7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan membahas tentang kajian teori yang terdiri dari Hakekat IPA, Pembelajaran IPA, Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar; Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terdiri dari Pengertian NHT, Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT), Sintakmatik atau Langkah-langkah Pembelajaran NHT;
Hasil Belajar yang terdiri dari Pengertian Hasil Belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, Penilaian hasil belajar; Kajian Hasil Penelitian yang Relevan, Kerangka Berpikir, Hipotesis Tindakan secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut:
2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA
2.1.1.1 Hakekat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’ (Trianto, 2010: 136). Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin
‘scientia’ yang berarti tahu. Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto, 2010:
136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010:136).
Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Permendiknas (No. 22 tahun 2006) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.
2.1.1.2 Pembelajaran IPA
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Thobroni, 2015:16), pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mempunyai arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diikuti, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara yang menjadikan makhluk hidup belajar.
Menurut Hamalik pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25).
Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan
perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4).
Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorgan isasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
Dalam kegiatan ini, guru menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan agar tercapai tujuan kegiatan belajar mengajar secara optimal. Dalam pembelajaran ini guru bertugas sebagai fasilitator, bukan sebagai sumber belajar peserta didik. Belajar dan . adalah kedua aspek yang akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan peserta didik, dan antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran sedang berlangsung.
2.1.1.3 Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuandan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Di sekolah dasar pendidikan IPA juga merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah kepada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan itu Abruscato, (Khaerudin dan Soedjono 2005:15) mengemukakan bahwa ”tujuan pembelajaran IPA diajarkan dikelas adalah(1) mengembangkan kognitif siswa, (2) mengembangkan afektif siswa, (3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4) mengembangkan kreatifitas siswa, serta (5) melatih siswa berpikir kritis”. Selain itu juga dalam kurikulum 2007 (BSNP 2007:140) dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPA untuk tingkat sekolah dasar adalah:(1) Memperoleh keyakinan pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanya, (2) mengembangkan pengetahuan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, (6) menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagi dasar untuk melanjutkan pendidikan.
Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa: 1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40).
Dari penjelasan di atas tampak bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar sangatlah penting, olehnya itu seorang guru perlu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan efektif dan efisien, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai, dengan menerapkan berbagai strategi, metode dan pendekatan mengajar yang sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa.
2.1.1.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Powler (dalam Samatowa, 2010: 3) yang menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA untuk anak SD didefinisikan oleh Paolo & Marten (Srini M.Iskandar, 1997: 15), yaitu:
1. Mengamati apa yang terjadi.
2. Mencoba memahami apa yang diamati.
3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi.
4. Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan itu benar.
Setiap guru harus memahami kegunaan dan alasan mengapa pelajaran IPA penting untuk diajarkan di sekolah dasar (Srini M.Iskandar, 1997: 16) menyebutkan beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam suatu kurikulum sekolah,yaitu:
1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa.
2. IPA memberikan kesempatan untuk berpikir kritis.
3. Memecahkan masalah dengan berpikir kritis, meskipun sederhana.
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada pengalaman langsung sebagai pendorong laju perkembangan kognitif anak. Siswa perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan keterampilan proses IPA. Muhammad (dalam Trianto, 2010: 150) menjelaskan tujuan melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilanproduk, proses, maupun keterampilan kinerjanya.
3. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi.
4. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataandalam kehidupan bermasyarakat.Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, pembelajaran IPA di SD lebih menekankan pada keterampilan proses dan pemberian pengalaman langsung kepada siswa sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Salah satu tujuan
dari melatih keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari.
2.1.2 Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) 2.1.2.1 Pengertian NHT
Bentuk motivasi yang bisa dilakukan dalam sebuah pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menumbuhkan persaingan yang sehat baik secara individu maupun kelompok. Persaingan yang sehat dalam sebuah pembelajaran bisa dimunculkan dengan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Pada dasarnya model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran yang menekankan kerjasama dalam diskusi kelompok atau pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Menurut Hosnan (2014: 252) pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaaan akademik.
Menurut Trianto (2009: 82) Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah tipe dari pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Lie (2002:18) juga berpendapat bahwa model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) merupakan suatu sistem kerja/belajar kelompok yang
terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok di mana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya dikelas dengan bekerjasama antara 4-5 orang dalam satu kelompok.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah pembelajaran NHT merupakan suatu sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa agar lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran.
Tujuan dibentuknya kelompok NHT adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) menekankan siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok sehingga masing-masing anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan bertanggung jawab terhadap hasil kerja tersebut, sehingga dengan sendirinya siswa merasa dirinya harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa termotivasi untuk belajar sehingga aktivitas belajar dapat meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Rahmi, 2008: 85).
2.1.2.2 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) NHT mempunyai beberapa kelemahan yaitu: 1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) NHT mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2.1.2.3 Sintakmatik atau Langkah-langkah Pembelajaran NHT
Langkah-langkah pembelajaran NHT seperti dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan.
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Tabel 1
Sintak Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase 1
Persiapan Guru mempersiapkan
rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP),
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran.
Fase 2
Pembentukan kelompok
Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa dan memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Siswa berkelompok sesuai pembagian kelompok dari guru dan menerima nomor.
Fase 3
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Guru memberikan materi. Siswa menerima materi yang diberikan oleh guru.
Fase 4
Diskusi masalah
Guru memberikan pertanyaan
Siswa berpikir bersama dan memastikan anggota kelompoknya mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan guru.
Fase 5
Memanggil nomor anggota atau
pemberian jawaban.
Guru menyebut satu nomor.
Siswa yang nomernya disebutkan mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
Fase 6
Memberi kesimpulan.
Guru menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Tabel 2
Pemetaan Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
No Fase NHT Kegiatan Pembelajaran
Pendahulua n
Eksplorasi Elaborasi Konfirma Si Penut up 1 Menyampaik an tujuan dan motivasi siswa 2 Langkah Pembentukan kelompok 3 Langkah Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan 4 Langkah Diskusi masalah 5 Langkah Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. 6 Langkah Memberi kesimpulan.
Tabel 3
Implementasi pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Sintak Langkah dalam standar proses Kegiatan guru Langkah Persiapan
Pendahuluan Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru memotivasi siswa dan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran (dengan model pembelajaran NHT). Guru menyampaikan materi yang akan dipelajarai tentang” sumber daya alam dengan lingkungan”. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Langkah Pembentukan kelompok
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang siswa dari yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi digabungkan. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Langkah Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Eksplorasi Guru membagikan materi tentang sumber daya alam.
Langkah
Diskusi Masalah
Elaborasi Siswa dalam kelompoknya berdiskusi dan bertanya jawab dalam kelompoknya. Guru
membimbing setiap kelompok dalam
diskusi yang mengalami kesulitan. Langkah Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Elaborasi Konfirmasi
Setelah selesai diskusi guru memanggil nomor yang sudah diambil oleh masing-masing siswa untuk siap mempresentasikan hasil kelompoknya.Pemanggilan nomor secara acak Siswa yang dipanggil nomornya siap-siap untuk menjawab pertanyaan dari guru. Kegiatan tersebut diulang dengan berbagai pertanyaan.
Langkah Memberi kesimpulan
Penutup Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan pelajaran yang sudah dipelajari. Guru memberitahukan siswa pada pertemuan selanjutnya kita akan mengerjakan soal evaluasi. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.Anitah berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh (Anitah, 2008: 219). Guru harus memperhatikan secara seksama agar perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya oleh siswa. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar yaitu perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Wasliman dalam Susanto (2013:12-13) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara rinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1. Faktor internal; Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Senada dengan pendapat Wasliman, Ruseffendi mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam, yaitu kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, dan kondisi masyarakat (Susanto 2013:15-18).
2.1.3.3 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan dan hasil belajar dalam ketuntasan penguasaan kompetensi. Penilaian dilakukan dalam bentuk ulangan harian dan penugasan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar di kelas. Penilaian kelas sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam pelaksanaan penilaian kelas guru berwenang untuk menentukan kriteria keberhasilan, cara dan jenis penilaian. Penilaian hasil belajar siswa harus mencakup tiga aspek kemampuan yaitupengetahuan, ketrampilan dan sikap dimana penilaian yang dilakukan merupakan proses sistematis yang mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk membuat keputusan-keputusan.
Prosedur penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah;
1. memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus, 2. mengembangkan indikator sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, 3. membuat kisi-kisi soal,
4. melaksanakan tes,
5. mengolah hasil tes untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
2.1.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Maimunah 2012 dengan judul “Upaya Peningkatan hasil belajar Trias Jati Probo Hutomo (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Numbered Heads
Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jetis Kemangkon Purbalingga”I
Kesimpulan yang didapat adalah melalui penelitian pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Jetis, Kemangkon, Purbalingga.
Laporan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012) yang berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA kelas V semester 2 SDN Banyumudal 02, tahun pelajaran 2011/2012.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.1.5 Kerangka berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan menyusun kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berfikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian, yaitu Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) Kelas IV SD Negeri Dadirejo 02.
Hakikat belajar IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Dalam proses belajar mengajar IPA, yang lebih ditekankan yaitu pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapatmenemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Salah satu tujuan melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkannya, guru perlu melakukan pembelajaran yang menarik dan dapat melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dilaksanakan dalam beberapa siklus, sampai mencapai keberhasilan belajar yaitu peningkatan hasil belajar terhadap indikator kinerja yang sudah ditentukan yaitu 80%.Selain untuk
meningkatkan hasil belajar, penerapan Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat membentuk karakter siswa seperti tanggung jawab, teliti, toleransi, kerja sama, berani berbicara. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan kegiatan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Gambar 1 Kerangka Berfikir a . b . c . Guru dominan menggunakancerama h dan penghafalan Teacher centered Kurangmengaktifkan kooperatif siswa
Hasil belajar IPA siswa rendah di bawah KKM<65 a. Siswa jenuh dalampembelajaran b.Siswa kurang focusdalam pembelajaran c. Keaktifan hanya ditunjukkan sebagian siswa Kegiatan pembelajaran lebih bermakna
Hasil belajar IPA siswakelas IVmeningkat di atas KKM ≥ 65
Siswa lebih aktif Dalampembelajaran Pembelajaran menggunakan metode
konvensional
Diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered HeadsTogether) dalam pembelajaran IPA
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan kondisi awal agar mencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered HeadsTogether):
1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalamkelompok.
2. Penyajian materipelajaran
3. Kegiatan kelompok baik diskusi maupun melakukanpercobaan
4. Membagikan nomor pada tiapsiswa
5. Evaluasi
2.1.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan.
b. Pembentukan kelompok.
c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan. d. Diskusi masalah.
e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. f. Memberi kesimpulan.
2. Diduga dengan pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Dadirejo 02 tahun ajaran 2016/2017.