• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI AGUSTUS A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI – AGUSTUS 2015

A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China

1. Total nilai perdagangan RR Tiongkok / RR China dengan Dunia pada periode Januari-Agustus 2015 sebesar US$ 2.516,85 miliar atau turun 9,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 2.767,33 miliar. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor RR Tiongkok / RR China ke Dunia sebesar US$ 1.463,12 miliar, turun 1,37% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 1.483,49 miliar. Sementara itu, nilai impor RR China dari Dunia periode Januari-Juni 2015 sebesar US$ 1.053,73 miliar atau turun 17,92% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 1.283,83 miliar.

2. Neraca perdagangan RR China dengan Dunia periode Januari-Agustus 2015 tercatat surplus sebesar US$ 409,38 miliar. meningkat 105,04% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat surplus sebesar US$ 199,66 miliar.

3. Negara tujuan ekspor RR China terbesar pada periode ini adalah Amerika Serikat sebesar US$ 264,61 miliar, meningkat 6,24% dibanding periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 249,07 miliar; kemudian, Hongkong sebesar US$ 196,19 miliar (-9,12%), ke Jepang sebesar US$ 87,98 miliar (-10,25%). Sementara itu, negara asal impor RR China terbesar pada periode ini, adalah Korea Selatan dengan nilai US$ 111,08 miliar, turun 7,38% dibanding periode yang sama tahun 2014; Amerika Serikat sebesar US$ 94,52 miliar (-7,27%); Jepang sebesar US$693,60 miliar (-11,64%), dan Taiwan dengan nilai impor US$ 92,81 miliar (-4,64% ).

4. Beberapa komoditi impor Non Migas RR China terbesar dari Dunia pada periode Januari-Agustus 2015, yang meningkat bila dibanding periode yang sama tahun 2014, antara lain :

 Electronic Integrated Circuits and Microassemblies (HS 8542) sebesar US$ 142,56 miliar, meningkat 4,30%;

 Electrical Appar For Line Teleph Or Line (HS 8517) sebesar US$ 29,59 miliar (10,89%) ;

(2)

 Chemical Woodpulp, Soda Or Sulfate, Oth Than Dissolving Grades (HS 4703) sebesar US$ 6,45 miliar, meningkat 6,65%;

 Cotton Yarn (Oth Th Sewing Thread), Ctaining 85% (By Wt.) Or More Cotton, (HS 5205) sebesar US$ 4,11 miliar, meningkat 9,08%;

 Furniture, Nesoi (Oth Th Seats) (HS 9403) sebesar US$ 625,89 juta (1,43%); 5. Beberapa komoditi ekspor Non Migas RR China terbesar ke Dunia, pada periode

Januari-Agustus 2015, yang meningkat bila dibanding periode yang sama tahun 2014, antara lain :

 Electrical Apparatus For Line Telephony or Line Telegr (HS 8517) sebesar US$ 125,17 miliar, meningkat 14,32% dibanding periode yang sama tahun 2014;  Electronic Integrated Circuits and Microassemblies (HS 8542) sebesar

US$ 41,61 miliar, meningkat 2,92%;

 Furniture, Nesoi (Oth Th Seats) (HS 9403) sebesar US$ 19,02 miliar, meningkat 7,46% dibanding periode yang sama tahun 2014;

 Electrical Transformers, Static Converters Or Induct (HS 8504) sebesar US$ 17,22 miliar, turun 2,98% dibanding periode yang sama tahun 2014.

B. Perkembangan Perdagangan Bilateral RR Tiongkok / RR China dengan Indonesia

1. Total nilai perdagangan RR China dengan Indonesia periode Januari-Agustus 2015 sebesar US$ 36.152,24 juta, turun 16,11% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 43.093,01 juta. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor RR China ke Indonesia sebesar US$ 23.285,18 juta, turun 8,92% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 25.565,60 juta. Sementara itu, nilai impor RR China dari Indonesia periode Januari-Agustus 2015 sebesar US$ 12.867,06 juta, turun sebesar 26,59% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 17.527,41 juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan RR China periode Januari-Agustus 2015 tercatat defisit bagi Indonesia sebesar US$ 10.418,12 juta, meningkat 29,61% bila dibandingkan dengan periode Januari-Agustus 2014, yang tercatat defisit sebesar US$ 8.038,19 juta.

(3)

2. Beberapa komoditi ekspor terbesar Indonesia ke RR China periode Januari-Agustus 2015 antara lain, adalah :

 Lignite, Agglomerated, Or Not, mencapai US$ 1.312,84 juta, turun sebesar 41,09%;

 Palm Oil and Its Fractions, Not Chemically Nodified, mencapai US$ 1.292,33 juta, turun sebesar 13,17%;

 Coal; Briquettes, Ovoids, etc, mencapai US$ 1.095,67 juta, turun sebesar 54,94%;

 Petroleum Gases and Other Gaseous Hydrocarbons, mencapai US$ 862,70 juta, naik sebesar 80,17% .

C. Informasi Lainnya

1. Perkembangan indikator ekonomi RR Tiongkok (RRT)/RR China Juli 2015. Pertumbuhan perekonomian RRT pada bulan Juli 2015 tercatat mencapai 1,3% (GDP growth rate). Sedangkan, produksi industri tumbuh 6,1% year-on-year, angka tersebut jauh di bawah ekspektasi sebesar 6,9%. Industri domestik RRT terus berusaha melawan tekanan deflasi dan lemahnya permintaan di pasar domestik dan di luar negeri. Investasi tetap aset pada kuartal kedua tumbuh sebesar 13,1% year-on-year, angkat tersebut di bawah ekspektasi 13,9%. Penjualan perumahan RRT pada kuartal kedua turun 7,3% dibandingkan dengan penurunan 7,8% di tahun 2014.

2. Pertumbuhan Ekonomi RRT semester pertama tahun 2015.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional, ekonomi RRT untuk kwartal kedua 2015 tumbuh 7%, sama seperti kwartal pertama. Dengan demikian, maka ekonomi RRT untuk semester I 2015 tumbuh sebesar 7%, atau sama seperti target Pemerintah untuk tingkat pertumbuhan tahun 2015. GDP RRT untuk semester I tercatat sebesar RMB 29,68 trilyun (US$ 4,8 trilyun), dengan sektor jasa berkontribusi sebesar 49,5%, atau naik 2,1% dari periode yang sama tahun lalu. Kontribusi sektor industri terhadap GDP sebesar 43,7%, dan sisanya kontribusi dari sektor pertanian. Sementana itu, inflasi tercatat sebesar 1,3%, Iebih rendah dari target tahunan pemerintah yaitu sebesar 3%.

Perdagangan internasional RRT semester I, turun 6,9% dan volume totalnya mencapai US$ 1,88 trilyun. Ekspor RRT ke luar negeri mencapai US$ 1,07 trilyun atau naik 1%, sementara impor RRT mencapai US$ 808 milyar, atau turun 15,5%.

(4)

Neraca perdagangan RRT mencatat surplus sebesar US$ 263,2 milyar, atau 1,5 kali lipat dibandingkan surplus periode yang sama tahun 2014.

Cadangan devisa RRT kuartal kedua tahun 2015 turun sebesar US$ 40 milyar, lebih rendah dari penurunan kuartal pertama yang mencapai US$ 113 milyar. Dengan penurunan ini, cadangan devisa RRT saat ini tercatat sebesar US$ 3,69 trilyun, dan sekaligus menandai penurunan empat bulan berturut-turut.

Konsumsi domestik semester I mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu mencapai 60% dari GDP, sementara investasi mengalami penurunan. Kondisi ini menunjukkan perubahan dalam struktur ekonomi RRT dan sesuai dengan target pemerintah, untuk meningkatkan peran konsumsi domestik dalam pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Penurunan investasi terutama dikarenakan lemahnya pasar properti dan sektor manufaktur serta kurangnya pendanaan dari pemerintah daerah. Investasi fixed-asset secara keseluruhan naik 11,4% y-o-y pada semester pertama 2015, atau turun 2,1% dibanding periode yang sama tahun 2014. Penjualan ritel barang konsumer naik 10,4% atau turun 1,7% dibanding periode yang sama tahun 2014.

Sementara itu, Outbound Direct Investment (ODI) RRT untuk Semester I tahun 2015 masih stabil, dengan investasi di sektor non finansial mencapai US$ 56 milyar, naik 29,2% dibanding periode yang sama tahun 2014.

Kenaikan ODI RRT ini, terutama disumbang oleh pembangunan rute perdagangan baru dan zona perdagangan bebas. Di samping itu, peningkatan ini juga disebabkan adanya penyederhanaan prosedur dan ketersediaan dana, yang mendorong pengusaha Tiongkok dapat memperluas bisnisnya di luar negeri. ODI RRT diperkirakan akan tumbuh sebesar 10% tahun 2015 sejalan dengan naiknya ketertarikan ekonomi negara maju untuk bekerjasama dengan Tiongkok.

Foreign Direct Investment (FDI) juga meningkat sebesar 8%, yang nilainya mencapai US$ 68,41 milyar. Sektor jasa merupakan sektor yang paling diminati oleh investor asing, terutama dari Amerika Serikat, Eropa, dan Singapura. Investasi di sektor ini meningkat sebesar 23,6% y-o-y, dan pangsanya 63,5% dari keseluruhan FDI yang masuk ke Tiongkok. Untuk sektor industri high-end, pertumbuhan FDI di sektor telekomunikasi naik tajam sebesar 231,6%, dan sektor industri kimia mencapai 71,9%, dan peralatan elektronik naik 23,6%. Model investasi yang dilakukan oleh investor asing lebih banyak dilakukan dalam bentuk mengakuisisi perusahaan lokal. Perubahan ini dipandang positif oleh berbagai

(5)

kalangan di dalam negeri, karena dinilai dapat mendorong kapabilitas teknis dari perusahaan lokal, dan juga menawarkan peluang baru untuk menjual produknya ke luar negeri.

Dalam Semester I ini, 641 perusahaan asing telah melakukan merger dan akuisisi di RRT, dengan nilai mencapai US$ 13,19 milyar, naik 336% dibanding periode yang sama tahun 2014. Jumlah perusahaan asing yang terlibat dalam proses ini, naik 21,2% dibanding periode yang sama tahun 2014.

Pertumbuhan ekonomi RRT semester I tahun 2015 di atas, prediksi pelaku pasar yang sebelumnya memperkirakan ekonomi RRT untuk periode ini tumbuh sebesar 6,8%. Oleh karena itu, pertumbuhan 7% ini dipandang positif oleh berbagai kalangan karena menunjukkan efektifitas kebijakan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Pertumbuhan ini sekaligus menimbulkan harapan baru akan kinerja ekonomi RRT tahun 2015. Beberapa pihak bahkan menyatakan bahwa downside risk ekonomi RRT semakin mengecil, dan ekonomi RRT semester II diprediksi akan membaik dibandingkan semester I tahun 2015. Namun, kinerja ekspor impor RRT yang mengalami penurunan 6,9% jauh di bawah target pertumbuhan perdagangan luar negeri 2015 sebesar 6%. Kegagalan ini terutama dikarenakan apresiasi RMB terhadap US$, dan masih Iemahnya pasar Eropa yang merupakan pasar utama RRT. Untuk mendorong kinerja sektor, Pemerintah RRT melakukan berbagai upaya termasuk memperluas impor produk konsumsi, produk berteknologi tinggi, dan perlengkapan penting. Lebih lanjut, pemerintah juga menyederhanakan prosedur bea cukai tingkat nasional dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan perdagangan luar negeri, akan sangat sulit bagi Pemerintah RRT untuk mencapai target 6%. Sejak tahun 2012, RRT tidak dapat mencapai target pertumbuhan ekspor mereka, meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai langkah kebijakan seperti tersebut di atas.

Sementara itu, dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi semester II tahun 2015, Pemerintah RRT tetap harus mengeluarkan kebijakan policy easing dan memanfaatkan momentum perbaikan ekonomi global. Rontoknya pasar saham Tiongkok beberapa minggu lalu, memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang menjaga pasar keuangan mereka. Dalam hal ini, Dewan Negara telah berkomitmen untuk mempertahankan kestabilan nilai tukar

(6)

RMB sesudah kekacauan di pasar saham, sehingga mendorong devaluasi mata uang RMB.

Lebih lanjut, penurunan kontribusi investasi terhadap GDP RRT menunjukkan suramnya pertumbuhan investasi dan masih berlanjut, terutama dikarenakan tekanan pendanaan dari pemerintah daerah. Larangan pemerintah pusat atas penggalangan dana oleh pemerintah daerah melalui lembaga pendanaan daerah tahun 2014, telah menimbulkan kesulitan bagi pemerintah daerah untuk menarik dana guna keperluan investasi. Meskipun, pemerintah pusat telah meringankan batasan obligasi yang dikeluarkan pemerintah daerah, namun mereka masih mengalami kekurangan dana investasi. Pelarangan penarikan dana melalui lembaga khusus ini, tidak lepas dari besarnya hutang pemerintah daerah sebelumnya sebagai akibat penggalangan dana yang terlalu besar melalui lembaga tersebut, dan kurang matangnya investasi yang dilakukan.

3. Dampak penurunan pasar bursa di RR Tiongkok / RR China.

Meskipun rontoknya pasar saham Tiongkok dinilai tidak berpengaruh banyak terhadap ekonomi kawasan, namun Indonesia perlu mewaspadai kondisi ini. Hilangnya kapitalisasi pasar saham Tiongkok yang mencapai US$ 3,2 trilyun, cukup siginifikan apabila dibandingkan dengan kapitalisasi pasar saham Indonesia sebesar Rp 5.008 trilyun, dan akan menimbulkan tekanan terhadap pasar saham Indonesia.

Semakin menyatunya perekonomian dunia telah menjadi suatu kenyataan yang harus dihadapi oleh berbagai negara, dengan tindakan dan kebijakan yang terkoodinasi dan terukur. Hal ini dialami oleh suatu negara dalam menghadapi kegiatan perekonomian global, regional, maupun Indonesia.

Pada pameran 12th CAEXPO dan 12th CABIS, Mendag RI menyampaikan kepada Wamendag RRT, bahwa Indonesia menyatakan keinginan untuk dapat melakukan transaksi perdagangan dengan RRT menggunakan mata uang RMB, sehingga diharapkan dapat meningkatkan perdagangan Indonesia-RRT. (bth)

Referensi

Dokumen terkait

Aflatoksin merupakan senyawa bersifat sangat toksik dan karsinogenik, sehingga untuk menghindarkan konsumen dari konsumsi produk itik alabio yang tercemar aflatoksin

Untuk melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang kelautan dan perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah dibentuk Cabang Dinas, sesuai dengan

Metode analisis kromatografi seperti HPLC diketahui memiliki sensitifitas yang sangat baik karena dapat menentukan kadar nitrit sampai pada konsentrasi sangat

Kandungan logam berat dalam kadar yang berlebih dalam kosmetik baik yang ditambahkan dengan sengaja ataupun tidak sengaja sangat tidak dibenarkan karena logam

mencari krim pemutih wajah yang harganya murah serta cepat memutihkan wajah tanpa memikirkan keamanan produk yang digunakan .Karena tingginya permintaan pasar seperti itu

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah seberapa jauh realitas sosial masyarakat Minangkabau saat ini dalam lembaga perkawinan berdasarkan cerpen

Organisasi “X” membantu atau menolong orang lain yang membutuhkan karena disebabkan oleh adanya perasaan sebagai aturan atau norma yang sudah menjadi kewajibannya untuk

Di dalam naskah Sejarah Rante, pada Pupuh Megatruh (35), dijelaskan silsilah Sultan Matangaji, dimulai dari Abdul Makarimi Syamsudin, berputra Sultan