Ikhtisar
Perkembangan ekonomi makro sampai dengan triwulan III-2004 relatif stabil.
Pertumbuhan ekonomi (PDB) untuk keseluruhan tahun 2004 diperkirakan akan mendekati batas atas perkiraan awal yaitu pada rentang 4,5%-5% (y-o-y). Perkembangan ini seiring dengan kondisi eksternal yang kondusif dan permintaan domestik yang masih terus meningkat. Namun demikian, masih terbatasnya kapasitas ekonomi dan ketidakseimbangan pola ekspansi ekonomi yang masih didominasi oleh peningkatan konsumsi domestik akan dapat mendorong tekanan kenaikan harga serta mempengaruhi pencapaian target inflasi. Mencermati perkembangan tersebut, Bank Indonesia akan tetap melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight bias). Langkah tersebut diperlukan agar pencapaian sasaran inflasi yang rendah dalam jangka menengah dapat terus dipertahankan. Dalam kerangka kebijakan tersebut, upaya penyerapan kelebihan likuiditas secara optimal akan dilanjutkan, dengan tetap memberikan fleksibilitas bagi perubahan suku bunga.
Laju inflasi pada bulan September kembali mengalami penurunan
dibandingkan dengan bulan Agustus. Inflasi bulan September tercatat sangat
rendah, yaitu sebesar 0,02% (m-t-m), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan Agustus yang tercatat 0,09% (m-t-m). Secara tahunan, inflasi pada bulan September juga menurun sebesar 0,40% dari 6,67% (y-o-y) menjadi 6,27% (y-o-y). Penurunan tersebut sepenuhnya dipengaruhi oleh deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,36% yang dapat mengimbangi kenaikan harga yang cukup besar pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang.
Nilai tukar rupiah pada bulan September menguat dan diiringi dengan
volatilitasnya yang menurun. Secara point-to-point rupiah menguat 2,29%
menjadi Rp9155/USD. Secara rata-rata, rupiah menguat 0,72% menjadi Rp9180/ USD. Di sisi sentimen, penguatan rupiah antara lain berkaitan dengan pelaksanaan dan hasil pemilu Presiden yang demokratis dan aman serta penjualan obligasi pemerintah yang telah memberikan ekspektasi positif pada rupiah. Sementara itu, permintaan valas tidak mengalami peningkatan yang berarti sehingga tidak memberikan tekanan kepada rupiah.
Suku bunga instrumen moneter selama bulan September relatif tidak berubah
seiring dengan relatif stabilnya perkembangan ekonomi dan moneter. Stance
kebijakan moneter yang tight biasyang diterapkan Bank Indonesia membawa
dampak minimal pada pergerakan suku bunga SBI 1 bulan. Dibandingkan bulan sebelumnya, suku bunga SBI 1 bulan hanya meningkat 2 bp pada posisi 7,39%, sedangkan suku bunga SBI 3 bulan masih tetap pada posisi 7,31%. Perkembangan tersebut diikuti oleh stabilnya suku bunga FASBI yaitu sekitar 7,0%. Sejalan dengan perkembangan suku bunga instrumen moneter tersebut, suku bunga deposito 1 dan 3 bulan selama Agustus 2004 sedikit meningkat masing-masing sebesar 2 bp dan 5 bp menjadi 6,28% dan 6,54%. Sementara itu, suku bunga kredit
..., nilai tukar rupiah menguat.
Inflasi kembali mengalami penurunan... Perkembangan ekonomi secara umum masih stabil.
2
masih mengalami penurunan. Dalam bulan Agustus 2004, suku bunga kredit modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing menurun sebesar 15 bp, 13 bp dan 22 bp menjadi 13,84%, 14,45% dan 17,08%.
Posisi uang primer pada akhir September 2004 meningkat dibandingkan
dengan bulan Agustus 2004. Posisi uang primer tercatat sebesar Rp175,4 triliun
atau meningkat sebesar Rp2,7 triliun dibandingkan bulan Agustus. Berdasarkan pergerakan harian uang primer, posisi sementara test date rata-rata uang primer (GWM 5%) adalah sebesar Rp156,69 triliun atau tumbuh 15,7% (y-o-y). Dilihat dari sisi komponennya, peningkatan uang primer tersebut utamanya bersumber dari meningkatnya saldo positif bank di Bank Indonesia dan uang kartal di masyarakat masing-masing sebesar Rp1,7 triliun dan Rp0,9 triliun.
Uang beredar (M1 dan M2) mengalami peningkatan. Posisi M2 pada akhir
Agustus 2004 mengalami peningkatan sebesar 0,5% atau Rp5,1 triliun dibandingkan dengan pada bulan Juli sehingga menjadi Rp980,2 triliun. Kenaikan tersebut berasal dari peningkatan uang kuasi dan M1 masing-masing sebesar Rp4,2 triliun dan Rp0,9 trilliun. Sementara itu, posisi M1 (Narrow Money) pada akhir Agustus 2004 juga meningkat sebesar 0,4% atau Rp0,9 triliun menjadi Rp239 triliun. Peningkatan M1 tersebut terutama berasal dari kenaikan uang giral sedangkan uang kartal mengalami penurunan. Peningkatan uang giral di Bank Umum terutama terjadi pada giro milik Pemda Tk. II sebesar Rp1,2 triliun sebagai dampak realisasi dropping dana bagi hasil SDA migas triwulan II 2004 dan giro milik perorangan sebesar Rp1,1 triliun yang terkait dengan pemberian kredit dalam rupiah.
Beberapa indikator perbankan selama bulan Agustus masih menunjukkan peningkatan seperti total aset, penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga
(DPK), sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan modal relatif stabil. Total
aset selama bulan Agustus meningkat Rp25,2 triliun menjadi Rp1208 triliun dan jumlah kredit yang disalurkan pun meningkat Rp17,3 triliun menjadi Rp547,5 triliun. Selain itu DPK perbankan bulan Agustus meningkat sebesar Rp9,8 triliun menjadi Rp919,3 triliun. Perkembangan ini menyebabkan LDR perbankan sedikit meningkat menjadi 47,9%. Modal perbankan juga sedikit meningkat yaitu sebesar Rp2,1 triliun menjadi Rp109,2 triliun. Kualitas aktiva produktif juga mengalami perbaikan seperti tercermin pada NPL-gross dan NPL-net yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,3% dan 0,2% menjadi 7,1% dan 2%. Sementara itu, indikator profitabilitas NIM (Net Interest Margin) belum banyak berubah dari posisi bulan sebelumnya.
.
Uang primer meningkat...
Kinerja
perbankan masih positif.
Perkembangan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Pasar Uang, dan Pasar Modal
Bulan September kembali membukukan inflasi yang sangat rendah (0,02%, m-t-m) setelah bulan Agustus mencatat 0,09% (m-t-m-t-m). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi pada bulan September juga mengalami penurunan sebesar 0,40% dari 6,67%(y-o-y) menjadi 6,27% (y-o-y). Sementara itu, inflasi s.d. bulan September baru mencapai 3,80%.
Inflasi kembali mengalami penurunan...
Penyumbang utama rendahnya inflasi bulan September adalah berasal dari kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar -1,36% (m-t-m). Menurunnya harga kelompok bahan makanan ini dapat meminimalkan kenaikan harga secara keseluruhan di bulan September yang utamanya terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 2,02% (m-t-m), disusul oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,45% (m-t-m) serta kelompok sandang sebesar 0,30% (m-t-m).
... terutama berasal dari deflasi
kelompok bahan makanan.
-3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
Bahan Makanan Sandang
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Mkn Jadi, Mnm, Rokok & Temb. Perumahan Kesehatan Transportasi & Komunikasi
Sumber : BPS
Sumber : BPS
Sumbangan Inflasi
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2002 2003 2004
4,0
Sumber : BPS
m-t-m y-o-y
% y-o-y % m-t-m
Grafik 1. Tingkat Inflasi Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Rp/USD
Sumber : Bloomberg 7.000 8.9218.890 8.922
8.419 8.2308.337
8.508 8.4558.439
8.501 8.4878.3868.432
8.5708.620
Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2003
2002 2004
Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
4,0
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
2002 2003 2004
Sep Headline
Exclusion
4
Inflasi inti masih menurun.
Inflasi inti juga menunjukkan penurunan. Inflasi inti bulan September tercatat sebesar 6,5% (y-o-y), lebih rendah 0,21% dibandingkan 6,71% (y-o-y) pada bulan Agustus. Penurunan inflasi inti ini utamanya terkait pengaruh apresiasi nilai tukar rupiah dengan volatilitas yang rendah serta mulai menurunnya dampak passthrough1 pelemahan nilai tukar rupiah beberapa bulan lalu.
Nilai tukar rupiah bulan September secara point-to-point menguat 2,29% dibandingkan bulan Agustus menjadi Rp9155/USD. Demikian pula secara rata-rata, nilai tukar rupiah menguat 0,72% menjadi Rp9180/USD dari Rp9246/USD pada bulan sebelumnya. Selain itu, volatilitas nilai tukar rupiah juga mengalami penurunan sebesar 0,86% dibandingkan 1,23% pada bulan sebelumnya menjadi 0,37% (Grafik 5).
Di sisi sentimen, penguatan rupiah lebih disebabkan karena faktor positif dari hasil pemilu Presiden dan peacefull campaign. Sementara itu, dari pasar valas, penjualan obligasi pemerintah (maturity 10 tahun) senilai Rp2,5 triliun pada pertengahan September lalu telah mengurangi likuditas rupiah dan memberikan ekspektasi positif pada nilai tukar rupiah. Aksi borong saham oleh overseas investor di pasar saham sedikit mengalihkan perhatian pelaku pasar valas ke pasar saham. Selain itu, permintaan valas selama bulan September nampak belum begitu kuat sehingga tidak memberikan tekanan kepada rupiah.
...terutama karena sentimen positif dan belum kuatnya demand valas ...
Sementara itu, kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan terlihat masih positif sebagaimana terlihat dari masih relatif stabilnya indikator risiko jangka panjang (premi swap 6 dan 12 bulan) sedangkan indikator risiko jangka pendek (premi swap 1 dan 3 bulan) sedikit meningkat. Premi swap 6 dan 12 bulan pada bulan September hanya meningkat masing-masing sebesar 30 dan 45 bps menjadi 4,3% dan 4,95% sedangkan premi swap 1 dan 3 bulan meningkat masing-masing sebesar 262 bps dan 107 bps menjadi 3,92% dan 4,27%. Indikasi positif juga nampak dari angka premi risiko yaitu yield spread antara Yankee Bond dengan US T-Notes, yang selama bulan September yang menurun menjadi 145,9 bp (Grafik 6 dan 7).
...didukung pula oleh kepercayaan investor yang masih positif. Rupiah menguat...
Rata-rata Volatilitas
Persen
Volatilitas Kurs Rp
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0
Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2003 2004
2002
Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 6. Premi SWAP
1,0 3,0 5,0 7,0 9,0 11,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
2003 2004
1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan
Persen
Indeks REER dan BRER meningkat.
Suku bunga instrumen moneter selama bulan September relatif tidak berubah seiring dengan relatif stabilnya perkembangan ekonomi dan moneter. Suku bunga SBI 1 bulan hanya meningkat 2 bps menjadi 7,37% dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada 7,36%, sedangkan suku bunga SBI 3 bulan tetap pada posisi 7,31%. Stabilnya suku bunga SBI tersebut diikuti pula oleh belum berubahnya suku bunga FASBI yaitu pada level 7,0% (Grafik 10).
Suku bunga
Risk Premium (bp) Rp/USD
Jan Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Sumber : Bloomberg
2003 2004
Sumber : CIEC dan blomber (diolah)
Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2002 2003
2001 2004
Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah Grafik 8. Real Effective Exchange Rate
Apresiasi nilai tukar rupiah sedikit mempengaruhi daya saing ekspor Indonesia terhadap negara-negara partner dagang seperti terlihat pada indeks Real Effective Exchange Rate (REER). Indeks REER bulan September sedikit meningkat 0,5 point dari 83,53 pada bulan Agustus menjadi 84,02 (Grafik 8). Selain itu, daya saing Indonesia dengan negara-negara tetangga yang tercermin pada indeks Bilateral Real Exchange Rate (BRER) juga menunjukkan peningkatan. Indeks BRER bulan September meningkat dari 64,69 pada bulan Agustus menjadi 65,31 (Grafik 9). Secara riil daya saing Indonesia masih paling kompetitif dibandingkan negara-negara tetangga seperti Cina, Korea dan Singapore.
Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate Grafik 10. Suku Bunga Instrumen
Moneter dan Pasar Uang
Persen
SBI 1 Bulan
JIBOR 1 Bulan
2003 2004
Sep Jan Feb Mar Apr Jun Jul Ags Sep Okt Des Jan Feb Mar Mei Jun Jul Ags
Indeks
Sumber : CEIC dan Bloomber (diolah)2002 2003 2004 Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
6
SBI 1 Bulan Jam Dep. 1
Dep 1 WA
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
2001 2002 2003 2004
Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore
Grafik 12. Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan
..., diikuti bunga PUAB O/N pagi dan sore...
Belum berubahnya suku bunga instrumen moneter di atas juga memberikan pengaruh kepada relatif stabilnya rata-rata suku bunga PUAB O/N pagi dan sore selama bulan September. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pagi relatif tidak berubah atau hanya meningkat 7 bp dari 6,68% pada bulan Agustus menjadi 6,75% demikian pula rata-rata suku bunga PUAB O/N sore hanya meningkat 20 bp dari 4,93% di bulan Agustus menjadi 5,12% (Grafik 11). Perkembangan ini diikuti oleh relatif rendahnya rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB O/ N pagi dan sore. PUAB O/N pagi menurun sebesar Rp0,16 triliun dari Rp2,2 triliun pada bulan Agustus menjadi Rp2,1 triliun sedangkan PUAB O/N sore mencatat kenaikan sebesar Rp0,16 triliun dari Rp2,7 triliun pada bulan Agustus menjadi Rp2,9 triliun.
Sejalan dengan perkembangan suku bunga instrumen moneter yang relatif stabil, suku bunga simpanan (deposito 1 dan 3 bulan) relatif belum berubah. Suku bunga deposito 1 dan 3 bulan relatif belum berubah atau hanya meningkat sebesar 2 bps dan 5 bps menjadi 6,28% dan 6,54% (Grafik 12). Di sisi lain, suku bunga tabungan turun 5 bps menjadi 4,35%. Sementara itu, suku bunga kredit masih mengalami penurunan. Selama bulan Agustus, suku bunga kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi menurun masing-masing sebesar 22 bps, 15 bps, dan 11 bps menjadi 17,08%, 13,15%, dan 14,45% (Grafik 13). Penurunan yang terjadi pada suku bunga kredit yang diiringi kenaikan suku bunga deposito menyebabkan spread antara suku bunga simpanan dan suku bunga kredit semakin kecil.
Volume Pasar Uang (Miliar Rp) Suku Bunga (%)
0,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
2003 2004
Covered interest rate parity masih positif. 0,020,17 0,26 -0,06
-0,20 -0,27 -0,19 -0,47 -0,76-0,57
0,63
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Covered Interest Rate Parity
Trend (Covered Interest Rate Parity)
Persen
2002 2003 2004
Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja
13
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags
2002 2003 2004
2001
Grafik 13. Perkembangan Suku Bunga Kredit Grafik 14. Covered Interest Rate Parity
Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
330
Sumber : BEJ
Kapitalisasi (Rp miliar)
IHSG
2003 2003
Grafik 15. IHSG dan Kapitalisasi
Covered interest parity (CIP) pada bulan September tercatat masih positif yaitu
dari 4,44% bulan Agustus menjadi 1,63% (Grafik 14)2. Hal tersebut utamanya
disebabkan oleh masih cukup tingginya suku bunga JIBOR 1 bulan walaupun premi swap 1 bulan dan suku bunga luar negeri (SIBOR) meningkat masing-masing menjadi 3,92% dan 1,84%. Perkembangan ini menunjukkan bahwa insentif penanaman dana di dalam negeri secara riil masih menarik bagi investor dengan menjanjikan return yang masih positif.
Pasar modal dalam bulan September mengalami bullish3. Pada tanggal 17 September 2004, terjadi pembelian saham oleh pihak asing senilai USD408 juta sehingga mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah yaitu 815,486. Secara point to point, IHSG bulan September meningkat sebesar 60,87 point dari 754,704 pada bulan Agustus menjadi 815,582. Hal yang sama juga nampak pada cukup besarnya peningkatan pada kapitalisasi pasar yaitu sebesar Rp41,5 triliun dari Rp514,19 triliun bulan Agustus menjadi Rp555,74 triliun (Grafik 15). Net beli investor asing di bursa terlihat meningkat sebesar Rp564,1 miliar pada saat bullish namun pada akhir bulan net beli investor sedikit menurun.
IHSG mengalami bullish...
2 Covered interest rate parity = suku bunga dalam negeri (JIBOR 1 bulan) – suku bunga luar negeri
(SIBOR 1 bulan) – premi swap (1 bulan).
8
Rata-rata nilai transaksi harian di pasar saham pada saat bullish melonjak sebesar Rp10 triliun dari Rp6,9 triliun menjadi Rp17 triliun sedangkan di akhir bulan menurun kembali menjadi Rp5,5 triliun. Perkembangan yang sama nampak pula dari rata-rata volume transaksi harian saat bullish yang sempat meningkat sebesar 12,7 miliar lembar dari 6,9 miliar lembar saham pada akhir bulan Agustus menjadi 19,6 miliar saham namun di akhir bulan rata-rata volume transaksi harian menurun menjadi 5,5 miliar saham.
Uang Primer
Posisi uang primer pada akhir September 2004 meningkat sebesar Rp2,6 triliun dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi Rp175,35 triliun. Berdasarkan pergerakan harian uang primer, posisi sementara test date rata-rata uang primer dengan menggunakan GWM lama (5%) adalah sebesar Rp156,69 triliun atau tumbuh 15,7% (y-o-y), masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp173,87 triliun. Sementara itu, bila menggunakan ketentuan GWM baru (8%), test date sementara uang primer adalah Rp171,47 triliun, masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp173,8 triliun (Grafik 16). Dilihat dari sisi komponennya, peningkatan uang primer tersebut utamanya bersumber dari meningkatnya saldo positif bank di BI dan uang kartal di masyarakat masing-masing sebesar Rp1,7 triliun dan Rp0,9 triliun.
..diikuti pula
Apabila dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer tersebut terutama bersumber dari ekspansi tagihan bersih kepada pemerintah (net claim on central government) sebesar Rp5,1 triliun.
...terutama
2002 2003 2004
estimasi (2) = estimasi (1) + error
Aktual
estimasi (1) = trend+seasonal
Jan
Aktual Test Date
Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags
2002 2003 2004
...,sementara NIR stabil dan NDA meningkat.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
2004
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
2003 2004
NIR (aktual)
NIR (adjusted target)
Grafik 18. Posisi NDA Grafik 19. Posisi NIR
NIR pada bulan September relatif stabil atau hanya menurun Rp0,6 triliun menjadi Rp165,6 triliun (Grafik 18). Sementara itu, NDA (aktiva domestik bersih) meningkat sebesar Rp3,2 triliun dari Rp6,4 triliun pada bulan Agustus menjadi Rp9,7 triliun (Grafik 19).
Ags
172.680 174.152 173.169 169.933 175.351 2.671
113.360 115.193 113.192 110.528 116.076 2.716
96.919 100.782 98.870 96.307 97.893 974
16.441 14.411 14.322 14.221 18.183 1.742
58.568 58.237 59.260 58.637 58.548 -20
185 0 0 0 0 -185
753 723 716 768 727 -26
166.245 164.367 163.970 165.658 165.631 -614
6.435 9.785 9.199 4.275 9.720 3.285
199.034 199.949 204.527 205.955 204.140 5.106
16.492 16.493 16.497 16.483 16.373 -119
12.764 12.765 12.769 12.755 12.645 -119
0 0 0 0 0 0
3.728 3.728 3.728 3.728 3.728 0
35.096 35.093 35.092 35.092 35.077 -19
-139.357 -136.237 -140.312 -147.378 -139.297 60
-117.190 -117.307 -117.083 -120.316 -62.865 54.325
-22.167 -18.930 -23.229 -27.062 -76.432 -54.265
-104.830 -105.513 -106.605 -105.877 -106.573 -1.743
57.578 57.489 58.083 57.547 57.018 -560
990 748 1.177 1.090 1.530 540
Tabel 1. Uang Primer dan Faktor yang Mempengaruhinya
(Miliar Rp)
Uang Primer
Uang kertas dan logam yang diedarkan - di masyarakat
- di perbankan
Giro bank pada Bank Indonesia porsi BBO & Bank tanpa TPL* Giro sektor swasta
Cadangan Devisa Bersih (NIR)
Aktiva Domestik Bersih
1. Tagihan bersih kepada pemerintah 2. Tagihan pada bank komersial a. Kredit likuiditas
b. Tagihan kepada BPPN dan bank non BPPN c. Utang lainnya
3. Tagihan lainnya 4. Operasi Pasar Terbuka
- SBI - FASBI
5. Lainnya Bersih (NOI)
Memorandum item GWM
Kelebihan GWM
10
Likuiditas Domestik
Posisi M2 pada akhir Agustus 2004 mengalami peningkatan sebesar 0,5% dari Rp5,1 triliun pada bulan Juli menjadi Rp980,2 triliun. Secara tahunan, M2 pada akhir Agustus 2004 tumbuh sebesar 8,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 8,1%. Peningkatan ini berasal dari naiknya uang kuasi dan M1 masing-masing sebesar Rp4,2 triliun dan Rp 0,9 triliun. Peningkatan uang kuasi berasal dari naiknya uang kuasi rupiah sebesar Rp3,8 triliun sementara uang kuasi valas hanya meningkat Rp0,4 triliun (Grafik 20).
Perkembangan M2 meningkat…
Jan 2002
Mar Mei Jul Sep Nov Jan 2003
Mar Mei Jul Sep Nov Jan 2004 Mar Mei Jul %, y-o-y
(10) (5) 0 5 10 15 20
M1 Riil M2 Riil
Grafik 20.Pertumbuhan M1 & M2 Riil Grafik 21. Pertumbuhan Divisia dan M2
-5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0
Growth Divisia M2 Growth M2 Poly. (Growth Divisia M2)
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
2001 2002 2003 2004
Persen
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan M2 tersebut utamanya disebabkan oleh pengharuh ekspansi tagihan perbankan pada sektor swasta (Claim on Business Sector/CBS) sebesar Rp16,4 triliun sehingga posisinya pada akhir Agustus mencapai Rp576,6 triliun. Peningkatan CBS tersebut disebabkan oleh peningkatan kredit rupiah sebesar Rp12,3 triliun dan kredit valas sebesar Rp4,5 triliun. Sementara itu, Net Foreign Assets (NFA) pada bulan Agustus 2004 menurun sebesar Rp0,4 triliun sehingga posisinya mencapai Rp264,7 triliun. Operasi keuangan pemerintah memberikan pengaruh kontraksi pada M2 sebagaimana terlihat pada penurunan Net Claims on Central Government (NCG) sebesar Rp2,2 triliun, sehingga posisinya pada akhir Agustus 2004 tercatat sebesar Rp474,4 triliun (Tabel 2).
Indeks money divisia menurun.
Grafik 22. APU 1, APU 2, dan rasio C/DPK
Peningkatan yang terjadi pada simpanan berjangka menyebabkan indeks money divisia selama bulan Agustus menurun walaupun secara tren masih cenderung meningkat (Grafik 21). Sementara itu, peningkatan yang terjadi pada M2 dan M1 yang lebih besar daripada uang primer menyebabkan proses penciptaan uang mengalami peningkatan seperti yang nampak dari peningkatan M1 (APU 1) dan M2 (APU 2) (Grafik 22). APU1 (M1/M0) Skala Kanan C/DPK (%)
Persen Persen
2002 2003 2004
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
KOMPONEN M2
M2 Rupiah M1 - Uang Kartal - Uang Giral Uang Kuasi
- Uang Kuasi Rupiah = Deposito Rupiah = Tabungan Rupiah - Simpanan Valas (dalam miliar USD)
FAKTOR NFA NCG
Claims on Business Sector Kredit
- Kredit Rupiah - Kredit Valas Lainnya NOI
Memorandum Item Nilai Tukar (posisi neraca)
Tabel 2. Perkembangan Uang Beredar Dalam Arti Luas
Des 2002
Jul Ags Sep Des Jan Mei Jun Jul Ags (%,y-o-y)
(dalam miliar Rp, posisi)
INDIKATOR BESARAN MONETER
883.908 901.713 905.499 911.224 955.692 947.277 935.161 975.166 975.090 980.223 8,25
743.443 764.292 771.362 773.712 816.514 805.289 793.103 827.176 830.803 835.510 8,32
191.939 196.589 201.859 207.587 223.799 216.343 218.999 233.726 238.059 238.959 18,38
80.686 77.053 80.283 81.118 94.542 90.619 86.794 97.574 97.220 96.919 20,72
111.253 119.536 121.576 126.469 129.257 125.724 132.205 136.152 140.839 142.040 16,83
691.969 705.124 703.640 703.637 731.893 730.934 716.162 741.440 737.031 741.264 5,35
551.504 567.703 569.503 566.125 592.715 588.946 574.104 593.450 592.744 596.551 4,75
359.847 364.615 361.120 354.362 350.885 346.347 327.722 334.336 330.888 332.524 -7,92
191.657 203.088 208.383 211.763 241.830 242.599 246.382 259.114 261.856 264.027 26,70
140.465 137.421 134.137 137.512 139.178 141.988 142.058 147.990 144.287 144.713 7,88
15.71 16.16 15.72 16.39 16.44 16.82 16.54 15.72 15.74 15.51 -1,29
250.696 244.898 243.435 240.781 271.820 269.714 287.824 280.070 265.103 264.686 8,73
510.351 506.861 481.622 481.552 479.885 486.229 449.011 468.907 476.648 474.424 -1,49
389.296 425.448 432.499 441.205 466.826 461.827 477.504 549.966 551.132 567.559 31,23
365.410 397.187 403.544 411.696 437.942 432.738 446.593 486.067 488.407 505.242 25,20
271.851 303.480 310.657 318.820 342.027 335.129 347.363 376.034 380.369 392.686 26,41
93.559 93.707 92.889 92.877 95.917 97.610 99.231 110.033 108.038 112.556 21,17
23.886 28.261 28.955 29.509 28.884 29.089 30.911 63.899 62.725 62.317 115,22
-266.434 -275.494 -252.059 -252.483 -262.839 -270.493 -279.178 -323.777 -317.792 -326.446 29,51
8.940 8.505 8.535 8.389 8.465 8.441 8.587 9.415 9.168 9.328
12
Sektor Eksternal
Nilai ekspor Indonesia selama bulan Agustus tercatat sebesar USD5,91 miliar atau meningkat 4,15 % dibandingkan USD5,675 miliar pada bulan Juli (Tabel 3). Peningkatan ini utamanya bersumber dari peningkatan ekspor minyak dan gas sebesar 6,8% dari USD1,23 miliar pada bulan Juli menjadi USD1,31 miliar pada bulan Agustus, sementara ekspor non migas hanya mengalami peningkatan sebesar 3,4% dari USD 4,445 miliar pada bulan Juli menjadi USD4,597 miliar pada bulan Agustus. Sementara itu, nilai ekspor non migas untuk 10 komoditas utama pada Agustus 2004 meningkat 2,09% dibandingkan dengan Juli 2004. Peningkatan tertinggi pada ekspor non migas terjadi pada biji, kerak, dan abu logam.
Total ekspor meningkat...
Nilai impor pada bulan Agustus mencapai posisi USD4,02 miliar, menurun USD0,09 miliar dibandingkan dengan posisi bulan Juli yaitu USD4,11 miliar (Tabel 4). Penurunan ini bersumber dari menurunnya impor non migas dan migas (minyak mentah) masing-masing sebesar USD0,11 miliar dan USD0,08 menjadi USD2,98 miliar dan USD0,46 miliar. Sementara itu komponen impor migas lainnya yaitu hasil minyak mengalami peningkatan sebesar USD0,11 miliar.
Keterangan
Nilai CIF % Perubahan % Perubahan % Peran Thd
Ags2004 Thd Jan-Ags Jan-Ags Jul 2004 2004 thd 2003 2004
4.114,1 4.024,7 21.325,2 29.101,7 -2,17 36,47 100,00
1.011,2 1.038,9 5.010,3 7.088,6 2,74 41,48 24,36
545,5 462,1 2.559,5 3.844,9 -15,29 50,22 13,21 463,8 576,4 2.437,6 3.238,1 24,28 32,84 11,13
1,9 0,4 13,2 5,6 -78,95 -57,58 0,02
3.102,9 2.985,8 16.314,9 22.013,1 -3,77 34,93 75,64
Tabel 4. Impor Indonesia
(Juta USD)
Juli Agustus Jan-Ags Jan-Ags 2004 2004 2003 2004
Sumber : BPS Total Impor
Migas
Minyak Mentah Hasil Minyak Gas
Non Migas Keterangan
Nilai FOB % Perubahan % Perubahan % Peran Thd
Ags2004 Thd Jan-Ags Jan-Ags Jul 2004 2004 thd 2003 2004
Total Ekspor
Migas
Minyak Mentah Hasil Minyak Gas
Non Migas
Tabel 3. Ekspor Indonesia
(Juta USD)
Juli Agustus Jan-Ags Jan-Ags 2004 2004 2003 2004
Sumber : BPS
5.675,6 5.910,9 40.747,9 43.089,9 4,15 5,75 100,00
1.230,4 1.313,9 9.230,5 9.963,7 6,79 7,94 23,12
486,9 509,4 3.754,4 4.086,7 4,62 8,85 9,48 135,8 149,7 1.166,7 1.103,3 10,24 -5,43 2,56 607,7 654,8 4.309,4 4.773,7 7,75 10,77 11,08
4.445,2 4.597,0 31.517,4 33.126,2 3,42 5,10 76,88
Posisi pinjaman luar negeri Indonesia pada bulan Agustus mencapai USD132,2 miliar, meningkat USD0,18 miliar dibandingkan USD132 miliar posisi bulan Juli (Tabel 5). Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya pinjaman LN swasta sebesar USD0,9 miliar menjadi USD52,38 miliar sedangkan pinjaman LN pemerintah relatif tetap yaitu sebesar USD77 miliar pada akhir Agustus 2004. Kenaikan pinjaman LN swasta bersumber dari pinjaman lembaga keuangan maupun pinjaman bukan lembaga keuangan yang meningkat masing-masing sebesar USD0,54 miliar dan USD0,40 miliar menjadi USD7,9 miliar dan USD44,4 miliar.
...sementara pembayaran pinjaman LN meningkat. Posisi pinjaman luar negeri naik USD0,18 miliar...
Pembayaran pinjaman luar negeri Indonesia pada bulan Agustus meningkat USD0,1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, sehingga menjadi USD1,53 miliar. Peningkatan tersebut terutama berasal dari meningkatnya pembayaran pokok dan bunga pinjaman LN masing-masing sebesar USD0,08 miliar dan USD0,02 miliar menjadi USD1,2 miliar dan USD0,2 miliar. Berdasarkan pemiliknya, peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pembayaran pinjaman LN pemerintah sebesar USD0,17 miliar menjadi USD0,8 miliar sedangkan pembayaran pinjaman LN swasta menurun sebesar USD0,06 miliar menjadi USD0,72 miliar (Tabel 6).
2 0 0 3
Pemerintah Swasta
Lembaga Keuangan
Bank Non Bank
Bukan Lembaga Keuangan
Surat-Surat Berharga
Total
Tabel 5. Posisi Pinjaman Luar Negeri
(Juta USD)
* Angka Sementara
Mar Jun Sep Des Jan Mar Jun Jul Ags*)
74.513 76.008 77.709 81.666 81.480 81.217 78.591 76.988 77.080
53.750 53.288 52.991 51.942 52.839 52.836 52.080 51.436 52.382
7.806 7.056 7.571 7.537 7.726 7.968 7.587 7.432 7.974
4.850 4.059 4.414 4.316 4.385 4.479 3.766 3.546 4.044 2.956 2.997 3.157 3.221 3.341 3.489 3.821 3.886 3.930
45.944 46.232 45.420 44.405 45.113 44.868 44.493 44.004 44.408
1.203 1.290 1.253 1.794 1.759 2.626 2.467 3.668 2.811
129.466 130.586 131.953 135.402 136.078 136.679 133.138 132.092 132.273
14
Pertumbuhan ekonomi masih stabil...
Sektor Riil
Pertumbuhan ekonomi masih stabil dan konsumsi masih menopang pertumbuhan ekonomi walaupun investasi mulai tumbuh cukup signifikan. Pertumbuhan investasi yang tinggi tersebut secara keseluruhan belum meningkatkan kapasitas ekonomi. Selain itu, ekspor tumbuh terbatas sejalan dengan masih rendahnya kapasitas dan daya saing terkait dengan belum optimalnya investasi sedangkan impor tumbuh cukup tinggi seiring dengan masih tingginya permintaan dalam negeri. Secara sektoral, pertumbuhan positif terjadi hampir di seluruh sektor. Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan tumbuh moderat sedangkan sektor transportasi, bangunan dan perdagangan diperkirakan tumbuh cukup tinggi.
Keyakinan dunia usaha prospek kegiatan ekonomi ke depan juga meningkat. Hal ini tercermin dari membaiknya beberapa indikator sisi penawaran seperti meningkatnya indeks keyakinan konsumen dan indeks ekspektasi konsumen. Indeks keyakinan konsumen meningkat sebesar 2,2 point dari 98,4 bulan Agustus menjadi 100,7 bulan September demikian pula indeks ekspektasi konsumen meningkat 3,9 point dari 116,4 pada bulan Agustus menjadi 120,2 bulan September (Grafik 23).
Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia
Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing
- Pokok / Principal - Bunga / Interest
A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest
B. Swasta / Private - Pokok / Principal - Bunga / Interest B.1. Lembaga Keuangan
- Pokok / Principal - Bunga / Interest 1. Bank
- Pokok / Principal - Bunga / Interest
2. Bukan Bank / Non Bank Institutions - Pokok / Principal
- Bunga / Interest B.2. Bukan Lembaga Keuangan
- Pokok / Principal - Bunga / Interest
(Miliar USD)
* Angka Sementara
Mar Sep Des
2 0 0 3 Total
2003 Total
2002
Keterangan 2 0 0 4
Jan Mar Jun Jul Ags*
...beberapa indikator penawaran membaik.
20.983 1.293 1.717 1.966 18.900 1.464 1.990 2.697 1.419 1.529
16.950 1.135 1.524 1.471 15.669 1.216 1.788 2.123 1.183 1.268
4.033 158 193 496 3.231 248 203 574 236 261
7.374 358 498 781 6.450 680 697 1.147 629 804
5.009 248 355 398 4.000 456 539 682 423 608
2.365 110 143 383 2.451 224 158 465 206 196
13.609 935 1.219 1.186 12.449 784 1.294 1.550 790 725
11.941 886 1.170 1.073 11.669 760 1.249 1.441 760 660
1.668 48 50 113 780 24 45 109 30 65
5.808 398 440 423 5.656 382 772 791 377 324
5.323 391 435 395 5.521 379 768 780 373 315
485 7 4 28 136 3 5 11 4 9
4.825 308 381 372 5.0 78 351 701 756 359 271
4.372 307 379 345 4.965 349 699 746 356 262
453 1 1 27 113 2 1 10 3 9
983 90 59 51 579 31 72 35 18 53
951 84 56 50 556 30 68 34 17 53
32 6 3 1 23 1 3 1 1 0
7.801 537 780 762 6.793 402 521 759 413 401
6.617 496 735 677 6.148 381 481 661 387 345
Survei pada perusahaan Jepang di Indonesia yang dilakukan oleh JETRO juga menunjukkan masih tingginya permintaan domestik dan inventory (Grafik 24). Perkembangan serupa terlihat pula dari naiknya indeks produksi dari 132,47 pada bulan Agustus menjadi 133 bulan September (Grafik 25). Walaupun beberapa indikator sisi penawaran menunjukkan perbaikan namun hal tersebut belum sepenuhnya menggunakan kapasitas produksi yang tersedia. Total utilisasi kapasitas produksi selama September menurun 1,5 point dari 47,84 pada bulan Agustus menjadi 46,34 yang utamanya bersumber dari penurunan pada utilisasi industri kertas, percetakan dan penerbitan serta industri barang dari logam (Grafik 26).
Grafik 23. Survei Konsumen Grafik 24. Survei JETRO
Indeks produksi meningkat namun belum optimal.
Difussion Indeks
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40
Permintaan:ekspor Permintaan: domestik
Inventory Harga jual:domestik
2003
2001 2002 2004
Ags-Sept Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags
Indeks
40,0 60,0 80,0 100,0 120,0
2002 2003 2004
Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen
optimis pesimis
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Sep
Grafik 25. Indeks Produksi Grafik 26. Utilisasi Kapasitas Produksi
0 20 40 60 80
Total Makanan Tekstil Kimia
Persen
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Ags
2002 2003 2004
40 60 80 100 120 140 160 180 200
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Indeks Total Makanan, minuman & Tembakau Tekstil, pak. jadi & kulit Kimia, m. bumi, btbara, karet & plastik
2002 2003 2004
16
Total aset, kredit dan DPK masih membaik...
Kondisi Perbankan
Beberapa indikator perbankan selama bulan Agustus masih menunjukkan peningkatan khususnya total aset, penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) (Tabel 7). Sementara itu LDR dan modal relatif belum banyak berubah. Total aset selama bulan Agustus telah meningkat Rp25,2 triliun dari Rp1183 triliun pada bulan Juli menjadi Rp1208 triliun pada bulan Agustus sementara jumlah kredit yang disalurkan sampai dengan bulan Agustus juga meningkat sebesar Rp17,3 triliun menjadi Rp547,5 triliun (Grafik 28). Selain itu DPK perbankan bulan Agustus meningkat sebesar Rp9,8 triliun dari bulan Juli lalu menjadi Rp919,3 triliun (Grafik 27).
Peningkatan jumlah kredit yang disalurkan yang diimbangi pula oleh meningkatnya DPK telah membuat LDR perbankan pada bulan Agustus meningkat tipis sebesar 1,1% menjadi 47,9%. Sementara itu, modal perbankan hanya meningkat sebesar Rp2,1 triliun menjadi Rp109,2 triliun.
...sementara LDR dan modal relatif tetap.
Keterangan
1.112,2 1.117,8 1.100,0 1.102,9 1.113,6 1.130,4 1.141,0 1.068,4 1.157,2 1.150,0 1179,4 1185,7 1183 1208,2 835,8 834,3 838,7 844,1 856,2 866,3 877,8 902,3 889,1 881,6 895,1 912,8 909,5 919,3 410,3 402,6 420,5 428,0 441,1 454,2 475,7 477,2 475,0 485,9 513,4 528,7 530,2 547,5 38,4 37,5 39,7 39,9 40,3 42,0 43,7 43,2 40,1 43,7 45,6 46,4 46,8 47,9 23,0 23,5 24,6 22,8 22,9 19,6 20,5 19,3 23,8 23,5 21,4 20,9 21 21,0 8,1 8,4 8,2 8,3 8,3 7,9 8,1 8,2 8,2 7,8 7,8 7,6 7,40 7,1 2,1 2,1 0,6 1,0 1,3 1,3 1,8 3,0 2,8 2,7 2,4 2,1 2,2 2,0 4,0 3,8 4,0 3,9 4,4 4,7 4,9 3,2 5,2 5,7 5,3 5,4 5,4 5,3 93,0 95,5 98,1 98,4 100,0 106,3 110,5 110,8 117,9 120,9 119,8 108,6 107,1 109,2
(Triliun Rp)
Des-02 Jan-03 Mar-03 Mei-03 Jul-03 Sep-03 Nov-03 Des-03 Jan-04 Mar-04 Mei-04 Jun-04 Jul-04 Ags-04 Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan
B a n k
Persetujuan Realisasi Proporsi
Miliar Rp Proporsi (%)
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
2003
2002 2004
Grafik 27. Dana Pihak Ketiga Grafik 28. Persetujuan dan Realisasi Kredit Baru
0
Triliun Rp Total DPK (Triliun Rp)
Giro Tabungan Deposito Total
2002 2003 2004
Kredit Per jenis (Triliun Rp) Total Kredit (Triliun Rp)
Channeling Total Kredit Total Adjst Investasi Konsumsi
Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4
Ags
Grafik 29. Kredit Rupiah Perbankan
Triliun Rp
Jan Mar Mei Jul Okt Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul 3,30 3,854,013,78
3,63
2002 2003 2004
0,0
Jan Mar Mei Juli Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Juli
Persen Trilion Rp
kredit (kanan) NPLs (%) (kiri) NPLs Net (%) (kiri)
2002 2003 2004
Grafik 30. Perkembangan NPL Grafik 31. Perkembangan Posisi NIM Perbankan
Peningkatan jumlah kredit di atas, berasal dari naiknya ketiga jenis kredit yaitu kredit modal kerja, kredit konsumsi dan kredit investasi. Kredit modal kerja pada bulan Agustus meningkat sebesar Rp9,9 triliun dari Rp251,29 triliun di bulan Juli menjadi Rp261,22 triliun sementara kredit konsumsi juga meningkat sebesar Rp4,7 triliun dari Rp126,56 triliun pada bulan Juli menjadi Rp131,32 triliun. Kredit investasi di sisi lain hanya meningkat Rp2,1 triliun dari Rp110,55 triliun pada bulan Juli menjadi Rp112,71 triliun (Grafik 29).
Ketiga tipe kredit meningkat.
NPL-gross dan net membaik.
CAR masih stabil.
NPL perbankan pada bulan Agustus 2004 masih menunjukkan perbaikan. NPL gross menurun 0,3% dari 7,4% pada bulan Juli menjadi 7,1% demikian pula NPL net menurun sebesar 0,2% dari 2,2% pada bulan Juli menjadi 2% (Grafik 30). Selain itu, posisi NIM (Net Interest Margin) perbankan bulan Agustus relatif belum banyak berubah dari posisi bulan sebelumnya atau hanya menurun 0,1% menjadi 5,3% (Grafik 31).
18
Prospek
Pertumbuhan PDB sampai dengan triwulan III-20044 diperkirakan masih
stabil dan berada pada kisaran 4,4%-4,9% (y-o-y) sementara untuk keseluruhan tahun 2004 diperkirakan akan berada pada batas atas perkiraan
semula sebesar 4,5%-5% (y-o-y). Namun demikian, pola pertumbuhan ekonomi
diramalkan masih belum berimbang yang ditandai oleh pertumbuhan yang tinggi pada konsumsi. Investasi diperkirakan mulai tumbuh cukup tinggi pada beberapa triwulan terakhir namun secara keseluruhan belum dapat meningkatkan kapasitas ekonomi. Sementara itu, ekspor diproyeksikan tumbuh terbatas sejalan dengan masih rendahnya kapasitas dan daya saing, sedangkan impor masih tumbuh cukup tinggi seiring dengan masih tingginya permintaan domestik. Dari sisi penawaran, kecuali sektor pertambangan, seluruh sektor ekonomi domestik diprakirakan masih tumbuh positif dimana sektor transportasi, bangunan dan perdagangan diperkirakan akan mencatat pertumbuhan cukup tinggi.
Inflasi IHK triwulan IV-2004 diperkirakan akan cenderung meningkat. Secara
umum inflasi triwulan IV-2004 akan dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi, faktor eksternal (imported inflation) dan juga meningkatnya permintaan aggregat yang dipicu oleh faktor musiman bulan Ramadhan, perayaan hari-hari besar keagamaan dan tahun baru.
Nilai tukar rupiah pada triwulan IV-2004 diperkirakan menguat terkait
dengan sentimen positif terbentuknya pemerintahan baru. Dari sisi
fundamental, supply valas yang bersumber dari neraca pembayaran diperkirakan meningkat. Dari sisi sentimen, faktor risiko sosial politik diperkirakan akan semakin membaik pasca Pemilu walaupun patut diwaspadai adanya faktor eksternal yaitu terus berlanjutnya tightening cycle Fedres. Faktor ini diperkirakan masih akan mewarnai pergerakan mata uang dunia termasuk rupiah.
..., inflasi IHK triwulan IV-2004 cenderung meningkat...
...kurs rupiah triwulan IV-2004 diperkirakan menguat.
4 Sejak akhir Mei 2004, BPS mengubah tahun dasar PDB dari tahun 1993 menjadi 2000.
PDB triwulan III-2004
* angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 r) revisi
1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang
3) penutupan pada akhir periode 4) closed file
Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDBdari BPSw. I 2004*)
Jan Mar Jun Des Feb Mar Jun Ags Sep
SEKTOR KEUANGAN
Indikator Terkini
12,69 11,40 9,53 8,31 7,48 7,42 7,34 7,37 7,39 12,94 11,97 10,18 8,34 7,70 7,33 7,25 7,31 7,31 12,64 11,90 10,31 6,62 5,99 5,86 6,23 6,28 na 13,49 12,90 11,55 7,14 6,38 6,11 6,31 6,54 na 12,71 11,72 9,81 8,35 7,55 7,38 7,15 7,11 7,11 425 398 505 692 761 736 730 753 816
127.407 125.211 132.403 166.474 142.518 142.730 166.474 172.681 175.325 180.111 181.239 195.219 223.799 219.033 218.821 233.717 252.377 na 75.908 72.323 77.091 94.542 86.846 86.616 97.565 110.337 97.893 104.203 108.916 118.128 129.257 132.187 132.205 136.152 142.040 na 873.683 877.776 894.554 955.692 935.745 934.983 975.157 993.641 na 693.572 696.537 699.335 731.893 716.712 716.162 741.440 741.264 na 550.357 558.977 564.313 592.715 575.282 574.104 593.450 596.551 na 362.553 370.692 363.460 350.885 332.373 327.722 334.336 332.524 na 187.804 188.285 200.853 241.830 242.909 246.382 259.114 264.027 na 143.215 137.560 135.022 139.178 141.430 142.058 147.990 144.713 na 730.468 740.216 759.532 816.514 794.315 792.925 827.176 835.510 na
382.536 400.353 417.875 466.826 465.114 477.504 549.966 567.559 na
358.084 376.141 390.563 437.942 437.040 446.593 486.067 505.243 na
0,80 -0,23 0,09 0,94 -0,02 0,36 0,48 0,09 0,02 8,74 7,12 6,62 5,06 4,60 5,11 6,83 6,67 6,27
8.940 8.908 8.285 8.465 8.447 8.587 9.400 9.246 9.155 3.936 4.008 4.197 3.717 3.763 3.871 4.340 4.597 na 2.322 2.267 1.862 2.335 2.117 2.183 2.721 2985.8 na 21,81 22,68 23,66 24,20 24,10 25,70 23,70 23,75 23,66
3,65 4,35 4,46 4,32
4,64 5,01 6,43 5,35
1,09 0,68 4,24 9,25
4,04 6,48 0,85 3,07
0,01 1,78 6,54 8,96
2 0 0 3 2 0 0 4
Tw. II Tw. IV Tw.I Tw. II
SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) BEJ Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money
M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)
Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T)
Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah
Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum
Inflasi bulanan (%) y-y %
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi
Investasi Ekspor Impor
HARGA
SEKTOR EKSTERNAL
INDIKATOR KUARTALAN