• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk usia lanjut di Indonesia semakin meningkat karena angka harapan hidup semakin tinggi. Jumlah penduduk usia lanjut mencapai 20,04 juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan kesehatan akan semakin besar seiring bertambahnya umur (Badan Pusat Statistik, 2013).

Pasien usia lanjut menarik untuk dipelajari karena merupakan kelompok pasien yang memiliki komorbiditas lebih banyak daripada kelompok umur lainnya. Jumlah obat yang diberikan kepada pasien usia lanjut lebih banyak dibanding kelompok pasien lainnya. Pasien usia lanjut lebih rentan terkena efek samping obat daripada kelompok pasien lainnya karena terdapat perubahan fisiologis yang berakibat berubahnya profil farmakokinetika dan farmakodinamika (Clegg dkk., 2013).

Efek samping obat (ESO) yang paling sering terjadi pada pasien usia lanjut adalah bradikardia akibat obat penghambat beta dan digoksin, hipoglikemia akibat insulin dan obat golongan sulfonilurea, jatuh akibat obat antidepresan, serta perubahan status mental akibat obat benzodiazepin dan antikonvulsan (Marcum dkk., 2012; Moriarty dkk., 2015).

Kriteria STOPP (Screening Tool of Older Person’s Prescriptions) merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan

(2)

obat pada usia lanjut. Kriteria ini memiliki keunggulan dibandingkan kriteria lainnya, misalnya kriteria Beer’s dalam hal sensitifitasnya dan kemudahan aplikasinya (Lam dan Cheung, 2012).

Ketidaktepatan pengobatan pada pasien usia lanjut mencapai 50,4 % bila diukur menggunakan kriteria STOPP (Screening Tool of Older Person Prescriptions), hal ini secara signifikan berhubungan dengan efek samping yang terjadi pada pasien dan penurunan fungsi fisik. Pasien usia lanjut yang mendapatkan lebih dari dua macam obat yang tidak tepat menurut kriteria STOPP akan berisiko dua kali lipat terkena efek samping obat. Hal ini memperkuat hubungan antara ketidaktepatan pengobatan dengan efek samping yang terjadi pada pasien usia lanjut (Cahir dkk., 2014; Tosato dkk., 2014).

Ketidaktepatan penggunaan obat pada pasien usia lanjut banyak terjadi pada obat golongan benzodiazepin, aspirin, dan opioida. Ketidaktepatan pengobatan ini menyebabkan pasien usia lanjut menjalani perawatan di rumah sakit. Terdapat hubungan antara penggunaan obat yang tidak tepat dengan kejadian jatuh pada pasien usia lanjut (Dalleur dkk., 2012).

Efek samping yang terjadi akibat ketidaktepatan penggunaan obat dapat terjadi ketika pasien menjalani perawatan di rumah sakit. Efek samping ini merupakan hal yang tidak terpisahkan dari terapi farmakologis. Faktor yang berpengaruh untuk terjadinya efek samping ini adalah dosis obat, frekuensi pemberian obat, genetika pasien, profil farmakokinetika pasien, dan penurunan fungsi organ pasien. Efek samping obat akan memperpanjang lama rawat inap

(3)

pasien, atau LOS (length of stay) dari rata-rata 8 hari pada kelompok pasien yang tidak mengalami ESO, menjadi rata-rata 20 hari (Sultana dkk., 2013).

Setiap satu efek samping akan memperpanjang waktu perawatan menjadi 3,57 hari. Selain itu, lama perawatan juga dipengaruhi oleh jumlah penggunaan obat yang tidak tepat. Pasien usia lanjut yang mendapatkan > 2 jenis obat yang tidak tepat memiliki rata-rata LOS 15 hari, sedangkan pasien yang mendapatkan ≤ 2 jenis obat yang tidak tepat memiliki rata-rata LOS sebanyak 5 hari (Floroff dkk., 2014; Nobili dkk., 2011).

Saat ini belum terdapat data di lingkup RSUP Dr Kariadi yang menunjukkan apakah terdapat hubungan antara ketepatan penggunaan obat pada pasien usia lanjut terhadap kejadian efek samping obat dan lama perawatan pasien.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara ketepatan penggunaan obat dengan kejadian efek samping di bangsal rawat inap RSUP Dr Kariadi Semarang?

2. Apakah terdapat hubungan antara ketepatan penggunaan obat dengan lama perawatan pasien di bangsal rawat inap RSUP Dr Kariadi Semarang?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan obat dengan kejadian efek samping di bangsal rawat inap RSUP Dr Kariadi Semarang.

(4)

2. Mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan obat dengan lama perawatan pasien di bangsal rawat inap RSUP Dr Kariadi Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi praktisi di rumah sakit, penelitian ini bermanfaat sebagai dasar untuk menggunakan obat secara tepat sesuai pedoman klinik guna menunjang keamanan pengobatan pasien usia lanjut.

2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang penggunaan obat yang tepat pada pasien usia lanjut. 3. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ketepatan penggunaan obat pada pasien usia lanjut.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai hubungan antara efek samping obat dan lama perawatan (length of stay) pasien oleh Nobili dkk., (2011). Penelitian yang menghubungkan antara lama perawatan dengan jumlah penggunaan obat yang tidak tepat juga telah diteliti oleh Floroff dkk., (2014). Kaitan antara efek samping obat dan ketepatan obat telah diteliti oleh Cahir dkk., (2014) dan Tosato dkk., (2014). Ringkasan penelitian tersebut ditampilkan pada tabel 1.

(5)

Tabel 1. Ringkasan Penelitian yang Pernah Dilakukan Sebelumnya

Peneliti Judul Hasil

Nobili dkk., Tahun 2011

Polypharmacy, Length of Hospital Stay, and In-hospital Mortality among Elderly Patients in Internal Medicine Wards. The REPOSI study.

(Cross-sectional).

Setiap satu efek samping akan memperpanjang waktu perawatan menjadi 3,57 hari dan meningkatnya risiko mortalitas.

Floroff dkk., Tahun 2014

Potentially Inappropriate Medication Use is Associated with Clinical Outcomes in Critically Ill Elderly Patients with Neurological Injury

(Retrospektif)

Obat yang tidak tepat, atau Potentially Inappropriate Medication (PIM) diresepkan kepada 81,3 % pasien dari total 112 pasien yang diteliti. Waktu pemulihan menjadi lebih lama pada pasien yang diberi > 2 jenis obat yang tidak tepat dibandingkan dengan pasien yang diberi ≤ 2 jenis obat tidak tepat (29 jam vs 8 jam, p=0,02). Selain itu terdapat LOS yang lebih lama pada pasien yang diberi > 2 jenis obat yang tidak tepat dibandingkan dengan pasien yang diberi ≤ 2 jenis obat tidak tepat di ruang Neuroscience Intensive Care Unit (NSICU) (9 hari vs 2 hari, p<0,0001) dan di rumah sakit (15 hari vs 5 hari, p<0,0001).

Cahir dkk., Tahun 2014

Potentially Inappropriate Prescribing and Adverse Health Outcomes in Community Dwelling Older Patients

(Kohort retrospektif)

Keseluruhan jumlah resep yang tidak tepat adalah 377 resep (42 %). Pasien yang mendapatkan ≥ 2 obat yang tidak tepat menurut kriteria STOPP berisiko dua kali lipat terkena efek samping obat (OR 2,21; CI 95 % 1,02- 4,83; p < 0,05).

(6)

Tabel 1. Lanjutan

Peneliti Judul Hasil

Tosato dkk., Tahun 2014

Potentially Inappropriate Drug Use among Hospitalised Older Adults: results form the CRIME study

(Prospektif obsevasional)

Jumlah obat yang tidak tepat adalah 58,4 % bila diukur menggunakan kriteria Beers, 50,4 % dengan kriteria STOPP, dan 75 % bila kedua kriteria tersebut digabungkan. Obat yang tidak tepat menurut kriteria STOPP secara signifikan berhubungan dengan efek samping (OR 2,36; CI 95 % 1,10-5,06) dan penurunan fungsi fisik (OR 2,00; CI 95 % 1,10-3,64), akan tetapi hubungannya tidak signifikan bila diukur dengan kriteria Beers.

Manias dkk., Tahun 2015

Use of the Screening Tool of

Older Persons'

Prescriptions (STOPP) and the Screening Tool to Alert doctors to the Right Treatment (START) in hospitalised older people. (Retrospektif)

Dari 200 pasien yang diteliti, prevalensi terjadinya pengobatan yang tidak tepat (Potentially Inappropriate Medication/PIM) menurut kriteria STOPP adalah sebesar 51 % (n=101). Kasus tersering PIM adalah peresepan aspirin pada pasien tanpa riwayat penyakit arteri jantung, otak, atau perifer. Secara keseluruhan, sebanyak 24 % PIM berkaitan dengan efek samping yang dialami pasien.

Dapat dilihat dari ringkasan beberapa penelitian tersebut, belum ada penelitian yang meneliti variabel persentase kejadian efek samping obat dan lama perawatan (LOS) serta ketepatan penggunaan obat dalam satu penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di bangsal rawat inap RSUP Dr Kariadi untuk meneliti hubungan antara ketepatan penggunaan obat dengan kejadian ESO dan LOS menggunakan rancangan kohort prospektif.

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Penelitian yang Pernah Dilakukan Sebelumnya
Tabel 1. Lanjutan

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan antara kondisi eksisting dengan skenario D (alur dikeruk, ukuran kapal meningkat dengan load factor 100% dan dilakukan penambahan alat dan peremajaan

Mengetahui hal tersebut, Sekolah Bisnis dan Manajemen– Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) bersama MarkPlus pada OMNI MBA Program 2020, membuat pelatihan Accounting in

Pada aplikasi rating kredit ini, penulis menambahkan sebuah fitur perhitungan suku bunga kredit berbasis risiko, dimana diharapkan dapat membantu Bank Nagari Cabang Jakarta dalam

Sedangkan uji beda modified hold relaxed dan traksi-translasi dengan Mann Whitney test diperoleh nilai statistik nilai sig.2-tailed adalah 0,685 &gt; 0,05,

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa dengan semua limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagai salah satu

Jumlah mahasiswa semester 8 fakultas psikologi dan kesehatan yang tinggal dirumah bersama orang tua adalah sebanyak 45 mahasiswa.

Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis selama melakukan pekerjaan dalam kurun waktu yang cukup lama dan dilakukan terus menerus