• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BUPATI PANDEGLANG

PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

NOMOR 6 TAHUN 2015

TENTANG

PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN DAN MAJELIS TAKLIM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANDEGLANG,

Menimbang : a. bahwa keberadaan pondok pesantren dan majelis taklim di Kabupaten Pandeglang cukup banyak dan tersebar di masing-masing kecamatan dan desa/kelurahan, yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis kemasyarakatan;

b. bahwa untuk mencegah budaya negatif dan menciptakan kemandirian perlu melaksanakan pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim;

c bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

(2)

2

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

dan

BUPATI PANDEGLANG MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN DAN MAJELIS TAKLIM.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4. Bupati adalah Bupati Pandeglang.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang.

(3)

3

6. Pondok pesantren yang selanjutnya disebut Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang menyelenggarakan satuan pendidikan pesantren dan/atau secara terpadu menyelenggarakan jenis pendidikan lainnya.

7. Majelis Taklim adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam yang bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam di kalangan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

8. Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim adalah segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk membantu meningkatkan kemampuan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas melaluipengembangan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi muslim yang dapat mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari.

9. Pola pendidikan mu 'allimin adalah sistem pendidikan pesantren yang bersifat integratif dengan memadukan ilmu agama Islam dan ilmu umum dan bersifat komprehensif dengan memadukan intra dan ekstrakokurikuler.

10. SSatuan pendidikan muadalah adalah satuan pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada dilingkungan pesantren dengan mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan pesantren dengan basis kitab kuning atau dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan muallimin secara berjenjang dan terstruktur yang dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah dilingkungan Kementerian Agama.

11. Kitab kuning adalah kitab keIslaman berbahasa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren.

12. Dirasah Islamiyah adalah kumpulan kajian tentang ilmu agama Islam yang tersusun secara sistematik, terstruktur, dan terorganisasi (madrasy).

13. Santriwan/santriwati adalah pelajar yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren.

14. Pendidik adalah seorang ustadz dan ustadzah yang mempunyai kompetensi tertentu sesuai dengan kekhususannya untuk membimbing, mengajar, dan/atau melatih para santriwan dan santriwati dalam bidang keagamaan.

15. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi non pemerintah, pengusaha, dan organisasi masyarakat yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

Pasal 2

Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim berasaskan : a. Kedaulatan;

b. Kemandirian; c. Kebersamaan;

(4)

4 d. Keterpaduan; e. Keterbukaan; f. Efisiensi-berkeadilan: dan g. Keberlanjutan. Pasal 3

Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim bertujuan untuk:

a. Mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Pondok Pesantren dan Majelis Taklim dalam rangka menghasilkan peserta didik yang mampu meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik;

b. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas serta kelembagaan pondok pesantren dan majelis taklim dalam menjalankan pendidikan keagamaan yang maju, modern dan berkelanjutan;

c. Menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di pondok pesantren dan majelis taklim.

d. Mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam dan/atau menjadi muslim yang dapat mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari;

e. Mengembangkan pribadi akhlakul karimah bagi peserta didik yang memiliki kesalehan individual dan sosial dengan menjunjung tinggi jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaran sesama umat Islam, rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, keteladanan, pola hidup sehat, dan cinta tanah air;

f. Menanamkan nilai-nilai Islami untuk mencegah dampak negatif dari kebudayaan luar yang tidak Islami; dan

g. Memajukan dan mengembangkan pola pikir santri dan jamaah majelis taklim untuk mengembangkan usaha, serta menumbuhkan dan menguatkan kelembagaan pondok pesantren dan majelis taklim agar mampu mandiri dan berdaya saing.

BAB II

PONDOK PESANTREN

Bagian Kesatu Umum

Pasal4

Pondok Pesantren di daerah wajib menjunjung tinggi dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal

Ika,keadilan, toleransi, kemanusiaan, keikhlasan, kebersamaan, dan nilai-nilai

(5)

5

Pasal5

Pondok Pesantren wajib memiliki unsur-unsur pesantren yang terdiri atas: a. kyai atau sebutan lain yang sejenis;

b. santri;

c. pondok atau asrama pesantren; d. masjid atau musholla, dan

e. pengajian dan kajian kitab kuning atau dirasah Islamiyah dengan polapendidikan mu 'allimin.

Pasal6

(1) Kyai atau sebutan lain yang sejenis sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5huruf a wajib berpendidikan pesantren dan memiliki kompetensi ilmu

agamaIslam yang bertugas membimbing, mengasuh, dan mengajar santri. (2) Kyai atau sebutan lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertugas membimbing, mengasuh, dan mengajar santri.

(3) Selain kyai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pesantren dapat

memilikipendidik lain yang diperlukan sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.

(4) Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan, pesantren dapat memiliki tenaga kependidikan yang meliputi kepala satuan pendidikan, tenaga administrasi,pengelola perpustakaan, dan tenaga lain yang diperlukan.

Pasal 7

(1) Santri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah peserta didikdan wajib bermukim di pondok atau asrama pesantren.

(2) Kewajiban bermukim di pondok atau asrama pesantren sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk lebih mengintensifkan proses pendidikan baik yang menyangkut pengamalan ibadah, pemahaman keagamaan, penguasaan bahasa asing, internalisasi nilai-nilai keagamaan dan akhlak karimah, serta peningkatan keterampilan.

Pasal8

(1) Pondok atau asrama pesantren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf cmerupakan tempat tinggal santri selama masa proses pendidikan. (2) Pondok atau asrama pesantren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, dan kesehatan. Pasal9

(1) Masjid atau musholla sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d berfungsisebagai tempat ibadah dan/atau pembelajaran santri.

(2) Masjid atau musholla sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat terbuka bagi masyarakat disekitar pesantren untuk melakukan ibadah dan/atauaktivitas keagamaan lainnya.

(6)

6 Pasal 10

(1) Pengajian dan kajian kitab kuning sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5huruf e dilakukan dengan menggunakan kitab kuning sebagai sumberbelajar sesuai tingkatan peserta didik.

(2) Dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu'allimin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e dilakukan dengan pendekatan tematik sesuai dengankekhasan masing-masing pesantren.

Bagian Kedua

Penyelenggaraan Pendidikan di Pondok Pesantren Pasal 11

Dalam penyelenggaraan pendidikan, pesantren dapat berbentuk sebagai satuanpendidikan dan atau sebagai penyelenggara pendidikan.

Paragraf 1

Pesantren Sebagai Satuan Pendidikan Pasal 12

(1) Pesantren sebagai satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 merupakan pesantren yang menyelenggarakan pengajian kitabkuning atau dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu 'allimin.

(2) Penyelenggaraan pengajian kitab kuning sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)dapat dilakukan dalam bentuk pengajian kitab kuning pada

umumnyadan/atau program takhasus pada bidang ilmu keIslaman tertentu sesuaidengan ciri khas dan keunggulan masing-masing pesantren. (3) Penyelenggaraan dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu'allimin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara integratif dengan memadukan ilmu agama Islam dan ilmu umum dan bersifat komprehensif

dengan memadukan intra dan ekstra kokurikuler.

Paragraf 2

Satuan Pendidikan Muadalah Pasal 13

(1) Jenis satuan pendidikan muadalah terdiri atas salafiyah dan mu’allimin. (2) Jenis satuan pendidikan muadalah salafiyah sebagaimana dimksud pada

ayat (1) adalah satuan pendidikan muadalah berbasis kitab kuning.

(3) Jenis satuan pendidikan muadalah mu’allimin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah satuan pendidikan muadalah berbasis dirosah

Islamiyah dengan pola pendidikan mu’allimin. Pasal 14

Penjenjangan satuan pendidikan mu adalah terdiri atas :

a. satuan pendidikan muadalah setingkat pendidikan dasar terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS);

b. satuan pendidikan muadalah setingkat pendidikan menengah adalah setingkat Madrasah Aliyah (MA).

(7)

7 Pasal 15

(1) Kurikulum satuan pendidikan muadalah terdiri atas kurikulum keagamaan Islam dan kurikulum pendidikan umum.

(2) Kurikulum keagamaan Islam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan berdasarkan kekhasan masing-masing penyelenggara dengan berbasis pada kitab kuning atau dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu’allimin.

(3) Kurikulum pendidikan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat paling sedikit memuat :

a. pendidikan kewarganegaraan; b. bahasa Indonesia;

c. matematika; dan

d. ilmu pengetahuan alam.

Pasal 16

(1) Pembelajaran kitab kuning dapat dilakukan dengan menggunakan metode

sorogan (individual), metode bandongan (massal), metode bahtsul masail,

dan metode lainnya.

(2) Pembelajaran dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu 'allimin dilakukan dengan metode kelasikal, terstruktur, dan berjenjang sesuai dengan struktur kurikulum yang ditetapkan oleh pesantren.

Paragraf 3

Pondok Pesantren Sebagai Penyelenggara Pendidikan Pasal 17

(1) Di samping sebagai satuan pendidikan, pesantren dapat

menyelenggarakan satuan dan/atau program pendidikan lainnya.

(2) Satuan dan/atau program pendidikan lainnya sebagaimana dimaksud

padaayat (1) meliputi:

a. pendidikan diniyah formal;

b. pendidikan diniyah nonformal;

c. pendidikan umum;

d. pendidikan umum berciri khas Islam;

e . pendidikan kejuruan;

f. pendidikan kesetaraan;

g. pendidikan mu’adalah; dan

h. program pendidikan lainnya.

(3) Penyelenggaraan satuan dan/atau program pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8)

8

BAB III MAJELIS TAKLIM

Pasal 18

(1) Majelis taklim dapat diselenggarakan oleh masyarakat, pesantren,

pengurus masjid, organisasi kemasyarakatan Islam, dan lembaga sosial keagamaan Islam lainnya.

(2) Majelis taklim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan

di masjid, musholla, ruang kelas, atau ruang belajar lain yang memenuhi

syarat.

(3) Majelis taklim dapat mengembangkan kajian keislaman secara tematis dan

terprogram dalam rangka peningkatan pemahaman dan pengamalan

ajaran agama Islam.

BAB IV

PERAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah melakukan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pandeglang.

(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan forum pondokpesantrendanmajelistaklimdi daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 20

(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan bantuan untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada Santri dan Pengajar Pondok Pesantren serta majelis taklim.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa:

a. pengembangan program pelatihan dan pemagangan; b. pemberian beasiswa pendidikan;

c. pengembangan pelatihan kewirausahaan; dan

d. manajemen tata kelola pondok pesantren dan majelis taklim.

Pasal 21

Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dimaksudkan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan Santri, pengajar pondok pesantren dan majelis taklim.

Pasal 22

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan bantuan berupa insentif untuk Pengajar pondok pesantren dan majelis taklim.

(9)

9 Pasal 23

Bantuan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 22 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB V PEMBIAYAAN

Pasal 24

(1) Pembiayaan untuk kegiatan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk hibah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pasal 25

Pembiayaan untuk kegiatan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim dapat bersumber dari bantuan pihak swasta dan/atau pihak ketiga berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

BAB VI PENGAWASAN

Pasal 26

(1) Untuk menjamin tercapainya tujuan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim, dilakukan pengawasan terhadap kinerja perencanaan dan pelaksanaan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemantauan, pelaporan, dan evaluasi.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pandeglang sesuai dengan kewenangannya.

(4) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pemerintah Daerah dapat melibatkan masyarakat dalam pemantauan dan pelaporan dengan memberdayakan potensi yang ada.

(5) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus berbentuk dokumen tertulis dan disertai dokumen pendukung lainnya.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 27

Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim.

(10)

10 Pasal 28

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat dilakukan secara perseorangan dan/atau berkelompok.

Pasal 29

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat dilakukan terhadap:

a. Pembiayaan; dan b. Pengawasan.

Pasal30

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dapat berupa:

a. memelihara dan menyediakan prasarana; b. menyediakan bantuan sosial;dan

c. melaporkan adanya pungutan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 31

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.

Ditetapkan di Pandeglang

pada tanggal 12 Nopember 2015 BUPATI PANDEGLANG,

Cap/ttd

ERWAN KURTUBI Diundangkan di Pandeglang

pada tanggal 12 Nopember 2015

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG, Cap/ttd

AAH WAHID MAULANY

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015 NOMOR 6

(11)

11

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015

TENTANG

PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN DAN MAJELIS TAKLIM I. PENJELASAN UMUM

Pendidikan di Pondok pesantren (ponpes) dan majelis taklim mempunyai sejarah yang panjang, namun masih banyak orang yang beranggapan lembaga pendidikan ini hanya untuk belajar agama. Seiring dengan perkembangan zaman lembaga ini telah melakukan upaya penyesuaian.

Lembaga pendidikan Ponpes dan majelis taklim pada hakikatnya adalah proses pembudayaan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan, yang memiliki sikap hidup yang Islami, dan keterampilan yang dapat menjamin kesejahteraan hidupnya.

Pesantren dan majelis taklim wajib menjunjung tinggi dan mengembangkan nilai-nilai Islamrahmatan lil'alamin dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, keadilan, toleransi, kemanusiaan, keikhlasan, kebersamaan, dan nilai-nilai luhur lainnya.

Keberadaan pondok pesantren dan majelis taklim di Kabupaten Pandeglang cukup banyak dan tersebar dimasing-masing kecamatan, sebagai lembaga pendidikan keagamaan Islamberbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secaraterpadu dengan jenis pendidikan lainnya, sehingga diperlukan pemberdayaan secara terencana, terarah dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim Pemerintah Daerah memerlukan landasan hukum berupa Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan” adalah penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi kedaulatan Pondok Pesantren yang memiliki hak-hak dan kebebasan dalam rangka menyelenggarakan Pendidikan Keagamaan Islam.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim harus dilaksanakan secara independen dengan mengutamakan kemampuan sumber daya dalam

(12)

12

Pondok Pesantren itu sendiri.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pondok Pesantren, dan masyarakat.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim harus memadukan dan menyerasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim harus dilaksanakan dengan memperhatikan aspirasi dari Pondok Pesantren dan pemangku kepentingan lainnya yang didukung dengan pelayanan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas efisiensi-berkeadilan” adalah penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim harus memberikan peluang dan kesempatan yang sama secara proporsional kepada semua warga 12negara sesuai dengan kemampuannya.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah penyelenggaraan Pemberdayaan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan untuk menjamin peningkatan kesejahteraan di Pondok Pesantren.

Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas

(13)

13 Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Ayat (1) Cukupjelas Ayat (2) Huruf a

Pendidikan diniyah formal adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di dalam pesantren secara terstruktur dan berjenjang pada jalur pendidikan formal.

Huruf b

Pendidikan diniyah nonformal adalah pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan dalam bentuk Madrasah Diniyah Takmiliyah, Pendidikan AlQur'an, Majelis Taklim, atau bentuk lain yang sejenis baik di dalam maupun di luar pesantren pada jalur pendidikan nonformal. Huruf c Cukupjelas Huruf d Cukupjelas Huruf e Cukupjelas Huruf f Cukupjelas Huruf g Cukupjelas

(14)

14 Huruf h Cukupjelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya faktor-faktor resiliensi dalam diri seorang pecandu narkoba, maka hal ini akan membantu mereka untuk bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami,

Dalam penelitian yang digunakan adalah quasi experiment,menggunakan pendekatan “one group pretest-postest design“.Dalam penelitian ini ibu hamil pada trimester I

Dalam Penelitian ini masalah dibatasi pada mengkaji pengujian model p g j p g j regresi spasial dengan keberadaan korelasi error spasial menggunakan statistik uji LM dan Robust LM

Kesamaan pembilang yang dibandingkan dalam proses perhitungan recall dan precision (number of relevant items retrieved) memiliki arti bahwa hanya dokumen yang relevan

mengunduh informasi pornografi adalah bertentangan dengan keyakinan (belief) terhadap pornografi, namun karena rasa ingin tahu yang besar terhadap informasi seksualitas yang mereka

Perubahan sitem pemerintahan pada tahun ini dibuktikan dengan adanya dua kepala pemerintahan didalam kerajaan Gorontalo yang pertama adalah; pengangkatan seorang

informasi dan data ilmiah yang dapat diakses oleh pengguna melalui perangkat elektronik dan komunikasi; keuntungan penggunaan aplikasi ini digunakan untuk perbaikan dan peningkatan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan peran orang tua dalam pendidikan menstruasi dengan perilaku saat menstruasi pada siswi kelas VIII di SMP Negeri 1 Banguntapan