• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Ilmu Faraidh

Ilmu faraidh adalah ilmu tentang harta waris, menurut bahasa arab faraidh yaitu jamak dari lafadz alfaridhoti, jelasnya yaitu alfardhu artinya bagian. Sedangkan menurut istilah yaitu ilmu yang diketahui bagaimana cara membagikan harta mayyit kepada semua ahli waris dan harta mayyit yaitu setiap sesuatu (harta) yang meninggalkan seseorang setelah matinya dari harta atau benda dari hak-hak yang wajib memilikinya dari sebagian syariah (Turoican n.d.).

2.1.1 Dasar-dasar hukum waris

Hukum waris Islam merupakan pilar agama Islam yang dasarnya langsung diambil dari sumber hukum Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian, para ahli hukum Islam, khususnya para mujtahid dan ahli fiqih, mentransformasi melalui berbagai formulasi pewarisan, meskipun demikian, Al-Qur’an dan Hadits adalah pilar utama hukum waris (Sanusi 2012). Didalam Al-Qur’an, Allah SWT., telah menetapkan. “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu, bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan, jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja maka ia memperoleh separyh harta. Dan, untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang di tinggalkan, jika orang yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal itu tidak mempunyai anak, dan diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara maka ibunya mendapat seperenam. (pembagian-pembagian tersebut) sudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau

(2)

(dan) sudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan, bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya, sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sudah dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak menunggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi dari masing-masing kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi, jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya, atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menempatkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun” (QS. An-Nisaa’ [4]: 11-12). “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, ‘Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah, (yaitu) jika seseorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkan dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika tidak mempunyai anak; tetapi, jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang yang meninggal. Dan, jika mereka (ahli waris itu terdiri atas) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan.

(3)

Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu supaya kamu tidak sesat. Dan, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 176).

2.1.2 Pengertian waris dalam islam

Waris yang kita kenal dalam istilah sehari-hari sebenarnya berasal dari bahasa arab, Dan ilmu faraidh dinamakan juga dengan ilmu mawaris. Dan dalam bahasa arab kalimat mawaris diambil dari mashdar waratsa yaritsu irtsan wamirotsan dengan arti memindahkan sesuatu dari seseorang kepada seseorang atau dari kaum ke kaum.

2.1.3 Kewajiban berkaitan dengan harta warisan

Ada beberapa hak yang harus ditunaikan sehubungan dengan harta peninggalan orang yang meninggal dunia (pewaris). Yaitu yang pertama semua keperluan dan pembiayaan pemakaman pewaris menggunakan harta miliknya, dengan catatan tidak boleh berlebihan. Keperluan keperluan pemakaman tersebut menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan mayyit, sejak wafatnya hingga pemakamannya. Diantaranya, biaya memandikan, pembelian kain kafan, biaya pemakaman, dan lain sebagainya. Satu hal yang perlu diketahui dalam hal ini. Segala keperluan mayyit berbeda-beda, tergantung pada perbedaan keadaannya, baik dari segi kemampuannya maupun jenis kelaminnya. Yang kedua, membayar hutang pihutang yang masih ditanggung pewaris ditunaikan terlebih dahulu. Yang ketiga, wajib menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidak melebihi jumlah 1/3 dari seluruh harta peninggalannya.

2.1.4 Sebab-sebab terjadinya waris

Sebab-sebab timbulnya hak saling mewarisi dalam Islam ada tiga macam. Diantaranya sebagai berikut :

a. Hubungan kekeluargaan (Nasab haqiqi)

Maksud dari hubungan kekeluargaan adalah hubungan yang ada ikatan nasab, seperti ayah, ibu, anak, saudara, paman dan seterusnya.

(4)

Seseorang anak yang tidak pernah tinggal dengan ayahnya seumur hidup tetap berhak atas warisan dari ayahnya jika sang ayah meninggal dunia. “Bagi orang laki-laki, ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya. Dan, bagi orang wanita, ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dab kerabatnya. Baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 7).

b. Hubungan pernikahan

Maksud dari hubungan pernikahan adalah terjadinya akad nikah secara legal (syariah) antara seseorang laki-laki dan perempuan. c. Wala’

Wala’ adalah hubungan antara budak yang telah dimerdekakan dan mantan majikan yang memerdekakannya, atau kekerabatan karena sebab hukum. Ini disebut juga wala’ al itqi dan wala’ al ni’mah penyebab terjadinya waris disini adalah kenikmatan pembebasan budak yang dilakukan seseorang. Maka, dalam hal ini, seseorang yang membebaskan budaknya mendapat kenikmatan berupa kekerabatan (ikatan) yang dinamakan wala’ al itqi. Orang yang membebaskan budak berarti telah mengembalikan kebebasan dan jati diri seseorang sebagai manusia. “Wala’ (hubungan antara majikan yang memerdekakan budak dan budaknya) itu disamakan dengan hubungan nasab, tidak diperjualbelikan dan tidak dihibahkan.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Hakim, dan Ibnu Hibban).

2.1.5 Beberapa istilah dalam pembagian waris

Setiap cabang ilmu memiliki istilah-istilah yang khas, yang seringkali tidak sama dengan istilah umum. Diantaranya :

a. Tirkah

Tirkah adalah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta atau lainnya. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk didalamnya bersangkutan dengan hutang

(5)

pihutang, baik hutang pihutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau hutang pihutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti di tunaikan (misalnya, pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan kepada istrinya).

b. Fardh

Fardh adalah bagian harta yang didapat oleh seorang ahli waris yang telah ditetapkan langsung oleh dalil Al-Qur’an, sunnah, atau ijma’ ulama. Fardh adalah bilangan pecahan berupa 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8 dan 2/3. Harta yang dibagi waris adalah 1, lalu dipecah pecah sesuai dengan bilangan fardh.

c. Ashabul furudh

Ashabul furudh adalah orang-orang yang mendapat waris secara fardh dan mereka adalah ahli waris yang mempunyai bagian yang pasti dari warisan yang diterimanya.

d. Ashabah

Istilah Ashabah berposisi sebagai lawan fardh, yaitu bagian harta yang diterima oleh ahli waris yang besarannya belom diketahui secara pasti. Sebab, harta itu hanyalah sisa dari harta yang telah diambil sebelumnya oleh ahli waris golongan ashabul furudh. Besarnya harta yang didapatkan oleh ashabah berkisar antara 0-100%. hal ini tergantung pada banyaknya harta yang diambil oleh ahli waris ashabul furudh. Jika jumlah mereka banyak maka bagian ashabah menjadi kecil. Sebaliknya apabila jumlah mereka sedikit, biasanya ashabahnya menjadi besar bagiannya. Ashabah terdiri atas tiga macam, diantaranya adalah sebagai berikut :

Ashabah binafsih, laki-laki yang nasabnya kepada pewaris tidak tercampuri oleh kaum wanita. Diantaranya : Golongan anak mencakup seluruh anak laki laki (Cucu laki-laki, cicit, dan seterusnya), golongan bapak mencakup ayah, kakek dan seterusnya yang hanya dari pihak laki-laki, golongan saudara laki laki mencakup saudara kandung laki, saudara

(6)

laki-laki seayah, anak laki-laki-laki-laki dari saudara laki-laki-laki-laki dan anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah.

Ashabah bighairihi, Hanya terbatas pada empat ahliwaris yang kesemuanya adalah wanita : Anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara kandung perempuan dan saudara perempuan seayah

Ashabah maal ghairi, khusus bagi saudara kandung perempuan maupun saudara perempuan seayah apabila mewarisi bersamaan dengan anak perempuan yang tidak mempunyai saudara laki-laki.

e. Sahm/Siham

Sahm adalah istilah untuk menyebut bagian harta yang diberikan kepada setiap ahli waris yang berasal dari asal masalah. Atau, disebut juga dengan jumlah kepala mereka.

f. Nasab

Nasab adalah hubungan seseorang secara darah, baik hubungan keatasnya seperti ayah kandung, kakek kandung, dan seterusnya. Hubungan keatas ini disebut abuwwah. Bisa juga hubungan seseorang kebawah (keturunannya), seperti anak kandung atau cucu, dan seterusnya. Hubungan ini disebut bunuwwah.

g. Far’u

Istilah far’u, jika kita temukan didalam ilmu waris, maksudnya adalah anak laki-laki atau anak perempuan dari almarhum yang akan dibagi hartanya. Termasuk juga cucunya, baik laki-laki maupun perempuan.

h. Ashlu

Adapun yang dimaksud dengan istilah ashlu adalah ayah kandung dan ibu kandung, dan termasuk juga ayah kandung atau ibu kandung dari kakek. Dan kakek atau nenek yang merupakan ayah dan ibunya. Ayah disebut juga jaddush shahih, ashlu juga disebut ashlul warits.

(7)

2.1.6 Rukun dan Syarat waris

Selain sebab-sebab terjadinya waris, hal-hal yang perlu diketahui sebelum membagi harta waris adalah tentang rukun dan syarat terjadinya pembagian harta waris. Berikut adalah penjelasan tentang keduanya :

a. Rukun

Rukun diambil dari bahasa arab, yang berarti tiang. Rukun adalah hal-hal yang harus ada atau terpenuhi manakala pembagian harta waris dilakukan. Adapun rukun waris adalah sebagai berikut :

 Pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia, dan ahli warisnya berhak mewarisi harta peninggalannya.

 Ahli waris, yaitu orang yang berhak mendapat atau menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan kekerabatan atau nasab, atau ikatan pernikahan atau lain sebagainya.

 Harta warisan, yaitu segala jenis benda atau kepemilikan yang ditinggalkan pewaris, baik berupa uang, tanah dan lain sebagainya.

b. Syarat

Syarat adalah segala sesuatu yang perlu atau harus ada, jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak akan sah perbuatan tersebut dari sudut pandang agama. Adapun syarat waris adalah sebagai berikut :

 Meninggalnya pewaris, yaitu meninggalnya seorang pewaris secara hakiki maupun secara hukum (misalnya dianggap meninggal karena menghilang).

 Masih hidupnya para ahli waris, yaitu adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia. Sebab, orang yang sudah meninggal tidak berhak untuk mewarisi.

 Diketahuinya posisi para ahli waris, yaitu seluruh ahli waris diketahui posisinya secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-masing. Dalam hal ini, posisi ahli waris yang

(8)

dimaksud adalah hubugan kekerabatan atau lain sebagainya. Misalnya suami, istri, bapak, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, saudara kandung, saudari kandung dan seterusnya.

2.1.7 Membagi harta waris sebelum pewaris meninggal

Membagi-bagi harta waris sebelum meninggal dunia dalam hukum Islam tdiak dibenarkan. Karena, terjadinya pembagian harta waris dikala pewaris tersebut telah meninggal dunia, seseorang tidak mungkin membagi-bagi warisan yang dimilikinya sendiri kepada ahli waris atau anak-anaknya saat pewaris masih hidup dan sehat bugar. Jika hal tersebut terjadi maka bukan pembagian harta waris melainkan hibah atau membagikan harta kepemilikannya kepada siapa saja dengan nilai berapapun. Karena hibah tidak ada aturan mainnya. Dan apabila seseorang telah menghibahkan sebagian hartanya. Maka, harta yang sudah dihibahkan tersebut sudah pindah kepemilikan dan bukan lagi kepemilikan pewaris. Dan bilamana pewaris meninggal dunia maka harta yang sudah ia hibahkan tidak boleh dihitung karena bukan milik dari pewaris tersebut.

2.1.8 Hibah dan Wasiat

Hal lain yang harus diperhatikan dalam pembagian harta waris adalah hibah dan wasiat. Keduanya memiliki persamaan, yaitu memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain berupa harta ataupun kepemilikan suatu benda. Sehingga, seolah-olah mirip dengan mewariskan. Berikut adalah tabel perbedaan antara waris, hibah dan wasiat.

(9)

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Waris, Hibah dan Wasiat

Waris Hibah Wasiat

Waktu Setelah wafat Sebelum wafat Setelah wafat Penerima Ahli waris Ahli waris dan

bukan ahli waris

Bukan ahli waris

Nilai Sesuai faraidh Bebas Maksimal 1/3

Hukum Wajib Sunnah Sunnah

Pada tabel 2.1 diatas mempresentasikan perbedaan antara waris, hibah dan wasiat dari segi waktu, penerima, nilai atau jumlah dan hukum.

2.1.9 Hal-hal yang menggugurkan hak waris

Hal-hal yang menggugurkan hak waris disini bukan dalam arti terhalang atau mahjub karena adanya ahli waris yang lain, tetapi terhalang dalam bentuk mahrum atau diharamkan menerima hak waris. Sebab-sebab diharamkan seseorang menerima hak waris ada tiga, diantaranya :

a. Pembunuh, yaitu seorang ahli waris yang membunuh pewaris. Maka gugurlah hak waris atasnya karena akibat dari perbuatannya. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW., “Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya.”. b. Perbedaan agama, yaitu seorang muslim tidak dapat mewarisi atau

diwarisi oleh nonmuslim, apapun agamanya. Maka, jika seorang anak tunggal dan menjadi satu-satunya ahli waris dari pewaris tidak akan mendapatkan hak waris dari pewaris dikarenakan gugur hak waris atasnya jika anak tersebut tidak beragama Islam. Hal ini telah ditegaskan Rasulullah SAW., dalam sabdanya, “Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir, dan tidak pula orang kafir mewarisi muslim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

c. Budak, yaitu seseorang yang berstatus sebagai budak tidak mempunyai hak mewarisi, meskipun dari saudaranya. Karena,

(10)

segala sesuatu yang dimiliki budak, secara langsung menjadi milik tuannya.

2.1.10 Orang-orang yang berhak menjadi ahli waris

Dilihat dari jenis kelamin, ahli waris dibagi menjadi dua, yakni ahli waris laki-laki dan perempuan. Untuk memudahkan dalam mengetahui orang-orang yang berhak menjadi ahli waris, maka perlu dipetakan ahli waris dari kalangan laki-laki dan kalangan perempuan. Pembagian ini tidak berhubungan dengan ukuran besar kecilnya pembagian harta waris.

a. Ahli waris dari kalangan laki-laki :

 Anak laki-laki.

 Cucu laki-laki.

 Suami.

 Ayah.

 Kakek dari ayah.

 Saudara kandung laki-laki.

 Saudara laki-laki seayah.

 Saudara laki-laki seibu.

 Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung.

 Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah.

 Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu.

 Paman (saudara kandung ayah).

 Paman (saudara seayah ayah).

 Anak laki-laki paman kandung ayah.

 Anak laki-laki paman seayah ayah.

 Anak laki-laki yang memerdekakan budak.

Jika semua ahli waris dari kalangan laki-laki tersebut semua ada maka yang berhak menerima hak waris hanyalah Anak laki-laki, suami dan bapak.

(11)

b. Ahli waris dari kalangan perempuan :

 Anak perempuan.

 Istri.

 Ibu.

 Cucu perempuan (dari anak laki-laki).

 Nenek (ibunya ibu).

 Nenek (ibunya ayah).

 Saudara perempuan kandung.

 Saudara perempuan seayah.

 Saudara perempuan seibu.

 Perempuan yang memerdekakan budak.

Jika semua ahli waris dari kalangan perempuan tersebut semua ada maka yang berhak menerima hak waris hanyalah Anak laki-laki, anak perempuan, suami/istri, ibu dan bapak

2.1.11 Tingkatan ahli waris dalam Islam

Antara ahli waris yang satu dan lainnya mempunyai perbedaan derajat dan urutan. Berikut akan disebutkan berdasarkan derajat dan urutannya sebagai berikut :

a. Ashabul furudh

Golongan yang pertama diberi bagian harta warisan. Mereka adalah orang-orang yang sudah ditentukan bagiannya didalam Al-Qur’an, Hadits dan ijma’ ulama.

b. Ashabat nasabiyah

Ashabat nasabiyah adalah setiap kerabat (nasab) pewaris yang menerima sisa harta warisan yang telah dibagikan.

c. Penambahan bagi ashabul furudh sesuai bagian

Apabila pembagian harta waris yang telah dibagikan kepada semua ahli waris masih tersisa, maka hendaknya dibagikan kepada ashabul furudh sesuai dengan bagian yang ditentukan. Dalam hal ini ada

(12)

pengecualian kepada suami atau istri, karena terjadinya hak waris atas suami atau istri disebabkan adanya ikatan pernikahan.

d. Mewariskan kepada kerabat

Kerabat yang dimaksud adalah seseorang yang masing memiliki kaitan rahim dan tidak termasuk dalam ashabul furudh dan ashabah. Misalnya, paman (saudara ibu), bibi (saudara ibu), bibi (saudara ayah), cucu laki-laki dari saudara perempuan dan cucu perempuan dari anak perempuan. Apabila pewaris tidak memiliki kerabat sebagai ashabul furudh dan ashabah. Maka para kerabat yang masih mempunyai ikatan rahim inilah yang berhak mendapatkan warisan. e. Tambahan hak waris bagi suami atau istri

Apabila pewaris tidak memiliki ahli waris yang termasuk ashabul furudh, ashabah dan kerabat yang memiliki ikatan rahim, maka suami atau istri berhak memiliki semua harta warisan yang ditinggalkan pewaris.

f. Ashabah karena sebab tertentu

Ashabah karena adanya sebab tertentu yaitu orang-orang yang memerdekakan budak, baik budak laki-laki maupun budak perempuan.

g. Orang yang diberi wasiat

Orang yang diberi wasiat yaitu seseorang yang bukan bagian dari ahli waris.

h. Baitulmal (Kas negara)

Apabila seseorang meninggal tidak mempunyai ahli waris ataupun kekerabatan yang telah disebutkan sebelumnya. Maka seluruh harta peninggalannya diserahkan kepada baitulmal untuk kemaslahatan umum.

2.1.12 Hijab-mahjub

Situasi terhalangnya ahli waris yang satu oleh ahli waris yang lain yang posisinya lebih kuat, adapun macam-macam hijab ada 2, yaitu :

(13)

a. Hijab hirman

Penghalang yang menggunakan seluruh hak waris seseorang. Sehingga, apabila seseorang terkena hijab hirman tidak mendapat harta waris sepeserpun.

b. Hijab nuqshan

Hijab yang dapat mengurangi bagian harta seseorang dari banyak menjadi sedikit, tetapi tidak sampai membuat seseorang yang terkena hijab nuqshan tidak mendapat harta waris.

2.1.13 Bagian masing-masing ahli waris

Mengetahui kelompok ahli waris berdasarkan bagian masing-masing ahli waris :

 Mendapat 1/2

 Suami, jika pewaris tidak memiliki keturunan laki-laki (far’ul waris).

 Anak perempuan, jika anak tunggal dan tidak memiliki saudara laki-laki.

 Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika merupakan cucu tunggal dan tidak memiliki saudara baik laki-laki maupun perempuan. Dan pewaris tidak memiliki anak laki-laki maupun anakperempuan.

 Saudara kandung perempuan, jika hanya sendiri atau tidak memiliki saudara baik laki-laki maupun perempuan. Dan pewaris tidak memiliki keturunan baik laki-laki maupun perempuan dan pewaris tidak memiliki ayah atau kakek.

 Saudara perempuan seayah, jika hanya sendiri atau tidak memiliki saudara baik laki-laki maupun perempuan. Dan tidak memiliki saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan. Dan pewaris tidak memiliki keturunan baik laki-laki maupun

(14)

perempuan dan pewaris tidak memiliki ayah atau kakek.

 Mendapat 1/4

 Suami, jika pewaris memiliki anak laki-laki ataupun perempuan. Atau cucu dari pihak anak laki-laki.  Istri, Jika pewaris tidak memiliki anak atau keturunan

dari anak (cucu).

 Mendapat 1/8

 Istri, jika pewaris memiliki anak atau cucu dari pihak laki-laki.

 Mendapat 2/3

 Dua anak perempuan, jika pewaris tidak memiliki anak laki-laki.

 Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika pewaris tidak memiliki anak baik laki-laki atau perempuan. Dan cucu perempuan tidak memiliki saudara laki-laki.

 Dua saudara perempuan kandung atau lebih, jika pewaris tidak memiliki far’ul waris, ayah atau kakek. Dan dua saudara perempuan tersebut tidak memiliki saudara kandung laki-laki.

 Mendapat 1/3

 Ibu, jika pewaris tidak memiliki anak atau cucu dari pihak anak laki-laki dan pewaris tidak memiliki saudara laki-laki atau perempuan baik saudara kandung, seayah atau seibu.

 Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu dua orang atau lebih, jika pewaris tidak mempunyai anak baik laki-laki atau perempuan, tidak juga memiliki ayah atau kakek.

(15)

 Mendapat 1/6

 Ayah, jika pewaris memiliki anak laki-laki atau perempuan.

 Kakek (ayahnya ayah), jika pewaris memiliki anak laki-laki atau perempuan, atau cucu laki-laki dari anak laki-laki. Dan pewaris tidak mempunyai ayah.  Ibu, jika pewaris memiliki anak laki-laki atau

perempuan, atau cucu laki-laki dari anak laki-laki. Dan pewaris mempunyai dua orang saudara laki-laki atau perempuan baik saudara kandung, seayah atau seibu.

 Nenek (baik ibunya ayah atau ibunya ibu), jika pewaris sudah tidak mempunyai ibu.

 Cucu perempuan dari anak laki laki baik seorang ataupun lebih. Jiika pewaris mempunyai satu anak perempuan.

 Saudara perempuan seayah, jika pewaris mempunyai saudara kandung perempuan.

 Saudara laki-laki dan perempuan seibu. Jika pewaris tidak memiliki ahli waris selain dari mereka.

Tabel 2.2 Daftar bagian-bagian ahli waris

No Ahli Waris Penghalang Kemungkinan

Bagian

1 Anak Laki-laki - Sisa

2 Anak Perempuan - 1/2 , 2/3, atau sisa

3 Suami - 1/2 atau 1/4

4 Istri - 1/4 atau 1/8

5 Bapak - 1/6, 1/6 + Sisa, atau

(16)

6 Ibu - 1/3, 1/6, atau 1/3 dari sisa

7 Saudara Kandung Anak Laki-laki, cucu laki-laki, bapak.

Sisa

8

Saudari Kandung Anak laki-laki, cucu laki-laki, bapak, kakek.

1/2, 2/3, atau sisa

9

Cucu Laki-laki (Dari anak laki-laki)

Anak laki-laki. Sisa

10

Cucu Perempuan (Dari anak laki-laki)

Anak laki-laki dan dua orang anak perempuan atau lebih.

1/2, 2/3, 1/6, atau sisa

11 Kakek (Bapaknya bapak)

Bapak. 1/6, 1/6 + sisa, atau sisa

12 Nenek (Ibunya ibu atau ibunya bapak)

Ibu. 1/6

13

Saudara sebapak Anak laki-laki, bapak, kakek, saudara

kandung.

Sisa

14

Saudari sebapak Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudari kandung, apabila ia dalam keadaan ashabah ma’al ghair, dan dihalangi oleh dua orang saudari kandung jika saudari seayah

1/2, 2/3, 1/6, atau sisa

(17)

tidak bersama dengan saudara laki-lakinya.

15

Saudara atau saudari seibu

Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, bapak dan kakek. 1/6 atau 1/3 16 Keponakan (Anak laki-laki saudara kandung)

Anak laki-laki, bapak, kakek dan saudara laki-laki kandung, saudara sebapak, saudari sebapak apabila menjadi ashobah ma’al ghair.

Sisa

17

Anak laki-laki (dari saudara sebapak)

Anak laki-laki, cucu laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak, (saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma’al ghair) dan anak saudara kandung.

Sisa

18 Nenek Ibu, nenek. 1/6

19

Paman Kandung Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara

(18)

sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma’al ghair), anak saudara kandung dan anak saudara sebapak.

20

Paman Sebapak Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma’al ghair), anak saudara kandung, anak saudara sebapak, dan paman kandung.

Sisa

21

Anak laki-laki paman kandung

Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah

(19)

ma’al ghair), anak saudara kandung, anak saudara sebapak, paman kandung dan paman sebapak.

22

Anak laki-laki paman sebapak

Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma’al ghair), anak saudara kandung, anak saudara sebapak, paman kandung, paman sebapak dan anak laki-laki paman kandung.

Sisa

23

Anak laki-laki yang memerdekakan budak

Semua ahliwaris yang berhak mendapatkan ashobah akan

menghalangi mereka

Sisa

Pada tabel 2.2 diatas mempresentasikan bagian dari masing masing ahli waris beserta dengan penghalang hak waris atau menggugurkan hak waris seseorang, untuk dapat lebih memahaminya penulis melampirkan beberapa contoh kasus masalah yang terkait dengan ahli waris:

(20)

a. Masalah yang pertama, apabila seorang bapak meninggal dengan meninggalkan ahli waris istri, satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Maka bagian yang didapat oleh istri 1/8 karena adanya anak, anak laki- dan anak perempuan mendapatkan sisa dari bagian istri dengan bagian anak laki-laki lebih besar dengan perempuan dengan perbandingan 2:1.

Tabel 2.3 Masalah pertama

Ahli Waris Bagian Asal masalah (8)

Asal Masalah (24)

Istri 1/8 1 3

Anak laki-laki Sisa

7

14 Anak

perempuan

Sisa 7

b. Masalah yang kedua, apabila seorang istri meninggal dengan meninggalkan ahli waris bapak, suami dan satu orang anak laki-laki. Maka bagian yang didapat oleh bapak 1/6, suami mendapatkan 1/4 karena adanya anak, dan anak laki laki mendapatkan sisa dari bagian bapak dan suami.

Tabel 2.4 Masalah Kedua

Ahli Waris Bagian Asal masalah (12)

Bapak 1/6 2

Suami ¼ 3

Anak laki-laki Sisa 7

c. Masalah yang ketiga, apabila seorang anak laki-laki meninggal dengan meninggalkan ahli waris istri, saudara perempuan kandung, ibu dan paman kandung. Maka bagian yang didapat oleh istri 1/4 karena tidak ada anak, saudara perempuan kandung mendapat 1/2 , ibu mendapat 1/6 dan paman mendapat sisa.

(21)

Tabel 2.5 Masalah ketiga

Ahli Waris Bagian Asal masalah (12)

Istri ¼ 3 Saudara Perempuan Kandung ½ 6 Ibu 1/6 2 Paman Sisa 1

d. Masalah yang keempat, seorang anak perempuan meninggal dengan meninggalkan ahli waris dua orang anak perempuan, ibu dan bapak. Maka bagian yang didapat oleh dua orang anak perempuan 2/3 karena berjumlah dua orang atau lebih, ibu 1/6 dan bapak 1/6.

Tabel 2.6 Masalah keempat

Ahli Waris Bagian Asal masalah (12) Dua anak perempuan 2/3 8

Ibu 1/6 2

Bapak 1/6 2

e. Masalah kelima, seorang anak laki-laki meninggal dengan meninggalkan ahli waris dua orang istri, kakek, satu orang anak laki-laki, satu orang anak perempuan. Maka duo orang istri mendapat 1/8, kakek mendapatkan 1/6 dan anak laki-laki mendapatkan sisa dari bagian dua orang istri dan kakek.

Tabel 2.7 Masalah kelima

Ahli Waris Bagian Asal masalah (24)

Asal Masalah (48)

Dua istri 1/8 3 6

Kakek 1/6 4 8

(22)

2.2 Rekayasa Perangkat lunak

Rekayasa perangkat lunak merupakan teknologi yang berlapis. Dimana

mencakup di dalamnya proses, metode-metode untuk mengelola dan merekayasa perangkat lunak, serta perkakas yang diperlukan (Pressman 2010). Rekayasa perangkat lunak adalah sebuah profesi yang dilakukan oleh seorang perekayasa perangkat lunak yang berkaitan dengan pembuatan dan pemelihataan aplikasi perangkat lunak dengan menerapkan teknologi dan praktik dari ilmu komputer, manajemen proyek, dan bidang-bidang lainnya (Simarmata 2010). Teknik rekayasa perangkat lunak akan meningkatkan fungsional dan efisiensi aplikasi dan juga kemudahan dan efisiensi dari pengembang perangkat lunak.

2.2.1 Metodologi

Metode yang digunakan dalam pengembangan multimedia di antaranya adalah Multimedia Development Life Cycle (Luther, 1994) yang memiliki 6 tahap yaitu, concept, design, collecting content material, assembly, testing dan distribution (Sutopo 2011). Tahapan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 2.1 Tahapan-Tahapan MDLC

Pada gambar 3.1 mempresentasikan sebuah tahapan dalam Multimedia Development Life Cycle (MDLC), berikut penjelasan dari tahapan-tahapan MDLC :

a. Concept. Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi perkiraan kebutuhan yang dihasilkan dari pengamatan pada penelitian.

b. Design. Dalam tahap ini dilakukan pembuatan desain visual tampilan, interface, storyboard, dan struktur navigasi.

(23)

c. Obtaining content material. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan seperti image, animasi, audio dan video.

d. Assembly. Tahap assembly merupakan tahap dimana seluruh objek multimedia dibuat berdasarkan storyboard dan struktur navigasi yang berasal dari tahap design.

e. Testing. Tahap testing (uji coba) dilakukan setelah selesai tahap pembuatan. Pertama-tama dilakukan uji coba secara modular untuk memastikan apakah hasilnya seperti yang diinginkan.

f. Distribution. Setelah uji coba yang mungkin perlu dilakukan beberapa kali, dalam tahap ini dilakukan pembuatan master file, pedoman penggunaan aplikasi, serta dokumentasi sistem.

2.2.2 UML

UML adalah sekumpulan simbol dan diagram untuk memodelkan software. Dengan menggunakan UML, desain software dapat diwujudkan dalam bentuk simbol dan diagram, kemudian dapat diterjemahkan menjadi kode program (Ir. M. Farid Azis 2005). UML (Unifield Modelling Language) adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berparadigma berorientasi objek (Nugroho 2010). Pemodelan digunakan untuk penyederhanaan permasalahan-permasalahan yang kompleks sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami.

a. Use Case

John satzinger, 2010, dalam buku System Analysis and Design in a Changing World menyatakan bahwa “Use case adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sistem, biasanya dalam menanggapi permintaan dari pengguna sistem” (Triandini and Suardika 2012). Use case diagram digunakan untuk menjelaskan dan mendokumentasi interaksi antara pengguna dan sistem untuk menyelesaikan tugas. Diagram alur bermanfaat untuk menganalisis berbagai kasus.

(24)

Tabel 2.8 Notasi yang digunakan untuk membuat use case

Notasi Deskripsi

Aktor, Yang digunakan untuk menggambarkan pelaku atau pengguna. Pelaku ini meliputi manusia atau sistem komputer atau subsistem lain yang memiliki metode untuk melakukan sesuatu.

Contoh : Manager, Pelanggan dan lain-lain Use case digunakan untuk menggambarkan spesifikasi pekerjaan dan deskripsi pekerjaan, serta keterkaitan antar pekerjaan.

Contoh : Menampilkan Halaman, Pesan barang dan lain-lain

Aliran proses (Relationship), digunakan untuk menggambarkan hubungan antara use case dengan use case lainnya.

Aliran perpanjangan (extension points), digunakan untuk menggambarkan hubungan antara use case dengan use case yang diperpanjangkan (

Aliran yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara actor dengan use case.

<<extended>> Kondisi yang mendeskripsikan apa yang terjadi antara use case denga use case yang diperpanjang.

<<include>> Include adalah kondisi aliran proses langsung antara dua use case yang secara tidak langsung menyatakan kelakuan dari use case yang dimasukkan.

(25)

<<has>> Kondisi yang mendeskripsikan apa yang terjadi antara actor dengan use case.

Gambar 2.2 Contoh Diagram Use Case

b. Activity Diagram

Activity diagram adalah teknik untuk menggambarkan logika prosedural, proses bisnis, dan jalur kerja. Dalam beberapa hal, diagram ini memainkan peran mirip sebuah diagram alir, tetapi perbedaan prinsip antaradiagram ini dan notasi diagram alir adalah diagram ini mendukung behavior paralel (R. E. Pressman 1997). Activity diagram digunakan untuk menggambarkan aktifitas yang terjadi pada sistem dari awal sampai akhir.

(26)

Tabel 2.9 Notasi yang digunakan untuk membuat activity diagram

Notasi Deskripsi

Aktivitas, digunakan untuk menggambarkan aktivitas dalam diagram aktivitas.

Node keputusan (decision Node), digunakan untuk menggambarkan kelakuan pda kondisi tertentu.

Titik awal, digunakan untuk menggambarkan awal dari diagram aktivitas.

Titik akhir, digunakan untuk menggambarkan akhir dari diagram aktivitas.

Akhir alur (flow final), digunakan untuk menghancurkan semua tanda yang datang dan tidak memiliki efek alur dalam aktivitas.

Aksi (action), digunakan untuk menggambarkan alur antara aksi dengan aksi, titik awal dengan aksi, atau aksi dengan titik akhir.

Aksi penerimaan kejadian (accept event action), sebuah aksi yang menunggu kejadian dari suatu pristiwa bertemu konisi yang spesifikasi.

Datastore digunakan untuk menjaga agar semua tanda yang masuk dan menduplikasinya saat mereka dipilih untuk pindah ke alur selanjutnya (downstream).

Node fork memiliki satu aksi yang masuk dan beberapa aksi yang keluar.

Join node, digunakan untuk menggambarkan beberapa aksi yang masuk dan satu aksi yang keluar.

(27)

Gambar 2.3 Contoh Activity Diagram

c. Class Diagram

Diagram kelas adalah model statis yang menunjukkan kelas dan hubungan di antara kelas yang tetap konstan dalam sistem dari waktu ke waktu. Diagram kelas menggambarkan kelas, yang mencakup baik perilaku dan kondisi, dengan hubungan antara kelas. Bagian berikut ini menyajikan unsur-unsur diagram kelas, pendekatan yang berbeda yang dapat digunakan untuk menyederhanakan diagram kelas, dan diagram struktur alternatif: diagram objek (Dennis, Wixom and Tegarden 2010).

Tabel 2.10 Notasi yang digunakan untuk membuat class diagram

Notasi Deskripsi

Class, menggambarkan orang,

tempat atau sesuatu pada sistem yang perlu menyimpan suatu informasi atau memberi informasi. Pada kotak pertama digunakan untuk menuliskan nama class, pada kotak kedua

(28)

digunakan untuk menuliskan atribut yang dimiliki class tersebut dan pada kotak ketiga digunakan untuk

menuliskan operasi yang dimiliki class tersebut.

Atribute name Atribut, merupakan gambaran keadaan dari sebuah objek.

Operation name() Operation name, menggambarkan fungsi yang dapat dilakukan class Asosiasi, menggambarkan hubungan antara beberapa class dengan dirinya sendiri, diberi label dengan

menggunakan kata kerja atau nama perannya yang dapat

menggambarkan relasinya. Mengandung simbol multiplicity untuk menggambarkan nilai

minimum dan maksimum suatu class.

(29)

2.2.3 Prototyping

Prototipe adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai. Proses pembuatan prototipe ini disebut prototyping. Dasar pemikirannya adalah membuat prototipe secepat mungkin, bahkan dalam waktu semalam, lalu memperoleh umpan balik dari pengguna yang memungkinkan prototipe tersebut diperbaiki kembali dengan sangat cepat (Reymond McLeod and Schell 2008).

Gambar 2.5 Tahapan Membuat Prototipe

2.3 Flowchart Diagram

Flowchart merupakan metode yang menggambarkan dalam bentuk skematik aliran data dalam sistem (Rademacher and Gibson 1983).

(30)

Berikut penjelasan dari simbol-simbol pada gambar 3.4:

1. Simbol 1 adalah proses, mewakili setiap proses yang menybabkan perubahan pada nilai, bentuk, atau lokasi data. 2. Simbol 2 adalah fungsi masukan/keluaran, Mewakili fungsi

dasar dari masukan data ke komputer atau mengluarkan informasi.

3. Simbol 3 adalah On-page connector, digunakan untuk mengidentifikasikan titik umum dari jalur dimana hubungan garis tidak dapat digambar karena ruang yang tidak terbatas pada halaman.

4. Simbol 4 adalah Off-page connector, digunakan untuk menghubungkan aliran logis dari satu halaman ke halaman yang lain.

5. Simbol 5 adalah garis, digunakan untuk menunjukkan jalur yang diikuti oleh data.

6. Simbol 6 adalah dokumen, digunakan untuk menunjukkan perangkat keluaran.

7. Simbol 7 adalah magnetic tape, dugunakan sebagai perngkat masukan dan keluaran.

8. Simbol 8 adalah On-line storage, mengindikasikan penggunaan kapasitas perangkat penyimpanan magnetic yang benar, seperti disk, drum, data sel, atau penyimpanan data massa.

9. Simbol 9 adalah Magnetic drum, menunjukkan masukan, keluaran, atau penyimanan data menggunakan drum.

10. Simbol 10 adalah Tampilan, menunjukkan informasi keluaran dari terminal CRT, poltter, dan sebagainya.

11. Simbol 11 adalah masukan manual, Menandakan penggunaan perangkat keyboard untuk memasukkan data ke komputer.

12. Simbol 12 adalah Keputusan, Penanda titik percabangan dalam program.

(31)

13. Simbol 13 adalah Persiapan, Menandakan modifikasi instruksi untuk merubah program.

14. Simbol 14 adalah Predifined process, Menunjukkan penamaan proses, operasi, atau sekumpulan langkah-langkah program dalam kumpulan flowchart.

15. Simbol 15 adalah terminator, digunakan untuk memulai dan mengakhiri sebuah proses.

2.4 Android

Android adalah sistem operasi berbasis linux yang dirancang untuk perangkat layar sentuh seperti ponsel pintar dan komputer tablet. Android awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., yang di dirikan oleh Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears dan Chris White. Pada awal dikembangkannya sistem operasi android, Android, Inc., mendapatkan dukungan finansial dari google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. Dan dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorium dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat seluler. Android memiliki beberapa versi yang akan ditunjukkan pada tabel 2.10.

Tabel 2.11 Versi Android

Versi Nama Kode Tanggal Rilis

1.5 Cupcake 30 April 2009 1.6 Donut 15 September 2009 2.0 – 2.1 Eclair 26 Oktober 2009 2.2 Froyo 20 Mei 2010 2.3 – 2.3.2 Gingerbread 6 Desember 2010 2.3.3 – 2.3.7 Gingerbread 9 Februari 2011 3.1 Honeycomb 10 Mei 2011 3.2 Honeycomb 15 Juli 2011

(32)

4.0.3 – 4.0.4 Ice Cream Sandwich 16 Desember 2011

4.1.x Jelly Bean 9 Juli 2012

4.2.x Jelly Bean 13 November 2012

4.3.x Jelly Bean 24 Juli 2013

4.4.x Kitkat 31 Oktober 2013

5.x Lolipop 15 Oktober 2014

6.0 Marshmallow 19 Agustus 2015

7.0 Nougat 22 Agustus 2016

2.5 JAVA

Bahasa pemrograman Java merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa pemrograman yang dapat dijalankan di berbagai sistem operasi termasuk telpon genggam. Bahasa pemrograman ini pertama kali dibuat oleh James Gosling saat masih bergabung dengan Sun Microsystems. Bahasa pemrograman ini merupakan pengembangan dari bahasa pemrograman C++ karena banyak mengadopsi syntax C dan C++. Saat ini Java merupakan bahasa pemrograman yang paling populer digunakan, dan secara luas dimanfaatkan dalam pengembangan berbagai jenis perangkat lunak aplikasi ataupun aplikasi berbasis web (Nofriandi 2012).

Gambar

Tabel 2.1  Perbedaan Antara Waris, Hibah dan Wasiat
Tabel 2.2  Daftar bagian-bagian ahli waris
Tabel 2.3  Masalah pertama  Ahli Waris  Bagian  Asal masalah
Tabel 2.6  Masalah keempat
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2001), e-procurement adalah aplikasi sistem informasi untuk mengkoordinasikan proses pembelian, pengiriman, pengelolaan inventory, pemilihan supplier dan proses persetujuan

Alat dinamometer ini dapat digunakan oleh kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua (sepeda motor) dan bersifat real time. Data yang didapatkan saat Snap shot

Peneliti berasumsi bahwa imunisasi merupakan pemberian kekebalan buatan terhadap tubuh anak dengan memasukkan kuman lemah yang berfungsi untuk memberi kekebalan terhadap tubuh dari

Langkah awal untuk membuat gerakan pada karakter animasi adalah membuat gambar sketsa yang menjelaskan perencanaan pose, aksi, dan ide tentang apa yang akan karakter lakukan di suatu

Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis adalah

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, memberikan kekuatan kepada penulis selama menyusun Laporan Tesis ini sebagai

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pe- manfaatan daun kaliandra sebagai sumber protein dalam pakan itik, dapat digunakan sampai 10%, karena diatas level tersebut

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan konsentrasi nitrogen dan fosfor dalam proses reduksi lumpur dengan cacing akuatik.. Penelitian