• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Letak dan Luas Wilayah

Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987 terdiri dari 8 wilayah kecamatan dengan luas wilayah 446,5 km2. Setelah diadakan pengukuran dan pematokan oleh tim Badan Pertanahan Nasional (BPN) Riau luas Kota Pekanbaru menjadi 632,26 km2 melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor 83/11/1993. Luas Kota Pekanbaru untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah (km2)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pekanbaru Kota Senapelan Limapuluh Sukajadi Sail Rumbai Bukit Raya Tampan 2,26 6,65 4,04 5,10 3,26 203,03 299,08 108,84 Jumlah Luas 632,26

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru Tahun 2003

Batas-batas wilayah Kota Pekanbaru adalah; sebelah Utara berbatasan Kabupaten Bengkalis, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Kampar dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar. Posisi strategis Kota Pekanbaru yang terletak di jalur lintas Timur Pulau Sumatera dan mudah dilalui oleh arus lalu-lintas dari ujung Utara sampai ke ujung Selatan Sumatera. Posisi strategis ini memberikan berbagai dampak serta peluang bagi perkembangan perekonomian dan pembangunan Kota Pekanbaru. Letak Kota Pekanbaru secara geografis berada di tengah-tengah Pulau Sumatera dan merupakan dataran yang mudah untuk dikembangkan.

4.2 Topografi

Kota Pekanbaru terletak pada ketinggian rata-rata 5 meter di atas permukaan air laut, hanya daerah-daerah tertentu yang letaknya lebih tinggi dari

(2)

ketinggian rata-rata, yaitu daerah di sekitar Bandar Udara Sultas Syarif Kasim II dengan ketinggian 26 meter di atas permukaan air laut dan di bagian Utara dan Timur Kota Pekanbaru. Topografi di Kota Pekanbaru berdasarkan kelas kelerengan dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu:

ƒ

0 % - 2 % : merupakan wilayah yang datar

ƒ

2 % - 15 % : landai sampai berombak

ƒ

15 % - 40 % : berombak sampai bergelombang

ƒ

di atas 40 % : bergelombang sampai berbukit

Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0 persen - 2 persen. Beberapa wilayah di bagian Utara dan Timur memiliki morfologi bergelombang dengan kemiringan di atas 40 persen. Kemiringan lereng di Kota Pekanbaru untuk masing-masing kecamatan disajikan pada pada Tabel 8.

Tabel 8. Kemiringan Lereng dan Luas Lahan Masing-Masing Kecamatan di Kota Pekanbaru

Kemiringan Lahan (Ha) No. Kecamatan 0–2 % 2–15 % 15-40 % > 40 % Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tampan Bukit Raya Limapuluh Sail Pekanbaru Kota Sukajadi Senapelan Rumbai 7.456 22.441 404 326 226 510 665 9.004 -9.208 -6.416 -240 -124 2.964 908 -2.328 10.420 32.797 404 326 226 510 665 17.872 Jumlah 41.032 15.624 364 6.200 63.220 Prosentase (%) 64.90 24.71 0.58 9.81 100.00 Sumber : Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 1994-2004.

Ditinjau dari kondisi topografi wilayah perencanaan Kota Pekanbaru, kelerengan 0-20 persen sampai dengan 2-15 persen mencakup luasan yang cukup besar yaitu 566,56 ha atau 89,61 persen dari luas wilayah secara keseluruhan. Dengan kondisi lahan datar yang cukup luas ini menunjukkan secara fisik, Kota Pekanbaru mampu menampung berbagai pembangunan kota, sedangkan lahan

(3)

dengan kelerengan yang lebih besar dari 40 persen disarankan sebagai kawasan konservasi.

4.3 Geologi

Struktur geologi Kota Pekanbaru terdiri atas Formasi Minas yang dikelilingi oleh aluvium muda sepanjang aliran Sungai Siak dan Aluvium tua yang berawa-rawa. Formasi Minas ini terdiri dari kerikil, sebaran kerakal, pasir dan lempung yang juga merupakan alluvium namun relatif lebih terkonsolidasi.

Adanya sebaran kerakal, kerikil dan pasir menyebabkan daya dukung pada Formasi Minas lebih baik jika dibandingkan dengan alluvium tua dan alluvium muda. Pada umumnya Formasi Minas merupakan formasi terbaik bagi pengembangan kawasan perkotaan. Namun untuk mendelineasi tingkat kesesuaian lahan dari Formasi Minas yang disusun oleh berbagai jenis ukuran batuan di atas masih memerlukan penelitian baik pemetaan geologi permukaan maupun penelitian geologi bawah permukaan.

Pengaruh patahan yang berumur kuarter yang kemungkinan merupakan patahan aktif sebagai sumber patahan dangkal memerlukan uji seismoteknik untuk lebih menyakinkan eksistensinya. Pengujian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan pembangunan bertingkat dan kawasan perumahan padat.

Pada daerah yang tinggi sebagian besar tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan di daerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol/glei humus. Pada umumnya tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial hydromorf yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi aluvial dengan pasir. Tanah jenis ini memiliki sifat sedikit menahan/kedap air. Hal ini menyebabkan peresapan air berjalan lambat.

Pada umumnya keadaan tanah di Kota Pekanbaru mempunyai daya pikul (T tanah) antara 0,7 kg/cm2 - 1 kg/cm2, kecuali di beberapa lokasi yang berdekatan dengan anak sungai (T tanah antara 0,4 kg/cm2 - 0,6 kg/cm2).

Sumber daya bahan bangunan yang terdapat di Kota Pekanbaru berupa pasir dan batu (sirtu). Bahan bangunan ini terutama berasal dari Formasi Minas yang berupa kerakal, kerikil dan pasir. Sumber daya bahan bangunan seperti

(4)

batuan beku yang berupa granit dan bahan bangunan lainnya seperti batu gamping, batu sabak dan batuan yang berasal dari gunung berapi tersier dapat diperoleh dari pegunungan jauh disebelah Barat Daya Kota Pekanbaru

4.4 Hidrologi

Kondisi hidrologi di Kota Pekanbaru dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kondisi hidrologi air permukaan dan air tanah. Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungai-sungai yang mengalir di Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak. Sungai Siak selain digunakan sebagai alat transportasi air juga merupakan jalur perhubungan lalu-lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya, selain itu airnya digunakan sebagai sumber air permukaan yang digunakan untuk air minum dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (MCK). Sungai Siak mempunyai anak-anak sungai di dalam kota yang berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air limbah dan drainase. Sungai Siak mengalir dari barat ke timur, memliki beberapa anak sungai antara lain: Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambangan, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan.

Hidrologi air tanah dalam kemungkinan berasal dari Formasi Petani, sifat air tanahnya kurang baik sebagai air minum. Sedangkan hidrologi air tanah dangkal berasal dari Formasi Minas. Mengingat kondisi batuan Formasi Minas yaitu memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi, maka Kota Pekanbaru memiliki potensi ketersediaan air tanah dangkal yang cukup banyak.

Sungai Siak yang merupakan Sungai terbesar yang membelah Kota Pekanbaru menjadi 2 bagian utara dan selatan, banyak anak sungai yang bermuara pada Sungai Siak, dengan demikian beban Sungai Siak dalam proses pendangkalan atau sedimentasi cukup besar. Selain itu sebagai sumber air baku untuk PDAM Tirta Siak, air sungai perlu dijaga dari polusi hal ini disebabkan terdapat beberapa kegiatan industri yang ada pada sepanjang alur sungai diantaranya industri plywood, crumb rubber, dan pulp.

(5)

Potensi lain sebagai sumber air minum adalah air tanah dangkal dan sumber-sumber air tanah perlu dijaga kelestariannya untuk memenuhi kebutuan air minum bagi penduduk yang tidak terlayani oleh jaringan PDAM.

4.5 Klimatologi

Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,6 °C - 33,7 °C dan suhu minimum berkisar antara 22,1 °C - 23,3 °C. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2004 sekitar 263,73 mm dan rata-rata jumlah hari hujan pada tahun 2004 sekitar 17 hari (BMG Pekanbaru, 2004). Keadaan musim berkisar: musim hujan jatuh pada bulan September sampai dengan Pebruari dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum antara 94% - 96%, kelembaban minimum antara 59 persen - 69 persen (BPS Kota Pekanbaru, 2003).

4.6 Kependudukan

Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru yang tinggi terdapat di Kecamatan Bukit Raya dan Kecamatan Tampan. Jumlah penduduk yang tinggi terjadi karena Kecamatan Bukit Raya dan Kecamatan Tampan mempunyai wilayah yang luas dibanding dengan kecamatan lainnya. Prakiraan jumlah penduduk Kota Pekanbaru sampai tahun 2006 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Prakiraan Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2002-2006

Tahun No. Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pekanbaru Kota Senapelan Limapuluh Sukajadi Sail Rumbai Bukit Raya Tampan 33.831 36.137 45.289 71.993 25.482 63.970 176.614 161.879 34.316 36.226 46.203 72.940 25.851 65.275 181.916 174.724 34.802 36.315 47.117 73.887 26.220 66.581 187.217 187.568 35.288 36.404 48.031 74.834 26.589 67.886 192.519 200.412 35.774 36.492 48.946 75.781 26.958 69.191 197.821 213.257 Jumlah 615.195 637.451 659.707 681.963 704.220 Sumber: Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2002-2006 (Hasil Analisis)

Kepadatan penduduk yang tinggi di Kota Pekanbaru untuk masing-masing kecamatan adalah Kecamatan Pekanbaru dan Kecamatan Sukajadi, kepadatan

(6)

penduduk yang sedang terdapat di Kecamatan Senapelan, Kecamatan Limapuluh dan Kecamatan Sail, sedangkan kepadatan penduduk yang rendah terdapat di Kecamatan Rumbai, Kecamatan Bukit Raya dan Kecamatan Tampan. Kepadatan penduduk yang tinggi sampai sedang terdapat di Kecamatan pusat kota, sementara kepadatan penduduk rendah terdapat di kecamatan luar pusat kota. Prakiraan kepadatan penduduk Kota Pekanbaru sampai dengan tahun 2006 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Prakiraan Kepadatan Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2000-2006 Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/ha) No. Kecamatan 2002 2006 Luas Wilayah (ha) 2002 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pekanbaru Kota Senapelan Limapuluh Sukajadi Sail Rumbai Bukit Raya Tampan 33.831 36.137 45.289 71.993 25.482 63.970 176.614 161.879 35.774 36.492 48.946 75.781 26.958 69.191 197.821 213.257 226 665 404 510 326 20.303 29.908 10.884 150 54 112 141 78 3 6 15 158 55 121 149 83 3 7 20 Jumlah 615.195 704.220 63.226

Sumber: Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2002-2006 (Hasil Analisis) 4.7 Kesesuaian Lahan

Pengembangan Kota Pekanbaru berdasarkan arahan kemampuan lahan yang dimiliki secara garis besar pengembangan kota dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu pengembangan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya.

4.7.1 Arahan Pengembangan Kawasan Lindung

Wilayah Kota Pekanbaru yang perlu dilindungi (yang merupakan kawasan lindung) meliputi :

ƒ

Areal hulu sungai di Kecamatan Bukit Raya dan Kecamatan Rumbai. Kawasan ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area).

ƒ

Daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 40 persen, terdapat di Kecamatan Rumbai dan Bukit Raya. Wilayah ini ditetapkan sebagai kawasan lindung

(7)

karena kondisi fisik lahannya yang digunakan sebagai daerah resapan air dan untuk mencegah kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor dan sebagainya.

ƒ

Daerah tepi sungai (kiri kanan sungai), yaitu :

‚

Sungai Siak ( 100 meter di sisi kiri dan kanan sungai).

‚

Sungai Senapelan, Sungai Sail, Sungai Tanjung Datuk (50 meter di sisi kiri kanan sungai).

ƒ

Kawasan sepanjang perbatasan kota yaitu sepanjang 500 - 1.000 meter. Penetapan daerah hijau pada kawasan hijau ini ditujukan untuk :

‚

memberikan tanda/pembatas fisik kota dengan kabupaten lainnya

‚

mencegah terjadinya konflik dalam perencanaan, pengawasan dan pembangunannya.

ƒ

Wilayah sepanjang jalur patahan di Barat Daya sampai Selatan Kecamatan Tampan, mengingat potensinya yang rawan gempa (gempa bumi dangkal) pembangunan fisik yang dilakukan di wilayah ini perlu disesuaikan dengan adanya potensi gempa/ bencana tersebut.

ƒ

Daerah rawa dan bergambut dalam yang banyak terdapat di Kecamatan Rumbai dan Bukit Raya. Penetapan wilayah-wilayah ini sebagai kawasan lindung, selain sesuai dengan Keppres No.32 Tahun 1990 juga mengingatkan aspek tingginya biaya investasi yang diperlukan untuk membangun di daerah ini serta masih luasnya lahan pengembangan kota, maka disarankan daerah-daerah berawa dan bergambut dijadikan kawasan lindung.

ƒ

Wilayah yang terdiri dari sistem lahan Klaru, Benjah Bekasih dan Mendawai, ketiga sistem lahan ini dijadikan kawasan lindung/hijau karena ketiga sistem lahan ini tidak dapat dijadikan sebagai pengembangan kawasan budidaya baik budidaya pertanian maupun permukiman/perkotaan.

4.7.2 Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya

Kota Pekanbaru memiliki luas wilayah 632,26 km2 atau 63.226 hektar. Wilayah yang dapat dikembangkan sebagai kawasan terbangun adalah sebesar 60 persen (379,365 km2) dari seluruh wilayah kota sedangkan sisanya harus tetap

(8)

dipertahankan sebagai kawasan hijau atau kawasan konservasi. Berdasarkan kondisi dan sifat fisik lahan yang dimiliki Kota Pekanbaru, pengembangan kawasan budidaya terdiri dari budidaya pertanian dan budidaya permukiman/perkotaan. Pengembangan kawasan budidaya pertanian akan diarahkaan ke Kecamatan Tampan bagian utara dan tengah, Kecamatan Rumbai bagian utara dan Kecamatan Bukit Raya bagian tengah, sedangkan pengembangan budidaya permukiman perkotaan akan diarahkan pada lima kecamatan yang terdapat di Kota Pekanbaru.

4.8 Bentuk Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekanbaru

Ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru mempunyai beberapa bentuk. Bentuk ruang terbuka hijau yang ada mempunyai manfaat atau fungsi yang berbeda-beda. Bentuk ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru antara lain:

a. Taman Hutan Raya (TAHURA) Sultan Syarif Kasim

Taman Hutan Raya termasuk dalam wilayah administrasi Kota Pekanbaru berada di Kecamatan Rumbai dengan luas areal sekitar 767,81 hektar. Jenis tanaman yang ada di Taman Hutan Raya untuk jenis kayu-kayuan meliputi jenis : kulim (Scorodocarpus borneensis), bintangur (Calophilum Sp), meranti (Shorea

selanica), mahoni (Swietenia macrophylla), rengas (Gluta renghas), pulai

(Alstonia pneumatophora), dan tembesu (Fagraea fragrans). Untuk jenis multi

purpose tree species antara lain yaitu untuk jenis matoa (Pometia pinnata), asam

jawa (Tamarindus indica), bambu (Bambusa bamboos), duku (Lansium

domesticum), manggis (Garcinia mangostana), sukun (Artocarpus elasticus), dan

durian (Durio zibethinus).

Taman Hutan Raya (Gambar 4) memiliki fungsi secara ekologis yaitu sebagai suatu sistem penyangga kehidupan, secara ekonomis sebagai sumber yang menghasilkan barang dan jasa, dan secara sosial sebagai sumber penghidupan dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar Taman Hutan Raya.

(9)

b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Rekreasi

Ruang terbuka hijau kawasan rekreasi (Gambar 5) di Kota Pekanbaru dikelola oleh Pemerintah Daerah dan swasta atau individu. Tingginya kebutuhan masyarakat akan tempat-tempat rekreasi dengan nuansa alam, menjadikan ruang terbuka hijau kawasan rekreasi menjadi satu pilihan utama bagi masyarakat.

c. Ruang Terbuka Hijau Sempadan Sungai

Ruang terbuka hijau kawasan sempadan sungai mempunyai fungsi sebagai kawasan lindung. Ruang terbuka hijau sempadan sungai (Gambar 6) ditemui di Daerah Aliran Sungai Siak. Jenis-jenis tanaman pada kawasan sempadan sungai adalah untuk jenis kayu-kayuan seperti mahoni (Swietenia macrophylla), matoa (Pometia pinnata), angsana (Pterocarpus indicus), dan untuk jenis multi purpose

Gambar 4. Taman Hutan Raya

(10)

tree species yaitu kemiri (Aleurites moluccana), bambu (Bambusa bamboos),

sukun (Artocarpus elasticus), dan durian (Durio zibethinus).

d. Ruang Terbuka Hijau Jalur Jalan

Ruang terbuka hijau jalur jalan mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai pengendali polusi udara seperti untuk peredam debu, CO2, SO2, Pb, dan partikel padat. Fungsi lainnya adalah untuk peneduh bagi pejalan kaki, pengendali visual, dan estetika. Ruang Terbuka Hijau jalur jalan di Kota Pekanbaru (Gambar 7) berada pada jalan utama di Pusat Kota, sebagian sudah tertata sesuai dengan fungsinya. Tanaman pada jalur jalan di Kota Pekanbaru adalah dengan jenis kayu, perdu, semak, dan ground cover.

e. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkantoran

Ruang Terbuka Hijau kawasan perkantoran terdapat di pusat kota, hal ini dikarenakan sudah sejak lama aktivitas perkantoran berada di pusat kota. Ruang

Gambar 6. Ruang Terbuka Hijau Sempadan Sungai

(11)

terbuka hijau di kawasan perkantoran (Gambar 8) sudah tertata dengan baik. Fungsinya antara lain untuk memperoleh nilai estetika, peneduh, mengurangi kebisingan akibat aktivitas kendaraan, dan mengurangi polusi. Jenis tanamannya meliputi jenis tanaman kayu, tanaman hias, dan ground cover.

f. Hutan Kota

Hutan Kota di Pekanbaru berada di Kecamatan Sail dengan luas 1,25 hektar. Pengelolaannya dilakukan Pemerintah Provinsi yaitu Dinas Pertanian yang mempunyai wewenang untuk pengelolaan dan pemeliharaan. Hutan kota yang ada mempunyai fungsi sebagai konservasi dan sarana penelitian serta pendidikan (Gambar 9). Fungsi lainnya adalah memberikan manfaat untuk menghasilkan iklim yang sejuk secara mikro. Hutan kota ini juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.

Gambar 8. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkantoran

(12)

g. Ruang Terbuka Hijau Pemakaman

Berfungsi sebagai fasilitas umum untuk tempat pemakaman warga yang meninggal dunia. Lokasi pemakaman (Gambar 10) tersebar di beberapa kecamatan dengan jenis tanaman yang beragam. Fungsi lainnya adalah sebagai peneduh dan mempunyai fungsi sebagai ruang terbuka hijau secara umum.

h. Kawasan Kebun, Semak Belukar, dan Tegalan

Kawasan kebun, semak belukar dan tegalan merupakan kawsan yang dikelola sebagian besar oleh penduduk dan sebagian lagi masih belum dikelola. Bentuk ruang terbuka hijau ini menyebar hampir di semua kecamatan Kota Pekanbaru selain kecamatan yang berada di pusat kota.

Gambar 10. Pemakaman Umum Sebagai RTH

(13)

i. Ruang Terbuka Hijau Perkebunan

Perkebunan di Kota Pekanbaru terdiri dari kebun kelapa sawit dan karet dikuasai oleh pemerintah dan pihak swasta. Kawasan perkebunan umumnya berada di lokasi yang berbatasan dengan kabupaten lain di pinggir Kota Pekanbaru (Gambar 12). Selain untuk meningkatkan pendapatan daerah, perkebunan tersebut mempunyai manfaat bagi masyarakat petani dan mempunyai fungsi sebagai ruang terbuka hijau.

Gambar

Tabel 7. Luas Wilayah Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan
Tabel 8. Kemiringan  Lereng  dan  Luas  Lahan  Masing-Masing  Kecamatan  di Kota Pekanbaru
Tabel 9. Prakiraan Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2002-2006  Tahun No.  Kecamatan  2002  2003  2004  2005  2006  1
Tabel 10. Prakiraan  Kepadatan  Penduduk  Kota  Pekanbaru  Tahun  2000- 2000-2006 Jumlah Penduduk  (jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/ha)No
+6

Referensi

Dokumen terkait

Teori evolusi adalah pendapat yang mengatakan bahwa terjadi perubahan secara perlahan dan memakan waktu lama dalam kehidupan makhluk hidup.. Teori evolusi

Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang dinamis seiring dengan perubahan teknologi dan jaman dengan memposisikan prinsip-prinsip dan kaidah Ergonomi sebagai kerangka dasar

Pada  tahun  1931  dan  tahun  1932,  Iqbal  juga  mengikuti  berbagai  kegiatan.  Diantaranya  dalam  Konferensi  Meja  Bundar  di  London  yang  membahas 

 8enis obat stok* yang akan dipakai dan alat kesehatan yang akan diminta di tulis pada resep oleh dokter ruangan* dan jika selain obat di tulis oleh perawat pada 'orm alkes. 

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mengaplikasikan metode self organizing maps dalam judul “Analisis Cluster Terhadap Rumah Tangga Miskin Di

Terdapat 4 (empat) pola perubahan ke Identitas Banjarmasin sebagai kota sungai tergambar dari arsitektur tepian sungai dan aktivitas masyarakatnya yang masih memiliki

(Lutfia Dwi Rahanyani, 2007 : (Lutfia Dwi Rahanyani, 2007 : 31) 31) Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan

Suratmu telah sampai.. Kamu rasa yang mengahWini gadis dari kaum Quraish akan mengakibatkan ketinggian maruahku. Ini adalah satu kesalahan, kerana tidak ada yang lebih baik