakan penilaian dan moni-toring penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya mulai dari peneri-maan siswa baru, pelaksanaan pem-belajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah.

7. Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan melapor-kannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan stakeholder lain-nya.

8. Melaksanakan penilaian hasil penga-wasan seluruh sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester berikutnya. 9. Memberikan bahan penilaian kepada

sekolah dalam rangka akreditasi seko-lah.

10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam meme-cahkan masalah yang dihadapi seko-lah berkaitan dengan penyeleng-garaan pendidikan.

Sasaran dan Bentuk Pengawasan

Dilihat sebagai proses, tindakan pengawasan terdiri atas empat langkah universal berikut:7

a. Menetapkan suatu kriteria atau stan-dar pengukuran/penilaian;

b. Mengukur atau menilai perbuatan (performance) yang sedang atau sudah dilakukan.

c. Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetap-kan perbedaannya jika ada.

d. Memperbaiki penyimpangan dari stan-dar (jika ada) dengan tindakan pem-betulan.

Afifuddin dan Sobri Sutikno mem-bagi pengawasan kepada tiga mem-bagian, di-antaranya adalah :

1. Bentuk Pengawasan Atasan Langsung (PAL).

Pengawasan atasan langsung merupakan pengawasan yang dilaku-kan oleh atasan langsung, baik diting-kat pusat maupun ditingditing-kat daerah. Pengawasan ini dilakukan oleh setiap atasan setiap saat disetiap pemberian tugas, dan fungsi bawahan disertai

7 Sutisna Oteng, Administrasi Pendidikan (Dasar Teoriritis untuk Praktek Profesional,

(6)

pemberian petunjuk atau tindakan korektif bila perlu.

2. Bentuk Pengawasan Fungsional (Was-nal)

Pengawasan fungsional ini lakukan oleh aparat secara khusus di-tugasi untuk membantu pimpinan untuk menlaksanakan pengawasan dalam batas kewenangan yang di-tentukan.

3. Bentuk Pengawasan Melekat (Wakat) Pengawasan Waskat dilakukan oleh setiap jabatan/pegawai dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan membandingkan tindakan yang ada, sedang, atau telah dilak-sanakan dengan alat pengawasan melekat setiap jabatan pimpinan pada semua tingkatan wajib menciptakan alat pengawasan melekat bagi satuan-satuan kerja.

Menurut Ngalim Purwanto tujuan pengawasan melekat bagi para pemimpin ialah untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan fungsi dan pengendalian yang melekat padanya dengan baik, sehingga apabila ada pe-nyelewengan, pemborosan, korupsi, pim-pinan unit kerja dapat mengambil tin-dakan koreksi sedini mungkin.

Pengertian Mutu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indo-nesia disebutkan, mutu adalah ukuran, baik buruk suatu benda, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya) kualitas.8 Mutu mengandung makna

dera-jat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible. Mutu berkenaan dengan penilaian bagaimana suatu produk me-menuhi kriteria, stándar atau rujukan ter-tentu. Dalam dunia pendidikan, standar ini menurut Depdiknas dapat dirumuskan melalui hasil belajar mutu pelajaran yang

8 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hal. 677.

skolastik yang dapat diukur secara kuan-titatif, dan pengamatan secara kualitatif, khususnya bidang-bidang pengetahuan sosial. Rumusan mutu pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang.9 Dalam hal ini, mutu

pen-didikan yang dimaksud adalah kemam-puan lembaga pendidikan dalam men-dayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.

Sallis mengemukakan bahwa mutu adalah sebuah filosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk meren-canakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eks-ternal yang berlebihan.10

Danim mengatakan bahwa mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.11

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu (quality) adalah sebuah filosofos dan metodologis, tentang (ukuran) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan spesipikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunaan agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eks-ternal yang berlebihan.

Secara bahasa, peningkatan mutu terdiri dari dua kata yaitu peningkatan dan mutu. Kata peningkatan memiliki arti proses, cara, atau perbuatan

9 Depdiknas, Kurikulum dan Hasil Belajar

(Jakarta: Dikmenum, 2004), hal. 2.

10 Edward Sallis, Total Quality Management in Education, cet.I (London: Longman, 1993), Alih

Bahasa Ahmad Ali Riyadi (yogyakarta: IRCiSoD, 2006), hal. 33.

11 Sudarwan denim, Visi Baru Manjemen Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 225.

(7)

102 |

kan (usaha, kegiatan, dan lain-lain).12

Sedangkan kata mutu artinya kualitas atau (ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf/derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).13

Mutu Pendidikan

Mutu pendidkan adalah suatu keber-hasilan proeses pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan kenik-matan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlihat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, affektif dan psiko-motorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.

Mutu pendidikan merupakan stan-dart yang harus dicapai oleh suatu lem-baga pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang ber-mutu adalah lulusan yang memiliki kom-petensi yang disyaratkan. Out-come pendi-dikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan kejenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia industri.

Mengapa pendidikan harus ber-mutu? Pendidikan saat ini, dalam hal pen-didikan persekolahan dihadapkan pada berbagai tantangan baik nasioanal mau-pun internasiaonal. Tantangan nasional muncul dari dunia ekonomi, sosial, bu-daya, politik dan keamanan. Perkem-bangan budaya global saat ini malah mengikis budaya asli bangsa, khususnya budaya daerah. Dari sisi keamanan, masyarakat merasa tidak aman berjalan ditempat-tempat sepi karena perampokan juga semakain marak. Kondisi nasioanal tersebut menantang dunia pendidikan untuk dapat menghasilkan lulusan yang

12 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),

hal. 951.

13 Ibid., hal. 604.

mampu memecahkan dan membawa Indo-nesia pada bangsa yang maju dan beradab. Untuk meningkatkan mutu pendi-dikan, Danim menyarankan harus melibat-kan lima faktor dominan yaitu:14

1. Kepemimpinan kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.

2. Siswa, pendekatan yang harus dilaku-kan adalah “anak sebagai pusat” sehingga kompetensi dan kemempuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginfentarisir kekuatan yang ada pada siswa.

3. Guru, pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, Lokakarya serta pelatihan, sehingga hisil dari kegiatan tersebut diterapka di sekolah.

4. Kurikulum, adanya kurikulu yang ajeg/tetap tetapi dinamis, dapat me-mungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal. 5. Jaringan kerjasama, Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada linkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetepi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/ instansi sehingga output dari sekolah dapat terserat di dunia kerja.

Berdasarkan pendapat di atas, per-ubahan paradigma harus dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan ba-wahan sehingga mereka mempunyai lang-kah dan strategi yang sama yaitu men-ciptakan mutu dilingkungan kerja pendi-dikan. Pimpinan dan bawahan harus men-jadi satu tim yang utuh (team work) yang saling membutuhkan dan saling mengisi

14 Danim, Visi Baru…, hal. 56.

(8)

kekurangan yang ada sehingga target (goals) akan tercipta dengan baik.

Pendidikan Agama Islam

Paling tidak ada dua makna yang dapat diambil dari terminologi Pendidikan Islam. Pertama, pendidikan tentang Islam, kedua pendidikan menurut Islam. Ter-minologi pertama lebih memandang Islam sebagai subject matter dalam pendidikan, sedangkan terminologi kedua lebih me-nempatkan Islam sebagai perspektif dalam Pendidikan Islam.15 Secara jujur

harus diakui bahwa Pendidikan Islam selama ini banyak dipahami dalam pengertian yang pertama, sehingga konsep Pendidikan Islam lebih berorien-tasi pada materi, kurikulum dan metode bagaimana seorang guru menyampaikan materi Pendidikan Islam kepada anak didik. Bila Pendidikan Islam difahami dengan pengertian yang pertama, maka proses yang terjadi adalah pengalihan nilai-nilai Islam (Transfer of Islamic Values) dari generasi tua kepada generasi muda tanpa harus menciptakan kondisi yang membuat anak didik berfikir kreatif dan progresif.

Bila pengertian Pendidikan Islam dipahami dengan konsep kedua, maka tidak akan memandang Islam sebagai seperangkat nilai yang merupakan bagian dari sistem pendidikan, melainkan me-mandang pendidikan sebagai suatu proses yang menjadi bagian dari sistem kehi-dupan Islam.16 Karenanya, berarti Islam

bukanlah mata pelajaran yang harus diajarkan kepada peserta didik, melainkan Islam lebih merupakan jiwa dari pendi-dikan itu sendiri, dengan demikian, Islam berarti mempunyai konsep-konsep ten-tang pendidikan.

Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa Muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan

15 Mohammad Djazaman, Konsep Pendidikan Islam, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 1,

tahun 1991, hal. 90.

16Ibid., hal. 91.

bimbing pertumbuhan serta perkem-bangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkem-bangannya.17 Pendidikan secara teoretis

mengandung pengertian “memberi makan” (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohani-ah, juga sering diartikan dengan “menum-buhkan” kemampuan dasar manusia. Bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam maka harus berproses melalui sistem Pendidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler.18 Esensi dari

potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu terletak pada keimanan atau keya-kinan, ilmu pengetahuan, akhlak (mora-litas) dan pengalamannya.19 Keempat

potensi esensial ini menjadi tujan fung-sional Pendidikan Islam. Oleh karenanya, dalam strategi Pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran proses Pendidikan Islam sampai tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang Mukmin atau Muslim, Muhsin dan Mukhlisin.

Mutu dalam pendidikan agama Islam yaitu bagaimana sekolah atau madrasah bisamenyeimbangkan antara proses dan hasil pendidikan yang pada akhirnya peserta didik (lulusannya) menjadi manusia muslim yang berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu mengembang-kan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Pemahaman manusia berkualitas dalam khasanah pemikiran Islam sering disebut sebagai insan kamil yang mem-punyai sifat-sifat antara lain manusia yang

17 Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pen-dekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2003), hal. 22.

18Ibid.,hal. 24.

19Moh. Fadhil Al-Djamali, al-Tarbiyah al Insan jadid (Tunisia Syghly: Matba’ah

(9)

104 |

selaras (jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (sebagai indi-vidu dan sosial), manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, bersikap ilmiah dan berwawasan ke depan), serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.20

Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa Pendidikan Agama adalah usaha-usaha yang berupa bimbingan atau asuhan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik yang diarahkan pada pembentukan kepribadian anak yang utama sesuai dengan ajaran agama Islam. Kepribadian yang utama itu adalah kepribadian Muslim.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai implementasi pengawasan dalam upaya meningkatkan mutu pendididkan agama Islam di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Situasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah situasi, aktifitas dan pelaksanaan Mana-jemen Supervisor dalam Upaya Mening-katkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Delii Serdang.

Data yang diperoleh dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat secara langsung, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi dari kepala Sekolah, Guru, dan semua unsur yang ber-kaitan dengan penelitian di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

20 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pen-didikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), hal. 201.

Setelah data dan informasi yang diperlukan terkumpul, selanjutnya diana-lisis dalam rangka menemukan makna temuan. Analisi data adalah mengor-ganisasikan dan mengurut data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain.21 Pada

penelitian ini, penelitian menggunakan analisis data model Milles dan Huberman yang terdiri dari: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) kesimpulan.22

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Ada beberapa temuan penelitian dalam penelitian ini yaitu:

Temuan pertama, mengenai bentuk pengawasan dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang. Pengawasan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Akan tetapi, jadwal kepengawasan tidak terjadwal dengan baik. Hal ini tergambar melalui rencana kerja kepala sekolah dengan tidak ter-jadwal menerapkan supervisi akademik pada saat proses kegiatan belajar meng-ajar. Supervisi akademik penting dilaku-kan kepada guru, supaya perkembangan kualitas guru dapat terukur. Kegiatan supervisi akademik dilakukan untuk mengetahui delapan keterampilan guru saat berada di dalam kelas. Untuk itu, perlu adanya analisis kembali terhadap peningkatan kualitas guru. Fokus terhadap peningkatan mutu hanya banyak pada program, efektivitas implementasi ke-pengawasan tidak sepenuhnya diperhati-kan. Hal ini dapat kita lihat pada program

21 Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur Pene-litian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka

Cipta), hal. 344.

(10)

bina mutu dengan uraian sub program: Remedial, studi ekskursi, bimbingan belajar, try out, sains club, English club. Ini bertujuan untuk meningatkan mutu ilmu pengetahuan dan pengalaman siswa yang baik secara pribadi, sosial dan spiritual.

Temuan Kedua, mengenaisasaran pengawasan dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang. Sasaran pengawasan tertuju pada pening-katan profesionalisme guru. Kepala Sekolah mengupayakan peningkatan pro-fesionalisme guru dengan mengadakan pelatihan guru, pelatihan IT, seminar, workshop dan yang lainnya. Akan tetapi, dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru tidak maksimal mengupayakan media pembelajaran. Sarana prasarana yang ada tidak sepenuhnya bisa men-cukupi kebutuhan guru saat di dalam kelas.

Sekolah tidak sepenuhnya tertuju kepada strategis sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan, hal ini dapat kita lihat pada ketidakefektifan antara program dengan pelaksanaan ter-hadap analisis SWOT. Menurut Boseman dkk.23 ada tujuh tahap proses manajemen

strategik (1). Melakukan analisis SWOT secara cermat dan akurat; (2). Melakukan formulasi tentang misi organisasi; (3). Melakukan formulasi tentang filosofi dan kebijakan organisasi; (4). Menetapkan sasaran strategis organisasi; (5). Menetap-kan strategi organisasi; (6). MelaksanaMenetap-kan strategi organisasi dan (7). Melakukan kontrol strategi organisasi. Analisis SWOT menyediakan para pengambil keputusan organisasi akan informasi yang dapat menyiapkan dasar dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tin-dakan. Jika keputusan itu diterapkan secara efektif akan memungkinkan seko-lah mencapai tujuannya.

23 Boseman, dkk. Strategic management: Text and Cases, Second Edition, John Wiley & Sons,

(Inc, Printed In Singapore 1989), hal. 6.

Sutisna menegaskan bahwa tindakan pengawasan terdiri dari tiga langkah universal (1). Mengukur perbuatan atau kinerja, (2). Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaan-perbedaan jika ada; (3) memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan24.

Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu adalah penting, untuk me-nentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnya penyimpangan, kemudian mengambil tin-dakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber sekolah dimanfaat-kan secara efektif dan efisien.

Temuan Ketiga, mengenai pelaksana-an pengawaspelaksana-an dalam upaya meningkat-kan mutu Pendidimeningkat-kan Agama Islam di SDIT Al Hijrah 2 Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli serdang. Pelaksanaan pengawasan di sekolah ini meliputi kegiatan manajerial dan aka-demik. Kegiatan manajerial mencakup kurikulum, peserta didik, personalia, sarana prasarana, keuangan, layanan khusus, kewirausahaan, ketatausahaan, mitra dengan masyarakat. Kegiatan demik meliputi kegiatan supervisi aka-demik. Akan tetapi, kepala sekolah tidak maksimal menjalani supervisi akademik. Sehingga keterampilan guru dalam meng-ajar tidak sepenuhnya terungkap dengan efektif dan efisien.

Pengawasan manajerial pada dasar-nya berfungsi sebagai pembinaan, penilai-an dpenilai-an bpenilai-antupenilai-an/bimbingpenilai-an kepada kepala sekolah/madrasah dan seluruh tenaga kependidikan lainnya di rasah dalam pengelolaan sekolah/mad-rasah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan kinerja kepala sekolah serta kinerja tenaga kependidikan lainnya.

Pengawasan akademik berkaitan dengan fungsi pembinaan, penilaian,

24 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoretis untuk Praktek Profesional,

(11)

106 |

perbantuan, dan pengembangan kemam-puan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa. Sejalan dengan fungsi pengawas sekolah/madrasah di atas, maka kegiatan yang harus dilaksana-kan oleh para pengawas di Kantor Kemen-terian Agama berupa, melakukan pem-binaan pengembangan kualitas sekolah/ madrasah, kinerja sekolah/madrasah,

kinerja kepala sekolah/madrasah, kinerja guru, dan kinerja seluruh tenaga kepen-didikan di sekolah/madrasah, melakukan monitoring pelaksanaan program seko-lah/madrasah beserta pengembangannya, melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah/madrasah.

(12)
(13)

|107 DAFTAR BACAAN

Al-Djamali, Moh. Fadhil. (1967). al-Tarbiyah al Insân al-Jadîd, Tunisia al-Syghly: Matba’ah al-Ittihad al-‘Aam.

Arifin, Muhammad. (2003). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Boseman, dkk. (1989). Strategic management: Text and Cases, Second Edition, John Wiley & Sons, Inc, Printed In Singapore.

Danim, Sudarwan. (2007). Visi Baru Manjemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.

Depag, RI. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. (2003). Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, Jakarta : Departemen Agama RI.

Depdiknas. (2004). Kurikulum dan Hasil Belajar, Jakarta: Dikmenum.

Djazaman, Mohammad. (1991). Konsep Pendidikan Islam, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 1.

Hamid, Abdul dan A. Kadir Djailani. (2003). Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Ditjen Bimbingan Islam.

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Oteng, Sutisna. (2010). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoretis untuk Praktek Profesional, Bandung : Penerbit Angkasa.

Sallis, Edward. (2006). Total Quality Management in Education, cet.I (London: Longman, 1993), alih bahasa Ahmad ali Riyadi, Yogyakarta: IRCiSoD.

Supandi. (1996). Administrasi Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama Universitas Ter-buka.

Suprayogo, Imam. (1999). Revormasi Visi Pendidikan Islam, Malang: STAIN Press.

Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoriritis untuk Praktek Profesional, Bandung : Angkasa.

Terry dan Leslie. (2013). Dasar-Dasar Manajemen, Penerjemah: G.A. Ticoalu, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tim Penyusun, (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini menggunakan uji t untuk mengetahui mengetahui apakah variabel perputaran piutang dan perputaran persediaan secara parsial mempengaruhi profitabilitas,

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada empat sub pelajaran yang tidak sesuai dengan KI dan KD, dikatakan tidak sesuai karena dalam silabus sudah

Bentuk pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di desa Cikidang pada tahun ini adalah penyuluhan pembentukan kelembagaan PAUD yaitu yayasan yang menaungi

Abstrak: Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Lingkungan XII Kelurahan Tegal Sari Mandala 1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

Sistem pakar dapat mendiagnosa penyakit anjing melalui gejala yang diberikan oleh pengguna. Secara umum sistem ini bekerja dengan mengambil pesan yang dikirimkan oleh

PENGARUH PENERAPAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) DAN KEBIJAKAN PERTANIAN TERHADAP EFEKTIVITAS LAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS (Studi Kasus di UPTD Sub

Dari hasil penelitian ini juga diharpkan mempunyai kontribusi besar untuk menginspirasi pimpinan lembaga pendidikan dalam memanfaatkan literasi digital kedalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola asuh yang diterapkan orang tua siswa kelas V SD se-gugus V Kecamatan Samigaluh Kulon Progo, Karakter disiplin siswa kelas V SD