• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

USULAN PENELITIAN

Diajukan oleh: Maulela Ajar Ridzany

20120210060

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

ii

Usulan Penelitian

PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT

(Lycopersicon esculentum)

Yang diajukan oleh Maulela Ajar Ridzany

20120210060

Program Studi Agroteknologi Telah disetujui/disahkan oleh:

Pembimbing Utama:

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto

NIP : 196011201989031001 Tanggal ...

Pembimbing Pendamping

Ir. Hariyono, M.P

NIP : 19650330199409133002 Tanggal ...

Mengetahui:

Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P. M.P

(3)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Limbah pertanian sering dianggap tidak bermanfaat dan mengganggu kenyamanan lingkungan. Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa berpikir bahwa dibalik citra negatif limbah ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu potensi limbah pertanian adalahsebagaibahan pembuatan kompos.

Limbah pertanian berupa jerami padi merupakan potensi bahan baku lokal yang dapat diolah menjadi kompos yang akan menghasilkan pupuk organik. Hasil samping panen padi berupa jerami padi mencapai 5 ton/ha. Penyusutan jerami padi segar menjadi kompos mencapai 50% (Balittanah, 2008).Manfaat kompos jerami padi tidak hanya dilihat dari sisi kandungan hara saja. Kompos jerami padi juga memiliki kandungan C organik yang tinggi. Pemakaian kompos jerami padi yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah danmengembalikan kesuburan tanah.

Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya buahnya saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang berupa batang dan daun. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi kompos yang akan menghasilkan pupuk organik. Kompos serasah jagung manis bisa digunakan untuk menyuburkan lahan serta dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang sangat menguntungkan bagi elemen masyarakat, khususnya bagi para petani itu sendiri.

Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan terbuang. Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yang kemudian disebut dengan pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi, 2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit singkong, memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah mengurang

(4)

2

permasalahan limbah dan meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri karena digunakan sebagai pupuk.

Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2000 mencapai 346.081 ton (Badan Pusat Statistik, 2001) dan tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor). Salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tanaman tomat adalah pemupukan. Untuk pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman tomat membutuhkan hara yang lengkap, baik makro maupun mikro, dengan komposisi berimbang yang dipasok dari pupuk. Pemberian N yang terlalu tinggi misalnya dapat menyebabkan pertumbuhan daun yang lebat, namun berpengaruh menekan jumlah dan ukuran buah (Nonnecke, 1989). Penelitian di Candilo dan Silvestri (1994) menunjukkan bahwa pemberian Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada tanaman tomat nyata meningkatkan hasil, memperbaiki pematangan dan kadar padatan terlarut. Pada tanaman tomat yang kekurangan K, selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, juga akan dapat menurunkan kualitas buah. Pada analisis tanaman tomat, S terdapat dalam kadar yang cukup tinggi dan tersebar, ini menandakan bahwa unsur ini penting bagi tanaman tersebut (Ware dan Mc Collum, 1980).

Petani tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk tunggal yaitu N (Urea , ZA), P (SP-36) dan K (KCl, ZK) yang pemberiannya dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur. Kebutuhan akan hara makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan, sehingga pada jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi pemupukan menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman.

(5)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapatkan beberapa rumusan masalah anatara lain:

1. Menggantikan kebutuhan pupuk kandang dengan kompos dari berbagai macam limbah pertanian.

2. Adakah pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian yang dihasilkan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?

3. Kompos limbah pertanian manakah yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?

C. Tujuan Penelitian

Mengkaji pengaruh kompos limbah pertanian dalam budidaya tanaman tomat dan menetapkan jenis kompos limbah pertanian yang tepat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

(6)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian

Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah. Menurut. Murbandono tahun 2000 selama proses perubahan dan peruraian bahan organik, unsur hara mengalami pembebasan dan menjadi bentuk larut yang bisa diserap tanaman, proses perubahan ini disebut pengomposan. Metode pengomposan yang sesuai dan waktu pemanfaatan bahan organik perlu diperhatikan, demikian juga inokulasi mikrobia yang sesuai (Sutanto, 2002).

Kompos adalah hasil pembusukan sisa – sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan ber-C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12 – 15 (Novizan, 2002). Menurut Rahman (2002), nisbah C/N berkenaan dengan persentase senyawa organik memberikan indikasi intensitas proses dekomposisi, karena persentase senyawa organik menentukan jumlah komponen dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi. Pada umumnya limbah organik mengandung fraksi padat organik rata – rata 40% - 70%.

1. Kompos Jerami Padi

Potensi panen jerami adalah 1,4 kali dari hasil panen padi (Kim & Dale - 2004), sehingga jika panen padi 8 ton gabah akan diperoleh jerami sebanyak 11,2ton jika setahun panen padi dua kali potensi jerami ada 22,4 ton,jika selama 10 tahunakan menghasilkan2.240 ton jerami. Hasil analisis laboratorium terhadap kompos jerami padi yang sudah dikomposkan, dibuat dengan menggunakan

(7)

berbagai bioaktivator berbeda-beda nilai haranya. Hal ini tergantung dari jenis mikroba yang digunakan, komposisi bahan, cara dan perlakuan saat pembuatannya. Limbah jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal, selama ini jerami padi dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan ternak sekitar 22 %, pupuk kompos sekitar 20-29 % dan sisanya dibakar untuk menghindari penumpukkan (Ikhsan dkk., 2009).

Kandungan 1 ton kompos jerami padi adalah Nitrogen (N) 0,6 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta Magnesium (Mg)

0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. Kompos jerami padi memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton. Jumlah hara ini dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2013). Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan oleh petani dinilai sangat merugikan, rata – rata pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara 94 % C, 91 % N, 45 % P, 75 % K, 75 % S, 30 % Ca dan 20 % Mg dari total kandungan hara tersebut dalam jerami (Suriadikarta, 2001).

2. Kompos Serasah Jagung Manis

Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya buahnya saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang berupa batang dan daun. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi kompos yang akan menghasilkan pupuk organik. Kompos serasah jagung manis bisa digunakan untuk menyuburkan lahan serta dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang sangat menguntungkan bagi elemen masyarakat, khususnya bagi para petani itu sendiri.

Tanaman jagung manis mengandung Nitrogen 0,92%, Fosfor 0,29%, dan Kalium 1,39% (Ruskandi, 2005).Kurangnya prasarana bisa jadi menjadi hambatan dalam mengolah serasah jagung manis yang melimpah. Pada penelitian Surtinah tahun 2013 hasil yang diperoleh kompos dengan bahan serasah jagung manis mengandung C 10,5 %, N 1,05 %, C/N rasio 9,97, P2O5 1,01 %, K2O 0,18 %, dan

(8)

6

3. Kompos Limbah Kulit Singkong

Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan terbuang. Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yang kemudian disebut dengan pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi, 2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit singkong, memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah mengurangi permasalahan limbah dan meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri karena digunakan sebagai pupuk.

Kulit singkong memiliki kandungan yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu sebagai berikut: Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat karbon yang tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74%, N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%.

B. Tanaman Tomat

Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2000 mencapai 346.081 ton (Badan Pusat Statistik, 2001) dan tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor). Salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tanaman tomat adalah pemupukan. Untuk pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman tomat membutuhkan hara yang lengkap, baik makro maupun mikro, dengan komposisi berimbang yang dipasok dari pupuk. Pemberian N yang terlalu tinggi misalnya dapat menyebabkan pertumbuhan daun yang lebat, namun berpengaruh menekan jumlah dan ukuran buah (Nonnecke, 1989). Penelitian di Candilo dan Silvestri (1994) menunjukkan bahwa pemberian Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada tanaman tomat nyata meningkatkan hasil, memperbaiki pematangan dan kadar padatan terlarut. Pada tanaman tomat yang kekurangan K, selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, juga akan dapat menurunkan kualitas buah. Pada analisis tanaman tomat, S terdapat dalam kadar yang cukup

(9)

tinggi dan tersebar, ini menandakan bahwa unsur ini penting bagi tanaman tersebut (Ware dan Mc Collum, 1980).

Petani tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk tunggal yaitu N (Urea , ZA), P (SP-36) dan K (KCl, ZK) yang pemberiannya dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur. Kebutuhan akan hara makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan, sehingga pada jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi pemupukan menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman.

Tomat dikembangbiakkan melalui bijinya. Sebelum ditanam, biji tomat disemai terlebih dahulu. Tanah untuk persemaian dicangkul dan diberi pupuk kandang yang matang dan steril. Untuk melindungi semaian dibuatkan atap yang menghadap ke timur dan miring ke barat setinggi satu meter. Atap ini berguna untuk menjaga kelembaban, memproleh suhu yang tetap, dan mengatur banyaknya sinar matahari yang masuk. Biji tomat ditaburkan berbaris dengan jarak antar baris 5 cm. Penaburan dilakukan dengan hati-hati dan tipis-tipis di atas tanah persemaian. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan sebanyak 300-400 gram biji tomat. Menurut teori, penanaman satu hektar hanya diperlukan 150 gram biji yang berdaya kecambah 75%. Biji tomat akan tumbuh setelah 5-7 hari disemaikan.

Lahan yang akan digunakan dicangkul sedalam 40 cm dan dibuat bedengan dengan lebar 1,40 m. Di atas bedengan dibuat lubang dengan jarak 50 x 60 cm. Jarak antar baris lubang 70 x 80 cm sehingga tiap bedengan terdiri dari dua baris lubang. Menggunakan jarak tanam 50x60 cm.

Tiap-tiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 0,5-1 kg atau 20 ton/hektar. Pada lahan tersebut juga dibuatkan saluran pembuangan air

(10)

8

(parit) antar bedengan dengan lebar 20 cm. Parit ini sangat penting untuk drainase dan mencegah serangan penyakit layu. Setelah berumur satu bulan, kira-kira berdaun empat helai, bibit tomat dipindahkan ke lubang-lubang tanam yang telah tersedia di kebun. Setiap lubang ditanami satu batang tanaman yang sehat, kuat, dan subur. Jika diperlukan, tanaman ditutupi dengan dedaunan atau pelepah pisang. Tutup ini untuk mencegah teriknya sinar matahari atau pukulan air hujan yang mungkin jatuh. Setelah 3-4 hari tutup dibuka.

Tanaman tomat yang telah berumur 1,5 bulan diberi pupuk buatan berupa campuran Urea, SP-36, dan KCl dengan perbandingan 2 : 3 : 1 sebanyak 12 gram tiap tanaman. Pupuk ini diletakkan dalam alur yang melingkari batang tanaman, kurang lebih 5 cm dari batang tanaman. Alur ini selanjutnya ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk buatan ini diulangi sekali lagi setelah 2-3 minggu kemudian. Dengan demikian, untuk tiap hektar tanaman dibutuhkan 200 kg Urea, 300 kg SP-36, dan 200 kg KCl. Pemberian pupuk buatan saat umur tanaman tomat 1,5 bulan cabang samping dipangkas hingga tersisa 1-2 cabang utama tiap tanaman. Tunas yang tumbuh pada keriak daun dan berbunga sedikit (tunas liar) harus dibuang. Tunas-tunas tersebut dapat mengurangi hasil buah. (Hendro., 2014).

(11)

9

Ilmu Tanah, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Jerami padi, Serasah jagung manis (batang dan daun), kulit singkong, EM4, gula merah, dedak, air, benih tomat varietas tomat Mirah, pupuk kandang sapi, pupuk Urea, pupuk KCL, pupuk SP-36, label.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya polibag, cangkul, ayakan, gelas beker, meteran, mistar, gunting, thermometer, karung pengomposan, sprayer, jangka sorong, timbangan analitik, oven, alat tulis.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode percobaan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan sumber bahan organik sebagai berikut:

P0 : Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

P1 : 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300

kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

P2 : 13,33 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi (setara dengan 20 ton/

hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

P3 : 7,619 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis (setara dengan 20

ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

P4 : 3,883 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20

ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar

(12)

10

Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 unit dan 1 tanaman korban yang diulang 3 kali, total ada 60 pot/polibag.

D. Cara Penelitian

1. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong.

Limbah jerami padi dan limbah serasah jagung manis diperoleh dari petani daerah Bantul, untuk limbah kulit singkong didapat dari petani di daerah Wonosari, Gunungkidul. Dengan cara mengumpulkan dan menyortir limbah yang akan dibuat kompos.

2. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong

a. Mengumpulkan limbah jerami padi kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami padi, dedak, EM4 dan gula merah dilarutkan dalam air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai masukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi. Fermentasi dilakukan kurang lebih 28 hari atau 4 minggu.

b. Mengumpulkan seresah jagung manis berupa batang dan daunnya kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami padi, dedak, EM4 dan gula merah dilarutkan dalam air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai masukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi. Fermentasi dilakukan kurang lebih 28 hari atau 4 minggu.

c. Mengumpulkan kulit singkong kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami padi, dedak, EM4 dan gula merah dilarutkan dalam air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai masukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi. Fermentasi dilakukan kurang lebih 28 hari atau 4 minggu,

(13)

3. Pengaplikasian kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong;

a. Persiapan media tanam

Penyiapan media tanam dilakukan seminggu sebelum tanam. Tanah yang akan dijadikan media tanam dicangkul dan selanjutnya tanah disaring dengan saringan kawat yang bertujuan memisahkan tanah dengan bongkahan batu, kemudian tanah dimasukkan dalam polibag. b. Persemaian

Persemaian benih tomat menggunakan bedengan, buat larikan di atas bedengan dengan kedalaman 1cm dan jarak antar larik 5cm. Tanam benih tomat pada tiap larikan dengan jarak 3cm, lalu tutup permukaannya dan siram secukupnya. Setelah satu bulan, kira-kira berdaun empat helai, bibit tomat dapat dipindahkan ke polibag yang telah berisi media tanam.

c. Pemindahan bibit tomat ke polibag

Setelah benih tomat yang disemaikan berumur satu bulan, kira-kira berdaun empat helai, bibit tomat dapat dipindahkan ke polibag yang telah berisi media tanam. Memindahkan bibit tomat dengan dicabut, siram persemaian dengan air agar media tanam menjadi lunak. Lalu cabut tanaman dengan hati-hati jangan sampai akar tanaman putus atau rusak. Kemudian masukkan tanaman tersebut secara tegak lurus pada lubang tanam yang ada dalam polybag. Posisi akar harus tegak lurus jangan sampai bengkok atau terlipat. Atur kedalaman lubang tanam sesuai dengan panjang akar.

d. Pemeliharaan i. Penyiraman

Penyiraman tanaman tomat dilakukan sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari, tetapi tidak juga terlalu basah untuk menghindari busuk akar.

(14)

12

ii. Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika ada tanaman tomat yang mati, layu atau rusak. Penyulaman tomat dilakukan sampai umur tanaman tomat 2 minggu.

iii. Pengajiran

Pemasangan ajir dibuat dari bambu sepanjang 2 meter. Ajir ditancapkan pada jarak sekitar 10 cm dari tanaman. Dipasang setelah seminggu benih tomat dipindahkan di polibag.

iv. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pupuk kompos jerami padi, kompos seresah jagung manis, kompos kulit singkong sesuai perlakuan diberikan pada dalam galur sekeliling tanaman. Selain pemupukan menggunakan pupuk kompos limbah jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit singkong, juga dilakukan pemupukan menggunakan pupuk Urea 200 kh/hektar, SP-36 300 kg/hektar, dan KCL 200 kg/hektar.

v. Penyiangan, pendangiran dan pembumbungan

Penyaingan, pendangiran dan pembumbungan lakukun secara bersamaan dengan waktu pemupukan. Alat yang digunakan adalah cangkul kecil. Setelah menyiangi dan memperbaiki bendeng tanaman, tanah ditutupi dengan daun kering atau jerami, manfaatnya untuk mengurangi penguapan air, menjaga agar tanah tetap gembur, mengurangi tumbuhnya rumput, mencegah munculnya kerak tanah yang dapat menghambat masuknya udara, menghindari kerusakan bunga atau buah dari kotoran tanah.

(15)

vi. Pengendalian hama atau penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanik atau menggunakan pestisida tergantung serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

vii. Pemanenan

Tanaman tomat dipanen saat umur 90 HST tergantung varietasnya. Tanaman tomat sudah bisa dipanen bila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun menguning dan bagian batang mengering. Pemanenan tomat dilakukan pada pagi hari. Buah tomat tidak matang secara serentak, dilakukan pemetikan setiap 2-3 hari sekali.

E. Parameter yang Diamati

1. Tanaman korban dilakukan pengamatan mulai saat muncul bunga, tanaman korban 1 tanaman/ ulangan/perlakuan, parameter yang diamati:

a. Berat segar tomat (gram)

Pengamatan berat segar tanaman dilakukan mulai saat muncul bunga. Pengamatan dilakukan dengan cara mengangkat seluruh bagian tanaman dari media tanam, kemudian membersihkan sisa tanah menggunakan air bersih. Setelah tanaman tomat dibersihkan dilakukan penimbangan menggunakan timbangan analitik. Tanaman korban diamati setiap minggu. b. Berat kering tomat (gram)

Pengamatan berat kering tanaman dilakukan mulai saat tanaman tomat berbunga dengan cara menimbang semua bagian tanaman. Sebelum ditimbang, tanaman dikering anginkan selama 2 hari kemudian tanaman dibungkus menggunakan kertas dan di oven sampai beratnya konstan. Setelah beratnya konstan, ditimbang dengan timbangan analitik. Tanaman korban diamati setiap minggu.

(16)

14

2. Tanaman hasil dilakukan pengamatan saat panen, tanaman hasil 3 tanaman/ ulangan/ perlakuan, parameter yang diamati

c. Berat buah per tanaman (g)

Penimbangan berat buah per tanaman sampel dilakukan dengan menggunakan timbangan. Perhitungan jumlah buah per tanaman dilakukan selama 2 kali panen dengan interval 3 hari sekali.

d. Diameter buah per tanaman (cm)

Pengamatan diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter buah dilakukan selama 2 kali panen dengan interval 3 kali sehari.

F. Analisis Data

Data yang diperolah dari penelitian ini dianalisis menggunakan sidik ragam Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf nyata α = 5 %. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang dicobakan, maka akan dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5 %.

G. Jadwal Penelitian Kegiatan

Desember Januari Februari Maret April 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Tahap Persiapan Pembuatan Kompos Berbagai

Macam Limbah

Penanaman Tomat

Pengaplikasian Kompos

Pengamatan

Analisis data dan pembahasan Seminar hasil

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi Rosmarkam. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisus. Akanbi, et al. (2007). The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient

Source and Botanical Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences.

Anonim. Pengertian Limbah Pertanian. 2012.

http://spoilerin.blogspot.com/2012/03/pengertian-limbah-pertanian.html. Diakses pada 3 April 2015.

Anonim. Pencemaran Akibat Limbah Pertanian Dan Penanganannya. 2014.

https://www.academia.edu/6457866/PENCEMARAN_AKIBAT_LIMBAH _PERTANIAN_DAN_PENANGANANNYA. Diakses pada 3 April 2015. Anac, D; N Eryuece and R Kilinc. 1994. Effect of N, P, K Fertilizer Levels on

Yield and Quality Properties of Processing Tomatoes in Turkey. Acta Horticulturae 376, 243 – 250.

Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor. Sihombing D T H. 2000. Badan Pusat Statistik . 2001. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. Survey

Pertanian Tahun 2000. Statistik Indonesia. Jakarta.

Balai Penelitian Tanah. 2008. Pupuk organik untuk tingkatkan produksipertanian. Balittanah. Bogor. Soil-fertility@indo.net.id.

Bambang, W., Andareas, Nasriati, dan Kiswanto, 2010. Pembuatan Kompos Jerami Padi dan Jagung. Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung. Lampung.

Di Candilo, M and G.P. Silvestri. 1994. Sulfur Calcium and Magnesium in Processing Tomatoes Grown in Sub-Alkaline or Sub-Acid Soils. Acta Horticulturae 376, 207 – 214.

Dalam kompas, 12 September 2002,

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/12/iptek/anth29.htm http://www.acityawara.com/Detail-1601-pengertian-limbah-pertanian.html. Diakses pada 3 April 2015.

Farihatuloh, I. (2010). Pengaruh Kmpos limbah padat Idustri Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L). Skripsi FKIP Unigal Ciamis: Tidak diterbitkan.

(18)

Febri. 2015. Kompos Azolla. http://komposazollafebridm.blogspot.com/. Diakses pada 2 Juni 2015.

Forester. 2014. http://forester-untad.blogspot.com/2014/11/makalah-hortikultura-budidaya-tanaman.html. Diakses pada 10 Mei 2015.

Hanifah, V. W., Yulistiani, D. dan Asmarasari, S. A. A. 2010. Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Pakan Ternak dalam Rangka Memberdayakan Pelaku Usaha Enye-enye. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa.

Khairdin, P.,J. 2012. Azolla, Tanaman Eksentrik Mempesona dan Mungil

dan Bisa Jadi a. http://www.herdinbisnis.com. Diakses Tanggal 25 Mei 2015.

Kusumanto, D. 2008. Azolla, Pupuk hijau baik untuk

padi.http//www.kolamazolla.blogspot.com. Diakses Tanggal 11 Mei

2015.

Nonnecke, IB Libner. 1989. Vegetable Production. An AVI Bok Van Nostrand Reinhold. USA.

Ratna,M.N.2011. Azolla Si Pupuk Hidup.

http//www.kolamazolla.blogspot.com. Diakses Tanggal 28 Mei 2015.

Rachmad, S. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Jakarta. Rini Rosliani. 1997. Pengaruh Pemupukan dengan Pupuk Majemuk Makro

Berbentuk Tablet terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort 7(3): 773 – 780.

Rochdianto, A. 2008. Manfaat Tanaman

Azolla.http//www.kolamazolla.blogspot.com. Diakses Tanggal 11 Mei

2015.

Sahwan, F.L. R. Irawati. F. Suryanto. 2004. Evektifitas Pengomposan Sampah Rumah Tangga Dengan Menggunakan “Komposter” Skala Rumah Tangga. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT 5(2): 134-139.

Simarmata, T dan Benny, J. 2010. Teknologi Pemulihan Kesehatan Lahan Sawah dan Peningkatan Produktivitas Padi Berbasis Kompos Jerami dan Pupuk Hayati (Biodekomposer) Secara Berkelanjutan di Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung.

(19)

Surtinah. 2013. Pengujian Kandungan Unsur Hara Dalam Kompos Yang Berasal Dari Serasah Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 11, No. 1. Agustus 2013.

Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Pertanian. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor Soeharsono, 2002. Anthrax Sporadik, Tak Perlu Panik.

Tualar, S. 2011. Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) Untuk Memulihkan Kesehatan Lahan, Meningkatkan

Produktivitas Padi dan Mempercepat Pencapaian Kedaulatan Pangan di Indonesia. Laboraturium Biologi dan Bioteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Ware G.W. and J.P. Mc Collum. 1980. Producing Vegetable Crops. 3rd edition. The Interstate Printers and Publisher Inc. Danville, Illinois.

Wibowo Z.S. 1991. Kemungkinan Penggunaan Pupuk Majemuk Tablet di

Perkebunan Teh dan Kina. Warta Teh dan Kina 2 (3/4), 44 – 46. Wibowo Z. S. dan Yati Rachmiati. 1996. Penambahan Bahan Bantu terhadap Pupuk Tunggal Campuran yang Dipadatkan Pengaruhnya terhadap Tanaman Teh. Risalah Penelitian: 80 – 85.

Yuyun, Y dan Simarmata, T. 2007. Teknologi Hemat Air Dan Pupuk Dalam Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) Untuk Pemulihan Lahan Dan Meningkatkan Produktivitas Padi. Makalah pada Seminar Dan Lokakarya Peningkatan Produksi Padi Tanggal 17 juli 2007 di SPLPP Fak. Pertanian Unpad dan Hari Krida Pertanian Kabupaten Bandung Tanggal 2 Agustus 2007 di BPP Solokan Jeruk, Bandung, dan Safari IPAT di Jatim, Jateng dan Jabar tanggal 4-11 Agustus 2007.

(20)

LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out Penelitian

Rancangan Acak Lengkap

P2.1 P2.1 P2.1 P2.1 P0.2 P0.2 P0.2 P0.2 P3.2 P3.2 P3.2 P3.2

P1.3 P1.3 P1.3 P1.3 P0.1 P0.1 P0.1 P0.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.1

P4.3 P4.3 P4.3 P4.3 P0.3 P0.3 P0.3 P0.3 P1.2 P1.2 P1.2 P1.2

P3.1 P3.1 P3.1 P3.1 P2.2 P2.2 P2.2 P2.2 P4.2 P4.2 P4.2 P4.2

(21)

Lampiran 2. Perhitungan Pupuk 1. Perhitungan Kompos

 Jarak tanaman tomat 50 x 60 cm = 3000 cm2 = 0,3 m2 Jumlah tanaman tomat per hektar =

= 33.333 tanaman

 Kebutuhan pupuk kandang sapi= 20 ton/ hektar (0,4% N) Kebutuhan N =

x 20.000 kg = 80 kg N/ hektar

 Kandungan N kompos jerami padi adalah 0,6%

Kebutuhan kompos jerami padi = x 80 kg = 13.333,33 kg/ hektar = 13,33 ton/ hektar

Kebutuhan per tanaman =

= 399,90 gram

 Kandungan N kompos seresah jagung manis adalah 1,05% Kebutuhan kompos seresah jagung manis =

x 80 kg = 7.619,01 kg/ hektar

= 7,619 ton/ hektar Kebutuhan per tanaman =

(22)

 Kandungan N kompos kulit singkong adalah 2,06% Kebutuhan kompos kulit singkong =

x 80 kg = 3.883,49 kg/ hektar

= 3,883 ton/ hektar Kebutuhan per tanaman =

= 116,49 gram

2. Perhitungan pupuk anorganik

 Kebutuhan Urea per tanaman =

= 6,0 gram

Kebutuhan Urea per hektar 199998 gram = 20 kg/ hektar

 Kebutuhan SP-36 per tanaman = = 9,0 gram Kebutuhan SP-36 per hektar 299997 gram = 30 kg/ hektar

 Kebutuhan KCl per tanaman = = 6,0 gram Kebutuhan KCl per hektar 199998 gram = 20 kg/ hektar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami metode kalibrasi detektor ionisasi volume kecil dengan pengukuran daisy chaining serta observasi hasil penentuan

Proses transaksi terjadi ketika Pelanggan melakukan pemesanan barang secara lisan kepada bagian penjualan, kemudian bagian penjualan mencatat pesanan yang akan

Dalam perkembangannya komunikasi lewat media komputer terjadi peleburan antara komunikasi mediation (perantara) dan immediate (langsung). Dalam penelitian ini,

Sebagai contoh, ajaran Taslim pengik-utnya bukan sahaja dalam kalangan masyarakat Islam Pulau Pinang tetapi sampai ke negeri-negeri lain seperti Johor dan Melaka'

Komposit dengan 10% Kitosan memiliki sifat fisik dan sifat mekanik yang memenuhi standar material sebagai kandidat material pengganti tulang untuk tulang cancellous..

Oleh sebab itu, titik tolak perubahan tidak boleh bermula melalui kuasa politik sahaja, tetapi lebih menyeluruh daripada itu yang bermula dengan individu,

ini dapat diterapkan dalam bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi, dapat diberikan contoh seperti Batik dan relief- realif candi yang ada di Indonesia. Dalam pembuatan dekorasi

dari Universitas Maritim Raja Ali Haji FT jurusan Teknik Elektro tahun 2013, yang berjudul “Perancangan Sistem Telemetri Wireless untuk Mengukur Suhu dan Kelembaban