• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PELAPORAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN PEMILIK IJIN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM BERBASIS FILOSOFI TRI HITA KARANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PELAPORAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN PEMILIK IJIN PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM BERBASIS FILOSOFI TRI HITA KARANA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PELAPORAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN

LINGKUNGAN PERUSAHAAN PEMILIK IJIN PENGUSAHAAN

PARIWISATA ALAM BERBASIS FILOSOFI TRI HITA KARANA

Ni Wayan Yulianita Dewi

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: dewiyulianita@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan rekonstruksi model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan pemilik Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) dengan berbasis filosofi hidup tri hita karana (THK). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi kritis. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data interaktif Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan pemilik IPPA yang berkembang selama ini belum benar-benar berakar dari konsep keberlanjutan dan ekologi. Model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang berkembang saat ini masih berbasis pada cara pandangan antroposentrisme. Pelaporan sosial dan lingkungan perusahaan hanyalah sebagai pelengkap dan sebagai media legitimasi perusahaan. Rekonstruksi terhadap model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan dengan berbasis pada filosofi THK menghasilkan empat aspek pertanggungjawaban yaitu ekonomi, sosial, lingkungan, dan spiritual. Aspek ekonomi diukur dengan menggunakan indikator; ekonomi langsung dan ekonomi tidak langsung. Aspek sosial diukur dengan menggunakan indicator; praktik ketenagakerjaan dan keselamatan kerja, hak asasi manusia, pemberdayaan masyarakat lokal, dan tanggung jawab produk. Aspek lingkungan diukur dengan menggunakan indikator lingkungan (bahan baku, energy, air, emisi, efluen dan limbah, keanekaragaman hayati). Aspek spiritual diukur dengan menggunakan indicator spiritual (kepatuhan kepada hukum alam (rta), pengabdian kepada sesama manusia, dan pengorbanan kepada alam).

Kata kunci: pelaporan sosial dan lingkungan, tri hita karana, etnografi kritis

Abstract

This study aims to reconstruct a model of corporate reporting for social and environmental responsibilities applied within The Company of Natural Tourism Business Permit (IPPA) based on life philosophy of tri hita karana (THK). Method of research is qualitative with critical ethnography approach. Data are collected through observation, interview and documentation. Data analysis technique is Miles & Huberman’s interactive data analysis. Result of research indicates that the corporate reporting for social and environmental responsibilities in IPPA is still far away from sustainability and ecological concepts. The model of corporate reporting for social and environmental responsibilities is developed based on anthropocentricism view. The reporting of social and environmental responsibilities is only the supplement and also as the media for corporate legitimacy. The reconstruction of the model of corporate reporting for social and environmental responsibilities is considering THK philosophy with four aspects of responsibility such as economical, social, environmental and spiritual. Economical aspect is measured with indicators such as direct economic and indirect economic. Social aspect is measured with indicators such as employment practice, work safety, human right, local community empowerment and product responsibility. Environmental aspect is measured by environmental indicators (raw material, energy, water, emission, effluent and waste, biodiversity). Spiritual aspect is measured with spiritual indicators (the submission before natural law, the respect with other human, and the self-denial for nature).

(2)

1. Pendahuluan

Laporan keuangan perusahaan secara formal sudah memiliki kepedulian sosial dan lingkungan tetapi tidak membawa dampak empiris apapun terhadap keberlanjutan dan ekologis di lapangan (Mulawarman, 2011:89-90). Kerusakan alam, pencemaran lingkungan, demo buruh, serta berbagai konflik sosial sebagai dampak aktivitas perusahaan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang melaksanakan dan melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.

Kerusakan alam, pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja, demo buruh, serta berbagai konflik sosial sebagai dampak aktivitas perusahaan telah menjadi masalah global yang meresahkan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Capra (2002:12) menyatakan bahwa berbagai masalah ini merupakan masalah sistemik bahwa semuanya saling terkait dan tergantung satu sama lain. Naess dalam Keraf (2002:82) menyatakan bahwa krisis lingkungan sesungguhnya disebabkan oleh faktor yang fundamental, suatu sebab filosofis. Kesalahan fundamental pada cara pandang manusia tentang dirinya, alam, dan tempat manusia dalam alam.

Krisis lingkungan dalam perspektif etika lingkungan terjadi karena perilaku manusia dipengaruhi cara pandang

antroposentrisme (shallow ecology).

Antroposentrisme memandang manusia

sebagai pusat sistem alam. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan berbagai kebijakan yang terkait dengan alam. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia, alam hanya dilihat sebagai obyek, alat, dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia (Capra, 2002:17; Keraf, 2002:33).

Naess dalam Keraf (2002:80) menyatakan bahwa salah satu manifestasi dari perilaku manusia yang dipengaruhi oleh cara pandang antroposentrisme adalah pola produksi dan konsumsi yang sangat eksesif dan tidak ramah lingkungan. Kemajuan ekonomi dan industri modern telah mempromosikan secara gencar pola hidup konsumerisme. Kesalahan reduksionistis para ekonom mereduksi kehidupan manusia dan maknanya hanya sebatas makna ekonomi. Para ekonom menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai hal yang utama. Hal ini sejalan dengan Capra (2005:113) yang menyatakan bahwa sistem industri yang kompleks, baik dalam

organisasi maupun teknologi adalah kekuatan pendorong utama perusakan lingkungan global dan ancaman terbesar bagi kelestarian jangka panjang bumi beserta seluruh isinya.

Cara pandang para ekonom ini juga membawa pengaruh terhadap bidang akuntansi. Akuntansi modern memiliki perhatian yang tinggi pada dunia materi dalam bentuk peningkatan laba dan akumulasi capital. Kinerja manajemen diukur berdasarkan peningkatan angka-angka akuntansi (laba) (Triyuwono,2012). Manajemen dalam rangka memaksimalkan laba dan kepentingan shareholder melakukan eksploitasi terhadap sumber daya manusia dan alam. Laporan tahunan perusahaan yang merupakan produk dari akuntansi hanya mengungkapkan realitas-realitas internal perusahaan dan mengabaikan berbagai biaya dan dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sosial dan alamnya (eksternalitas). Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Chwastiak dan Young (2003) bahwa kepentingan pasar mendorong manajemen perusahaan menjadi lebih agresif dalam perealisasian dan pengakumulasian modal sehinggadampak negatif dari aktivitas maksimisasi profit jarang diungkapkan dalam laporan tahunan.

Sejalan dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap keperdulian sosial dan lingkungan Pemerintah Indonesia maupun beberapa organisasi independen internasional mengeluarkan berbagai standar yang terkait dengan pelaksanaan dan pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.

Keberadaan berbagai standar dan pedoman pelaksanaan dan pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan belum mampu mengungkap secara lengkap dampak dari berbagai kebijakan dan aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sosial dan alam. Berbagai indikator yang terdapat dalam kriteria penilaian PROPER misalnya, perusahaan-perusahaan yang mendapat penilaian masuk peringat Emas (peringkat terbaik dalam PROPER) seringkali adalah perusahaan tambang yang jelas-jelas menimbulkan kerusakan lingkungan yang berdampak luas terhadap lingkungan sosial dan memerlukan waktu yang panjang untuk mengembalikan kondisi lingkungan alam ke kondisi semula.

Berbagai standar dan pedoman pelaksanaan dan pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang ada memiliki

(3)

beberapa kelemahan yang sama yaitu: implementasi standar yang sifatnya sukarela, ruang lingkup standar yang terlalu global, dan masih didasarkan pada pemikiran antroposentris.

Berbagai realitas yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya menunjukkan bahwa perlu dilakukan perubahan cara pandang dalam merumuskan model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang lebih holistik dan berkelanjutan. Model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang memperhatikan dimensi hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia secara seimbang. Dan melalui penelitian ini penulis memperkenalkan cara pandang lain yang bisa digunakan sebagai basis dalam me lakukan rekonstruksi terhadap model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang lebih holistik dan berkelanjutan yaitu filosofi hidup tri hita karana.

2. Metode

Penelitian dilakukan pada perusahaan pemilik ijin pengusahaan pariwisata alam di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. Unit analisis dalam penelitian ini adalah model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan oleh manajemen perusahaan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu menggunakan pendekatan etnografi kritis.Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (lihat Moleong: 2005:9) Peneliti selain merupakan instrumen penelitian juga berperan sebagai sumber data karena peneliti sebagai pengamat yang ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh organisasi yang menjadi situs penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati dan terlibat langsung dalam berbagai aktivitas perusahaan yang menjadi situs penelitian terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, lokasi usaha, sarana dan prasarana fisik usaha serta aktivitas penyediaan jasa pariwisata. Observasi juga dilakukan terhadap komunitas lokal yang merupakan lingkungan tempat perusahaan melakukan berbagai aktivitasnya. Aspek-aspek yang diobservasi beserta penjelasannya didokumentasikan

dalam bentuk manuskrip yang akan digunakan sebagai bahan analisis.

Pengumpulan data melalui wawancara memungkinkanpeneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretsikan situasi dan fenomena yang terjadi. Wawancara dilakukan peneliti dengan para informan penelitian yang terdiri dari Stakehoder Perusahaan; manajemen dan karyawan perusahaan yang menjadi situs penelitian, komunitas lokal, tim pengawas dan penilai dari BTNBB, dan tokoh Hindu dan budayawan Bali.

Peneliti melakukan dokumentasi terhadap berbagai dokumen yang terkait dengan aktivitas perusahaan yang menjadi situs penelitian seperti: berbagai peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan pengusahaan pariwisata alam, profil organisasi, laporan bulanan dan tahunan yang ditujukan kepada Kementrian Kehutanan melalui BTNBB, dan laporan tanggung jawab sosial perusahaan

Berdasarkan tujuan penelitian ini maka tahapan yang akan dilalui adalah penelitian ini adalah:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan literatur review dan studi dokumentasi terhadap berbagai teori, hasil-hasil penelitian, serta regulasi-regulasi yang terkait dengan praktik pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang dilanjutkan dengan mengumpulkan berbagai fenomena praktik akuntansi sosial dan lingkungan yang diterapkan oleh manajemen perusahaan yang diteliti 2. Tahap pemahaman terhadap obyek studi

Peneliti melakukan studi lapangan pada situs penelitian (realitas etnografis) dengan menggunakan pendekatan etnografi kritis sehingga diperoleh pemahaman tentang realitas pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diterapkan oleh manajemen perusahaan yang menjadi situs penelitian untuk kemudian dikaji secara kritis.

3. Tahap rekonstruksi

Peneliti melakukan diskusi dengan tokoh Hindu dan budayawan Bali terkait dengan implementasi filosofi tri hita karana dalam dunia bisnis (pariwisata alam) terkait dengan pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diterapkan oleh manajemen perusahaan yang menjadi situs penelitian. Peneliti kemudian melakukan refleksi diri terhadap hasil kajian kritis yang dihasilkan pada tahapan sebelumnya dan

(4)

hasil diskusi dengan tokoh Hindu dan budayawan Bali sehingga menghasilkan suatu model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang berbasis pada filosofi tri hita karana.

3. Pembahasan Hasil

Keberadaan perusahaan bagi lingkungan tempatnya beraktivitas bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi perusahaan mendorong pembangunan ekonomi di suatu daerah. Keberadaan perusahaan membuka lapangan kerja bagi masyarakat disekitarnya. Perusahaan menghasilkan berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perusahaan juga ikut berkontribusi terhadap pembangunan suatu daerah melalui pajak yang mereka bayarkan. Di sisi lain keberadaan perusahaan juga memiiliki potensi merusak lingkungan alam dan sosialnya. Penggunaan sumber daya alam oleh perusahaan dalam melakukan berbagai aktivitas usahanya berkontribusi terhadap kerusakan alam. Pemanfaatan sumber daya alam oleh perusahaan, yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat diperbaharui, juga memiliki potensi menimbulkan konflik sosial di daerah tempatnya beroperasi.

Pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan pemilik Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) yang berkembang selama ini belum benar-benar berakar dari konsep keberlanjutan dan ekologi. Model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang berkembang saat ini masih berbasis pada cara pandangan antroposentrisme. Hal ini dapat dilihat dari beberapa realitas yang peneliti temukan selama melakukan penelitian lapangan yaitu:

1. Berbagai kebijakan pemerintah yang mengatur keberadaan Perusahaan pemilik Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam belum secara detail mengatur masalah kewajiban perusahaan untuk melaksanakan dan melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Penulis melihat keberadaan Perusahaan pemilik IPPA ini hanya dijadikan alat oleh kementerian Kehutanan untuk meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

2. Berbagai indicator kinerja yang dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan pemilik ijin pengusahaan pariwisata alam belum memuat indicator-indikator sosial dan lingkungan yang jelas yang bisa menjaga keberlanjutan ekosistem yang ada. Kegiatan aktivitas perusahaan berada yang dalam kawasan

konservasi (meliputi wilayah hutan dan laut) memerlukan seperangkat indicator kinerja lingkungan dan sosial yang jelas demi keberlanjutan keberadaan ekosistem yang ada dalam kawasan pemanfaatan Taman Nasional Bali Barat

3. Perusahaan pemilik IPPA di Kawasan Taman Nasional Bali Barat masih melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (CSR) secara reaktif, tanpa perencanaan, tanpa landasan kebijakan, dan tanpa penganggaran. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan hanyalah tempelan atau bentuk kegiatan yang diklaim sebagai CSR sehingga perusahaan memperoleh legitimasi untuk terus beroperasi karena aktivitas yang dilakukan sudah memenuhi tuntutan berbagai peraturan dan perundang-undangan yang mengatur keberadaan pengusahaan pariwisata alam. Bentuk kegiatan CSR perusahaan yang bersifat reaktif antara lain; pemberian sumbangan oleh perusahaan saat desa adat melakukan kegiatan keagamaan, penghijauan yang sifatnya incidental, bantuan iptek bagi kelompok-kelompok masyarakat yang terdapat dalam komunitas lokal yang bersifat insidental.

4. Pelaksanaan program CSR perusahaan yang bersifat reaktif ini mendapat kekuatan legitimasi karena melibatkan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) luar negeri. Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang penulis lakukan keterlibatan LSM luar negeri dalam kegiatan CSR perusahaan dalam konteks penelitian ini tidak tepat karena LSM tersebut membawa prinsip konservasi yang berbeda dengan prinsip konservasi yang dianut oleh pihak BTNBB. Pihak LSM juga tidak memiliki pemahaman yang baik terhadap nilai-nilai sosio-religius komunitas lokal sehingga masyarakat tidak respek terhadap program yang dilakukan. Selain itu terjadi miskomunikasi karena perbedaan bahasa yang digunakan.

Berdasarkan berbagai temuan yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis mencoba merancang model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang berbasis pada filosofi tri hita karana dengan harapan akan terjadi proses penyadaran dalam diri berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan CSR dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama. Ajaran yang terkandung dalam filosofi tri hita karana secara implisit merupakan prinsip dari penyelenggaraan kepariwisataan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Tentang Kepariwisataan.

(5)

Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam perspektif filosofi tri hita karana ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama secara lahir dan batin dengan menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan (lingkungan spiritual perusahaan), dimensi hubungan manusia dengan manusia (lingkungan sosial perusahaan) dan dimensi hubungan manusia dengan alam (lingkungan alam perusahaan).

Lingkunganperusahaan tidak hanya dalam dimensi hubungan manusia dengan manusia (lingkungan sosial) dan dimensi hubungan manusia dengan alam (lingkungan alam) tetapi mengalami perluasan dalam dimensi hubungan manusia dengan Tuhan (lingkungan spiritual). Berdasarkan pola hubungan ini maka tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam perspektif filosofi tri hita karana berhubungan dengan komitmen manajemen perusahaan yang berkaitan dengan empat aspek: aspek ekonomi dan sosial (lingkungan sosial), aspek lingkungan (lingkungan alam), dan aspek spiritual (lingkungan spiritual).

Aspek ekonomi terkait dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sosial intern maupun ekstern perusahaan. Perusahaan sebagai entitas bisnis memiliki tujuan untuk memperoleh Laba. Laba yang diperoleh perusahaan tidak terlepas dari

yadnya dari para stakeholder yang

membentuk lingkungan sosial intern dan ekstern perusahaan.Berdasarkan ajaran cakra yadnya maka perusahaan memiliki kewajiban ber-yadnya terhadap para stakeholder (yang membentuk lingkungan sosial intern dan ekstern perusahaan) dalam bentuk distribusi keuntungan perusahaan yang berkeadilan. Berkeadilan dalam arti distribusi keuntungan dilakukan berdasarkan kontribusi yang diberikan para stakeholder kepada perusahaan.Aspek ekonomi diukur dengan menggunakan indikator; ekonomi langsung dan ekonomi tidak langsung

Aspek sosial terkait dengan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya, baik lingkungan sosial intern (karyawan perusahaan) maupun ekstern perusahaan (masyarakat lokal, pelanggan, pemasok, kreditor, dan pemerintah). Lingkungan sosial dalam perspektif tri hita karana ber-yadnya kepada perusahaan dalam berbagai bentuk dukungan terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Karyawan perusahaan ber-yadnya dengan menggunakan keterampilan

dan keahlian mereka. Masyarakat lokal ber-yadnya dalam bentuk dukungan stabilitas sosial dan penyediaan sumber daya manusia. Pelanggan ber-yadnya dalam bentuk kepercayaan menggunakan berbagai produk yang dihasilkan perusahaan. Pemasok ber-yadnya dalam bentuk menyediakan berbagai sumber dayayang diperlukan sebagai in put bagi aktivitas perusahaan.Kreditor ber-yadnya dalam bentuk penyediaan pinjaman.Pemerintah ber-yadnya dalam bentuk menciptakan iklim usaha yang mendukung kelangsungan hidup perusahaan dengan mengeluarkan

berbagai kebijakan dan

peraturan.Berdasarkan ajaran cakra yadnya maka perusahaan memiliki kewajiban juga

untuk melakukan yadnya

terhadaplingkungan sosialnya dalam bentuk kontribusi nyata yang bisa memelihara dan meningkatkan kesejahteraan lingkungan sosialnya.Aspek sosial diukur dengan menggunakan indicator; praktik ketenagakerjaan dan keselamatan kerja, hak asasi manusia, pemberdayaan masyarakat lokal, dan tanggung jawab produk.

Aspek lingkungan terkait dengan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan terhadap lingkungan alam sekitar. Alam dalam perspektif tri hita karana

ber-yadnya kepada

perusahaandenganmenyediakan tempat usaha bagi perusahaan serta menyediakan berbagai sumber daya alam yang dibutuhkan sebagai in put bagi aktivitas perusahaan. Berdasarkan ajaran cakra

yadnya maka perusahaan memiliki

kewajiban untuk ber-yadnya kepada lingkungan alam dalam bentuk memelihara kelestarian dan kesejahteraan alam.Aspek lingkungan diukur dengan menggunakan indikator lingkungan (bahan baku, energy, air, emisi, efluen dan limbah, keanekaragaman hayati)

Aspek spiritual menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan spiritual sebagai refleksi dari hakikat manusia sebagai makhluk homo religious, makhluk beragama. Homo religious adalah manusia yang hidup dalam suatu alam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai religius dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak pada alam semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, dan manusia (Mangunhardjo dalam Sastrapratedja, 1982:38). Makhluk homo religius dalam perspektif tri hita karana dipahami sebagai manusia yang memiliki keyakinan akan eksistensi Tuhan sebagai

(6)

pencipta, pemelihara, dan pelebur alam semesta beserta seluruh isinya. Aspek spiritual tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam perspektif tri hita karana terkait dengan dampak aktivitas perusahaan terhadap keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan spiritualnya. Keharmonisan hubungan antara manusia dengan lingkungan spiritual terefleksi dalam bentuk sistem religi yang mencakup komunitas keagamaan, fasilitas-fasilitas fisik keagamaan, ritual keagamaan dan nilai-nilai agama. Lingkungan spiritual dalam perspektif tri hita karana ber-yadnya kepada perusahaan dalam bentuk vibrasi positif yang dapat meningkatkan kualitas moral dan etis dari individu-individu yang membentuk lingkungan sosial intern maupun ekstern perusahaan. Berdasarkan ajaran cakra yadnya maka perusahaan memiliki kewajiban untuk ber-yadnya kepada lingkungan spiritual dalam bentuk ikut menjaga eksistensi lingkungan spiritual sekitarnya.Aspek spiritual diukur dengan menggunakan indicator spiritual (kepatuhan kepada hukum alam (rta), pengabdian kepada sesama manusia, dan pengorbanan kepada alam).

4. Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan pemilik IPPA yang berkembang selama ini belum benar-benar berakar dari konsep keberlanjutan dan ekologi. Model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang berkembang saat ini masih berbasis pada cara pandangan antroposentrisme. Pelaporan sosial dan lingkungan perusahaan hanyalah sebagai pelengkap dan sebagai media legitimasi perusahaan.

Rekonstruksi terhadap model pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan dengan berbasis pada filosofi THK menghasilkan empat aspek pertanggungjawaban yaitu ekonomi, sosial, lingkungan, dan spiritual. Aspek ekonomi diukur dengan menggunakan indikator; ekonomi langsung dan ekonomi tidak langsung. Aspek sosial diukur dengan menggunakan indicator; praktik ketenagakerjaan dan keselamatan kerja, hak asasi manusia, pemberdayaan masyarakat lokal, dan tanggung jawab produk. Aspek lingkungan diukur dengan menggunakan indikator lingkungan (bahan baku, energy, air, emisi, efluen dan limbah, keanekaragaman hayati). Aspek spiritual diukur dengan menggunakan indicator

spiritual (kepatuhan kepada hukum alam (rta), pengabdian kepada sesama manusia, dan pengorbanan kepada alam).

5. Daftar Pustaka

Capra, Fritjof. 2002. Jaring-Jaring Kehidupan: Visi Baru Epistemologi

dan Kehidupan. Terjemahan.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru Chwastiak, Michele Dan Young , Joni J.

2003. Silences In Annual Report. Critical Perspective on Accounting 14, 533-552.

Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi

Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Mulawarman, Aji Dedi. 2011. Akuntansi Syariah: Teori, Konsep, dan Laporan Keuangan. Jakarta: Bani Hasyim Press & E Publishing.

Sastrapratedja, M. 1983. Manusia Multi Dimensional: Sebuah Renungan Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Triyuwono, Iwan. 2012a. Akuntansi Syariah:

Perspektif, Metodologi, dan Teori. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Terlepas dari faktor noise dan permukaan tersebut, penggunaan metode ini berfungsi untuk mengetahui komposisi mineral dan batuan yang terdapat pada tanah sehingga

Siswa diminta untuk melakukan latihan kekuatan dan daya tahan otot (push up, sit up, back up dan naik turun bangku) untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang dilakukan

Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan, panjang serat merupakan sifat yang sangat menentukan kekuatan kertas dan sangat mempengaruhi kekuatan sobek serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh debt to equity rasio (DER), total assets turnover (TAT) dan return saham terhadap harga saham pada perusahaan

Pada proses prapanen tanaman tebu RC, nilai energi paling besar terdapat pada nilai energi tidak langsung yang mencapai 38.022,97 MJ/ha atau sebanding dengan

Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.Contoh : Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter

 Tanah berpasir merupakan tanah dengan kandungan pasir lebih dari 70% memiliki porositas yang rendah yaitu kurang dari 40% memiliki ruang pori yang besar sehingga aerasinya

Kabupaten Semarang mempunyai kebiasaan menonton tayangan televisi kategori buruk dengan kreatifitas kognitif kurang baik, hal ini di tunjukan dengan responden mempunyai