• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penasehat: Dr. H. Aceng hasani, M.Pd. Pemimpin Redaksi: Atin Fatimah, M.Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penasehat: Dr. H. Aceng hasani, M.Pd. Pemimpin Redaksi: Atin Fatimah, M.Pd."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PG PAUD UNTIRTA 2017

KETAHANAN PANGAN KELUARGA DALAM RANGKA

PEMENUHAN GIZI DAN OPTIMALISASI PERKEMBANGAN

OTAK ANAK USIA DINI

Penasehat: Dr. H. Aceng hasani, M.Pd. Pemimpin Redaksi: Atin Fatimah, M.Pd. Tim Prosiding: 1. Dr. Isti Rusdiyani, M.Pd. 2. Ratih Kusumawardhani, M.Pd. 3. Erin Sabrina 4. Annisa Qur’ani Sekretariat: 1. Wulan Nurrohmah

2. Sri Astuti febriani Cover dan Tata Letak: Desma Yuliadi Saputra, S.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

PENINGKATAN KREATIVITAS MENGGAMBAR ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI TEKNIK ARSIR (Penelitian Tindakan di TK Negeri Pembina Kota Serang 2016)

Ade Ika Nopiani

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B (Penelitian Tindakan Kelas di PAUD Al-Maidah Bandung-Serang)

Amsanah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PERMULAAN MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI RA AR-ROHMAH CILEGON Anissa Sekar Violita

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN NILAI -NILAI MORAL ANAK USIA 5-6 TAHUN

Balqis Gusetiarini

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF SI “BAM” TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK

Citra Hapsari dan Mila Karmila

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI BERMAIN PAPAN FLANEL DI TK IZZATI KAMPUNG HIDEUNG KECAMATAN BAROS SERANG BANTEN

Dede Nurhasanah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MONTASE (Penelitian Tindakan pada Kelompok B Di PAUD Al-Kautsar Kota Cilegon) Dian Maryati, Atin Fatimah, dan Tricahyani E.Y

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI GERAK TARI KREASI (Penelitian Tindakan Kelas di TK Islam Citra Mandiri Serang-Banten) Dinda Nuryuliani

DAFTAR ISI

1

11

23

33

41

51

57

65

(4)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

MENANAMKAN AKHLAQ PADA ANAK USIA DINI DALAM BERBICARA BAIK DAN SOPAN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL (Penelitian Tindakan, Di TK Pertiwi Kelompok B Kabupaten Kuningan, Tahun 2017)

Erna Juherna

PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Fadlullah

PENINGKATAN KEMAMPUANMOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE ANAK USIA 4-5 TAHUN (Penelitian Tindakan di TK IT SEMUT, Cilegon-Banten)

Fitriani

MENINGKATKAN MINAT BACA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

Iin Inratyani

KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM

Khairunnisa

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN FUN COOKING PADA ANAK KELOMPOK B MADINAH

Lela Nurlaela, Ratih Kusumawardani, dan Tri Sayekti

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF HIJAIYAH ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KARTU HURUF HIJAIYAH

Nur Intan Pratiwi

MENINGKATKANKETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENDONGENG DI PAUD DARUL MA’ARIF CILEGON-BANTEN

Nurul Anggraeni Hidayah

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK (Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok A di TK Bangun Cita Insani-Serang)

Opah Musaropah

PERKEMBANGAN MORFOLOGI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK

Pupung Puspa Ardini

73

79

91

97

105

115

125

133

143

155

(5)

MENINGKATKAN KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIK MELALUI KEGIATAN BERNYANYI

Rani Sofia Ardiyani

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DISIPLIN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

Ratih Chandraningsih

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI MEDIA FLIP CHART PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI RA TARBIYATUL AULAD Ria Anggun Kusuma

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI LEGO KONSTRUKTIF

Rina Damayanti dan Atin Fatimah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

Rosita Sari

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAKUSIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN TARI KREASI (Penelitian Kualitatif di TK B, Kemala Bhayangkari 2 Pandeglang-Banten)

Siti Magfiroh

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI ANAK KELOMPOK B MELALUI BERMAIN KONSTRUKTIF (Penelitian Tindakan Kelas di RA Ar – Rahmah Pondok Aren – Tangsel)

Siti Rohmah

MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI BERMAIN LEGO PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TUNAS MERAK PANDEGLANG

Upiah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENJAHIT (Penelitian Tindakan Kelas di TK Kartika Siliwangi 39 Kota Serang-Banten)

Usi Rizanti

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN BONEKA JARI (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak TK B di TK Tunas Bangsa Jatiuwung Tangerang Tahun Pembelajaran 2015/2016) Waras Vivi Afiati

167

175

183

193

205

211

219

231

239

245

(6)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

PENINGKATAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK MELALUI PERMAINAN SIRKUIT BOLA (Penelitian Tindakan Pada Kelompok B Paud Al-Furqon Desa Salareuma Kecamatan Cipicung Kabupaten Kuningan, Tahun 2017) Yenti Juniarti dan Gilang Ramadan

PENINGKATAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B USIA 5-6 TAHUN RA AL-JAUHAROTUNNAQIYAH SERANG BANTEN

Yuliani Oktavia

2ϱ5

261

(7)

PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Fadlullah

Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten fadlullah421edu@yahoo.com

ABSTRACT

The study about human development on Al-Qur’an be intended to dig and find insight into Islam about human and lifelong development. The study conducted using thematic commentary approach. Al-Qur’an as the main source used as data. Verses of Al-Qur’an that are to the theme are arranged in a systematic flow of thought, then analyzed, compared, and formulated in a conceptual framework with theories and modern psychology selectively. The results of the study of human development in Al-Qur’an show the alignment of Islamic insights with theories of the invention of modern psychology. Child born in a state of fitrah. Human fitrah is perennial, permanent, and unchanging, but in behavior is affected by maturity and learning according to stages of development. Human development is divided into four stages, prenatal period (daur al-Ijtinani), childhood period (daur

at-Thufulah), period of maturity (daur ‘Aqil-balig), and longevity period (daur as-Syuyukh). The process of learning in educational activities is done based on the

Al-Qur’an and prophet’s example by considering the sensitivity, especially in early childhood and puberty. Education takes into account the behavioral characteris-tics and social expectation that fit the stages of development. In the twenty-first years, pedagogical activity focus on planting character and identity in accordance with religious values and local cultural wisdom. I n the twenty-second years, andragogical education is done to prepare for a career, family, and leadership. Whereas in the twenty-third year, the educational approach is participatory by actively participating in the process of social transformation and regeneration of young people. Thus, a human being is born, grows, develops into an independent individual who can play a role in as khalifatullah on earth and create universal prosperity.

(8)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/ ABSTRAK

Kajian tentang perkembangan manusia dalam Al-Qur’an ini dimaksudkan untuk menggali dan menemukan wawasan Islam tentang manusia dan perkembangannya sepanjang hayat. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan tafsir tematik. Al-Qur’an sebagai sumber utama diperlakukan sebagai data. Ayat-ayat Al-Qur’an yang relevan dengan tema disusun dalam suatu alur pemikiran secara sistematis, kemudian dianalisis, dibandingkan, dan diformulasikan dalam suatu kerangka konseptual dengan bantuan teori-teori dan penemuan psikologi mod-ern secara selektif. Hasil kajian tentang perkembangan manusia dalam Al-Qur’an menenjukan keselarasan wawasan I slam dengan teori-teori dan penemuan psikologi modern. Manusia lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah manusia itu bersifat perennial, menetap, dan tidak berubah, akan tetapi perwujudannya dalam tingkah laku dipengaruhi oleh kematangan dan belajar sesuai tahapan perkembangan. Perkembangan manusia dibagi menjadi empat tahapan: periode pranatal (daur

al-Ijtinani), periode anak-anak (daur at-Thufulah), periode kedewasaan (daur ‘Aqil-balig), dan periode usia lanjut (daur as-Syuyukh). Proses belajar dalam kegiatan

pendidi kan dil akukan berdasarkan Al -Qu r’an dan tel adan Nabi dengan mempertibangkan masa peka, terutama pada masa anak usia dini dan usia puber-tas. Pendidikan memperhatikan karakteristik perilaku dan harapan sosial sesuai tahapan perkembangan. Pada duapuluh tahun pertama, kegiatan pedagogik fokus pada usaha menanam karakter dan identitas sesuai nilai-nilia agama dan kearifan budaya lokal. Pada duapuluh tahun kedua pendidikan andragogik dilaksanakan untuk mempersiapkan karier, keluarga, dan kemepemimpinan. Sedangkan pada duapuluh tahun ketiga, pendekatan pendidikan bersifat partisipatoris dengan melibatkan diri secara aktif dalam proses transformasi sosial dan kaderisasi/ regenerasi kaum muda manusia. Dengan demikian, manusia lahir, tumbuh dan berkembang menjadi individu mandiri yang sanggup berperan sebagai khalifatullah di bumi dalam menciptakan kemakmuran universal.

Kata kunci: Fitrah; kematangan; belajar; perkembangan; pendidikan.

A. Pendahuluan

Kajian tentang manusia merupakan objek yang sangat menarik dan tidak kunjung selesai. Kajian tentang manusia sangat penting, karena dengan melihat pandangan suatu ideologi atau agama mengenai manusia, maka akan terlihat perbedaan yang fundamental di antara

ideologi atau agama itu.1 Pandangan suatu

ideologi atau agama tentang manusia me-rupakan cermin paradigma ilmu yang di-kembangkan ideologi atau aliran tersebut, karena itu pandangan suatu ideologi atau

agama tentang manusia memiliki impli-kasi dalam perumusan strategi dan peren-canaan masa depan. Bahkan, Al-Qur’an menyebut bahwa kajian tentang perkem-bangan manusia sebagai cara menunjuk-kan kebenaran agama, yakni keserasian atau kontradiksi esensi ajaran Islam dengan bukti-bukti empiris yang ditemu-kan dalam penelitian ilmiah.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.” (Qs. Fusilat [41]: 53). Thomas Kuhn dalam “The Structure of

Scientific Revolution” menyatakan bahwa

gelombang revolusi ilmu pengetahuan

se-1 Dawam Raharjo, Pandangan Alquran tentang

Manusia dalam Pendidikan dalam Perspektif Alquran, Yunahar Ilyas, Editor, (Yogya -karta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1999) h.17

(9)

lalu ditandai oleh pergeseran dan domi-nasi paradigma ilmu. Dalam sejarah psiko-logi modern kita mengenal aliran-aliran psikologi, antara lain:

1. Aliran strukturalisme yang dipelopori

Wilhen Wundt. Ia berpendapat bahwa objek kajian psikologi adalah kesadaran (consious);

2. Aliran psikoanalisa yang dimotori

Sigmund Freud menjadikan ketidak-sadaran (unconsious) sebagai objek utama studi psikologi;

3. Aliran behaviorisme yang ditekuni

John B. Watson dan B.F. Skinner. Mereka membatasi objek psikologi hanya sebatas perilaku (behavior); dan

4. Aliran psikologi transpersonal yang

digagas Anthony Suttich, Charles Tart, dan Robert Ornstein berusaha me-mahami manusia dengan memper-hatikan kesatuan empat dimensi sekaligus, yakni: fisik, mental, sosio-kultural, dan spiritual.

Masing-masing aliran psikologi di atas memiliki pandangan berbeda tentang manusia. Bagaimana pandangan Islam tentang asal usul dan perkembangan manusia? Bagaimana posisi Islam di antara aliran-aliran tersebut? Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, muncul gerakan baru aliran psikologi yang disebut Psikologi Islam dalam kerangka kerja “Islamisasi Ilmu

Pengetahuan” yang dimotori oleh, antara

lain: Ismail Raji Al-Faruqi, Naquib Al-Attas, dan Malik Badri. Di Indonesia kita dapat menyebut nama Zakiyah Daradjat dan Hana Jumhana.

Gerakan Psikologi Islam memandang bahwa pendekatan psikologi modern atas diri manusia selama ini bersifat parsial dan artifisial serta dipenuhi banyak krisis, karena pendekatan psikologi modern kon-temporer sarat dengan semangat se-kularisme dan bahkan ada kecenderungan menyingkirkan “faktor” Tuhan dari jelajah

psikologi. Aliran-aliran psikologi modern di atas belum dapat menjelaskan konsep manusia secara komprehensif, karena konsep manusia dalam aliran-aliran ter-sebut bersifat antroposentris, sedangkan Psikologi Islam menyajikan konsep manusia dengan pandangan yang realistis, objektif, rasional, dan proporsional sesuai kaidah ilmiah yang didasari berita wahyu ALLAH Ta’ala. Sturktur metafisis, sifat dasar, dimensi pembentuk manusia, dan per-kembangan manusia sepanjang hayat di-bahas dalam perspektif Al-Qur’an dan hadis, serta penafsiran para ulama. B. Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan pendektan analisis isi, di mana nash Al-Qur’an dikaji dengan pendekatan teori-teori psikologi yang terintegrasi dengan keyakinan Islam. Pola perkembangan manusia berusaha dibahas dari “sudut pandang” keagamaan, dengan cara memahami firman-firman ALLAH yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an, dan memahami penjelasan atau keterangan utusan-Nya melalui hadis nabawiyah. Dalam hal ini, Al-Qur’an diper-lakukan sebagai data, sebagai suatu dokumen mengenai pedoman hidup yang

berasal dari Tuhan.2 Demikian juga dengan

hadis nabawiyah sebagai praktik-praktik aktual dan historis petunjuk-petunjuk Nabi dan para sahabatnya yang berhasil di-kodifikasikan oleh para ahli hadis.

Dalam Al-Qur’an terdapat term-term atau simbol-simbol yang orisinil dan khas mengenai proses pertumbuhan dan per-kembangan jiwa manusia, yang dinyata-kan ALLAH sebagai takdir (ketetapan) yang tidak dapat diubah atau diganti.

2 Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi

untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1998), cet-VIII, h.330

(10)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

Term-term dalam Al-Qur’an, seperti kata

ruh, fithrah, nafs, qalb, ‘aql, nuthfah, ‘alaqah, mudgah, janin, thifl, balig, rusyd, nikah, ‘ajuz, syuyukh, arzal al-‘umur, dan

lain-lain dapat menjelaskan gambaran tentang eksistensi dan perkembangan manusia serta karakter dan sifat dasar yang melekat dalam dirinya secara esensial, instrumental maupun temporal. Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang asal usul dan perkembangan manusia, khususnya studi mengenai proses perkembangan fisik, kondisi-kondisi psikis dan perilaku, per-kembangan sosial serta fungsionalitas ke-pribadian anak, dari sumber ajaran dan tradisi Islam digunakan kajian kepustaka-an (liberary research). Sumber primer dalam kajian ini adalah Al-Qur’an 30 Juz dan hadis nabawiyah yang dikodifikasikan dalam 9 kitab: shahih Bukhari, shahih

Muslim, Sunan Abi Daud, Nasa’i, al-Damiri, al-Tarmizi, Ibn Majah, Musnad Ibn Hanbal, dan Muatho’. Sedangkan sumber

sekunder yang digunakan dalam peneliti-an ini adalah kitab-kitab tafsir dpeneliti-an syarah hadis serta hasil kajian kalam dan fiqih yang membahas dan berkaitan dengan perkembangan manusia.

Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang berkaitan dengan konsep perkembangan

manusia dikaji secara tematik (maudhu’i).3

Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah: mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tema, menghimpun riwayat hadis yang relevan dalam menerangkan pengertian ayat dan tema, ayat-ayat dan hadis itu kemudian di-susun dan dirangkai dengan didasarkan pada hubungan yang logis antara satu ayat dengan ayat lainnya yang saling menerang-kan. Kerja selanjutnya merumuskan ber-bagai pengertian dalam satu kesatuan pandangan Islam yang holistik dan kom-prehensif tentang tema.

Pandangan-dunia dan etika Islam tentang perkembangan yang disistema-tisasi itu kemudian diuji dan dijabarkan dalam formula-formula teoritis, berdasar-kan penemuan-penemuan ilmiah

ten-tang perkembangan manusia.4 Menurut

Sayyid Muhammad Ghanim, seorang psi-kolog dan peneliti Mesir, ada empat teori tentang analisis kejiwaan dan emosi anak, yaitu: teori perkembangan seksual me-nurut Freud, teori perkembangan sosial menurut Erickson, teori perkembangan identitas menurut Albert, dan teori per-kembangan kognitif menrut Piaget.

Guna memudahkan pelacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang diperlukan dalam membahas tema, penulis menjadikan

3 Abd al-Hay al-Farmawi, sebagaimana dikutip

H. Abdul Djalal H.A. Urgensi Tafsir Maudhu ’i pada Masa Kini, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990, h.84) mendefinisikan: ‘(Tafsir maudhu’I ialah) mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas judul sektor tertentu dan menertibkannya sedapat mungkin sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat yang lain, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum”.

4 Menurut Elizabeth B. Hurlock, tujuan

mempel-ajari (meneliti) perkembangan ini adalah: pertama, menemukan apa saja karakteris-tik perubahan usia dalam penampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari satu periode perkembangan ke perioede per-kembangan yang lain; kedua, untuk mene-mukan kapan perubahan ini terjadi; ke-tiga, untuk menemukan dalam kondisi apa saja terjadinya perubahan ini; ke-empat, untuk menemukan bagaimana perubahan ini mempengaruhi perilaku anak; kelima, untuk menemukan apakah perubahan ini dapat diramalkan atau tidak; dan akhirnya keenam, untuk mene-mukan apakah perubahan ini sifatnya individu atau sama bagi semua anak.

(11)

kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz

al-Quran oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi,

sebagai pedoman. Sedangkan untuk pe-lacakan hadis digunakan kitab al-Mu’jam

al-Mufahras li Alfaz Hadis al-Nabawiyah

oleh A.J. Wensinck. Untuk pedoman ana-lisis semantik adalah kitab Lisan al-‘Arabi oleh Imam al-‘Allamah Ibn Munzir. Untuk pedoman penerjemahan ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia dipakai

Al-Qur’an dan Terjemahannya terbitan

Departemen Agama Republik Indonesia. C. Hasil dan Pembahasan

1. Teori konvergensi dan struktur

metafisis manusia

Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum [30] ayat 30, diterangkan bawah setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah manusia adalah homo relegius, makhluk moral, makhluk pencari kebenaran, dan makhluk berpikir yang mengetahui menghargai ilmu pengetahuan. Al-Qur’an surat Al-Hijr [15] ayat 29 menjelaskan struktur metafisis manusia yang bersifat ilahiah. Karakter ini dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 138 disebut sibghah Allah.

Fitrah secara intrinsik terdapat pada

wujud batin manusia, ada sejak lahir dalam struktur umum metafisis manusia, bersifat universal dan tidak berubah, sehingga tidak ada tindakan salah yang bisa mengotori ruh ketuhanan yang telah ditiupkan Allah Ta’ala kepada manusia, meskipun banyak generasi yang telah me-lakukan kesyirikan dan kekufuran. Se-baliknya, sikap syirik dan kufur itu akan disesalinya di dunia maupun di akhirat. Penyesalan itu, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat Al-Mukminun [23] ayat 99-100 adalah bukti keberadaan fitrah sebagai homo relegius.

Pandangan positif terhadap manusia ini, pada masa psikologi modern dikemu-kakan Jean Jacques Rousseau (1712–1778), filosof Prancis abad ke-18, bahwa setiap

manusia pada dasarnya baik dan masya-rakatlah yang menjadi sumber timbulnya

sifat-sifat buruk.5 Pandangan ini

me-nentang paham Gereja yang berpendapat manusia terlahir dengan membawa dosa asal; sekaligus juga menolak pandangan John Locke (1632–1704), filosof Inggris abad ke-17 yang mengibaratkan isi kejiwa-an kejiwa-anak sebagai kertas putih bersih atau

“tabula rasa”.6 Berlawanan dengan

konsep behaviorisme yang menganggap manusia itu netral, tak berjiwa; dan ber-beda pula dengan pandangan Lorenz yang meyakini dominannya dorongan agresi pada manusia.

Menurut Murtadha Mutahhari, Islam memandang manusia dilahirkan dalam

fitrah, akantetapi teori fitrah berbeda

dengan “dunia ide” yang dikemukakan Plato (428-347 SM) dan berbeda pula dengan “jiwa abadi”-nya Immanuel Kant (1724-1804) yang menganggap semua karakter sudah terbentuk (preformed) sejak lahir.7 Dalam pandangan Islam,

Al-lah teAl-lah menciptakan daya-daya dalam diri manusia jauh sebelum perbuatannya timbul. Namun, perbuatan tidak

ter-bentuk sejak azali.8 Perbuatan

dipenga-ruhi oleh lingkungan sosial, khususnya keluarga. Rasulullah SAW., bersabda:

“Setiap anak manusia dilahirkan dalam

fitrah (Islam). Orang tua-nyalah yang

menyebabkan ia menjadi yahudi, nasrani atau majusi”. (HR. Muslim).

(

)

5 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembang-an Anak, (Jakarta: PT. BPK Gunung Agung,

1997), cet-VI, h. 79

6Ibid

7 Murtadho Muthahari, Fitrah, (Jakarta: Lentera,

1998) h. 40

8 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren,

(12)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

Al-Qur’an surat Al-Fath [48] ayat 29 mengibaratkan fitrah manusia sebagai bibit unggul yang memerlukan lahan subur dan petani yang amanah. Al-Qur’an surat Al-Baarah [2] ayat 223 menggambarkan relasi suami-isteri laksana petani dan ladang. Tugas petani adalah menggembur-kan tanah-tanah yang keras agar tanaman memperoleh oksigen, dan akar-akarnya dapat menyerap pupuk dan gizi yang di-berikan, sebagaimana digambarkan Al-Qur’an surat Al-A’rof [7] ayat 58. Di sisi lain, tanaman harus disiram tiap hari, di-rawat, dan dijaga dari hama yang merusak pertumbuhan dan perkembangan-nya. Dengan perawatan dan perhatian terus menerus. Inilah peran Ayah sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an surat Al-Kahfi [18] ayat 82. Dengan demikian, bibit itu akan tumbuh menjadi pohon yang besar dan kaut, akarnya terhunjam di bumi, dahan dan rantingnya menjulang tinggi dan berbuah secara melimpah, sehingga menjadi kebanggaan umat. Demikian lah ilustrasi tentang interaksi fitrah dan lingkungan melalui proses pen-didikan yang mendukung aktualisasi diri dan kreativitas anak serta membantu anak dalam mengatasi kesulitan belajar.

Fitrah manusia ada dalam satu kesatu-an dari dimensi “bio-psiko-sosio-spiritual” manusia. Dimensi spiritual memungkinkan manusia mengadakan relasi dengan Tuhan melalui cara-cara yang diajarkannya (zikir, peribadatan dan doa). Sedangkan dimensi psikis berupa akal pikiran menjadikan manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradab-an; berkehendak bebas (freedom of will) yang memungkinkannya mengarahkan dirinya secara sadar ke arah keluhuran (taqwa) dan atau ke arah kesesatan (fujur), dan segala pilihan bebas tersebut akan di-mintai pertanggungjawaban secara indi-vidual di hadapan ALLAH Ta’ala.

2. Perkembangan Mengikuti Tempo dan

Ritme yang Tertentu

Menganalisis keterangan Al-Qur’an surat Nuh [71] ayat 14, Al-Hajj [22] ayat 5, Al-Mukminun [23] ayat 12-14, Al-Rum [30] ayat 54, dan Ghafir [40] ayat 67 diperoleh simpulan bahwa pola perkembangan manusia dapat diramalkan, evolutif, dan bertahap. Perkembangan evolutif itu mulai dari tingkat yang sederhana menuju ke arah kesempurnaan.

Tahapan-tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus me-nerus, dan dalam tempo perkembangan yang tertentu dan bisa berlaku umum. Dalam keterangan ayat-ayat Al-Qur’an di atas, terdapat term-term yang menujukan suatu konsep perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan. Alqur’an mengemukakan bahwa asal kejadian manusia dari tanah (turab), dari air mani (nuthfah) menjadi ‘alaqoh (dalam kan-dungan [rahim] ibu), menjadi mudhghah, kemudian ditiupkan ruh. Setelah ruh me-masuki mudghah (janin) yang sedang ber-kembang, organisme mencatat status manusia, kemudian terlahir sebagai thifl atau bayi.

Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara [26] ayat 18, melukiskan tempo pertumbuhan fisik manusia dengan kata “sin” yang secara harfiah gigi, karena secara kultural per-tumbuhan gigi dapat menandai usia. Sedangkan al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 189, menggambarkan perkembangan manusia laksana rembulan yang menjadi dasar perhitungan kalender Islam, yakni bermula dari sabit, kemudian membesar hingga purnama, lalu dari malam ke malam mengecil hingga sirna dari pandangan. Per-kembangan biologis manusia, dimulai dari

konsepsi hingga lahir, dari makhluk a-seksual (thifl) menjadi makh-luk a-seksual – baligh, dari kematangan sesksual,

(13)

nurunan jasmani dan menopause (bagi pe-rempuan), menjadi tua (syuyukh) hingga pikun (ardzal al-umur). Rentang perkem-bangan manusia ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Penjelasan di atas mengisyaratkan, bahwa masa perkembangan manusia di-bagi menjadi empat tahapan: periode pranatal (daur al-Ijtinani), periode anak-anak (daur at-Thufulah), periode kede-wasaan (daur ‘Aqil-balig), dan periode usia lanjut (daur as-Syuyukh). Hal ini selaras dengan pembagian masa perkembangan manusia menurut para ilmuan, seperti dikemukakan Elizabeth B. Hurlock, bahwa perkembangan manusia merentang dalam empat periode, yakni: masa pranatal; masa bayi baru lahir, masa bayi, awal masa kanak-kanak, ahir masa kanak-kanak; masa puber, masa remaja, masa dewasa dini, masa dewasa madya; dan usia lanjut.

3. Peran Kematangan, Belajar, dan Masa Peka dalam Perkembangan

Al-Qur’an surat An-Nahl [16] ayat 78 dikaitkan dengan teori fitrah menunjuk-kan bahwa kehidupan anak manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh kematangan fisik dan belajar. Tingkah laku pada suatu tahapan perkembangan dipengaruhi faktor dunia dalam atau konstitusi dan faktor luar atau lingkungan (fisik, kimiawi, organismik, dan sosial), serta aktivitas individu sebagai subjek bebas yang ber-kemauan, memiliki kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, mem-punyai emosi, serta usaha membangun diri sendiri.9 Atau dengan kata lain,

per-kembangan merupakan hasil proses

ke-matangan dan belajar,10 endogen dan

eksogen, keturunan dan lingkungan, di-peroleh dan memdi-peroleh, bakat dan pengalaman, nativisme dan empirisme.

Kematangan adalah proses intrinsik yang terjadi secara alamiah sesuai potensi

yang ada.11 Proses-proses kematangan

fisik yang terjadi pada patokan umum mempengaruhi keseluruhan perkem-bangan mental. Misalnya, perkemperkem-bangan fisik anak untuk berjalan jauh mempenga-ruhi perkembangan motorik, dan perkem-bangan kemampuan bicara pada periode awal akan menentuakan perkembangan anak selanjutnya, terutama perkembang-an bahasa dperkembang-an kognisi perkembang-anak. Perkembperkembang-ang- Perkembang-an motorik dPerkembang-an perkembPerkembang-angPerkembang-an bahasa itu menjadi dasar bagi perkembangan ke-cerdasan dan perkembangan sosial anak yang mempengaruhi kesanggupan belajar dan ibadah.

Sedangkan belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubanan karena kematangan, kelelahan dan atau

kerusak-an pada susunkerusak-an syaraf.12 Faktor yang

mempengaruhi perkembangan lewat bel-ajar ini adalah pola pengasuhan, gaya hidup, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan dan faktor budaya terhadap sosialisasi pada individu.

Dalam al-Qur’an surat An-Nisa [4] ayat 6 mengisyaratkan bawah kematangan fisik perlu disempurnakan dengan rangsangan-rangsangan yang tepat melalui latihan dan pembelajaran. Kematangan anak harus di-iringi dengan perkembangan tingkat ke-cerdasan emosi, dan intelektual, sehingga

25 (asyuddah) 40 (syuyukh) 60 18 al-Rusyd

14.5 Baligh

0 (al-Thifl) (ardzal al-umur) 70

9 Singgih D. Gunarsa, op.cit., h. 61

10 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I,

(Jakarta: Erlangga, 1997), Edisi Keenam, cet-V., h.28

11 Singgih D. Gunarsa, op.cit, h. 37 12 Ibid, h.119

(14)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

anak dapat mengembangkan sikap dan perilaku moral secara normal. Ketepatan dalam proses-proses belajar atau latihan ini berhunungan dengan masa peka

belajar, dengan asumsi berikut:13

1. Bahwa dalam perkembangan ada saat

ketika anak siap untuk menerima se-suatu dari luar. Proses belajar (dan perkembangan) akan lancar berlang-sung, bilamana dilakukan pada saat seseorang siap untuk menerima rangsangan itu.14

2. Bahwa perkembangan pada

permula-an adalah penting dpermula-an mutlak. Lpermula-an- Lan-dasan untuk perkembangan selanjut-nya harus sudah diletakkan pada per-mulaan-permulaan perkembangan anak. Tahun-tahun pertama dianggap tahun pembentukan (formative years) atas dasar-dasar kepribadian seorang anak.

3. Lima tahun pertama dianggap sebagai

tahun yang penting untuk menerima rangsangan, termasuk rangsangan-rangsangan untuk memperkembang-kan dan mengaktualisasimemperkembang-kan potensi-potensi mental yang ada sebaik-baik-nya. Setelah semua dasar kepribadian dirangsang agar berkembang dan berfungsi, maka perkembangan se-lanjutnya terjadi untuk memodifikasi struktur dan fungsi-fungsi kepribadi-an ykepribadi-ang sudah ada ke arah peningkat-an kepribadipeningkat-an lebih lpeningkat-anjut.15

Anak hidup mula-mula dari fungsi-fungsi biologisnya, dan fungsi-fungsi-fungsi-fungsi psi-kologisnya tumbuh berkembang dari fungsi dan dasar biologis ini. Antara kematangan dan latihan atau proses belajar terdapat interaksi erat yang mempengaruhi per-kembangan. Anak yang terganggu mata atau telinganya, dapat dipastikan meng-alami gangguan dan kesulitan belajar. Demikian juga anak yang mata dan telinga-nya sehat, tetapi tidak pernah memper-oleh rangsangan dari lingkungannya akan terjadi kerusakan. Terdapat korelasi yang erat antara perkembangan fisik secara umum dan kemampuan untuk memanipu-lasi bagian-bagian tubuh yang telah tumbuh. Jadi, perkembangan tergantung pada interaksi antara kematangan fisikal yang alamiah, aspirasi-aspirasi pribadi anak dan faktor sosial dan budaya lingkungan.

4. Setiap Tahapan Perkembangan

Mem-punyai Perilaku Karakteristik

Pada setiap tahap perkembangan ini terdapat perubahan-perubahan kualitatif dan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada tahap perkembangan yang lain. Pada setiap tahap perkembangan mempunyai perilaku karakteristik, sedangkan tujuan perkem-bangan itu sendiri adalah mengarahkan manusia menuju kedewasaan, sehingga mampu melaksanakan taklif dan me-merankan tugas kekhalifahan di muka bumi. Dalam kitab Kanz al-‘Ummal, hadis nomor 45338 diilustrasikan bahwa,

“Anak adalah sebagai tuan selama tujuh tahun pertama, sebagai pem-bantu selama tujuh tahun kedua, dan sebagai wazir selama tujuh tahun ke-tiga. Jika kamu masih mampu mem-bantunya di saat umur dua puluh tahun, bantulah dia. Jika tidak mampu, lepaskanlah dia. Maka selesailah sudah tanggung jawabmu di hadapan ALLAH Ta’ala.”

13Ibid., h.61-63

14 Tentang keesiapan belajar dalam

perkem-bangan anak ini, E.L. thorndike telah mengemukakan Law of Readiness (Hukum-Kesiapan), L. H. Blum (1952) menyebutkan istilah Developmental Readiness (Kesiapan dalam Perkembangan), di pihak lain R. J. Havighurst (1953) menamakan Teachable

Moment (Saat Peka Belajar).

15 Salah satu dasar untuk untuk menetukan

apakah seorang anak telah mengalami perkembangan dengan baik atau tidak, ialah melalui apa yang oleh Havighurst (1953) disebut: Developmental Tasks (Tugas-tugas dalam Perkembangan).

(15)

Pada tujuh tahun pertama, sifat ke-pribadian anak ibarat “tuan”. Orang tua berkewajiban membantu perkembangan kepribadian anak dengan memberikan kasih sayang dan cinta. Pada dua tahun pertama, orang tua mengasuh bayi dengan memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan anak, memberi ASI secara ter-atur, serta memberikan rangsangan dan belaian kasih sayang secara terus me-nerus, konsisten dan berkesinambungan, sehingga anak akan merasa aman dan tumbuh rasa percaya pada lingkungan sosialnya. Kemudian orangtua membantu anak mengembangkan kesadaran oto-nomi (kemandirian) dengan memberikan peluang kepada anak untuk mengambil inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada disekitarnya. Pendidikan tidak di-sarankan terlalu banyak melarang, yang menyebabkan anak menjadi cemas, ragu terhadap kemampuan diri sendiri, dan anak selalu merasa bersalah.

Pada tujuan tahun kedua, anak ibarat “pelayan” yang diberi pelajaran melalui tindakan. Pada tahap ini anak belajar mengelola imajinasi yang sangat kaya dan mempelajari teknik-tehnik produktivitas, sehingga lahir kecakapan kerja. Orang tua dan lingkungan sosial anak berkewajiban melatih rasa berdaya anak dengan me-libatkan anak dalam pembelajaran ber-basis proyek dan berber-basis problem. Anak dilatih untuk menyelesaian tugas-tugas, sehingga tumbuh rasa percaya diri dalam mengembangkan bakat dan potensi diri-nya. Tidak terhambat oleh perasaan rendah diri serba kekanak-kanakan.

Tujuh tahun ketiga adalah ibarat

wazir. Sewaktu ia mencapai usia baligh ia

menjadi wazir (wakil) Ayahnya. Artinya hubungan antara orang tua dan anaknya yang sudah berusia 14–20 tahun hendak-nya berlangsung atas dasar prinsip peng-hormatan dan musyawarah, berbicara ke-padanya dengan dalil, argumentasi,

logika, dan nasehat yang halus, laksana hubungan seorang “raja” dan “perdana-menterinya”. Dalam Al-Qur ’an surat Thoha [20] ayat 29-33; dan surat Al-Furqon [25] ayat 35, digambarkan hubungan ini seperti relasi nabi Musa dan nabi Harun.

Pada dua puluh tahun pertama me-rupakan masa penyemaian karakter dan identitas. Di saat anak mencapai umur dua puluh tahun, orang tua membantu mereka agar memiliki kesiapan untuk mandiri secara ekonomi, mampu mem-beri nafkah keluarga, dan berkomunikasi secara sosial. Pada masa ini dalam istilah psikologi disebut young adults – mereka mendambakan hubungan yang intim-akrab, berbagi bersama dalam pekerjaan, persahabatan dan persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang di-butuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen meskipun harus berkorban. Dalam al-Qur’an surat Al-Furqon [25] ayat 74 menggambarkan suasana batin pe-muda pada masa ini ditandai dengan munculnya nilai cinta dan rasa keintiman. Mereka untuk pertama kalinya mengem-bangkan genitality sexsual dalam hubung-an timbal balik denghubung-an pashubung-anghubung-an yhubung-ang di-cintai, dengan siapa seseorang dapat ber-bagi rasa dalam suatu hubungan keper-cayaan. Pada seorang pemuda yang di-temukan dalam dirinya kecenderungan dan kesiapan untuk menikah, maka orangtua segera menikahkannya,

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) di antara kalian dan orang-orang yang layak menikah dari hamba sahaya laki-laki dan perempuan kalian. Jika mereka miskin, maka ALLAH Ta’ala akan me-mampukan mereka dengan karunia-Nya, dan ALLAH Maha luas lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Nur: 32). Masa petualangan dalam membina keluarga dan karier itu mencapai

(16)

puncak-p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

nya pada usia empat puluh tahun. Dalam Al-Qur’an, dinyatakan bahwa apabila seseorang telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

“Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al-Ahqoof [46]: 15).

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami ber-dua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat inadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Se-sungguhnya Engkaulah Yang Maha Pene-rima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqoruh [2]: 128).

Surat al-Ahqof [46], ayat 15 di atas turun pada keluarga Abu Bakar Siddiq, di mana kedua orang tuanya, dirinya sendiri, dan anak ketrurunannya menerima nikmat dari ALLAH Ta’ala., berupa cahaya

iman – din al-Islam.16 Keluarga Abu Bakar

tergolong as-sabiqun al-awwalun, orang pertama yang menyambut dan menerima kerasulan Muhammad SAW secara kon-sisten. Sedangkan surat Al-Baqoruh, ayat 128 berkisah tentang keluarga Ibrahim AS, keluarga yang melahirkan para nabi, yang memperjuangkan tauhid secara ikhlas.

Harapan hidup dari keluarga Abu Bakar dan Ibrahim tersebut adalah munculnya “ummatan-muslimatan”. Menurut Nawawi al-Bantani “ummatan

muslimatan” adalah generasi yang ikhlas

dalam bertauhid, taat beribadah, cende-rung pada hikmah ALLAH Ta’ala, dan

peng-ikut ihsan.17 Dalam keluarga tersebut

ter-dapat suami yang menyadari dirinya sebagai model teladan, isteri-isteri yang menjadi mitra suami dalam merencana-kan keluarga, ibu yang merawat dan mem-bimibing anak, dan anak yang yang di-bekali iman-tauhid dan dihiasi oleh akhlak mulia, isteri dan anak yang dapat menjadi “permata hati” suami/ayah.

Motif utama pada dua puluh tahun ketiga ini adalah memimpin dan melayani masyarakat. Perilaku karakteristik pada masa ini adalah melakukan proses trans-formasi sosial, melakukan proses

humani-sasi, liberasi, dan transendensi. Pada saat

yang sama, juga melaksanakan transmisi nilai-nilai luhur kepada kaum muda, membagi pengetahuan, karya, dan penga-laman mereka kepada orang-orang yang membutuhkannya. Aktivitas mengajar dan dakwah menjamin kelangsungan hidup nilai-nilai, kebudayaan, dan gaya hidup yang selama ini ia perjuangkan.

Kegiatan kaderisasi dapat menum-buhkan perasaan vital dan dibutuhkan, seperti kisah Nabi Su’aib dan nabi Musa. Digambarkan dalam Qur’an surat Al-Qashash [28] ayat 23, bahwa nabi Syu’ab sudah lanjut usia. Meskipun demikian, ibarat buah kelapa, semikin tua semakin bijaksana. Ia memiliki integritas. Integri-tas adalah hasil yang dicapai individu se-telah memelihara ide, gagasan, penge-tahuan, karya, dan pengalaman hidup dengan serangkaian keberhasilan mau-pun kegagalan dalam hidup. Ia menyadari

16 Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, Marah

(17)

gaya hidup dirinya di antara gaya hidup orang lain dan dengan bangga memelihara gaya hidupnya sebagai warisan jiwa. 5. Individualitas dan Perbedaan

Indi-vidual dalam Perkembangan

Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 253 dan Al-An’am [6] ayat 165, menegas-kan bahwa manusia itu berbeda dalam bakat dan kemampuan sebagaimana me-reka berbeda dalam lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang. Setiap orang secara biologis benar-benar ber-beda satu dari yang lainnya, bahkan dalam kasus bayi kembar, sebagaimana dapat dipastikan tidak mungkin anak kembar itu diperlakukan sama secara persis. Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia me-miliki potensi dan kemampuan yang ber-beda-beda, bahkan potensi dan kemam-puan para rasul pun demikian.

Setiap individu berbeda. Tidak ada dua individu yang memiliki sifat-sifat bawaan dan pengalaman-pengalaman lingkungan yang sama. Orang tidak pernah dapat meramalkan secara tepat bagai-mana orang akan bereaksi terhadap suatu situasi, sekalipun ada informasi yang luas tentang kemampuan-kemampuan mereka yang diturunkan dan sekalipun diketahui bagaimana orang pada umumnya berperi-laku dalam situasi yang sama. Jadi sese-orang tidak dapat mengharapkan hasil yang sama dari orang dengan perkembangan usia dan intelektual yang sama. Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi para pendidik, sehingga dapat memberi per-lakuan terhadap setiap individu sesuai dengan bakat, kemampuan, dan kecerdas-an pribadinya, sebagaimkecerdas-ana sabda Rasulullah SAW:

“Kami para nabi diperintahkan untuk mengajak berbicara dengan ummat manusia sesuai dengan kemampuan akalnya.” (HR. Abu Dawud).

Tidak diragukan lagi bahwa dalam perbedaan-perbedaan tersebut terdapat hikmah ilahiah. Perbedaan bakat, kecen-derungan, dan kecerdasan individual manusia itu menjadi pemungkin manusia melakukan ta’aruf, saling belajar, tolong menolong dan kerja sama yang

meng-untungkan semua pihak.18 Di sisi lain,

pengakuan terhadap indiviudalitas itu juga memotivasi manusia untuk bersaing secara sehat dalam kebaikan, fastabiqul

khairat.19 Dalam perlombaan ada yang

menang dan ada pula yang kalah. Secara umum, yang tekun akan menang, sebalik-nya yang tidak berkualitas layaksebalik-nya buih akan hancur.20

D. Simpulan

Manusia lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah manusia itu bersifat perennial, me-netap, dan tidak berubah, akan tetapi wujudannya dalam tingkah laku atau per-buatan dipengaruhi oleh aspirasi pribadi, usaha pendidikan dan lingkungan sosial-nya. Tugas pendidikan adalah menyediakan kondisi yang memungkinkan seseorang mengenang “pengetahuan bawaan”nya secara benar, dan orang tua atau guru ber-fungsi sebagai pembimbing, yang me-mahami irama perkembangan dan aspirasi individu pada setiap perkembangan.

Pendidikan dilakukan dengan mem-pertimbangkan kematangan dan masa peka sesuai dengan tahapan perkembang-an sehingga proses belajar terjadi secara efektif dan efisien. Pada duapuluh tahun

)

(

18 Qs. Al-Hujurat [49]: 13 dan Qs. Az-Zukhruf [43]:

32.

19 Qs. Al-Baqarah [2]: 148 20 Qs. Ar-Ra’du [13]: 17

(18)

p-ISSN 2615-5532

http://semnaspgpaud.untirta.ac.id/index.php/

pertama kegiatan pedagogi fokus pada usaha menanam karakter dan identitas sesuai nilai-nilia agama dan kearifan budaya lokal. Pada duapuluh tahun kedua pendidikan andragogik dilaksanakan untuk mempersiapkan karier, keluarga, dan kemepemimpinan. Sedangkan pada duapuluh tahun ketiga terlibat aktif dalam proses transformasi sosial dan kaderisasi/ regenerasi kaum muda manusia. Proses pendidikan dilaksanakan dengan mengem-bangkan fitrah manusia sesuai pedoman kitab suci Al-Qur’an dan teladan nabi dalam sejarah. Seluruh proses itu mengarah pada pilihan menjadi makhluk yang memiliki derajat sangat tinggi sebagai khalifatullah di muka bumi.

Hasil kajian tentang perkembangan manusia dalam Al-Qur’an menenjukan keselarasan wawasan Islam dengan teori-teori dan penemuan psikologi modern secara selektif. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa tiap-tiap aliran psikologi memiliki kelebihan (jasa) dan kekurangan-nya masing-masing. Psikologi Islam meng-ambil sikap terbuka dan membuka diri terhadap kemungkinan “kebenaran” suatu teori dari mana pun asalnya, sehingga kita dapat mengambil manfaat dan menyesuai-kan penggunaan suatu teori dengan per-masalahan.

Daftar Pustaka

Abdul Djalal, H., Urgensi Tafsir Maudhu’i

pada Masa Kini, Jakarta: Kalam Mulia,

1990

Abrasyi-al, M. Athiyah Dasar-dasar Pokok

Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan

Bintang, 1970

Fadullah, Quo Vadis Pendidikan Islam:

Analisis Tujuan dan Program

Pendidik-an Islam SepPendidik-anjPendidik-ang Hayat, SerPendidik-ang:

Untirta Press, 2005, cet-1

Faisal, Jusuf Amir Reorientasi Pendidikan

Islam, Jakarta: Gema Insani Press,

1995

Gunarsa, Singgih D., Dasar dan Teori

Per-kembangan Anak, (Jakarta: PT. BPK

Gunung Mulia, 1997), cet-VI.

Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner,

Teori-teori Pskilodinamik (Klinis), Jogjakarta:

Kanisius, 1993

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak

Jilid I, Jakarta: Erlangga, 1997, Edisi

Keenam, cet-V.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi

Perkembang-an, Jakarta: Erlangga, 1999, cet-7.

Kuntowijoyo, Paradigma Islam:

Inter-pretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan,

1998, cet-VIII

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan

Pesantren, Jakarta: INIS, 1994

Mohamed, Yasen InsanYang Suci: Konsep

Fitrah dalam Islam, Bandung: Mizan,

1997

Muthahari, Murtadho, Fitrah, Jakarta: Lentera, 1998

Pohan, M. Imran, Menyongsong Masa

Depan, Jakarta: Intermedia, 1986

Raharjo, Dawam, Pandangan Alquran

tentang Manusia dalam Pendidikan dalam Persoektif Alquran, Yunahar

Ilyas, Editor, Yogyakarta: LPPI Univer-sitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1999 Santrock, John W. Life-Span Development

(Perkembangan Masa Hidup) Jild I.,

Jakarta: Erlangga, 1995, edisi-V. Shapiro, Jerrold Lee The Good Father: Kiat

Lengkap Menjadi Ayah Teladan,

Bandung: Kaifa, 2003

Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani,

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang meliputi cara menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi,

Hubungan antara laju endapan sedimen dan struktur komunitas lamun di Perairan Sebauk terdapat hubungan korelasi negative dan positif, korelasi negative kuat pada

Pada saat menjalankan latihan, pelatih memiliki beberapa metode yang digunakan untuk menunjang program latihan yang telah dibuat. Salah satu metode yang digunakan

Penelitian mengenai Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Return On Assets telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, akan tetapi hasil

Chamber failure adalah suatu keadaan dimana magma chamber tidak mampu lagi menahan tekanan baik dari luar, maupun dari dalam (dari magma), sehingga kemudian magma chamber akan

(2) Segala sesuatu yang berkenaan dcngan dan sebagai akibat dari pembentukan dan penataan kecamatan scbagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diatur oleh

PENGARUH CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM BULANAN TERHADAP STABILITAS LERENG STUDI KASUS DESA MANGUNHARJO KECAMATAN.. JATIPURNO

Dalam pembuatan film animasi 3D khususnya untuk pembuatan model karakter tiga dimensi dapat menggunakan Editable Poly yang berfungsi untuk mempermudah seorang artis model