QALAM: Jurnal Pendidikan Islam
JURUSAN TARBIYAH - STAI SUFYAN TSAURI MAJENANG https://ejournal.stais.ac.id/index.php/qlm
SK E.ISSN No.: 0005.27458245/K.4/SK.ISSN/2020.09 || P.ISSN No. 0005.2745844X/K.4/SK.ISSN/2020.09
KONSEPSI DAN PRAKTIK
PENDIDIKAN PRANATAL DALAM ISLAM
Sarno Hanipudin, Nur Alfiati,
STAI Sufyan Tsauri Majenang, [email protected]
Diterima tanggal: 3 April 2021 Dipublis tanggal: 25 Mei 2020
Abstract: This study examines the concepts and practices of prenatal education in Islam, this article tries to explore the richness of Islamic science contained in nash and the opinions of Muslim scholars about prenatal education. So that the results of this study can at least add islamic insights about prenatal education as well as alternative solutions of reference sources for educational practitioners who have so far been dominant in using Western references. This research is a library research that is a pure literature research. Data collection in this study uses documentation methods that look for data on things or variables in the form of notes such as books, magazines, documents, articles, words, daily minutes, meeting notes and so on.
Keywords: Pranatal Education, Islam.
Abstrak: Penelitian ini mengkaji tentang konsep dan praktik pendidikan pranatal dalam Islam, artikel ini mencoba untuk mengeksplorasi kekayaan keilmuan Islam yang tertuang dalam
nash dan pendapat-pendapat cendekiawan muslim tentang pendidikan pranatal. Sehingga
hasil dari kajian ini setidaknya dapat menambah wawasan keislaman tentang pendidikan pranatal sekaligus solusi alternatif sumber referensi bagi praktisi pendidikan yang sejauh ini masih dominan menggunakan referensi Barat. Penelitian ini adalah library research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan seperti buku-buku, majalah, dokumen, artikel, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan rapat dan sebagainya.
Kata Kunci: Pendidikan Pranatal, Islam.
A. Pendahuluan
Pendidikan anak sebagai amanat yang diemban terutama oleh orang tua, memang menuntut eksplorasi kreatifitas dan inovasi yang tak kenal henti. Dunia terus berkembang dalam skala kemajuan yang tak terprediksi. Maka mendidik anakpun bermakna menyiapkan untuk sebuah masa yang lebih maju optimal mungkin. Karena itu paradigma dalam mendidik anak cenderung pada bagaimana olah potensi anak dapat berlangsung seoptimal mungkin, sekaligus sedini mungkin sebab waktu sangatlah berharga dalam upaya melahirkan sumberdaya
manusia unggul (Nur Islam, 2004: 11). Islam telah memberikan dasar-dasar pendidikan bagi manusia dengan sangat dalam, luas, komplek dan universal mencakup berbagai aspek, mulai aspek spiritual, intelektual dan imajinasi (Hanipudin, 2019: 47).
Orientasi utama dalam melaksanakan pendidikan dalam Islam secara umum adalah usaha untuk mencari ridha Allah swt, usaha mencapai surga-Nya, yaitu usaha mencari keselamatan dari api neraka serta mengharap pahala dan balasan-Nya. Oleh karena itu, pintu atau jenjang pendidikan dalam Islam bagi manusia begitu luas dan panjang, yaitu mulai sejak permulaan proses Nuthfah (sperma) dilepaskan dan bertemu dengan sel telur (ovum), serta terjadinya pembuahan (ovulasi) yang kemudian tumbuh menjadi janin kemudian hidup sampai akhir hayatnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad saw, yang artinya: “Tuntutlah ilmu mulai sejak masa Al-Mahdi hingga liang lahat (Al - Hadist)”. (Nur Islam, 2004: 14).
Namun demikian sudah tentu pendidikan dan latihan itu harus memenuhi persyaratan edukatif pada jenjang pendidikan anak pra-lahir dan tidak mengakibatkan kesalahan yang fatal bagi perkembangan fisik dan psikis anak pralahir. Awal dari sebuah pendidikan adalah menyampaikan ajaran dan membentuk perilaku yang secara praktis dilakukan dengan membuat peraturan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang merupakan sebuah organisasi terkecil di dunia (Ardiyanto, 2020: 10). Begitu pentingnya pendidikan anak dalam kandungan, oleh sebab itu pendidikan dalam kandungan harus diperhatikan oleh kedua orangtuanya terutama ibu yang sedang mengandungnya. Sebab pendidikan anak dalam kandungan, ibu merupakan awal mula berperannya pendidikan bagi seorang manusia, sebab peletak pondasi bagi pendidikan pada tahap berikutnya.
Mendidik dan mengajarkan anak bukanlah perkara yang mudah dan bukan pekerjaan yang bisa dikerjakan. Mendidik dan mengajar anak merupakan kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua orang tua (Nashori, 2005: 131).Sebagaimana dalam Q.S. At-Tahrim: 6:
اَهُّي
أَٰٓ َي
َ
ٱ
َنيِ
لَّ
ذ
اَهُدوُقَو اٗراَن ۡمُكيِلۡه
َ
أَو ۡمُك َسُفن
َ
أ ْآوُق ْاوُنَماَء
ٱ
ُساذلن
َو
ٱ
ُةَراَجِ
لۡ
ۡ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.
Dalam hal ini penulis memandang bahwa sebagai orangtua sebaiknya dapat memformulasikan keyakinan tersebut dalam kehidupan anak-anaknya kelak. Hal mendasar yang dapat dilakukan adalah dengan memberi contoh kebiasaan-kebiasaan beribadah kepada
anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang dalam kandungannya, dalam rangka membentuk kebiasaan aktif beribadah secara kontinu, maka akan lahirlah anak yang tumbuh dan berkembang dalam suasana keaktifan serta sensitif terhadap pelaksanaan menjalankan perintah perintah Allah (Nur Islam, 2004: 17).
Berdasar uraian diatas, maka membahas kembali tentang pendidikan pranatal menjadi hal yang menarik. Selain dari tema pendidikan pranatal masih didominasi oleh pengetahuan dari luar Islam, juga karena sudah banyaknya pemikir-pemikir Islam yang konsen terhadap pendidikan pranatal. Selain dari itu, artikel ini mencoba mengulas dan mengkaji kembali tentang pendidikan prenatal dalam Islam, sebagai agama dan sumber kepercayaan.
B. Pembahasan
1. Tahapan Pembentukan
Secara fisik proses penciptaan manusia berjalan secara bertahap, yaitu yang semula dari tanah yang pada akhirnnya menjadi manusia. Namun tidak semua manusia diciptakan dengan proses yang sama karena ada beberapa manusia yang diciptakan dengan proses yang berbeda.
a. Proses Penciptaan Manusia atau Fase Permulaan
Dalam al-Qur’an, Allah swt, menyatakan bahwa manusia tercipta dari susunan dua unsur bahan pokok yaitu materi dan ruh. Unsur materi atau material terdiri yang di sebut ‘turab’ bahan inilah merupakan bahan dasar manusia secara jasmaniah. Kemudian dari turab menjadi tanah kemudian menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk kemudian menjadi tanah kering lalu Allah menciptakan dan memasukannya ruh kedalamnya. Manusia pertama ini dipanggil dengan sebutan ‘Adam’. Setelah manusia pertama diciptakan dengan baik dan indah, Allah kemudian menciptakan lagi manusia periode kedua sebagai manusia pendamping yang diberi nama ‘Hawa’. Bahan baku yang kedua ini berasal dari tulang rusuk Adam.
b. Proses Penciptaan Manusia atau Fase Lanjutan
Setelah selesai penciptaan manusia yaitu manusia fase pertama dan kedua, kemudian Allah menciptakan manusia fase ketiga atau selanjutnya. Dalam Al-Qur’an dinyatakan dengan tegas dan terang bahwa proses penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa adalah melalui reproduksi dalam rahim sang ibu.
c. Tahap Akumulasi Anasir Kimiawi Biologis dari Sari Pati Tanah
Pada fase ini manusia belum mempunyai bentuk dan nama apapun, akan tetapi ia merupakan rangkaian waktu yang tak terhitung masanya kecuali sesuai dengan ketetapan dan takdir Allah (Nur Islam, 2004: 35). Pada fase ini dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya yaitu:
1) Tahap Air Mani (Sperma)
Dalam Al-Qur’an di sebut sebagai ‘nuthfah’, Adanya air mani ini disebabkan suatu proses aktifitas interaksi biologis antara laki-laki dan perempuan atau suami istri dimana mereka berhubungan biologis yang akhirnya memancarkan air sperma dan masuk kedalam rahim wanita. Air sperma yang terbuang sia-sia tanpa ada guna dan manfaat disebut nuthfah min maain mahin.
2) Tahap Pertemuan Sperma Laki-Laki dan ovum Perempuan
Dalam AI-Qur’an proses ini di katakan sebagai proses nuthfah amsyaj, pencampuran sperma dan ovum yang masing-masing memiliki 46 kromoson.
3) Tahap Alaqatan
Kemudian ovum yang sudah dibuahi itu menjadi berkembang banyak dengan cara pembuahan. Jumlah selnya semakin lama semakin bertambah, kemudian ovum tersebut dibuahi dan menempel pada dinding rahim. Kata alaqah secara bahasa berarti segumpal darah. Proses ini terjadi hingga akhir minggu kedua.
4) Tahap Mughatan
Setelah proses alaqah, yaitu seperma sampai di dinding rahim, selaput janinpun mulai terbentuk, kemudian terentanglah tali pusar yang menghubungkan bakal janin dengan si ibu. Pada tahap konsepsi terjadi, sel-sel yang berkembang bergetar hingga ke jantung si ibu.
5) Tahap Izaman
Pada tahap atau fase ini ditandai dengan adanya organ-organ utama bayi dan otak yang telah terbentuk, contohnya struktur mata, otot-otot mulai mengembang dan jari-jemari kaki mulai terbentuk, jantung bayi pun dapat berdenyut.
6) Tahap Lahman
Setelah proses izam berlangsung menuju kesempurnaan, pembungkus organ-organ tubuh mulai mencapai keserasian dan berkembang dan memasuki fase lahman.
Pada fase ini jenis kelamin bayi mulai terlihat. Pada tahap ini juga dapat diartikan sebagai kulit ketuban atau Amnion Stage, yaitu suatu selaput pembungkus janin.
7) Tahap Khalagan Akhar
Tahap ini di mana penciptaan atau pembentukan telah sempurna. Yaitu janin sudah tampak seperti bayi struktur tubuhnya sempurna. Bagian syaraf otak yang berhubungan dengan pancaindra penciuman telah berkembang sempurna. Pada fase ini bayi sudah memiliki jadwal waktu khusus, seperti waktu tidur dan terjaga. Keserasian dan keseimbangan disebut juga sawwa, yang maksudnya adalah proses pembentukan dan perkembangan penciptaan wujud anak manusia telah mencapai titik kesempurnaan sebagai individu yang mempunyai hak-hak asasi.
2. Prinsip Pendidikan Pranatal
Ada delapan prinsip dasar yang membentuk fondasi filosofi dan sekaligus prosedur program dan langkah-langkah kegiatan pendidikan sebelum lahir yaitu:
a. Prinsip Cinta Kasih Sayang dan Kerjasama
Salah satu di antara kebutuhan ensensial manusia secara psikis adalah cinta, kasih dan sayang. Demikian yang sama menjadi unsur perekat dalam mengikat hubungan yang harmonis antara seorang istri dan suami. Adanya rasa saling kasih, cinta dan sayang akan dapat memberikan dampak positif bagi keduanya. Dalam melaksanakan pendidikan anak dalam kandungan suami harus mengasihi dan menyayangi istrinya yang sedang mengandung. Karena akan membuat istri merasa senang, tentram, aman, tenang, dan bahagia. Selain itu kondisi tersebut menciptakan kedamaian dan kerukunan dalam rumah tangga.
Keadaan ini dengan sendirinya akan menghasilkan kerjasama yang baik menjadi sarana untuk memudahkan melakukan aplikasi program pendidikan pralahir yang lebih efektif dan efisien. Program pendidikan pralahir, baik melalui stimulasi edukatif atau melalui latihan-latihan pendidikan yang di mulai dengan nilai-nilai rasa cintakasih dan sayang, serta kerja sama yang harmonis antara keduanya akan sangat membantu bagi anak pralahir untuk belajar memberikan dan menerima kasih sayang dan kerja sama di antara mereka.
b. Prinsip Tauhidiyah
Setiap manusia memiliki keyakinan adanya zat yang Maha Agung, keyakinan ini merupakan potensi asli dan mendasar pada manusia mulai sejak dalam kandungan.
Dalam melakukan stimulasi edukatif atau latihan-latihan pendidikannya, orang tua harus memberi nuansa tauhidiyah. Dengan prinsip ini anak dalam kandungan nantinya akan menjadi manusia yang beriman, beragama dan bertakwa kepada Allah swt.
c. Prinsip Ibadah
Ibadah merupakan salah satu tugas kekhalifahan manusia di bumi ini. Tugas ini merupakan tugas inti dari semua tugas yang diwajibkan Allah kepada manusia. Ada dua jenis kelompok jenis makhluk yang seruannya lebih kuat untuk melakukan ibadah-ibadah yaitu manusia adalah bangsa jin. Namun bangsa manusia lebih kuat, karena manusia diberi alat-alat indrawi yang lengkap dan maksimal. Dengan melaksanakan ibadah kepada Allah swt, berarti kemanusiaannya akan terlihat dan dapat diperhitungkan keberadaanya baik di dunia maupun di akhirat. Sebagai orang tua yang memegang prinsip ajaran Islam, sebaiknya dapat memformulasikan keyakinannya itu dalam kehidupan anak-anaknya kelak. Hal mendasar yang dapat dilakukannya yaitu deengan memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan beribadah bagi anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang dalam kandungannya. Dengan pola yang dilakukannya sejak dini dalam rangka membentuk kebiasaan aktif beribadah secara kontinu, maka akan lahirlah anak yang tumbuh dan berkembang dalam suasana keaktifan serta sensitif terhadap pelaksanaan menjalankan perintah-perintah Allah.
d. Prinsip Akhlak dan Kebiasaan Baik
Tema sentral yang menjadi pokok ajaran perjuangan dan dakwah Nabi Muhammad saw, selama dua periode mekah dan madinah adalah penyempurnaan akhlak manusia seluruh alam baik yang bertalian dengan akidah sya’riah, muamalah dan lainnya.
Kesempatan akhlak bagi sifat manusia menjadi syarat utama untuk pengemban yang baik terhadap amanat pengelolaan dan kepengurusan di muka bumi ini. Anak dalam kandungan merupakan salah satu bagian calon penghuni bumi yang akan menerima tugas dan amanat yang telah di bebankan kepada Rasulullah saw dan umatnya. Untuk mencapai sifat-sifat kesempurnaan akhlak ini hendaklah orang tuanya memberikan contoh-contoh positif bagi anak-anaknya, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
e. Prinsip Kecerdasan dan Ilmiah
Latihan-latihan pendidikan anak pralahir merupakan sensasi dan stimulasi untuk menarik minat anak dalam kandungan. Wujud sederhana dari keberhasilan pendidikan ini adalah adanya kemampuan untuk merespon sesuatu yang dipahaminya sebelum
kelahirannya. Dengan membiasakan langkah-langkah sederhana dalam berbagai materi yang dapat memberikan sensasi atau stimulasi dimana bayi dalam kandungan dapat menjawab atau merespon, diharap anak dalam kandungan dapat lebih banyak menerima dan meningkatkan minat dan keterampilan pada hal-hal yang baru. Keadaan tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan daya kecerdasan otak dan sensitif terhadap suasana ilmiah anak sebelum lahir.
f. Prinsip Stimulasi Pralahir
Ketika umur kandungan telah mencapai lima bulan atau dua puluh minggu maka instrumen indra anak dalam kandungan sudah potensial menerima stimulasi dan sensasi dari luar rahim, seperti indra peraba bayi sudah merasakan sentuhan dan rabaan orang tuanya. Dengan latihan pendidikan pralahir berarti memberikan sistematis bagi otak dan perkembangan syaraf bayi sebelum dilahirkan.
3. Materi Pendidikan Pranatal dalam Islam
Materi pembelajaran bagi anak dalam kandungan sangat bergantung pada tingkat potensi kemampuan dan latar belakang orang tuanya. Hal ini akan terefleksikan dalam hal mengarahkan dan mendidik anak dalam kandungan. Oleh karenannya, muatan materi pembelajaran ini bisa sederhana atau bahkan banyak sekali meliputi berbagai aspek bidang pelajaran. Materi pembelajaran pranatal menurut Ubes Nur Islam (2004: 68) tersebut antara lain:
a. Doa
Doa merupakan instrument yang sangat ampuh untuk mengantarkan kesuksesan sebuah perbuatan. Hal ini dikarenakan segala sesuatu upaya pada akhirnya hanya Allah-lah yang berhak menentukan hasilnya. Bagi seorang muslim, berdoa berarti senantiasa menumbuhkan semangat dan optimisme untuk meraih cita-cita dan saat yang bersamaan membuka pintu hati untuk menggantungkan sepenuh hati akan sebuah akhir yang baik disisi Allah.
Materi doa ini terbagi pada tiga tahapan, antara lain sebagai berikut: 1. Doa pada saat menanam benih sperma dan ovum.
2. Doa ketika akan bergaul dan berhubungan biologis antara suami dan istri. 3. Doa ingin dikaruniai seorang anak atau keturunan yang baik.
4. Doa, shalat, dan dzikir.
6. Doa ingin dikaruniai seorang anak.
7. Doa ingin dikaruniai anak yang baik dan teladan bagi umat. 8. Doa ingin diberi keturunan yang berbakti kepada Allah. 9. Doa saat nuthfah telah menjadi janin
10. Doa diberi keturunan yang baik dan berguna bagi bangsa dan Agama. 11. Doa diberi keturunan yang berbakti pada orang tua.
12. Doa dikaruniai anak yang taat kepada Allah. b. Praktek Ibadah Shalat
Ibadah shalat merupakan ibadah madhah. Ada dua jenis ibadah yaitu ibadah wajib dan sunnah. Keduanya bisa dijadikan materi pelajaran pokok bagi anak dalam kandungan. Praktik ibadah ini hanya dilakukan pada saat bayi sudah nyata, yaitu saat periode ‘fetus’ atau ‘mughdhah’ hingga detik-detik kelahirannya. Anak dalam kandungan direspons untuk melakukan praktik ibada, agar terbiasa atau terlatih pada kondisi psikologis (nuansa) lingkungan yang aktif dan sensitif serta gemar pada amaliah ibadah yang wajib dan sunah. Daalam kaitannya dengan upaya mendidik anak dalam kandungan, beribadah merupakan metode yang sangat relevan. Dengan beribadah, misalnya mendirikan shalat ibu yang sedang menandung dengan sendirinya membina lingkungan agamawi yang baik didalam rumah tangganya. Lingkungan semacam itu dengan sendirinya menjadi suatu rangsangan edukatif yang sangat positif Islami bagi anak yang dikandung ibunya.
c. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, berinteraksi antara seseorang atau kelompok dengan yang lainnya. Bahkan dengan bahasa manusia dapat melakukan sosialisasi eksistensi dirinya ketingkat peradaban yang tinggi. Bahasa sangat penting sekali bagi semua orang. Bahwa anak dalam kandungan belum bisa berbicara, tapi konsep dari suatu kata yang diucapkan orang tuanya dapat didengarnya dan dapat diterima secara baik dengan tingkat penerimaan yang mendasar sekali. Belajar bahasa bagi anak dalam kandungan adalah belajar konsep kata-kata sederhana dan mudah di mengerti oleh anak dalam kandungan hanya kata-kata utama yang memiliki konsekuensi fenomenologis sebagaimana yang dipahami dan dialaminya.
Bagi umat Islam Al-Qur’an adalah imam yang harus diikuti. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup dan Al-Hadist adalah keduanya. Anak dalam kandungan direspon untuk mendengarkan bacaan-bacaan Al-Qur’an agar anak dalam kandungan terbina dan terlatih pada kondisi suasana keislaman atau bersifat Qu’rani, atau menimbulkan kecintaan pada materi Al-Quran dan Hadist Dan setelah itu akan menjadi anak yang tumbuh berkembang dengan baik.
e. Akhlak
Salah satu hakikat kesempurnaan manusia itu dilihat dari nilai akhlak atau moralmya. Dan inilah cita-cita nabi Muhamad SAW. Penanaman akhlak harus dilakukan sendini mungkin, bahkan sejak dalam kandungan. Pemberian pendidikan akhlak bagi anak dalam kandungan, berarti segala konsekuensi aktifitas yang dilakukan oleh ibunya dalam menjalankan hubungan timbal balik antara ibu dan orang lain dengan hubungan yangn baik dan upaya untuk melakukan perbaikan. Dengan menjaga dan mempertahankan untuk tetap berakhlak akan memberikan pengaruh yang besar pada sisi mental dan kepribadian bayi dalam kandungan.
f. Akidah dan Tauhid
Keyakinan dan bertauhid yang benar hanya pada nilai dan sumber dari ajaran Islam, yaitu bertauhid kepada Allah swt. Anak dalam kandungan telah menyadari keyakinan tauhid ini dengan pertolongan cahaya ilahiyah langsung dari Allah. Patuh dan tunduk pada ketetapan-ketetapan atau takdir Allah selama dalam kandungan ibunya. Oleh karenanya keadaan tauhidiyah dan imaniyah pada diri anak tersebut harus dipertahankan dan dijaga dengan memupuk nilai-nilai tauhid yang benar oleh orang tuannya dengan melakukan pendidikan atau latihan pralahir.
g. Syariah
Peraturan dan hukum-hukum Islam secara umum disebut syari’ah, dan secara khusus adalah hukum-hukum amaliah umat muslim yang termodifikasi dalam hukum fikih Islam, yang terkait dengan berbagai aktifitas amaliah, ibadah maupun mahdlah maupun ghairu madhah. Hukum-hukum Islam baik yang amaliah, maupun i’tiqadiyah dapat di jadikan materi pelajaran bagi anak dalam kandungannya.
h. Pembelajaran Agama Islam, Sejarah Islam dan Ilmu Pengetahuan
Sumber bidang studi atau materi-matrri pembelajaran yang diajarkan atau dipraktekan dalam kurikulum pendidikan agama Islam dapat dijadikan bahan-bahan
materi pembelajaran bagi anak dalam kandungan. Caranya semua pembelajaran tersebut dipelajari dan dipahami oleh ibunya. Selain itu ciptakan suasana atau kondisi ditempat dimana antara ibu dan anak dalam kandungan saling merasakan kenyamanan untuk melakukan pembelajaran tersebut. Pembelajaran agama Islam, sejarah Islam dan ilmu pengetahuan sangat kandungan. Pembelajaran agama islam berorientasi pada bidang keagamaan atau amaliah agama.
i. Memahami Kebutuhan Anak
Perlu dipahami bahwa kebutuhan annak tidak hanya sebatas kebutuhan sandang, pangan atau papan akan tetapi ada kebutuhan yang tidak kalah pentingnya selain kebutuhan primer tersebut. Apabila kebutuhan ini terpenuhi maka bisa berakibat buruk dalam perkembangan selanjutnya.
Ada beberapa kebutuhan anak yang terabaikan karena kebutuhan tersebut tidak tampak, apalagi jika orang tuanya sibuk dengan aktifitas kariernya. Akan tetapi dengan berbagai acuan. Setidaknya orang tua bisa memperkirakan aneka bentuk kasih sayang dan kadar yang pas untuk memberikannya. Berikut ini beberapa kadar dalam menentukan kasih sayang pada seorang anak sebagaimana menurut Maimunah Hasan (2013: 150) yaitu:
1) Dalam Kandungan
Anak belum bisa berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung, akan tetapi orangtua tetap bisa menjalin hubungan dan menjalin hubungan dan membuat anak dalam kandungan merasa tenang.
a) Berkomunikasi
Di usia kehamilan 18 minggu, indra pendengaran janin mulai berfungsi. Oleh karena itu, manfaatkanlah degan jalinan komunikasi yang hangat dan akrab. Berbicaralah seolah-olah janin itu ada dihadapan kita.
b) Berilah stimulasi Menenangkan
Janin sudah bisa merasakan apakah lingkugan di sekitarnya menyenangkan atau tidak. Oleh karena itu berikan stimulasi yang menyenangkan. Misalnya mendengarkan musik klasik, lagu-lagu ruhani, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan sebagainya.
Kondisi ibu mempengaruhi kondisi janin. Jika ibu tenang, maka anak dalam kandungan juga tenang. Sebaliknya jika ibu tertekan maka akan membuat anak dalam kandungan tertular stres. Relaksasi dan Olahraga, fisik yang sehat dan bugar tidak hanya bermanfaat bagi ibu, tetapi juga jalinan kasih sayang dengan janin. Badan bugar dan konsentrasi yang baik membuat ibu semakin peka untuk mendengar dan merespon setiap gerakan janin.
2) Bayi
Di usia bayi, anak mulai bisa berinteraksi dengan alam sekitarnya. Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua adalah sebagai berikut:
a) Lakukan Kontak fisik
Berikan kasih sayang melalui kontak fisik. Belaian, pelukan, gendongan, dan ciuman akan membuat anak merasa senang dan nyaman. Akan tetapi tidak boleh berlebihan.
b) Berikan Nutrisi yang Tepat
Menyusui merupakan momen penting untuk mempererat hubungan orang tua dengan anak atau bayi tersebut. Bayi akan merasa aman dan dicintai. Respon juga merupakan kebutuhan misalnya memberikan selimut saat bayi merasa kedinginan.
c) Ajakan Bermain
Bermain tidak hanya mampu menstimulasi bayi, tetapi juga mengakrabkan hubungan orang tua dengan anak. Dengan demikian komunikassi dan interaksi dapat terwujud. Oleh karena itu disela-sela waktu yang sempit luangkan waktu untuk bermain-main dengan anak.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anak adalah amanat dari Allah, tugas orangtua dan pendidik adalah membekali mereka dengan cinta, cita dan ilmu, sehingga mereka tumbuh mandiri, penuh percaya diri dan menjadikannya anak yang saleh salehah serta berbakti kepada orang tua, agama dan bangsa. Sinergi konsep tersebut sangat perlu direalisasikan bagi calon ibu dan pendidik. Dalam pendidikan anak prenatal, yang banyak berperan adalah ibu, tetapi juga harus mendapat dukungan dari ayah dan lingkungan di sekitarnya, termasuk juga pendidik. Sehingga dengan adanya sinergi ini, anak akan tumbuh
Daftar Pustaka
Adhim, Mohammad Fauzil. 2015. Membuat Anak Gila Membaca. Yogyakarta: Pro- U Media. Aisyah, Siti, et,all. 2016. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia dini.
Tanggerang selatan: Universitas terbuka.
Anita Yus. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group. Artati Y, Budi. 2009. Terampil Membaca. Klaten: PT Intan Pariwara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Materi Pokok Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka Pess.
Fadillah, Muhammad. 2014. Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoritik & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hanipudin, Sarno. " Pendidikan Islam di Indonesia dari Masa ke Masa." Matan: Journal of Islam
and Muslim Society [Online], 1.1 (2019): 39-53. Web. 5 Feb. 2021
Hanipudin, Sarno. 2009. Konsepsi Guru Modern Dalam Pendidikan Islam. Dalam Jurnal Al-Munqidz: Jurnal Kajian dan Keislaman. Vol 8 (No.3) 2020.
https://ejournal.iaiig.ac.id/index.php/amk/article/view/265
Hanipudin, Sarno. 2014. Transformasi Dialektika Segitiga: Posisi Dan Peran Dalam Kajian
Integrasi Agama, Sains, Dan Teknologi. Dalam Jurnal Insania Vol 19 No 2 (2014).
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/718
Hanipudin, Sarno. Pendidikan Islam Berkemajuan Dalam Pemikiran Haedar Nashir. Dalam Jurnal Insania VOL 25 NO 2 (2020)
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/4194
Hanipudin, S., & Meilawati, R. (2020). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (STUDI PADA RUMAH SINGGAH IBNU KHOLDUN MAJENANG). Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 7(2), 69-80. doi:http://dx.doi.org/10.21580/wa.v7i2.6569
Hurlock, Elizabeth. 1994. Developmental Psyicology Fith edition Alih Bahasa: Isti widayanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Idris, Meity H. et.all. 2015. Menumbuhkan Minat Membaca pada Anak Usia Dini. Jakarta: PT Luxima Media.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Karim, Abdul. 2014. Mengembangkan Berpikir Kreatif melalui Membaca dengan Model Mind
Map. Libraria Vol1. 2 No.1.
Khadijah. 2015. Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.
Khoeruddin, Arif. 2016. “Menumbuhkan Minat Baca sejak Dini di Taman Baca Masyarakat, Journaln-Nafs, Vol. 1 No.2.
Madyawati, Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada Media Group.
Rivda, Yetti. 2009. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau
Dari Pendekatan Stres Lingkungan”. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, vol IX nomor 1.
Santrock John W, 2008, Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa: Diana Angelica, Jakarta: Salemba Humanika.