• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan diagram alir ISM-VAXO.

Mulai

Nama Elemen Nama Sub-elemen

Pakar

Penentuan Hubungan Kontekstual (VAXO) antar

Sub-elemen pada setiap Elemen untuk setiap Pakar

Matriks Self Structural Interpretive (SSIM) untuk setiap Pakar dan pada

setiap Elemen Pembentukan Reachability Matrix

(RM) untuk setiap Pakar dan pada setiap Elemen Transitif? Modifikasi menjadi Matriks Transitif Pembentukan RM Pendapat Gabungan Pakar Reachability Matrix Pendapat Gabungan Pakar

Strukturisasi Elemen Sistem Penetapan Sub-elemen Kunci

Kategorisasi Sub-elemen Strukturisasi Sistem Pengembangan

Kelompok Sub-elemen Selesai

Tidak

Ya

Gambar 47 Diagram alir ISM-VAXO

Strukturisasi sistem dan kelembagaan yang dianalisis terdiri atas delapan elemen, yaitu: (1) sektor masyarakat yang terpengaruh; (2) kebutuhan dari program; (3) kendala utama, (4) perubahan yang dimungkinkan; (5) tujuan program; (6) tolok ukur untuk menilai setiap tujuan; (7) aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan; (8) lembaga yang terlibat dengan pelaksanaan program. Setiap elemen terdiri dari sub-elemen yang mempunyai hubungan kontekstual satu sama lain yang ditetapkan sesuai dengan implementasi program pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri. Tabel 20 menunjukkan adanya hubungan kotekstual dari tiap sub-elemen.

(2)

Tabel 20 Hubungan kontekstual tiap sub-elemen

No Elemen Hubungan Kontekstual

1 2 3 4 5 6 7 8

Sektor masyarakat yang terpengaruh (M)i Kebutuhan dari program (B)i

Kendala utama (K)i

Perubahan yang dimungkinkan (R)i Tujuan program (S)i

Tolok ukur untuk menilai tujuan (TS)i

Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan

kerja (A)i

Lembaga yang terlibat dengan pelaksanaan program (L)i Mi peranannya mendukung Mj Bi mendukung Bj Ki menyebabkan Kj Ri mengakibatkan Rj Si berkontribusi tercapainya Sj TSi berpengaruh terhadap TSj Ai mempengaruhi Aj Li peranannya mendukung Lj Ij = 1,2,3,...(i,j ≤ 10)

Proses analisis diawali demngan penilaian hubungan kontekstual antara masing-masing sub-elemen pada setiap elemen melalui proses brainstorming dengan para pakar. Hasil penilaian sejumlah elemen melalui teknik ISM terhadap sistem pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri selanjutnya dibahas lebih lanjut.

Elemen sektor masyarakat yang terpengaruh sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Elemen sektor masyarakat yang terpengaruh sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri berdasarkan hasil kajian terdiri dari 5 sub-elemen, yaitu:

1. Petani (E-l)

2. Petani-penyuling (E-2) 3. Pedagang / pengumpul (E-3) 4. Keluarga pelaku usaha (E-4) 5. Masyarakat lokal (E-5)

(3)

Strukturisasi terhadap lima sub-elemen sektor masyarakat yang terpengaruh sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability , struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen.

Tabel 21 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability matriks final terhadap elemen sektor masyarakat yang terpengaruh.

Tabel 21 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen sektor masyarakat yang terpengaruh sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 DP RDP

E-1 1 1 1 1 1 5 1 E-2 1 1 1 1 1 5 1 E-3 0 0 1 1 1 3 2 E-4 0 0 0 1 1 2 3 E-5 0 0 0 1 1 2 3 D 2 2 3 5 5 RD 3 3 2 1 1

Elemen kunci: E-1 dan E-2 Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power E-1 : Petani

E-2 : Petani-penyuling E-3 : Pedagang / pengumpul E-4 : Keluarga pelaku usaha E-5 : Masyarakat lokal

Merujuk Tabel 20, sub-elemen petani (E-1) dan sub-elemen petani-penyuling (E-2) memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci (key element). Hasil ini menjelaskan bahwa petani dan petani-penyuling mempunyai peran besar dalam mendukung pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

Hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dapat dilihat pada Gambar 48. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen sektor masyarakat

(4)

yang terpengaruh yang mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

Berdasarkan Gambar 48, sub-elemen kunci dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh adalah sub-elemen petani dan sub-elemen petani-penyuling yang menempati hirarki terendah (level 1). Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu petani dan petani-penyuling memerlukan dukungan sub-elemen level 2 yaitu pedagang / pengumpul dan sub-elemen level 3 yaitu keluarga pelaku usaha dan masyarakat local.

Level 3

Level 2

Level 1

Gambar 48 Struktur hirarki elemen sektor masyarakat yang terpengaruh Gambar 49 menunjukkan hasil pengelompokan elemen sektor masyarakat yang terpengaruh ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence.

Gambar 49 Klasifikasi elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dalam diagram Driver Power-Dependence

E1, E2 E3 E4, E5 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6

(5)

Merujuk Gambar 49, sub-elemen petani dan sub-elemen petani-penyuling termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Hasil ini memberi pengertian bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang besar, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri. Sub-elemen pedagang/pengumpul mempunyai kekuatan penggerak dan ketergantungan yang sama. Sub -elemen keluarga pelaku usaha dan masyarakat lokal termasuk peubah linkages (sektor III). Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil.

Elemen kebutuhan dari pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Berdasarkan hasil kajian, elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri terdiri dari 7 sub-elemen, yaitu:

1. Peran serta masyarakat (E-l)

2. SDM yang kompeten dengan program (E-2) 3. Peralatan dan bahan untuk pelatihan (E-3) 4. Dana pembinaan dari investasi usaha (E-4) 5. Teknologi tepat guna (E-5)

6. Komitmen dan konsisten dari pemerintah pusat dan daerah (E -6) 7. Instrumen monitoring dan evaluasi (E-7)

Strukturisasi terhadap tujuh sub-elemen kebutuhan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability , struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Tabel 22 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability matriks final terhadap elemen kebutuhan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

Merujuk Tabel 22, elemen dana pembinaan dari investasi usaha dan sub-elemen teknologi tepat guna memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci (key element). Sedangkan sub-elemen komitmen dan konsistensi dari pemerintah pusat dan daerah memiliki daya dorong cukup tinggi, namun ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan cukup rendah. Hasil ini menjelaskan bahwa

(6)

dana pembinaan dari investasi usaha dan teknologi tepat guna mempunyai peran besar dalam mendukung pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

Tabel 22 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen kebutuhan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 DP RDP

E-1 1 1 1 0 0 0 1 4 3 E-2 1 1 1 0 0 0 1 4 3 E-3 1 1 1 0 0 0 1 4 3 E-4 1 1 1 1 1 1 1 7 1 E-5 1 1 1 1 1 1 1 7 1 E-6 1 1 1 0 0 1 1 5 2 E-7 1 1 1 0 0 0 1 4 3 D 7 7 7 2 2 3 7 RD 1 1 1 3 3 2 1

Elemen kunci: E-4 dan E-5 Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power E-1 : Peran serta masyarakat

E-2 : SDM yang kompeten dengan program E-3 : Peralatan dan bahan untuk pelatihan E-4 : Dana pembinaan dari investasi usaha E-5 : Teknologi tepat guna

E-6 : Komitmen dan konsistensi dari pemerintah pusat dan daerah E-7 : Instrumen monitoring dan evaluasi

Gambar 50 menunjukkan hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen kebutuhan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri yang mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

(7)

Level 3

Level 2

Level 1

Gambar 50 Struktur hirarki elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Merujuk Gambar 50, sub-elemen kunci dari elemen kebutuhan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah sub -elemen dana pembinaan dari investasi usaha dan sub-elemen teknologi tepat guna menempati hirarki terendah (level 1). Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu dana pembinaan dari investasi usaha dan teknologi tepat guna memerlukan dukungan sub-elemen level 2 yaitu komitmen dan konsistensi dari pemerintah pusat dan daerah serta sub-elemen level 3 yaitu peran serta masyarakat, SDM yang kompeten dengan program serta peralatan dan bahan untuk pelatihan.

Gambar 51 menunjukkan hasil pengelompokan elemen kebutuhan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence.

Gambar 51 Klasifikasi elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri dalam diagram Driver Power-Dependence

E1, E2, E3, E7 E4, E5 E6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8

(8)

Merujuk Gambar 51, dana pembinaan dari investasi usaha, teknologi tepat guna serta komitmen dan konsistensi dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Hasil ini memberi pengertian bahwa dana pembinaan dari investasi usaha dan teknologi tepat guna mempunyai kekuatan penggerak yang lebih besar dibandingkan dengan komitmen dan konsistensi dari pemerintah pusat dan daerah, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri. Sub-elemen peran serta masyarakat, SDM yang kompeten dengan program serta peralatan dan bahan untuk pelatihan berada diantara peubah linkages (sektor III) dan dependence (sektor II). Hasil ini member pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil.

Elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Berdasarkan hasil kajian, elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri terdiri dari 6 sub-elemen, yaitu:

1. Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang masih rendah (E-l) 2. Keterbatasan sumberdaya finansial (E-2)

3. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan (E-3) 4. Terbatasnya fasilitas dan infrastruktur (E-4)

5. Pemasaran hasil (E-5)

6. Ketersediaan informasi jejaring usaha/networking (E-6)

Strukturisasi terhadap enam sub-elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability , struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Tabel 23 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability matriks final terhadap elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

(9)

Tabel 23 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 DP RDP

E-1 1 0 1 0 0 1 3 3 E-2 1 1 1 1 1 1 6 1 E-3 1 0 1 0 0 1 3 3 E-4 1 1 1 1 1 1 6 1 E-5 1 0 1 0 1 1 4 2 E-6 1 0 1 0 0 1 3 3 D 6 2 6 2 3 6 RD 1 3 1 3 2 1

Elemen kunci: E-2 dan E-4 Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power

E-1 : Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang masih rendah E-2 : Keterbatasan sumberdaya finansial

E-3 : Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan E-4 : Terbatasnya fasilitas dan infrastruktur

E-5 : Pemasaran hasil

E-6 : Ketersediaan informasi jejaring usaha/networking

Merujuk Tabel 23, elemen keterbatasan sumberdaya finansial dan sub-elemen terbatasnya fasilitas dan infrastruktur memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci (key element). Sedangkan sub-elemen pemasaran hasil memiliki daya dorong cukup tinggi, namun ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan lebih tinggi dari sub-elemen kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang masih rendah, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan dan ketersediaan informasi jejaring usaha/networking. Hasil ini menjelaskan bahwa keterbatasan sumberdaya finansial serta terbatasnya fasilitas dan infrastruktur merupakan kendala yang besar dalam sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

Gambar 52 menunjukkan hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan yang

(10)

mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

Level 3

Level 2

Level 1

Gambar 52 Struktur hirarki elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Merujuk Gambar 52, sub-elemen kunci dari elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah sub-elemen keterbatasan sumberdaya finansial dan sub-elemen terbatasnya fasilitas dan infrastruktur yang menempati hirarki terendah (level 1). Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu keterbatasan sumberdaya finansial dan terbatasnya fasilitas dan infrastruktur merupakan kendala yang dapat mempengaruhi sub-elemen level 2 yaitu pemasaran hasil serta sub-elemen level 3 yaitu kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang masih rendah , rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan serta ketersediaan informasi jejaring usaha/networking.

Gambar 53 menunjukkan hasil pengelompokan elemen kendala utama dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence dapat dilihat pada.

(11)

Gambar 53 Klasifikasi elemen kendala utama dari sistem pemberdayaan

masyarakat perdesaan dalam diagram Driver Power-Dependence

Merujuk Gambar 53, keterbatasan sumberdaya finansial, terbatasnya fasilitas dan infrastruktur serta pemasaran hasil termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Hasil ini memberi pengertian bahwa keterbatasan sumberdaya finansial dan terbatasnya fasilitas dan infrastruktur mempunyai kekuatan penggerak yang lebih besar dibandingkan dengan pemasaran hasil, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri.. Sub-elemen kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang masih rendah, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan serta ketersediaan informasi jejaring usaha/networking berada pada peubah dependent (sektor II). Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah -peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil.

Elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Berdasarkan hasil kajian, elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri terdiri dari 7 sub-elemen, yaitu:

1. Terbentuknya kelompok tani (E-l)

2. Pengetahuan dan keterampilan usaha (E-2) 3. Kewirausahaan (E-3) E1, E3, E6 E2, E4 E5 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7

(12)

4. Perubahan pola pikir dan kebiasaan menabung (E-4) 5. Kebijakan pemerintah daerah (E-5)

6. Insentif/bantuan sektoral (E-6)

7. Koordinasi dan sinergitas program lintas sektoral (E-7)

Strukturisasi terhadap enam sub-elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability , struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Tabel 24 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability matriks final

terhadap elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

Merujuk Tabel 24, elemen terbentuknya kelompok tani dan sub-elemen kebijakan pemerintah daerah memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci ( key element). Sedangkan sub-elemen insentif/bantuan sektoral dan koordinasi dan sinergitas program lintas sektoral memiliki daya dorong cukup tinggi, namun ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan lebih tinggi dari sub-elemen terbentuknya kelompok tani dan kebijakan pemerintah daerah. Hasil ini menjelaskan bahwa terbentuknya kelompok tani dan kebijakan pemerintah daerah memiliki kekuatan penggerak yang besar dalam perubahan yang dimungkinkan pada sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

Tabel 24 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 DP RDP

E-1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 E-2 0 1 1 1 0 0 0 3 3 E-3 0 1 1 1 0 0 0 3 3 E-4 0 1 1 1 0 0 0 3 3 E-5 1 1 1 1 1 1 1 7 1 E-6 0 1 1 1 0 1 1 5 2 E-7 0 1 1 1 0 1 1 5 2 D 2 7 7 7 2 4 4 RD 3 1 1 1 3 2 2

(13)

Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power E-1 : Terbentuknya kelompok tani

E-2 : Pengetahuan dan keterampilan usaha E-3 : Kewirausahaan

E-4 : Perubahan pola pikir dan kebiasaan menabung E-5 : Kebijakan pemerintah daerah

E-6 : Insentif/bantuan sektoral

E-7 : Koordinasi dan sinergitas program lintas sektoral

Gambar 54 menunjukkan hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen perubahan yang dimungkinkan dari sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan yang mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

Merujuk Gambar 54, sub-elemen kunci dari elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah sub-elemen kelompok tani dan sub-elemen kebijakan pemerintah daerah yang menempati hirarki terendah (level 1).

Level 3

Level 2

Level 1

Gambar 54 Struktur hirarki elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu kelompok tani dan sub-elemen kebijakan pemerintah daerah memiliki perubahan yang memungkinkan terhadap sub-elemen level 2 yaitu

(14)

insentif/bantuan sektoral dan koordinasi dan sinergitas program lintas sektoral serta sub-elemen level 3 yaitu pengetahuan dan keterampilan usaha, kewirausahaan dan perubahan pola pikir dan kebiasaan menabung.

Gambar 55 menunjukkan hasil pengelompokan elemen perubahan yang dimungkinkan dalam sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan ke dalam em pat sektor Driver Power-Dependence.

Gambar 55 Klasifikasi elemen perubahan yang dimungkinkan pada sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam diagram Driver Power-Dependence

Merujuk Gambar 55, sub-elemen kelompok tani dan kebijakan pemerintah daerah termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Sub-elemen insentif/bantuan sektoral dan koordinasi dan sinergitas program lintas sektoral berada pada peubah bebas (sektor independent) dan sektor linkages (sektor III). Hasil ini memberi pengertian bahwa kelompok tani dan kebijakan pemerintah daerah mempunyai kekuatan penggerak yang lebih besar dibandingkan dengan insentif/bantuan sektoral dan koordinasi dan sinergitas program lintas sektoral, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri.. Sub-elemen pengetahuan dan keterampilan usaha, kewirausahaan dan perubahan pola pikir dan kebiasaan menabung berada pada peubah dependent (sektor II). Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil.

E1, E5 E2, E3, E4 E6, E7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8

(15)

Elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Berdasarkan hasil kajian, elemen tujuan dari pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri terdiri dari 5 sub-elemen, yaitu:

1. Membangun kelompok usaha bersama (KUBE) (E-l) 2. Meningkatkan taraf hidup keluarga (E-2)

3. Meningkatkan pendidikan dan pengetahuan (E-3) 4. Memperluas lapangan kerja (E-4)

5. Membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) (E-5)

Strukturisasi terhadap lima sub-elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability, struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Tabel 25 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability matriks final terhadap elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

Merujuk Tabel 25, sub-elemen membangun kelompok usaha bersama (KUBE) (E-1) dan sub-elemen membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci (key element). Sedangkan sub-elemen meningkatkan taraf hidup keluarga, meningkatkan pendidikan dan pengetahuan dan memperluas lapangan kerja memiliki ketergantungan tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan.

Tabel 25 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 DP RDP

E-1 1 1 1 1 1 5 1 E-2 0 1 1 1 0 3 2 E-3 0 1 1 1 0 3 2 E-4 0 1 1 1 0 3 2 E-5 1 1 1 1 1 5 1 D 2 5 5 5 2 RD 2 1 1 1 2

(16)

Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power E-1 : Membangun kelompok usaha bersama (KUBE)

E-2 : Meningkatkan taraf hidup keluarga

E-3 : Meningkatkan pendidikan dan pengetahuan E-4 : Memperluas lapangan kerja

E-5 : Membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des)

Hasil ini menjelaskan bahwa membangun kelompok usaha bersama (KUBE) dan membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) memiliki kekuatan penggerak yang besar dalam tujuan dari sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

Gambar 56 menunjukkan hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub -elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri yang mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

Merujuk Gambar 56, sub-elemen kunci dari tujuan dari pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah sub-elemen membangun kelompok usaha bersama (KUBE) dan sub-elemen membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) yang menempati hirarki terendah (level 1). Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu membangun kelompok usaha bersama (KUBE) dan membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) memiliki tujuan terhadap sub-elemen level 2 yaitu meningkatkan taraf hidup keluarga dan memperluas lapangan kerja serta sub-elemen level 3 yaitu meningkatkan pendidikan dan pengetahuan.

(17)

Level 3

Level 2

Level 1

Gambar 56 Struktur hirarki elemen tujuan dari pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Gambar 57 menunjukkan hasil pengelompokan elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence.

Merujuk Gambar 57, sub-elemen membangun kelompok usaha bersama (KUBE) dan sub-elemen membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Sub-elemen meningkatkan taraf hidup keluarga dan memperluas lapangan kerja berada pada sektor dependent (sektor II) dan sektor linkages (sektor III). Sub-elemen meningkatkan pendidikan dan pengetahuan berada pada sektor dependent (sektor II).

Gambar 57. Klasifikasi elemen tujuan dari sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri dalam diagram Driver Power-Dependence E1, E5 E2, E4 E3 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6

(18)

Hasil ini memberi pengertian bahwa membangun kelompok usaha bersama (KUBE) dan sub-elemen membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) mempunyai kekuatan penggerak yang lebih besar dibandingkan dengan Sub-elemen meningkatkan taraf hidup keluarga dan memperluas lapangan kerja, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam agroindustri minyak atsiri.. Sub-elemen meningkatkan pendidikan dan pengetahuan berada pada peubah dependent (sektor II). Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil.

Elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri

Berdasarkan hasil kajian, elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri terdiri dari 6 sub-elemen, yaitu:

1. Presentasi jumlah rumah tangga petani miskin (E-l)

2. Terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi (E-2) 3. Meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) (E-3) 4. Meningkatnya jumlah tabungan keluarga (E-4)

5. Menurunnya jumlah masyarakat yang buta huruf (E-5) 6. Meningkatnya pelaku usaha (E-6)

Strukturisasi terhadap enam sub-elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability, struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Tabel 26 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability matriks final terhadap elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

(19)

Tabel 26 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 DP RDP

E-1 1 0 0 1 1 0 3 2 E-2 1 1 1 1 1 1 6 1 E-3 1 1 1 1 1 1 6 1 E-4 1 0 0 1 1 0 3 2 E-5 1 0 0 1 1 0 3 2 E-6 1 1 1 1 1 1 6 1 D 6 3 3 6 6 3 RD 1 2 2 1 1 2

Elemen kunci: E-2, E-3 dan E-6 Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power E-1 : Presentasi jumlah rumah tangga petani miskin

E-2 : Terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi E-3 : Meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) E-4 : Meningkatnya jumlah tabungan keluarga

E-5 : Menurunnya jumlah masyarakat yang buta huruf E-6 : Meningkatnya pelaku usaha

Merujuk Tabel 26, sub-elemen terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi, meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) dan meningkatnya pelaku usaha memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci (key element). Sedangkan sub-elemen presentasi jumlah rumah tangga petani miskin, meningkatnya jumlah tabungan keluarga dan menurunnya jumlah masyarakat yang buta huruf memiliki ketergantungan tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

Hasil ini menjelaskan bahwa terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi, meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) dan meningkatnya pelaku usaha memiliki kekuatan penggerak yang besar dalam tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

(20)

Gambar 58 menunjukkan hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiria. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri yang mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

Level 2

Level 1

Gambar 58 Struktur hirarki elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri Merujuk Gambar 58, sub-elemen kunci dari tolok ukur untuk menilai tujuan dari pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah sub-elemen terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi, meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) dan meningkatnya pelaku usaha yang menempati hirarki terendah (level 1). Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk memberdayakan masyarakat agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi, meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) dan meningkatnya pelaku usaha merupakan tolok ukur untuk menilai tujuan terhadap sub-elemen level 2 yaitu meningkatkan taraf hidup keluarga dan memperluas lapangan kerja serta sub-elemen level 3 yaitu meningkatkan pendidikan dan pengetahuan.

Gambar 59 menunjukkan hasil pengelompokan elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence.

(21)

Gambar 59 Klasifikasi elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri dalam diagram Driver Power-Dependence

Merujuk Gambar 59, sub-elemen terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi, meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) dan meningkatnya pelaku usaha termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Sedangkan sub-elemen meningkatkan taraf hidup keluarga dan memperluas lapangan kerja serta sub-elemen level 3 yaitu meningkatkan pendidikan dan pengetahuan berada pada sektor dependent (sektor II).

Hasil ini memberi pengertian bahwa terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi, meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling) dan meningkatnya pelaku usaha mempunyai kekuatan penggerak yang besar, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.. Sub-elemen meningkatkan taraf hidup keluarga dan memperluas lapangan kerja serta sub-elemen level 2 yaitu meningkatkan pendidikan dan pengetahuan berada pada peubah dependent (sektor II). Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil.

Elemen aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan

Berdasarkan hasil kajian, elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri terdiri dari 5 sub-elemen, yaitu:

1. Pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi (E-l) 2. Pelatihan teknologi budidaya (E-2)

E1, E4, E5 E2, E3, E6 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7

(22)

3. Pelatihan pasca panen pengolahan nilam (E-3) 4. Penyuluhan manajemen keuangan keluarga (E-4) 5. Penyaluran kredit usaha mikro (E-5)

Strukturisasi terhadap lima sub-elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability, struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Tabel 27 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability matriks final terhadap elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri dapat dilihat pada.

Tabel 27 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 DP RDP

E-1 1 1 1 1 1 5 1 E-2 0 1 1 1 1 4 2 E-3 0 1 1 1 1 4 2 E-4 0 0 0 1 0 1 3 E-5 0 1 1 1 1 4 2 D 1 4 4 5 4 RD 3 2 2 1 2

Elemen kunci: E-1 Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power E-1 : Pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi E-2 : Pelatihan teknologi budidaya

E-3 : Pelatihan pasca panen pengolahan nilam E-4 : Penyuluhan manajemen keuangan keluarga E-5 : Penyaluran kredit usaha mikro

Merujuk Tabel 27, sub-elemen pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci (key element). Sedangkan sub-elemen pelatihan teknologi budidaya, pelatihan pasca panen pengolahan nilam dan penyaluran kredit usaha mikro memiliki ketergantungan tinggi terhadap

(23)

pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Hasil ini menjelaskan bahwa pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi memiliki kekuatan penggerak yang besar dalam aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dari sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

Gambar 60 menunjukkan hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri dapat dilihat pada. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri yang mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

Level 3

Level 2

Level 1

Gambar 60 Struktur hirarki elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Merujuk Gambar 60, sub-elemen kunci dari elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah sub-elemen pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi yang menempati hirarki terendah (level 1). Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk memberdayakan masyarakat agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi merupakan aktivitas yang digunakan untuk tindakan terhadap sub-elemen level 2 yaitu pelatihan teknologi budidaya, pelatihan pasca panen pengolahan nilam dan penyaluran kredit usaha mikro serta sub-elemen level 3 yaitu penyuluhan manajemen keuangan keluarga.

(24)

Gambar 61 menunjukkan hasil pengelompokan elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence.

Gambar 61 Klasifikasi elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri dalam diagram Driver Power-Dependence

Merujuk Gambar 61, sub-elemen pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Hasil ini memberi pengertian bahwa pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi mempunyai kekuatan penggerak yang besar, namun mempunyai sedikit ketergantungan terhadap pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Sedangkan sub-elemen pelatihan teknologi budidaya, pelatihan pasca panen pengolahan nilam dan penyaluran kredit usaha mikro berada pada peubah linkages (sektor III). Hasil ini memberi pengertian bahwa pelatihan teknologi budidaya, pelatihan pasca panen pengolahan nilam dan penyaluran kredit usaha mikro memiliki ketergantungan tinggi teerhadap system pemberdayaan agroindustri minyak atsiri. Sub-elemen penyuluhan manajemen keuangan keluarga berada pada sektor dependent (sektor II). Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil. E1 E2, E3, E5 E4 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6

(25)

Elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Berdasarkan hasil kajian, elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri terdiri dari 8 sub-elemen, yaitu:

1. Aparatur pemerintah pusat (E-l) 2. Dinas daerah yang terkait (E-2)

3. Lembaga keuangan mikro dan kecil (E-3) 4. Perbankan nasional (E-4)

5. Lembaga pembiayaan non bank (E-5) 6. Koperasi (E-6)

7. Lembaga swadaya masyarakat (E-7)

8. Perguruan tinggi/lembaga riset dan pengembangan (E-8)

Strukturisasi terhadap delapan sub-elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri menghasilkan matriks reachability , struktur hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Tabel 28 menunjukkan hasil analisis masing-masing sub-elemen dalam bentuk reachability

matriks final terhadap elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan dapat dilihat pada.

Merujuk Tabel 28, sub-elemen dinas daerah yang terkait, lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan nasional dan sub-elemen lembaga pembiayaan non bank memiliki driver power (DP) atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai elemen kunci (key element). Hasil ini menjelaskan bahwa dinas daerah yang terkait, lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan nasional dan lembaga pembiayaan non bank mempunyai peran besar dalam mendukung pemberdayaan agroindustri minyak atsiri.

(26)

Tabel 28 Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Kode E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 DP RDP

E-1 1 0 0 0 0 1 1 1 4 2 E-2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 E-3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 E-4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 E-5 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 E-6 1 0 0 0 0 1 1 1 4 2 E-7 1 0 0 0 0 1 1 1 4 2 E-8 1 0 0 0 0 1 1 1 4 2 D 8 4 4 4 4 8 8 8 RD 1 2 2 2 2 1 1 1

Elemen kunci: E-2, E-3, E-4 dan E-5 Keterangan:

D : Dependence RD : Ranking Dependence DP : Driver Power RDP : Ranking Driver Power E-1 : Aparatur pemerintah pusat

E-2 : Dinas daerah yang terkait

E-3 : Lembaga keuangan mikro dan kecil E-4 : Perbankan nasional

E-5 : Lembaga pembiayaan non bank E-6 : Koperasi

E-7 : Lembaga swadaya masyarakat

E-8 : Perguruan tinggi/lembaga riset dan pengembangan

Gambar 62 menunjukkan hasil strukturisasi terhadap hirarki elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan yang mana terpenuhinya sub-elemen tersebut didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki dibawahnya.

(27)

Level 2 Level 1

Gambar 62 Struktur hirarki elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Merujuk Gambar 62, sub-elemen kunci dari elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan agroindustri minyak atsiri adalah sub -elemen dinas daerah yang terkait, lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan nasional dan sub-elemen lembaga pembiayaan non bank yang menempati hirarki terendah (level 1). Hasil tersebut memberi pengertian bahwa untuk pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri, sub-elemen pada level 1 yaitu dinas daerah yang terkait, lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan nasional dan sub-elemen aparatur pemerintah pusat, koperasi, lembaga swadaya masyarakat serta perguruan tinggi/lembaga riset dan pengembangan. Hasil pengelompokan elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan agroindustri minyak atsiri ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence dapat dilihat pada Gambar 63.

Merujuk Gambar 63, sub-elemen dinas daerah yang terkait, lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan nasional dan sub-elemen lembaga pembiayaan non bank termasuk dalam peubah bebas (sektor independent). Hasil ini memberi pengertian bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang besar terhadap pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Sub-elemen aparatur pemerintah pusat, koperasi, lembaga swadaya masyarakat serta perguruan tinggi/lembaga riset dan pengembangan termasuk peubah independent (sektor II). Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah-peubah saling terkait dan tidak stabil.

(28)

Gambar 63. Klasifikasi elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan agroindustri minyak atsiri dalam diagram Driver Power-Dependence

Hasil kajian di atas menunjukkan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri, faktor yang paling menentukan adalah petani dan petani-penyuling yang tergabung dalam wadah koperasi usahatani dan industri kecil penyulingan. Hal tersebut memberi gambaran bahwa dalam program pemberdayaan PAP-Klaster, petani dan petani-penyuling yang tergabung dalam wadah koperasi usahatani dan industri kecil penyulingan merupakan pelaku kunci. Hal ini dapat diartikan bahwa petani dan petani-penyuling harus dipandang sebagai komponen lembaga pelaku pemberdayaan PAP-Klaster yang perlu mendapat perhatian utama. Selain koperasi usahatani dan industri kecil penyulingan, komponen kelembagaan lain yang perlu diperhatikan adalah lembaga keuangan mikro dan kecil serta perbankan nasional. Demikian halnya Dinas Daerah yang teerkait serta Perguruan Tinggi/lembaga riset dan pengembangan, adalah pelaku yang secara terus menerus harus berkoordinasi dan bersinergi dalam memfasilitasi segala bentuk kebutuhan yang terkait dengan program pemberdayaan PAP-Klaster. Dengan adanya sistem otonomi, Pemerintah Daerah (Dinas yang terkait) memiliki peran yang sangat strategis karena menjadi penentu kebijakan pembangunan di daerah. Oleh karena itu Pemerintah Daerah dalam pengambilan kebijakan diharapkan keberpihakannya dengan memandang

E1, E6, E7, E8 E2, E3, E4, E5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(29)

bahwa pemberdayaan masyarakat perdesaan PAP-Klaster yang berorientasi sentra produksi merupakan terobosan dalam menciptakan nilai tambah secara maksimal sehingga tercipta struktur perekonomian perdesaan yang tangguh. Apabila hal ini tertangani secara sungguh-sungguh, maka dapat diyakini bahwa pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri akan mampu menjadi motor penggerak perekonomian perdesaan khususnya di Kabupaten Kuningan dan Brebes yang menjadikan nilam sebagai komoditas unggulan.

Hasil analisis strukturisasi sistem dan pemberdayaan masyarakat perdesaan PAP-Klaster, dapat diketahui sub-elemen kunci dari masing-masing elemen yang diteliti. Sub-elemen kunci tersebut dapat dijadikan pedoman dalam merancang bangun sistem pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster sehingga memberi hasil yang maksimal.

Kedelapan elemen sistem yang telah dianalisis seluruhnya berhasil diidentifikasi komponen-komponennya. Demikian pula gambar struktur sub-elemen dari masing-masing sub-elemen telah diketahui dan matriks hubungan DP-D berhasil digambarkan yang terbagi dalam empat sektor atau kategori. Demikian pula sub-elemen kunci masing-masing elemen telah dapat diketahui. Elemen kunci sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan PAP-Klaster secara rinci terangkum dalam Gambar 64.

(30)

TUJUAN PEMBERDAYAAN:

Membangun kelompok usaha bersama (KUBE)

Membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des)

AKTIVITAS YANG DIGUNAKAN:

Pembentukan kelompok usaha bersama/ koperasi

MASYARAKAT YANG TERPENGARUH:

Petani

Petani-penyuling

KEBUTUHAN PEMBERDAYAAN:

Dana pembinaan dari investasi usaha Teknologi tepat guna

KENDALA PEMBERDAYAAN:

Keterbatasan sumberdaya finansial Terbatasnya fasilitas dan infrastruktur

PERUBAHAN YANG DIMUNGKINKAN:

Terbentuknya kelompok tani Kebijakan pemerintah daerah

LEMBAGA PELAKU PEMBERDAYAAN:

Dinas daerah yang terkait

Lembaga keuangan mikro dan kecil Perbankan nasional

Koperasi

Perguruan tinggi/lembaga riset dan pengembangan

TOLOK UKUR PEMBERDAYAAN:

Terbentuknya kelompok usaha bersama ekonomi (KUBE)/koperasi

Meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani, petani-penyuling)

Meningkatnya pelaku usaha SIITEM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT PERDESAAN PAP-Klaster

Gambar 64 Elemen kunci pemberdayaan masyarakat perdesaan PAP-Klaster

Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Merujuk Gambar 64, langkah strategi yang harus dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri melalui PAP-Klaster sebagai berikut:

(31)

Strategi harmonisasi sektor masyarakat yang terpengaruh program

Program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster memberi dampak langsung dan tidak langsung bagi masyarakat petani dan penyuling. Petani dan petani-penyuling bertindak sebagai pelaku utama dalam budidaya tanaman nilam dan dalam penyulingan minyak nilam, juga sebagai pemilik industri kecil penyulingan yang akan ditingkatkan kemampuannya. Untuk mewujudkannya, petani dan petani-penyuling hendaknya memahami sungguh-sungguh hak dan kewajibannya dalam program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster.

Strategi pelaksanaannya dilakukan melalui sosialisasi kebermanfaatan PAP-Klaster bagi petani dan petani-penyuling, baik manfaat yang tangibles maupun intangibles. Sosialisasi ini dipandang penting karena berdasarkan hasil wawancara langsung dengan para petani dan petani-penyuling diperoleh keterangan bahwa ada kecenderungan petani dan petani-penyuling menolak setiap ajakan untuk bergabung dalam program-program yang baru. Alasan penolakan mereka dapat dimaklumi karena selama ini hampir setiap kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan petani dan petani-penyuling dinilai merugikan dalam posisinya yang lemah. Implikasinya terhadap program pemberdayaan masyarakat perdesaan PAP-Klaster adalah member fleksibilitas pada petani dan petani-penyuling untuk turut berpartisipasi. Hal ini dikarenakan tidak ada paksaan untuk bergabung dan juga tidak ada larangan untuk untuk keluar jika merasa tidak mendapatkan kebermanfaatan (entry-exit). Dengan demikian program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster hendaknya dapat dikelola dengan baik dan transparan sehingga dapat memberikan keuntungan yang proporsional antara petani dengan petani-penyuling dan dengan pelaku lainnya.

Sosialisasi tentang program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster sebaiknya juga dilakukan pada masyarakat sekitar lokasi budidaya dan industry penyulingan. Hal ini penting agar masyarakat sekitar dapat melihat adanya peluang kerja baru untuk meningkatkan kesejahteraannya. Berdasarkan kondisi tersebut, eksistensi program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster sangat dibutuhkan sebagai mitra strategis masyarakat setempat. PAP-Klaster dapat bertindak sebagai mediator antara usahatani dan industri kecil penyulingan dalam menentukan optimasi kesepakatan harga jual

(32)

nilam dan minyak nilam secara berkesinambungan berdasarkan informasi harga jual yang ada.

Strategi pemenuhan kebutuhan pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster

Kebutuhan utama program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster melalui dana pembinaan dari investasi usaha dan teknologi tepat guna. Strategi pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diupayakan melalui akses sumber-sumber dana yang tersedia, seperti: perbankan (bank konvensional dan syariah) dan lembaga permodalan lainnya (BUMD, BUMN, PNM, ventura dan lembaga donor). Pemenuhan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh kemampuan jejaring usaha agroindustri minyak atsiri dalam mensosialisasikan program-program strategisnya serta bantuan pemerintah pusat dan daerah. Salah satu bentuk strategis yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah adalah mendirikan lembaga permodalan khusus agroindustri di perdesaan seperti Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Dalam pemenuhan kebutuhan ini, modal bukanlah satu-satunya faktor penentu. Diperlukan pula teknologi tepat guna bagi usahatani dan industri kecil penyulingan, perbaikan infrastruktur, penyediaan sarana dan prasarana produksi, penyediaan bibit unggul, dan kemudahan akses teknologi produksi. Factor-faktor tersebut akan berfungsi maksimal jika mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan daerah serta dari perguruan tinggi/lembaga riset.

Strategi mengatasi kendala utama pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster

Beberapa kendala utama yang menyebabkan pemberdayaan masyarakat perdesaan agroindustri minyak atsiri kurang berjalan adalah keterbatasan sumberdaya finansial dan terbatasnya fasilitas dan infrastruktur.

Keterbatasan sumberdaya finansial atau sumber dana bagi kegiatan usaha kecil menengah dan koperasi menjadi kendala utama yang menyebabkan perekonomian perdesaan tidak berkembang dengan maksimal. Arah kebijakan pemerintah dalam penyediaan sumber dana usaha lebih berorientasi pada usaha yang berskala besar atau usaha konglomerasi, sementara penyediaan dana untuk usaha kecil menengah dan koperasi masih kurang. Kebijakan demikian terkesan mengedepankan perolehan pendapatan negara bukan kemanfaatan masyarakat secara luas. Dengan kondisi

(33)

perekonomian saat ini, sudah saatnya arah kebijakan pemerintah dalam penyediaan sumberdaya finansial lebih berorientasi pada usaha kecil menengah dan koperasi.

Belum memadainya infrastruktur di perdesaan, terbatasnya fasilitas atau sarana dan prasarana produksi, juga menjadi kendala dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Strategi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengajak para pelaku usaha untuk bekerjasama dan bersinergi dalam mengatasi kendala tersebut.

Strategi perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

Perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah terbentuknya kelompok tani dan kebijakan daerah. maka diperlukan penggabungan beberapa petani menjadi suatu kelompok tani. Setiap petani yang tergabung dalam program ini diasumsikan memiliki lahan produktif seluas satu hektar di bawah koordinasi seorang ketua kelompok. Dengan adanya kelompok tani, penyediaan bibit unggul, pupuk, peralatan produksi dan fasilitas lainnya dapat dilakukan secara bersama-sama sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Hasil panenpun dapat dijual bersama sehingga kelompok tani mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi.

Arah kebijakan daerah harus sejalan dengan para pelaku usaha di perdesaan. Bentuk keterlibatan Pemerintah Daerah dan Dinas lintas sektoral dalam program pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah sebagai fasilitator, motivator dan melakukan pembinaan sehingga diperoleh peningkatan produktivitas usaha dan meningkatnya pendapatan para pelaku usaha.

Strategi pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Tujuan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah membangun kelompok tani/kelompok usaha bersama (KUBE) dan membangun Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des).

Agar usahatani dan industri kecil penyulingan memiliki kekuatan untuk mengambil bagian atau peluang usaha yang lebih besar sehingga menjadi usaha yang

(34)

kuat dan berkelanjutan, maka diperlukan suatu jejaring usaha. Manajemen jejaring usaha ini dibentuk oleh penggabungan kekuatan koperasi usahatani dan industri kecil penyulingan. Kelompok tani/KUBE bertujuan membina petani-petani melalui fungsi administrasi dan keuangan, organisasi dan peningkatan SDM, serta menjadi media pusat informasi dan pemasaran.

Peningkatan pendapatan diperoleh melalui peningkatan akses sumber daya, yang dapat berbentuk pemanfaatan sumber daya. Akses pemanfaatan diberikan kepada masyarakat local dan adat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) yang berbentuk koperasi. Pembentukan BUM-Des berpedoman pada ketentuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. Inisiasi dan pembentukan BUM-Des didasarkan atas aspirasi dan prakarsa masyarakat desa dengan prinsip kooperatif, partisipatif dan emansipatif. Pada intinya, BUM-Des dimiliki, dipetik manfaat produktifnya dan dikelola oleh pemrakarsa.

Strategi penilaian keberhasilan program pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Elemen kunci yang dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai keberhasilan program pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah terbentuknya kelompok usaha bersama (KUBE), meningkatnya pendapatan pelaku usaha (petani dan petani-penyuling) dan meningkatnya jumlah pelaku usaha. Tolok ukur merupakan indikator keberhasilan program. Dengan terbentuknya KUBE yang dikelola dengan baik, maka para pelaku usaha yang tergabung di dalamnya dapat merasakan manfaat adanya KUBE. Apabila indikator ini telah menunjukkan kinerja yang baik, maka akan berpengaruh langsung pada indikator lainnya seperti peningkatan pendapatan pelaku usaha, peningkatan jumlah pelaku usaha, penurunan jumlah pengangguran di desa, peningkatan produktivitas nilam dan minyak nilam serta terjadinya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di desa.

Strategi jangka pendek dalam penilaian keberhasilan program ini adalah melakukan evaluasi kinerja model secara konseptual. Evaluasi kinerja secara konseptual dalam penelitian ini dilakukan melalui model analisis kelayakan usaha dan model optimasi kesepakatan harga. Hasil analisis menunjukkan bahwa model

(35)

pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster terbukti efektif dan menunjukkan peningkatan pendapatan usahatani dan industri kecil penyulingan sebagai pelaku utama.

Strategi jangka menengah dapat dilihat dari tingkat partisipasi usahatani dan industri kecil penyulingan dalam program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster yaitu dengan meningkatnya jumlah pelaku usaha yang bergabung dalam manajemen jejaring usaha. Sedangkan strategi jangka panjang adalah terjadinya peningkatan nilai tambah komoditas, adanya peningkatan pendapatan pelaku usaha, semakin kuatnya usaha melalui program ini sehingga dapat memperluas pangsa pasar, terjadinya penurunan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran di desa, meningkatnya kualitas SDM di desa oleh alih teknologi sehingga akan tercipta kesejahteraan masyarakat di desa.

Strategi aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan

Elemen kunci dari aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan adalah pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi. Kelompok usaha bersama dapat terbentuk melalui kerjasama dari para petani. Agar kinerja kelompok usaha bersama ini baik, diperlukan minimal tiga orang tenaga SDM yang terampil dan berkualitas. Dengan demikian kelompok usaha bersama ini dapat mebuka peluang kerja bagi masyarakat di desa. Strategi untuk menjalankan aktivitas yang dibutuhkan ini dengan merekrut SDM yang pendidikannya minimal sekolah menengah umum atau kejuruan, jujur, menguasai teknologi komputer serta dapat menjalankan kelompok usaha bersama ini dengan memanfaatkan peluang pasar yang ada.

Strategi lembaga yang terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri

Elemen kunci dari lembaga yang terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat PAP-Klaster adalah Dinas daerah yang terkait, lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan nasional, koperasi, perguruan tinggi/lembaga riset dan pengembangan. Sub-elemen lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan nasional dan koperasi merupakan sumberdaya financial yang dapat menentukan keberlangsungan program PAP-Klaster karena ketiganya memiliki keterkaitan yang

(36)

sangat erat. Apabila salah satu komponen tersebut tidak berfungsi dengan baik , makaprogram tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Para pelaku usaha tidak dapat menjalankan usahanya dengan baik tanpa adanya dukungan permodalan. Sebaliknya lembaga keuangan tidak berani menyalurkan dananya jika tidak ada jaminan kemampuan pelaku usaha di dalam mengelola usahanya dengan menggunakan dan pinjaman. Strateginya adalah melakukan sosialisasi secara baik dan efektif agar program pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri ini dapat dilaksanakan.

Bentuk keterlibatan Dinas daerah yang terkait adalah sebagai fasilitator, motivator dan melakukan pembinaan sehingga diperoleh peningkatan produktivitas usaha. Strategi yang harus dilakukan Perguruan Tinggi atau lembaga riset dan pengembangan adalah melakukan penelitian dan pengkajian pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri secara terus menerus. Asosiasi pengusaha dan eksportir yang selama ini telah eksis diharapkan secara bersama-sama dan bersinergi dengan KUBE dan BUM-Des untuk tumbuh dan berkembang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat agroindustri minyak atsiri.

Gambar

Gambar 47  Diagram alir ISM-VAXO
Tabel 20  Hubungan kontekstual tiap sub-elemen
Gambar 48  Struktur hirarki elemen sektor masyarakat yang terpengaruh     Gambar 49 menunjukkan hasil pengelompokan elemen sektor masyarakat  yang terpengaruh ke dalam empat sektor Driver Power-Dependence
Gambar 50  Struktur hirarki elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan  masyarakat agroindustri minyak atsiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR KONSULTASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JERUK MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN NETWORK BERBASIS WEB Oleh I Wayan Santika Jurusan Pendidikan Teknik

Penderita bisa mencegah luka dengan melindungi tangan dari benda panas, kasar ataupun tajam, dengan memakai kaos tangan tebal atau alas kain, membagi tugas

bermeditasi di ruang dengan penyejuk udara, berarti ada energi buruk yang sifatnya panas sedang keluar dari pikiran di bawah sadar, dari memori, atau dari dalam badan

Beberapa temuan di atas juga dapat digunakan sebagai jawaban atas hasil penelitian Choong dan Liu (2008) yang menunjukkan bukti empiris bahwa sistem perbankan

ketidakpastian dari teknologi dalam organisasi pelayanan manusia ini, diantaranya adalah : • Tujuan organisasi pelayanan manusia sulit. untuk ditetapkan dan diukur karena bersifat

7.Pabrik Minuman Keras/Alcoholic drinks factory 8.Pengecer Minuman Keras/Alcoholic drinks retailer 9. Penyalur Minuman Keras/Alcoholic distributor 10.. Puskesmas Perawatan

Penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

benzo(α)pyrene dosis 250 ), formalin dosis 2 mg/kg ), dan kombinasi antara )pyrene dosis 250mg/kg berat badan dengan formalin dosis 2 mg/kg berat badan