• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3.2 Doxey s Irritation Index Model Penelitian... 35

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2.3.2 Doxey s Irritation Index Model Penelitian... 35"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ii

PRASYARAT GELAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN ... xi

DAFTAR ISI... ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR TABEL ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... 13 2.1 Tinjauan Pustaka ... 13 2.2 Konsep Penelitian ... 18 2.2.1 Pink Tourism... 18 2.2.2 Gay... 20 2.2.3 Wisatawan Gay ... 23 2.3 Landasan Teori ... 24 2.3.1 Implikasi Pariwisata ... 24

(2)

iii

2.3.2 Doxey‟s Irritation Index ... 29

2.4 Model Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Pendekatan Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 40

3.3 Teknik Penentuan Informan ... 41

3.4 Instrumen Penelitian ... 44

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 44

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.6.1 Observasi Kuasa Partisipasi ... 45

3.6.2 Studi Pendahuluan ... 46

3.6.3 Wawancara Semi-Terstruktur ... 46

3.6.4 Pewawancara Melengkapi Kuesioner ... 47

3.6.5 Mengumpulkan Dokumentasi ... 47

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ... 48

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 50

4.1 Letak Geografis ... 50

4.2 Demografi ... 51

4.3 Sosial Budaya ... 53

4.4 Perkembangan Pariwisata dan Fasilitas Penunjang Pariwisata di Seminyak ... 58

4.4.1 Akomodasi ... 59

4.4.2 Spa ... 59

4.4.3 Restoran ... 59

(3)

iv

BAB V KARAKTERISTIK WISATAWAN GAY YANG BERKUNJUNG

DI KAWASAN SEMINYAK, BALI ... 64

5.1 Karakteristik Geografis Wisatawan Gay ... 64

5.2 Karakteristik Sosio-Demografis Wisatawan Gay ... 66

5.2.1 Usia ... 66

5.2.2 Latar Belakang Pendidikan ... 67

5.2.3 Pekerjaan ... 68

5.2.4 Tingkat Pendapatan ... 70

5.3 Karakteristik Sosio-Psikografis Wisatawan Gay ... 71

5.3.1 Berdasarkan Teman Berkunjung ... 72

5.3.2 Perioditas Kunjungan ke Bali ... 73

5.3.3 Rata-Rata Lama Tinggal di Bali ... 75

5.3.4 Tujuan Berkunjung ... 76

5.3.5 Tempat Tinggal Saat Berkunjung ... 79

5.3.6 Jenis Daya Tarik Wisata yang Diminati ... 82

5.3.7 Destinasi yang Dikunjungi Selain Bali ... 85

5.3.8 Alokasi Pengeluaran Selama di Bali ... 86

5.3.8.1 Alokasi Pengeluaran untuk Akomodasi ... 86

5.3.8.2 Alokasi Pengeluaran untuk Konsumsi ... 87

5.3.8.3 Alokasi Pengeluaran untuk Belanja ... 88

5.3.5.4 Alokasi Pengeluaran untuk Hiburan ... 89

5.3.4.5 Alokasi Pengeluaran untuk Spa ... 90

5.3.4.6 Alokasi Pengeluaran untuk Paket Wisata ... 91

5.3.9 Keberadaan Gay Bar ... 92

5.3.10 Sumber Informasi Tentang Gay Bar ... 95

5.3.11 Seminyak Ramah Gay ... 97

5.3.12 Ruang Khusus Gay ... 99

5.3.13 Pasangan Saat Berkunjung di Bali ... 101

5.3.14 Persepsi tentang Mencari Seks Ketika di Bali ... 102

5.3.15 Keamanan Seminyak ... 104

(4)

v

5.3.17 Rencana Kunjungan Kembali ... 106

5.3.18 Opini Wisatawan Gay Berkunjung di Seminyak Bali ... 108

BAB VI IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI, BUDAYA DAN KESEHATAN KUNJUNGAN WISATAWAN GAY TERHADAP MASYARAKAT SEMINYAK, BALI... 112

6.1 Implikasi Kunjungan Wisatawan Gay terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Seminyak, Bali ... 112

6.1.1 Implikasi terhadap Penciptaan Lapangan Pekerjaan ... 112

6.1.2 Implikasi terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat ... 120

6.2 Implikasi Kunjungan Wisatawan Gay terhadap Budaya Masyarakat ... 123

6.2.1 Implikasi terhadap Interaksi Sosial Masyarakat Seminyak ... 123

6.2.2 Implikasi terhadap Tatanan Nilai Adat-istiadat Masyarakat Seminyak ... 125

6.2.3 Implikasi terhadap Tingkah Laku Masyarakat Seminyak ... 129

6.3 Implikasi Kunjungan Wisatawan Gay terhadap Kesehatan Masyarakat ... 131

6.3.1 Implikasi Kesehatan Sebelum dan Setelah Adanya Wisatawan Gay... 132

6.3.2 Penyuluhan Kesehatan di Seminyak... 139

BAB VII RESPON MASYARAKAT LOKAL TERHADAP WISATAWAN GAY YANG BERKUNJUNG DI KAWASAN SEMINYAK, BALI ... 143

7.1 Sikap Masyarakat Lokal terhadap Kunjungan Wisatawan Gay ... 143

7.2 Tanggapan Masyarakat Lokal terhadap Citra Kawasan Seminyak Sebagai „Jalur Gazza‟ ... 149

7.3 Partisipasi Masyarakat Lokal terhadap Kunjungan Wisatawan Gay ... 151

7.4 Tingkat Respon Masyarakat ... 154

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ... 156

(5)

vi

8.2 Saran ... 158 DAFTAR PUSTAKA ... 160 LAMPIRAN ... 165

(6)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Tahap-Tahap Respon Masyarakat ... 33

2.2 Model Penelitian ... 36

4.1 Struktur Organisasi BAPEDES ... 55

4.2 Tampak Depan Bar Tempat Wisatawan Gay Berkumpul ... 62

5.1 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Asal Negara ... 64

5.2 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Usia ... 66

5.3 Wisatawan Gay yang Sedang Bercengkrama di Bali Joe Bar... 67

5.4 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 68

5.5 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Pekerjaan ... 69

5.6 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 70

5.7 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Teman Berkunjung ... 72

5.8 Karakteristik Wisatawan Gay berdasarkan Periodisitas Kunjungan ke Bali ... 74

5.9 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Rata-Rata Lama Tinggal di Bali ... 75

5.10 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Tujuan Kunjungan ... 77

5.11 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Tempat Tinggal Saat Berkunjung ... 79

5.12 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Jenis DTW yang Dikunjungi Saat di Bali ... 83

5.13 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Destinasi yang Dikunjungi Selain Bali ... 85

5.14 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Alokasi Pengeluaran untuk Akomodasi ... 86

5.15 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Alokasi Pengeluaran untuk Konsumsi ... 87

5.16 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Alokasi Pengeluaran untuk Belanja... 88

(7)

viii

5.17 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Alokasi Pengeluaran untuk

Hiburan ... 89

5.18 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Alokasi Pengeluaran untuk Spa ... 90

5.19 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Alokasi Pengeluaran untuk Paket Wisata ... 91

5.20 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Keberadaan Gay Bar ... 92

5.21 Penari Gogo Boys Sedang Beraksi di Meja Bar ... 93

5.22 Drag queen Sedang Lipsync Lagu Dream Girls ... 94

5.23 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Gay Bar ... 95

5.24 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Persepsi Seminyak Ramah Dengan Gay ... 97

5.25 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Ruang Khusus Gay ... 99

5.26 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Pasangan Saat Berkunjung di Bali ... 101

5.27 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Mencari Seks Ketika di Bali ... 102

5.28 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Persepsi terhadap Keamanan Seminyak ... 104

5.29 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Persepsi terhadap Kepuasan Berkunjung di Seminyak ... 105

5.30 Karakteristik Wisatawan Gay Berdasarkan Rencana Kunjungan Kembali ... 107

6.1 Jasa Ojek Motor di Jalan Camplung Tanduk ... 108

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Respon Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Pariwisata ... 31 4.1 Penduduk Kelurahan Seminyak Digolongkan Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 51 4.2 Penduduk Kelurahan Seminyak Digolongkan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 51 4.3 Penduduk Kelurahan Seminyak Digolongkan Berdasarkan Pekerjaan ... 52 4.4 Penduduk Kelurahan Seminyak Digolongkan Berdasarkan Agama/

Aliran Kepercayan ... 57 6.1 Situasi Kasus HIV/ AIDS Tahun 1987 s/d Desember 2017 ... 133 6.2 Situasi Kasus HIV/ AIDS di Bali Menurut Kebangsaan Tahun 1987 s/d

Desember 2016 ... 134 6.3 Situasi Temuan Kasus HIV/ Aids Pertahun 2001 s/d 2016 ... 136

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Untuk Wisatawan Gay Nusantara ... 164 Lampiran 2 Kuesioner Untuk Wisatawan Gay Internasional ... 169 Lampiran 3 Pedoman Wawancara untuk Kepala Lingkungan Banjar Seminyak/

Tokoh Masyarakat/ Organisasi Masyarakat ... 174 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Respon Masyarakat Lokal ... 176 Lampiran 5 Pedoman Wawancara untuk Pengelola Hiburan/ Akomodasi/

Spa di Kawasan Seminyak ... 178 Lampiran 6 Pedoman Wawancara untuk Komisi Penganggulangan Aids

Kabupaten Badung ... 179 Lampiran 7 Daftar Informan ... 180 Lampiran 8 Dokumentasi Pengumpulan Data ... 18

(10)

ABSTRAK

Pariwisata Bali berlandaskan konsep pariwisata budaya. Realita yang terjadi tidak seiring dengan spirit pariwisata budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik wisatawan gay, implikasinya serta respon masyarakat lokal.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan observasi kuasi partisipasi, studi pendahuluan, wawancara semi terstruktur dan studi dokumentasi. Responden karakteristik berjumlah 30 orang dengan teknik snowball sampling. Implikasi dan respon masyarakat digunakan 20 orang informan dengan teknik purposive sampling. Respon masyarakat dikonstruksi menggunakan teori Doxey irritation index.

Hasil penelitian. ini menunjukkan wisatawan gay yang berkunjung di Seminyak mayoritas berasal dari Indonesia yang berusia <16-25 tahun. Mayoritas wisatawan gay datang untuk berlibur dengan tingkat pengeluaran yang relatif tinggi. Bar untuk gay di Seminyak salah satu tempat berkumpul wisatawan gay. Mereka merasa puas karena tidak ada bentuk diskriminasi. Sementara itu, kunjungan wisatawan gay mempunyai implikasi positif bagi ekonomi masyarakat lokal dan pemasukan Desa Adat Seminyak. Sedangkan, tidak berimplikasi pada budaya masyarakat lokal, justru membuat budaya masyarakat menjadi lebih kuat. Tidak ditemukannya implikasi kesehatan pada masyarakat lokal. Hasil analisis tingkat respon masyarakat Seminyak terhadap kunjungan wisatawan gay terpolarisasi dalam dua tingkat yaitu apathy dan annoyance. Sikap apathy ditunjukkan dengan acuh tak acuh sebagian masyarakat terhadap wisatawan gay dan sikap annoyance ditunjukkan oleh masyarakat yang merasa terganggu akibat adanya wisatawan gay. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk pariwisata di Seminyak.

Kata kunci: karakteristik, wisatawan gay, implikasi pariwisata, respon masyarakat, Seminyak

(11)

ABSTRACT

Bali tourism is based on the concept of cultural tourism. Reality that occurred not in line with the spirit of cultural tourism. This study aims to identify the characteristics of gay tourists, their implications, and the local people's responses.

The study used descriptive qualitative research method. Data collection was conducted by quasi-participation observation, preliminary study, semi-structured interviews, and documentation studies. The number of characteristic respondents was 30 people taken by snowball sampling technique. The implications and the responses of the local people were collected through 20 informants by purposive sampling technique. The people's responses were constructed by using the Doxey irritation index.

The findings showed that gay tourists who visit to Seminyak mostly come from Indonesia who are between 16 to 25 years old. Gay tourists come mostly for vacation with a relatively high level of expenditure. Bar for gay in Seminyak is one of the gathering places of gay tourists. They are satisfied because there is no form of discrimination. Meanwhile, the gay travelers' visits have positive implications for the local people's economy and the income of the Customary Village of Seminyak. Meanwhile, it does not have implications on the culture of the local people, it even makes the local culture becomes stronger. No health implications to local communities were found. Sexually transmitted diseases occur not because of sexual orientation but rather, risky sexual behavior. The result of the analysis of Seminyak people's responses to gay tourist visits is polarized in two levels namely apathy and annoyance. Apathy is shown by the indifference of some local people towards the gay travelers and the annoyance attitude shown by people who feel disturbed by the presence of gay tourists. The results of this study are expected to be taken into evaluation of tourism in Seminyak.

Keywords: characteristics, gay tourists, tourism implications, people's responses, Seminyak

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin global perkembangan pariwisata, semakin personal kebutuhan wisatawan. Salah satu segmen pasar yang berkembang adalah wisatawan gay juga disebut sebagai niche market(Clift & Callister, 2002). Wisatawan gay ini disebut wisatawan minat khusus dikarenakan memiliki sejumlah minat dan kebutuhan yang spesifik. Kelompok wisatawan ini juga diidentifikasi sebagai pasar yang penting dan memiliki potensi yang sangat besar (Morrison, 2013). Sejalan dengan Morrison, perjalanan wisatawan gay yang juga disebut dengan pink tourism merupakan salah satu pasar yang tumbuh dan mengalami perkembangan pesat pada industri perjalanan internasional (ITB Berlin, 2015). Hal ini ditunjukkan oleh sekitar 36 juta wisatawan yang melakukan perjalanan ke tujuan internasional di seluruh dunia merupakan bagian dari komunitas lesbian, gay, biseksual dan

transgender (LGBT) (UNWTO, 2017: 44). Adanya perjalanan wisatawan gay

juga turut memberi tren baru pada industri pariwisata. Sebagai industri yang menjual jasa pelayanan prima, pariwisata tidak memandang orientasi seksual dari penikmat jasa tersebut tidak terkecuali kaum gay dalam konteks wisatawan.

UNWTO sebagai payung organisasi pariwisata dunia mengakui keberadaan wisatawan gay. Hal ini tertuang dalam Global Report on LGBT Tourism/AM Reports: Volume Three (Community Marketing & Insight, 2012:4) yang menyatakan:

(13)

“The UNWTO Global Code Ethics for Tourism makes clear that tourism is „an irreplaceable factor of self-education, mutual tolerance and for learning about the legitimate differences between peoples, cultures and their diversity”.

“Etika Kode Etik UNWTO untuk Pariwisata menjelaskan bahwa pariwisata adalah 'faktor tak tergantikan dari pendidikan mandiri dan toleransi bersama, untuk belajar tentang perbedaan yang sah antara masyarakat, budaya dan keragamannya”.

UNWTO juga mengakui adanya International Gay & Lesbian Travel Association (IGLA) yang merupakan asosiasi usaha yang didedikasikan untuk memfasilitasi wisatawan gay. IGLA merupakan asosiasi federasi dunia yang anggotanya terdiri dari 125 negara yang sudah menerima kehadiran wisatawan gay. Asosiasi ini merepresentasikan kelompok wisatawan LGBT dan pelayanan ramah yang diinginkan oleh wisatawan gay seperti jasa akomodasi, destinasi, penyedia jasa layanan, biro perjalanan, spa dan perhelatan.

Keberadaan gay di Indonesia masih merupakan hal yang tabu dan kontroversial (Oetomo, 2013). Berbeda dengan negara-negara di Eropa yang sudah lebih dahulu mengakui keberadaan wisatawan gay seperti Spanyol, Perancis, Jerman dan Belanda. Negara Amerika, Afrika Selatan, Brazil, Argentina hingga Australia sangat gencar melakukan promosi untuk menarik perhatian wisatawan ini (UNWTO, 2012). Di Asia, Korea Selatan menilai penerimaan atas wisatawan gay merupakan refleksi keterbukaan pikiran, Thailand merupakan negara di Asia yang sangat terkenal dengan pariwisata seks dan mengakui kebebasan memilih gender. Negara-negara di atas memberikan perhatian khusus terhadap wisatawan gay dengan diadakannya perhelatan tahunan untuk gay seperti Annual Gay Pride di Eropa dan Mardi Gras Festival yang merupakan perhelatan besar untuk kaum LGBT yang diadakan di Sydney, Australia (Garratt, 2014).

(14)

Perhelatan tersebut juga ditujukan sebagai promosi negara untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ini ke negara tersebut.

Pulau Bali merupakan destinasi favorit dunia sangat memungkinkan dikunjungi oleh beragam karakteristik wisatawan termasuk wisatawan dengan orientasi seksual gay. Terbukti dari beberapa sumber pencarian di (Google, 2017) dengan kata kunci „bali gay friendly destination‟ ditemukan sebanyak 2.670.000 hasil, kata kunci „bali gay‟ ditemukan sebanyak 14.000.000 hasil dan kata kunci „gay bali‟ ditemukan sebanyak 15.600.000 hasil. Hasil penelusuran tersebut mengindikasikan bahwa banyaknya sumber yang memuat informasi tentang keberadaan wisatawan gay di Bali. Kata kunci juga disertai dengan adanya hasil lanjutan berupa “gay bar, gay spa, gay tour hingga gay travel forum”. Hal ini juga dilegitimasi oleh rekomendasi (Lonely Planet, 2017) yang merupakan panduan berwisata bagi wisatawan, terdapat rekomendasi “thing to do for entertainment khususnya gay dan lesbian di Seminyak” yang berarti adanya pilihan kegiatan wisata dan hiburan untuk wisatawan gay. Kata „gay friendly‟ menjadi cara pemasaran suatu destinasi dan suatu produk jasa hospitaliti untuk menarik perhatian kalangan wisatawan ini.

Fenomena homoseksual sudah berlangsung sejak tahun 1930-an di Bali dengan hadirnya seniman gay di Ubud (Vickers, 2012). Sejak 1930-an, citra Bali sebagai Surga di Timur telah membuat Bali menjadi salah satu tujuan kaum homoseksual dari Barat. Hal ini untuk menghindari tekanan di tempat asalnya. Bali terkenal dengan banyaknya pemuda tampan menjadi salah satu alasannya. Kehidupan jaman pemerintahan kolonial dengan pajak yang mencekik, kemiskinan hingga kegagalan panen menjadi derita bagi rakyat Bali. Hal ini

(15)

mendorong timbulnya prostitusi di Bali, hingga prostitusi homoseksual. Peneliti/ antropologi Miguel Covarrubias, penulis buku Island of Bali (terbit tahun 1937) juga ikut menuangkan pengamatannya terhadap aktifitas prostitusi homoseksual di Bali.

Citra Bali ini pula yang mengundang seorang seniman berbakat keturunan Jerman bernama Walter Spies untuk menetap di Bali. Kontribusi Walter Spies sebagai seniman lukis di Bali dengan mendirikan kelompok seniman Pita Maha pada 1936 bersama Rudolf Bonnet, Gusti Nyoman Lempad, dan Tjokorda Gde Agung Sukawati dan kehidupannya sebagai seorang homoseksual tidak dapat terpisahkan. Praktek homoseksual pada masa kolonial utamanya terjadi dikalangan kulit putih, yang dengan terbuka menunjukkan penyimpangan mereka. Penyimpangan itu dilakukan terhadap orang-orang pribumi terutama dengan anak di bawah umur (Vickers, 2012).

Masyarakat Bali kembali menyadari adanya fenomena homoseksual sejak berita pernikahan sesama jenis pada tahun 2015 di Ubud (Lestari, 2015). Pernikahan wisatawan gay ini memicu kontroversi dikarenakan acara dipandu oleh pemuka agama Hindu yang mengundang reaksi dari Gubernur Bali. Dari kejadian tersebut terungkap bahwa Bali memiliki magnet yang kuat sebagai pulau cinta untuk melangsungkan pernikahan dan berbulan madu, tidak terkecuali oleh wisatawan gay. Keberadaan wisatawan gay juga diungkapkan oleh salah seorang tokoh adat Bali, I Gusti Agung Ngurah Harta dengan tajuk Bali Surga LGBT sebagai berikut (Merdeka.com, 2016):

"Gay dibiarkan yang penting tidak keluarga mereka (warga Bali) yang diusik. Keberadaan LGBT sejauh ini memang tidak meresahkan. Mereka kebanyakan tidak 'mencari' korban di luar dari kelompoknya. Apalagi orang Bali menghormati

(16)

hak individu. Ranah pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing kepada sang pencipta kehidupan”

Dari pernyataan di atas, masyarakat Bali dapat menerima keberadaan kaum gay dan bersikap toleransi. Masyarakat Bali memang tidak pernah mempersoalkan kehadiran dan aktivitas kaum LGBT di sekitar mereka. Semangat dan menjunjung tinggi kebebasan menjadi alasan eksisnya keberadaan kaum LGBT. Selama tidak merusak norma dan hukum adat.

Kawasan Seminyak, khususnya Jalan Camplung Tanduk, terkenal dengan sebutan „Jalur Gazza‟ (Merdeka.com, 2016). Kawasan yang sebelumnya dikenal dengan nama Jalan Dhyana Pura ini menjadi terkenal bukan hanya karena faktor daya tarik wisata seperti pantai dan tempat berbelanja, melainkan jalur sepanjang kurang lebih 500 meter itu menjadi kawasan bebas bagi kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Di kawasan ini, mereka tanpa malu-malu menunjukkan identitas dan orientasi seksualnya. Keberadaan wisatawan gay tersebar dan sulit untuk diidentifikasi, akan tetapi kawasan ini menjadi tempat untuk para wisatawan gay berkumpul menikmati hiburan.

Belum ada catatan resmi tentang data jumlah wisatawan gay yang berkunjung di Seminyak. Berdasarkan informasi secara wawancara informal dengan salah satu pelaku pariwisata di Kawasan Seminyak, Bali (Bayu, pada tanggal 13 Februari 2017) Bayu menyatakan bahwa “jumlah kunjungan wisatawan gay rata-rata mencapai 50 sampai dengan 80 orang per malam”. “Dapat diperkirakan jumlah kunjungan wisatawan gay nusantara dan mancanegara di Seminyak selama satu bulan dapat mencapai 2400 orang”. Jumlah

(17)

kunjungan ini akan meningkat pada akhir pekan yaitu hari Jumat, Sabtu sampai dengan Minggu. Ramainya kunjungan wisatawan gay saat diadakannya perhelatan tertentu yang diadakan masing-masing gay bar dan restoran tempat wisatawan gay berkumpul. Peningkatan kunjungan wisatawan gay terjadi dari tahun ke tahun khususnya pada saat musim liburan panjang seperti liburan musim panas, natal dan tahun baru.

Adanya peningkatan kunjungan wisatawan gay di Seminyak dapat dibuktikan dengan berkembangnya fasilitas-fasilitas penunjang dalam merespon kebutuhan wisatawan gay. Eksistensi gay bar di Kawasan Seminyak dimulai dengan keberadaan Kudos dan Q Bar, (wawancara dengan Nuariata, 24 Juli 2017). Kedua bar ini tidak bertahan lama sehingga selesai beroperasi. Tidak ada yang mengetahui persisnya penyebab tutupnya dua bar ini. Pada tahun 2006 Mixwell Bar beroperasi sebagai bar untuk wisatawan pada umumnya kemudian setelah beroperasi selama 4 tahun berubah menjadi gay bar. Pada tahun 2009 berkembang gay bar baru yaitu Bali Joe Bar dan Bottoms Up. Kian lama berkembang menjadi empat gay bar di sepanjang Jalan Camplung Tanduk. Meskipun tidak ada bendera pelangi (rainbow flag) yang merupakan simbol penerimaan atas kaum gay disepanjang jalan ini akan tetapi wisatawan gay tidak canggung untuk berkunjung. Keberadaan gay bar ini juga diindikasi menjadi pilihan alternatif hiburan malam di Bali selain di destinasi wisata Kuta yang memang sudah terkenal dengan kehidupan malam.

Eksisnya keberadaan wisatawan gay di Seminyak mengindikasikan bahwa segmen wisatawan ini memiliki peluang bisnis yang menjanjikan. Geliat ekonomi diperkiran bertumbuh seiring bertambahnya permintaan oleh wisatawan gay dan

(18)

dapat direspon dengan baik oleh para pelaku usaha. Tidak hanya menguntungkan pemilik modal besar akan tetapi kehadiran wisatawan gay juga memberikan pengaruh nyata yang dapat dirasakan nyata oleh pedagang kecil yang turut memberikan jasa layanan.

Wisatawan gay memiliki sejumlah karakteristik yang khas dari wisatawan straight yaitu wisatawan dengan orientasi seksual heterogen (Joni & Pascarini, 2013). Karakteristik wisatawan gay sering dicirikan sebagai „Dream Market‟ atau DINKs („double-income-no-kids‟consumers) yaitu memiliki penghasilan ganda dan mayoritas wisatawan ini tidak memiliki anak sehingga pada saat berlibur mereka sangat mudah untuk membelanjakan uang (Guaracino, 2007). Wisatawan gay merupakan konsumen yang potensial karena menghabiskan „pink money‟ yang merupakan sebutan uang khusus bagi kaum gay dengan jumlah yang besar untuk konsumsi selama berlibur. Penggunaan kata „pink‟ mencerminkan fakta bahwa ada penggunaan dan pengakuan luas dari istilah „pink pound‟ atau „pink dollar‟ yang mengacu pada daya beli kaum gay (Huges, 2016). Wisatawan ini dianggap sebagai segmen pasar yang memiliki daya beli yang tinggi khususnya para wisatawan gay dewasa (UNWTO, 2012). Hal ini dikarenakan wisatawan gay dewasa memiliki penghasilan yang tinggi dan tidak ragu dalam menghabiskan uang selama berwisata, wisatawan gay menginginkan pengalaman berwisata yang berkualitas.

Wisatawan gay memiliki kebutuhan untuk melakukan perjalanan sebagai salah satu budaya yang wajib dilakukan dan merupakan bentuk eksistensi diri (Community Marketing & Insight, 2012). Wisatawan gay diidentifikasi cenderung memilih destinasi wisata yang memiliki suhu dan cuaca yang hangat. Hal ini

(19)

membuat wisatawan gay memilih destinasi yang berlokasi dekat dengan pantai. Selain itu wisatawan gay juga tertarik dengan wisata budaya seperti mengunjungi museum. Sebagian dari wisatawan ini juga gemar untuk mencicipi hidangan restoran dan wine (Ibid, 2012). Destinasi wisata atau penyedia layanan yang menerapkan keramahan pada kalangan ini akan memberi pengaruh pada tingkat kepercayaan dan pembelian wisatawan gay terhadap suatu destinasi dan hotel. Dari faktor-faktor tersebut sangat memungkinkan wisatawan gay memilih untuk berwisata di Kawasan Seminyak.

Bertolak belakang dengan keadaan di atas, muncul ketakutan yang mungkin juga timbul akibat adanya aktifitas wisatawan gay di Seminyak, Bali. Dikhawatirkan adanya peniruan perilaku seperti gay dan penularan virus HIV/AIDS yang dapat ditularkan dari adanya kegiatan seks. Kaum gay diindikasi salah satu kelompok yang beresiko terhadap penularan HIV/AIDS terutama karena kebiasaan mereka melakukan hubungan seksual melalui anus dan mulut dan juga berganti-ganti pasangan. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kabupaten Badung menyatakan bahwa penyebaran kaum gay di Bali sudah mencapai jumlah 1.738 orang (Denpost, 2016).

Kehadiran wisatawan gay ini menjadi sebuah fenomena paradoks yang tidak sesuai dengan konsep pariwisata Bali yang mengacu pada konsep pariwisata budaya. Penyelenggaraan pariwisata Bali tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali pada bab 1 ketentuan umum, pasal 1 butir 14 yang berbunyi:

“Kepariwisataan Budaya Bali memiliki hubungan yang sangat kuat dan berlandaskan Kebudayaan Bali. Ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana dijadikan pedoman sebagai wahana aktualisasinya. Hubungan yang dinamis antara kebudayaan dan pariwisata terwujud dari keduanya

(20)

berkembang secara sinergis, harmonis dan berkelanjutan. Implikasi nyata dari hubungan tersebut memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan”.

Sesuai dengan bunyi peraturan daerah di atas bahwa pariwisata Bali memiliki keunikan tersendiri dari pariwisata di daerah lain bahkan di dunia. Budaya lokal dan nilai-nilai kehidupan bersatu padu membentuk citra dari pariwisata Bali. Keunikan ini menjadi magnet yang kuat untuk menarik wisatawan untuk berkunjung.

Bali terkenal menganut motto „pariwisata untuk Bali‟ dan bukan „Bali untuk pariwisata‟ untuk itu Bali harus dapat mempertahankan pariwisata yang berkualitas dan tetap mengedepankan budaya. Realita yang terjadi, keberadaan wisatawan gay eksis di Seminyak. Berkembangnya kunjungan wisatawan gay di Seminyak, Bali merupakan fenomena paradoks dalam pariwisata Bali yang menarik untuk dikaji.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini akan difokuskan pada karakteristik wisatawan gay di Kawasan Seminyak, Bali. Permasalahan tersebut akan dijelaskan dengan menjawab pertanyaan penelitian yang diformulasikan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah karakteristik wisatawan gay yang berkunjung di Kawasan Seminyak, Bali?

2) Apa implikasi dari kunjungan wisatawan gay di Kawasan Seminyak, Bali? 3) Bagaimanakah respon masyarakat Seminyak terhadap kunjungan wisatawan

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat tujuan umum dan tujuan khusus yang dalam penelitian ini, yaitu:

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan keberadaan wisatawan gay yang kian berkembang sebagai fenomena yang paradoks dalam dunia kepariwisataan di Bali.

1.3.2 Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menjelaskan karakteristik wisatawan gay yang berkunjung di Kawasan Seminyak, Bali.

2) Menjelaskan implikasi dari kunjungan wisatawan gay di Kawasan Seminyak, Bali.

3) Menjelaskan respon masyarakat Seminyak dari kunjungan wisatawan gay di Kawasan Seminyak, Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dunia akademis, khusunya bidang kajian kepariwisataan yang memfokuskan perhatiannya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik wisatawan dan sejumlah implikasinya. Di samping itu, penelitian ini diharapkan

(22)

dapat memberi inspirasi dan motivasi bagi para peneliti lainnya untuk melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai keberadaan wisatawan gay di Bali.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak pemerintah dan kelompok pemangku kepentingan penyusun kebijakan dibidang kepariwisataan, khususnya yang berkaitan dengan keberadaan wisatawan gay di Bali.

Referensi

Dokumen terkait