• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR BERBASIS KEARIFAN LOKAL TRI KAYA PARISUDHA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR BERBASIS KEARIFAN LOKAL TRI KAYA PARISUDHA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR BERBASIS

KEARIFAN LOKAL TRI KAYA PARISUDHA TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA

Kd. Dwi Suarnaya

1

, I Kt. Dibia

2, Md. Suarjana3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Kadekdwi.suaryana@yahoo.co.id

1

, dibiabhs@yahoo.co.id

2

,

pgsd_undiksha@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya

parisudha dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa

kelas V di Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester ganjil di Gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 256 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan yang berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 3 Kalibubuk yang berjumlah 34 orang sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 5,94 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%)

= 2,000. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha dan kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dilihat dari hasil perhitungan rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 22,11 lebih besar dari rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 15,38, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: model pembelajaran tandur, hasil belajar IPA

Abstract

This research purpose were to know the differences of science’s learning result between students who learnt by tandur learning model based on local wisdom tri kaya parisudha and students who learnt using conventional learning model in grade fifth students Cluster XV District of Buleleng, Buleleng regency in academic year 2013/2014. The type of this research was a quasi experiment. Population of this research was grade fifth students Cluster XV District of Buleleng, Buleleng regency in academic year 2013/2014 which amounts to 256 students. The sample of this study was fifth grade students in SD Negeri 3 Anturan amounting to 36 students as experimental class and fifth grade students of SD Negeri 3 Kalibubuk amounting to 34 people as the control class. Science students learning outcome data were collected with a multiple choice test instrument. The data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test). Based on the analysis of

data, obtained t arithmetic = 5,94 dan ttable (at the 5% significance level) = 2,000. That mean

tarithmetic > ttable so it can be interpreted that there is there are differences in learning outcomes

IPA between students who learnt by tandur learning model based on local wisdom tri kaya parisudha and students who learnt using conventional learning model. Viewed from the

(2)

results of the calculation of average science learning outcomes experimental group was 22.11 higher than the average results of science learning control group was 15.38, so it can be concluded that the application of tandur learning model based on local wisdom tri kaya parisudha influence on students' learning outcomes in science’s in grade fifth students Cluster XV District of Buleleng, Buleleng regency in academic year 2013/2014.

Keywords: tandur learning model, science’s learning result

PENDAHULUAN

Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih menekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak didik menjadi lebih dewasa. Fungsi pendidikan adalah menghilangkan sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Orang yang berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan juga kemiskinan. Oleh sebab itu, dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui proses pendidikan akan mampu mengatasi berbagai problema hidup yang dihadapi (Sagala, 2007).

Pendidikan harus mengenali siapa pelanggannya dan dari pengenalan ini pendidikan memahami apa aspirasi dan kebutuhannnya (need assessment).

Setelah mengetahui aspirasi dan kebutuhan mereka, baru ditentukan sistem pendidikan, semacam kurikulum, dan persyaratan pengajarannya (Uno, 2009). Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Pemerintah Indonesia dari tahun 1994 sampai sekarang telah

melakukan perubahan kurikulum sebanyak dua kali, dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kemudian yang terakhir kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KBK yang telah direvisi melalui KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis pendidikan formal. Perubahan tersebut harus diikuti oleh guru sebagai orang yang berperan penting serta bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Peran guru hendaknya bisa menciptakan kondisi belajar yang kondusif, di mana guru hendaknya mampu menentukan strategi pembelajaran yang tepat, dan mempertimbangkan karakteristik siswa, karakteristik bahan ajar, serta sarana penunjang. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan undang-undang sistem pendidikan nasional serta undang–undang guru dan dosen (Wena, 2010). Namun, upaya yang telah dilakukan masih belum optimal dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Salah satu masalahnya adalah masih rendahnya hasil belajar peserta didik. Hal ini nampak pada rerata hasil belajar peserta didik yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata ulangan umum IPA siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Umum IPA Siswa di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng

No. Nama Sekolah Kelas KKM Rata-rata Nilai IPA 1 SD Negeri 1 Kalibukbuk IV1 60 53,32 2 SD Negeri 2 Kalibukbuk IV2 65 52,13 IV3 65 50,83 3 SD Negeri 3 Kalibukbuk IV4 63 53,59 4 SD Negeri 4 Kalibukbuk IV5 63 62,56 5 SD Negeri 1 Anturan IV6 63 60,67 6 SD Negeri 2 Anturan IV7 65 51,82 7 SD Negeri 3 Anturan IV8 65 53,66

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di beberapa SD tersebut juga masih kurang, penyebabnya adalah kondisi pembelajaran masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri yaitu belajar untuk belajar (Trianto, 2007). Kondisi pembelajaran seperti ini, memang mampu membuat siswa menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterima, namun kenyataannya mereka tidak memahami materi tersebut. Proses belajar mengajar hanya berpusat pada kemampuan berpikir tingkat rendah, mengingat, dan menghafal, bukan melengkapinya dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah, namun dengan metode ini sangat sedikit materi yang dapat diserap oleh siswa terutama dalam pelajaran IPA, sebab siswa dengan metode ini hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh gurunya sehingga pengetahuan yang diperoleh tidak bertahan lama. Belajar yang demikian cenderung bersifat menerima pengetahuan bukan membangun sendiri pengetahuan (Kesuma et al., 2010).

Dalam pengajaran IPA, metode dan pendekatan serta model yang telah dipilih, merupakan alat komunikasi yang baik antara pengajar dan anak, sehingga setiap pengajaran dan setiap uraian materi yang disajikan dapat memberikan motivasi belajar. IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, yang menekankan pada proses pembelajaran yang mempelajari lingkungan atau alam yang ada disekitar siswa. Umumnya proses pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD) menekankan pada pengetahuan siswa

yang bersifat hafalan. Tetapi, sekarang ini diharapkan agar pendidikan IPA di SD bukan hanya menekankan hal–hal yang bersifat hafalan tetapi juga membelajarkan siswa untuk dapat melakukan suatu percobaan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan.

Perilaku belajar yang kurang produktif dan pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak, memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi disekolah-sekolah, jika perilaku belajar yang kurang produktif dan berorientasi pembelajaran pada penguasaan materi terjadi terus menerus maka kualitas pendidikan akan semakin merosot.

Melihat kualitas pembelajaran semakin merosot, maka hal tersebut perlu dicarikan suatu solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan hasil belajar sekaligus motivasi belajar siswa. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata siswa dan memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat diambil untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha. Model pembelajaran tandur merupakan bagian dari pembelajaran quantum teaching.

(4)

Tandur merupakan “akronim dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan” (De Porter, 2000:10). Model pembelajaran tandur tidak memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi menumbuhkan sifat-sifat positif siswa dalam belajar, menumbuhkembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah baru secara inovatif, siswa mampu memiliki pola pikir dan prilaku yang divergen, dan kemampuan kerja sama yang bersinerga dengan sesamanya. Dengan demikian, di sini tampak guru hanya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran yang memudahkan siswa dalam menangkap makna dan materi yang diajarkan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa antara model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya

parisudha sangat berbeda dengan model

pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru–guru di sekolah. Perbedaan ini dapat dilihat dari sintaks dan metode, dengan perbedaan–perbedaan antara model pembelajaran tandur dan model pembelajaran konvensional diyakini memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar IPA. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran

2013/2014 di Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Mengingat tidak semua variabel/gejala yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian post-test

only control group design dengan

memberikan perlakuan eksperimental berupa model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Kedua kelompok tersebut, sama-sama diberikan

post-test.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng yang terdiri atas 7 sekolah dasar. Jumlah keseluruhan populasinya adalah 256 orang. Distribusi populasi penelitian di kelas V SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Populasi Penelitian

No. SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng Kelas Jumlah Siswa

1 SD Negeri 1 Kalibukbuk V1 19 2 SD Negeri 2 Kalibukbuk V2 24 3 SD Negeri 3 Kalibukbuk V3 24 V4 34 4 SD Negeri 4 Kalibukbuk V5 36 5 SD Negeri 1 Anturan V6 39 6 SD Negeri 2 Anturan V7 44 7 SD Negeri 3 Anturan V8 36 Jumlah 256

(5)

Sebelum penelitian dilanjutkan, populasi terlebih dahulu harus diuji kesetaraanya menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil ulangan umum IPA semester genap siswa kelas IV SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 2012/2013. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan hasil ulangan umum IPA siswa kelas IV di SD Negeri 1, 2, 3, 4 Kalibukbuk dan siswa kelas IV SD Negeri 1, 2, 3 Anturan, Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013. Jadi, hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2012/2013 adalah setara. Pemilihan sampel yang digunakan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dengan cara random sampling/kelompok acak. Teknik ini

digunakan sebagai teknik pengambilan sampel karena individu-individu pada

populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak memungkinkan

untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi.

Tahap pertama dilakukan sampling terhadap sekolah, dari tujuh sekolah diambil dua sekolah sebagai sampel penelitian (subjek penelitian). Dari dua sekolah tersebut dilakukan sampling kelas untuk memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga didapatkan satu kelas sebagai kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal

tri kaya parisudha dan satu kelas sebagai

kelompok kontrol tanpa perlakuan atau belajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil random sampling

memperoleh SD Negeri 3 Anturan sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 3 Kalibukbuk sebagai kelas kontrol. SD Negeri 3 Anturan diberi perlakukan berupa model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha dan SD Negeri 3 Kalibukbuk diberi perlakukan pembelajaran konvensional.

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha yang diimplementasikan dalam pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk diberikan pada kelas kontrol. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada mata pelajaran IPA.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Perangkat tes digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA. Perangkat tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes pilihan ganda dengan satu jawaban benar. Tes ini terdiri dari 40 butir soal. Setiap item soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh siswa (alternatif a, b, c, dan d) setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0. Kemudian skor setiap item dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPA.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil post-test terhadap 36 orang siswa kelas Kelas V di SD Negeri 3 Anturan yang belajar dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha dalam kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 30 dan skor terendah adalah 13, dengan modus 23,3, median 22,59 dan mean 22,11. Dengan demikian modus > median > mean (23,3>22,59>22,11). Apabila hasil tersebut digambarkan dalam kurve poligon menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen merupakan juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi seperti yang tampak pada Gambar 1 berikut.

(6)

Gambar 1 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Jika mean kelompok eksperimen dikonversi, maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal

tri kaya parisudha tergolong tinggi, yaitu

pada rentangan skor 18,7 < X ≤ 24 sebanyak 4 orang atau 11,11%. Hasil ini berbeda dengan perolehan post-test

kelompok kontrol. Hasil post-test terhadap 34 orang siswa kelas Kelas V di SD Negeri 3 Kalibukbuk yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dalam kelompok kontrol, menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 24 dan skor terendah adalah 7, dengan modus 14,51, median 14,90 dan mean 15,13.

Dengan demikian, modus<median<mean (14,51<14,90<15,13). Apabila hasil tersebut

digambarkan dalam kurve poligon menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok kontrol merupakan juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah seperti yang tampak pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

Jika mean kelompok kontrol dikonversi, maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada kategori sedang, yaitu pada rentangan skor 13,3 < X ≤ 18,7 sebanyak 10 orang atau 29,41%.

Hasil uji prasyarat, yaitu normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Hasil perhitungan menggunakan rumus

Chi-Square pada uji normalitas diperoleh hasil

belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha berdistribusi normal dengan χ2hitung = 6,11 <

harga χ2tabel = 7,815 dan kelompok siswa

yang dibelajarkan menggunakan pengajaran model konvensional juga berdistribusi normal dengan harga χ2hitung =

4,52 < harga χ2tabel = 7,815. Begitu pula

dengan hasil uji homogenitas menggunakan rumus uji F, varians data hasil belajar IPA siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pengajaran konvensional

(7)

adalah homogen, yaitu Fhitung= 1,05 < Ftabel

= 1,93.

Sedangkan dari pengujian hipótesis diketahui bahwa hasil perhitungan uji-t dengan rumus polled varians diperoleh thitung

sebesar 5,94 dan ttabel pada taraf

signifikansi 5% adalah 2,00. Sehingga,

thitung > ttabel yaitu 5,94 > 2,00 pada derajat

kebebasan 65 sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tandur berbasis tri kaya parisudha dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 2012/2013.

Pembahasan

Analisis data penelitian menunjukkan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya

parisudha lebih tinggi dari siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional. Tinjauan tersebut didasarkan pada rata– rata skor hasil belajar IPA siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya

parisudha lebih tinggi dari rata-rata skor

hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal

tri kaya parisudha dan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan perlakuan pada kegiatan pembelajaran dan proses penyampaian materi yang telah dilakukan.

Pada pembelajaran dengan model tandur berbasis kearifan lokal tri kaya

parisudha, menekankan siswa menjadi

lebih aktif adapun langkah-langkahnya yaitu, (1) Tumbuhkan, yaitu menumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan, tentunya dengan orientasi manfaat konsep yang akan dibelajarkan ditinjau dari segi

kehidupan pelajar, (2) Alami, pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa, untuk memperoleh pengalaman– pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh mereka, misalnya dengan melakukan demontrasi atau eksperimen sendiri, (3) Namai, pada tahap ini, guru menyediakan kata-kata kunci, konsep, kerangka, rumus, dan lain–lain yang merupakan materi utama yang menjadi pesan pembelajaran, (4) Demonstrasikan, guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu, (5) Ulangi, guru menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi konsep yang telah dipelajari dan menegaskan kepada siswa bahwa dirinya “memang benar–benar tahu apa yang diketahui”. Pengulangan akan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”, (6) Rayakan, guru memberikan pengakuan atas upaya yang telah dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian, partisipasi, pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif Model pembelajaran tandur di dukung juga dengan bantuan kearifan lokal tri kaya

parisudha, yang terdiri dari tiga bagian

yaitu, selalu berpikir yang baik (manacika), berkata–kata atau berbicara yang baik (wacika), dan berbuat yang baik (kayika) (Murda, 2008). Tujuanya adalah agar siswa yang akan mengikuti pembelajaran lebih disiplin dalam proses belajar, fokus dalam melakukan kegiatan di dalam kelas dan bisa menjaga sikap dalam pembelajaran kelompok.

Berbeda halnya pada pembelajaran konvensional, kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih didominasi oleh kegiatan guru. Pada pembelajaran ini guru lebih banyak menjelaskan materi pelajaran, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru dan cenderung membuat siswa menjadi bosan dalam belajar. Setelah menjelaskan materi, guru menyuruh siswa membaca buku pelajaran dan menyuruh siswa mengerjakan soal-soal yang ada pada buku tersebut. Setelah soal-soal selesai dikerjakan dalam kurun waktu yang sudah ditentukan, guru menyuruh siswa mengerjakannya di papan tulis. Pembelajaran yang dilakukan tersebut

(8)

sesuai dengan ciri-ciri dari pembelajaran konvensional menurut Burrowes (dalam Gampil, 2012:23), yaitu “(1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis.” Kegiatan pembelajaran seperti ini sangat membuat suasana pembelajaran menjadi kurang menarik dan terlihat membosankan. Saat pembelajaran berlangsung, hampir semua siswa pasif, hanya diam dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa juga hanya mencatat sesuai perintah guru tanpa berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari selama mengikuti pembelajaran. Siswa belajar secara individual tanpa adanya interaksi dalam bentuk kelompok pada saat proses pembelajaran. Akibatnya, hasil pembelajaran yang diperoleh siswa menjadi rendah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan model tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha dan yang dibelajarkan dengan model konvensional, hal ini dapat ditunjukkan dari nilai rata–rata yang mengikuti pembelajaran dengan model tandur berbasis kearifan lokal tri

kaya parisudha adalah 22,11 lebih besar

dibandingkan dengan yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional adalah 15,38. Kualifikasi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional berada pada kategori sedang. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan, simpulan, dan implikasi yang diuraikan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1) Siswa-siswa di sekolah dasar agar lebih aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan lebih meningkatkan kerja

sama dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. 2) Guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu strategi pembelajaran yang inovatif dan didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa dan membuat siswa

lebih aktif di dalam pembelajaran. 3) Sekolah yang mengalami permasalahan

rendahnya hasil belajar siswa di sekolah, disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya parisudha dalam pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar IPA di sekolah. 4) Kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran tandur berbasis kearifan lokal tri kaya

parisudha, sangat memungkinkan menguji

pengaruh strategi tersebut terhadap variabel yang lain seperti motivasi belajar, dan penguasaan konsep.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Anak Agung, Gede. 2005.

Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA.

---. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Ahmadi. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. Budiningsih, C.A. 2004. Belajar dan

pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1991. Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek

Pembinaan Tenaga

(9)

De Porter, Bobbi et.al. 2000. Quantum

Teaching: Mempraktikkan

Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Degeng, Sudana I Nyoman. 2001.

Landasan dan Wawasan

Kependidikan. Malang : Lembaga

Pengembangan dan Pendidikan (LP3) Universitas Negeri Malang. Dimyati & Moedjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

---.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Erman Suherman, dkk. 2003. Pembelajaran

Sains dan Matematika. Jakarta:

Bumi Aksara.

Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia.

Gampil, I Ketut Sri. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT)

berbantuan Media gambar terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V Semester Genap SD Negeri 6 Tianyar Barat Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha

Hudojo, Herman. 1981. Teori Belajar untuk

Pengajaran IPA. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kesuma, D., Hermana, D., Supardan, D., & Undang, G. 2010. Contextual

teaching and learning: Sebuah

panduan awal dalam

pengembangan PBM.

Yogyakarta: Rahayasa.

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam

Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Murda, I Nym. 2008. Pengembangan Implementasi Perangkat Pembeajaran PKn dengan Pendekatan Tri Kaya Parisudha untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Sekolah Dasar. Tesis (Tidak diterbitkan). Universitas Negeri Surabaya.

Nurkancana, Wayan & Sunartana. 1990.

Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:

Usaha Nasional.

Rimm, Sylvia, Dr. 1998. Smart Parenting,

Mendidik anak dengan bijak.

Jakarta: PT. Grasindo.

Stein & Book, 2002. Ledakan EQ. Bandung: Kaifa.

Subana, M & Sunarti. 2005. Strategi Belajar

Mengajar. Bandung: Pustaka

Setia.

Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung: CV

Alfabeta.

Santiasih, Ni Luh. 2011. ”Penerapan Konsep Multiple Intelligence Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II SD No. 5 Kerobokan Kelod Kuta Utara Badung Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi

(tidak diterbitkan) Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Undiksha

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sarini, Ni Made. 2009. ”Pengaruh Model Pembelajaran Quantum teaching Melalui Strategi TANDUR Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP Negeri 6

(10)

Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha. Sudartawan, Ketut. 2011. ”Implementasi

Model Quantum Teaching

Berbantuan Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Kelas IV SD N 3 Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Undiksha.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu

dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Uno, H. B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran

Inovatif Kontemporer Suatu

Tinjauan Konseptual

Operasional. Jakarta: Bumi

Gambar

Gambar  2      Kurva  Poligon  Data  Hasil  Belajar  IPA  Kelompok  Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

disertai jurnal siswa terhadap kemampuan menerapkan konsep pada materi perubahan lingkungan, dan (2) pengaruh model guided inquiry disertai jurnal siswa terhadap

memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak adalah ibu postmatur yang memiliki bayi yang mengalami asfiksia sedang yaitu sebanyak 25 orang (53,2%) dan yang paling

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru, siswa, dan proses pembelajaran apresiasi puisi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jatisrono, Kabupaten Wonogiri kelas XI tahun

Bab ini akan menguraikan tentang kondisi biofisik ekosistem gambut di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, pola-pola pemanfaatan lahan gambut oleh masyarakat, komoditas

Selain menggunakan aturan trapezoidal untuk menentukan nilai integral suatu fungsi f(x) antara nilai a ke nilai b, aturan lain yang sering juga digunakan adalah aturan Simpson..

SMA Muhammadiyah 1 Pati membutuhkan sebuah sistem informasi perpustakaan dengan tampilan sederhana dan mudah dipahami yang dapat memudahkan pekerjaan para

Biaya tetap pada usaha pengolahan susu pasteurisasi merupakan beberapa biaya yang harus dikeluarkan KMS untuk modal kerja yang tidak tergantung dengan besar