• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk

Proyeksi Mendatang

Armi Susandi1, Yoshida Aditiawarman1, Edison Kurniawan2, Ina Juaeni2,

1

Kelompok Keahlian Sains Atmosfer, Institut Teknologi Bandung

2

Pasca Sarjana Sains Kebumian, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132 Indonesia

Phone. +62–22 – 2500494 Fax. +62–22–2534139, Email: armi@geoph.itb.ac.id

ABSTRAK

Daerah khusus Ibukota (DKI) Jakarta adalah salah satu wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim yang terjadi. Peningkatan curah hujan yang berimplikasi pada kejadian banjir di DKI Jakarta adalah kejadian yang hampir setiap tahun terjadi. Kejadian peningkatan curah hujan ini diyakini sebagai salah satu implikasi perubahan iklim global yang terjadi di wilayah DKI Jakarta.

Penelitian ini mengkuantifikasi perubahan iklim yang terjadi di DKI Jakarta, yaitu perubahan iklim masa lalu (10 tahun sebelum tahun 2005) untuk komponen curah hujan dan temperatur. Selanjutnya akan diproyeksikan kemungkinan perubahan iklim mendatang. Perubahan iklim (curah hujan dan temperatur) 10 tahunan dirata-ratakan untuk perubahan tahunan dan selanjutnya hasil perhitungan ini akan dihitung untuk proyeksi kecenderungan perubahan temperatur untuk 30 tahun mendatang sampai dengan tahun 2035.

Kajian perubahan iklim di DKI Jakarta ini akan dapat memberikan gambaran tentang terjadinya perubahan iklim (temperatur dan curah hujan) dan lingkungan masa lalu dan sebagai masukan (penelitian bagian pertama) untuk penelitian mendatang tentang perubahan iklim di wilayah DKI Jakarta.

(2)

I. PENDAHULUAN

Perubahan iklim global menjadi isu penting yang terus bergulir dalam beberapa tahun terakhir ini. Perubahan iklim global telah dan akan terus terjadi sejalan dengan peningkatan aktifitas manusia yang mengkonsumsi energi, khususnya energi dari bahan bakar fosil. Ditambahkan, aktifitas deforestasi akan terus meningkatkan emisi karbon yang ada di atmosfer. Emisi karbon Indonesia didominasi oleh emisi dari bahan bakar fosil dan aktifitas deforestasi (Susandi and Tol, 2002). Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim (Melisa, 2006). Pada kurun waktu 1997-1998, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan kerusakan terumbu karang yang cukup parah karena berubahnya karakteristik El-Nino akibat pemanasan global. DKI Jakarta, merupakan salah satu wilayah yang sampai saat ini mempunyai kecenderungan terjadinya peningkatan curah hujan dari tahun ke tahun. Kejadian peningkatan curah hujan ini diyakini sebagai salah satu akibat perubahan iklim global yang terjadi di wilayah DKI Jakarta.

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta adalah salah satu wilayah yang sangat rentan terhadap peningkatan curah hujan terutama kejadian banjir yang hampir terjadi setiap tahun terjadi. Termasuk di dalamnya bagaimana dampak perubahan iklim terhadap perubahan garis pantai (LPM, 1997). Selanjutnya kejadian berbagai penyakit akan muncul yang dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca yang terjadi pada daerah tersebut. Salah satu penyakit yang terjadi di DKI Jakarta yang dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca adalah malaria, deman berdarah dan lain sebagainya.

Dengan tidak adanya pengetahuan dan informasi tentang tingkat curah hujan serta perubahan temperatur di wilayah Jakarta masa lalu, akan menyulitkan untuk mengenal kemungkinan dan kecenderungan perubahan iklim mendatang di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian bagian pertama dari penelitian kecenderungan (proyeksi) perubahan iklim masa mendatang untuk jangka waktu 30 tahun ke depan di wilayah DKI Jakarta.

2. METODOLOGI

2.1. Seleksi dan Pengumpulan Data

Tahap paling awal pengerjaan penelitian ini adalah mengumpulkan data klimatologi dan data satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) (Gambar 1) untuk daerah Jakarta selama 10 tahun. Data klimatologi berupa data curah hujan dan temperatur permukaan bulanan. Data TRMM digunakan sebagai pembanding nilai data klimatologi secara spasial.

(3)

Gambar 1. Contoh data satelit TRMM untuk layer hujan permukaan (Surface Rain).

Dari data-data tersebut diambil data bulanan untuk masing-masing musim setiap tahunnya. Dalam kasus ini setiap tahunnya dibagi menjadi empat musim, yaitu musim hujan (Desember), musim peralihan hujan-kering (Maret), musim kering (Juni), dan musim peralihan kering-hujan (September).

Selain kedua data diatas, diperlukan juga data digital peta daerah Jakarta yang dilengkapi dengan titik-titik lokasi stasiun pengamatan meteorologi. Untuk mewakili Jakarta dan sekitarnya diperoleh 5 titik stasiun pengamatan (Tabel 1), yaitu:

Tabel 1. Titik lokasi pengamatan meteorologi.

No. Nama Stasiun Longitude Latitude

1. Darmaga 106° 44' 58.5" - 06° 33' 10.9" 2. Pondok Betung 106° 45' 00" - 06° 15' 20.8" 3. Tanjung Priok 106° 52' 00" - 06° 06' 00" 4. Cengkareng 106° 39' 28.29" - 06° 07' 32.65" 5. Kemayoran 106° 51' 00" - 06° 09' 00"

(4)

Gambar 2. Peta digital Jakarta disertai titik-titik pengamatan meteorologi.

Dari lima titik pengamatan tersebut kemudian diplot pada peta digital Jakarta menurut koordinat masing-masing titik. Hasil plot (Gambar 2) ini digunakan sebagai base map untuk menganalisis data klimatologi secara spasial.

2.2. Interpolasi Data dan Plotting Secara Spasial

Setiap titik pengamatan tersebut memiliki nilai curah hujan dan temperatur permukaan, namun untuk plot yang memenuhi batas-batas Jakarta dan sekitarnya diperlukan interpolasi spasial. Interpolasi yang digunakan adalah dengan metode Kriging dimana metode ini merupakan interpolasi dengan membentuk grid secara geostatistik. Metode Point Kriging melakukan estimasi suatu nilai dari sebuah titik pada tiap-tiap grid dengan memperhatikan nilai dari sebuah titik yang memiliki nilai sebenarnya.

(5)

No. Nama Stasiun Curah hujan (mm) Temperatur (oC) 1. Darmaga 399.3 25.81 2. Pondok Betung 143.3 27.14 3. Tanjung Priok 59.7 28.45 4. Cengkareng 79.2 27.36 5. Kemayoran 170.3 28.35

Dari kelima data tiap-tiap titik tersebut kemudian dibentuk grid (Gambar 3) dengan nilai yang terinterpolasi menggunakan metode Point Kriging. Grid yang dibentuk adalah 47 titik ke arah X dan 100 titik ke arah Y dengan batas-batas koordinat geometri 106.6411606 oBT - 107.0532046

o

BT dan 6.56644240 oLS - 5.91828309 oLS.

(6)

Gambar 4. Pola penyebaran curah hujan terinterpolasi Juni 1998

Setelah diperoleh hasil grid yang terinterpolasi maka langkah selanjutnya adalah memplot pada peta digital Jakarta agar terlihat penyebaran curah hujan untuk di sekitar Jakarta. Dengan disertai pewarnaan Pseudo (biru-hijau-merah) dan scalebar maka peta pola penyebaran curah hujan di sekitar Jakarta dapat terlihat dengan jelas dan lebih mudah dimengerti (Gambar 4).

Cara yang sama dapat dilakukan juga untuk melihat pola penyebaran curah hujan pada musim-musim lainnya selama 10 tahun, demikian juga dengan pola penyebaran temperatur permukaan selama 10 tahun.

3. PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH DKI JAKARTA

Bagian ini memperlihatkan gambaran perubahan iklim di wilayah DKI Jakarta. Parameter perubahan iklim yang dikaji dalam penelitian ini adalah perubahan temperatur dan curah hujan selama 10 tahun dari data tahun 1996 – 2005.

(7)

1996 1997 1998 1999 2000

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 5. Perubahan Temperatur Musim Peralihan Hujan-Kering (Maret)Tahun 1996-2005

1996 1997 1998 1999 2000

2001 2002 2003 2004 2005

(8)

1996 1997 1998 1999 2000

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 7. Perubahan Temperatur Musim Peralihan Kering-Hujan (September)

Tahun 1996-2005

1996 1997 1998 1999 2000

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 8. Perubahan Temperatur Musim hujan (Desember) Tahun 1996-2005

Pada Gambar 5, 6, 7, dan 8 diperlihatkan pola perubahan temperatur secara spasial untuk bulan Maret, Juni, September, dan Desember data temperatur tahun 1996 sampai dengan 2005. Untuk melihat perubahan iklim di Jakarta dan sekitarnya maka perlu dilihat perubahan temperatur permukaan selama 10 tahun. Dengan melihat perbedaan nilai curah hujan dan temperatur di tiap-tiap titik pengamatan meteorologi selama 10 tahun maka dapat diperoleh indeks perubahannya. Tabel 3 memperlihatkan perubahan nilai temperatur permukaan (o C) selama 1996 sampai 2005 disajikan dalam Tabel 3.

(9)

Stasiun Mar Jun Sep Dec Darmaga 0.46 0.13 0.57 0.80 Pd.Betung 0.78 -1.22 0.89 0.59 Tj.Priok 1.03 -0.06 0.65 0.93 Cengkareng 1.92 1.00 1.86 1.83 Kemayoran -0.75 0.51 1.40 0.97

Terlihat bahwa di daerah Kemayoran dan Cengkareng terdapat anomali (perubahan) temperatur yang cukup tinggi, sebagaimana diperkirakan juga oleh Suroso (2004).

Pengamatan perubahan iklim untuk parameter curah hujan dilakukan pengolahan data yang sama sehingga didapatkan perubahan nilai curah hujan selama 10 tahun (1996-2005) seperti diperlihatkan oleh Tabel 4.

Tabel 4. Perubahan nilai curah hujan (mm) selama 1996 sampai 2005.

Stasiun Mar Jun Sep Dec

Darmaga 175.3 543.6 -22.5 68.1 Pd.Betung -8.4 223.1 -136.3 -152.6

Tj.Priok -86.4 95.3 -45.8 -100.3

Cengkareng 97 104.5 -42.7 -11.2 Kemayoran 223.3 42 -250.2 -351

Terlihat bahwa anomali curah hujan cukup besar terdapat pada daerah Kemayoran pada bulan Maret, tetapi pada bulan Desember, anomali negatif terdapat pada lokasi ini, sehingga curah hujannya jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Anomali curah hujan terbesar terdapat di Daerah Darmaga yaitu sebesar 543 mm sehingga di yakini curah hujan akan lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya dan daerah ini berpotensi terjadinya banjir (Agus dan Wahyunto, 2003), sedangkan pada bulan September terdapat anomali negatif pada lokasi tersebut.

4. PENELITIAN LANJUTAN

Penelitian ini merupakan penelitian bagian pertama dari kajian perubahan iklim di Jakarta. Selanjutnya hasil kajian perubahan iklim masa lalu ini akan dilakukan perhitungan kecenderungan perubahan iklim untuk periode 30 tahun mendatang di wilayah Jakarta. Perubahan yang akan di kaji adalah perubahan temperatur dan curah hujan dari tahun 2010

(10)

sampai dengan 2035. Diharapan penelitian lanjutan dapat menghasilkan upaya pengelolaan bencana iklim di Indonesia (Winarso, 2003)

TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Bayong Tjasyono HK Ketua Kelompok Keahlian Sains Atmosfer atas sumbangan pemikiran dan ide, selanjut penulis menyampaikan penghargaan kepada Dr. Tri Wahyu Hadi dalam inisialisasi pengembangan penelitian ini. Penelitian ini dibiayai oleh Riset Fakultas ITB dengan Nomor perjanjian: 0004/K01.03.2/PL2.1.5/I/2006.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agus, Fahmuddin and Wahyunto, 2003. Evaluation of Flood Mitigating Function of Several Land Use Systems in Selected Areas of West Java, Indonesia. Presented at Japan/OECD Expert Meeting on Land Conservation Indicators, 13-15 May, 2003.

[2] LPM-ITB, 1997. Studi Pertumbuhan Pantai Purba dan Perkembangan Pembangunan (Pantura) DKI Jakarta, Laporan Akhir.

[3] Melisa, E, 2006. Efek Rumah Kaca, Perubahan Iklim dan Pemanasan Global. Climate and Energy Programme, WWF Indonesia.

[4] Susandi, A. and R. S. J. tol, 2002, Impact of International Climate Policy on Indonesia,

Pacific and Asian Journal of Energy 12 (2): 111-121.

[5] Suroso, 2004. Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, 2004, Suara Pembaharuan. [6] Winarso, P. A, 2003, Pengelolaan Bencana Cuaca dan Iklim untuk masa mendatang. KLH,

Gambar

Gambar 1. Contoh data satelit TRMM untuk layer hujan permukaan (Surface Rain).
Gambar 2. Peta digital Jakarta disertai titik-titik pengamatan meteorologi.
Gambar 3. Grid yang terinterpolasi (Curah hujan Juni 1998)
Gambar 4. Pola penyebaran curah hujan terinterpolasi Juni 1998
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tabung induksi dengan variasi volume 125 cc, 150 cc, 175 cc, dan 200 cc terhadap prestasi mesin motor empat

Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas asimetri informasi (AdjSpread) terhadap variabel terikat manajemen laba (discretionary accruals)

Gangguan campuran anxietas dan depresif ini mencakup pasien yang memiliki gejala kecemasan dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan

Dalam jual beli murabahah, BPR Syariah Rossa tidak menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah, akan tetapi BPR Syariah Rossa mewakilkan kepada nasabah itu sendiri untuk

Kepulauan Tanimbar dan kepulauan Kai oleh Van Bemmelen dimasukkan busur luar, Vestappen memasukkan kedalam palung depan dengan alasan bahwa Tanimbar-Kai terletak diantara atau

Agar dapat mengolah data-data transaksi dengan baik maka dibutuhkan program yang dapat menampilkan data-data transaksi periksa, rekam medik, dan pembayaran dimana

Al-kafalah berasal dari kata ــــــُـ لــــفك (menanggung) merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban

Adanya pengaruh secara simultan yang cukup besar dari faktor-faktor kons- truk diri saling ketergantungan, tingkat pendidikan dan lingkungan pembelajaran