• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA KAWASAN MINAPOLITAN PALABUHANRATU. Geri Nugraha, Indarti Komala Dewi*), Agus Sunaryadi**)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA KAWASAN MINAPOLITAN PALABUHANRATU. Geri Nugraha, Indarti Komala Dewi*), Agus Sunaryadi**)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 1

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA KAWASAN MINAPOLITAN

PALABUHANRATU

Geri Nugraha, Indarti Komala Dewi*), Agus Sunaryadi**)

Abstrak

Kawasan perikanan Palabuhanratu merupakan salah satu kawasan perikanan yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan perikanan tangkap oleh Kementerian Kelautan dan perikanan melalui melalui Keputusan Menteri Nomor 32/2010 tentang penetapan kawasan minapolitan. Persyaratan pengembangan kawasan minapolitan berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 18/Men/2011 tentang pedoman umum minapolitan yaitu:1) kesesuaian dengan kebijakan, 2) memiliki komoditas unggulan dibidang kelautan dan perikanan, 3) letak geografis kawasan cocok untuk usaha perikanan, 4) terdapat unit produksi, pengolahan, pemasaran, dan industri pendukung, 5) Tersedianya Fasilitas pendukung, 6) Kelayakan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan kendala pengembangan kawasan minapolitan Palabuhanratu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, metode analisis LQ (Location Qoutient). Bila dilihat dari hasil penelitian, permasalahan yang ada pada wilayah perencanaan adalah masih terdapat sarana dan prasarana yang kondisinya kurang baik, keterbatasan jenis produk olahan, lembaga yang ada belum berperan aktif baik lembaga permodalan maupun penyuluhan serta kurangnya informasi pasar. Apabila merujuk dari permasalahan yang ada, hal tersebut dapat diatasi dengan pengembangan kegiatan minapolitan dimulai dari pengembangan sistem dan mata rantai produksi hulu dan hilir, modernisasi alat tangkap dan alat produksi pengolahan perikanan, perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang di seluruh kawasan minapolitan agar lebih terkoordinir dan terintegrasi antara aspek satu dan lainnya.

Kata kunci : Potensi dan Kendala Minapolitan, Minapolitan Palabuhanratu PENDAHULUAN

Latar Belakang

Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan perlu dilakukan dengan cara konsep minapolitan dimana salah satu tujuan konsep ini untuk mengembangkan kawasan ekonomi unggulan menjadi lebih produktif. Sebagai

langkah nyata, telah diterbitkan Peraturan Menteri nomor 12/2010 tentang Minapolitan dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan.

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS dan 104°48' - 104°48 BT, terdiri atas 16 kabupaten dan 9 kota memiliki garis pantai cukup panjang, yaitu 18.153 km². Berberapa Kabupaten di Jawa Barat merupakan bagian dari 179 kabupaten / kota sebagai kawasan minapolitan diantaranya Bogor, Indramayu, Subang, Garut, Sukabumi, Kota Cirebon, Karawang. Dari beberapa kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat tersebut Kabupaten Sukabumi yang mempunyai luas wilayah mencapai 412.591,92

(2)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 2

Ha merupakan kabupaten terluas dengan garis pantai sepanjang 117 km dengan luas daerah potensial fishing ground sepanjang 702 Km².

Salah satu daerah di bagian selatan Jawa Barat yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar adalah daerah Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra aktivitas sektor perikanan Jawa Barat. Beragam aktivitas pada sektor perikanan dilakukan di Kabupaten Sukabumi, seperti kegiatan perikanan tangkap, kegiatan perikanan budidaya, kegiatan pemasaran komoditas perikanan, kegiatan pengolahan, dan sebagainya.

Sektor bahari merupakan kekuatan ekonomi Kabupaten Sukabumi dimana Palabuhanratu merupakan daerah utama penghasil anggaran untuk memenuhi kantung Pendapatan Asli Daerah disektor perikanan. Ragam usaha yang berkaitan dengan perikanan berdiri di hampir setiap sudut kota. Sebuat saja salah satunya usaha tangkapan ikan laut yang setiap tahunnya mencapai 4.200 – 4.500 ton/tahun. Tanpa perlu repot mencari kemana-mana, orang bisa dengan mudah menemukan ragam ikan seperti udang, tuna, cakalang, layur, cucut dan kakap. Meski begitu, pencarian ikan-ikan laut bukanlah hal yang

mudah. Para nelayan, biasanya

menghempaskan jala mereka di sepanjang pantai Samudra Indonesia dan baru pulang merayu malam di lima tempat yang berbeda masing-masing Pantai Palabuhanratu, Cisolok, Ujunggenteng, Ciwaru dan Minajaya.

Potensi sumberdaya perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi ini perlu dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat menggerakkan perekonomian daerah. Dengan demikian, diperlukan suatu langkah upaya percepatan melalui program revitalisasi perikanan. Kabupaten Sukabumi ditetapkan sebagai kawasan minapolitan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 32/2010. Pelaksanaan program revitalisasi perikanan di Kabupaten Sukabumi merupakan wujud dukungan politik, sosial, dan ekonomi untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah

satu penggerak utama pembangunan ekonomi daerah serta merupakan suatu upaya untuk memacu pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan guna peningkatan kesejahteraan rakyat serta diharapkan mampu memacu

peningkatan sumbangan terhadap

pertumbuhan ekonomi secara agregat.

Sebagai kota minapolitan, kelestarian dan keanekaragaman hayati merupakan prioritas yang harus terus dijaga dan dilindungi keseimbangannya, karena hal itu merupakann aset pemerintah yang sangat berharga. Komoditas ikan, memang menjadi tumpuan utama roda perekonomian Kabupaten Sukabumi dalam mengembangkan wilayah seletannya yang memiliki luas hamparan luat dan pantai yang sangat menakjubkan. Dengan ditetapkannya Palabuhanratu sebagai kota minapolitan maka perlu dilakukan satu penelitian guna mengetahui sejauh mana potensi dan kendala pengembangan minapolitan perikanan tangkap Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Potensi kawasan minapolitan perikanan tangkap; Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi 2. Identifikasi Kendala kawasan

minapolitan perikanan tangkap Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. LANDASAN TEORI

Minapoltan

Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. (Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan No 18 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Minapolitan).

Kawasan Minapolitan

Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama

(3)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 3

ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. (Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan No 18 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Minapolitan).

Dalam Dalam Undang-Undang No. 26

Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang,Minapolitan masuk dalam kategori Agropolitan dijelaskan bahwa Kawasan Agropolitan/Minapolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian/perikanan dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

Konsep Minapolitan

Konsep Minapolitan didasarkan pada tiga azas yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), serta penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdayanya benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dengan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.

Penggerak utama ekonomi di Kawasan Minapolitan dapat berupa sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan ikan, atau pun kombinasi kedua hal tersebut. Sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap yang dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan adalah pelabuhan perikanan. Sementara itu, penggerak utama minapolitan di bidang perikanan budidaya adalah sentra produksi dan 7 perdagangan perikanan di lahan-lahan budidaya produktif. Sentra produksi pengolahan ikan dan perdagangan yang berada di sekitar pelabuhan

perikanan, juga dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar I.

Gambar 2

Model Kawasan Minapolitan Sumber: Sunoto (2013)

Karakteristik Kawasan Minapolitan Dalam KepMen Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan Suatu kawasan minapolitan sebaiknya mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan perdagangan; 2. Mempunyai sarana dan prasarana

sebagai pendukung aktivitas ekonomi. 3. Kawasan minapolitan harus bisa tumbuh

dan berkembang sebagai kawasan mandiri;

4. Menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam kawasan dan daerah sekitarnya;

5. Mempunyai dampak positif terhadap perekonomian di daerah sekitarnya. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan Minapolitan

Tujuan dan sasaran pengembangan kawasan minapolitan secara lengkap disebutkan pada KepMen Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan. Namun secara esensial, sasaran program minapolitan bisa disarikan menjadi 4(empat) hal utama sebagai berikut:

1. Pelayanan secara terpadu dan efisien dari instansi pusat dan daerah serta instansi lintas-sektor pada kawasan minapolitan

(4)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 4 2. Berkembangnya sektor ekonomi dari

komoditas sektor perikanan

3. Kawasan sentra minapolitan bersama wilayah sekitarnya tumbuh sebagai kota mandiri

4. Pengisian tenaga kerja pada wilayah sekitar sentra minapolitan sesuai dengan kapasitas daya dukung produksi perikanan

Persyaratan Kawasan Minapolitan Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD) yang telah ditetapkan;

2. Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi tinggi,

3. Letak geografis kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan, meliputi: 4. Terdapat unit produksi, pengolahan,

dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah

dan/atau memasarkan yang

terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait, 5. Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha, dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan, meliputi:

6. Kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi di masa depan,

7. Komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas pengelolaan dan pengembangan minapolitan, Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan,

9. ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan, meliputi: METODE PENELITIAN

Penelitian tentang pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap ini menggunakan beberapa metode, yaitu :

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan survey primer dan survey sekunder. Survey primer ini dilakukan dengan observasi lapangan, kuisioner, dan wawancara. Data yang diperoleh dari survey primer ini adalah kondisi fisik wilayah, karakteristik sosial masyarakat serta potensi dan masalah dalam

pengembangan kawasan minapolitan

perikanan tangkap.

Survey sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan serta dokumen dari instansi-instansi terkait.

Metode Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Metode deskriptif

Analisa deskriptif digunakan dalam mendeskripsikan gambaran umum kawasan minapolitan perikanan tangkap yang didukung dengan alat statistik deskriptif seperti tabel, diagram maupun foto mapping.

b. Analisis LQ (Location Quetion)

Untuk mengetahui tingkat kontribusi masing-masing sub sektor terhadap pembentukan kekayaan daerah (dalam Fadillah Achmad, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi potensi dan Kendala Kawasan Minapoltan Palabuharatu

(5)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 5

Uraian analisis Potensi dan Kendala Kawasan Palabuhanratu yang ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan

1. Analisis Potensi Kebijakan Kawasan Minapolitan

Analisis Potensi Kebijakan Kawasan Minapolitan

Provinsi Jawa Barat ditunjuk sebagai salah satu kawasan minapolitan berbasis perikanan tangkap yang diantaranya yaitu Kabupaten Sukabumi tepatnya di PPN Palabuhanratu yang merupakan salah satu lokasi dari 197 lokasi di 33 Provinsi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP.32/MEN/2010 tanggal 14 Mei 2010 tentang Penetapan kawasan Minapolitan.

Ditinjau dari Rencana Tata Ruang (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 bahwa kawasan Palabuhanratu ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp) yang berpotensi pada pengembangan kawasan agromarine bisnis dan wisata minat khusus, Bentuk kebijakan lain Pemerintah Provinsi Jawa Barat tertuang dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3-K) Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2029 bahwa Palabuhanratu ditetapkan sebagai zona terumbu karang dengan fungsi pelestarian lingkungan.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Sukabumi Tahun 2010-2030 kawasan minapolitan berbasis perikanan tangkap terdiri dari zona inti minapolitan yang berada di Kecamtan Palabuhanratu dan zona penyangga minapolitan yang meliputi, Kecamatan Cisolok, Cikakak, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, dan Kecamatan Tegalbuleud.

Sebagai bentuk komitmen dari daerah, hal itu dapat dilihat dari adanya Surat Keputusan

Bupati Nomor Nomor

523/Kep.565-Dislutkan/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sukabumi ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan

Berbasis Perikanan Tangkap. Kelembagaan minapolitan di kabupaten Sukabumi dibentuk oleh Bupati melalui Keputusan Bupati

Sukabumi Nomor

523/Kep-566/Dislutkan/2010 tanggal 9 Agustus 2010 dengan ruang lingkup kegiatan mencakup perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 3. Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Tentang Kawasan Minapolitan Palabuhanratu

Sumber: Hasil Analisis 2015

Analisis Kendala Kebijakan Minapolitan Kendala dalam pengembangan kawasan minapolitan Palabuhanratu diantaranya:

1. Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.

2. Kurangnya Pendampingan dan

pembinaan oleh pemerintah terhadap pelaku kegiatan minapolitan di kawasan Palabuhanratu

3. Belum dibuat Rencan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) tingkat kabupaten sebagai landasan pengembangan kawasan minapolitan Palabuhanratu

4. Belum dibuat Masterplan kawasan minapolitan Palabuhanratu untuk program kerja pengembangan kawasan minapolitan Palabuhanratu.

1. RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 2012-2032 2. Surat Keputusan Bupati Nomor Nomor

523/Kep.565-Dislutkan/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

3. Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 523/Kep-566/Dislutkan/2010 tentang kelompok kerja minapolitan

PerMen Kelautan dan Perikanan nomor 31/2010 tentang Penetapan Kawasan minapolitan

Provinsi Jawa Barat

1. RTRW Jawa Barat tahun 2009-2029 2. RZWP3-K Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2029

Kabupaten Sukabumi Pemerintah Pusat

(6)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 6 2. Analisis Potensi Komoditas Unggulan

dan Nilai Perdagangan Komoditas Tinggi

Analisis Potensi Komoditas Unggulan dan Nilai Perdagangan Komoditas Tinggi

Analisis Location Quotient merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan dalam menentukan alternatif komoditas unggulan suatu daerah berdasarkan keunggulan komparatif.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ dengan membandingkan rata-rata produksi komoditas perikanan tangkap antara Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat menunjukkan bahwa Kuwe, Lisong, Cakalang, Albakora, Madidihang, dan Tuna Mata Besar, memiliki nilai LQ lebih besar dari satu (LQ > 1). Nilai LQ lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa komoditas tersebut berpotensi untuk menjadi komoditas unggulan.

Tabel 1. Nilai LQ Ikan Komoditas Unggulan MinapolitanPalabuhanratu Tahun 2010- 2012

No Jenis ikan Nilai LQ 2010 2011 2012 1 Kuwe 5,83 6,14 5,46 2 Lisong 12,5 13,61 12,4 3 Cakalang 8 8,05 5,85 4 Albaroka 12,5 13,61 12,40 5 Madahihang 12,5 13,61 12,40 6 Tuna Mata Besar 12,5 13,61 12,40

Sumber : Hasil Analisis 2014

Berdasarkan hasil perhitungan LQ dan hasil persepsi masyarakat mengenai jenis ikan tangkap dikawasan minapolitan Palabuhanratu diketahui bahwa memiliki kecenderungan yang sesuai mengenai jenis ikan komoditas unggulan.

Kondisi permintaan merupakan faktor yang cukup penting dalam upaya peningkatan daya saing komoditas unggulan perikanan tangkap di kawasan minapolitan Palabuhanratu.

Secara umum struktur segmentasi permintaan konsumen terhadap komoditas perikanan dibedakan yaitu konsumen untuk kebutuhan lokal, nasional, dan konsumen untuk kebutuhan ekspor. Masing-masing segmen konsumen tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Ikan segar dari PPN Palabuhanratu Tahun 2012 No Tujuan Distribusi Jumlah Ikan Segar (Kg) Prosentase (%) 1 P.ratu 250.798 8,33% 2 Sukabumi 250.798 1,34% 3 Bandung 70.000 2,32% 4 Cianjur 223.597 7,43% 5 Bogor 9.567 0,32% 6 Jakarta 2.075.967 68,95% 7 Banten 77.434 2,57% 8 Ekspor 263.272 8,74% Jumlah 3.010.986 100%

Sumber: Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2013

Analsis Kendala Komoditas Unggulan dan Nilai Perdagangan Komoditas Tinggi

Komoditas unggulan yang ada di kawasan minapolitan Palabuhanratu masih banyak meghadapi kendala yang dihadapi, diantaranya:

1. Masih banyaknya praktek illegal fishing khususnya oleh nelayan asing, karena law enfrocement di laut masih rendah, sehingga perlu dilkukan langkah nyata seperti membrhentikan pemberian izin kepada pihak asing, menindak tegas para pelaku illegal fishing yang beroperasi di seluruh perairan kawasan minapolitan serta.

2. Penggunaan alat dan cara penangkapan belum tepat guna yang berbasis ramah lingkungan.

3. Saat ini kapal/perahu yang digunakan belum dilengkapi dengan palkah penyimpan ikan yang berpendingin yang mengakibatkan kesegaran dan kualitas ikan hasil tangkapan menjadi menurun ketika sampai di lokasi pendaratan ikan.

3. Analisis Potensi dan Kendala Letak Geografis Kawasan

Analisis Potensi Letak Geografis Kawasan Berdasarkan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) masuk kedalam WPP-RI 573 perairan Samudera Hindia sebelah selatan jawa hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian barat. Secara umum komposisi jenis ikan tuna di perairan WPP-RI 573 pada tahun 2013 masih didominasi oleh ikan madidihang (Thunnus albacares) sekitar

(7)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 7

70% dan hasil tangkap sampingan (by catch) didominasi oleh ikan Naga (Alepisaurus spp) dimana jumlahnya mencapai sekitar 42%.

Potensi sumberdaya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) 573 didominasi oleh kelompok ikan pelagis besar sebesar 201.400 ton per tahun, disusul oleh kelompok ikan pelagis kecil yaitu sebesar 210.600 ton/tahun. Ikan demersal di perairan tersebut sebesar 66.200 ton/tahun sedangkan cumi-cumi hanya 2.100 ton per tahun.

Sumberdaya fisik atau alam ini menyangkut ketersedian sumberdaya perikanan yang menentukan keberlimpahan komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi Ketersedian daerah penangkapan ikan bagi nelayan-nelayan Kabupaten Sukabumi telah diatur dalam peraturan mengenai pembagian teritorial produksi penangkapan ikan agar tidak terjadi konflik dengan nelayan-nelayan yang berasal dari daerah lain terutama dengan kabupaten yang letaknya di pesisir selatan Jawa. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, luas areal tangkapan ikan bagi nelayan-nelayan Kabupaten Sukabumi adalah seluas 701,6724 Km2 yang tersebar di sembilan kecamatan pesisir.

Analisis Kendala Letak Geografis kawasan Minapolitan

Selain keterpaduan pengelolaan kawasan minapolitan, Sistem jarak dan transportasi yang ada di dalam kawasan minapolitan haruslah mendukung, hal ini dikarenakan faktor aksesibilitas yang merupakan sarana

penunjang pengembangan kawasan

minapolitan. Kondisi saat ini untuk aksesibilitas di kawasan minapolitan palabuhanratu belum sepenuhnya mendukung kegiatan pengemebangan minapolitan. Hal ini dikarenakan masih banyak didapatkan kondisi jalan yang belum memadai baik itu dari, kelas jalan, kapasitas jalan maupun kualitas jalan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4. Peta Jaringan Jalan Kawasan Minapolitan Palabuhanratu

Sumber: Hasil Analisis 2015

4. Analisis Potensi dan Kendala Unit Produksi, Pengolahan, dan Pemasaran Analisis Potensi Unit Produksi, Pengolahan, dan Pemasaran

Tabel 3. Analisi Potensi Unit Produksi, Pengolahan, dan Pemasaran

No Variabel Potensi

1 Unit Produksi

- Seluruh nelayan tersebar di sepanjang pantai palabuhanratu - Penggunaan alat tangkap terdapat

dua macam yakni menggunakan jaring dan pancing.

2 Unit pengolahan

Jumlah KUB pengolahan ikan yang terdapat di Kabupaten Sukabumi sampai sekarang mencapai 47 KUB dengan jenis pengolahan yaitu ikan asin, abon ikan, bakso ikan, pindang ikan, fish jelly, dan ikan beku

3 Unit Pemasaran

- Telah terdapat Tempat pelelangan ikan di setiap kecamatan dan outlet hasil olahan sebagai sarana pemasaran produk perikanan - Hasil produksi perikanan sudah

dipasarkan hingga ke luar negeri

4 Industri Pendukung

- Terdapat lima toko distributor utama penyedia alat tangkap di Palabuhanratu dan delapan toko distributor utama penyedia alat tangkap yang tersebar di delapan kecamatan pesisir lainnya yaitu Cisolok, Cikakak, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Cibitung, Surade, dan Tegalbuleud

- Terdapat 47 KUB pengolahan hasil perikanan yang tersebar diseluruh kawasan minapolitan dan 5 Prusahaan pembekuan Ikanyang berada di Palabuhanratu sebagi zona inti minapolitan

(8)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 8

Analisis Kendala Unit Produksi,

Pengolahan, dan Pemasaran

Tabel 4. Analisi Kendala Unit Produksi, Pengolahan, dan Pemasaran

No Varabel Kendala

1 Unit Produksi

Perahu/kapal yang beroperasi melakukan penangkapan masih bersifat tradisional, dengan prosentase:

- Perahu motor tempel 73% - Perahu <5GT 19% - Perahu 5-20 GT 7% - Kapal>20GT 1%

2 Unit pengolahan

- Modal yang dimiliki oleh para pengolah produk olahan ikan masih tergolong kecil.

- Mesin dan teknologi dalam proses produksi yang digunakan masih sederhana sehingga efisiensi dan produktivitas produksi kecil.

- Persaingan antar pengolah baik dalam mendapatkan bahan baku maupun merebut pasar /konsumen.

- Pemasaran yang masih relatif sempit sehingga ruang gerak penjualan menjadi terbatas yang menyebabkan penghasilan pengolah/pengrajin menjadi relatif sedikit dan lambat.

3 Unit Pemasaran

- Tempat Pelelangan Ikan yang sudah tidak lagi berfungsi dengan baik

- Hasil tangkapan nelayan yang sangat tergantung pada musim dan sangat fluktuatif, sehingga pengolah juga sering mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku mengakibatkan barang dan stok untuk penjualan terbatas.

- Sulitnya memperoleh modal untuk berproduksi, sehingga barang yang dijual ke pasar biasanya terbatas.

- Ketidak beranian para pengolah ikan dalam mengambil risiko, menggunakan sistem konsinyasi, padahal banyak gerai yang menawarkan kerjasama dengan keuntungan yang relatif besar.

4 Industri Pendukung

- Industri penyedian kapal atau perahu di Kabupaten Sukabumi terbatas pada perahu tanpa motor dan kapal dengan motor tempel. Sumber: Hasil Analisis 2015

5. Analisis Potensi dan Kendala Sarana dan Prasarana Pendukung

Tabel 5. Analisis Potensi Sarana dan Prasarana Pendukung

No Variabel Potensi

1 Permodalan Banyaknya para pengepul (taweu) sebagai pihak penjual yang menjadi pemodal para nelayan yang akan melakukan penangkapan ikan

2 Sarana dan Prasarana

- Banyaknya Tempat pendaratan dan pelelangan ikan yang tersebar di seluruh kecamatan pesisir lainnya yaitu Palabuhanratu, Cisolok, Cikakak, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Cibitung, Surade, dan Tegalbuleud

- Dermaga Labuh Kapal di Kecamatan Palabuhanratu - Terdapat tiga Statsun Pengisian

Bahan bakar Nelayan di Palabuhanratu

- Bengkel kapal yang hampir tersebar diseluruh Kawasan minapolitan

3 Lembaga Pendukung

- Telah terdapat kelompok usaha bersama nelayan yang dapat mempermudah dalam koordinasi baik antar nelayan maupun antara nelayan dengan pemerintah

- Telah terbentuk koperasi nelayan di Palabuhanratu - Terdapatnya lembaga

keuangan perbankan BJB, BRI, Mandiri, Panin Bank, dan Bank Danamon yeng tersebar diseluruh kawasan minapolitan - Terdapatnya lembaga

Penyuluhan perikanan kabupaten Sukabumi

Sumber: Hasil Analisis 2015

Tabel 6. Analisis Kendala Sarana dan Prasarana Pendukung

No Variabel Kendala

1 Permodalan - Kurangnya peran pemerintah dalam memberikan permodalan Kepada kelompok usaha bersama (KUB) atau koperasi simpan pinjam

- Kurangnya kerjasama dengan pihak lembaga keuangan seperti bank agar memberikan bantuan permodalan dengan syarat dan sistem agunan yang khusus dengan bunga yang rendah kepada nelayan guna memenuhi kebutuhan modal dan memutus rantai sistem peminjaman

(9)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 9 modal kepada para rentenier

yang merugikan nelayan. 2 Sarana dan

Prasarana

- Percepatan pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu menjadi Pelabuahan Perikanan Samudera (PPS) sebagai pusat pendaratan dan usaha perikanan secara terpadu di Kecamatan Palabuhanratu.

- Tempat Pelelangan Ikan (TPI) tidak berfungsi dengan baik

- Belum terbangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kecamatan Cikakak, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Cibitung, dan kecamatan Tegalbuleud.

- Belum ada jaringan komunikasi dan internet disetiap tempat pelelangan ikan sebagai sarana penunjang dan pusat informasi kepada nelayan 3 Lembaga

Pendukung

- Kurangnya peran dan kapasitas Lembaga Otorita Pengelola Kawasan Minapolitan

- Jumlah kelompok-kelompok pembudidaya, nelayan, pedagang, peternak masih kurang

- Kurangnya koordinasi lembaga-lembaga usaha produksi dan perdagangan dengan lembaga-lembaga keuangan dan pendidikan/penyuluhan untuk meningkatkan akses terhadap keuangan dan IPTEK.

- Kurangnya pembinaan lembaga-lembaga usaha.

- Kurangnya kapasitas lembaga pelatihan/penyuluhan

Sumber: Hasil Analisis 2015

Gambar 5. Peta Zona Inti Minapolitan Palabuhanratu

Sumber: Hasil Analisis 2015

6. Analisis Potensi dan kendala Kelayakan lingkungan

Analisis Potensi Kelayakan lingkungan Pengambangan usaha perikanan terpadu tidak ditujukan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, tetapi untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan

memadai dalam jangka panjang. Beberapa ciri usaha perikanan terpadu yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun2009 tentang Perikanan yaitu:

1. Sistem produksi sekaligus konservasi 2. Tidak bersifat eksploitatif tetapi bersifat

siklus

3. Budget keharaan berimbang

4. Input kimia hanya bersifat pelengkap 5. Usaha lintas komoditas namun tetap

sesuai dan saling melengkapi.

Dalam RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 2010-2030 telah diatur mengenai penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dilakukan dengan mempertimbangkan aspek penanganan, kriteria, dan isu penanganan dimasing-masing Kawasan Strategis Kabupaten yang ditetapkan.

Analisis Kendala Kelayakan lingkungan Kondisi sumberdaya alam yang sangat luas belum ditopang dengan armada dan alat penangkapan yang masih sederhana belum menggunakan atau memakai teknologi tepat guna sehingga jangkauan penangkapan masih terbatas hanya disekitar perairan teluk palabuhanratu saja belum masuk ke Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Selain itu keberadaan PLTU di kecamatan palabuhanratu dan penambangan pasir di kecamatan Tegalbuleud serta sampah domestik dapat berpotensi terjadinya pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan daya dukung lingkungan menjadi kurang. Untuk itu perlu dilakukan monitoring dan koordinasi dengan para pihak terkait guna menjaga atau mengurangi pencemaran lingkungan sehingga tidak mengganggu keberadaan habitat ikan. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Palabuhanratu merupakan kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan minapolitan perikanan tangkap. Namun hingga saat ini masih terdapat beberapa masalah dalam pengembangannya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keterkaitan antar sistem dan mata rantai produksi hulu dan hilir serta fasilitas penunjang belum optimal dan belum terdapat sentra pengembangan. Dengan demikian, dibutuhkan arahan pengembangan kawasan minapolitan yaitu pengembangan struktur ruang kawasan minapolitan dan pengembangan kegiatan perikanan dari hulu hingga hilir.

(10)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan 10 Saran

Diperlukan peningkatan kesadaran serta peran aktif pemerintah kabupaten dan propinsi untuk lebih memperhatikan sektor perikanan dan diperlukan pula pembentukan tim terpadu pengembangan kawasan minapolitan yang melibatkan instansi terkait. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kegiatan pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap yang merupakan konsep pengembangan yang sedang digalakkan pemerintah demi kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi, 2010, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2010-2030. Sukabumi

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, 2009, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2009-2029. Sukabumi

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten

Sukabumi. 2013, Kabupaten

Sukabumi Dalam Angka 2012. Sukabumi

[DPK] Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Sukabumi. 2013.

Keragaan Pengolahan dan Pemasaran Perikanan Kabupaten Sukabumi. Sukabumi: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan.

2010. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.32/MEN/2010. Tentang Penetapan kawasan Minapolitan. Jakarta

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Umum Minapolitan.

Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2013. Buku Laporan Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2012. Sukabumi: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Fadillah Achmad. 2011. Analisis Dayasaing

Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi. Bogor : Departemen Agrobisinis Fakultas Ekonomi dan Manjemen Institut Pertanian Bogor.

PENULIS :

1. Geri Nugraha, ST., Alumni (2015) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan.

2. Dr. Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si.,

staf dosen Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik - Universitas Pakuan.

3. Ir. Agus Sunaryadi, M.Sp., Staf dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan.

Gambar

Gambar 3. Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah  Tentang Kawasan Minapolitan Palabuhanratu
Tabel 1. Nilai  LQ   Ikan   Komoditas   Unggulan                 MinapolitanPalabuhanratu Tahun 2010-                2012
Tabel 3.  Analisi Potensi Unit Produksi,                           Pengolahan, dan Pemasaran
Tabel 4. Analisi Kendala Unit Produksi,                          Pengolahan, dan Pemasaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tangga utama yang terdapat pada gedung ini memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan ukuran tangga darurat, selain itu tangga utama juga dapat digunakan sebagai jalur

Tafsri ibnu Kastir menjelaskan kata ُْلوُسَرْ ٌدَّمَُمُ adalah berbentuk mubtada‟ dan khabar yang berbarti menunjukkan sifat yang baik secara keseluruhan.

• Bobot Kerja – Limbah: Termasuk kontrol hidraulik, silinder kemiringan, kotak striker, cairan pendingin, pelumas, bahan bakar 100%, kabin ROPS, FOPS, Blade Limbah SU, shoe

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data didapatkan skor respon petani padi pasang surut dalam kegiatan studi khusus yaitu sebesar 5,44 artinya respon

[r]

Penelitian ini menggunakan metode SIG ( Sistem Informasi Geografis ) Penggunaan metode GIS dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui identifikasi luas

Dari tabel di atas menunjukan bahwa frekuensi iklan produk POND’S di televisi mempengaruhi 4 responden atau 11% menjawab sangat mempengaruhi, 10 responden atau 28%

:  Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan listrik statis dan dampaknya bagi kehidupan