BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah >160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hipertension (garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Nainggolan, 2012; Udjianti, 2010).
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskuler. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kelainan vaskuler awal seperti gangguan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan risiko morbiditas dan mortalitas prematur yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik (Nainggolan, 2012; Smeltzer & Bare, 2001).
Pasien hipertensi di Indonesia jumlahnya diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Padahal hipertensi membuka peluang bagi pasiennya untuk menderita berbagai macam penyakit seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, kerusakan pada ginjal, dan lain-lain. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh diam-diam (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Indriate, 2009; Tim Vita Health, 2005).
Penderita hipertensi di Indonesia prevalensinya cukup tinggi yaitu 7% sampai 22%. Di Indonesia angka kejadian hipertensi pada remaja bervariasi dari 3,11% sampai 4,6%. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di
Indonesia menunjukan 1,8% - 28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. (Yundini, 2006)
Prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai 2008. Kasus hipertensi pada tahun 2005 sebesar 1,80%, tahun 2006 sebesar 1,87%, tahun 2007 sebesar 2,02% dan tahun 2008 sebesar 3,30% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008).
Kasus hipertensi di kota Semarang selama 5 tahun mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 sebanyak 48.3%, tahun 2008 sebanyak 42.9%, tahun 2009 sebanyak 44,9%, tahun 2010 sebanyak 46,8%, dan tahun 2011 sebanyak 42,4%. Di kota Semarang kasus penyakit yang gejala utamanya hipertensi di antaranya hipertensi esensial pada tahun 2011 termasuk ke dalam 10 penyakit terbesar urutan ke-3 sebesar 18.540 orang dari 10 penyakit terbanyak (Profil Dinkes Kota Semarang, 2012).
Berdasarkan Rekapitulasi Data Kesakitan Tahun 2011 Dinas Kesehatan Kota Semarang, penderita hipertensi pada umur 15-44 tahun sebanyak 105 orang (19%), umur 45-54 tahun sebanyak 193 orang (32%), umur 55-64 tahun sebanyak 164 orang (29%), dan >=65 tahun mencapai 193 orang (32%).
Hipertensi tidak hanya menjadi masalah bagi orang dewasa maupun lansia tetapi pada remaja hipertensi juga merupakan suatu masalah, oleh karena remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Walaupun prevalensi secara klinis sangat sedikit pada remaja dibanding pada dewasa, namun cukup banyak bukti yang menyatakan bahwa hipertensi esensial pada orang dewasa dapat berawal pada masa kanak-kanak dan remaja (Saing, 2005).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi pada remaja mengalami peningkatan dari 1% menjadi 5% antara tahun 1989-2002 (Ruwano, 2010). Angka kejadian hipertensi pada anak dan remaja diperkirakan antara 1–3%. Sinaiko dkk (1989, dalam Saing, 2005) dalam penelitiannya terhadap 14.686 orang anak berusia 10– 15 tahun menemukan 4,2% anak mengalami hipertensi. Kurang dari 5% anak
dengan proporsi lebih besar pada remaja, mengalami hipertensi pada satu kali pengukuran tekanan darah.
Hipertensi pada remaja di seluruh dunia prevalensinya sekitar 15- 20% populasi. Berdasarkan data hasil pencatatan dan pelaporan Riskesdas Depkes RI Tahun 2007 prevalensi hipertensi pada remaja sekitar 6 – 15 %. Di kota Semarang prevalensi hipertensi pada usia muda tahun 2009 terjadi sebanyak 164 kasus (6,01%) (Profil Dinkes Kota Semarang, 2010 ).
Hipertensi pada remaja paling sering disebabkan akibat adanya masalah pada jantung dan ginjal, adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, obesitas dan pola makan yang buruk (Ruwano, 2010). Penyebab hipertensi yang paling sering pada remaja (usia 13-18 tahun) adalah hipertensi esensial dan penyakit parenkim ginjal. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hipertensi esensial tercatat lebih dari 80% sebagai penyebab hipertensi pada remaja diikuti oleh penyakit ginjal lainnya. Penyakit renovaskular dapat dicurigai pada remaja yang menderita hipertensi berat. Juga terdapat beberapa penyebab hipertensi yang jarang, seperti renin-secreting tumor, pheochromocytoma, obat-obatan (kokain, kontrasepsi, dekongestan), dan sebagainya (Saing, 2005).
Perilaku pada hakekatnya adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Proses perilaku pencegahan hipertensi pada remaja akan efektif jika pengetahuan dan sikap tentang pencegahan hipertensi dilakukan secara adekuat. Penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada Kabupaten Tana Toraja menyatakan bahwa pengetahuan, sikap sangat berpengaruh terhadap perilaku pencegahan stroke pada pasien hipertensi (Salinding, 2012). Adanya pengetahuan remaja juga dapat menentukan sikap bagaimana menjaga dirinya agar tidak mudah terkena hipertensi. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Remaja harus memahami permasalahan diatas karena mengingat pada saat ini perilaku remaja yang lebih suka dengan sesuatu yang instan seperti makanan siap saji yang mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), merokok, mengkonsumsi alkohol yang membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit hipertensi. Hal tersebut yang menjadi alasan remaja yang ditekankan dalam penelitian ini karena mereka berisiko terkena hipertensi. Perlu adanya upaya pengendalian hipertensi terutama di kalangan remaja untuk mencegah semakin tingginya kasus hipertensi terutama di kalangan remaja. Upaya pengendalian hipertensi ini dapat dilakukan dengan termasuk diantaranya mencegah dan mengatasi obesitas, peningkatan aktivitas fisik dan olahraga, modifikasi diet termasuk mengurangi konsumsi garam, dan berhenti merokok (Saing, 2005).
Daerah Kedungmundu merupakan daerah dengan kejadian hipertensi tertinggi di kota Semarang (Data Dinkes Kota Semarang, 2013). Sekolah SMAN 15 Semarang merupakan sekolah SMA satu-satunya yang berada di daerah Kedungmundu. Letak sekolah yang terletak di daerah perkotaan dan dekat dengan institusi kampus dan pemukiman penduduk sehinga memungkinkan untuk terpengaruh terhadap perubahan gaya hidup remaja di SMAN 15 Semarang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMAN 15 Semarang pada bulan Mei 2013 terhadap 10 orang siswa tentang cara pencegahan hipertensi pada remaja didapatkan hasil bahwa 3 orang siswa mengatakan hipertensi dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi garam, 5 siswa mengatakan lebih sering melakukan aktivitas fisik, dan 2 siswa mengatakan kurangi konsumsi alkohol dan merokok. Hasil wawancara juga menyatakan bahwa 3 dari 5 orang siswa mempunyai pengetahuan yang kurang tentang hipertensi yang terdiri dari pengertian, penyebab serta tanda dan gejala hipertensi.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15 Semarang”
B. Rumusan Masalah
Hipertensi dapat menyerang siapa saja termasuk remaja. Prevalensi hipertensi pada remaja di seluruh dunia sekitar 15-20% populasi. Berdasarkan data hasil pencatatan dan pelaporan Riskesdas Depkes RI Tahun 2007 prevalensi hipertensi pada remaja sekitar 6 – 15 %. Di kota Semarang prevalensi hipertensi pada usia muda tahun 2009 terjadi sebanyak 164 kasus (6,01%). Walaupun prevalensi hipertensi pada remaja rendah tetapi hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti gagal ginjal, stroke, penyakit jantung serta gangguan pada mata. Perlu adanya upaya pencegahan hipertensi di kalangan remaja agar tidak akan berlanjut hingga dewasa sehingga dapat menekan angka mortalitas dan morbilitas hipertensi pada dewasa.
Pengetahuan remaja yang baik atau cukup tentang hipertensi akan dapat menentukan sikap remaja terhadap pencegahan hipertensi sehingga proses selanjutnya remaja dapat mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinnya tersebut. Berdasarkan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15 Semarang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15 Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan remaja di SMAN 15 Semarang tentang hipertensi.
b. Mendeskripsikan sikap remaja di SMAN 15 Semarang tentang pencegahan hipertensi.
c. Mendeskripsikan praktik remaja di SMAN 15 Semarang dalam pencegahan hipertensi.
d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15 Semarang.
e. Menganalisis hubungan antara sikap dengan praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15 Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kesehatan kaitannya dengan perilaku pencegahan hipertensi pada remaja.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi remaja. 3. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Ilmu Keperawatan serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut di bidang keperawatan medikal bedah.
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam meningkatkan kegiatan penyuluhan-penyuluhan atau pemberian pendidikan kesehatan tentang hipertensi pada remaja.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan medikal bedah (KMB).
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitia
Nama Judul Desain Hasil
Hadiyanto (2012) Gambaran perilaku pasien hipertensi tentang upaya pencegahan komplikasi di Puskesmas Sopa’ah Pakemasan Jenis penelitian deskriptif Hampir seluruhnya (92%) 23 responden berperilaku baik dalam pencegahan komplikasi hipertensi
Rosidi (2012)
Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi di Desa Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal Deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional
Ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi dan ada hubungan sikap dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi Suwarni
(2005)
Hubungan pendidikan, pengetahuan dan sikap terhadap hipertensi dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi di Wilayah Puskesmas Genuk Semarang
Survey analitik dengan
rancangan case control
Ada hubungan antara pendidikan,
pengetahuan, sikap dengan perilaku kontrol pada penderita hipertensi,
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada variabel, sasaran penelitian dan metode penelitian. Variabel penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan hipertensi, sedangkan sasarannya adalah remaja di SMA N 15 Semarang dengan metode deskriptif korelasi