commit to user
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN
KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI CV.
CAHYA JAYA SUKOHARJO
Heny Lisia Siagian R.0212019
PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2016
commit to user
Hubungan Tekanan Panas Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi CV. Cahya Jaya, Sukoharjo
The Correlation between Heat Pressure with Work Fatigue on Workers of Production Section CV. Cahya Jaya, Sukoharjo
Heny Lisia Siagian1, Lusi Ismayenti2, Ipop Sjarifah3 Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
ABSTRACT
Background : The process of making plastic used machine that produce heat
temperature and its done at closed room with minimum ventilation and asbestos substance roof. This is make heat pressure that can cause a work fatigue on the workers at that room. This research purpose are to know the correlation of heat pressure with work fatigue.
Methods : This reasearch is an analitycal survey research with cross sectional design.
The sampling technique used purposive sampling. The population is all the workers in plastic factory CV. Cahya Jaya has numbered 55 people and retrieved samples 35 people. This research used a heat stress area, the tools to find out the heat pressure and reaction timer to find out the work fatigue. The data analysis technique used the statistical test Pearson Correlation.
Result : The research result is there is a significant correlation between heat pressure
with work fatigue where the p value = 0,000. From 35 respondent, there is known as the mean number of heat pressure temperature that accepted by workers is 31,66 and the mean number of respondent work fatigue is 404,6.
Conclusion : There is a significant correlation between heat pressure with work fatigue. Keywords : Work Fatigue, Heat Pressure.
1
Student of Occupational Health and Safety, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
2
Program Diploma 4 Occupational Health and Safety, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
commit to user
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri manufaktur diIndonesia akhir- akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut data Badan Pusat Satistik, selama tiga tahun terakhir terjadi kenaikan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang dimana pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 4,41% dari tahun 2009 dan produksi tahun 2009 naik sebesar 1,34% dari tahun 2008. Pertumbuhan produksi industri manufaktur yang cukup signifikan ini memerlukan sumber daya manusia untuk menjalan operasinya (Badan Pusat Statistik, 2011)
Dalam menjalankan proses produksinya, industri manufaktur sangat membutuhkan sumber daya manusia yang sehat, efisien dan produktif. Agar terciptanya sumber daya manusia yang sehat, efisien dan produktif harus diperhatikan beberapa aspek salah satunya adalah lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif.
Suhu setempat dan eksistensi kehidupan sangat erat berhubungan demikian pula efek cuaca kerja kepada daya kerja. Efisiensi kerja sangat di pengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja. Suhu nikmat demikian sekitar 24-26oC bagi orang-orang
Indonesia (Suma’mur, 2009).
Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh (Tarwaka dkk, 2004). Kondisi panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan menyebabkan kelelahan kerja (Nurmianto, 2008).
CV. Cahya Jaya Sukoharjo adalah industri yang bergerak di bidang pembuatan plastik dimana dalam proses produksinya menggunakan peralatan dan mesin- mesin. Dengan kondisi lingkungan kerja yang beratapkan asbes, kurangnya ventilasi serta adanya keluhan tenaga kerja selama proses yaitu cepat merasa lelah, mudah merasa haus, mudah mengantuk, sehingga mempengaruhi produktivitas kerja, selain itu panas di dalam ruangan juga ditambah dari mesin-mesin yang ada dalam ruangan ketika mesin-mesin dioperasikan.
commit to user Berdasarkan penelitian Krisanti
(2011) tentang Hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi di CV. Rakabu Furniture Surakarta disimpulkan terdapat Hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,000 (p ≤ 0,01). Sedangkan hasil penelitian Basarudin (2008) Hubungan tekanan panas terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Hok Tong Kota Pontianak disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna dengan nilai p =0,001 r = 0,555).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di CV. Cahya Jaya Sukoharjo, peneliti telah melakukan pengukuran tekanan panas diruang proses produksi dengan menggunakan alat Heat
Stress Area diperoleh Wet Bulb Globe Temperature (WBGT in) sebesar 30 ºC.
Untuk beban kerja tenaga kerja dikategorikan beban kerja sedang yaitu 100–125 denyut/menit, dengan waktu kerja 7 jam dan istirahat 1 jam, maka termasuk dalam kategori waktu kerja 75% kerja 25% istirahat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik plastik CV. Cahya Jaya Sukoharjo. Hasil penelitian ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian perusahaan terhadap tenaga kerja yang bekerja agar dapat bekerja dengan lebih sehat, selamat dan produktif.
SUBJEK DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik menggunakan desain penelitian CrossSectional menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di
pabrik plastik CV. Cahya Jaya Sukoharjo. Pada penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh pekerja pabrik plastik CV. Cahya Jaya Sukoharjo yang berjumlah 45 orang.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah tekanan panas, sedangkan variabel terikatnya adalah kelelahan kerja. Tekanan panas adalah besarnya suhu ruangan yang diterima oleh pekerja saat melakukan pekerjaan di pabrik plastik CV. Cahya Jaya Sukoharjo. Alat ukur tekanan panas adalah heat stress area merk quest temp. Kelelahan kerja adalah keadaan dimana tenaga kerja mengalami kelelahan pada saat atau setelah bekerja yang berakibat pada penurunan fungsi fisiologis tubuh sehingga performansi tenaga kerja menurun yang akhirnya dapat menyebabkan rendahnya produktivitas kerja. Alat ukur kelelahan kerja adalah
commit to user Data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 23.0 dengan uji statistik Korelasi
Pearson. Dengan interpretasi hasil sebagai
berikut :
1. Jika p (value) ≤ 0,05 maka hasil uji signifikan
2. Jika p (value) > 0.05 maka hasil uji tidak signifikan
3. Kekuatan korelasi (r) 0,0 sd < 0,2 maka hasil sangat lemah
4. Kekuatan korelasi (r) 0,2 sd < 0,4 maka hasil lemah
5. Kekuatan korelasi (r) 0,4 sd < 0,6 maka hasil sedang
6. Kekuatan korelasi (r) 0,6 sd < 0,8 maka hasil kuat
7. Kekuatan korelasi (r) 0,8 sd 1 maka hasil sangat kuat.
HASIL
Pada penelitian ini untuk karakteristik jenis kelamin adalah perempuan semua sehingga dapat dikendalikan oleh peneliti.
Dari hasil penelitian didapatkan tendenskarateristik responden berdasarkan umur dan masa kerja dibawah ini
Tabel 1. Tendensi dan Uji Normalitas Umur Responden
Sumber: Data Primer, 2016.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 30,1 tahun dengan usia yang masih produktif dengan minimal umur 18 tahun dan maksimal 45 tahun dengan nilai penyebaran data 7.66. Uji normalitas data yang digunakan yaitu uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel < 50 orang. Diketahui umur memiliki nilai p > 0,05, maka data terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil pengukuran uji hubungan umur dengan kelelahan kerja menggunakan uji Korelasi Pearson
diperoleh hasil nilai p = 0,383 (p < 0,05), sehingga hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kelelelahan kerja.
Tabel 2. Tendensi dan Uji Normalitas Masa Kerja
Variabel Min Max Mean p
Masa
Kerja 0.25 4 2.3 0.01 Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata masa kerja responden adalah 2.3 tahun dengan masa kerja terpendek adalah 0.25 tahun dan masa kerja terlama adalah 4 tahun. Diketahui bahwa uji normalitas data yang digunakan yaitu uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel < 50 orang. Pada uji normalitas di atas, dapat diketahui masa kerja memiliki nilai probabilitas kurang
Variabel Min Max Mean p value
Umur
commit to user dari 0,05, maka data tidak terdistribusi
normal. Karakteristik masa kerja ditransformasi untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Hasil transformasi data diperoleh karakteristik masa kerja tetap tidak terdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk karakteristik masa kerja dan kelelahan kerja menggunakan uji turunan dari uji
Korelasi Pearson yaitu uji Korelasi Spearman karena data tidak terdistribusi
normal. Diperoleh hasil nilai p = 0,075 (p < 0,05), sehingga hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kelelelahan kerja.
Tabel 3. Tendensi Tekanan Panas
Variabel Min Max Mean
Tekanan
Panas 29.40 33.30 31.66 Sumber: Data Primer, Desember 2015
Dari tabel 3 dapat diketahui rata-rata suhu tekanan panas yang diterima responden yaitu 31,66oC dengan kategori suhu sedang untuk pekerjaan dengan istirahat 75%.
Tabel 4. Tendensi Kelelahan Kerja Variabel Min Max Mean Kelelahan
Kerja 250.8 530.7 404.6 Sumber: Data Primer, 2016.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa dari 34 responden rata-rata hasil pengukuran sebesar 404.6 ml/det dan
sebagian responden mengalami tingkat kelelahan ringan.
Tabel 5. Hasil Uji Statistik Korelasi
Pearson
Variabel r p
Tekanan Panas x
Kelelahan Kerja 0,929 0,001
Sumber : Data Primer, 2016.
Berdasarkan tabel hasil uji
Korelasi Pearson di atas menunjukan nilai
p value = 0,001 (p < 0.05) yang memiliki arti bahwa ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan kelelahan kerja. Diketahui nilai kekuatan korelasi (r) = 0,929 dimana nilai kekuatan korelasi berada diantara 0,8 sampai dengan 1 yang berarti korelasi antara tekanan panas dengan kelelahan kerja adalah sangat kuat dengan arah korelasi + (positif) yang berarti bahwa arah korelasinya searah yaitu semakin besar tekanan panas yang diterima responden maka menyebabkan kelelahan kerja yang meningkat.
PEMBAHASAN
Karakteristik responden jenis kelamin yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis kelamin telah homogen. Hal ini menunjukan bahwa karakteristik responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan.
Pada penelitian responden memiliki rentan umur 18 - 45 tahun dan
commit to user rata-rata umur responden adalah 30 tahun.
Berdasarkan hasil uji statistik hubungan umur dengan kelelahan tidak terdapat hubungan yang signifikan, hal ini karena umur responden termasuk dalam umur produktif. Menurut Depkes RI (2011) menyatakan bahwa usia produktif yaitu antara 15-54 tahun. Pada usia meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ, sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun, dengan menurunnya kemampuan kemampuan organ maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan (Suma’mur, 2009). Pada usia sekitar 50-60 tahun kekuatan otot mulai menurun 15-25% (Setyowati dkk, 2014). Semua responden penelitian memiliki umur antara 18-45 tahun, sehingga faktor umur tidak mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja.
Masa kerja responden antara 3 bulan- 4 tahun dengan rata-rata 2.3 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Masa kerja erat kaitannya dengan kemampuan beradaptasi antara seorang pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Proses adaptasi dapat memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan
aktivitas atau performasi kerja, sedangkan efek negatifnya adalah batas ketahanan tubuh yang berlebihan akibat tekanan yang didapatkan pada proses kerja (Atiqoh dkk, 2014). Tidak adanya hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja dikarenakan keadaan tersebut diimbangi oleh pengalaman yang ada maupun kematangan mental pekerja tersebut (Maurits, 2010), sehingga disimpulkan masa kerja kerja tidak mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja.
Hasil pengukuran tekanan panas rata-rata yang diterima oleh responden yaitu 31.66 oC dan dalam kategori tekanan panas sedang. Hasil pengukuran menunjukan tekanan panas yang diterima responden melebihi NAB Tekanan Panas menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No.
Per.13/MEN/X/2011 tahun 2011. Menurut Sulistioningsih (2013), suhu lingkungan tempat kerja dapat mempunyai suhu tinggi dan suhu rendah. Suhu di tempat kerja dapat dipengaruhi dari mesin dan faktor lingkungan di tempat kerja. Sebagian besar responden menerima tekanan panas dipengaruhi beberapa faktor yaitu suhu panas yang bersumber dari mesin-mesin produksi seperti mesin-mesin dari proses
commit to user pemotongan lembaran plastik, proses
pencetakan dan proses pengepakan. Faktor lingkungan kerja seperti ruangan kerja yang beratabkan asbes, minimnya ventilasi udara, serta ruangan yang sempit menyebabkan minimnya aliran udara dalam ruangan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa responden bekerja pada lingkungan yang panas atau telah melebihi Nilai Ambang Batas dapat mengalami kelelahan.
Hasil pengukuran rata-rata kelelahan kerja responden yaitu 404.6 ml/det dan termasuk dalam kategori kelelahan ringan. Menurut Setyowati dkk (2014) kelelahan kerja disebabkan oleh keadaan fisik lingkungan kerja jika tekanan panas melebihi 26,7 oC. Bekerja pada temperatur tinggi dan tingkat kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada tenaga kerja. Dapat menyebabkan kejang/kram pada tenaga kerja. Tenaga kerja dengan terpapar suhu tinggi dapat mengalami kelelahan (Simarmata, 2006).
Hasil pengukuran rata-rata tekanan panas yang ada yaitu 31,66 oC dan rata-rata kelelahan kerja yang dialami oleh responden adalah 404.6 milidetik yang berarti responden mengalami kelelahan kerja ringan. Suhu panas yang ada bersumber dari atab
yang terbuat dari asbes, kurangnya ventilasi yang cukup, luas ruangan kerja yang sempit dan mesin-mesin yang dioperasikan, sehingga tenaga kerja mengeluhkan mudah merasa haus dan mudah mengantuk, dan mudah merasa lelah.
Hasil uji statistik dengan uji
Korelasi Pearson untuk hubungan tekanan
panas dengan kelelahan pada responden diperoleh p value = 0,001. Karena nilai p < 0,005 maka hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel diatas. Diketahui nilai koefisien korelasi (r) = 0,929 menunjukkan nilai kekuatan korelasi berada diantara 0,8 - 1 yang berarti korelasi antara tekanan panas dengan kelelahan kerja adalah sangat kuat dengan arah korelasi + (positif) yang berarti bahwa apabila tekanan panas meningkat maka kelelahan kerja akan meningkat pula. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kelelahan kerja responden sebesar 90% dipengaruhi oleh tekanan panas dan sisanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: umur dan masa kerja.
Hasil ini sesuai dengan teori Maurits, (2010) yang menyatakan bahwa penyebab kelelahan kerja salah satunya yaitu lingkungan kerja yang tidak memadai dan tekanan panas dengan suhu
commit to user > 26,7oC dapat mempengaruhi kelelahan
seseorang (Setyowati dkk, 2014). Menurut Depkes RI (2009), semakin tinggi panas pada lingkungan maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh dan sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan akan berpengaruh pula pada suhu tubuh. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan tubuh manusia mempunyai pengaturan suhu yang disentralisir pada dasar otak yang disebut hyphotalamus dengan bagian utama anterior yang mengatur pengeluaran suhu panas dari dalam tubuh (Mukono, 2008). Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat menyebabkan beban fisiologis pada manusia, misalnya kelelahan menjadi bertambah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulistyorini (2014) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan kelelahan. Penelitian lain yang dilakukan Indrawati (2012) juga menunjukan hasil yang sangat signifikan antara tekanan panas dengan kelelahan dengan nilai p value yaitu 0,001.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi CV. Cahya Jaya Sukoharjo, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tekanan panas rata-rata yang diterima
responden adalah sedang.
2. Tingkat kelelahan kerja rata-rata yang dialami responden CV. Cahya Jaya Sukoharjo termasuk dalam kategori kelelahan kerja ringan.
3. Ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas yang diterima responden dengan kelelahan kerja yang dialami dan memiliki tingkat hubungan sangat kuat.
SARAN
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi CV. Cahya Jaya Sukoharjo, maka disarankan hal-hal sebagai berikut antara lain :
1. Bagi peneliti, alat ukur dalam penelitian sebaiknya dipastikan dalam kondisi baik sehingga pada saat melakukan pengukuran tidak menjadi hambatan serta hasil yang didapatkan valid.
2. Pada saat pengambilan sampel sebaiknya para responden dipastikan
commit to user mengetahui alur pengukuran sehingga
dapat antri dengan baik dan tertib. 3. Sebelum dilakukan pengukuran
sebaiknya peneliti memberikan edukasi penggunaan alat sehingga responden mengerti pengoperasian alat pada saat pengukuran.
4. Bagi tenaga kerja senantiasa menerapkan pola hidup sehat dengan sarapan pagi sebelum memulai pekerjaan.
5. Bagi tenaga kerja sebaiknya melakukan peregangan pada pertengahan jam kerja agar dapat mengurangi resiko kelelahan kerja. 6. Bagi perusahaan senantiasa
menyediakan air mineral yang diletakkan di beberapa tempat agar tenaga kerja terhindar dari dehidrasi pada saat bekerja.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada penulisan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:1. Ibu Lusi Ismayenti, S.T., M.Kes dan Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku pembimbing, serta Bapak Haris Setyawan, S.KM., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kerjasama yang baik.
2. Seluruh tenaga kerja bagian produksi CV. Cahya Jaya Sukoharjo
DAFTAR PUSTAKA
Basarudin. 2008. Hubungan tekananpanas terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Hok Tong Kota Pontianak.
Budiono S. 2003. Mengenal Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang : BP Undip,
Pp:7.
Dahlan S. 2013. Statistika untuk
Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika,Pp: 170
Grandjean E. 1993. Fitting the Task
to the Man. Taylor and
Francis Journal
Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999.
Kurniawati D., Solikhah. 2012.
Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kinerja Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah
Sakit Islam Fatimah
Kabupaten Cilacap.
Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Journal Kes Mas
Krisanti. R. 2011. Hubungan antara
tekanan panas dengan
kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi di
CV.Rakabu Furniture
commit to user Universitas Sebbelas Maret.
Skripsi
Maurits L.S.K. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja.
Jogjakarta: Amara Books, Pp: 22-47
Murti B. 2010. Desain dan Ukuran
Sampel untuk Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Gajak Mada University Press,
Notoatmojo S.2010. Metodologi Peneltian Kesehatan. 1th eds. Jakarta: Rineka Cipta. Pp:26-176.
Nurmianto E. 2004. Ergonomi
Konsep Dasar dan
Aplikasinya. 2th eds.
Surabaya: Prima Printing. Pp: 135
Oesman T. 2013. Hubungan Faktor
Internal dan Faktor
Eksternal Terhadap
Kelelahan Kerja Melalui
Subjective Self Rtaing Test.
Yogyakarta:Institut Sains & Teknologi Yogyakarta. Skripsi
Santoso G. 2004. Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja. Jakarta: Prestasi
Pustaka, pp:52-54
Setyawati L. 2003. Buku Pedoman
Pengukuran Waktu Reaksi
dengan Alat Pemeriksa
Waktu Reaksi/Reaction Timer L77 Lakassidaya. Yogyakarta
: Amara Books.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kesehatan.Bandung:Alfabeta
Suma”mur. 2009. Hygiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). 2th eds. Jakarta: Sagung Seto,Pp: 407-414
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi
untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta:
Uniba Press.l, pp:33-97
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri
Dasar-dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta:
Harapan Press. Pp: 107 – 112, 345- 346.