• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Rendy Suryo Nugroho Abstraksi Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhgaya kepemimpinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh Rendy Suryo Nugroho Abstraksi Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhgaya kepemimpinan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAPPERILAKU EKSTRA PERAN KARYAWANPT. PERKEBUNAN X ARJASA JEMBER (The Effect of Leadeship Style on Prosocial Behaviour at PT. Perkebunan X

Arjasa Jember) Oleh

Rendy Suryo Nugroho Abstraksi

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhgaya kepemimpinan transformasional terhadap perilaku ekstra peran (prosocial behavior)karyawan PTPN X (Persero) Jember dan untuk mengetahui pengaruhgaya kepemimpinan transaksional terhadap perilaku ekstra peran (prosocial behavior)karyawan PTPN X (Persero) Jember. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian explanatory atau penelitian penjelasanPopulasi penelitian ini adalahkaryawan tetap PTP Nusantara X (Persero) Jember yang berjumlah 75 orang. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Metode analisis data mengggunakan regresi linear berganda. Haisl penelitian ini menunjukkan bahwa kepimpinan transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku ekstra peran karyawan PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember. Semakin tinggi kepemimpinan transformasional maka akan meningkatkan perilaku bekerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember. Kepemimpinan transaksionalberpengaruhpositif signifikan terhadap perilaku ekstra peran karyawan PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember. Semakin tinggi kepemimpinan transaksional maka akan meningkatkan perilaku ekstra peran karyawan PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember.

Kata kunci: gaya kepemimpinan, transformasional, transaksional dan perilaku ekstra peran

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of transformational leadership style on the extra role behaviors (prosocial behavior) employees PTPN X (Persero) Jember and to determine the influence of transactional leadership style to the extra role behaviors (prosocial behavior) employees PTPN X (Persero) Jember. Research type used is explanatory research or research explanation of this study population were permanent employees PTP Nusantara X (Persero) Jember totaling 75 people. This study is the population. Use traditional methods of data analysis multiple linear regression. Haisl this study showed that transformational leadership behaviors significant positive effect on the extra role of employees of PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember. The higher the transformational leadership that will improve the working behavior of employees of PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember. Transactional Leadership significant positive effect on the behavior of employees of PT extra role. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember. The higher the transactional leadership will improve the behavior of the extra role of employees of PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember.

Keywords: leadership style, transformational, transactional and behavioral extra role

Pendahuluan Peranan sumber daya manusia yang begitu dominan, sehingga berpengaruh

(2)

pada pola manajemen sumber daya manusia. Manajemen harus mampu menciptakan individu–individu yang berkualitas. Perusahaan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan kemampuan mengemban tugas yang diberikan perusahaan. Sumber daya manusia dalam memiliki tanggung jawab terhadap setiap pekerjaan yang dibebankan sesuai dengan tingkat jabatan dalam struktur organisasi pada perusahaan yang bersangkutan

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jember merupakan salah satu unit kerja yang bekerja sama dengan pihak Burger Sohne Ag Burg (BSB) dalam kegiatan usahanya. Burger

Sohne Ag Burg (BSB) sendiri adalah

perusahan berasal dari Swiss yang dalam kegiatan usahanya bergerak dalam produksi cerutu. Kemitraan yang disepakati kedua belah pihak antara PT Perkebunan Nusantara dan Burgee

Sohne Ag Burg bergerak dibidang

pemotongan dan penggulungan tembakau kwalitas ekspor yang kemudian dikirim kembali ke negara Swiss yang kemudian diproses menjadi cerutu. Bobbin sendiri adalah satu jenis bahan kertas yang berguna sebagai media untuk menempatkan lembaran daun tembakau yang dipotong sesuai ukuran yang kemudian digulung hingga membentuk gulungan besar, yang kemudian diekspor kenegara pemesan dengan tujuan ekspor Swiss.

Salah satu bagian lain yang membutuhkan pengelolaan SDM adalah unit tembakau PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X Jember yang merupakan perusahaan agribisnis berbasis perkebunan yaitu tebu dan tembakau serta jasa Cutting Bobbin dan rumah sakit. Fenomena yang terjadi saat ini terutama berkaitan dengan segmentasi pasar cerutu dunia

mengalami penurunan. Hal ini juga dirasakan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X yang memiliki unit usaha tembakau di Kebun Kertosari dan Ajong Gayasan Jember yang merupakan salah satu produsen tembakau terbesar di Jember. Persebaran tembakau di PTN X

Jember.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa perilaku pegawai masih dikatakan belum optimal karena salah satu penilaian perilaku dari kehadiran karyawan masih banyak yang belum sesuai target kerja. Hal ini juga bisa disebabkan adanya faktor gaya kepemimpinan dan perilaku bekerja sebagai faktor yang dapat meningkatkan kinerja nantinya. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya penelitian ini dilakukan agar supaya diketahui berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X dalam upaya meningkatkan perilaku bekerja karyawannya.

Hasil observasi awal oleh peneliti yang menjelaskan fenomena tentang kondisi yang menjadi dasar diadakan penelitian PT. Perkebunan Nusantara X Jember diketahui adanya ketidakpuasan yang terjadi pada karyawan disebabkan dari beberapa hal yang berkaitan dengan kepemimpinan dan perilaku bekerja yang terjadi pada karyawan. Hubungan pimpinan dengan bawahan memang sudah dirasakan adanya kedekatan yang bersifat mengarahkan, membimbing dan mengintegrasikan bawahan meskipun masih ada karyawan yang merasakan ketidaknyamanan dengan pimpinan dalam berinteraksi di perusahaan. Rendahnya iklim organisasi termasuk berkaitan dengan waktu kerja, masih kurang memperhatikan penampilan, kurang frekuensi sosialisasi terhadap peraturan

(3)

yang diterbitkan, hingga keterbatasan ketersediaan media untuk mengakses

informasi dan peraturan instansi/perusahaan. Selain itu, adanya

keluhan karyawan di tempat kerja sehingga menganggu aktivitas pekerjaan karyawan. Hal ini dikarenakan gaya kepemimpinan yang kurang mendukung dalam peningkatan karir masih terdapat pimpinan yang kurang memberikan solusi bagi permasalahan karyawan, kurang mendukung dan memotivasi karyawan dalam pekerjaan.

Penelitian Ujang

(2014)dilakukan untuk mengetahui

kontribusi komitmen organisasi dan kepemimpinan transformasional

terhadap perilaku ekstra peran.

Penelitian ini menjelaskan bahwa dalam suatu organisasi terdapat perubahan besar-besaran terhadap dunia teknologi informasi, dan semakin tingginya tuntutan dari konsumen untuk mendapatkan sesuatu dengan efektif

dan efisien, menghendaki para

karyawan dapat menangani arus kerja secara optimal dan efisien. Konsekuensinya akan meningkatkan produktivitas dan kesuksesan dirinya. Tentunya hal ini bisa diselaraskan dengan 2 (dua) faktor pendukung lainnya yaitu komitmen organisasional dan kepemimpinan transformasional. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama terdapat kontribusi komitmen organisasi dan kepemimpinan transformasional terhadap perilaku ekstra peran.

Variabel yang dapat membentuk perilaku ekstra peranadalahgaya kepemimpinan.Shahzad.

et.al(2010)menemukan bahwa gaya

kepemimpinan berpengaruh signifikan

terhadapPerilaku ekstra peran. Zang et

al. (2010) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan dapat berkontribusi untuk pengembangan lebih kuat pada persepsi sarana organisasi dan individu. Hal ini yang menyebabkan perilaku ekstra peranmeningkat. Berdasarkan hasil penelitian Alhamda (2010), terlihat bahwa variabel perilaku kepemimpinan dan Perilaku ekstra peran pada Poltekkes Padang belum baik, tetapi kinerja dosen sudah baik. Jika kita mengacu kepada korelasi

product moment antara perilaku kepemimpinan dengan kinerja dosen dan Perilaku ekstra peran dengan kinerja dosen menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik, tetapi tidak

bermakna antara perilaku kepemimpinan dengan perilaku ekstra peran. Wan (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara kepemimpinan transformasional dan perilaku ekstra peran. Selain itu, ada perbedaan signifikan antara masa kerja dan jabatan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

a. Untuk mengetahui pengaruhgaya

kepemimpinan transformasional terhadap perilaku ekstra peran (prosocial behavior)karyawan PTPN X (Persero) Jember.

b. Untuk mengetahui pengaruhgaya

kepemimpinan transaksional terhadap perilaku ekstra peran (prosocial behavior)karyawan PTPN X (Persero) Jember.

(4)

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian explanatory atau penelitian penjelasan, yaitu suatu jenis penelitian yang menyoroti hubungan variabel penelitian ini dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan metode kuisioner, wawancara dan studi pustaka.

Populasi dari penelitian ini adalah 565 karyawan yang terdiri dari 490 karyawan tidak tetap (kontrak) dan karyawan tetap PTP Nusantara X (Persero) Jember yang berjumlah 75 orang. Alasan menggunakan karyawan tetap agar adanya perilaku yang homogen karena kriteria dan kebijakan sama diterapkan sedangkan kalau karyawan tidak tetap berbeda kebijakan perusahaan

Teknik pengambilan sampel yang kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua. Sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi, penelitian ini menggunakan metode sensus dimana yang menjadi objek penelitian adalah seluruh karyawan PTP Nusantara X (Persero) Jember

Berdasarkanpokokpermasalahan yang diajukan, makavariabel yang akandigunakandalampenelitianiniadala hsebagaiberikut : a. Variabelbebas (X) : 1) Gaya kepemimpinantransformasional (X1) 2) Gaya kepemimpinantransaksional (X2) b. Variabelterikat (Y) perilakuekstraperan Definisioperasionalvariabelpeneli tianiniadalahsebagaiberikut. a. Gaya kepemimpinan tranformasional Kepemimpinan tranformasional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan yang sangat dekat hingga menimbulkan emosi dan kedekatan yang sangat kuat, dan bawahan merasa hormat dan percaya kepada pemimpinnyadan terperilaku ekstra peran untuk bekerja lebih dari yang sebenarnya.

Indikator kepemimpinan transaksional antara lain(Suharto,

2006:6):

1) Idealized influence (charisma)/ karisma

Seorang pemimpin transformasional memberikan

contoh dan bertindak sebagai

role model positif dalam

perilaku, sikap, prestasi maupun komitmen bagi bawahannya yang tercermin dalam standar moral dan etis yang tinggi.

2) Intelctual stimulation/ stimulasi intelektual

Pemimpin transformasional berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan

kreativitas. Pemimpin mendorong keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan dalam proses perumusan, masalah dan pencarian solusi. 3) Individulized consideration/

perhatian yang individualisasi Seorang pemimpin memberi perhatian khusus pada kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang dengan cara bertindak sebagai pelatih (coach) atau penasehat (mentor). Pemimpin juga menghargai dan menerima

(5)

perbedaan individu dalam hal kebutuhan dan minat.

4) Inspirational motivation/ motivasi inspirasional

Pemimpin transformasional memotivasi dan memberikan inspirasi kepada bawahan

dengan jalan mengkomunikasikan

ekspektasi tinggi dan tantangan kerja yang jelas, menggunakan simbol untuk memfokuskan usaha atau tidakan, dan mengekspresikan tujuan-tujuan penting dengan cara sederhana, serta dapat membangkitan semangat tim, antusiasme dan optimisme diantara rekan.

b. Gaya kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan transaksional menekankan pada transaksi atau pertukaran yang terjadi antar

pemimpin, rekan kerja dan

bawahannya. Penilaiaan variabel ini diukur dengan indikator Yukl (2010):

1) Mengetahui apa yang diinginkan bawahan dan berusaha menjelaskan bahwa mereka akan memperoleh apa yang diiginkan apabila kinerja mereka memenuhi harapan.

2) Memberikan / menukar usaha-usaha yang dilakukan bawahan dengan imbalan atau janji memperoleh imbalan.

3) Responsif terhadap kepentingan pribadi bawahan selain kepentingan pribadi itu sepadan dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan oleh bawahan. c. Perilaku ekstra peran

Perilaku ekstra peran adalah

perilaku karyawan perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan

efektifitas kinerja perusahaan tanpa mengabaikan tujuan produktifitas individual karyawan. Menurut Titisarie (2013), perilakubekerja (Work Behaviour) diukurdengan: 1) Conscientiousness (Z1) yaitu

penilaian terhadap perilaku karyawan PTPN X Arjasa Jember yang melebihi standar perusahaan dalam hal kehadiran, kepatuhan pada aturan, istirahat dan lain-lain.

2) Altruism (Z4) adalah penilaian

terhadap perilaku karyawan

PTPN X Arjasa Jember dalam menolong rekan kerjanya menyelesaikan masalah perusahaan.

3) Civic Virtue (Z5) adalah

penilaian perilaku karyawan PTPN X Arjasa Jember dalam hal kemauannya untuk memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan. Untukmenentukanskorpenelitian, pengukurannyaditentukandarimasing-masingvariabeldenganmenggunakanska laLikert, dankriteriapengukurannyaadalahsebaga iberikut:

a. Sangat setuju (SS) = diberi

skor 5

b. Setuju (S) = diberi

skor 4

c. Cukup setuju (CS) = diberi

skor 3

d. Tidak setuju (TS) = diberi

skor 2

e. Sangat tidak setuju (STS) = diberi skor 1

Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, karena terdapat lebih dari satu variabel bebas. Agar dapat mengetahui intensitas hubungan antara variabel

(6)

terikat dengan variabel bebas, model regresi yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut(Sugiyono, 2010: 54): Y = bo + b1X1 + b2X2+ e Dimana: Y =variabeldepende n X1 X2 = variabel independen X1 = Gaya kepemimpinan tranformasional X2 = Gaya kepemimpinan transaksional b1b2 = koefisienregresi variabel independen e = variabel pengganggu

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (Y) (Gujarati, 2013:83).

Kriteria pengujian :

a. Apabila t hitung> t tabel : Ho ditolak dan

Ha diterima

Hal ini berarti ada pengaruh antara

variabel kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan

transaksional secara parsial terhadap kinerja karyawan.

b. Apabila t hitung< t tabel : Ho diterima

dan Ha ditolak Hal iniberartitidakadapengaruhantaravar iabelkepemimpinantransformasiona ldankepemimpinantransaksionalsec araparsialterhadapkinerjakaryawan. Hasil Penelitian

Hasil uji analisis regresi linear berganda menguraikan tiap-tiap jalur dalam model dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil tersebut diketahui besarnya pengaruh langsung serta pengaruh total gaya kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional sebagai variabel bebas terhadap Perilaku ekstra peran (Y).

Berdasarkan koefisien regresi dan nilai konstanta pada tabel maka dibuat persamaan struktural yaitu persamaan yang menunjukkan hubungan antar jalur yaitu:

Y= 3,12 +0,564X1 + 0,295X2 Berdasarkan persamaan regresi maka dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Konstanta sebesar 3,12 berarti

jika variabel gaya kepemimpinan

transformasional dan transaksional bersifat konstan

atau nol maka perilaku bekerja sebesar 3,12.

b. variabel gaya kepemimpinan

transformasional (X1)

mempunyai koefisien regresi b1

sebesar 1,564; Hal ini berarti apabila variabel gaya kepemimpinan transaksional tetap, maka baik gaya kepemimpinan transformasional

akan meningkatkan perilaku

bekerja karyawan.

c. variabel gaya kepemimpinan

transaksional (X2) mempunyai koefisien regresi b1 sebesar 0,295;

Hal ini berarti apabila variabel

gaya kepemimpinan tranformasional tetap, maka baik

gaya kepemimpinan transaksionalmeningkatkan

perilaku bekerja karyawan. Setelah memperoleh model analisis regresi linear berganda, maka

(7)

langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menguji apakah model yang dikembangkan bersifat BLUE (Best

Linier Unbised Estimator). Asumsi

BLUE yang harus dipenuhi antara lain: tidak ada multikolinieritas, adanya homoskedastisitas dan tidak ada autokorelasi. Pengujian asumsi klasik dilakukan pada model analisis regresi linear berganda yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi yang mendasari model adalah tidak adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Hal itu berarti model tidak melanggar asumsi tidak ada multikolinearitas. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

Variance Inflation Factor (VIF). Haisl

uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen karena nilai VIF kurang dari 5 artinya tidak adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen.

Pada grafik terlihat bahwa sebaran data tidak membentuk garis tertentu atau acak. Hal ini berarti bahwa variabel independen tidak membentuk heteroskedastisitas.

Haisl uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa model dalam regresi dapat memenuhi asumsi kenormalan dalam model. Hal itu ditunjukkan dengan adanya data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga model memenuhi asumsi kenormalan model.

Hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan

pengujian koefisien jalur pada model analisis regresi linear berganda. Pengujian hipotesis dilihat dari nilai p

value masing masing jalur. Jika nilai p value lebih kecil dari 0,05 maka

hubungan antar variabel signifikan. Sebaliknya, jika nilai p value lebih besar dari 0,05 maka hubungan antar variabel tidak signifikan.

Hasil pengujian hipotesis dijelaskan sebagai berikut.

a. Hipotesis satu (H1) : Variabel

gaya kepemimpinan

transformasional (X1) mempunyai pengaruh positif

terhadap Perilaku ekstra peran (Y).

Pengujian hipotesis satu dilihat dari koefisien beta (β) sebesar 0,564 dengan nilai ρ-value0,000. Hipotesis satu terbukti diterima karena nilai ρ-value <α atau

0,000< 0,050. Hal itu

menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan faktor budaya kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap perilaku ekstra peran diterima. b. Hipotesis dua (H2) : Variabel gaya

kepemimpinan transaksional (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku ekstra peran (Y).

Pengujian pengaruh faktor gaya kepemimpinan transaksional terhadap perilaku ekstra peran ditunjukkan dengan koefisien beta (β) sebesar 0,295 dengan nilai ρ-value0,001. Karena nilai

ρ-value <α atau 0,000 <0,001,

maka H1 diterima. Dengan demikian hipotesis yang

menyatakan variabelgaya

kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan terhadap perilaku ekstra peran diterima.

(8)

Pembahasan

Faktor perilaku ekstra peran karyawan dan kinerja karyawan merupakan sesuatu yang penting di dalam perilaku ekstra peran karyawan berhubungan dengan peningkatan kinerja karyawan. Berdasarkan analisis data sebelumnya diketahui faktor antara lain gaya kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap Perilaku ekstra peran karyawan dan kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jember. Hasil penelitian tersebut dijelaskan pada sub bab sebagai berikut:

1. Pengaruh Faktor Gaya

Kepemimpinan Transaksional

dan Kepemimpinan Transformasional terhadap

Perilaku Ekstra Peran Karyawan

a. Pengaruh Faktor Kepemimpinan

Transformasional terhadap Perilaku ekstra Peran Karyawan

Pemimpin mempunyai tanggung jawab menciptakan kondisi- kondisi dan

perangsang-perangsang yang meperilaku ekstra peran anggota

mencapai tujuanyang ditentukan.

Perilaku ekstra peranataudorongandapatberdampakpad

a perilaku positif yaitu memberikan semangat kerja ataupun berdampak negatif yaitu tekanan. Gaya kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh terhadapkemampuan seseorangdalam

mempengaruhiindividuatau kelompok, agar perilaku bawahan sesuai dengan tujuan organisasi, maka harus ada perpaduan antara perilaku ekstra peran akan pemenuhan kebutuhan mereka sendiri dan permintaan organisasi. Pemimpin yang efektif adalah

pemimpin yang mengakui kekuatan-kekuatan penting yang terkandung dalam kepemimpinan suatu kelompok dan fleksibel dalam pendekatan yang mereka gunakan untuk melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan tersebut yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku ekstra peran kerja bawahannya.

Berdasarkan nilai perhitungan analisis regresi linear berganda terdapat pengaruh yang ditimbulkan variabel kepemimpinan transformasional terhadap perilaku ekstra peran karyawan secara langsung sebesar 15,8%. Berarti semakin baik gaya kepemimpinan transformasional maka akan semakin tinggi perilaku ekstra peran kerja karyawan. Sebaliknya semakin rendah gaya kepemiminan transformasional yang diterapkan maka akan semakin rendah perilaku ekstra peran karyawan. Kepemimpinan transformasional akan membuat karyawan memiliki kemudahan untuk melaksanakan segala pekerjaan sehingga akan meningkatkan kinerja karyawan. Hasil ini didukung dengan penilaian responden terhadap indikator kepemimpinan transformasional yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang baik tentang gaya kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh manajemen PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jember antara lain pimpinan memiliki sikap kewibawaan pada bawahannya, memiliki wawasan yang luas dan ide-ide cemerlang, mendorong karyawan untuk mencari cara-cara kerja baru dalam menyelesaikan tugas dengan cara studi banding dengan perusahaan lain dan memberikan perhatian pribadi kepada karyawan. Kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh

(9)

pihak instansi dapat meningkatkan perilaku ekstra peran karyawan jika dilakukan dengan benar.

Kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap perilaku ekstra peran. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharto (2006:6) bahwa pemimpin transformasional mampu meperilaku ekstra peran dan memberikan inspirasi kepada bawahan dengan jalan

menggaya kepemimpinan transaksionalkan ekspektasi tinggi dan

tantangan kerja yang jelas, menggunakan simbol untuk memfokuskan usaha atau tindakan, dan mengekspresikan tujtua-tujuan penting dengan cara sederhana, serta dapat membangkitan semangat tim, antusiasme dan optimisme diantara rekan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Anikmah (2008) yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasionalberpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekstra peran karyawan. Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik kepemimpinan transformasional yang diberikan oleh pimpinan maka akan semakin tinggi perilaku ekstra peran karyawan karyawan. PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jembermemberikan kepemimpinan transformasional berupa meningkatkan hubungan baik dengan karyawan dan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan antara lain meningkatkan karisma, meningkatkan inpirasi, intelektual dan perhatian pribadi pimpinan terhadap karyawan.

b. Pengaruh Faktor Gaya

Kepemimpinan Transaksional terhadap Perilaku Ekstra Peran Karyawan

Gaya kepemimpinan

transaksional merupakan

sebuahpentransferanmaknamaupunpem ahamanmaknakepadaorang laindalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasa-bahasa tertentu sehingga orang yangmenerima informasi memahami

maksud dariinformasi tersebut.

Karyawandapatmemintapetunjukkepad a atasan mengenaipelaksanaankerja, dapatsaling bekerja sama satu sama lain sehingga akan tercipta gaya kepemimpinan transaksional yang efektif dalam organisasi.

Hasil penilaian responden tentang variabel gaya kepemimpinan transaksional menunjukkan bahwa responden yang merupakan karyawan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jember menyatakan sangat setuju terhadap penilaian indikator-indikator gaya kepemimpinan transaksional. Hal itu menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap variael gaya kepemimpinan transaksional tergolong baik.

Berdasarkan nilai perhitungan analisis regresi linear berganda, pengaruh yang ditimbulkan variabel gaya kepemimpinan transaksional terhadap perilaku ekstra peran karyawan secara langsung sebesar 53,4%. Gaya kepemimpinan transaksional yang dipersepsikan mempunyai efek positif secara langsung terhadap perilaku ekstra peran karyawan secara keseluruhan. Hal itu menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional yang aktif dilakukan dapat mempengaruhi perilaku ekstra peran karyawan. Semakin baik gaya kepemimpinan transaksional dilakukan maka akan semakin meningkat perilaku ekstra peran karyawan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jember.

(10)

Gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan

terhadap perilaku ekstra peran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sotyandi dan Garniwa, (2007:157) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transaksional memiliki fungsi untuk meningkatkan perilaku ekstra peran. Gaya kepemimpinan transaksional dapat juga dipakai sebagai cara untuk menjelaskan bagaimana pekerja seharusnya bekerja dan mendorong agar dapat meningkatkan kemampuan dan kinerjanya.

Hasil penelitian ini konsisten denganUntari (2007) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan terhadap perilaku ekstra peran karyawan. Pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap perilaku ekstra peran karyawan adalah positif signifikan berarti gaya kepemimpinan transaksional yang semakin baik maka akan meningkatkan perilaku ekstra peran karyawan. Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional yang baik harus terus disosialisasikan dalam organisasi karena dengan adanya gaya kepemimpinan transaksional yang efektif akan membuat maksud dan pesan yang disampaikan dapat diterima sesuai dengan keinginan pengirim berita. Gaya kepemimpinan transaksional yang efektif adalah gaya kepemimpinan transaksional yang dilakukan baik secara langsung atau melalui media dengan tujuan menimbulkan efek tertentu.

Impelementasi gaya kepemimpinan transaksional pada karyawan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jember diterapkan dalam pekerjaan antara lain meningkatkan

gaya kepemimpinan transaksional dalam pengarahan pekerjaan, pengarahan tentang pelaksanaan peraturan dan kebijakan, meningkatkan pemahaman tentang pelaksanaan kerja, memperhatikan keluhan, ide dan pendapat karyawan, kegiatan anjang sana dalam rangka mempererat hubungan baik antar karyawan. Agar kualitas gaya kepemimpinan transaksional yang diterapkan pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Arjasa Jember semakin meningkat, semua karyawan harus menerapkan sistem gaya kepemimpinan transaksional yang efektif, sesuai dengan peraturan dan kebijakan dan memiliki tujuan untuk mendukung organisasi/intansi serta melakukan gaya kepemimpinan transaksional secara timbal balik. Ini berarti menimbulkan unsur gaya kepemimpinan transaksional atasan dengan bawahan dan sebaliknya sehingga dalam pemberian perilaku ekstra peran agar tercapai secara optimal.

Kesimpulan Dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kepimpinan transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku ekstra peran

karyawan PT. Perkebunan

Nusantara X Arjasa Jember. Semakin tinggi kepemimpinan transformasional maka akan meningkatkan perilaku bekerja

karyawan PT. Perkebunan

Nusantara X Arjasa Jember. b. Kepemimpinan

(11)

signifikan terhadap perilaku ekstra peran karyawan PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember. Semakin tinggi kepemimpinan transaksional maka akan meningkatkan perilaku ekstra peran karyawan PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember.

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian ini, maka disarankan hal-hal sebagai berikut :

a. Pihak manajemen diharapkan meningkatkan hubungan baik dalam menerapkan kepemimpinan transaksional yang efektif dalam perusahaan. Kepemimpinan transaksional yang tidak baik yang ada di PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa

Jember hendaknya tidak

dilanjutkan dengan meningkatkan pola kepemimpinan transaksional yang efektif antara karyawan ataupun dengan pimpinan PT. Perkebunan Nusantara X Arjasa Jember misalnya pengarahan yang baik tentang pekerjaan, informasi yang relevan dalam pekerjaan dan hubungan baik yang tercipta antar karyawan. b. Pihak manajemen diharapkan

dapat meningkatkan intensitas kepemimpinan transformasional dengan karyawan seperti dialog, workshop secara internal

sehingga kepemimpinan

transformasional yang terjalin semakinbaik untuk meningkatkan perilaku bekerjadalam bekerja dan nantinya akan tercapai.

Pimpinan hendaknya semakin meningkatkan karismatik dan mampu meningkatkan inspirasi serta lebih mendekatkan diri pada

bawahan sehingga kepemimpinan yang dijalankan akan berpegaruh besar terhadap perilaku bekerja dan kinerja karyawan.

REFERENCE

[1] Christina, Stamper dan Lyn Van Dyne, 2013. Organizational Cirizenship: A Comparison Between Part time and Full time Service Employee, Cornell Hotel

and Restaurant Administration Quarterly, no. 44, pp. 33-44.

[2] Dika, Ardi. 2014. Pengaruh Gaya

Kepemimpinan terhadap Kinerja.

Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jember

[3] Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. Jakarta: PT Gramedia.

[4] Gujarati, Damodar. 2013.

Ekonometrika Dasar. Jakarta :

Erlangga

[5] Hair, J. F., Jr., Rolph E. A., Ronald L. T, William C. B, 1998.

Multivariate Data Analysis, New

Jersey: Prentice-Hall International, Upper Saddle River.

[6] Lembono, Ardi Yulianto. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasionaldan TransaksionalSerta KepuasanKerjaTerhadap OrganizationalCitizenshipBehavi or(OCB) PadaPT.IndofoodSuksesMakmur BejiPasuruan. Jurnal Ekonomi

Indonesia.Vol.7

[7] Lunthans, Fred. 2010, Perilaku

Organisasi, Edisi Sepuluh,

(12)

[8] Nurmawati, Feri. 2010. Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Efeknya pada Kepercayaan Terhadap Pimpinan serta OCB,.Studi pada PDAM Karanganyar.

[9] Rivai, Veitzal. 2010, Performance

Appraisal, Edisi Kedua, Penerbit

PT. Raja

[10] Robbin, Stephen P. 2013.

Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Edisi Kesepuluh, Jakarta, Prehalindo. Kelompok Gramedia, Jakarta. [11] Santoso, Singgih. 2011. SPSS

Versi 12. Jakarta

:GramediaPustakaUtama.

[12] Shahzad, Khurram, Rehman, Kashif dan Abbas, Muhammad. 2010. HR Practices and Leadership Styles as Predictors of Employee Attitude and Behavior: Evidence from Pakistan.

European Journal of Social Sciences. Vol.14. No.3,hal. 413.

[13] Suharto, Babun. 2006.

Kepemimpinan Transformasional Dalam Pendidikan (Studi Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional; Terhadap

Kepuasan dan Kinerja Bawahan).

Surabaya : AprintA.

[14] Terry. K. 2010Pengaruh

Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada pegawai Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta).Jurnal Ekonomi.

[15] Ujang. 2014. Pengaruh

Kepemimpinana

Transformasional Terhadap Perilaku Bekerja dan Kinerja

PDP Jember. Tesis. Institut

Pertanian Bogor.

[16] Wan, Siti Salasiah. 2009. The

Relationship Between Transformational Leadership

Behaviors and Organizational Citizenship Behavior, Thesis. Submitted To The Centre For Graduate Studies. Universitas

Utara Malaysia.

[17] Zang. 2010,Leadership and

Organizational Citizenship Behavior: OCB-Specific Meanings

as Mediators,Springer

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, yang menjadi data primer yaitu pengukuran nilai RSCP sesuai dengan titik yang sudah ditentukan dari lokasi site BTS serta pengukuran

Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan di atas, terdapat perbedaan dalam meenetapkan indikator untuk keterampilan menulis siswa kelas IV dengan penelitian yang peneliti

Aziz, S.Ag SMPN 1 Cineam Kab.. Tika Sartika, S.Ag SMP Islam

Proses pengembangan instrumen penelitian terdiri dari dua bagian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas yang digunakan untuk menguji tiap item pernyataan yang terdapat

mamak dalam melaksanakan fungsi dan perannya dalam memberikan support atau pandangan, mengajarkan cara bergaul serta membantu biaya pendiddikan anak kemenakan telah

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi terhadap keterampilan ibu bekerja dalam praktik menyusui bayi usia 0-6

Selisih jumlah pendapatan dengan jumlah beban merupakan saldo (sisa) laba atau saldo (sisa) rugi. Bentuk ini banyak digunakan dalam perusahaan jasa. Bentuk laporan Rugi laba

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi hal-hal: Pemahaman wawasan atau landasan