K
ATAP
ENGANTARSetelah melewati beberapa puncak keberhasilan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mulai memasuki fase kritis yang dikhawatirkan akan terjadi stagnasi dan pada beberapa aspek cenderung dapat menyebabkan penurunan kinerja. Oleh karena itu, gaya dan pola manajemen dalam pengelolaan Badan Litbang Pertanian ke depan perlu dilakukan secara profesional dengan pendekatan manajemen korporasi
Semangat SCIENCE. INNOVATION. NETWORKS yang menjadi tagline Badan Litbang Pertanian merupakan landasan kuat untuk mengimplementasikan corporate management system atau manajemen korporasi.
Penyusunan buku panduan umum manajemen korporasi Badan Litbang Pertanian ditujukan sebagai pedoman bagi seluruh pegawai lingkup Badan Litbang Pertanian dalam mengimplementasikan manajemen korporasi.
Saya berharap seluruh UK dan UPT dapat secara konsisten mengimplementasikannya dengan mengacu pada panduan umum ini, sehingga kinerja Badan Litbang Pertanian menjadi semakin baik dan dapat melaksanakan percepatan pencapaian kinerja dengan semangat not business as usual. Selamat Bekerja.
Jakarta, Oktober 2013 Kepala Badan Litbang Pertanian
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
NOMOR : 343/Kpts/OT.140/I/10/2013 36/Kpts/OT.160/I/1/2013
TENTANG
PANDUAN PENERAPAN MANAJEMEN KORPORASI DI LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa lembaga penelitian dan
pengembangan wajib meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mendukung
pembangunan nasional;
b. bahwa sesuai dengan tuntutan
pembangunan pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian diharapkan dapat mempunyai kesatuan pemikiran, konsep dan gerak yang komprehensif dan holistik;
c. bahwa atas dasar hal tersebut di atas pada huruf a dan b serta untuk mencapai tujuan yang dimaksud perlu
ditetapkan Panduan Penerapan Manajemen Korporasi di Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000
tentang Perlindungan Varietas
Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4043);
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
6. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 141;
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara jo. Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 142);
8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pembayaran
Dalam Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4212) sebagaimana telah diubah
terakhir kali dengan Keputusan
Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);
9. Keputusan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I Di Lingkungan Kementerian Pertanian;
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
6458/Kpts/KU.140/12/2012 tentang
Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar (SPM), Bendahara Pengeluaran, dan Bendahara Penerima
lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian;
12. Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Nomor
04/Kpts/KP.340/I/1/2013 tentang
Penetapan Pejabat yang diberi
kewenangan melakukan tindakan yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran
Belanja/Pembuat Komitmen (PPK)
lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Panduan Penerapan Manajemen Korporasi
di Lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian sebagaimana
KEDUA : Panduan Penerapan Manajemen Korporasi
di Lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian sebagaimana
dimaksud pada diktum KESATU untuk digunakan sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan penerapan manajemen korporasi
di lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
KETIGA : Keputusan ini berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Oktober 2013ri 201
KEPALA BADAN,
HARYONO
NIP. 19560516 198103 1 002
Salinan Keputusan ini disampaikan Yth. : 1. Menteri Pertanian;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;
4. Kepala Pusat, Puslitbang, Balai Besar, Balai Penelitian, BPTP dan Loka Penelitian lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
PANDUAN UMUM
MANAJEMEN KORPORASIBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Tim Penyusun I. PENGARAH
Ketua : Dr. Ir. Haryono, M.Sc
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sekretaris 1 : Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc
Sekretaris Badan Litbang Pertanian Sekretaris 2 : Dr. Agung Hendriadi, M.Eng
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Anggota : Dr. Ir. Muhammad Syakir, MS
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
II. PELAKSANA
Ketua : Dr. Agung Hendriadi, M.Eng
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Wakil Ketua : Prof (Riset) Dr. Ir. Erizal Jamal
Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian
Sekretaris : Seta R. Agustina, SP, MMA, M.Sc
Anggota : 1. Dr. Haris Syahbuddin, DEA
2. Dr. Ketut Gede Mudiarta 3. Dr. Idha Widi Arsanti, SP, MP 4. Ir. Erlita Rahmarestia, M.Sc 5. Dr. Joko Pitono
6. Dr. Retno Sri Hartati M 7. Dr. Hoerudin
8. Dr. Yiyi Sulaeman 9. Ir. Sri Purmiyanti, M.Si 10. Irwan Arfiansyah, ST
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN 1
1.1. Sejarah Singkat Perkembangan Badan Litbang Pertanian
1
1.2. Manajemen Korporasi Badan Litbang Pertanian 4
II. KORPORASI IDENTITAS 10
III. KORPORASI ORGANISASI BADAN LITBANG PERTANIAN
17
3.1. Struktur Organisasi 17
3.2. Indikator Keberhasilan Korporasi Organisasi 22
IV. KORPORASI MANAJEMEN PROGRAM BADAN LITBANG PERTANIAN
23
4.1. Manajemen Korporasi Program 23
4.2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 29
V. KORPORASI SISTEM INFORMASI DAN CLOUD COMPUTING
5.1. Sistem Informasi 33
5.2. Arsitektur Sistem Informasi 34
5.3. Pengembangan Sistem Informasi 35
5.4. Persiapan Pengembangan Sistem Informasi 37
5.5. Cloud Computing 39
VI. MANAJEMEN KORPORASI DISEMINASI 45
6.1. Sistem Inovasi dan Diseminasi 46
6.2. Implementasi Manajemen Korporasi Diseminasi 48
Badan Litbang Pertanian
I. PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Singkat Perkembangan Badan Litbang Pertanian
Semenjak dibentuk sebagai unit Eselon I Departemen Pertanian pada 26 Agustus 1974 sampai saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah mengalami sepuluh kali perubahan dan penyempurnaan organisasi, baik itu berupa penambahan unit eselon II maupun proses perampingan. Selama masa itu, Badan Litbang Pertanian telah dipimpin oleh 8 orang Kepala Badan mulai dari Ir. Sadikin Sumintawikarta sampai Dr. Haryono, MSc. Ke delapan Kepala Badan Litbang tersebut telah memberi warna pada perkembangan Badan Litbang Pertanian, sehingga kondisinya seperti saat ini dengan 1.690 peneliti, 254 penyuluh, 39 perekayasa serta 58 pustakawan, dan 106 penelitinya telah dikukuhkan sebagai professor riset dalam berbagai bidang keahlian.
Perkembangan Badan Litbang Pertanian sebagai lembaga penelitian, dapat dikelompokkan atas masa perintisan dan pematangan yaitu periode (1974-2004), yang ditandai dengan berakhirnya masa pengabdian alumni Akademi Pertanian Ciawi, dan periode pengembangan dan invansi yang dimulai pada tahun 2005 serta
diperkirakan akan berakhir pada tahun 2035. Selama 30 tahun pertama, lima kepala Badan Litbang yaitu Ir. Sadikin Sumintawikarta, Prof. Dr. Gunawan Satari, Dr. Soetatwo Hadiwigeno, Dr. Faisal Kasryno dan Dr. Joko Budianto bersama jajaran manajemen pada periode itu, telah meletakkan dasar yang kuat bagi pengembangan Badan Litbang Pertanian melalui pengembangan sumberdaya manusia, infrastruktur, serta kelembagaan Badan litbang.
Pada masa ini telah dirintis pola ideal kegiatan penelitian pertanian dari hulu ke hilir, serta proses diseminasinya sehingga hasil kegiatan penelitian diadopsi sebagai inovasi di lahan petani. Pembentukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan salah satu puncak pencapaian pada periode ini, yang merupakan bentuk ideal pengejawantahan prinsip research and extension linkages (REL)
Selama masa perintisan dan pematangannya sebagai sebuah lembaga penelitian (1974-2004), perkembangan Badan Litbang Pertanian banyak diwarnai oleh pola dan gaya manajemen. Kepemimipinan awal Badan Litbang Pertanian yang visioner oleh Ir. Sadikin Sumintawikarta telah berhasil meletakan dasar yang kokoh
Akademi Pertanian Ciawi, yang merupakan perpaduan Akademi Biologi dan Kursus Akademi Penyelidikan Pertanian, dari 10 angkatan mulai tahun 1957-1968, Ir Sadikin Sumintawikarta memformulasikan dalam konsep pengembangan tiga M (3M), yaitu Man Power, Money dan Material.
Pelaksanaan konsep 3M ini ditandai dengan pengembangan sumberdaya manusia dan inftrastruktur penelitian, melalui program training jangka panjang (S2,S3) bagi tenaga peneliti ke berbagai institusi pendidikan terutama ke luar negeri, dan mengembangkan berbagai sarana pendukung penelitian seperti balai penelitian, laboratorium, kebun percobaan dan lainnya. Pada masa kepemimpinan Ir. Sadikin Sumintawikarta Badan Litbang pada tahun 2000 dicanangkan akan didukung oleh 10.000 peneliti dengan beragam bidang keahlian. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut telah dibentuk Komisi Pembinaan Tenaga yang sampai saat ini keberadaannya tetap dipertahankan.
Kepala Badan Litbang setelah Ir. Sadikin Sumintawikarta, melanjutkan pengembangan kelembagaan Badan Litbang Pertanian dengan pola dan gaya kepemimpinan masing-masing. Upaya
pengembangan kapasitas tenaga peneliti terus dilakukan dilakukan bersamaan dengan pengembangan kegiatan penelitian.
Hasil penelitian Badan Litbang Pertanian mulai mewarnai pembangunan pertanian di Indonesia dan mencapai puncaknya dengan dibentuknya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di tingkat provinsi. Pada akhir masa perintisan dan pematangan ini, keberadaan Badan Litbang Pertanian di lingkup Departemen Pertanian sudah mencapai puncaknya. Hampir semua keputusan penting tentang proses pembangunan pertanian lahir dari pemikiran peneliti Badan Litbang Pertanian atau melalui proses iterasi yag intensif dengan peneliti Badan Litbang Pertanian.
1.2. Manajemen Korporasi Badan Litbang Pertanian
Setelah melewati beberapa puncak keberhasilan, Badan Litbang Pertanian mulai memasuki fase kritis dari perkembangannya, yang ditandai dengan pelandaian laju perkembangannya (Gambar 1). Bila kecenderungan ini terus dibiarkan, maka dikuatirkan akan terjadi stagnasi dan bahkan penurunan kinerja dalam berbagai hal pada beberapa aspek Belajar dari pola pengembangan Badan Litbang Pertanian selama masa perintisan yang telah banyak menghasilkan
berbagai output penelitian serta memperhatikan berbagai tantangan ke depan, maka untuk mengantisipasinya diperlukan berbagai perubahan dalam pengelolaannya ke depan.
Perubahan ini harus dapat menjawab upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas program, serta melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia dalam menghadapi persaingan di tingkat regional dan global. Menghadapi kondisi ini, maka pengelolaan Badan Litbang harus dilakukan secara professional melalui pendekatan manajemen korporasi. Pada masa pengembangan dan Invansi ini (2005-2035), Badan Litbang Pertanian harus menyusun sejumlah target bersama secara sistematis untuk dapat membawa Badan Litbang Pertanian tidak saja disegani di tingkat nasional, namun juga di tingkat regional dan global.
Gambar 1. Kurva hipotetif perkembangan badan litbang pertanian selama tahun 1974-2035
Pada masa mendatang Badan Litbang Pertanian harus ditopang oleh kepemimpinan kewirausahaan pada semua lini, dengan dukungan anggaran yang memadai untuk digunakan dan dapat memberikan manfaat yang maksimal dalam pengembangan
litkajibang-diklatluh-rap. Penerapan manajemen korporasi juga harus dapat memfasilitasi
pengembangan network di internal Badan Litbang maupun dengan para pihak terkait di dalam dan di luar negeri, karena Badan Litbang Pertanian tidak dapat bekerja sendiri atau berpretensi menyelesaikan semua masalah yang dihadapi petani.
Pengembangan manajemen korporasi harus dapat menyatukan dan menyamakan langkah gerak organisasi Badan Litbang Pertanian, yang dipandu melalui pemantapan minimal 7 manajemen penelitian pengembangan, yang meliputi: (1) Manajemen program dan alokasi anggaran; (2) manajemen sumberdaya manusia untuk dapat mengelola 1.690 peneliti, 254 penyuluh, 39 perekayasa serta 58 pustakawan; (3) manajemen sarana dan prasarana yang meliputi laboratorium, kebun percobaan dan UPBS; (4) tertib administrasi dalam segala aspek termasuk dalam proses pengadaan barang dan jasa; (5) manajemen waktu, sehingga semua pihak dapat memanfaatkan waktu secara lebih baik, serta dapat menghasilkan produk atau rekomendasi hasil penelitian tepat pada saat dibutuhkan; (6) manajemen pola pikir atau mind set, sehingga mind set peneliti, perekayasa, penyuluh dan pustakawan dapat sejalan dengan mind set lembaga tempatnya bekerja dan terakhir (7) manajemen konflik, yang dapat mensinkronkan berbagai kepentingan yang beragam dengan tetap melihat kepentingan pencapaian tujuan di atas segalanya.
Untuk dua yang terakhir ini mutlak dilakukan, karena Badan Litbang memiliki peneliti, perekayasa, penyuluh dan pustakawan yang kreatif dan bila tidak dipagari dalam koridor mind set yang sama,
dikuatirkan apa yang dilakukan belum sepenuhnya sejalan dengan apa yang ingin dicapai Kementerian Pertanian pada umumnya. Manajemen korporasi ini diharapkan tidak memasung kreativitas peneliti dalam berkarya di bidangnya masing-masing. Terkait dengan upaya penyamaan mind set ini juga penting agar kerjasama antar UK/UPT sebagaimana yang dikonsepkan dalam pengembangan manajemen korporasi dapat diwujudkan.. Manajemen korporasi Badan Litbang Pertanian juga tidak terlepas dari Tagline Badan Litbang Pertanian, yakni science, innovation, networks. Pemahamannya adalah bahwa inovasi harus dihasilkan melalui kegiatan ilmiah (Sains) dan pengembangannya dilakukan dengan membangun kemitraan maupun kerjasama (Networks).
Penyusunan panduan manajemen korporasi untuk menjadi acuan semua pihak di lingkup Badan Litbang Pertanian, untuk mulai menyamakan persepsinya tentang tantangan masa depan yang dihadapi Badan Litbang Pertanian. Secara spesifik tujuan penyusunan panduan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan implementasinya terkait manajemen korporasi identitas, organisasi, program, IT, dan manajemen korporasi diseminasi.
II. KORPORASI IDENTITAS
Manjemen Korporasi Identitas (corporate identity) adalah
semua perwakilan atau perwujudan media visual dan fisik yang menampilkan jati diri organisasi sehingga Badan Litbang Pertanian sebagai organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya. Identitas organisasi memiliki relasi dengan budaya organisasi (corporate culture) dan citra organisasi (corporate image). Secara internal, identitas organisasi terkait dengan kultur yang ditetapkan dan diacu Badan Litbang Pertanian. Secara eksternal, identitas organisasi memiliki keterkaitan dengan citra organisasi. Saat ini, identitas organisasi telah diakui sebagai sumber daya yang strategis dan sumber keunggulan yang kompetitif.
Corporate identity dapat dipandang terdiri dari tiga unsur yakni Design, Communication, dan Behavior, yang mencerminkan perilaku dalam menerapkan nilai-nilai identitas Badan Litbang Pertanian, dengan mengedepankan kebanggaan menggunakan identitas Badan Litbang Pertanian.
Berikut ini adalah beberapa ragam korporasi identitas Badan Litbang Pertanian yang terdiri dari : (1) Logo Agroinovasi, (2) Poster,
(3) Plakat, (4) Kartu Nama, (5) Template Presentasi, (6) Label Kemasan Produk Badan Litbang Pertaian, (7) Kop Surat, (8) Papan Nama Kantor UK/UPT Badan Litbang Pertanian, (9), alamat email pegawai, dan (10) Buku penerbitan Badan Litbang Pertanian. Segenap unsur-unsur Badan Litbang Pertanian mengimplementasikan identitas Badan Litbang Pertanian dengan ketentuan sebagai berikut:
(i) Logo Agroinovasi
Logo Agroinovasi harus dicantumkan dalam setiap Produk Badan Litbang Pertanian, antara lain pada kemasan produk, prototipe, publikasi dan promosi. Penggunaan logo agroinovasi memperhatikan ketentuan terkait warna dan ukuran sebagaimana perlindungan cipta dan merk terhadap logo agroinovasi yang telah didaftarkan ke Direktorat Jenderal HKI (Lampiran 1).
(ii). Poster
Poster sebagai salah satu media promosi perlu menunjukkan identitas Badan Litbang Pertanian yang didesain untuk menunjukkan identitas Badan Litbang Pertanian. Dalam Panduan ini, bentuk visualisasi desain pembuatan poster Badan
Litbang Pertanian yang meliputi ukuran, jenis huruf, dan tata letak (lay out), dijelaskan dalam Lampiran 2.
(iii). Plakat
Plakat merupakan desain grafis yang memuat komposisi gambar ataupun desain. Plakat juga dikenal dalam bentuk piala atau trofi, yakni benda yang diberikan pada seseorang ataupun lembaga, karena pencapaian ataupun penghargaan (reward) tertentu yang diberikan Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu, pembuatan plakat disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
Badan Litbang Pertanian sebagai suatu lembaga litbang menerapkan standar tersendiri dalam merancang plakat untuk mengenalkan Badan Litbang Pertanian, ataupun sebagai representasi Badan Litbang Pertaian untuk menghargai stakeholders. Secara rinci desain plakat Badan Litbang Pertanian, dikemukakan seperti pada Lampiran 3.
(iv). Kartu Nama
Kartu nama yang didesain bagi seluruh sumberdaya manusia Badan Litbang Pertanian berfungsi untuk menunjukkan identitasnya sebagai bagian dari unsur lembaga penelitian Badan Litbang Pertanian. Kartu nama didesain secara khusus yang menggambarkan posisi sumberdaya mausia Badan Litbang Pertanian sesuai tugas dan fungsinya. Desain rinci dikemukakan pada Lampiran 4.
(v). Template Presentasi
Template Presentasi merupakan salah satu identitas yang mencirikan bahwa materi yang dipresentasikan dalam suatu event, bersumber dari Badan Litbang Pertanian. Template presentasi didesain dengan standar seperti yang dikemukakan pada Lampiran 5
(vi). Label Kemasan Produk Badan Litbang Pertanian
Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi teknologi pertanian, dan produk-produk yang siap dikirim/dilisensi kepada stakeholders. Sebagian besar produk
pengguna, antara lain berupa benih dan bibit unggul hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Produk –produk Badan Litbang Pertanian memerlukan kemasan yang standar, untuk dikenalkan dan didistribusikan kepada stakeholders. Dalam panduan ini, dijelaskan standar label kemasan produk benih sumber yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, terutama yang diproduksi UPBS (Lampiran 6). Adapun label kemasan lainnya, menyesuiakan dengan standar yang telah ditetapkan.
(vii). Kop Surat
Surat dinas sebagai salah satu bentuk komunikasi tidak langsung antar institusi didesain sebagai identitas Badan Litbang Pertanian. Desain kop surat seluruh satker lingkup Badan Litbang Pertanian ditetapkan seperti tertuang dalam Lampiran 7.
(viii). Papan Nama Kantor
Papan nama kantor di lingkup Badan Litbang Pertanian perlu ditetapkan dengan kekhususan yang menjadi identitas institusi. Adapun ciri tersebut meliputi : bentuk empat persegi panjang dengan ukuran disesuaikan pada kebutuhan
masing-masing unit kerjanya. mencamtumkan logo Kementerian Pertanian (Sebelah kiri tulisan nama Kementerian dan Badan Litbang, yang diikuti nama Satker dibawahnya) dan logo Agroinovasi (sebelah kanan tulisan). Materi yang tercantum dalam papan nama menggunakan bahan Stainless Steel..
(ix) Alamat e-mail
E-mail sebagai salah satu media komunikasi elektronik baik internal maupun dengan pihak eksternal juga merupakan identitas yang mesti diterapkan oleh seluruh pegawai Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu, alamat email pegawai ataupun institusi lingkup Badan Litbang Pertanian mengikuti ketentuan yang ditetapkan, sebagai salah satu unsur corporate identity. Alamat email dimaksud dirancang dan dikoordinasikan Tim IT Sekretariat Badan Litbang Pertanian. Ketentuan alamat email ditetapkan dengan inisial nama pegawai atau institusi, diikuti @litbang.deptan.go.id seperti contoh berikut:
(x) Buku
Setiap buku yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian perlu mencantumkan logo Kementerian Pertanian, Logo Agroinovasi beserta tagline serta logo IAARD Press pada cover belakang buku seperti contoh.
III. KORPORASIORGANISASI BADAN LITBANG PERTANIAN
Korporasi organisasi merupakan pendekatan pengelolaan sumberdaya organisasi di lingkup Badan Litbang Pertanian guna mencapai visi dan misi, sasaran, dan tujuan utama organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fugsi masing-masing UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada masing-masing lembaga formal di UK dan UPT masih memerlukan upaya-upaya penyelarasan struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan penggerak utama kinerja organisasi, selain kultur organisasi sebagai tata nilai organisasi.
3.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada dasarnya merupakan mekanisme-mekanisme pengelolaan organisasi. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi dan desentralisasi dalam proses pengambilan keputusan. Faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi antara lain adalah strategi pencapaian tujuan dan besar kecilnya organisasi. Dalam kerangka operasional, struktur organisasi Badan Litbang Pertanian
sedemikian besar, yakni terdiri dari 14 unit kerja eselon II, yang mengkoordinasikan Balai-balai penelitian dengan mandat nasional, maupun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di 33 propinsi yang memiliki mandat pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.
Saat ini, Badan Litbang Pertanian terdiri dari 66 Satuan Kerja yang merupakan organisasi formal. Satuan kerja dimaksud, mengelola sumberdaya litbang pertanian dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi Badan Litbang Pertanian. Struktur organisasi masing-masing satuan kerja relatif masih bervariasi antar Unit Kerja eselon II, dan juga pada satuan kerja eselon 3 dan eselon 4 (Gambar 3).
Gmbar 3. Variasi struktur organisasi balai
Variasi struktur organisasi yang meliputi fungsi ataupun nama setiap level struktural (Gambar 3) bertalian erat dengan belum efektifnya spesialisasi kegiatan, koordinasi, standarisasi kegiatan, maupun sentralisasi dan desentralisasi kegiatan sebagai komponen-komponen utama yang menggerakan capaian kinerja organisasi satuan kerja di lingkup Badan Litbang Pertanian. Penyelarasan struktur organisasi seluruh organisasi satuan kerja perlu dilaksanakan, dengan mengacu pada peraturan di level Badan Litbang Pertanian,
Kementerian Pertanian, maupun peraturan yang terkait pada level nasional.
Dalam kerangka pelaksanaan korporasi organisasi Badan Litbang Pertanian, penguatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pencapaian output penting UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dapat melalui pembentukan tambahan kelembagaan internal sebagai instrumen pendukung atas struktur formal kelembagaan yang telah ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kendala struktural formal dalam menyelaraskan struktur yang eksis. Tambahan kelembagaan internal tersebut dapat berupa:
1. Tim/komisi teknis 2. Kelompok kerja 3. Kepanitiaan
4. Unit layanan independen (koperasi, outlet service, dan unit layanan lainnya)
Bentuk tambahan kelembagaan internal nomor 1-3 di atas, utamanya digunakan untuk penguatan langsung pada tugas, fungsi, target output utama UK/UPT. Sementara pembentukan tambahan kelembagaan internal nomor 4 lebih ditujukan untuk memperkuat
fungsi pengembangan dan diseminasi hasil kegiatan penting UK/UPT kepada masayarakat luas. Pelaksanaan tambahan kelembagaan internal nomor 4, seringkali terkait dengan pemasukan income atas jasa dan pelayanan yang telah diberikan ke stakeholdernya, sehingga proses administrasi PNBP atas pendapatan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada.
Tahapan yang dilakukan dalam penerapan korporasi organisasi untuk penguatan fungsi organisasi formal di setiap UK dan adalah sebagai berikut: (i) Identifikasi kebutuhan sinergi operasional antar struktur kelembagaan yang ada; (ii) Tetapkan jenis kelembagaan internal yang sesuai dengan legalitas SK dan SP pimpinan UK/UPT; (iii) Tetapkan batasan dan target output lembaga internal yang dibentuk.; (iv) Tetapkan jenis penggunaan input (SDM dan anggaran) yang dibolehkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang dibebankannya; dan (v) Tetapkan batas waktu efektif tugas dan fungsi yang harus dijalankannya.
3.2. Indikator Keberhasilan Korporasi Organisasi
Sesuai dengan sasaran utamanya, maka indikator keberhasilan atas pelaksanaan korporasi organisasi di Badan Litbang Pertanian ditunjukkan oleh:
1. Peningkatan accountabilitas kinerja UK/UPT (good administration).
2. Peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya input (SDM, anggaran, infrastruktur) mencapai >5% untuk menghasilkan output yang sama di UK/UPT.
3. Peningkatan jaminan keberlanjutan dan kualitas output yang akan dihasilkan oleh UK/UPT (good product and services). 4. Suasana kerja di UK/UPT semakin kondusif dan produktif
IV. KORPORASI MANAJEMEN PROGRAM BADAN LITBANG PERTANIAN
Era pembangunan yang semakin kompetitif menuntut peran Badan Litbang Pertanian dalam pembangunan pertanian (impact recognition) dan peningkatan nilai ilmiah (scientific recognition) dalam pencapaian status sebagai lembaga penelitian yang berkelas dunia (a world class research institution). Mencermati tuntutan tersebut, perlu reorientasi paradigma pembangunan pertanian menuju ”Penelitian untuk Pembangunan” (Research for Development). Kegiatan penelitian dan pengembangan harus berorientasi kepada kebutuhan pengguna (user oriented), tanpa mengabaikan pengembangan teknologi yang bersifat demand driving, sehingga ilmu pengetahuan, teknologi, dan sistem kelembagaan pertanian yang dihasilkan lebih tepat-guna dan futuristik.
4.1. Manajemen Korporasi Program
Korporasi manajemen program adalah perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program penelitian dan pengembangan pertanian berbasis manajemen korporasi. Program penelitian dan pengembangan pertanian yang berbasis manajemen korporasi dapat
pertanian bersifat lintas disiplin dengan Executive Board adalah Kepala Badan Litbang Pertanian dan Board Membersnya adalah para Pejabat Ess II lingkup Badan Litbang Pertanian (Sesba/Kapus/Ka BB) dan profesor riset. Dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program penelitian dan pengembangan pertanian, Executive Board dan Board Members dibantu oleh Dewan Pakar dan Dewan Evaluasi Hasil riset.
Penyusunan program (priority setting) harus mempertimbangkan mitra kerjasama, baik mitra dalam maupun luar negeri, baik pengguna maupun lembaga litbang lainnya. Priority setting program penelitian dan pengembangan pertanian berbasis manajemen korporasi didasarkan pada kebijakan pembangunan pertanian nasional melalui proses top down disamping juga diarahkan pada kebutuhan stakeholders berdasarakan analisis lingkungan strategis melalui proses bottom up.
Gambar 4. Manajemen Korporasi Program Badan Litbang Pertanian Sementara itu berdasarkan jangka waktu penyusunannya, perencanaan program penelitian dan pengembangan pertanian disusun dalam jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Grand design pembangunan pertanian disusun dalam jangka panjang mencakup kurun waktu 25 tahun, disertai dengan road map kegiatan litbang pertanian. Rencana strategis (Renstra) merupakan blue print perencanaan jangka menengah dalam kurun waktu lima tahun. Sementara, perencanaan jangka pendek dalam kurun waktu satu tahun, merupakan proses perencanaan yang sangat intensif yang tertuang dalam dokumen RKP (Rencana Kerja Pemerintah). Dengan
mencermati gambar dan uraian tersebut di atas, manajemen korporasi program Badan Litbang Pertanian memiliki karakteristik:
- Setiap program memiliki keterkaitan dalam memecahkan permasalahan dan menjawab kebutuhan stakeholders, misalnya konsorsium
- Dilaksanakan secara terpadu dalam kerangka litkajibangdiklatluhrap
- Berorientasi scientific dan impact recognition melalui penguatan science, innovation, dan networks
Salah satu hal penting dalam pencapaian sasaran Badan Litbang Pertanian adalah perencanaan program dan anggaran penelitian dan pengembangan pertanian, di mana alur kegiatannya dapat dilihat pada Gambar 5 (Permentan no. 44 Tahun 2011).
Agar perencanaan program dan anggaran penelitian dan pengembangan pertanian dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan mekanisme penyusunan, evaluasi, dan persetujuan proposal litbang pertanian yang alur kegiatannya dapat dilihat pada Gambar 6. Proposal penelitian dan pengembangan (Rencana Penelitian Tim Peneliti, RPTP dan Rencana Diseminasi Hasil penelitian, RDHP) adalah rencana penelitian dan diseminasi yang disusun oleh Tim Peneliti dengan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah
untuk mencapai target output yang telah ditetapkan dalam Renstra UK/UPT. Proposal dapat terdiri dari satu atau lebih Rencana Operasional Penelitian Pertanian (ROPP) dan dapat bersifat multi-years.
Gambar 6. Mekanisme penyusunan, evaluasi dan persetujuan proposal penelitian dan pengembangan pertanian
4.2. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Kegiatan monev bertujuan: (a) mengetahui pencapaian sasaran program UK/UPT Badan Litbang Pertanian yang telah ditetapkan dan (b) melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan program berdasarkan permasalahan yang dihadapi, baik pada tahun berjalan maupun sebagai masukan untuk program yang akan datang. Tahapan kegiatan monev terdiri atas: (i) evaluasi perencanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dan kegiatan pendukungnya, (ii) pemantauan dan evaluasi terhadap perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan (iii) evaluasi terhadap laporan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal dua kali dalam setahun. Penyampaian informasi mengenai hasil pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam bentuk laporan yang telah ditentukan secara berkala dan sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Sebagai referensi dalam implementasi corporate management program Badan Litbang Pertanian, berikut dikemukakan beberapa terminologi yang terkait dengan perencanaan, monitoring, dan evaluasi program litbang pertanian, sebagai berikut:
1. Program litbang pertanian adalah penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi Kementerian Negara/Lembaga yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon I atau unit Kementerian Negara/Lembaga yang berisi kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur.
2. Penelitian pertanian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah dan dilakukan secara sistematis untuk menghasilkan data, informasi, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian suatu asumsi dan atau hipotesis yang menghasilkan suatu rumusan ilmiah berupa komponen teknologi di bidang pertanian
3. Kegiatan litbang pertanian adalah bagian dari program litbang pertanian yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia, barang modal termasuk peralatan, teknologi, dan dana) untuk menghasilkan keluaran (outputs) dalam bentuk barang/jasa
4. Alokasi Anggaran adalah alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang terdapat dalam RKAKL yang telah dibahas dan disetujui oleh Menteri Keuangan dan telah mendapat persetujuan dari Presiden
5. Performance base budgeting adalah proses penganggaran kegiatan di UK/UPT
lingkup Badan Litbang Pertanian yang didasarkan pada hasil evaluasi kinerja UK/UPT tersebut
6. Kinerja Instansi Pemerintah: gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan Instansi Pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi Instansi Pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan
7. Topik Penelitian adalah fokus kegiatan yang diperlukan oleh pemangku kepentingan pembangunan pertanian
8. Evaluasi Proposal adalah evaluasi dengan maksud agar topik penelitian yang diperlukan oleh pemangku kepentingan dilaksanakan sesuai dengan kaidah ilmiah, efisien, dan menghasilkan hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan pertanian
9. Persetujuan Proposal adalah proses penetapan proposal yang akan dibiayai berdasarkan hasil Evaluasi dan faktor lainnya sesuai dengan kepentingan Badan Litbang Pertanian
10. Proposal Diseminasi adalah Rencana Diseminasi Hasil Penelitian (RDHP) yang disusun oleh suatu tim (Peneliti/Pengkaji/Penyuluh) yang bersifat partisipatif
dan terintegrasi dengan sasaran diseminasi yang jelas dan terukur, sesuai dan/atau mengantisipasi permintaan pemangku kepentingan.
11. Proposal Penelitian adalah Rencana Penelitian Tim Peneliti atau Tim Pengkaji (RPTP) yaitu rencana penelitian atau pengkajian yang disusun oleh suatu tim peneliti yang bersifat holistik, terintegrasi dengan sasaran penelitian yang jelas dan terukur, baik output dan waktu serta efisiensi pemanfaatan biaya, untuk mengantisipasi permintaan pemangku kepentingan
12. Rencana Strategis UK/UPT adalah rencana yang disusun dalam periode lima tahunan yang bertitik tolak dari rencana strategis atau rencana induk dan grand
design lembaga induknya
13. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, dan rincian anggaran suatu Kementerian Negara/Lembaga dalam satu tahun anggaran.
14. Rencana Kerja (Renja) adalah rencana kinerja pelaksanaan program dan kegiatan dalam 1 (satu) tahun yang akan berjalan baik yang telah ditetapkan dalam DIPA maupun yang tidak dibiayai DIPA tetapi akan dilaksanakan oleh Unit Kerja tersebut
15. Peta Jalan (Roadmaps) adalah merupakan gambar yang menjelaskan jalan yang ditempuh untuk menghasilkan teknologi, berbentuk diagram yang terdiri dari kolom waktu (periode pelaksanaan) dan baris yang merupakan tahapan pelaksanaan kegiatan
16. Analisis Risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah
17. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) adalah rencana kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan indikator kinerja beserta target-targetnya berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis
18. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
19. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu program/kegiatan dengan norma, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan
20. Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai hasil pelaksanaan program/kegiatan yang dituangkan dalam formulir yang telah ditentukan secara berkala dan sesuai dengan petunjuk pengisxiannya
21. Indikator Kinerja: ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan (inputs, outputs,
outcomes, benefits dan impacts)
22. Masukan atau inputs adalah materi yang digunakan atau dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan menghasilkan keluaran (outputs) yang diharapkan, seperti SDM, dana, material, teknologi, dan waktu
23. Keluaran atau outputs merupakan tujuan jangka pendek dan atau jangka panjang dari kegiatan/program yang diharapkan langsung dicapai dari penggunaan
inputs dalam kegiatan/program. Outputs dapat berbentuk produk fisik maupun
non fisik
24. Hasil atau outcomes adalah tujuan jangka menengah sebagai hasil dari penggunaan outputs kegiatan/program
25. Manfaat atau benefits merupakan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan yang memberikan perubahan terhadap pengguna
26. Dampak atau impacts merupakan hasil ikutan yang timbul dan berkembang sejalan dengan berkembangnya kelompok sasaran sebagai efek langsung maupun tidak langsung dari outputs kegiatan/program.
27. Efisiensi adalah derajat hubungan antara barang/jasa yang dihasilkan melaui suatu program/kegiatan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang/jasa dan diukur dengan biaya per unit keluaran (output).
28. Efektifitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan
29. Laporan Akuntabilitas Kinerja nInstansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga
30. Stakeholders adalah pihak-pihak (institusi/lembaga/individu/kelompok) yang
berperan sebagai pemangku kepentingan Badan Litbang Pertanian, antara lain Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, Kementerian Lain, Pemerintah
V. KORPORASI SISTEM INFORMASI DAN CLOUD COMPUTING
5.1. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu kombinasi terorganisir dari sumberdaya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumberdata yang dapat mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi atau ke pengguna. Berdasarkan definisi ini pembanguan suatu suatu sistem informasi melibatkan penyiapan sumberdaya manusia pengelola sistem informasi itu, penyiapan perangkat keras untuk menyimpan data dan memproses data, penyiapan software, penyiapan jaringan komunikasi yang memungkinkan komunikasi antar data dan antar stakeholder sistem informasi berjalan secara efketif dan efisien, serta terakhir adalah penyiapan data. Kelima pilar pokok ini perlu disiapkan dan dikelola sehingga hubungan antara komponen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya bisa berjalan secara efektif dan efisien.
5.2. Arsitektur Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem yang dibentuk oleh beberapa subsistem. Gambar 7 memberikan ilustrasi keterkaitan antar susbsistem tersebut sehingga sistem informasi bisa bekerja dengan baik. Sistem informasi disusun atas 3 subsistem utama yaitu subsistem data, subsistem model, dan subsistem query.
Subsistem data berfungsi untuk mengemas data yang dikumpulkan dalam suatu basis data. Data yang dikemas mencaku data-data tabular, data-data spasial maupun data-ata tekstual. Susbsistem model berfungsi untuk menganalisis data-data tadi sehingga dapat menjadi informasi. Informasi ini harus bermanfaat bagi para pengguna maupun objek lain di luar sistem. Subsistem query membantu dalam penyajian data dan informasi. Informasi yang dihasilkan dapat disajikan secara tabular, tekstual, maupun suatu peta.
Subsistem ini sangat penting dibangun pada saat pengembangan sistem, karena user diharapkan mampu melakukan pencarian data ke subsistem data dan informasi ke subsistem model tanpa menggunakan jasa operator.
Gambar 7. Arsitektur dari suatu sistem informasi
5.3. Pengembangan Sistem Informasi
Sistem informasi dapat dikembangkan mengikui suatu alur pengembangan. Pengembangan waterfall model, seperti pada Gambar 8, merupakan pendekatan pengembangan sistem yang bisa dipilih. Model menyiratkan bahwa pengembangn sistem bersifat dinamis, dan tidak satu arah. Pengembangan sistem diawali oleh analisis keperluan dengan menggunakan need and opportunity assesment maupun analisis SWOT terhadap sistem yang berjalan. Hasil anaisis ini diverifikasi dan divalidasi. Tahap selanjutnya adalah analisis desain
yang diverifikasi dan divalidasi dan apabila hasilnya tidak sesuai dengan keinginan maka kembali dilakukan analisis keperluan. Tahap ketiga adalah implementasi dari hasil analisis desain. Ini menyangkut penulisan beberpa script program komputer menggunakan bahasa pemograman tertentu. Hasil tahap ini pun diverifikasi dan divalidasi dan jika tida sesui dengan keinginan dilakukan analisis desain ulang.
Gambar 8. Tahapan pengembangan sistem informasi menurut waterfall model
5.4. Persiapan Pengembangan Sistem Informasi
Hal-hal penting yang perlu disiapkan mencakup hardware, software, network, dan brainware (Tabel 1). Hardware berupa seperangkat komputer harus dipersiapkan dan dibedakan atas fungnsinya, yaitu komputer untuk analisis, komputer untu server, dan komputer untuk server internet.
Tabel 1. Keperluan data dukung untuk pengembangan sistem
1. Hardware
• Komputer analisis • Komputer server data • Komputer server internet 2. Software • Pengolahan data • tabular • spasial • Publikasi data • Tabular • Spasial • Tampilan 3. Network
• Jaringan internet untuk pengolahan data
• Jaringan internet untuk publikasi (harus mempunyai IP Publik)
4. Brainware
• SDM System Analyst, Desainer, Pengolah data, Programmer, Tester, Documenter
• Model Formula, logika, cara menampilkan data Software yang perlu dipersiapkan menyangkut sofware untuk mengolah data dan sofware untuk publikasi data dan informasi. MS Excell contohnya dapat digunakan untuk mengolah data spasial sedangkan ArcGIS desktop untuk mengolah data-data spasial. Sementara itu SQL server dapat digunakan untuk publikasi data tabular, arcGIS server untuk publikas data spasial dan Devexpress Enterprise untuk tampilan di web.
Pendukung lain yang perlu dipersiapkan adalah network. Jaringan internet berupa bandwith dan kecepatannya sangat penting untuk komunikasi. Jaringan internet harus mampu mendukung pengolahan data dan publikasi data. Dengan demikian, organisasi harus mempunyai IP pubik.
Brainware merupakan penentu berjalannya sistem yang dibangun. Brainware mencakup sumberdaya manusia (SDM) dan model. Keperluan minimum untuk SDM mencakup system analist, desainer, pengolah data, programer, tester dan documenter.
Sementara itu, model mencakup formula, logika, dan cara menampilkan data.
Agar para pengguna bisa mengambil banyak manfaat dari sistem yang dibangun beberapa syarat agar sistem informasi bisa tetap dipakai harus dipenuhi. Syarat-syarat itu adalah:
1. Selalu dianggarkan dana untuk pemeliharaan.
2. Sistem informasi harus dibangun berbasis web atau internet 3. Selalu dimonitoring penggunaannya
4. Selalu diupdate data dan informasinya
5. Dapat diakses dengan mudah oleh berbagai perangkat (Komputer desktop/laptop/mobile/tablet/smartphone)
5.5. CLOUD COMPUTING
5.5.1 Definisi
Cloud computing didefinisikan sebagai: (i) “cloud computing is a model for enabling ubiquitous, convenient, on-demand network access to a shared pool of configurable computing resources (e.g., networks, servers, storage, applications, and services) that can be rapidly provisioned and released with minimal management effort or service provider interaction”; (2) sebagai sebuah model
client-software dapat dipandang sebagai layanan yang dapat diakses oleh pengguna secara remote, setiap saat, dan mandiri; dan (3) sebagai Infrastruktur cloud computing seperti server, storage, network, dan software di sebut “ CLOUD”.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa Cloud computing dapat dianggap sebagai “one stop access” untuk kegiatan komputasi, layanan, komunikasi, sistem informasi, data base, dll. Dimana rumah layanan ini memiliki kapasitas yang sangat besar yang mampu memberikan pelayanan lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Artinya penggunaan Cloud Computing akan memberikan keuntungan baik langsung maupun tidak langsung, seperti: lebih hemat biaya, memberikan layanan yang lebih cepat dan instan, serta ramah lingkungan karena penggunaan listrik yang lebih kecil.
5.5.2. Korporasi Sistem Informasi dan Cloud Computing (Corporate Cloud Computing)
Dari pejelasan di atas, maka orporasi sistem informasi dan cloud computing dikaitkan dengan kebutuhan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang memiliki fungsi sangat strategis dalam penciptaan inovasi teknologi, sangat diperlukan untuk mendukung corporate management Badan Litbang Pertanian. Dengan membangun
Cloud sendiri, keamanan data akan sangat terjamin, data dapat ditelusuri dengan mudah, mengetahui keberadaan data, akses terhadap data, dan yang jauh lebih penting adalah kerahasiaan data. Kerahasian data yang baik memberikan jaminan terhadap keamanan dan kekuatan suatu institusi/Negara tidak dapat diketahui oleh pihak lain, sehingga memiliki bargaining position yang sangat baik dalam percaturan geo socio economic and politic.
Cloud Computing memberikan peluang pada seluruh satker Badan Litbang Pertanian menggunakan sistem operasi computer, program aplikasi, sistem database, sistem informasi, sistem management sumber daya (SDM, Asset, Keuangan, Program, Publikasi/KTI, HAKI, Paten, Genetik, Diseminasi dan Ekpertis) yang sama dan melalui satu portal. Oleh karena itu, agar kinerja management koorporasi menggunakan Cloud Computing dapat berjalan dengan baik, maka kemampuan, jenis, dan inisial kondisi sarana dan prasarana, SDM serta infrastruktur untuk membangun Teknologi Sistem Informatika di seluruh Satker Badan Litbang Pertanian, harus memiliki standar dan platform yang sama. Hardware, Software, Network, dan Brainware serta dukungan kebijakan dan anggaran pada setiap level kelembagaan baik struktural maupun
fungsional harus memiliki SOP yang sama sehingga dapat terjamin kompatabilitas dalam penggunaannya.
5.5.3. Metode Pengembangan Sistem Informasi Cloud Computing
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa dalam mengembangkan sistem informasi cloud computing, dimungkinkan untuk membangun Cloud Computing sendiri, terutama ditujukan untuk menjaga keamanan data, yang kadang kala sebagai bagian dari rahasia Negara, khususnya terkait dengan politik pembangunan pertanian, invensi, KTI, Paten atau ide-ide baru yang mengandung nilai temuan yang tinggi (nobel value). Metode pengembangan dapat dibagi menjadi:
(1) Virtual infrastructure provisioning : menyewa infrastruktur yang ada dan membangun aplikasi sendiri, contoh Amazon Elastic Compute Cloud.
Kelebihan : lebih murah
Kekurangan : kebutuhan sdm profesional cukup tinggi
(2) Memanfaatkan Application Engine yang sudah ada: hanya dapat mengakses framework/application engine yang ada
Kelebihan : mudah, tidak terlalu membutuhkan SDM professional
Kekurangan : ada keterbatasan framework terhadap kebutuhan yang ada.
(3) Membangun Cloud Computing sendiri
Kelebihan : Dapat mengembangkan tanpa batas sesuai dengan keinginan
Kekurangan : investasi sangat mahal dan kebutuhan sdm profesional yang sangat tinggi.
5.5.4. Rencana Pengembangan Sistem Informasi berbasis Cloud
Computing
Waktu pengembangan sistem informasi cloud computing adalah multi years, untuk memberikan jaminan keberlanjutan pengembangannya. Dimana pengembangan aplikasi tahap pertama ditujukan untuk subsistem yang belum ada, secara bertahap mengembangkan subsistem yang lain.
Dapat diusulkan untuk pengembangan sistem cloud computing tahap pertama (1-2 tahun) adalah menggunakan Google Apps dengan
(1) Didukung aplikasi yang sudah cukup handal : Gmail, Google Drive, Chrome, Calender, Documents, Spreedsheets, Vault (2) Didukung oleh jaringan cepat
(3) Kebutuhan SDM profesional dalam mengembangkan aplikasi tidak terlalu tinggi
(4) Multiplatform : Web, Tablet, Android, Iphone, Blackberry, Windows Phone
(5) Aplikasi tambahan dapat dikembangkan menggunakan Google Cloud SQL with App Engine Python
(6) Keamanan terjamin
Adapun biaya penyewaan Google Apps for Business adalah sekitar $10/pengguna/bulan. Sistem penganggarannya sendiri akan lebih efisien bila berada pada satu pintu di sekretariat Badan Litbang Pertanian.
VI. MANAJEMEN KORPORASI DISEMINASI
Sebagai respon terhadap kebijakan Kementerian Pertanian dalam meningkatkan produtivitas dan produksi pertanian, Badan Litbang Pertanian menginisiasi sistem inovasi dan diseminasi hasil litbang dalam konteks manajemen korporasi diseminasi, yang dilandasi spirit “Litkajibangdiklatluhrap”, yakni sistem penelitian pengkajian, pengembangan, pendidikan dan latihan, penyuluhan, serta penerapan inovasi teknologi pertanian. Sistem inovasi dan diseminasi berbasis corporate dissemination juga dilandasi tagline Badan Litbang Pertanian, yakni SCIENCE, INNOVATION, NETWORKS. Manajemen korporasi diseminasi meliputi pengelolaan seluruh elemen hasil kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkup Badan Litbang Pertanian yang secara cepat mesti didiseminaskan kepada kelompok sasaran (Pengambil keputusan nasional/daerah, Penyuluh, Gapoktan/Poktan/Petani, Pengusaha/swasta/industri, Peneliti/ Ilmuwan) melalui berbagai sarana mediasi yang dilakukan oleh seluruh UK/UPT secara simultan dan terkoordinisasi sesuai dengan masing-masing tupoksinya. Dengan demikian, manajemen korporasi diseminasi merupakan bagian pendukung pencapaian misi dan visi
inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang progresif dan strategis, yang lebih lanjut mengadaptasikannya menjadi tepat guna dan spesifik lokasi mendukung pertanian produktif.
6.1. Sistem Inovasi dan Diseminasi
Secara fungsional, mekanisme penciptaan dan pengelolaan inovasi serta strategi diseminasi inovasi teknologi pertanian disinergikan dengan kegiatan dari berbagai institusi pemerintah maupun non pemerintah, media informasi lainnya, dan aktivitas kelembagaan potensial daerah yang terlibat mendukung pembangunan pertanian (Gambar 9).
Gambar 9. Korporasi diseminasi aset dan inovasi pertanian
Pada perspektif sistem inovasi pertanian nasional, tugas pokok Badan Litbang Pertanian termasuk pada subsistem penciptaan dan pengadaan inovasi (generating subsystem) dan subsistem penyampaian (delivery subsystem), serta pada subsistem penerimaan (receiving subsystem) berupa penjaringan umpan balik guna perbaikan
dan pengembangan ke depan atas inovasi yang dihasilkannya. Sub-sub sistem itu terdiri dari back stage dan front stage. Tugas-tugas manajemen Badan Litbang Pertanian di Pusat/Puslitbang/Balit/Lolit yang bersinergi dengan lembaga penelitian perguruan tinggi, LPNK, dan stakeholder litbang lebih berperan sebagai back stage sistem inovasi dan diseminasi. Sedangkan peran BBP2TP, BPTP, BPATP lebih dominan dalam mendiseminasikan serta menangkap umpan balik (feed back) dari stakehlders dan beneficieries. Penyampaian hasil inovasi teknologi Badan Litbang Pertaian tersebut tentu berbeda strategi dan cara pelaksanaannya untuk masing-masing kelompok sasaran. Meskipun tugas diseminasi antar UK/UPT terdeliniasi secara jelas sesuai dengan bidang dan tupoksinya, namun secara keseluruhan bersinergi dalam spektrum dan channel yang digunakannya.
6.2 Implementasi Manajemen Korporasi Diseminasi
Dalam kerangka operasional, manajemen korporasi diseminasi inovasi pertanian diimplementasikan dengan pendekatan sistem diseminasi multi channel (SDMC). SDMC bertujuan memperluas jangkauan diseminasi hasil inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian untuk dapat diakses dan diadopsi oleh masyarakat luas. Secara khusus
tujuan SDMC adalah untuk mempercepat, meningkatkan dan memperluas prevalensi adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, serta menjaring umpan balik untuk referensi penyempurnaan dan pengembangan ke depan. Adapun keluaran umum yang diharapkan adalah terjadi perluasan jangkauan penyebaran informasi inovasi teknologi hasil Badan Litbang Pertanian kepada para pengguna. Secara rinci keluaran yang diaharapkan menurut kelompok sasarannya adalah sebagai berikut: (i) Model kelembagaan dan usaha agribisnis berbasis inovasi teknologi dan pemanfaatan sumberdaya lokal untuk kelompok sasaran Penyuluh, Gapoktan dan Petani; (ii) Model penyediaan informasi dan konsultasi strategi pengembangan pertanian bagi kelompok sasaran pengambil keputusan (nasional/daerah); (iii) Model penyediaan informasi inovasi promotif (varietas, teknologi budidaya, prototipe alat/mesin pertanian, usaha pasca panen skala komersial) untuk kelompok sasaran swasta/industri; dan (iv) Model penyediaan informasi ilmiah untuk pengembangan Iptek nasional bagi kelompok sasaran Peneliti/Ilmuan dalam dan luar negeri.
Implementasi manajemen korporasi diseminasi perlu mencermati empat komponen utama dalam pelaksanaan diseminasi
sasaran diseminasi, 3) media dan saluran komunikasi yang digunakan, 4) Kemudahan akses terhadap informasi dan inovasi hasil litbang. Dari aspek substansi, hasil kegiatan Badan Litbang Pertanian meliputi informasi scientific (berasal dari setiap Puslit/BB), rumusan alternatif kebijakan (dari Puslit/BB dan khususnya PSEKP), inovasi teknologi berbasis pengembangan industri (khususnya dari BB Pasca Panen dan BB Mektan), inovasi teknologi terapan spesifik lokasi (dari seluruh Puslit/BB, khususnya BBP2TP dan BPTP), materi teknologi yang siap dimassalkan dari seluruh Puslit/BB seperti varietas unggul, prototype alat mesin pertanian, pupuk, dan kesesuain lahan atau yang lebih komprehensif AGRIMAP INFO, dan public awareness kebijakan dan teknologi yang terbaru dan juga yang lama tetapi masih relevan dengan issu yang berkembang, serta informasi scientific/scholar/ilmiah (Sekretariat, Pusat/Puslit/BB).
Lampiran 1.
Logo Agroinovasi
Secara rinci ketentuan logo tersebut adalah bentuk kelopak bunga warna hijau dengan dasar bunga bentuk contreng berwarna biru dengan tulisan Agro Inovasi dibagian bawahnya dan dibingkai oleh garis biru dengan ketentuan ukuran persegi empat sama sisi. Adapun pewarnaan dalam logo tersebut menggunakan standar warna R (Red), G (Green), dan B (Blue) dengan kombinasi warna ditentukan oleh kode sebagai berikut : 1. Pewarnaan kelopak bunga yang ditunjukan oleh huruf (a)
pada gambar adalah Kombinasi dari R 131, G 213 dan B 85 dengan kode warna #83D555
4.2. Pewarnaan dasar bunga atau tanda centrang yang ditunjukan oleh huruf (b) pada gambar adalah kombinasi dari R 184, G 77 dan B 121 dengan kode warna #124D85
4.3. Pewarnaan garis yang membingkai logo agroinovasi dalam bentuk persegi empat sama sisi yang ditunjukan oleh huruf (c) pada gambar adalah kombinasi dai R 184, G 77, dan B 181 dengan kode warna #124D85
4.4. Tulisan AGRO INOVASI menggunakan font TAHOMA dengan ukuran disesuaikan, dengan cara penulisan A pada kata AGRO dan I akhir pada kata INOVASI lebih tinggi fontnya dibandingkan dengan huruf lainnya.
Lampiran 2.
Unsur Visual Desain
1. Bentuk Fisik
Bentuk fisik dari promosi poster ini persegi panjang berukuran 100 cm x 70 cm. Standar desan Poster Badan Litbang Pertanian adalah bagian kiri atas poster harus dicantumkan logo Kementerian Pertanian dengan warna dan ukuran standar yaitu kuning diikuti sebelah kanannya dengan
Judul Poster. Bagian tengah poster merupakan ilustrasi dari
hasil Badan Litbang Pertanian yang akan disampaikan kepada sasaran, dalam hal ini pembuat poster dapat berkreasi bagaimana menempatkannya. Selanjutnya dibagian bawah perlu dicantumkan Informasi Lebih Lanjut yang meliputi : Nama
UK/UPT, alamat, Telp/Fax, Website dan alamat E-mail.
Dibawah pencantuman tulisan tersebut yaitu disebelah kiri harus dicantumkan Logo Agroinovasi yang diikuti dengan tulisan
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN dilengkapi tulisan KEMENTERIAN PERTANIAN.
2. Ilustrasi
Dalam perancangan media promosi poster, ilustrasi yang dipergunakan adalah gambar hasil-hasil Badan Litbang Pertanian yang bertujuan agar sasaran mengetahui bahwa poster ini mempromosikan hasil-hasil Badan Litbang Pertanian yang memiliki keunggulan.
3. Teks
Perancangan media promosi ini menggunakan teks yang isinya berupa informasi mengenai deskripsi singkat dari hasil Badan Litbang Pertanian, sedangkan closing word menampilkan keunggulan tentang promosi ini.
4. Huruf / Typografi
Perancangan media promosi ini menggunakan dominan jenis huruf atau typografi yang bersifat formal/sedikit menggunakan variasi agar mudah terbaca, yaitu: Arial, Newtown, Impact dan freestyle. Jenis typografi tersebut diatas dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat.
5. Warna
Dalam perancangan media poster menggunakan warna sebagai berikut :
- Logo Kementerian Pertanian menggunakan warna kuning standar sedangkan logo Agro Inovasi menggunakan warna hijau, biru dengan background putih yang telah terstandar. - Warna Tulisan disesuaikan dengan mempertimbangkan
keserasian secara menyeluruh. 6. Bahan
Perancangan media poster ini menggunakan bahan Albatros Matte 210 gsm. Kertas Albatros Matte 210 gsm dipilih karena memiliki kualitas dan ketebalan yang bagus, sehingga poster lebih awet dan tidak mudah rusak.
7. Teknik Cetak
Untuk mewujudkan poster dalam jumlah banyak, cetak offset dipilih karena harganya relatif lebih murah dan lebih bagus daripada teknik cetak lainnya.
Tampilan Desain
Contoh dari hasil alternatif desain, dapat ditampilkan desain sebagai berikut:
Lampiran 3.
Desain Plakat Badan Litbang Pertanian:
1. Bentuk
Terdiri dari 2 bagian yaitu : (1) bagian kaki alas plakat berbentuk persegi panjang, dan (2) bagian atas plakat seperti perahu layar (seperti contoh pada gambar)
2. Ukuran
Kaki alas plakat adalah panjang 11 cm, lebar 4 cm dan tinggi 2 cm, sedangkan bagian atas plakat, tinggi bagian kiri 20 cm, tinggi bagian kanan 16, dan lebar bagian atas 12 cm dengan ketebalan 1.5 cm
3. Warna
Warna bagian kaki alas plakat coklat Warna bagian atas dasar warna emas.
4. Desain gambar dan tulisan
Plakat didesain dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Inggris: (i) Desain Plakat Berbahasa Indonesia pada bagian atas mencamtumkan logo Kementerian Pertanian, dibawahnya terdapat tulisan BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN dengan pemenggalan kata seperti contoh, diikuti
dengan tulisan KEMENTERIAN PERTANIAN dengan ukuran huruf berbeda, dibawahnya terdapat tulisan Science, Innovation, Networks ditulis dalam bentuk miring, dibawahnya terdapat Logo Agro Inovasi, dibawahnya terdapat tulisan
www.litbang.deptan.go.id. (ii) Untuk Plakat Berbahasa Inggris di
DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN berbahasa Inggris dengan
pemenggalan kata seperti contoh, diikuti dengan tulisan
KEMENTERIAN PERTANIAN berbahasa Inggris dengan ukuran
huruf berbeda, serta membawa buku teknologi inovatif seperti contoh, dibawahnya terdapat tulisan Science, Innovation,
Networks ditulis dalam bentuk miring, dibawahnya terdapat Logo
Kementerian Pertanian disebelah kiri dan Logo Agro Inovasi disebelah kanan, dibawahnya terdapat tulisan www.litbang.deptan.go.id
5. Jenis huruf dan ukurannya
Jenis huruf dan ukuran berlaku untuk plakat berbahasa Indonesia dan Inggris. Tulisan BADAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PERTANIAN ( jenis font Newtown dengan ukuran
9.5 pt ). Tulisan KEMENTERIAN PERTANIAN ( jenis jenis font Newtown dengan ukuran 7.5 pt. Tulisan Science, Innovation, Networks ( jenis Brush Script Std dengan ukuran 11 pt). Tulisan
www.litbang.deptan.go.id(jenis font Newtown dengan ukuran 9.5
pt)
6. Bahan
Bahan bagian kaki alas plakat terbuat dari kayu Bahan bagian atas plakat terbuat dari akrilik 7. Box
Plakat dikemas dalam box ukuran panjang 25 cm, lebar 18 m dan tinggi 5.5 cm dengan cover batik bermotif yang dibedakan untuk plakat berbahasa Indonesia dan Inggris
Lampiran 4.
Desain Kartu Nama 1. Desain Kartu
Pada bagian pojok kiri atas terdapat logo Kementerian Pertanian, diikuti dengan nama pejabat yang dibagian bawahnya terdapat tulisan jabatannya. Dibagian kiri bawah adalah tulisan alamat kantor, nomor telpon dan fax, website dan alamat E-mail. Dibagian kanan bawah dicantumkan logo Agroinovasi dan logo KAN untuk masing-masing institusi. Kartu Nama dibuat dalam tulisan berbahasa Indonesia dan dibaliknya ditulis dalam bahasa Inggris.
2. Ukuran Kartu
Kartu nama dibuat dalam ukuran panjang 9 cm dan lebar 5.6 cm 3. Warna
Warna dasar putih dengan ketentuan warna kode CMYK 0000 4. Jenis Huruf dan Ukuran
Jenis huruf yang digunakan adalah arial dengan ukuran huruf 10 pt
5. Spesifikasi lain
(1) Kartu Nama Pejabat Eselon I dibuat seperti contoh gambar
(2) Kartu Nama Pejabat Eselon II, dibagian atas alamat kantor ditulis nama Institusi Eselon II
(3) Kartu Nama Pejabat Eselon III, dibagian atas alamat kantor ditulis nama Institusi Eselon III
Lampiran 5.
Tempelate Presentasi
Standar yang ditetapkan dalam desain template presentasi adalah background yang dirancang untuk mengedepankan kreativitas penggunanya sehingga gambar yang ditampilkan dapat disesuaikan dengan tema presentasi. Sebagai nilai inti dari korporasi identitas di bagian bawah template tersebut dari kiri ke kanan dicantumkan logo Kementerian Pertanian dan logo Agroinovasi serta tulisan www.litbang.deptan.go.id seperti pada gambar contoh.
SCIENCE. INNOVATION. NETWORKS
Lampiran 6.
Label Kemasan Produk Badan Litbang Pertanian.
Berikut ini merupakan contoh standar label kemasan benih sumber produksi UPBS Badan Litbang Pertanian. Label kemasan produk-produk lainnya, disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan seperti contoh gambar ini.