• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sym10 Agustus2017 Akhir Negara Bangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sym10 Agustus2017 Akhir Negara Bangsa"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

K. Mustarom

Edisi 10 | Agustus 2017

ABOUT US

Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke: lk.syamina@gmail.com.

(3)

Daftar Isi

(4)

Executive Summary

Tatanan global saat ini didominasi oleh sistem negara bangsa ( nation-state). Kemunculan negara-bangsa dimulai setelah berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa 1618-1648, perang yang dilatarbelakangi oleh gejolak antara penguasa politik lokal dengan otoritas gereja.

Ditandatangani pada tahun 1648, Perjanjian Westphalia tidak hanya mengakhiri 30 tahun perang di Eropa, namun juga menciptakan sistem negara modern. Westphalia menetapkan batas teritorial tetap setiap negara dan menetapkan gagasan bahwa rakyat harus tunduk pada undang-undang dan tindakan pemerintah masing-masing. Sebaliknya, hal itu juga menciptakan gagasan bahwa pemerintah berdaulat untuk memerintah rakyatnya karena dipandang perlu.

Selama tiga setengah abad terakhir, prinsip dan praktik Perjanjian Westphalia secara bertahap disebarkan oleh Eropa ke belahan dunia yang lain, melalui kolonialisme yang mereka lakukan.

Negara bangsa memberikan pengaruh yang sangat dramatis terhadap bagaimana kita menjalani hidup. Ia membentuk cara kita mengidentifikasi diri. Bahwa kita Amerika, Rusia, China, Arab Saudi, atau Indonesia. Negara bangsa harus memiliki kultur bersama, yang diciptakan melalui kesamaan bahasa, sejarah, dan pendidikan. Untuk membangun kultur nasional bersama, biasanya dilakukan dengan secara selektif memilih momen sejarah yang dianggap bisa menyatukan seluruh rakyat. Mereka juga mengendalikan bahasa, pendidikan, dan hari besar, untuk memastikan bahwa seluruh rakyat merayakan kultur nasional yang sama. Kadang, semua itu dilakukan dengan cara pemaksaan melalui kekerasan terhadap orang-orang yang tidak mau bekerjasama. Pemerintah tahu, bahwa tanpa kultur nasional bersama, negara bangsa tidak memiliki kekuasaan riil dan mereka bisa jatuh kembali dalam peperangan dan

(5)

02 Executive Summary

Tatanan dunia negara bangsa saat ini mungkin tampak sebagai keadaan alami yang telah ada selama berabad-abad, meski kenyataan berkata lain. Usia mereka banyak yang tidak lebih dari 100 tahun. Banyak negara-bangsa yang kita lihat di peta saat ini adalah kreasi politik yang perbatasannya digambar secara sewenang-wenang, dengan mengabaikan perbedaan budaya, etnis, politik, agama, dan sosial yang telah ada di antara masyarakat setempat. Dampaknya, banyak terjadi ketidaksesuaian antara masyarakat dunia dan perbatasan negara bangsa yang dibatasi oleh peta saat ini.

Partisi ini adalah sebuah garis batas yang hakikatnya dibuat berdasarkan identitas penjajah, bukan berdasarkan identitas asli penduduk yang berada dalam garis tersebut. Hal ini meninggalkan gejolak, karena berbagai kelompok dipaksa mengidentikkan diri dengan identitas yang tidak sesuai dengan diri mereka.

Perpindahan menuju sistem politik internasional yang dibangun dengan basis negara bangsa sebagai entitas politik utama muncul melalui pergeseran yang lama dan berdarah-darah yang sampai sekarang masih terjadi di banyak wilayah di dunia. Kita hanya perlu baca koran atau media online hari ini untuk melihat bahwa konflik tentang apa itu sebuah bangsa dan siapa yang masuk di dalamnya sampai sekarang masih terjadi.

Negara bangsa lahir tidak lepas dari sekulerisme, saat tujuan materiil lebih diutamakan dibanding moralitas.

Negara bangsa adalah ide imajiner yang sebagian besar manusia di dunia sepakat atasnya. Fakta bahwa garis imajiner yang dibentuk beberapa ratus tahun yang lalu mendefinisikan identitas manusia hari ini dan membedakannya dengan manusia lain yang tinggal di wilayah lain di luar garis imajiner tersebut merupakan hal yang bisa dianggap aneh.

(6)

Negara, Bangsa, dan Negara Bangsa

Bangsa adalah sekelompok orang yang menganggap dirinya sebagai unit yang kohesif dan koheren berdasarkan kriteria budaya atau historis bersama. Bangsa adalah unit yang dibangun secara sosial, tidak alami. Keberadaan, definisi, dan anggotanya dapat berubah secara dramatis berdasarkan keadaan. Bangsa dalam beberapa hal dapat dianggap sebagai "komunitas imajiner" yang terikat bersama oleh gagasan kesatuan berdasarkan agama, identitas etnis, bahasa, praktik budaya dan lain sebagainya. Konsep dan praktik sebuah bangsa bekerja untuk menentukan siapa insider dan siapa outsider. Konsep semacam itu sering mengabaikan batas-batas politis sehingga satu bangsa bisa saja "tersebar" ke dalam banyak negara.

Bangsa memiliki konotasi budaya, dan asal-usulnya secara historis jauh lebih tua daripada negara (state). Bangsa bisa dikenali bahkan ketika perbatasannya belum ditandai dan, setidaknya secara formal, belum menjadi negara yang memiliki undang-undang sendiri.

Beberapa atribut kebangsaan yang umum dikemukakan adalah:

• Adanya ikatan darah diantara anggota.

• Adanya warisan budaya bersama. Warisan ini sering diinvestasikan dengan nilai sentimental yang cukup besar. Bahkan, serangan terhadapnya bisa ditanggapi dengan emosi dan kekerasan.

• Koherensi linguistik, dalam bentuk satu atau lebih bahasa yang diidentikkan dengan identitas nasional. Namun, di dunia telekomunikasi massa dan meluasnya bahasa Inggris hari-hari ini, membuat perjuangan untuk melindungi bahasa nasional semakin sulit.

(7)

04 Negara, Bangsa, dan Negara Bangsa

Dari atribut di atas, ada satu hal yang tidak selalunya terkait dengan kebangsaan, namun dalam beberapa abad terakhir, khususnya sejak tahun 1860-an, tertanam kuat dalam dasar ideologis kelompok nasionalis, yaitu teritorial. Gerakan nasionalis abad ke-19 dan sesudahnya telah menciptakan konsep ini, dengan mengikatkan bangsa ke tanah. Hubungan yang dianggap tidak terpisahkan antara "Blut und Boden" (Darah dan Tanah) telah menyebabkan banyak perang yang berdarah, saat lebih dari satu bangsa mengklaim wilayah yang sama. Bahkan, mereka menggenggam hak atas tanah tersebut bak sebuah agama.

Negara tidak sama dengan bangsa. Tidak setiap bangsa memiliki negara, sebagaimana orang Kurdi. Namun sebuah bangsa dapat terus eksis hanya jika mereka eksis sebagai sebuah negara, yang bisa memperkuat identitas mereka dan memastikan batas-batas teritorial yang tepat.

Negara adalah pemerintahan yang merdeka dan berdaulat yang menjalankan kontrol atas wilayah tertentu yang didefinisikan dan dibatasi secara spasial, yang perbatasannya biasanya didefinisikan secara jelas dan diakui secara internasional oleh negara-negara lain.

Terkait definisi negara, para ilmuwan politik sering menggunakan definisi yang ditawarkan oleh Max Weber, yaitu hubungan manusia yang mendominasi manusia yang lain, dan hubungan tersebut didukung oleh sarana kekerasan yang sah (atau dianggap sah). Oleh karena itu, negara dianggap sebagai otoritas tertinggi yang sah yang dipercaya untuk menggunakan kekerasan atas sekelompok orang.

Berikut adalah hal-hal yang menjadi karakteristik dari sebuah negara:

Monopoli penggunaan kekuatan

• Legitimasi, sebagaimana yang dipersepsikan oleh pihak yang diperintah

Struktur kelembagaan yang dibentuk untuk menangani tugas

pemerintahan, termasuk namun tidak terbatas pada, penggunaan kekuatan

(8)

Ada kemungkinan bahwa sebuah negara mungkin masih bisa berfungsi dengan baik tanpa mewujudkan semua atribut di atas. Namun, semakin banyak atribut yang dipenuhi, maka semakin kuat negara tersebut. Ideologi nasionalis lebih memilih bahwa setiap bangsa memiliki negaranya sendiri, meski cita-cita tersebut sampai sejauh ini sulit untuk terwujud.

Lalu, apa itu negara bangsa?

Negara bangsa adalah gagasan tentang sebuah bangsa homogen yang diatur oleh negara berdaulatnya sendiri di mana setiap negara mengandung satu bangsa. Dan sampai saat ini, ide ini hampir tidak pernah tercapai. Negara bangsa adalah sistem organisasi di mana orang-orang yang mempunyai kesamaan identitas tinggal di sebuah negara yang memiliki perbatasan tertentu dan memiliki satu pemerintahan tunggal.

Negara bangsa memberikan pengaruh yang sangat dramatis terhadap bagaimana kita menjalani hidup. Ia membentuk cara kita mengidentifikasi diri. Bahwa kita Amerika, Rusia, China, Arab Saudi, atau Indonesia. Ia juga menentukan bahasa apa yang kita pakai, aturan hukum apa yang kita ikuti, dan hari besar apa yang kita rayakan.

Negara bangsa dibentuk dengan perbatasan fisik, memiliki pemerintahan, dan fakta bahwa rakyat meyakini bahwa mereka memiliki hubungan satu sama lain. Bagian fundamental dari negara bangsa adalah negara dan bangsa. Sebuah bangsa diciptakan dari keyakinan bersama bahwa manusia yang berada dalam sebuah negara memiliki hubungan satu sama lain. Ide bahwa warga bangsa terhubung satu sama lain disebut nasionalisme.

(9)

06 Negara, Bangsa, dan Negara Bangsa

dibuat dalam imajinasi masing-masing penghuninya untuk menciptakan apa yang dia sebut sebagai 'komunitas imajiner'.1

Negara bangsa harus memiliki kultur bersama, yang diciptakan melalui kesamaan bahasa, sejarah, dan pendidikan. Untuk membangun kultur nasional bersama, biasanya dilakukan dengan secara selektif memilih momen sejarah yang dianggap bisa menyatukan seluruh rakyat. Mereka juga mengendalikan bahasa, pendidikan, dan hari besar, untuk memastikan bahwa seluruh rakyat merayakan kultur nasional yang sama. Kadang, semua itu dilakukan dengan cara pemaksaan melalui kekerasan terhadap orang-orang yang tidak mau bekerjasama. Pemerintah tahu, bahwa tanpa kultur nasional bersama, negara bangsa tidak memiliki kekuasaan riil dan mereka bisa jatuh kembali dalam peperangan danchaos.

Kultur nasional kadang diciptakan oleh orang-orang yang memiliki kesamaan yang tinggal di wilayah yang sama. Amerika Serikat misalnya. Para kolonis dari Eropa yang masuk ke Amerika mulai membangun kultur nasional yang khas yang pada akhirnya membawa mereka untuk mendeklarasikan perang melawan Inggris. Mereka juga menciptakan pemerintahan dan negara sendiri.

Sebaliknya, terkadang negara bangsa bermula dari sebuah pemerintahan dan kemudian baru mencoba untuk menciptakan kultur nasional. Contohnya adalah Mexico. Saat Mexico merdeka dari penjajahan Spanyol, negara tersebut terlalu luas dan terfragmentasi untuk bisa membangun satu kultur nasional. Ada puluhan identitas yang berbeda di sana. Pada akhirnya, mereka membutuhkan hampir 100 tahun untuk membangun rasa Kemeksikoan (Mexicanidad).

1

(10)

Negara bangsa memiliki perbatasan yang definitif, di mana kekuasaannya terbatas di situ, dan hukum mereka juga tidak bisa dipaksakan di luar perbatasan tersebut.

Bagaimana Identitas Kebangsaan Dibangun?

Bangsa, dalam arti yang kita kenal hari ini, adalah karakter yang sebenarnya tidak natural. Untuk menyiasati pembentukannya yang seringkali bersifat sewenang-wenang, diperlukan beberapa atribut yang dimiliki bersama oleh warga negara. Selain itu, diperlukan juga sejarah yang dianggap sama dengan sentimen dan idelogi baru yang diciptakan. Karenanya, nasionalisme bukanlah usaha pembangkitan bangsa agar sadar terhadap diri, tapi nasionalisme sejatinya adalah menciptakan bangsa yang sebenarnya tidak ada. 2

Identitas nasional tersebut dibangun seolah-olah ia selalu ada. Memiliki sebuah bangsa bukanlah atribut kemanusiaan yang melekat, tapi sekarang dimunculkan nampak seperti itu, tulis Gellner.3

Semua itu terjadi karena pengaruh bangsa sebagai komunitas yang diciptakan atau diimajinasikan dianggap berdaulat. Ide kedaulatan berasal dari momen yang menjadi latar belakang pembentukan bangsa.

Kemunculan era pencerahan (enlightment) dan rasionalitas bersamaan dengan serangkaian kejadian revolusioner yang melemahkan, dan akhirnya mengakhiri, struktur monarki yang didukung oleh gereja. Gellner juga berpendapat bahwa fenomena sosial nasionalisme adalah konsekuensi langsung dari industrialisasi dan alasan ilmiah yang mendorongnya. Bangsa dianggap datang untuk mewakili kebebasan manusia. "Bangsa bermimpi untuk bebas, dan, jika pun di bawah Tuhan, mereka ingin langsung," tulis Anderson.4

2

Ernest Gellner,Nations and Nationalism, Basil Blackwell Publisher Limited, Oxford, Inggris, 1983, h. 169

3

Idem, hal. 6 4

(11)

08 Negara, Bangsa, dan Negara Bangsa

Untuk membangun bangsa yang diimajinasikan, diperlukan beberapa alat. Diantaranya adalah penciptaan atau penemuan sebuah tradisi yang melegitimasi dan menghasilkan ide sejarah bersama. Ketika proses pembangunan identitas kebangsaan menguat, praktik tradisional yang sudah ada dimodifikasi, diritualkan, dan dilembagakan demi kepentingan bangsa yang baru. 5

Selain itu, bahasa juga memainkan peran penting. Bahasa secara ideologis dianggap sebagai pondasi primordial kebudayaan bangsa. Masyarakat diminta untuk percaya bahwa ada satu bahasa nasional yang benar dan alami. Dan mereka secara spontan percaya. Bahasa menjadi esensi yang membedakan satu orang dengan yang lainnya, kita dari mereka .6 Tapi sebagaimana

tradisi, Hobsbawm menunjukkan bahwa bahasa nasional pada faktanya adalah konstruksi semi-artifisial, dan kadang-kadang... diciptakan secaravirtual. 7

Faktor berikutnya adalah pendidikan. Pendidikan sangat penting untuk pembentukan komunitas imajinasi . Pembentukan masyarakat anonim dan impersonal ... yang disatukan di atas budaya bersama semacam ini dihasilkan oleh penyebaran secara umum sekolah yang dimediasi, idiom yang diawasi secara akademis, yang dikodifikasi sebagai persyaratan birokrasi dan komunikasi teknologi. 8 Pendidikan berperan dalam menyebarkan pesan

untuk mempertahankan dan memperkuat kontrol negara. Bagi Eric Hobsbawm, bahasa resmi para elit biasanya menjadi bahasa aktual negara modern melalui pendidikan publik dan mekanisme administratif lainnya. 9

Bagian penting lainnya bagi proses pembangunan identitas patriotik nasional adalah media sebagai komunikasi massa. Benedict Anderson dan beberapa ilmuwan lainnya, menekankan pentingnya komunikasi massa. Ia secara khusus menunjuk pada pembacaan novel dan koran pada abad ke-17

5

E. Hobsbawm, T. Ranger,The Invention of Tradition, Cambridge University Press, Cambridge, UK, 1983, h. 6

(12)

dan ke-18 sebagai produsen utama kesadaran kebangsaan. Menurutnya, komunikasi massa semacam itu sangat penting dalam menyampaikan gagasan simultan kepada pembaca. Dengan seremonial membaca, orang-orang menjadi sadar akan banyaknya orang lain yang tidak mengenal mereka namun menghuni bangsa atau kota yang sama seperti mereka, pada saat yang sama dan mungkin sedang membaca koran yang sama. Seremonial massal ini meyakinkan rakyat bahwa dunia imajiner tersebut memang berakar dari kehidupan sehari-hari mereka."10

Media berfungsi untuk menyatukan bangsa. Dalam bukuMedia Events, The Live Broadcasting Of History, penulis menunjukkan bagaimana perayaan nasional dan tradisi yang diciptakan disebarkan melalui media. Media akan meliput peristiwa bersejarah yang dianggap sangat layak diberitakan dan disiarkan secara langsung, yang akan mempesona seluruh warga negara atau bahkan dunia. Contohnya termasuk festival hari libur nasional untuk merayakan satu tradisi, peristiwa politik yang penting, misi karismatik, serta ritual perjalanan orang-orang hebat terpilih. Penulis menyoroti bahwa siaran ini mengintegrasikan masyarakat dalam detak jantung kolektif dan membangkitkan pembaharuan loyalitas kepada masyarakat dan otoritas mereka yang sah."11

Teknologi komunikasi elektronik adalah alat yang berfungsi untuk memusatkan kekuasaan. Teknologi visual, ... menciptakan bangsa yang seragam secara spasial, homogen dan terhubung."12 Selain media cetak dan

radio, komunitas imajiner juga dibentuk oleh film dan televisi.

Adat istiadat, peristiwa sejarah dan bahasa dilembagakan sebagai representasi bangsa baru', kemudian didistribusikan melalui pendidikan dan komunikasi massa yang terorganisir. Hal Ini menunjukkan bahwa proses pembangunan identitas nasional sebenarnya tidak natural dan bersifat

10

Anderson, h. 35 11

DDayan, E. Katz,Media Events: The Live Broadcasting of History. Cambridge, MA: Harvard University Press, 1992, h. 9

12

(13)

10 Negara, Bangsa, dan Negara Bangsa

memaksa. Karena itulah, Paul Gilroy menyatakan bahwa, yang seharusnya ditantang adalah bagaimana kebiasaan dan praktik yang tampaknya unik ini dipahami sebagai ungkapan kebangsaan yang murni dan homogen."13

Penguasa berupaya mengarahkan masyarakat dengan menginvestasikan mode budayanya sendiri sebagai cara hidup, mentalitas, sikap dan perilaku masyarakat.14Semua itu dilakukan secara halus melalui ideologi. Sebagaimana

kata Michel Foucault, kekuatan ... tidak dimiliki sebagaimana benda, atau dipindahkan sebagaimana harta; Ia berfungsi seperti mesin. Dan meskipun memang benar bahwa organisasi piramida memberinya "kepala", para aparat secara keseluruhan lah yang memproduksi "kekuatan".15

Selain itu, cara berpikir dan diskusi tentang isu-isu semacam solidaritas sosial, identitas kolektif, dan legitimasi politik memainkan peran penting dalam menghasilkan pemahaman kebangsaan dan pengakuan klaim nasionalis pihak lain. Dalam hal ini, peran bahasa sebagai alat untuk tujuan nasionalistik tidak hanya sebagai perangkai populasi, tapi lebih daripada itu, ia juga berperan untuk membatasi diskusi isu bangsa itu sendiri. Media bukanlah satu-satunya agen persuasi, namun usaha mereka untuk menciptakan identitas nasional adalah bagian dari skema hubungan kekuasaan yang lebih luas.

Negara-negara modern dibuat tanpa kekuatan ikatan sosial yang substansial. Karenanya, mereka perlu ideologi yang mendukung dan mempertahankan "penemuan" baru tersebut. Minimnya sejarah mereka membuat mereka harus menciptakan, menyesuaikan, dan menyebarkan pengalaman dan tradisi masa lalu yang dianggap sesuai. Bahasa bersama dimuliakan dan dinilai sebagai penyokong. Perlahan namun pasti, bangsa diimajinasikan sebagai komunitas yang solid dan dapat dibenarkan. Proses ini penting bagi stabilitas keberadaan mereka.

13

PaulGilroy,There Ain’t No Black in The Union Jack, Routledge, London, England., 1987,h.69

14

A. Mattelart, M. Mattelart,The Carnival of Images: Brazilian Television Fiction, Bergin & Harvey Publishers, New York, 1990, h. 111

15

(14)

Negara Bangsa: Mitos atau Fakta?

Tatanan dunia negara bangsa saat ini mungkin tampak sebagai keadaan alami yang telah ada selama berabad-abad, meski kenyataan berkata lain. Ia adalah perkembangan yang relatif baru yang muncul setelah runtuhnya pemerintahan imperium. Banyak negara-bangsa yang kita lihat di peta saat ini adalah kreasi politik yang perbatasannya digambar secara sewenang-wenang, dengan mengabaikan perbedaan budaya, etnis, politik, agama, dan sosial yang telah ada di antara masyarakat setempat. Dampaknya, banyak terjadi ketidaksesuaian antara masyarakat dunia dan perbatasan negara bangsa yang dibatasi oleh peta saat ini.

Hari ini, mungkin agak sulit untuk membayangkan masa sebelum dunia dikelola dengan konsep negara bangsa. Identitas kebangsaan dan individu dianggap terkait dengan negara bangsa. Ia didorong oleh keyakinan bahwa setiap kelompok etno-nasional harus mengelola dirinya sendiri, dan pemerintahnya harus merupakan representasi kelompok etno-nasional yang menjadi penduduknya. 16 Jika kita melihat ribuan tahun sejarah dunia, masa

negara bangsa, hanya merupakan potongan yang sangat kecil.

Meski hari ini negara bangsa adalah entitas yang paling familiar dalam politik global hari ini, keberadaan negara bangsa dalam pemerintahan internasional adalah fenomena yang baru-baru ini saja terjadi. Banyak negara yang diakui oleh dunia hari ini adalah negara muda yang perbatasannya relatif baru dibentuk, hasil dari sisa-sisa imperium global yang lebih luas. Perpindahan menuju sistem politik internasional yang dibangun dengan basis negara bangsa sebagai entitas politik utama muncul melalui pergeseran yang lama dan berdarah-darah yang sampai sekarang masih terjadi di banyak

16

(15)

12 Negara Bangsa: Mitos atau Fakta?

wilayah di dunia. Kita hanya perlu baca koran atau media online hari ini untuk melihat bahwa konflik tentang apa itu sebuah bangsa dan siapa yang masuk di dalamnya sampai sekarang masih terjadi.17

Pada saat Revolusi Perancis tahun 1789, hanya sekitar separuh penduduk saja yang bisa bahasa Prancis. Bahkan, jumlah warga Italia yang mampu berbahasa Italia kurang dari separuh saat terjadi unifikasi Italia. Setelah itu, penguasa dengan kebijakan hegemoniknya membuat kebijakan yang memastikan bahwa berbagai dialek, bahasa, dan kultur akan diasimilasikan ke dalam bahasa/budaya resmi atau dihapuskan sama sekali.18

Sebagian besar nenek moyang kita hidup di dalam unit politik yang tidak berpura-pura mewakili satu orang. 19Mereka hidup dalam imperium majemuk

yang hirarki kekuasaannya dibangun di atas wilayah-wilayah perifer, yang sangat bervariasi kultur dan etnisnya, dan diatur oleh wilayah inti.20 Sejarah

manusia didominasi oleh pemerintahan global, dan warisannya pun masih mempengaruhi tatanan global hari ini.21

Setelah itu, tatanan politik internasional bertransisi dari rakyat diperintah di bawah aturan imperium menjadi rakyat diperintah di bawah aturan negara bangsa. Transisi ini bukan tanpa akibat. Ia menyebabkan disparitas antara perbatasan negara bangsa dan perbatasan masyarakat dunia. Banyak negara bangsa yang ada hari ini adalah hasil dari kesepakatan antara imperium besar dan kekuatan kolonial masa lalu. Perbatasan dan identitas mereka dibentuk oleh kesepakatan tersebut, bukan dari perbedaan aktual di antara rakyat. Jadi, identitas negara bangsa ini lahir dari identitas para penjajahnya, bukan dari identitas asli mereka.

Jane Burbank & Frederick Cooper, Empires In World History: Power and the Politics of Difference 1 (Princeton University Press 2010).

20

Wimmer & Min, 870. 21

(16)

Dalam bahasa Devin Stewart, negara bangsa adalah mitos yang dipresentasikan sebagai fakta. Menurutnya, mitos tersebut telah memicu peperangan dan menghambat solusi bagi masalah terbesar di muka bumi ini. Mitos mengenai negara bangsa terdiri dari dua ide, satu ide konkrit, yaitu negara, dan satu lagi ide yang kabur, yaitu bangsa. Manfaat negara cukup jelas. Ia diperlukan untuk mengatur manusia dalam mengelola sumber dayanya demi kepentingan umum yang lebih luas dan dalam rangka menghadapi ancaman bersama, baik berupa bencana alam maupun pasukan musuh yang menyerang.

Negara bangsa dianggap sebagai jalan untuk mengkonsolidasikan dan melegitimasi kekuasaan negara atas sekelompok orang yang didefinisikan oleh kesamaan bahasa, budaya, atau etnis. Masalahnya, sebagaimana kesimpulan Stewart, kontur komunitas budaya jarang sekali sama dengan kontur entitas politik.22

Sangat sulit untuk membayangkan sebuah bangsa yang akhirnya membentuk satu negara atau negara yang terdiri dari satu bangsa. Beberapa berpendapat bahwa Jepang adalah contoh dari negara bangsa. Tapi, kenyataannya orang Jepang terdiri dari Ainu, Korea, China, Filipono, dan Ryuku. Stewart mengungkapkan bahwa mitos mengenai negara bangsa membutuhkan lompatan keyakinan. Ilmuwan Jepang, Yoshihisa Hagiwara berpendapat bahwa karena tidak berdasarkan fakta lapangan, mitos mengenai negara bangsa cenderung berjalan menuju kehancuran, karena manusia adalah individu yang merupakan bagian dari komunitas global. Ia menyesalkan perasaan orang-orang Jepang yang begitu erat memegang ide Japaneseness , yang mungkin akan membuat mereka menjadi pahlawan terakhir dari etos yang sudah sekarat.23

22

https://www.carnegiecouncil.org/publications/ethics_online/0024#4 23

(17)

14 Negara Bangsa: Mitos atau Fakta?

Sebagaimana kata politisi Kanada, Michael Ignatieff, penghambaan terhadap negara bangsa dapat menyebabkan seseorang melupakan hukum yang lebih tinggi yang memerintahkan mereka untuk tidak menaati tatanan yang tidak adil, yang bisa membawa kepada malapetaka sebagaimana penindasan yang dilakukan oleh Nazi dan Stalin.

Terkadang bisa dikatakan bahwa Amerika Serikat (United States Of America) seharusnya disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) karena sebenarnya terdiri dari banyak bangsa, dan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa seharusnya disebut Amerika Serikat karena setiap negara tidak benar-benar mewakili sebuah bangsa. Pernyataan tersebut berguna untuk menantang asumsi dasar tentang sistem internasional.

Karena itulah Stewart berpendapat bahwa negara bangsa dalam bentuknya saat ini bukanlah tatanan permanen dalam sistem internasional. Konsep tersebut baru ditemukan ratusan tahun lalu dari jutaan tahun sejarah umat manusia. Beberapa negara Eropa yang kita anggap kuno dan tua, seperti Italia dan Jerman, baru bersatu pada tahun 1800-an, dan menjelma menjadi bentuk saat ini kurang dari 100 tahun yang lalu. Dan mereka sudah menyerahkan kekuasaan pada otoritas supranasional, satu hal yang mungkin dianggap sebagai khayalan beberapa dekade yang lalu.

Ilmuwan politik asal Praha, Alex Tomsky memandang bahwa negara bangsa tidak punya tempat di akhir abad ke 20, apalagi di milenium ketiga. Negara bangsa adalah ide yang sangat usang. Ini adalah ide abad ke-19 sebagaimana yang kita semua tahu. Saya lihat negara bangsa berasal dari ide nasionalisme, dari ide masyarakat homogen dengan seorang pemimpin, yang mempunyai otoritas, dengan kecenderungan tertentu pada sejarah dan ideologi... Lebih daripada itu, negara bangsa telah menyebabkan dua perang dunia di Eropa. 24

24

(18)

Negara bangsa adalah ide imajiner yang sebagian besar manusia di dunia sepakat atasnya. Fakta bahwa garis imajiner yang dibentuk beberapa ratus tahun yang lalu mendefinisikan identitas manusia hari ini dan membedakannya dengan manusia lain yang tinggal di wilayah lain di luar garis imajiner tersebut merupakan hal yang bisa dianggap aneh. Di Amerika Serikat misalnya, bagi mereka yang tinggal di California, secara geografis mereka lebih dekat dengan Mexico dibanding New York, tapi garis imajiner tersebut memaksa warga California untuk lebih mengidentikkan diri dengan warga New York dibanding warga Mexico. Hal ini akan membuat kita bertanya, mengapa ada perbatasan?

(19)

16 Negara Bangsa: Mitos atau Fakta?

Perbatasan sering dibuat karena alasan politik. Dampaknya, garis imajiner tersebut banyak meracuni dunia dengan kekacauan di tahun-tahun berikutnya. Afrika, selama tahun 1881 sampai 1914, diinvasi, diduduki, dibagi, dan dijajah oleh kekuatan Eropa yang dipengaruhi oleh Imperialisme Baru. Hal yang sama terjadi di Timur Tengah dan kawasan Asia lainnya. Negara-negara Eropa menarik garis-garis kolonial berdasarkan pembagian secara sewenang-wenang.25Mereka tidak menghormati batas-batas yang selama ini sudah lama

berlangsung di Afrika berdasarkan kesamaan budaya, etnis, bahasa, dan kesamaan lainnya.

Gambar 2. Peta etnis dan perbatasan di Afrika

Setelah periode penjajahan dan aneksasi oleh orang-orang Eropa ini, negara-negara Afrika mulai mendapatkan kemerdekaan. Tapi mereka masih mempertahankan garis-garis kolonial yang dibuat penjajah Eropa. Akibatnya, di sebagian besar negara Afrika, sekitar 45 persen penduduk masuk dalam kelompok yang dipartisi oleh perbatasan nasional.

25

(20)

Partisi ini adalah sebuah garis batas yang hakikatnya dibuat berdasarkan identitas penjajah, bukan berdasarkan identitas asli penduduk yang berada dalam garis tersebut.Hal ini meninggalkan gejolak, karena berbagai kelompok dipaksa mengidentikkan diri dengan identitas yang tidak sesuai dengan diri mereka. Karena itu, identitas kebangsaan yang diciptakan oleh sisa-sisa kolonialisme sangat bertentangan dengan demarkasi budaya tradisional yang dengannya banyak orang Afrika mengidentifikasi diri.

(21)

18 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

Untuk bisa memahami apa yang terjadi saat ini, kita harus melihat ke masa lalu. Untuk memahami kondisi dunia Islam saat ini, serta kebijakan politik terhadap dunia Islam dari kekuatan eksternal, kita harus melihat bagaimana kondisi politik saat ini diciptakan.

Apa yang disingkapkan dalam sejarah kepada kita adalah sebuah pola yang konsisten mengenai intervensi Barat, manipulasi dan eksploitasi atas dunia Islam sejak abad 16. Negara-negara Barat sangat konsisten dalam menjalankan formula yang sukses dalam melakukan ekspansi, kolonisasi dan penyebaran pengaruh ke seluruh dunia, tidak hanya dunia Islam.

Sejak revolusi sekuler pada abad 17, Barat tidak lagi diarahkan dan diatur oleh tujuan berlatar pandangan dunia kristen, tetapi termotivasi oleh hal yang lebih materialistik meski bukan berarti mereka jadi berhenti berperang karenanya. Kekristenan digantikan oleh liberalisme sekuler sebagai sudut pandang dominan dan motivasi untuk melakukan ekspansi.

Ketika dulu Barat akan menaklukkan suatu wilayah untuk mendapatkan harta dan menyebarluaskan Kristen, mereka sekarang melakukannya untuk mendapatkan harta dan menyebarluaskan liberalisme sekuler.

Ketika Liberalisme sekuler diharapkan dapat mengambil alih dan mengubah dunia, Islam sebagai pola pandang saingan dan kekuatan yang melawan ketidakadilan ekonomi hadir sebagai batu halangan terhadap ideologi liberal sekuler, sebagaimana dulunya Islam menjadi batu halangan bagi Kristen.

(22)

Proses Pendirian Barat

Setelah runtuhnya kekaisaran Roma Barat di abad kelima, Eropa terdiri dari suku barbar yang memenuhi reruntuhan peradaban Roma dan saling berperang satu sama lain. Suku-suku tak berpendidikan ini tidak dapat melanjutkan pembelajaran yang dilakukan oleh orang Roma, ataupun memperbaiki bangunan dan teknologi Roma, dari situ, Eropa memasuki masa kegelapan (Dark Ages). Yang tersisa dari masa Roma adalah kepercayaan Kristen yang kebanyakan suku telah mengadopsinya pada abad kelima, dan institusi keagamaan gereja Katolik yang telah diadopsi oleh Roma sebagai agama resmi kekaisaran sesaat sebelum kejatuhannya.

Dari abad ketujuh hingga kesembilan, jatuhnya kerajaan suku Eropa oleh tentara muslim menyebabkan suku-suku Eropa di sekitar area kekuasaan Islam mulai bersatu di bawah kekuasaan satu suku yang kuat. Gereja Katolik mengadopsi strategi ini untuk memperkuat pengaruhnya dan mengembalikan Eropa kepada puncak kekuatan. Gereja mulai menawarkan kepada para kepala suku pengangkatan resmi dari Gereja sebagai 'Raja', untuk menjadikan para anggota suku di bawah mereka lebih loyal. Timbal baliknya, gereja dan para pendeta bisa memberikan pengaruh dalam kekuasaan dan mendapatkan perlindungan.

Dengan bangkitnya kerajaan Eropa, dan dengan masuknya barang-barang dengan teknologi tinggi dari dunia Islam ke pasar Eropa yang meningkatkan perkembangan materiil dari kerajaan-kerajaan baru ini Gereja Katolik menyerukan perang ideologi, atau "perang salib", terhadap tanah Eropa yang dikuasai oleh Muslim. Hal ini membantu Gereja meraih kekuatan dan pengaruhnya di bidang politik domestik kerajaan-kerajaan baru tersebut. Pada saat yang sama mereka juga menciptakan aliansi negara-negara kristen Eropa yang kemudian disebut Christendom. Hal ini disebut oleh banyak ahli sejarah sebagai saat lahirnya kesadaran dasar "Pra-Barat".

(23)

20 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

mengamati fenomena alam dan pengambilan kesimpulan atas hukum alam dengan eksperimen, mengubah kebudayaan Eropa selamanya. Gesekan tersebut menghasilkan sebuah kebangkitan intelektual dalam berpikir yang kemudian disebut oleh ahli sejarah sebagaithe Renaissance.

Pada saat yang sama, kekuatan Utsmani naik di dunia Islam pada abad ke-14, dan mengambil kekuasaan di seluruh dunia Islam dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kekhalifahan Islam. Pada masa-masa awal kekuasaan Utsmani (abad ke 13-16), Christendom terus melancarkan dan mengobarkan peperangan melawan Utsmani, yang seluruhnya berakhir dengan kegagalan.

Permulaan Kolonialisme Eropa

Pada abad ke-16, kekuatan Eropa, dilengkapi dengan teknologi baru dan keilmuan baru, melihat celah dengan biaya yang murah untuk meneruskan serangan terhadap kekhalifahan Utsmani yang masih kaya dan memiliki kekuatan besar. Penjelajah Eropa memutuskan untuk melewati musuh historisnya, dan menemukan kesempatan baru untuk berdagang ke kepulauan yang jauh. Dulunya, mereka harus melewati wilayah Utsmani dan membayar pajak.

Penemuan tanah-tanah baru yang kebanyakan ditinggali oleh suku-suku yang inferior secara teknologi dan memiliki sumber daya alam yang kaya namun lemah dalam pertahanan yang disebut 'tanah primitif' membuat orang Eropa berlomba-lomba untuk mendapatkan kontrol di seluruh dunia dalam upaya untuk mendapatkan harta dan melakukan eksploitasi ekonomi.

(24)

Kolonial Barat berusaha menanamkan keyakinan Kristen kepada para pribumi di daerah jajahan untuk meredam keinginan mereka memberontak. Mereka berusaha memperkecil perbedaan antara pribumi dengan tuannya. Dari situ mereka berharap bahwa para pribumi akan mempraktekkan kebudayaan Barat dalam mengelola diri mereka sendiri, meskipun dalam kondisi ekonomi yang sangat menguntungkan kepentingan tuan koloni mereka.

Kristen dianggap sebagai pondasi dasar bagi para pribumi untuk berkembang secara intelektual menjadi seperti Barat. Hal ini berdasarkan pengalaman orang Eropa di mana renaissance dimulai dari dasar Kristen. Dengan kebijakan tersebut, para pribumi diajari oleh para misionaris, bangunan gereja strategis digunakan secara ofensif untuk membuat markas misionaris. Jika tidak berhasil, beberapa pribumi dipaksa untuk masuk Kristen di bawah todongan senjata. Cara yang paling berhasil yang digunakan oleh banyak penjajah Eropa adalah dengan menyekolahkan mereka di sekolah-sekolah yang mengajarkan nilai-nilai Barat dan Kristen.26

Kebangkitan intelektual dan pemikiran, serta besarnya harta dan sumber daya dari tanah jajahan, mendorong perkembangan teknologi yang semakin maju di Barat, hingga Barat mencapai kesetaraan dengan saingan terberatnya, peradaban Islam, pada abad ke-17.

Besarnya sumber daya yang diambil dari tanah jajahan semakin mempercepat perkembangan teknologi Eropa, sehingga teknologi militer Eropa dan jumlah populasinya mulai melampaui kekhilafahan Utsmani secara signifikan pada abad 18.

26

(25)

22 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

ChristendomTerbagi

Kontak Eropa dengan peradaban Islam melalui Perang Salib di Syam dan umat Islam di Andalusia telah membangkitkan semangat belajar di Barat melalui penerjemahan tulisan-tulisan Yunani dan Arab. Antara abad ke-13 dan ke-16, banyak pemikir Barat menghabiskan tenaga dan waktu mereka mempelajari ilmu alam, yang menghasilkan perkembangan di bidang sains dan teknologi.

Semangat belajar dan meneliti ini memicu banyak peninjauan ulang terhadap asumsi filosofis, keyakinan Kristen, dan kekuatan Eropa yang berdasar dari kepercayaan tersebut. Hal ini memunculkan banyaknya perbedaan bentuk Kristen yang menantang dan menentang pengaruh politik dan teologis Paus Katolik. Maka muncullah Kristen Protestan, atau yang lebih spesifik, Lutheranism.

Perbedaan pendapat ini mulai mengacaukan struktur kekuatan yang ada terutama pengaruh Paus terhadap kerajaan-kerajaan Eropa. Hal ini mendorong Paus untuk memerintahkan negara-negara Katolik agar mereka menekan pendapat-pendapat teologis ini. Namun masalah muncul ketika suatu kerajaan mengadopsi Lutheranism. Dampaknya adalah munculnya perang saudara dalam kerajaan, yang terjadi selama abad ke-16 hingga 17.

(26)

yang digunakan di dalam kerajaan mereka, dan untuk menoleransi aliran Kristen minoritas lain dalam negara mereka.

Raja Inggris yang terkenal King Henry VIII memisahkan diri dari Gereja Katolik, namun hal ini bukan disebabkan oleh ketidaksetujuan terhadap interpretasi Injil, melainkan karena King Henry ingin menjadi pemimpin tertinggi di Inggris dan tidak menginginkan adanya campur tangan dari Paus Katolik. Dari sini lahirlah sempalan baru Kristen Protestan Kristen Anglikan.

Bangkitnya Ideologi Baru Eropa

Hingga saat itu, para filsuf dan peneliti Eropa fokus pada pengembangan matematika, mendiskusikan metafisika dan teologi, serta mengimplementasikan metode sains yang mereka pelajari dari Muslim, untuk mengembangkan pengetahuan mereka mengenai sains fisika. Hingga akhirnya, beberapa pemikir Eropa seperti Thomas Hobbes dan John Locke di pertengahan hingga akhir abad ke-17 mulai mempelajari manusia secara sosial dan politik. Dengan dasar kepercayaan bahwa politik Eropa tidak stabil karena perang antara Katolik dan Lutheran, mereka mencari cara agar mendasarkan sistem politik di atas sesuatu yang bukan merupakan hukum yang berasal dari otoritas gereja. Ini merupakan permulaan pembelajaran Barat akan pandangan baru mengenai posisi manusia di dalam dunia materiil ini, untuk menemukan tujuan baru dan organisasi politik baru bagi kemanusiaan. Oleh sejarawan Barat, periode disebut Age of Enlightenment. Sejarawan Barat masing-masing berbeda pendapat kapan tepatnya era ini dimulai dan berakhir.

Para pemikir Barat, terkesima dengan metode ilmiah dan semua ilmu yang diberikannya mengenai alam, mulai mengimplementasikannya untuk mempelajari bagaimana manusia seharusnya berorganisasi secara sosial dan politik, dan tujuan apa yang harusnya mereka kejar di dunia ini.

(27)

24 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

bisa menerangkan manusia terbuat dari apa, bagaimana badan manusia bekerja, dan kebutuhan biologis manusia, namun sains tidak dapat menerangkan tujuan manusia, dan dari situ sains tidak bisa mengatakan kepada kita bagaimana manusia seharusnya diatur, atau apa yang seharusnya mereka percaya atau pikirkan. Implementasi yang salah dari sains, yang dilakukan kebanyakan oleh pemikir Kristen ketika mempelajari organisasi sosial dan politik manusia menghasilkan kesimpulan pseudo-ilmiah pandangan materialistik yang didasarkan atas moralitas 'hukum alam'. Hal ini di kemudian hari akan menjadi sekulerisme dan Liberalisme.

Gagasan sekulerisme dilahirkan dari pertimbangan Thomas Hobbes yang sepenuhnya materialistik dalam dunia politik dan ekonomi, di mana keamanan materiil diajukan sebagai tujuan tertinggi dari suatu negara, bukan kebajikan atau moralitas.

Dalam pandangan kaum sekuler, negara harus hanya memiliki satu pemimpin, bukan kepemimpinan yang terbagi bersama rohaniawan yang tidak punya kekuasaan. Artinya pihak yang bisa memberikan keamanan secara fisik adalah Raja, tuan tanah, atau kepala suku. Konsep ini diajukan untuk menghalangi campur tangan Paus dalam urusan Kerajaan Kristen Barat, sebagaimana yang biasa terjadi di masa lalu.

Dalam konsep awal negara Sekuler, hukum yang berdasarkan ajaran Kristen secara teori adalah opsional. Hukum yang berdasarkan agama hanya diimplementasikan sesuai dengan kebijakan penguasa, yaitu jika mereka lihatnya cocok untuk meningkatkan perdamaian dan moralitas masyarakat. Di masa awal, sekulerisme tidak melarang hukum yang berdasarkan agama, selama yang memutuskan adalah Raja, bukan pihak gereja.

Argumen dan kesimpulan Hobbe adalah bahwa pemerintah berdasarkan tujuan material lebih disukai karena lebih stabil, dan bahwa orang Kristen tidak memerlukan pemerintahan yang didasarkan oleh hukum Injil.

(28)

semuanya). Paham individualisme membawa kepada bentuk politik bernama

Libertarianism (kemudian disebut Liberalisme). Locke mengajukan konsep bahwa negara tidak hanya berdasarkan kekuasaan semena-mena dari pemimpin yang memberikan keamanan, namun bahwa negara bertujuan untuk melindungi dan 'membebaskan' setiap individu untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Hal ini pada akhirnya memiliki hasil yang berbeda-beda ketika diimplementasikan.27

Revolusi Liberal dan Negara Bangsa

Negara yang pertama kali jatuh dalam revolusi liberal adalah pemerintahan Inggris di tahun 1668. Meskipun revolusi ini tidak langsung menciptakan negara liberal, ia dianggap permulaan gerakan liberal yang secara progresif mengubah Inggris menjadi negara sekuler liberal. Kemudian revolusi Amerika tahun 1776 yang ironisnya melawan imperium liberal Inggris, dan Revolusi Perancis tahun 1799. Negara Eropa lainnya kemudian mengalami revolusi liberal selama abad ke-19.

Hingga saat ini, Eropa terdiri dari banyak Kerajaan Monarki atau Oligarki (aturan dibuat oleh kelompok aristokrat atau bangsawan). Sebuah Kerajaan adalah pemerintahan dan penjagaan oleh pemimpin (Raja, Pangeran, Bangsawan) dan dinastinya, terhadap orang-orang yang hidup di area yang

27

Libertarianisme awalnya memahami bahwa pemerintah hanya hadir untuk memberikan keamanan bagi rakyat dari gangguan satu sama lain, dan karena itu menyediakan sebuah masyarakat yang membebaskan setiap individu untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Dengan demikian, diharapkan kekerasan akan berkurang. Namun, pada pertengahan abad ke-19, banyak negara semacam itu gagal, karena ’individu’ yang lebih kuat dalam masyarakat (yaitu orang kaya) mengeksploitasi individu yang lebih lemah, dan berujung pada masalah ekonomi dan turbulensi. Menyikapi masalah tersebut, para pemikir Barat bukannya membubarkan proyek Libertarian, namun justru memutuskan untuk mengamandemennya. Pemerintah melakukan intervensi di bidang ekonomi dan masyarakat untuk membatasi kebebasan rakyat, meningkatkan pajak untuk memberi makan orang miskin, dan memastikan keseimbangan yang lebih baik dalam perilaku sosial dan transaksi ekonomi. Ironisnya, hal ini adalah penegasian terhadap kepercayaan asli kaum Liberal tentang pemerintahan. Namun karena tidak adanya teori politik alternatif lainnya, sebagian besar negara menerima begitu saja amandemen tersebut. Tipe

(29)

26 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

dikuasainya. Rakyat adalah 'subyek' dari pemimpinnya. Mereka adalah 'subyek' dari otoritas dan kekuasaan pemimpin. Loyalitas mereka harus kepada pemimpin mereka. Raja dari kerajaan lain bisa saling menaklukkan satu sama lain dan mendapatkan tambahan subyek. Loyalitas masyarakat diarahkan kepada siapa saja yang menguasai tanah tersebut. Oligarki pada dasarnya sama, hanya berbeda di pemimpinnya saja. Dalam oligarki, pemimpinnya bukanlah Raja, namun kelompok bangsawan koalisi tuan tanah yang masing-masing mempunyai subyek. Kondisi ini berubah dengan bangkitnya 'Nasionalisme'.

Nasionalisme adalah produk lain dari 'Pencerahan' Barat dan diinspirasi langsung oleh pikiran Sekuler Liberal. Menurut kepercayaan Liberalisme Sekuler, yaitu Individualisme, masyarakat tidak lagi merupakan subyek dari Raja atau kelompok bangsawan, namun setiap individu memiliki kedaulatan dalam diri mereka masing-masing. Menurut teori ini, pemerintahan dibentuk oleh individu yang berkumpul, membentuk perjanjian dan persetujuan, demi terwujudnya keamanan dan kepemimpinan sesuai dengan tujuan dan keinginan bersama masyarakat. Para individu tersebut adalah setara.Mereka menjadi warga negara, bukan subyek dari Raja.

Konsep 'tujuan bersama' yang dibawa oleh Sekuler Liberal kemudian mengarahkan pada pertanyaan mengenai apa itu komunitas individu? Ketika memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai apa yang dimiliki bersama oleh sekumpulan individu yang akan membawa mereka menuju kepentingan bersama, Johann Gottfried Herder penemu istilah nasionalisme berpendapat bahwa kesamaan bahasa menjadi basis kepentingan bersama dari sekumpulan individu, untuk menjadi satu 'bangsa'.

(30)

para pemikir Liberal, yaitu mengenai apa yang membuat satu bangsa berbeda dengan yang lain. Masalah ini masih menjadi perdebatan hingga saat ini.

Orang-orang yang berbicara dengan bahasa yang sama hidup di banyak 'bangsa', bahkan beberapa memiliki kultur, agama serta sejarah yang sama. Konsep bangsa (atau Nasionalisme) dari dulu hingga sekarang masih merupakan konsep buatan yang berubah-ubah, hasil dari pemikiran Sekuler Liberal.

Masalah yang dihadapi oleh pemikir Liberal tentunya adalah bagaimana orang-orang memahami kepentingan nasional tersebut. Dan apa yang terjadi jika ada dari individu tersebut yang memiliki kepentingan dan keinginan berbeda dengan kepentingan dan keinginan bangsanya. Untuk menjawab hal ini, beberapa pemikir Sekuler Liberal meminjam solusi dari teks Yunani Kuno, Demokrasi. Demokrasi Yunani melibatkan rakyat (tidak termasuk wanita dan budak) untuk memilih dan secara langsung menentukan hukum yang ada. Namun konsep ini tidak diambil oleh para pemikir Eropa. Mereka mengubah konsepnya, sehingga rakyat hanya akan memilih sekumpulan manusia (biasanya dari pejabat tinggi) untuk menentukan hukum. Tidak ada satu pun pemikir Liberal terkemuka yang menganjurkan rakyat untuk secara langsung menentukan hukum pemerintahan, mereka hanya bisa menyetujui pemerintahan yang mengatur mereka, dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum, atau memilih perwakilan di bawah Raja. Inilah mengapa negara Sekuler Liberal Modern terganggu dengan turunnya jumlah pemilih dalam pemilihan umum, karena tidak penting partai mana yang pilih, tapi jumlah partisipasi rakyat dalam pemilihan umum melegitimasi sistem tersebut, bukan masalah siapa yang dipilihnya. Jika kebanyakan orang tidak memilih, maka seluruh sistemnya menjadi tidaklegitimate.

Tipe negara baru ini, yang memerintah sebuah 'bangsa', tidak lagi disebut kerajaan namun disebut 'negara bangsa'.

(31)

28 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

surut dan digantikan dengan pikiran baru di seluruh bangsa Eropa sesuatu yang selanjutnya akan disebut 'Barat'.

Setelah kemunculan pemerintahan Liberal Sekuler, politik internasional dan domestik Eropa semakin mengarah ke arah materialistik. Namun ironisnya, perang tanpa henti masih terjadi diantara negara Eropa, bahkan mungkin memperparah perang tersebut. Tetapi, sejak perjanjian Westphalia, perang yang murni berdasarkan ideologi agama tidak lagi terjadi antar orang Eropa. Perang antara Eropa dan kekhilafahan Utsmani juga berkurang.

Penting dicatat bahwa Liberalisme Sekuler hanya muncul sebagai sistem politik di kalangan bangsa Barat di akhir abad ke-18. Sejak permulaan

renaissance Barat di abad ke-12, selama 600 tahun bangsa Eropa berkembang secara teknologi, kebudayaan dan material tanpa sistem politik Liberal, atau bahkan Demokrasi modern. Contohnya Inggris, yang dulunya adalah negara

superpower global dan memimpin inovasi teknologi dari abad ke-18, tidak mengadopsi Demokrasi secara penuh hingga 1918 (200 tahun setelahnya).

Karenanya, pernyataan bahwa Liberalisme Sekuler dan Demokrasi menciptakan perkembangan dan kemajuan sains hanyalah mitos yang disebarkan oleh Liberal modern. Faktanya, Liberal adalah pewaris dari perkembangan material Barat dan penelitian ilmiah yang dimulai dari masa

(32)

Samuel Huntington menulis:

Barat menaklukkan dunia tidak dengan superioritasnya dalam hal gagasan atau nilai-nilai atau agama, namun [mereka menaklukkannya] dengan superioritasnya dalam mengimplementasikan kekerasan terorganisir. Orang Barat seringkali lupa fakta ini, tapi kaum non-Barat tidak pernah lupa. 28

Proyek Liberalisme Sekuler terhadap Dunia & Islam

Sekulerisme liberal muncul pertama kali dari negara protestan, dan lebih lambat menyebar di negara Katolik karena adanya perlawanan dari Gereja Katolik. Liberalisme muncul dari negara Kristen Protestan, yang kemudian menciptakan intoleransi mendalam negara liberal terhadap Katolik. Banyak perang terjadi antara negara Katolik dengan Liberal. Bahkan negara Liberal saling berperang satu sama lain, yang menyebabkan terjadinya perang Napoleonic antara Perancis dan Inggris, serta perang tahun 1812 antara AS dan Inggris.

Negara-negara di bawah pengaruh Katolik sedikit demi sedikit mendapatkan kebebasan dari kontrol Gereja, namun mereka masih mempertahankan beberapa pengaruh Gereja Katolik dalam kebijakan dalam dan luar negerinya. Dengan adanya revolusi Liberal di banyak negara Katolik pada pertengahan abad ke-18, Gereja Katolik dipaksa untuk menerima peran terbatasnya dalam masalah politik. Konsekuensinya, pemerintahan dan negara Liberal mulai toleran terhadap Katolik.

Kekuatan Barat tidak lagi mengobarkan perang untuk menyebarkan Kristen demi Kristen, sekarang mereka mengobarkan perang untuk menyebarkan Liberalisme Sekuler dalam misi yang lahir dari persepsi mereka sendiri, yaitu 'membawa peradaban pada dunia'. Dari sini Liberalisme Sekuler menggantikan Kristen dalam kebijakan luar negeri Barat, dan akhirnya

28

(33)

30 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

menggantikan hampir seluruh hukum domestik Kristen di setiap negara Eropa. Keinginan Liberal untuk 'membuat dunia beradab' bukanlah sebuah keinginan bagi Liberal, tapi sebuah kebutuhan. Sebagaimana Katolik ingin menyebarkan Kristen untuk 'menyelamatkan manusia dari neraka', Liberalism percaya bahwa nilai yang mereka anut adalah universal, dan karenanya wajib dianut oleh semua manusia dengan menggunakan slogan 'kebebasan'. Karena itu, secara ideologis, Liberalisme sejatinya sama agresifnya dengan Katolik dan juga cenderung untuk perang ekspansif, sebagaimana Katolik sebelumnya.

Samuel Huntington menulis:

Kepercayaan Barat mengenai universalnya kultur Barat memiliki tiga masalah: Hal tersebut salah; hal tersebut immoral; dan berbahaya ... Imperialisme adalah konsekuensi logis dari universalisme. 29

Sebelumnya, Barat di bawah gerakanChristendom, menyebabkan Perang Salib berdarah-darah terhadap tanah Muslim, mereka berperang untuk mendapatkan kontrol strategis, yaitu harta, namun yang paling penting, untuk menghentikan persebaran Islam. Tetapi, dengan hilangnya Kristen dari

mindset Barat dan munculnya Liberalisme Sekuler, Islam sekali lagi ditaksir oleh pemikir dan politisi Barat untuk menentukan putusan Liberalisme Sekuler terhadapnya.

Pendiri Liberalisme Sekuler, John Locke menyimpulkan bahwa Muslim tidak punya hak untuk ditolerir di tatanan dunia Liberal, karena ideologi Khalifah mereka merupakan ancaman politik bagi negara Liberal sebagaimana negara Katolik dulunya.

Pejabat pemerintahan Inggris dan penyair, serta penggagas konsep kebebasan berpendapat, John Milton, berpendapat bahwa Katolik seharusnya

29

(34)

dimusnahkan karena ancaman 'kepausan', dan menganggap Islam tidak berbeda dengan Katolik.30

Filsuf liberal terkenal di abad ke-19, John Stuart Mill, pemilik British East India company menegaskan bahwa penjajahan dan penggunaan kontrol yang sewenang-wenang dan kejam adalah legitimate sampai mereka menjadi Liberal.31 Dalam bukunya, Mill menganggap orang Aljazair dan India sebagai bangsa barbar yang harus ditaklukkan, yang dari situ aturan-aturan antar negara 'beradab' tidak perlu diimplementasikan terhadap mereka.32

Filsuf liberal dan pemikir politik Perancis, Alex de Tocqueville, yang secara terbuka mendukung metode penjajahan brutal Perancis di Aljazair, mengatakan bahwa Islam, tidak seperti Kristen, tidak cocok dengan gagasan Liberal dan akan hilang dari kehidupan politik orang Islam.33

Presiden keenam AS, John Quincy Adams mengatakan pada perang Rusia-Utsmani: Karena prinsip utama dari kepercayaan Muslim adalah menaklukkan orang lain dengan perang; maka hanya dengan kekuatanlah doktrin palsu mereka bisa dihapuskan, dan kekuatan mereka dimusnahkan. 34

Gubernur Inggris ketika British menduduki Mesir, Lord Cromer mengatakan: Sangat tidak masuk akal jika kita menganggap Eropa akan menjadi penonton pasif ketika pemerintahan terbelakang yang murni berasaskan prinsip Mohammedan dan gagasan oriental [Islam] berdiri di Mesir. Kepentingan materiil yang dipertaruhkan terlalu penting... Generasi baru Mesir harus dibujuk atau dipaksa untuk menyerap semangat dari peradaban Barat.

30

https://www.dartmouth.edu/~milton/reading_room/areopagitica/text.html 31

John Stuart Mill, On Liberty, Boston, Atlantic Monthly Press, 1921 32

http://www.thelatinlibrary.com/imperialism/readings/mill.html 33

Alexis de Tocqueville, ‘Democracy in America’, volume 2, Chapter 5 34

(35)

32 Negara Bangsa dan Pendirian Peradaban Barat

Dr. William Hunter, hakim di Bengal, dan anggota dewan gubernur jenderal di wilayah jajahan Inggris, India, mengatakan 'Kita harusnya mengembangkan generasi baru dari Mohammedan agar tidak lagi belajar dengan pikiran sempit mereka atau terilhami... oleh doktrin pahit dari hukum-hukum kuno mereka, namun [seharusnya mereka] dipoles dengan pengetahuan yang waras dan ramah dari Barat. 35

William Muir, anggota komite gubernur Inggris untuk India, dan sejarawan orientalis dari kehidupan Muhammad SAW mengatakan: Pedang Muhammad dan Quran adalah musuh yang paling fatal dari peradaban, kebenaran, dan kebebasan yang dunia masih belum ketahui. 36

Dari awal hadirnya pemikiran Liberal, hingga masa mekarnya pada saat terjadinya revolusi Liberal dan proyek penjajahan dunia, kebutuhan dunia liberal untuk menaklukkan dan 'membuat dunia beradab' dalam arti mengubah cara hidup mereka secara langsung meletakkan Liberalisme dan Islam dalam pertentangan alami. Islam, sebagaimana Katolik awal, mengandung cara hidup yang menyeluruh sehingga secara alami menjadi antitesis dari proyek politik Liberal. Karenanya filsuf, pemikir dan politisi liberal sepakat mengenai apa ynag harus dilakukan terhadap dunia Islam mereka akan diinvasi atau dipengaruhi secara kultur dan politik hingga mereka memperturutkan paradigma Liberal.

Ancaman Islam menurut gagasan Liberal Sekuler bukan karena Islam akan memaksa dunia untuk berpindah agama, namun bahwa ia menjadi kompetitor terhadap liberalisme dalam menawarkan cara hidup. Islam dianggap sebagai halangan dan saingan terhadap tatanan dunia baru Liberal tatanan dunia yang diklaim oleh Liberal sebagai tatanan yang universal. Karena itu Islam harus dikalahkan, namun tidak dengan menghancurkan

35

Dr William Hunter,‘Our Indian Musalmans: Are They Bound in Conscience to Rebel against the Queen?’, 1871

36

(36)

langsung sumber ajarannya, karena hal itu pastinya tidak akan mungkin. Liberalisme menggunakan cara intelektual, kultural dan serangan militer, menciptakan perubahan dalam sistem politik di dunia Islam, dan memandang Islam sebagai hal yang usang untuk dipakai dalam kehidupan politik.

(37)

34 Akhir Negara Bangsa?

Akhir Negara Bangsa?

Negara Bangsa dan Hilangnya Kontrol Informasi

Semua negara, dari semua zaman, memiliki pondasi yang sama: sekelompok subyek yang mau menerima pemerintahan. Tanpanya, tidak ada negara yang bisa bertahan. Hal ini berlaku untuk rezim demokratis, rezim sosialis, republik, monarki, teokrasi dan semua bentuk pemerintahan lainnya. Jika rakyat tidak mau, negara akan segera gagal. Meskipun mereka jarang menyebutkannya di depan umum, para operator negara mengetahui hal ini. Itulah sebabnya mereka ingin mengendalikan arus informasi, dan mengapa, dalam suatu krisis, mereka akan menutupnya. Suara yang berlawanan melemahkan legitimasi, dan negara tidak dapat bertahan tanpanya.

Jika sebuah negara tidak memiliki legitimasi lebih banyak dibanding entitas lain, usaha untuk mengumpulkan pajak akan ditolak secara luas; rakyat tidak lagi patuh, atau bahkan tidak mau memperbaiki fasilitas pemerintah. Akhirnya, negara tersebut akan runtuh. Citra legitimasi sangat penting bagi negara, bahkan lebih daripada kekuatan. Bukti dari hal ini adalah Gereja di abad pertengahan: Mereka tidak memiliki kekuatan, namun mereka memerintah selama seribu tahun. Mereka mampu melakukan ini karena satu alasan: Mereka mampu mempertahankan monopoli legitimasi.

Puncak kontrol informasi terjadi pada pertengahan abad ke-20, saat mungkin hampir 98% dari semua berita Amerika keluar dari satu atau dua kode pos di Manhattan. Hal yang sama juga kurang lebih terjadi di belahan dunia lainnya. Tak hanya itu, orang-orang yang menghasilkan berita secara massal adalah kelompok yang cukup homogen. Hadirnya televisi kabel pun tidak banyak menambahkan suara yang berbeda. Tapi kini hadir sosok baru: Internet.

(38)

pengaruh internet. Ledakannya pada tahun 1993 mengejutkan hampir semua orang. Dan, tak lama kemudian, seorang geekberita tunggal mengungkapkan Bill Clinton sebagai pembohong dan orang-orang kecil mampu menumbangkan Dan Rather yang perkasa. Permainan telah berubah.

Pemerintah saat ini menyiasatinya dengan berusaha mengendalikan kontrol Internet dan menggunakannya untuk pengawasan massal. Namun mereka, bersama dengan korporasi besar yang menjadi kawan mereka, mungkin perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat meredamnya secara total. Sementara itu, gagasan yang mempertanyakan atau menentang legitimasi negara semakin menyebar. Di era internet, tidak ada lagigatekeeper.

Negara Bangsa dan Globalisasi

Definisi modern kedaulatan nasional mulai terbentuk dengan munculnya Sistem Westphalia pada abad ke-17. Dan negara bangsa telah menjadi inti kehidupan politik masyarakat manusia sejak saat itu. Namun, globalisasi kini telah menyeret hampir semua negara di dunia ke dalam proses integrasi politik dan ekonomi. Kini, hampir tidak ada negara yang bisa menjaga urusan dalam negerinya tanpa pengaruh dari faktor eksternal.

(39)

36 Akhir Negara Bangsa?

Secara alami, pasar global bertentangan dengan prinsip tradisional sebuah negara berdaulat. Di seluruh dunia, salah satu tren perkembangan politik saat ini, di tengah globalisasi ekonomi, adalah desentralisasi kekuasaan politik. Perusahaan multinasional, seperti Apple, Boeing, Microsoft, Google, Facebook dan Twitter, mempengaruhi banyak perkembangan ekonomi dan politik negara bangsa. Kontrol dan pengelolaan pasar, yang secara tradisional merupakan fungsi negara, sekarang sebagian besar telah diambil alih oleh organisasi supranasional. Dengan kata lain, negara bangsa sering mendapati diri mereka tidak berdaya di depan pasar dunia karena fungsi tradisional mereka telah dilemahkan secara serius.

Dengan demikian, tidak ada satu negara bangsa saat ini yang dapat mengatur pasar keuangan global sendiri.

Faktor internasional telah menjadi varian penting dalam membatasi perkembangan politik internal satu negara. Tidak ada satu negara pun, bahkan yang sebesar AS, Rusia, China, Jepang, Jerman, atau Prancis, yang dapat membuat keputusan mengenai isu-isu nasional utama tanpa sepenuhnya mempertimbangkan pengaruh lingkungan internasional terhadap keputusan tersebut, dan dampak dari keputusan tersebut terhadap lingkungan internasional.

(40)

ekspansi ekonomi dan monopoli keuangan, yang sama sekali mengabaikan kedaulatan nasional. Mereka secara terbuka berusaha mencari hegemoni global.

Apakah teori ini benar atau tidak, kenyataannya memang globalisasi telah mengubah secara signifikan gagasan tradisional tentang kedaulatan nasional. Tatanan dunia baru yang sesuai dengan kemajuan globalisasi telah muncul.

Kenichi Ohmae, seorang konsultan manajemen Jepang dalam bukunya The End of the Nation-State yang diterbitkan pada bulan Juli 1995, sempat membuat heboh. Ia mengungkapkan bahwa negara-negara bangsa, telah kehilangan peran mereka sebagai unit partisipasi yang berarti dalam ekonomi global dunia tanpa batas saat ini. Ohmae menulis bahwa "negara bangsa semakin menjadi fiksi nostalgia."37

Surat kematian tersebut ditegaskan kembali oleh diplomat Prancis Jean-Marie Guéhenno dalam bukunya, The End of the Nation-State. Negara bangsa telah "dilewati oleh permainan transnasional," kata Guéhenno, dan tidak lagi berfungsi sebagai "ruang solidaritas dan kontrol politik alami." Negara bangsa "terlalu jauh untuk bisa mengelola masalah kehidupan kita sehari-hari ... [dan] terlalu terbatas untuk menghadapi masalah global yang mempengaruhi kita."38

Setahun kemudian, akademisi Inggris Susan Strange mengumumkan bahwa pasar dunia saat ini lebih kuat dibanding negara. "Kepala pemerintahan," ungkapnya, "mungkin menjadi orang terakhir yang mengetahui bahwa mereka dan para menteri mereka telah kehilangan otoritas atas masyarakat dan ekonomi nasional yang selama ini mereka miliki."39

37

Kenichi Ohmae,The End of the Nation State: The Rise of Regional Economics, New York, Free Press, h. 12

38

Jean-Marie Guéhenno,The End of the Nation-State, Minneapolis, University of Minnesota Press, 1995, h. 12-13

39

(41)

38 Akhir Negara Bangsa?

Salah satu hal yang dituding sebagai penyebab utama runtuhnya negara bangsa adalah globalisasi ekonomi. Pada tahun 1980an dan 1990an, pemerintah di seluruh dunia membongkar hambatan perdagangan internasional. Perjanjian Uni Eropa mulai berlaku pada bulan November 1993, diikuti oleh Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara pada bulan Januari 1994 dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 1995.

Perubahan teknologi juga berperan. Dunia mulai berhubungan tanpa mengenal perbatasan. Pada tahun 1989, Tim Berners-Lee menemukan konsep World Wide Web. "Internet telah menciptakan budaya di mana pemerintah dan negara tidak sepenting sebelumnya, 40 kata Ray Kurzweil, ilmuwan

komputer dan futuris yang dipekerjakan oleh Google. Kurzweil mengatakan bahwa teknologi mulai menggabungkan dunia ke dalam satu budaya global.

Dia memprediksi bahwa kita telah melewati titik kritis kekuatan negara individu, karena internet dan berita internasional telah menyebar dan menyatukan planet ini. Merger budaya, keuangan, dan teknologi ini terus berlanjut. Sebelum era internet, budaya, keuangan, dan berita cukup terbatas pada satu negara. Saat berita internasional diberitakan, dulu hanya melalui surat kabar nasional. Kini semua itu sudah berubah. Krisis di satu negara, dampaknya juga berpengaruh pada pada dunia. Dunia kini terpapar CNN Effect, 41yang berpotensi merusak otonomi kementerian luar negeri dan para

komandan militer.

"Satu abad yang lalu, negara bangsa cukup superior. Segala sesuatu benar-benar dikendalikan di dalam negara bangsa," lanjut Kurzweil. "Namun kini, kita menjadi satu masyarakat dunia."

40

https://www.inverse.com/article/33057-ray-kurzweil-future-countries 41

(42)

Hal Ini tidak berarti bahwa ketegangan antar bangsa sudah tidak ada lagi, atau bahwa kita tidak lagi menggunakan identitas kebangsaan untuk mendefinisikan diri kita, namun dibandingkan dengan 30 atau 100 tahun yang lalu, Kurzweil berpikir bahwa perbedaan ini sudah mulai memudar.

"Kita membangun sebuah budaya dunia, sebuah sistem hukum dunia. Saya pikir negara bangsa akan terus menjadi kurang berpengaruh, "kata Kurzweil.

Apakah geografi kehilangan relevansinya? Apakah perbatasan negara memiliki arti penting di abad kedua puluh satu? Pengguna internet, yang pada dasarnya tersebar di seluruh dunia, saat ini merupakan komunitas global baru.

Realitas ini telah mengoyak diskursus sosio-ekonomi, bahkan mengubah bagaimana manusia menjalankan kehidupannya sehari-hari. Internet telah membuat dunia begitu saling bergantung, hingga mengaburkan batas-batas fisik dunia sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bisa lepas dari pengaruhnya dan menolak fenomena tersebut.

Menurut World Development Report 2016, meningkatnya akses Internet telah menyebabkan ledakan produksi dan konsumsi informasi di seluruh dunia. Dalam satu hari, 207 miliar email terkirim, 8,8 miliar video YouTube ditonton, trafik web mencapai 2,3 milyar GB, 803 juta tweet, 4,2 miliar pencarian Google, 152 juta panggilan Skype dan 186 juta foto Instagram.42Hal

ini menunjukkan besarnya internet dan luar biasa banyaknya penggunanya.

Internet kini menjadi geografi baru.

Saat ini, seseorang mampu menghasilkan sejumlah besar data yang berkaitan dengan aktivitasnya sepanjang hari, mulai dari soal keuangan, sosial, pendidikan, perdagangan, hiburan, pemerintahan dan setiap aspek lain yang dapat dipikirkan manusia. Data ini menjadi identitas pengguna internet.

42

(43)

40 Akhir Negara Bangsa?

Data yang mencirikan pengguna individu akan menjadi norma baru. Data ini sebagian besar ditangkap oleh platform global seperti Facebook, Google dan lain-lain. Jadi, dalam permainan baru, siapapun yang mampu mengelola data pengguna ini, akan mampu membentuk lanskap politik dan keuangan global.

Kedaulatan suatu negara akan semakin sulit dipertahankan karena akan ada konflik antara loyalitas warga virtual dan warga nyata. Hari ini pengguna internet mencapai 3,4 miliar, dan diprediksi akan segera mencapai lebih dari 7 miliar pada 2020. Fenomena ini akan membuat negara bangsa harus bergelut menghadapi pengaruh lintas perbatasan. Mereka juga harus berjuang keras untuk menyatukan warganya. Platform internet cepat menganalisa dan memberikan informasi yang dibutuhkan para pengguna. Pada akhirnya mereka akan mulai mengelola pengguna, dan perlahan-lahan membawa pengguna menuju pemerintahan ala mereka.

Jika kita melihat skenario global, internet merupakan faktor utama penyebab terjadinya perubahan dinamis kebiasaan, hiburan, pendidikan, ekonomi dan politik lintas budaya. Internet mendorong lebih banyak pertukaran barang dan jasa lintas perbatasan, sehingga memungkinkan konsumen dan perusahaan untuk melewati batas negara. Tak lama lagi, fenomena semacam itu juga akan terjadi dalam percakapan politik dan ekonomi. Akibatnya, dialog politik dan ekonomi dalam negeri juga akan terpengaruh.

Mengapa ini terjadi?

Fakta yang sulit yang dihadapi Pemerintah adalah bahwa mereka sama sekali tidak memiliki bandwidth untuk menangani data dengan skala dan variasi yang sangat besar ini. Selain itu, sistem pemerintahan yang ada saat ini tidak siap untuk menghadapi perubahan skenario sosial politik yang sangat dinamis hari ini.

(44)

manapun, kecuali China dan India. Mereka adalah platform tanpa batas yang masuk melintasi batas negara yang berurusan dengan semua aspek kehidupan manusia. Platform internet ini membentuk dan merancang budaya kerja dan memfasilitasi segala bentuk aktivitas sehari-hari manusia dan cara mereka berasosiasi.

Jika kita melihat berbagai aktivitas manusia hari ini, sebagian besar diatur oleh platform yang disediakan oleh Google, Facebook, dan Twitter, dll. Platform ini membuat manusia terkunci sedemikian rupa sehingga seluruh aktivitas keuangan, politik, hiburan, dan pendidikan yang mereka dilakukan, terjadi melalui platform tersebut. Di sisi lain, e-mail, SMS, WhatsApp dan Skype telah mengambil alih semua jenis layanan komunikasi tradisional.

Internet telah melahirkan norma baru, yang mengubah struktur sosial, pemerintahan dan norma yang ada. Lihatlah dunia pendidikan, hiburan, perdagangan, dan politik misalnya, ketersediaan konten secara online dalam berbagai macam mata pelajaran dalam pendidikan telah mengubah skenario pendidikan secara keseluruhan.

Pemerintah dunia semakin kehilangan kendali atas warganya. Teknologi adalah salah satu penyebab utamanya. Mereka mampu memenuhi kebutuhan setiap pengguna, membantu pengguna mencapai tujuan dan kebutuhannya dengan kecepatan yang sesuai diri mereka masing-masing. Tidak ada lagi satu ukuran yang pas untuk semua.

(45)

42 Akhir Negara Bangsa?

Feed-nya dalam beberapa jam dengan menggunakan triliunan titik data. Perusahaan tersebut memperbarui model pembelajarannya setiap 15 menit sampai dua jam sehingga dapat bereaksi dengan cepat terhadap kejadian terkini.

Selanjutnya, model pengenalan gambar bisa mengenali wajah manusia dengan akurasi 98 persen, meski mereka tidak menghadap kamera secara langsung. Mereka juga mampu mencapai kapasitas untuk mengidentifikasi seseorang dalam satu gambar dari 800 juta gambar yang ada dalam waktu kurang dari lima detik.

Tata kelola internet tidak mengikuti pendekatan tradisional yang dipimpin oleh Pemerintah. Mereka terus berkembang seiring berjalannya waktu. Ini adalah model pemerintahan multipihak, di mana pemerintah, industri, pakar teknis dan masyarakat bersama mengelola internet.

Di sisi lain, seiring dengan meningkatnya dominasi platform global, hal-hal yang terkait dengan privasi pengguna dan keamanan negara seringkali bergantung pada belas kasihan platform ini. Platform ini juga memiliki kekuatan manipulatif dan sarana untuk mengelola para penggunanya. Tidak ada lagi tata kelola generik yang akan mengatur negara. Pengguna internet akan membuat jalan bagi lahirnya netizen lintas batas yang akan diatur oleh platform global. Dengan demikian, permainan baruinternetographytelah lahir, yang akan memberikan tantangan besar bagi negara-negara bangsa, dalam hal pemerintahan dan penyediaan semua jenis layanan dan fasilitas. Pertanyaan pun mengemuka tentang tatanan dunia hari ini.

Gambar

Gambar 1. Peta Amerika Serikat dan Mexico
Gambar 2. Peta etnis dan perbatasan di Afrika
Table 1. Indeks Stabilitas Politik di Negara Muslim (2010)44

Referensi

Dokumen terkait

Khusus mengenai kimia tanah yang berhubungan dengan pertumbuhan suatu vegetasi, O’Hare (1994) menyatakan bahwa dari 92 bahan kimia dasar yang terdapat di alam, kurang dari

Variabel ekonomi yang digunakan tidak berbeda dengan model 1, yaitu pengeluaran per kapita dan kekayaan ( asset ) individu, sedangkan karakteristik individu yang

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

Budaya inovasi amat penting dalam usaha kerajaan memajukan negara, oleh itu beberapa pendekatan perlu dibuat untuk membina budaya inovatif bagi meningkatkan

independensi hakim dalam memutus perkara. 5) Minimnya jumlah dan kualitas/kompetensi yang dimiliki oleh mediator yang berimplikasi pada tidak optimalnya penyelesaian

Berbeda halnya dengan perairan Bangka yang merupakan perairan terbuka, Teluk Kelabat sebagai perairan semi-tertutup akan dominan menyebarkan TSS ke arah TKD akibat

Di samping itu, melakukan analisis gap persyaratan standar dan regulasi Indonesia terhadap FDA untuk mengembangkan strategi perumusan kebijakan keamanan produk

Dari 26 pasien yang diambil dalam penelitian ini yaitu pasien hipertensi rawat jalan (kelompok penggunaan lisinopril pagi 13 pasien dan lisinopril malam 13 pasien)