• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Harga Berlaku) Rp Milyar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Harga Berlaku) Rp Milyar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

R

RI

IN

N

GK

G

KA

AS

SA

AN

N

E

E

KS

K

S

EK

E

KU

U

TI

T

IF

F

K

K

AJ

A

J

IA

I

A

N

N

E

E

KO

K

O

N

N

O

O

MI

M

I

RE

R

E

G

G

I

I

O

O

NA

N

AL

L

Z

ZO

O

N

N

A

A

S

S

U

U

MA

M

A

TE

T

E

RA

R

A

BA

B

A

G

G

IA

I

A

N

N

TE

T

E

N

N

G

G

AH

A

H

11

T

T

RRIIWWUULLAANN

I

I

-

-

20

2

00

08

8

I. Assesmen Makro-Ekonomi Regional

Melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan banyak kalangan pada tahun 2008 telah tercermin pada angka pertumbuhan PDRB triwulan I. Pertumbuhan

tahunan dan triwulanan semua provinsi di Zona Sumbagteng menurun cukup tajam. Hal ini terjadi pada semua provinsi, dengan perlambatan cukup tajam terjadi pada Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Jika mengacu kepada target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 6,4%, tampaknya angka target tersebut sulit untuk dicapai. Bahkan kinerja ekonomi triwulan I-2008 dibawah kinerja ekonomi triwulan I tahun sebelumnya.

Tw.IV-2007 Tw.I-2008 Tw.I-2007 Tw.I-2008

Zona Sumbagteng

107,633,356.69

5.67

5.28

0.54

0.18

Sumatera Barat

16,653,459.52

6.98

6.82

0.96

0.81

Riau

68,733,000.92

3.72

3.29

-0.52

-0.93

Jambi

8,211,060.20

7.29

7.12

1.86

1.70

Kep. Riau

14,035,836.06

8.75

8.05

2.34

1.68

Sumber : BPS

Pertumbuhan (y-o-y) Pertumbuhan (q-t-q)

PDRB Tw.I-2008

(Harga Berlaku)

Rp Milyar

Daerah

Momentum peningkatan harga minyak dan harga komoditas ternyata kurang dimanfaatkan dengan baik oleh perekonomian Zona Sumbagteng. Sektor utama

pembentuk PDRB Zona Sumbagteng seperti pertanian, pertambangan serta industri pengolahan mengalami perlambatan bahkan menurun. Pada sektor pertanian misalnya, pertumbuhan triwulanan pada triwulan I-2007 minus 0,52%. Sektor pertambangan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada saat harga minyak dunia tinggi justru menurun lebih tajam sebesar 1,06%. Bahkan, industri pengolahan yang pada triwulan I-2007 sempat tumbuh 1,90% (q-t-q), pada triwulan laporan hanya tumbuh seperempatnya saja (lihat tabel 2).

1

Zona Sumbagteng meliputi provinsi-provinsi: Sumbar, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau. Tabel 1. Perkembangan PDRB Zona Sumbagteng

(2)

Tw.I-2007 Tw.I-2008 Tw.IV-2007 Tw.I-2008

Pertanian -0.24 -0.52 6.53 6.23

Pertambangan -1.03 -1.06 0.06 0.03

Industri Pengolahan 1.90 0.42 6.95 5.40

Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.09 1.09 7.45 8.52

Bangunan 2.21 2.29 14.02 14.12

PHR 2.26 2.16 10.00 9.89

Pengangkutan dan Komunikasi 1.69 1.80 10.35 10.47

Keuangan 0.79 0.65 9.65 9.49

Jasa-Jasa 0.67 0.41 8.25 7.97

Sumber : BPS

Pertumbuhan (q-t-q) Pertumbuhan (y-o-y) Sektor

Tekanan inflasi ternyata tidak mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Baik secara triwulanan maupun tahunan, konsumsi triwulan I-2008 tumbuh meningkat dibandingkan periode-periode sebelumnya. Investasi pun tumbuh meskipun masih jauh dari yang diharapkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi pada triwulan I-2008 diperkirakan berasal dari realisasi proyek pemerintah yang masih berlanjut dari akhir tahun 2007 yang lalu serta investasi pada subsektor perkebunan.

Tw.I-2007 Tw.I-2008 Tw.IV-2007 Tw.I-2008

1. Konsumsi Rumahtangga 0.59 1.29 8.33 9.08

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nir Laba 0.69 0.92 8.53 8.78

3. Konsumsi Pemerintah 0.56 0.65 10.75 10.85

4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1.42 2.84 12.08 13.65

5. Perubahan Stok -6.81 10.14 6.34 25.69

6. Ekspor Barang dan Jasa -0.61 0.46 6.84 7.99

7. Impor Barang dan Jasa 2.09 0.90 19.12 17.73

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 0.54 0.18 5.67 5.28 Sumber : BPS

Pertumbuhan (q-t-q) Pertumbuhan (y-o-y) Penggunaan

Sayangnya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah di Zona Padang masih terjadi. Rasio investasi terhadap PDRB pada Kepulauan Riau dan Riau terpaut cukup jauh

dengan Sumatera Barat dan Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa investasi pada Riau dan Kepri berjalan lebih baik daripada Sumatera Barat dan Jambi.Hal sebaliknya terjadi pada sisi konsumsi. Rasio konsumsi terhadap PDRB di Sumbar dan Jambi mencapai lebih dari 50%, sementara rasio konsumsi terhadap PDRB di Kepulauan Riau dan Riau berkisar antara 30-50%.

Tabel 2. Perkembangan PDRB Sektoral

(3)

Grafik 1 Rasio Investasi thd PDRB Grafik 2 Rasio Konsumsi Thd PDRB 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

Riau Kep. Riau Sumbar Jambi

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Riau Kep. Riau Sumbar Jambi

Komoditas makanan dan minuman olahan untuk industri seperti CPO dan produk turunannya masih mendominasi ekspor Zona Sumbagteng. Pasokan CPO dari sentra produksi kelapa sawit seperti Riau, Sumbar dan Jambi mengendalikan harga minyak goreng di Indonesia. Grafik dibawah mengkonfirmasi bahwa pada saat eksportir kelapa sawit meningkatkan ekspornya, maka harga minyak goreng di tanah air langsung naik. Pada bulan Oktober dan Desember 2007, ekspor kelompok makanan dan minuman olahan untuk industri mencapai hampir USD 1 milyar dollar sebulan. Padahal rata-rata ekspor kelompok barang tersebut perbulan selama tahun 2007 sebesar USD 413,54 juta.

0 200 400 600 800 1000 1200 Jan' 07 Feb' 07 Mrt' 07 Apr'0 7 Mei'07 Jun' 07 Jul'07 Agst '07 Sep' 07 Okt '07 Nov' 07 Des' 07 Jan' 08 USD Juta

121 - Food and Beverages (Processed), M ainly f or Indust ry 220 - Indust rial Supplies Not Elswhere Specif ied (Processed) 420 - Capital Goods Part s and Accessories 410 - Capit al Goods (Except Transport Equipment ) 210 - Industrial Supplies Not Elswhere Specified (Primary) 620 - Consumer Goods Not Elswhere Specified (Semi-Durable) 630 - Consumer Goods Not Elswhere Specif ied (Non-Durable) 610 - Consumer Goods Not Elswhere Specified (Durable) 530 - Transport Equipment, Part s and Accessories

II. Asesmen Inflasi

Secara umum, dibandingkan pergerakan inflasi tahun 2007, inflasi tahunan (yoy) di zona Padang masih lebih rendah di awal tahun 2008. Di bulan Januari 2008 inflasi zona Padang sebesar 5,63% (yoy), yang merupakan inflasi terendah sejak bulan November 2006. Namun memasuki bulan Februari 2008 inflasi cenderung meningkat menjadi 6,41% (yoy), dan pergerakan tersebut diperkirakan akan tetap berlangsung pada bulan Maret 2008. Cuaca yang masih kurang bagus, masih tingginya harga komoditas, dan adanya

(4)

masalah shock pasokan merupakan faktor penyebab angka inflasi yang masih tinggi pada triwulan I-2008.

Grafik Perkembangan Inflasi Zona Padang

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 J 200 5 J A S O N D J 200 6 F M A M J J A S O N D J 200 7 F M A M J J A S O N D J 200 8 F (y -o -y , q -t-q ) -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 (m -t-m , y -t-d ) y-o-y y-t-d q-t-q m-t-m

Sampai dengan Februari 2008, laju inflasi zona Padang mencapai 2,46% (y-t-d) atau lebih rendah dari periode yang sama tahun 2006 yang tercatat sebesar 2,62%. Laju

inflasi tertinggi terjadi di kota Pekanbaru yang tercatat sebesar 3,09% (y-t-d), selanjutnya adalah kota Padang sebesar 2,88%, kota Batam sebesar 2,07%, dan laju inflasi terendah di kota Jambi sebesar 1,06%.

Kota Periode y-o-y y-t-d q-t-q m-t-m

Zona Padang Feb 2007 8,77 2,62 4,81 0,59

Jun 7,11 1,66 -1,26 0,16 Sept 7,76 3,81 2,12 0,96 Des 6,58 6,58 2,66 1,43 Feb 2008 6,41 2,46 3,92 1,33 Padang Feb 2007 10,56 2,43 5,46 1,14 Jun 7,79 1,64 -1,96 0,22 Sept 9,00 3,74 2,07 0,98 Des 6,90 6,90 3,05 1,53 Feb 2008 7,38 2,88 4,45 1,99 Pekanbaru Feb 2007 9,16 3,54 5,89 0,79 Jun 6,84 2,12 -1,49 -0,01 Sept 7,58 4,08 1,92 1,09 Des 7,53 7,53 3,31 1,61 Feb 2008 7,06 3,09 4,75 1,31 Jambi Feb 2007 12,23 2,48 4,54 0,97 Jun 9,93 1,92 -1,21 0,68 Sept 10,96 4,54 2,57 1,10 Des 7,42 7,42 2,75 1,84 Feb 2008 5,93 1,06 2,92 0,46 Batam Feb 2007 5,10 1,92 3,21 -0,34 Jun 5,42 1,06 -0,35 0,04 Sept 5,26 3,23 2,15 0,74 Des 4,84 4,84 1,56 0,92 Feb 2008 5,00 2,07 3,01 1,14 Sumber : BPS, diolah

Perkembangan Inflasi Kota di Zona Padang (%)

Berdasarkan kotanya, secara triwulanan kota Pekanbaru juga merupakan kota dengan inflasi tertinggi di zona Padang. Pada triwulan laporan, inflasi kota Pekanbaru

tercatat sebesar 4,75% (q-t-q), diikuti dengan kota Padang sebesar 4,45%, kota Batam sebesar 3,01%, dan terendah di kota Jambi sebesar 2,92%.

(5)

Dilihat dari kelompok barang dan jasa secara triwulanan (q-t-q), pada triwulan laporan kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi di zona Padang

dengan angka inflasi mencapai 7,85% (sumbangan 2,39%), disusul kemudian kelompok sandang sebesar 4,70% (sumbangan 0,31%), kelompok makanan jadi sebesar 3,58% (sumbangan 0,63%) dan kelompok kesehatan sebesar 2,04% (sumbangan 0,06%). Secara

tahunan (y-o-y), pada triwulan laporan kelompok sandang mengalami inflasi tertinggi di zona Padang dengan angka inflasi mencapai 13,04% (sumbangan 0,83%),

disusul kemudian kelompok bahan makanan sebesar 9,63% (sumbangan 2,96%), kelompok makanan jadi sebesar 7,08% (sumbangan 1,24%) dan kelompok kesehatan sebesar 5,29% (sumbangan 0,16%).

(kuartalan, q-t-q, %)

Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I* Sumb.

UMUM / TOTAL 2,25 10,65 0,92 0,51 1,50 3,80 2,96 -1,26 2,12 2,66 3,92 3,92 Bahan Makanan 3,90 11,79 -0,11 -0,87 1,74 9,10 5,47 -5,21 4,45 4,73 7,85 2,39 Makanan Jadi 1,90 5,01 2,45 0,30 2,61 2,89 3,01 0,87 1,30 2,20 3,58 0,63 Perumahan 1,00 6,16 1,30 1,52 0,63 1,66 2,61 0,46 0,69 1,47 1,71 0,38 Sandang 3,11 3,58 0,97 3,44 0,65 2,20 0,98 -0,22 3,32 5,62 4,70 0,31 Kesehatan 0,73 2,65 3,19 0,92 1,44 2,97 1,18 1,27 1,12 1,31 2,04 0,06 Pendidikan 5,59 3,64 0,25 0,69 6,30 0,87 0,54 0,05 3,34 0,89 0,93 0,04 Transportasi & Komnk 0,37 31,21 0,38 0,47 0,18 0,11 0,42 0,43 0,01 0,41 0,58 0,09 (tahunan, y-o-y, %)

Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I* Sumb.

UMUM / TOTAL 8,71 17,23 14,00 14,76 13,92 6,87 9,03 7,11 7,76 6,58 6,41 6,41 Bahan Makanan 12,33 19,76 13,64 15,01 12,63 9,92 16,06 10,98 13,94 9,37 9,63 2,96 Makanan Jadi 9,46 11,27 11,07 9,96 10,72 8,48 9,08 9,70 8,30 7,57 7,08 1,24 Perumahan 3,45 8,71 8,86 10,26 9,86 5,20 6,57 5,46 5,52 5,32 3,62 0,82 Sandang 8,73 7,81 8,49 11,55 8,88 7,43 7,44 3,65 6,40 9,95 13,04 0,83 Kesehatan 4,53 6,67 8,79 7,67 8,44 8,77 6,65 7,02 6,68 4,96 5,29 0,16 Pendidikan 6,20 9,70 9,82 10,47 11,21 8,24 8,56 7,86 4,86 4,88 4,50 0,20 Transportasi & Komnk 11,92 46,38 32,54 32,82 32,57 1,15 1,19 1,14 0,98 1,28 1,29 0,20

Sumber : BPS diolah, * posisi Feb 2008

2008

2007 2008

Tabel Perkembangan Inflasi Zona Padang Menurut Kelompok Barang

Kelompok Barang & Jasa

2005 2006

Kelompok Barang & Jasa

2005 2006

2007

Komoditi seperti beras, cabe merah, ikan tongkol, minyak goreng, kelapa, daging ayam ras, serai, tempe, telur ayam ras, dll, memberikan sumbangan inflasi yang cukup tinggi pada kelompok bahan makanan di zona Padang. Belum masuknya masa

panen padi, terhambatnya distribusi barang dari Pulau Jawa, serta gelombang laut yang tinggi menyebabkan pasokan bahan makanan mengalami hambatan. Hal ini terlihat dari sumbangan inflasi yang cukup besar dari komponen beras (0,57%), cabe merah (0,28%), dan ikan tongkol (0,23%). Di Pasar Raya Padang harga beras kualitas sedang mencapai Rp5.800/kg, dan harga beras kualitas baik sebesar Rp6.700/kg. Informasi dari media, kenaikan beras sudah mulai terjadi dari agen yang memasok beras dikarenakan menipisnya persediaan di tingkat penjual. Selain faktor pasokan, kenaikan harga beras juga diakibatkan karena meningkatnya harga beras internasional. Pada akhir Februari 2008, harga patokan beras di Thailand diperdagangkan di atas USD 500 per ton, naik lebih dari USD 100 dibandingkan sebulan sebelumnya. Padahal, tahun lalu, harga beras di Thailand yang

(6)

sering diimpor Indonesia hanya berkisar USD 325 per ton. Sementara harga beras di Vietnam naik 50 persen dibanding tahun lalu menjadi USD 460 per ton.

Pada kelompok sandang, penyumbang inflasi masih berasal dari kenaikan harga emas domestik akibat dari masih tingginya harga emas internasional dan lonjakan harga minyak dunia. Berdasarkan Informasi yang dihimpun RiauInfo, diketahui

sebelumnya harga emas di Pekanbaru masih berkisar antara Rp700 ribu hingga Rp715 ribu per emas, namun di bulan Maret 2008 harga emas kembali naik menjadi Rp740 ribu per emas. Di pasar internasional, harga emas sampai dengan 18 Maret 2008 sempat mencapai USD 1001,40 per troy ounce. Meskipun harga emas sudah melambung tinggi, ternyata tidak mengurangi minat masyarakat untuk membeli emas. Bahkan jumlah warga yang membeli emas lebih banyak ketimbang menjual emasnya.

Pada kelompok makanan jadi, beberapa jenis rokok kretek filter masih memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pembentukan inflasi kelompok ini. Rokok

kretek filter mengalami inflasi sebesar 4,97% (q-t-q) dengan sumbangan sebesar 0,16%, disusul kemudian rokok putih (inflasi 5,50%, sumbangan 0,05%), dan rokok kretek (inflasi 1,54%, sumbangan 0,03%). Kenaikan harga rokok disebabkan adanya penyesuaian atas kebijakan kenaikan tarif cukai spesifik yang berlaku mulai Maret 2008. Produsen rata-rata menetapkan kenaikan harga jual sehingga perbedaan antara Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Transaksi Pasar (HTP) berada pada kisaran 15%. Tarif cukai spesifik dari sigaret kretek dan sigaret putih mesin akan dinaikkan Rp3 – Rp7 perbatang menjadi sebesar Rp30 – Rp35 per batang. Selain itu, harga rokok juga dipengaruhi oleh naiknya harga cengkeh. Kenaikan harga cengkeh disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi cengkeh, sehingga kenaikan harga cengkeh menjadi tidak normal. Selain itu kondisi alam yang tidak mendukung juga diperkirakan akan menyebabkan panen cengkeh gagal.

Harga kelompok makanan jadi berbahan baku tepung terigu meningkat. Tingginya

harga gandum internasional saat ini membuat kalangan produsen tepung terigu berencana kembali menaikkan harga hingga 10 persen di kuartal kedua tahun ini. Akibatnya, produsen bakery akan ikut-ikutan menaikkan harga antara 10-15 persen. Penyesuaian harga tersebut memakai patokan kontrak harga gandum pada bulan Desember 2007 yang sebesar USD450 per ton, namun pada pertengahan Februari 2008 harga gandum kembali melonjak menjadi USD700 per ton.

Masih tingginya laju inflasi inti bulanan Februari 2008 dibandingkan rata-rata laju inflasi inti tahun 2007 menunjukkan bahwa tekanan inflasi masih cukup tinggi.

Tekanan inflasi inti ini diperkirakan berasal dari barang-barang yang tinggi komponen impornya. Belum stabilnya harga minyak dunia, kenaikan harga barang substitusi energi seperti batubara, pasokan listrik yang menurun di pulau Jawa, serta masalah distribusi barang akan memberikan tekanan yang cukup tinggi terhadap laju inflasi inti. Faktor

(7)

ekspektasi inflasi diperkirakan juga memberikan tekanan yang dipicu oleh kenaikan gaji PNS dan UMR Berdasarkan determinan inflasi, inflasi inti di zona Padang pada bulan Februari 2008 tercatat sebesar 6,70%, sedangkan inflasi non inti sebesar 6,10%. Angka tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2007 yang masing-masing tercatat sebesar 6,73% dan 10,90%.

Grafik Perkembangan Inflasi Inti dan Non-Inti Zona Padang 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F 2005 2006 2007 2008 -1 3 7 11 15 19 23 27 31 35 IHK Inti (Exclusion) Non Inti (kanan)

(%) (%

Masih tingginya harga komoditi pertanian yang masuk dalam kelompok bahan makanan, memberikan tekanan terhadap inflasi volatile food zona Padang di bulan Februari 2008. Pada triwulan laporan (Februari 2008) inflasi volatile food sebesar 9,50% (y-o-y), dan inflasi administered price sebesar 2,26% (y-o-y). Dibandingkan periode yang sama di tahun 2007, inflasi volatile food dan administered price pada triwulan laporan jauh lebih rendah. Pada Februari 2007, inflasi volatile food sebesar 15,60% (y-o-y), dan inflasi administered price sebesar 6,02% (y-o-y).

Grafik Perkembangan Determinan Inflasi Zona Padang

-13 -11 -9 -7 -5 -3 -1 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F 2005 2006 2007 2008 0 5 10 15 20 25 30 35 40 IHK Inti (exclusion) Volatile Food Administered (kanan) (%) y-o-y

Gambar

Tabel 1. Perkembangan PDRB Zona Sumbagteng
Tabel 2. Perkembangan PDRB Sektoral
Grafik 1 Rasio Investasi thd PDRB  Grafik 2 Rasio Konsumsi Thd PDRB  0%5%10%15%20%25%30%
Grafik Perkembangan Inflasi Zona Padang
+3

Referensi

Dokumen terkait