• Tidak ada hasil yang ditemukan

Luh Putu Ela Vilayanti Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Luh Putu Ela Vilayanti Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana ABSTRAK"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Hubungan antara Rasa Komunitas dan Komitmen Organisasi dengan Kohesivitas Kelompok pada Anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung

Luh Putu Ela Vilayanti

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa mengembangkan potensi diri sehingga diperlukan wadah untuk remaja mengembangkan kemampuan dirinya untuk menjadi remaja yang lebih baik. Provinsi Bali memiliki suatu perkumpulan bagi remaja yang disebut dengan Sekaa Teruna-Teruni. Sekaa Teruna-Teruni merupakan kumpulan pemuda-pemudi yang berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial. Kegiatan dan program kerja Seka Teruna-Teruni agar menjadi sukses diperlukan rasa komunitas, komitmen organisasi dan kohesivitas kelompok antar anggota, akan tetapi fakta yang terjadi pada beberapa anggota Sekaa Teruna-Teruni yaitu kehadiran anggota yang sedikit, keaktifan yang kurang, kegiatan yang kurang menarik, anggota banyak yang merantau, sibuk dengan pekerjaan rumah serta membentuk kelompok-kelompok kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasa komunitas dan komitmen organisasi dengan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung yang berjumlah 99 orang. Instrumen dalam penelitian ini yaitu skala rasa komunitas, skala komitmen organisasi dan skala kohesivitas kelompok yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara rasa komunitas dan komitmen organisasi dengan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut berhubungan secara signifikan (p<0.05) dan diyakini bahwa variabel rasa komunitas dan komitmen organisasi dapat memprediksi kohesivitas kelompok. Varian rasa komunitas dan komitmen organisasi dapat menjelaskan varian kohesivitas kelompok sebesar 72,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa komunitas dan komitmen organisasi dapat meningkatkan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni.

Kata kunci: kohesivitas kelompok, rasa komunitas, komitmen organisasi, Sekaa Teruna-Teruni

(2)

iv

The Relationship Between Sense of Community and Organizational Commitment With Group Cohesiveness on Sekaa Teruna Teruni Members in Badung

Luh Putu Ela Vilayanti

Psychology Study Program, Medical Faculty, Udayana University

ABSTRACT

Adolescence is a period of developing self-potential, so a place is needed for adolescents to develop their ability to become better teenagers. Bali, has a youth association called Sekaa Teruna-Teruni. It is a group of young people growing on the basis of social awareness and responsibility. In order to make the work program successfully complete, it requires a sense of community, organizational commitment and group cohesiveness among members, but the facts that happened to some members of the Sekaa Terun-Teruni are the presence of a few members, less liveliness, uninteresting activities, many members migrate, busy with homework and form small groups. This study aimed to determine the relationship between a sense of community and organizational commitment with group cohesiveness in members of Sekaa Teruna-Teruni. The subjects used in this study were 99 members of Sekaa Teruna-Teruni. The instruments in this study were the scale of community sense, organizational commitment, and group cohesiveness that had been examined for their validity and reliability. The hypothesis of this study is that there is a relationship between a sense of community and organizational xommitment with group cohesiveness in members of Sekaa Teruna-TEruni in Badung. The results of multiple regression analysis showed that those three variables were correlated significantly (p <0.05); and it was believed that community sense and organizational commitment of the organization could predict the group cohesiveness. The community sense and organizational commitment could explain the group cohesiveness of 72.3%, so it could be concluded that they could be increase the group cohesiveness within Sekaa Teruna-Teruni members.

Keywords: group cohesiveness, community sense, organizational commitment, Sekaa Teruna-Teruni

(3)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Keaslian Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Kohesivitas Kelompok ... 20

B. Rasa Komunitas ... 21

C. Komitmen Organisasi ... 24

D. Sekaa Teruna-Teruni ... 27

E. Hubungan antara Rasa Komunitas dan Komitmen Organisasi dengan Kohesivitas Kelompok pada Anggota Sekaa Teruna Teruni di Badung ... 30

F. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 34

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 37

(4)

vi

E. Validitas dan Reliabilitas ... 44

F. Metode Analisis Data ... 46

1. Uji Asumsi Penelitian ... 46

2. Uji Hipotesis ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Persiapan Penelitian ... 50

1. Persiapan Uji Coba Penelitian ... 50

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 51

B. Pelaksanaan Penelitian ... 56

C. Analisis Data dan Hasil Penelitian ... 59

1. Karakteristik Subjek ... 59

2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Penelitian ... 62

3. Uji Asumsi Penelitian ... 64

4. Uji Hipotesis ... 68

5. Analisis Tambahan ... 71

D. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

1. Saran Praktis ... 89

2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(5)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Hubungan antara Rasa Komunitas dan Komitmen Organisasi dengan Kohesivitas Kelompok pada Anggota Sekaa Teruna Teruni di Badung ... 32

(6)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Cara Penilaian Aitem Favorable dan Aitem Unfavorable ... 39

Tabel 2. Blueprint Skala Kohesivitas Kelompok ... 40

Tabel 3. Blueprint Skala Rasa Komunitas ... 42

Tabel 4. Blueprint Skala Komitmen Organisasi ... 44

Tabel 5. Nomor Aitem Gugur pada Skala Kohesivitas Kelompok ... 53

Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Kohesivitas Kelompok (Setelah Uji Validitas) ... 53

Tabel 7. Nomor Aitem Gugur pada Skala Rasa Komunitas ... 54

Tabel 8. Sebaran Aitem Skala Rasa Komunitas (Setelah Uji Validitas) ... 54

Tabel 9. Nomor Aitem Gugur pada Skala Komitmen Organisasi ... 55

Tabel 10. Sebaran Aitem Skala Komitmen Organisasi (Setelah Uji Validitas) ... 56

Tabel 11. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 57

Tabel 12. Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ... 59

Tabel 13. Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 14. Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 60

Tabel 15. Deskripsi Subjek Berdasarkan Banjar ... 61

Tabel 16. Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Bergabung ... 61

Tabel 17. Rumus Kategori Data Penelitian ... 62

Tabel 18. Deskripsi Statistik Data Penelitian ... 62

Tabel 19. Kategorisasi Skor Kohesivitas Kelompok ... 63

Tabel 20. Kategorisasi Skor Rasa Komunitas ... 63

Tabel 21. Kategori Skor Komitmen Organisasi ... 64

Tabel 22. Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 65

Tabel 23. Hasil Uji Linieritas Variabel Penelitian ... 66

Tabel 24. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Penelitian ... 67

Tabel 25. Hasil Uji Heterosidaksitas ... 67

Tabel 26. Hasil Uji Regresi Berganda Nilai R2 ... 68

Tabel 27. Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi Nilai F ... 69

Tabel 28.Hasil Uji Regresi Berganda Nilai Koefisien Beta dan Nilai t ... 69

Tabel 29. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 71

(7)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ... 98

Lampiran 2. Data Uji Coba Skala Kohesivitas kelompok ... 106

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kohesivitas Kelompok ... 110

Lampiran 4. Data Uji Coba Skala Rasa Komunitas ... 112

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Rasa Komunitas ... 117

Lampiran 6. Data Uji Coba Skala Komitmen Organisasi ... 119

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Komitmen Organisasi... 123

Lampiran 8. Data Penelitian ... 125

Lampiran 9. Karakteristik Subjek Penelitian ... 128

Lampiran 10. Deskripsi Statistik Data Penelitian ... 130

Lampiran 11.Hasil Uji Normalitas Variabel Kohesivitas Kelompok, Rasa Komunita dan Komitmen Organisasi ... 131

Lampiran 12. Hasil Uji Linieritas Variabel Kohesivitas Kelompok, Rasa Komunitas, dan Komitmen Organisasi ... 132

Lampiran 13. Hasil Uji Multikolonieritas Antara Variabel Rasa Komunitas dan Komitmen Organisasi ... 134

Lampiran 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Penelitian ... 135

Lampiran 15. Hasil Uji Regresi Berganda... 136

Lampiran 16. Hasil Uji Independent Sample t-Test ... 137

Lampiran 17. Rangkuman Hasil Expert Judgement ... 139

Lampiran 18. Rekap Hasil Expert Judgement ... 152

Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian ... 153

Lampiran 20. Fieldnote Studi Pendahuluan ... 156

Lampiran 21. Daftar Sekaa Teruna-Teruni di Kabupaten Badung ... 157

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa yang aktif dalam mencari identitas dan mengembangkan potensi diri. Masa remaja dimulai dari usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2007). Menurut Hurlock (1980), pada masa remaja merupakan periode perubahan bagi remaja tidak hanya perubahan fisik namun juga terjadinya perubahan kematangan emosi, perubahan minat dan peran, perubahan nilai-nilai yang dianut serta keinginan akan kebebasan. Masa remaja juga disebut masa mencari identitas diri, dalam hal ini remaja akan mencari tahu tentang diri sendiri dan peran remaja di masyarakat (Hurlock, 1980).

Masa remaja juga sangat rentan akan perilaku negatif dan kejahatan, salah satu alasannya karena remaja menganggap diri sudah dewasa. Hurlock (1980), menyatakan masa remaja sebagai ambang masa dewasa yang berarti remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan memberikan kesan bahwa remaja tersebut hampir atau sudah dewasa. Hal tersebut tampak pada perilaku remaja yang mencoba-coba menggunakan alkohol, rokok, mengemudi dalam keadaan mabuk dan terlibat dalam perilaku seks (Papalia, Olds & Feldman, 2008), sehingga diperlukan wadah untuk remaja bisa melatih soft skill dan mengembangkan kemampuan diri sehingga remaja yang terlibat dalam aktivitas konstruktif di waktu luang dapat menjadi remaja yang yang lebih baik dan menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang (Larson dalam Papalia dkk, 2008). Salah satu provinsi yang memiliki wadah dalam mengembangkan kreativias remaja yaitu provinsi Bali. Provinsi Bali merupakan sebuah provinsi yang memiliki organisasi yang terdiri dari beberapa kepala keluarga yang

(9)

2 disebut dengan banjar (Abu, 1981). Banjar terlihat pasif apabila yang terlibat hanya bapak-bapak dan ibu-ibu yang terlihat dari aktivitas nyayah di banjar, oleh karena itu setiap banjar adat di Bali memiliki kelompok pemuda-pemudi yang disebut dengan Sekaa Teruna-Teruni. Sekaa yang dalam bahasa Indonesia berarti kumpulan, wadah, atau organisasi, sedangkan Teruna-Teruni yang dalam bahasa Indonesia berarti pemuda pemudi, sehingga Sekaa Teruna-Teruni merupakan kumpulan pemuda-pemudi yang berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial (Kebudayaan Indonesia, 2014).

Remaja masuk dalam keanggotaan Sekaa Teruna-Teruni berusia 16 tahun atau telah bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) (Kebudayaan Indonesia, 2014). Sekaa Teruna-Teruni tersebut memiliki beberapa program kerja yang harus melibatkan semua anggota, anggota yang terlibat berada dalam keanggotaan banjar. Sekaa Teruna-Teruni juga memiliki struktur yang terdiri dari pengurus inti yaitu ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan bebarapa ketua departemen atau bidang. Kegiatan Sekaa Teruna-Teruni yang terlihat menonjol diantaranya, pawai ogoh-ogoh, kerja bakti, rapat rutin. Kegiatan dari program kerja Sekaa Teruna-Teruni akan berjalan sukses apabila terdapat keaktifan dan kerja sama antar anggota, tidak hanya pada program kerja Seka Teruna-Teruni juga berperan sebagai sarana sosial yang menjadi wadah bagi para anggotanya untuk bertukar pikiran, berinteraksi, serta mewujudkan ide-ide demi kemajuannya bersama (Sintari, 2015). Sekaa Teruna-Teruni yang merupakan suatu organisasi yang bertugas membantu (ngayah) pada kegiatan-kegiatan orang tua di banjar, oleh karena itu Sekaa Teruna-Teruni menjadi kelompok multifungsi di banjar (Astika dalam Pitana, 1994).

Kesuksesan suatu kegiatan Sekaa Teruna Teruni tentunya membutuhkan keterlibatan dari seluruh anggota Sekaa Teruna-Teruni, oleh sebab itu para anggota sudah seharusnya memiliki rasa komunitas dan komitmen terhadap Sekaa Teruna-Teruninya agar terlihat

(10)

3 kohesif. Akan tetapi pada studi pendahuluan yang dilakukan kepada beberapa perwakilan Sekaa Teruna-Teruni, fakta yang terjadi yaitu berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan mantan anggota Sekaa Teruna-Teruni yang bernama PY, jaman dahulu pemuda-pemudi yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni sangat aktif dalam kegiatan di desa, seperti mengikuti perlombaan antar desa dengan bangga membawa piala-piala hasil dari perlombaan tersebut, jaman sekarang hanya ada beberapa Sekaa Teruna-Teruni yang masih aktif mengikuti lomba-lomba (Vilayanti, 2016). Hal tersebut salah satu faktor yang memengaruhinya adalah banyaknya anggota Sekaa Teruna-Teruni yang menuntut ilmu ke luar daerah dan bekerja dengan waktu yang tidak tentu. Beberapa pemuda-pemudi yang tidak memiliki kegiatan juga tidak aktif dalam Sekaa Teruna-Teruninya (Vilayanti, 2016).

Hasil studi pendahuluan dengan salah satu anggota Sekaa Teruna-Teruni menyebutkan bahwa saat subjek kembali ke daerah bersamaan dengan ada kegiatan Sekaa Teruna-Teruni, belum dapat dipastikan subjek akan aktif kembali di Sekaa Teruna-Teruni. Alasan subjek tidak aktif lagi adalah kurang bisa menyesuaikan diri kembali di banjar, teman-teman subjek ada yang sudah bekerja oleh sebab itu subjek takut jika subjek sendiri dari angkatannya yang aktif. Alasan lainnya adalah subjek malu karena tidak pernah ikut kegiatan sebelumnya (Vilayanti, 2016). Studi pendahuluan yang dilakukan dengan DW, juga menyebutkan bahwa anggota yang tidak merantau dan tidak bekerja juga memiliki permasalahan yang sama dengan keaktifan di Sekaa Teruna-Teruni. Alasan dari para anggota yaitu sibuk sekolah, banyak tugas sekolah atau kampus, teman-temannya tidak ada yang ke banjar (Vilayanti, 2016).

Berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 5 Maret 2017 di media sosial belakangan ini, terdapat berbagai keluh kesah para anggota Sekaa Teruna-Teruni saat membuat ogoh-ogoh dalam rangka menyambut hari raya pengerupukan tahun 2017, dalam

(11)

4 media tersebut terdapat anggota yang memposting foto. Foto yang diposting oleh akun bernama Popo Gus Popo berisi tulisan:

“temen-temen bantu kami dong, tolong ke banjar kami mohon” dan “ tolong kesadarannya sebagai anggota Sekaa Teruna-Teruni, miris dengan pemuda yang sekarang, suksma pemuda ne sing taen ke banjar”. (Popo Gus Popo, 2017)

Pada media sosial yang bernama @stt.bali berisi kumpulan Sekaa Teruna-Teruni di Bali juga terdapat beberapa postingan yang menyindir anggota-anggotanya seperti “delokin timpal ke banjar bro” yang berarti “ lihatlah teman-teman di banjar bro”. Foto tersebut berisi catatan:

“miris melihat fenomena generasi pemuda Bali yang Sekaarang mulai meninggalkan rasa gotong royong, meremehkan budaya, tur campah ring tetamian nak lingsir yaitu ogoh-ogoh, mereka lebih menyibukkan diri dengan urusan pribadi, tak heran kata- kata #delokintimpalkebanjar mulai ramai di instagram, tujuan hal tersebut tidak lain adalah mengembalikan rasa peduli antar teman, gotong royong, serta menuruskan tradisi di Bali” (@SttBali, 2017).

Hal tersebut merupakan salah satu contoh kurangnya rasa memiliki dari anggota Sekaa Teruna-Teruni terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan Sekaa Teruna-Teruni akan sukses jika semua anggotanya mempunyai rasa memiliki, keyakinan dan komitmen terhadap Sekaa Teruna-Teruni. Hal tersebut masuk dalam pengertian rasa komunitas (sense of community). Rasa komunitas (sense of community) adalah perasaan memiliki pada setiap anggota akan komunitas dan perasaan berharga dan berkepentiangan dalam suatu komunitas, sehingga timbul keyakinan dan komitmen untuk bersama dalam komunitas (McMillan & Chavis, 1986). Seorang yang memiliki rasa komunitas yang baik akan mendorong individu untuk bekerja lebih baik. Asumsinya jika anggota Sekaa Teruni memiliki rasa komunitas yang tinggi maka keberhasilan kegiatan Sekaa Teruna-Teruni tersebut tentunya akan berjalan dengan baik.

Peneliti menggunakan data sekunder salah satu Sekaa Teruna Teruni di Kecamatan Mengwi dengan melihat absensi kehadiran anggota, dari anggota yang berjumlah lebih kurang 180 orang, ketika rapat bisa dilihat kurang lebih hanya 25% yang hadir saat rapat

(12)

5 rutin. Kedatangan anggota menjadi keluhan yang dirasakan oleh MA, yaitu ketika diberi pengumuman, rapat dimulai jam 19.00 WITA, akan tetapi anggota berdatangan pukul 20.00 WITA . Anggota yang berdatangan saat rapat tersebut rata- rata berjumlah 25% - 50% dari jumlah anggota keseluruhan (Vilayanti, 2016).

Hasil penelitian Prayoga dan Herdiyanto (2014) menunjukkan bahwa perasaan memiliki pengurus subak akan kebersamaan demi mencapai komitmennya pada subak di Kecamatan Pekutatan lebih didominasi oleh rasa komunitas pengurus subak kategori sangat tinggi. Apabila pada anggota Sekaa Teruna-Teruni memiliki rasa komunitas tinggi maka rasa memilikinya akan tinggi, namun fakta yang terjadi yaitu ketika diselenggarakannya kegiatan, tidak semua anggota yang bersedia hadir untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Komitmen dari anggota Sekaa Teruna-Teruni menjadi faktor penting dalam menyukseskan kegiatan yang disusun oleh pengurus. Komitmen anggota dilihat dari intensitas anggota dalam mengikuti setiap kegiatan yang ada. Komitmen anggota akan terlihat ketika anggota lebih mengutamakan kegiatan Sekaa Teruna-Teruni dibandingkan dengan aktivitas pribadi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan salah satu pengurus Sekaa Teruna-Teruni yang terjadi yaitu anggota Sekaa Teruna Teruni sering menggunakan alasan sibuk dengan tugas sekolah atau pekerjaan ketika tidak hadir saat diadakan kegiatan Sekaa Teruna-Teruni (Vilayanti, 2016). Fakta tersebut bertentangan dengan pengertian komitmen berorganisasi menurut Robbins (2008), yaitu komitmen organisasi merupakan suatu keadaan di mana seorang anggota organisasi memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuan organisasi serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Komitmen yang tinggi berarti pemihakan pada organisasi yang memperkerjakannya.

(13)

6 Kohesivitas adalah kekuatan, baik positif maupun negatif, yang menyebabkan anggota tetap dalam kelompok (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Apabila anggota saling menyukai satu sama lain, dan terikat oleh hubungan pertemanan, kepaduan akan tinggi (Paxton & Moody dalam Taylor dkk, 2009). Menurut hasil studi pendahuluan kepada salah satu perwakilan Sekaa Teruna Teruni, subjek mengatakan jika ada perpecahan antar anggota sehingga terbentuk kumpulan geng pada anggota-anggota tersebut (Vilayanti, 2016).

Kohesivitas kelompok memberikan kontribusi yang besar pada perbaikan kerja karyawan bahkan dapat meningkatkan kinerja karyawan (Zulkifli & Yusuf, 2015). Asumsinya jika pada anggota Sekaa Teruna-Teruni diharapkan anggota yang memiliki kohesivitas tinggi maka kinerjanya akan tinggi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan SD (2016) yang menyebutkan pada beberapa Sekaa Teruna Teruni yang memiliki kinerja tinggi pada beberapa anggota namun kohesivitasnya rendah, hal tersebut terlihat pada saat pembuatan ogoh-ogoh hanya beberapa anggota laki-laki yang memiliki kemampuan dalam mengukir saja yang aktif (Vilayanti, 2016).

Hasil studi pendahuluan dengan OA menyebutkan perbedaan pendapat sering pula menjadi perpecahan antar anggota. Hal tersebut didukung oleh pernyataan ED dalam studi pendahuluan yang menyebutkan kesenjangan antara anggota laki-laki dan perempuan juga menjadi sumber perpecahan, misalnya ketika diselenggarakan kegiatan gotong royong, pembuatan penjor, persiapan penggalian dana anggota yang lebih banyak kehadirannya adalah anggota laki-laki dibandingkan anggota perempuan. Permasalahan pada anggota Sekaa Teruna-Teruni bersumber dari program kerja yang tidak jelas dan kurang menarik serta informasi tentang jadwal kegiatan yang kurang disampaikan dengan jelas sehingga menimbulkan ketidak kompakan anggota berdasarkan jumlah kehadiran yang sedikit (Vilayanti, 2016).

(14)

7 Berita dari media online Antara Bali menyebutkan bahwa kabupaten Badung merupakan kabupaten yang memiliki pendapatan daerah lebih tinggi dari kabupaten lainnya (Sutika, 2016), sehingga organisasi-organisasi di Kabupaten Badung sudah seharusnya mendapat fasilitas yang lengkap. Hal tersebut tampak pada pemerintah Kabupaten Badung berkomitmen untuk tetap melestarikan seni dan budaya yang ada. Hal yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung dalam memfasilitasi Sekaa Teruna-Teruni yaitu mendukung kreativitas Sekaa Teruna sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan di Kabupaten Badung. Bentuk dukungan pemerintah bagi Sekaa Teruna-Teruni di Badung yaitu memberikan bantuan materiil berupa sumbangan dalam pembuatan ogoh-ogoh sebesar lima belas juta rupiah. Sumbangan tersebut langsung diberikan kepada masing-masing Sekaa Teruna-Teruni dan diawasi pemakaiannya (Surya, 2017). Berita online yang dilansir dari Metro Bali menyebutkan bahwa pemerintah Kabupaten Badung juga mengadakan lomba ogoh-ogoh antar Sekaa Teruna di Kabupaten Badung yang bertujuan untuk memupuk tali persaudaraan dan mempererat rasa persatuan dan kesatuan Sekaa Teruna di Kabupaten Badung serta pemerintah kabupaten Badung juga memberikan hadiah sebagai apresiasi bagi Sekaa Terun-Teruni yang dapat membuat ogoh-ogoh yang memiliki nilai kreativitas tinggi (Antara, 2017).

Asumsinya adalah jika anggota Sekaa Teruna Teruni rasa komunitasnya tinggi maka kohesivitas kelompoknya juga tinggi. Jika komitmen anggota Sekaa Teruna-Teruni tinggi maka kohesivitas kelompoknya juga tinggi. Jadi untuk menyukseskan kegiatan Sekaa Teruna Teruni sangat diperlukan partisipasi dari semua anggotanya, namun tidak semua anggota aktif dalam kegiatan Sekaa Teruna Teruni. Banyak faktor yang menjadi latar belakang tidak aktifnya beberapa anggota, oleh karena itu perlu diteliti mengenai hubungan antara rasa komunitas dan komitmen organisasi dengan kohesivitas kelompok serta apakah

(15)

8 ketiga faktor ini juga melatarbelakangi keterlibatan anggota Sekaa Teruna-Teruni di Kabupten Badung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung dengan rasa komunitas dan komitmen organisasi.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan rasa komunitas dan komitmen organisasi secara bersama-sama dengan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung.

2. Mengetahui seberapa besar rasa komunitas dan komitmen organisasi secara bersama-sama dapat menjelaskan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung.

3. Mengetahui hubungan antara rasa komunitas dengan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung.

4. Mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni d Badung

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur psikologi sosial dan psikologi organisasi terkait dengan rasa komunitas di bidang psikologi sosial,

(16)

9 komitmen organisasi di bidang psikologi industri organisasi dan kohesivitas kelompok di bidang psikologi sosial dan psikologi industri organisasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki manfaat praktis untuk berbagai sisi, antara lain : a. Manfaat Bagi Remaja:

1) Melalui penelitian ini, remaja bisa menemukan wadah untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan mengasah soft skill remaja. 2) Remaja bisa mengetahui kegiatan-kegiatan positif yang terdapat di

Sekaa Teruna-Teruni sehingga remaja bisa lebih aktif lagi mengikuti kegiatan di Sekaa Teruna-Teruninya.

3) Remaja bisa mengetahui masalah-masalah yang terdapat pada Sekaa Teruna-Teruni sehingga nantinya dapat membantu anggota lainnya mencari solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut.

4) Bagi remaja yang belum masuk Sekaa Teruna-Teruni bisa mempelajari tentang masalah yang terjadi pada Sekaa Teruna-Teruni sehingga dapat menjadi cerminan saat bergabung dalam kelompok tersebut.

b. Manfaat Bagi Anggota Sekaa Teruna-Teruni:

1) Dapat mengetahui masalah-masalah yang terdapat pada kelompok Sekaa Teruna Teruni sehingga dapat menyadarkan para anggota Sekaa Teruna-Teruni akan pentingnya rasa memiliki suatu kelompok khususnya Sekaa Teruna Teruni.

2) Mendorong anggota yang sebelumnya kurang aktif untuk lebih aktif lagi dalam Sekaa Teruna-Teruninya.

3) Bersama-sama mencari solusi untuk tetap menjaga kekompakan, tanggung jawab, kekeluargaan, solidaritas dan sense of community.

(17)

10

c. Manfaat Bagi Orangtua:

Orangtua dapat mengetahui gambaran keaktifan remaja dalam Sekaa Teruna-Teruni sehingga dapat memantau secara langsung kegiatan anak-anaknya pada Sekaa Teruna-Teruni yang terdapat pada masing-masing banjar.

d. Manfaat Bagi Kepala Desa

Kepala desa sebagai pimpinan utama di suatu desa dapat mengetahui gambaran pelaksanaan kegiatan pada masing-masing Sekaa Teruna-Teruni sehingga kepala desa dapat menyusun program untuk lebih mengaktifkan Sekaa Teruni dan memantau langsung kegiatan Sekaa Teruna-Teruni.

e. Manfaat Bagi Pemerintah :

Pemerintah dapat mengetahui permasalahan dan kebutuhan dari Sekaa Teruna-Teruni, sehingga pemerintah bisa memberikan fasilitas untuk mengatasi kendala yang ditemui oleh Sekaa Teruna-Teruni.

E. Keaslian Penelitian

Ditemukan beberapa penelitian yang terkait dengan rasa komunitas, komitmen organisasi dan kohesivitas kelompok yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Trihapsari dan Nashori (2011), yang berjudul “Kohesivitas Kelompok dan Komitmen Organisasi pada Financial Advisor Asuransi “X” Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji hubungan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada Financial Advisor di agen

(18)

11 asuransi “X” Yogyakarta. Hipotesis yang digunakan ada hubungan positif antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sample yang diteliti merupakan sejumlah Financial Advisor di agen asuransi “X” Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini sample yang diteliti adalah anggota Sekaa Teruna-Teruni yang anggotanya terdiri dari usia 16 tahun sampai 22 tahun. Lokasi penelitian tersebut di Yogyakarta sedangkan penelitian ini di Badung. Terdapat perbedaan pada variabel terikat, yang mana di penelitian tersebut menggunakan komitmen organisasi pada variabel terikat dan penelitian ini menggunakan kohesivitas kelompok pada variabel terikat, rasa komunitas dan komitmen organisasi pada variabel bebas. Penelitian tersebut hanya menggunakan dua variabel sedangkan variabel ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi.

2. Penelitian yang kedua yang terkait dengan kohesivitas dan komitmen organisasi yaitu penelitian dari Purwaningtyastuti, Wismanto, dan Suharsono (2012) yang berjudul “Kohesivitas Kelompok Ditinjau dari Komitmen Terhadap Organisasi dan Kelompok Pekerjaan”. Penelitian tersebut menggunakan tiga variabel yaitu kohesivitas kelompok sebagai variabel terikat sedangkan komitemen organisasi dan kelompok pekerjaan sebagai variabel bebas. Perbedaan variabel terletak pada variabel bebas yang mana pada penelitian tersebut menggunakan kelompok pekerja sebagai variabel bebas sedangkan pada penelitian ini menggunakan rasa komunitas sebagai variabel bebas. Persamaan variabel terletak pada kohesivitas kelompok sebagai variabel terikat dan komitmen organisas sebagi variabel bebas. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komitmen terhadap organisasi

(19)

12 dan kelompok pekerjaan dengan kohesivitas kelompok. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara komitmen terhadap organisasi dengan kohesivitas kelompok dan ada perbedaan kohesivitas kelompok ditinjau dari kelompok pekerjaan (tenaga edukatif dan administrasi) di Universitas Semarang. Penelitian tersebut menggunakan tenaga edukatif dan administrasi sebagai subjek, sedangkan pada penelitian ini menggunakan subjek anggota Sekaa Teruna-Teruni. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi yang signifikan antara komitmen terhadap organisasi dengan kohesivitas kelompok dan tidak ada perbedaan kohesivitas antara kelompok pekerjaan di Universitas Semarang.

3. Penelitian ketiga yang berkaitan dengan kohesivitas kelompok dan komitmen organisasi yaitu penelitian dari Dwityanto dan Amalia (2013) yang berjudul “Hubungan antara Kohesivitas Kelompok dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada karyawan. Perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu penelitian tersebut menggunakan dua variabel sedangkan penelitian ini menggunakan tiga variabel. Perbedaan juga terletak pada variabel bebas dan variabel terikat yang mana penelitian tersebut menggunakan variabel kohesivitas kelompok pada variabel bebas dan komitmen organisasi pada variabel terikat. Subjek yang digunakan juga berbeda karena penelitian tersebut menggunakan karyawan, sedangkan penelitian ini menggunakan anggota Sekaa Teruna-Teruni di Badung.

4. Penelitian keempat tentang rasa komunitas yang berjudul “Hubungan antara Rasa Komunitas dengan Tingkat Kebosanan terhadap Rutinitas pada Siswa SMA Semesta Boarding School Semarang oleh Sekarwiri (2008). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasa komunitas dengan tingkat kebosanan pada

(20)

13 siswa SMA. Penelitian tersebut sama-sama menggunakan remaja sebagai subjek penelitian, namun terdapat perbedaan pada variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas sedangkan penelitian dari Sekarwini (2008) menggunakan satu variabel bebas yaitu rasa komunitas. Subjek yang digunakan pada penelitian Sekarwini (2008) yaitu remaja SMA di sekolah Boarding School Semarang, sedangkan penelitian ini menggunakan remaja anggota Sekaa Teruna-Teruni. Populasi penelitian tersebut juga berbeda dengan penelitian ini yaitu penelitian tersebut dilakukan di Semarang sedangkan penelitian ini dilakukan di Badung.

5. Pada penelitian yang kelima tentang sense of community yang berjudul “ Hubungan Antara Rasa Komunitas dengan Motivasi Kerja Pengurus Subak” yang diteliti oleh Prayoga dan Herdiyanto (2014). Peneltian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasa komunitas dengan motivasi kerja pengurus subak. Penelitian tersebut menggunakan satu variabel bebas sedangkan penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yang terdiri dari rasa komunitas dan komitmen organisasi. Kedua penelitian ini sama-sama dilakukan di Bali namun sasaran populasinya berbeda. Penelitian tersebut menyasar kelompok subak, sedangkan penelitian ini menyasar anggota Sekaa Teruna-Teruni. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara rasa komunitas dengan motivasi kerja pengurus subak.

Berdasarkan perbedaan penelitian tersebut maka penelitian ini akan meneliti mengenai hubungan antara rasa komunitas, komitmen organisasi dengan kohesivitas kelompok pada anggota Sekaa Teruna-Teruni. Fokus penelitian ini adalah melihat hubungan antara rasa komunitas, komitmen organisasi dengan kohesivitas kelompok pada populasi yang terdapat di Bali yaitu Sekaa Teruna Teruni. Peneliti memilih fokus Sekaa

(21)

14 Teruna - Teruni di Kabupaten Badung sebagai subjek penelitian mengingat saat ini Pemerintah Kabupaten Badung telah memfasilitasi dan mendukung setiap program Sekaa Teruna-Teruni serta setiap setiap banjar di Bali memiliki wadah untuk generasi muda mengembangkan bakat, kemampuan dan soft skill remaja, akan tetapi wadah dan fasilitas tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh anggotanya karena beberapa alasan tertentu.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Anastasia Inggrit Nur Widayanti (2013) dengan judul “Tingkat Kecemasan Primigravida Trimester III Menghadapi Persalinan di BPM Sang Timur Klaten Tahun 2013”

Dalam perhitungan mencari besarnya pengaruh strategi pemasaran dan kualitas sumber daya manusia terhadap minat anggota untuk menggunakan pembiayaan Murabahah di KJKS

Pengetahuan Tentang Kanker Servik dan Cakupan Vaksinasi Kanker Servik Pada Siswi SMA di Kabupaten Badung. Ni Luh Putu Suariyani, Ni Putu

Metode pemberdayaan masyarakat dengan modifikasi teknik penyuluhan dan stimulan terbukti efektif untuk merubah perilaku warga Dusun Gebang Sewu dengan kebiasaan BAB

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi serta masukan publik tersebut, terdapat beberapa masukan umum, antara lain adanya pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat

Hal ini menunjukkan bahwa populasi lalat buah yang terperangkap adalah lalat buah jantan karena perengkap yang digunakan adalah perangkap menarik lalat

2 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Kegiatan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2019 ... 3 Analisis Kebutuhan Penangan

.269 (&gt; .05), yang mengartikan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak sesuai dalam melihat pengaruh dari Leverage, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap