• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KIMIA RUMAH TANGGA PEMUTIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH KIMIA RUMAH TANGGA PEMUTIH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KIMIA RUMAH TANGGA

“PEMUTIH”

Oleh:

Kelompok 2

1. Tia Ayu Fauziyah

(13030654009)

2. Maulindha Herdiyanti

(13030654016)

3. Lusi Maria Handayani

(13030654020)

4. Yeny Ratnasari

(13030654037)

Pendidikan IPA 2013 A

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

S1 PRODI PENDIDIKAN SAINS

2016

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak jenis barang buatan pabrik yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan kita perlu kita ketahui bahwa diantara bahan-bahan tersebut ada yang berbahaya atau bersifat racun oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui jenis, sifat, kegunaan, serta bahaya dari setiap bahan kimia yang kita gunakan dirumah

Sebagai mana kita ketahui, segala macam benda yang ada disekitar kita merupakan materi sebenarnya, semua materi terdiri dari bahan kimia namun, dalam kehidupan sehari-hari kita lazim menggunakan istilah materi dari pada bahan kimia. Bila dilihat dari asalnya, bahan kimia dapat dibagi dalam 2 bagian meliputi bahan kimia alami yaitu bahan kimia yang terdapat di alam. Misalnya air, kayu, cabai, bawang dll, dan bahan kimia sintetis yaitu bahan kimia buatan pabrik. Misalnya deterjen, plastik, sampo, bahan pembasmi serangga dll

Bahan kimia alami pada umunnya tidak menimbulkan masalah baik bagi manusia maupun lingkungan sebaliknya, bahan kimia buatan pabrik dapat menimbulkan masalah. Masalah dapat terjadi karena ada beberapa bahan kimia yang bersifat racun, berbahaya, atau karena sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga limbahnya mencemari lingkungan sekarang ini, banyak bahan kimia alami yang telah berhasil dibuat dalam laboratorium, sehingga dapat diproduksi secara besar-besaran, misalnya vitamin C . sumber utama vitamin C berasal dari buah-buahan dan sayuran. Dalam kehidupan sehari-hari, produk buatan pabrik inilah yang sering kita sebut dengan istilah bahan kimia. Dengan kata lain, istilah bahan kimia, dimaksudkan untuk bahan kimia buatan pabrik, atau bahan kimia sintetis.

Berbagai jenis bahan kimia yang kita gunakan di rumah, dapat diolongkan berdasarkan penggunaanya. Diantaranya yaitu bahan pembersih, bahan pemutih, bahan pewangi, dan bahan pembasmi serangga. Setiap bahan, mengandung senyawa kimia tertentu sebagai bahan aktifnya. Misalnya pemutih, mengandung natrium hipoklorit (NaClO) sebagai bahan aktifnya. Bahan aktif biasanya dicantumkan pada label krmasan bahan tersebut.

Pada zaman ini, terdapat berbagai macam dan jenis pemutih yang beredar di masyarakat. Namun selain bermanfaat, penggunaan pemutih juga dapat menyebabkan berbagai macam efek samping. Untuk mengetahui berbagai jenis, pemanfaatan, dan efek samping pada pemutih, maka akan dibahas pada makalah ini.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pemutih

Zat pemutih adalah senyawa yang dapat digunakan untuk menghilangkan warna benda, seperti pada tekstil, rambut dan kertas. Pemutih (bleaching agent) adalah bahan-bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengatasi kotoran yang membandel pada pakaian. Penghilangan warna terjadi melalui reaksi oksidasi. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2).

Warna pada pakaian akan hilang melalui reaksi oksidasi. Oksidator yang sering digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2). Oksidator mampu menghilangkan elektron, sehingga warna akan hilang. Reaksinya:

OCl

-

+ H2O+2e

-

→ Cl

-

+ 2OH

-B. Bahan Pemutih

Beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai pemutih antara lain: kaporit (CaOCl2),

Kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2), Natrium hipoklorit : NaOCl, Natrium perborat : NaBO3.

Bahan pemutih bereaksi (mengoksidasi) kotoran (pada kain) sehingga kotoran tidak tampak lagi (kain terlihat lebih bersih). Selain dengan kotoran, bahan pemutih juga akan bereaksi dengan zat warna (pada kain berwarna) dan bereaksi dengan jaringan tubuh. Mengingat sifat bahan pemutih di atas, dituntut kehatihatian pada penggunaan bahan pemutih.

Gambar 1. Pemutih Sumber : kimiadasar.com

Gambar 2. Proses Oksidasi pada pemutih Sumber : ilmu kimia.com

(4)

C. Jenis Pemutih Berdasarkan wujud 1. Pemutih Padat

Bahan utama pemutih padat (bubuk putih) adalah kalsium hipoklorit dengan rumus kimia Ca(ClO)2 yang secara umum dikenal sebagai kaporit. Kaporit biasanya

digunakan untuk membersihkan air ledeng dan kolam renang. Kaporit juga memiliki bau yang menyengat.

Senyawaa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(Cl O)2 nama IUPAC Calcium

hypochlorite. Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air. Kalsium hipoklorit berbentuk padatan putih, meskipun sediaan komersial tampak kuning. Berbau klorin kuat, karena mengalami dekomposisi lambat dalam udara lembab. Sangat sukar larut dalam air dan lebih banyak digunakan dalam air dengan kesadahan rendah hingga sedang. Senyawa ini tersedia dalam dua bentuk, anhidrat dan hidrat. Kalsium hipoklorit umumnya digunakan untuk sanitasi kolam renang umum dan disinfektan air minum. Kalsium hipoklorit juga digunakan di dapur sebagai disinfektan permukaan dan peralatan dapur. Penggunaan umum lainnya antara lain pembersih kamar mandi.

2. Pemutih Cairan

Bahan utama pemutih cair adalah natrium hipoklorit dengan rumus NaOCl. Zat pemutih ini dibuat secara industri melalui elektrolisis dengan pemisahan minimal antara anoda dan katoda. Larutan harus dijaga di bawah suhu 40°C (melalui pendingin melingkar) untuk mencegah pembentukan natrium klorat yang tidak diharapkan. Untuk kebutuhan rumah tangga, natrium hipoklorit digunakan untuk menghilangkan noda pada pakaian. Ini yang paling efektif pada serat kapas, yang mudah ternoda tetapi dapat dihilang dengan baik. Berikut ini merupakan beberapa reaksi kimia dari Natrium Hipoklorit yaitu:

a. Natrium hipoklorit bereaksi dengan logam secara bertahap, seperti seng, yang menghasilkan oksida atau hidroksida logam:

NaClO + Zn → ZnO + NaCl

b. Natrium hipoklorit bereaksi dengan asam hidroklorida yang melepaskan gas klor: Gambar 3. Rumus kimia kalsium hipokloorit

(5)

NaClO + 2 HCl → Cl2 + H2O + NaCl

c. Natrium hipoklorit bereaksi dengan asam-asam lain, seperti asam asetat, yang melepaskan asam hipoklorit:

NaClO + CH3COOH → HClO + CH3COONa

d. Natrium hipoklorit terurai bila dipanaskan yang membentuk natrium klorat dan natrium klorida:

3 NaClO → NaClO3 + 2 NaCl

e. Dalam reaksi dengan hidrogen peroksida ia melepaskan molekul oksigen: NaClO + H2O2 → H2O + NaCl + O2↑

Bila dilarutkan dalam larutan air, ia akan terurai secara perlahan, yang melepaskan klor, oksigen, dan natrium hidroksida.

D. Jenis Pemutih Berdasarkan Bahan 1. Alami

Berdasarkan kegunaan dan fungsinya, pemutih dapat dibedakan menjadi: a. Pemutih Pakaian

Bahan pemutih yang dapat kita gunakan secara alami untuk membersihkan pakaian, antara lain:

1) Jeruk Nipis

Gambar Contoh Pemutih Alami Sumber: pemutihwajahalami.net

Bahan pemutih yang dapat kita gunakan secara alami untuk membersihkan pakaian, contohnya Jeruk lemon dan daun jeruk nipis. Penggunaan bahan pemutih dari alam sangatlah sederhana, seperti untuk menghindari pemakaian pemutih berbahan kimia, mencuci dengan bahan alami dapat menjadi pilihan. Kerap kita jumpai deterjen khusus pakaian berwarna putih yang di dalamnya terkandung bahan alami, yaitu jeruk lemon. Jeruk lemon dapat juga digunakan secara langsung untuk memutihkan

(6)

pakaian. Caranya dengan memasukkan beberapa iris buah lemon ke dalam air panas, kemudian masukkan pakaian. Rendam selama kurang lebih dua jam untuk mendapatkan hasil maksimal dan dapat mencucinya dengan normal.

b. Pemutih Kulit/Wajah

Bahan pemutih untuk wajah manusia biasanya digunakan para wanita agar wajahnya kelihatan lebih putih. Terdapat berbagai macam pemutih alami yang dapat digunakan untuk wajah, antara lain:

1) Bengkoang

Buah berwarna putih bersih ini dapat digunakan sebagai bahan pemutih wajah. Zat fenolik yang ada di dalamnya berkhasiat untuk menghambat terbentuknya melanin, sehingga pigmentasi yang disebabkan hormon atau sinar

matahari (penyebab kulit menjadi gelap) pun bisa dicegah atau dikurangi.

Mekanisme :

Pigmentasi merupakan proses perubahan warna kulit akibat pembentukan melanin. Melanin merupakan zat yang memberikan warna coklat atau coklat kehitaman pada kulit. Melanin dibentuk di melanosit dan dipengaruhi oleh enzim tirosinase. Proses pembentukan melanin ini biasa disebut dengan melanogenesis. Pembentukan melanin akan lebih cepat apabila enzim tirosinase bekerja aktif dengan dipicu oleh sinar ultraviolet. Enzim tirosinase disintesis di dalam reticulum endoplasma (RE). Selanjutnya enzim tirosinase ini akan mengatur biosintesis melanin dengan cara menghidroksilasi L-tirosin menjadi L-dopa kemudian mengoksidasi L-dopa menjadi dopaquinon (Amila 2004).

(7)

Gambar. Biosintesis Melanin

Kerja enzim tirosinase tergantung pada intensitas sinar UV yang masuk. Semakin banyak sinar UV yang menembus kulit maka semakin besar dan cepat enzim tirosinase bekerja sehingga semakin banyak pula melanin yang dapat terbentuk (Riffat 2012).

Pembentukan melanin dapat dihambat dengan beberapa cara, diantaranya menurunkan sintesis tirosinase, menurunkan transfer tirosinase dan menghambat aktivitas tirosinase (Hartanti dan Setiyawan 2009). Maka untuk mengurangi efek hiperpigmentasi dibutuhkan zat aktif yang berguna sebagai inhibitor tirosinase. Menurut Erwin (2006) dalam Supriyanti (2009), senyawa yang menjadi inhibitor tirosinase adalah senyawa golongan flavonoid yang biasanya banyak terdapat pada tumbuhan. Kerja enzim tirosinase ini dapat dihambat dengan menggunakan senyawa-senyawa inhibitor tirosinase dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Supriyanti (2009) menyebutkan bahwa senyawa flavonoid diduga memiliki efek depigmentasi. Menurut Kim (2004) dalam Supriyanti (2009), beberapa senyawa fenol dikenal berperan sebagai agen depigmentasi, karena struktur kimia senyawa fenol memiliki kemiripan dengan tirosin yang dihubungkan dalam aktivitas inhibisi terhadap tirosinase. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa inhibitor tirosinase biasanya merupakan senyawa turunan fenol dimana strukturnya mirip dengan L-tirosin (Hartanti dan Setiyawan 2009).

(8)

Proses penghambatan melanogenesis oleh senyawa fenolik pada bengkoang dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini:

Gambar. Inhibitor tirosinase oleh senyawa fenolik

Kandungan fenolik yang terdapat pada bengkoang dapat menghambat tirosinase dalam pembentukan dopaquinon sehingga melanin tidak dapat terbentuk dan pigmentasi dapat dicegah. Oleh karena itulah, bengkoang dapat bermanfaat dalam memutihkan kulit.

2) Pepaya

Selain dikenal sebagai buah penuh vitamin yang baik untuk kesehatan, papaya juga dapat digunakan sebagai pemutih wajah. Selama ini papaya (Carica papaya) umum digunakan sebagai bahan dasar sabun pencerah kulit. Hal ini

dikarenakan papaya memiliki kandungan asam askorbat yang cukup tinggi (Direktorat Gizi, DepKes RI 1992) dan asam askorbat dapat berperan sebagai inhibitor tirosinase (Maeda dan Fukuda 1991). Kandungan askorbat tersebut dapat menghambat kerja enzim tirosinase seperti halnya pada buah bengkuang. Berikut ini merupakan mekanisme penghambatan enzim tirosinase oleh asam askorbat pada pepaya:

(9)

3) Lemon

Kandungan vitamin C yang ada dalam lemon berfungsi untuk mencerahkan kulit, membuat kulit terlihat lebih bersih, memudarkan flek hitam, dan membuat kulit bebas dari kusam. Vitamin C

disebut juga asam askorbat yang mempunyai struktur kimia sebagai berikut:

Gambar. Struktur molekul 1,2-dihidroksetil-3,4-dihidroksifuran-2(5H)-on (C6H8O6)

2. Pemutih Buatan a) Pakaian

Larutan pemutih yang dijual di pasaran biasanya mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Sedangkan serbuk pemutih mengandung senyawa kalsium hipoklorit (CaClO). Senyawa hipoklorit mudah melepaskan klorin. Dalam kadar tinggi, klorin dapat merusak pakaian. Pemutih Hipoklorit tidak baik untuk bahan poliester, sebab lebih memberi kesan kuning daripada memutihkan.

Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual di pasaran sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh karena itu, pemakaian pemutih ini harus sesuai petunjuk. Pemutih merupakan bahan kimia yang sangat reaktif. Mencampur bahan pemutih dengan

(10)

bahan rumah tangga lainnya dapat sangat berbahaya. Misalnya, jika pemutih dicampur dengan pembersih kloset yang mengandung asam klorida dapat menghasilkan gas klorin. Gasklorin dapat merusak saluran pernafasan, dan jika kadarnya cukup besar dapat mematikan. Mencampur pemutih dengan ammonia juga menghasilkan gas beracun, yaitu kloramin (NH2Cl) dan hidrazin (N2H4).

Pemutih pakaian sebagaian besar dibuat dari jenis bahan kimia yang sangat kuat. Umumnya bersifat korosif. Oleh karena itu, harus menghindari kontak langsung dalam waktu lama.

Bleach adalah suatu senyawa yang dapat memutihkan pakaian melalui dua proses, dimana proses pertama adalah meningkatkan efektifitas kerja surfaktan dengan memperkecil ukuran molekul kotoran dengan mengoksidasinya. Sedangkan proses kedua adalah mengubah warna kotoran menjadi putih sehingga tidak tampak terlihat oleh mata (invisible). Warna putih yang dimaksud adalah putih udara, jernih air, bukan putih susu. Kerja pemutih ini adalah reaksi kimia dimana molekul kotoran akan di pecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk di angkat oleh surfaktan (tetap peran surfaktan adalah yang mengangkat noda). Selain itu, secara bersamaan juga membuat kotoran atau noda menjadi invisible (tak terlihat). Proses pemutih memperkecil molekul kotoran (anonim, 2010) yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi kotoran yang ada dalam kain. Melekat dalam kain dalam bentuk bulatan, karena merupakan molekul hidrofobik (tidak suka air).

Gambar 1. Molekul kotoran

2. Pemutih akan bereaksi dengan kotoran dimana hasil reaksi ini akan memutuskan ikatan kimia pada kotoran

(11)

Gambar 2. Reaksi pemutih dengan molekul kotoran 3. Akibatnya kotoran menjadi kecil-kecil dan terpisah-pisah.

Gambar 3. Molekul kotoran menjadi kecil-kecil

Berikut ini merupakan proses bagaimana pemutih membuat kotoran tidak nampak di mata atau invisible:

Gambar 4.

1. Gambar 4: Semua Senyawa yang berwarna (kecuali ikatan kompleks) memiliki gugus kromophor atau ikatan rangkap terkonjugasi. Begitu pula kotoran, ternyata memiliki ikatan rangkap terkonjugasi (yang dibulat hijau). Molekul pemutih (kita misalkan HX) merupakan senyawa nukleofil atau senyawa yang kaya elektron (nukleofil). Senyawa nukleofil ini akan menyerang kotoran tepat dibagian ikatan rangkap dimana merupakan titik yang miskin elektron atau sering disebut elektrofil. Apabila elektrofil diberi elektron oleh nukleofil, maka akan berubah menjadi stabil. Mekanisme yang lebih rinci adalah sebagai berikut:

(12)

Gambar 5. Mekanisme nukleofil bereaksi dengan elektofil

2. Gambar 6. Pada saat kotoran beresonansi (istilah perpindahan ikatan rangkap dalam kimia organik), maka ujung rantai ikatan rangkap akan bermuatan positif sehingga bersifat sangat kekurangan elektron (elektrofil). Pada saat inilah molekul pemutih akan menyerang kotoran.

Gambar 6. Ikatan rangkap kotoran beresonansi

c

Gambar 7. Pengerusakan ikatan rangkap pada kotoran

3. Gambar 7. Senyawa pemutih akan merusak semua ikatan rangkap yang dimiliki oleh kotoran, sampai tidak memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Dengan terputusnya ikatan ini maka senyawa kotoran menjadi dalam bentuk linier (tidak berikatan rangkap) warna yang terbentuk akibat pola terkonjugasi pun berubah menjadi warna putih bening (maksudnya putih seperti air, seperti udara). Jika pemutih yang digunakan adalah pemutih yang kuat, maka dapat melunturkan warna pakaian menjadi putih kain mori, hal ini disebabkan karena ikatan yang terkonjugasi pada warna pakaian juga akan ikut dirusak oleh senyawa pemutih.

(13)

b) Makanan

Selain zat pewarna makanan kita mengenal zat pemutih makanan. Misalnya oksidaklor, hydrogen peroksida, benzoil peroksida, aseton peroksida, asam askorbat, serta kalium bromat dll. Zat pemutih ini baik untuk memperbaiki warna bahan makanan tanpa merusak komposisi bahan makanan.

Sebagai contoh pemutihan pada makanan diantaranya adalah pada tepung yang masih baru biasanya berwarna kuning kecoklat-coklatan atau kuning keabu-abuan. Zat-zat pemutih tersebut dapat digunakan untuk memutihkan tepung tadi. Hidrogen peroksida biasa digunakan untuk memutihkan warna susu yang digunakan untuk membuat keju. Ada zat pemutih yang memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai pemutih warna zat makanan juga sebagai pereaksi untuk menjadikan bahan makanan itu larut dalam air. Misalnya: natrium hipoklorit digunakan agar pati yang tidak larut dalam air menjadi larut dalam air. Selain tepung, bahan pemutih makanan biasanya digunakan untuk memutihkan trigu, tepung sagu, tepung jagung, dan beras. Agar warna makanan yang dihasilkan terlihat bersih dan tidak kusam.

Penggunaan Pemutih terhadap kesehatan adalah dapat mengakibatkan terjadinya diare, penyakit seborrhea, kerapuhan kuku atau jaringan tanduk (keratin) dan gangguan pada ginjal dan apabila kadar kalsium dalam darah turun dibawah normal maka kalsium dalam tulang akan dimobilisasi sehingga pembentukkan tulang baru akan terhambat.

Mekanisme Pemutihan pada Terpung Terigu yaitu sebagai berikut:

Bahan pemutih makanan akan mengoksidasi pigmen karotenoid pada makanan, sehingga makanan menjadi putih. Fungsi bahan pemutih makanan adalah mengoksidasi gugus sulfhibrid, dalam gluten.

Proses pemutihan pada tepung dapat terjadi akibat proses oksidasi senyawa karotenoid yang terdapat dalam tepung. Kelompok pemutih dan pematang tepung bersifat oksidator, meskipun mekanisme keduanya berbeda dalam melakukan fungsi masing–masing. Proses oksidasi menyangkut perubahan ikatan rangkap konjugasi menjadi berkurang, akibatnya senyawa karotenoid teroksidasi menjadi tidak berwarna. Salah satu pemutih/pemucat yang umumnya dipakai adalah aseton peroksida dan benzoil peroksida yang berlaku sebagai pemucat saja atau penghilang warna dan tidak berpengaruh terhadap sifat-sifat pemanggangan roti.

(14)

c) Kulit Manusia

E. Efek samping Penggunaan Pemutih

Efek samping penggunaan pemutih dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:

- Bahan pemutih pakaian umumnya mengandung senyawa klorin yang dapat merusak serat kain dan warna pakaian.

- Jika air bekas cucian yang mengandung pemutih dibuang ke tanah maupun ke sungai-sungai dapat menimbulkan pencemaran air

- dalam pemutih terkandung zat-zat aktif dan bahan-bahan yang bersifat korosif yang dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam tanah. Akibatnya, kesuburan tanah dapat terganggu.

- Senyawa klorin juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

- Bahan pemutih kulit yang mengandung merkuri atau raksa yang berlebihan dapat merusak sistem saraf.

- Menyebabkan karat pada logam.

- Jika bercampur dengan bahan lain, misalnya pembersih porselen, akan menghasilkan gas klorin yang dapat merusak saluran pernapasan, bahkan menyebabkan kematian.

F. Cara Mencegah atau Menanggulangi Dampak Pemakaian Pemutih

Penggunaan bahan kimia terutama pemutih tidak dapat dihindari karena sebagian bahan kimia sangat menunjang kehidupan. Namun, penggunaan bahan kimia secara tidak tepat bisa berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Untuk mencegah dampak negatif tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui yaitu sebagai berikut :

1. Selalu membaca label pada kemasan. Pada label biasanya terdapat petunjuk penggunaan produk secara aman, komposisi bahan-bahan kimia yang ada didalamnya, serta pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kesalahan penggunaan. 2. Menggunakan bahan/produk pemutih secara wajar dan sesuai kebutuhan.

3. Menggunakan bahan/produk pemutih yang muda terurai sehingga tidak mencemari lingkungan. Penggunaan pemutih yang mudah terurai (biodegradable) akan mengurangi pencemaran sistem air.

4. Menyimpan produk-produk pemutih ditempat yang aman. Sebagai contoh, menyimpan pemutih ditempat yang tidak bisa dijangkau anak-anak.

(15)

5. Tidak membuang sisa-sisa pemutih secara sembarangan, karena dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan.

6. Mengurangi penggunaan pemutih buatan, dan menggunakan bahan-bahan alami sebagai pemutih. Misalnya begkoang untuk pemutih kulit, stawbery untuk pemutih gigi, dan jeruk nipis sebagai pemutih pakaian.

(16)

BAB III PENUTUP

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Andy, 2010. Program chemdraw. dan ilmu kimia organik.

Anonim, 2010, Bleach system, Why use bleach in cleaning products?, science in the box, diakses di alamat http://www.scienceinthebox.com/en_UK/glossary/bleaches_en.html pada tanggal 11 Maret 2015

Carletti G, Nervo G, Cattivelli L. Flavonoids and Melanins: A Common Strategy across Two Kingdoms. Int J Biol Sci 2014; 10(10):1159-1170. doi:10.7150/ijbs.9672. available from

http://www.ijbs.com/v10p1159.htm

Krisno, H. Moch. Agus dkk, 2008, ILMU PENGETAHUAN ALAM Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 129 – 130.

Gambar

Gambar 2. Proses Oksidasi pada pemutih Sumber : ilmu kimia.com
Gambar 2. Reaksi pemutih dengan molekul kotoran 3. Akibatnya kotoran menjadi kecil-kecil dan terpisah-pisah.
Gambar 6. Ikatan rangkap kotoran beresonansi

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan penggunaan modul (Susilawati, 2004) untuk mengajarkan materi bahan kimia di rumah tangga dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu: (1) meningkatkan mutu