• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-2 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-2 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH

SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-2 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2014 – 2015 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Rabu

2. Tanggal : 8 April 2015

3. Waktu : 14.00 WIB – Selesai 4. Tempat : R. Rapat Nusantara V

5. Pimpinan Sidang : 1. H. Irman Gusman, SE.,M.BA (Ketua DPD RI) 2. GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI)

3. Prof. Dr. Farouk Muhammad (Wakil Ketua DPD RI) 6. Sekretaris Sidang : 1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal

DPD RI)

2. Zul Evi Astar, S.H. (Wakil Sekretaris Jenderal DPD RI) 7. Panitera Adam Bachtiar, S.H., M.H. (Kepala Biro Persidangan II) 8. Acara : Penyampaian Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun

2014 dan Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan kepada DPD RI.

9. Hadir : Orang

(2)

II. JALANNYA SIDANG:

PIMPINAN SIDANG: H. IRMAN GUSMAN, S.E., M.B.A. (KETUA DPD RI)

Bapak-Ibu sekalian, sesuai dengan agenda Sidang Paripurna Luar Biasa, sebagaimana surat yang disampaikan oleh Setjen, hari ini kita memulai acara tunggal rapat Paripurna Luar Biasa ini dengan agenda penyampaian ikhtisar hasil pemeriksaan semester ke-II tahun 2014 dan penyerahan laporan hasil pemeriksaan kepada DPD RI. Untuk itu, saya mohon kepada seluruh anggota DPD karena tamu kita Ketua BPK dan Wakil Ketua dan seluruh anggota hadir, untuk itu mari kita mulai acara yang penting ini.

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om swastyastu.

Sebelum kita memulai Sidang Paripurna Luar Biasa DPD, marilah kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kepada seluruh Anggota Dewan yang saya hormati dan seluruh hadirin dan tamu terhormat kami untuk sejenak kita berdiri dan bersama-sama kita menyanyikan lagu kebangsaan kita Indonesia Raya.

PEMBICARA: PADUAN SUARA

Hiduplah Indonesia raya… Indonesia tanah airku Tanah tumpah darahku Di sanalah aku berdiri Jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku Bangsa dan Tanah Airku Marilah kita berseru Indonesia bersatu Hiduplah tanahku Hiduplah negriku

Bangsaku Rakyatku semuanya Bangunlah jiwanya

Bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya Indonesia Raya Merdeka Merdeka

Tanahku negriku yang kucinta Indonesia Raya

Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya

(3)

Indonesia Raya Merdeka Merdeka

Tanahku negriku yang kucinta Indonesia Raya

Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya

PIMPINAN SIDANG: H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Hadirin kami persilakan untuk duduk kembali.

Berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal sampai tadi sebelum kita menyanyikan lagu Indonesia Raya dan saya lihat masing-masing anggota masih terus berdatangan. Telah hadir 68 orang dari 130 anggota dewan dengan demikian Sidang Paripurna ini telah memenuhi syarat untuk kami buka. Dengan mengucapkan

Bismillahirrahmanirrahim, Sidang Paripurna Luar Biasa ke-2 Dewan Perwakilan Daerah ini

kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

KETOK 1X

Sidang dewan yang mulia.

Sesuai dengan jadwal acara Sidang Paripurna hari ini mempunya agenda tunggal yaitu penyampaian ikhtisar hasil pemeriksaan semester 2 tahun 2014 dan penyerahan laporan hasil pemeriksaan BPK Republik Indonesia. Pada kesempatan sore ini telah hadir ke acara Sidang Paripurna ini langsung yaitu Ketua BPK Republik Indonesia Dr. H. Harry Azhar Azis, M.A. Beliau didampingi oleh Wakil Ketua BPK Bapak Drs. Sapto Amal Damandari, silakan berdiri Pak biar tambah kenal, tambah akrab teman-teman kalau ada apa-apa dengan teman di BPK. Kemudian, Anggota II BPK Bapak Agus Joko Pramono hadir, kemudian Anggota III BPK Bapak Prof. Dr. Eddy Mulyadi Supardi, kemudian Anggota V BPK Republik Indonesia Bapak Dr. Moermahadi Suryajaya Negara. Saya tidak sebutkan gelarnya terlalu panjang S.E., Akuntan, M.M., C.P.A kalah Pak Prof. Dr. Farouk Muhammad, apalagi saya. Ini saya sebut nama saja mohon maaf. Anggota VI BPK Prof. Dr. Bahrullah Akbar. Kemudian, Anggota VII BPK Pak Achsanul Qosasi.

Baik, Bapak-Ibu yang saya hormati.

Sidang Paripurna Luar Biasa ke-2 ini memang agak berbeda dengan apa yang telah kita agendakan di waktu Sidang Panmus yang lalu. Yang tadinya diagendakan tanggal 17 April bertepatan waktu itu adalah masa akhir masa sidang tetapi dikarenakan bahwasanya kita harus menyerahkan Hapsem ini pada tanggal 17 April kepada DPR, dan juga sesuai dengan pembicaraan saya dengan Ketua BPK untuk bisa diagendakan hari ini yang membuat bergesernya beberapa acara dan ini adalah hasil kesepakatan antara Pimpinan DPD dan ketua komite di mana ini adalah salah satu kewenangan DPD untuk menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 249 Ayat (1) huruf G Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR/DPR/DPD/DPRD. Untuk itu, kita akan memasuki agenda penyampaian ikhtisar hasil pemisahan semester II tahun 2014 dan nanti akan dilanjutkan penyerahan laporan hasil pemeriksaan BPK.

Sebelum kami mempersilakan Saudara Ketua untuk menyampaikan sambutan, kami ingin juga mengucapkan selamat datang dan bergabung kepada saudara Drs. H. Abdurrahman Lahabato, silakan berdiri, yang telah dilantik pada tanggal 27 Maret 2015 kemarin. Ini wajah lama, anggota baru, jadi beliau ini 2009-2014. Beliau ini PAW dari Provinsi Maluku Utara yang menggantikan saudara Drs. H. Mudaffar Sjah Sultan Ternate yang meninggal dunia. Kita harapkan Saudara Abdurrahman Labato dapat bekerja secara

(4)

maksimal untuk menjalankan tugas-tugas khususnya untuk lebih meningkatkan lagi kinerja kelembagaan dewan kita.

Bapak-ibu sekalian, karena ini tunggal jadi kita persilakan kepada saudara Ketua BPK untuk menyampaikan sambutan dan penjelasan hasil pemeriksaan semester ke-II yang telah dilakukan. Ini tentu bahan yang sangat penting buat kita dan tugas konstitusional kita. Untuk itu, kami persilakan.

PEMBICARA: Dr. H. HARRY AZHAR AZIS, M.A. (KETUA BPK RI)

Yang terhormat Ketua DPD RI.

Yang kami hormati Wakil Ketua DPD RI.

Yang kami hormati Wakil Ketua dan para Anggota BPK RI yang mendampingi sama-sama saya, tadi sudah diperkenalkan oleh Ketua DPD,

dan yang kami hormati seluruh Anggota DPD RI yang terima kasih kami sampaikan atas kesediaan mendengar laporan BPK RI pada semester ini.

Para hadirin yang saya muliakan,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.

Pertama-tama, marilah kita kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu

Wa Ta'ala karena pada hari ini kita dikaruniai rahmat untuk dapat menghadiri Sidang

Paripurna DPD yang sangat mulia ini.

Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya, hari ini BPK menyerahkan ikhtisar hasil pemeriksaan semester atau IHPS dan laporan hasil pemeriksaan atau LHP semester II tahun 2014 kepada DPD RI dengan resmi. Penyerahan IHPS dan LHP kepada rakyat melalui wakil-wakilnya di DPD bertujuan untuk memberikan informasi secara keseluruhan mengenai hasil pemeriksaan BPK atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam kurun waktu satu semester yang lalu. IHPS II tahun 2014 mengalami perubahan penyajian dari IHPS sebelumnya. Saya ingin memberikan contoh IHPS kami sebelumnya dalam bentuk buku yang setebal ini dan IHPS yang sekarang dibuat agak ringkas dan memenuhi seluruhnya dalam buku yang akan bisa Bapak-bapak dan Ibu-ibu peroleh pada saatnya.

Penyajian IHPS sebelumnya memang dikelompokkan berdasarkan jenis pemeriksaan dalam 5 format buku terpisah. Kali ini IHPS II tahun 2014 disajikan dalam satu buku dengan sistematika berdasarkan pengelolaan keuangan negara yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMD serta BUMN dan badan-badan lainnya, serta ditutup dengan bab terakhir mengenai pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan penyelesaian kerugian negara. Perubahan ini dimaksud agar IHPS lebih mudah dipahami sekaligus memberikan informasi yang lebih komprehensif kepada DPD dan para pemangku kepentingan BPK lainya sehingga lebih membantu pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.

Pimpinan Sidang Paripurna dan hadirin yang kami muliakan.

Pada semester II 2014, BPK memeriksa 651 objek pemeriksaan yang terdiri dari 135 objek pada pemerintah pusat, 479 objek pada pemerintah daerah dan BUMD, serta 37 objek BUMN dan badan lainnya. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, terdiri dari 73 objek pemeriksaan keuangan, 233 pemeriksaan kinerja, dan 345 pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dari pemeriksaan 651 objek pemeriksaan tersebut, BPK menemukan sebanyak 7.950 temuan pemeriksaan yang di dalamnya terdapat 7.789 masalah ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan senilai 40,55 triliun dan 2.482 masalah mengenai kelemahan Sistem Pengendalian Internal (SPI). Dari masalah ketidakpatuhan tersebut, sebanyak 3.293 masalah berdampak pada pemulihan keuangan negara, daerah, atau keuangan perusahaan negara yang nilainya sebesar 14,74 triliun. Masalah berdampak finansial tersebut

(5)

mengakibatkan kerugian negara 1,42 triliun. Potensi kerugian negara 3,77 triliun dan kekurangan penerimaan 9,55 triliun. Selain itu, terdapat 3.150 masalah ketidakpatuhan yang mengakibatkan ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan yang nilainya sebesar 25,81 triliun. Selama proses pemeriksaan, entitas telah menindaklanjuti masalah ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan negara dengan penyerahan aset atau penyetoran ke kas negara, daerah, atau perusahaan senilai Rp 461,11 miliar.

Pimpinan Sidang Paripurna dan hadirin yang kami hormati.

Pada semester II 2014, BPK tidak memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), termasuk Laporan Keuangan Kementerian Negara dan Lembaga tahun 2013 karena sudah diperiksa pada semester I 2014 yang telah kami laporkan ke DPD pada menjelang tutup tahun yang lalu, dan laporannya sudah disampaikan di dalam IHPS semester I 2014. Dari pemeriksaan atas LKPP (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat) dan LKKL (Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga), BPK memberikan opini wajar dengan pengecualian atas LKPP tahun 2013. Sampai saat ini, laporan keuangan pemerintah pusat belum mencapai predikat WTP. Adapun atas laporan keuangan kementerian lembaga, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian sebanyak 64 Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga atau sebesar 74% yang telah mencapai opini WTP. Opini WTP kepada 19 kementerian dan lembaga atau sebesar 22% dan tidak memberikan pendapat kepada 3 kementerian dan lembaga atau sebesar 4%. Kami sering menyampaikan di dalam beberapa sidang badan bahwa yang opini tidak wajar dan tidak memberikan pendapat itu mirip dengan laporan sampah yang tidak bisa kita periksa. Untuk pemerintah daerah pada semester II 2014, BPK memeriksa 68 dari 524 laporan keuangan pemerintah daerah pada semester II 2014 atau 13%. Untuk 456 laporan keuangan pemerintah daerah lainnya sudah diperiksa di semester lalu dan dimuat di IHP semester I 2014 yang telah disampaikan kepada DPD. Secara keseluruhan, dari 524 laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2013, terdapat 156 LKPD memperoleh opini 30 opini WTP yang jumlahnya kurang lebih 30% dari 524 pemerintah daerah yang memperoleh opini tertinggi terbaik, yaitu hanya 156 pemerintah daerah. Selebihnya, 311 pemerintah daerah itu memperoleh opini WDP, 11 pemerintah daerah memperoleh opini tidak wajar, dan 46 pemerintah daerah memperoleh opini tidak menyertakan pendapat. Jelas sekali dari perolehan opini tersebut menunjukkan adanya pada umumnya entitas kementerian negara dan lembaga lebih baik dari pengelolaan laporan keuangan dibandingkan dengan pemerintah daerah. Kondisi seperti ini harus menjadi perhatian pemerintah pusat untuk lebih mendorong dan meminta pemerintah daerah dalam mengelola laporan keuangan sehingga menjadi lebih baik sebab perolehan opini WTP merupakan salah satu indikator pencapaian

good governance dalam pengelolaan keuangan.

Secara umum, kualitas laporan keuangan pemerintah semakin meningkat. Ini terlihat dari perolehan opini WTP yang semakin banyak dari 44 entitas di tahun 2009 atau 57% menjadi 64 entitas di tahun 2013 atau 74% untuk pemerintah pusat. Sementara, untuk pemerintah daerah dari tahun 2009, RKPD yang memperoleh opini WTP hanya 3% atau 15 pemerintahan daerah dan di tahun 2013 mencapai 156 pemerintah daerah atau 30%. Meskipun sudah terjadi peningkatan opini WTP, namun pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus terus meningkatkan upayanya untuk bisa mencapai target RPJMN 2010 – 2014, yakni tahun 2014 ditargetkan WTP untuk kementerian dan lembaga sebesar 100%, dalam kenyataannya baru tercapai 74%. Untuk pemerintah daerah, ditargetkan pencapaian opini WTP 60%, dalam kenyataannya baru 30%.

Pimpinan Sidang Paripurna dan hadirin yang kami hormati.

Dari pemeriksaan semester II 2014, BPK menemukan masalah yang perlu mendapat perhatian pemerintah pusat. Masalah tersebut, antara lain persiapan pemerintah pusat belum sepenuhnya efektif untuk mendukung penerapan sistem akuntansi pemerintah berbasis akrual

(6)

di tahun 2015. Dalam pengelolaan penerimaan negara dari sektor minyak dan gas di Kementerian Keuangan, terdapat masalah penerimaan pajak dari pajak bumi dan bangunan sektor migas. Atas masalah tersebut, BPK tidak dapat melaksanakan pemeriksaan pajak sektor migas sesuai dengan program pemeriksaan yang telah ditetapkan BPK karena BPK tidak memperoleh dokumen yang lengkap sesuai dengan permintaan dokumen yang telah disampaikan kepada Menteri Keuangan. Dari pengujian terbatas yang bisa dilakukan BPK menemukan masalah senilai 1,12 triliun berasal dari potensi PBB migas terhutang minimal sebesar 666,23 miliar dan potensi kekurangan penerimaan PBB migas tahun 2014 minimal sebesar 454,38 miliar. Masih terkait dengan perpajakan, pada semester II 2014, BPK memeriksa DJP (Direktorat Jenderal Pajak) yang meliputi dua objek pemeriksaan, yaitu program Sensus Pajak Nasional atau SPN dan pelaksanaan pelayanan terhadap wajib pajak. BPK tidak dapat melakukan penilaian atas efektivitas program SPN dan efektivitas pelayanan terhadap wajib pajak karena DJP tidak menyampaikan dokumen yang diminta oleh BPK, tidak dapat melaksanakan prosedur pemeriksaan karena pada akhir pemeriksaan, BPK tidak memperoleh seluruh data dan informasi yang diminta kepada Menteri Keuangan. Atas adanya pembatasan pemeriksaan tersebut dalam rangka optimalisasi penerimaan negara dari sektor pajak, BPK meminta dengan hormat kepada DPD untuk mengupayakan pembuatan kebijakan yang memungkinkan BPK dapat melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan prosedur pemeriksaan yang ditetapkan.

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri. Jika ada pembatasan yang selalu terjadi secara berulang setiap pemeriksaan perpajakan berarti BPK tidak bebas dan tidak mandiri lagi. Jelas sekali hal ini sangat tidak sesuai dengan perintah konstitusi dan bisa menghambat optimalisasi penerimaan negara. Dari pemeriksaan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), BPK menemukan 137 kontrak proyek pembangunan transmisi dan gardu induk terhenti karena izin kontrak tahun jamak tidak diperpanjang. Akibatnya, hasil proyek yang belum selesai senilai 5,38 triliun tidak dapat dimanfaatkan dan terdapat kerugian negara senilai 562,66 miliar atas sisa uang muka yang tidak dikembalikan oleh para penyedia barang jasa tersebut. Hal ini terjadi karena Menteri Keuangan kurang cermat dalam memberikan izin kontrak tahun jamak untuk proyek-proyek tersebut.

Pimpinan dan Anggota DPD yang saya muliakan.

Pada semester II 2014 BPK memeriksa 37 objek pemeriksaan BUMN dan badan lainnya. Dari pemeriksaan atas laporan keuangan Badan Pengelolaan Dana Abadi Umat, BPK memberikan opini WDP kepada laporan keuangan BP Dana Abadi Umat tahun 2011, 2012, dan 2013. Laporan keuangan BP Dana Abadi Umat menunjukkan total aset per 31 Desember 2013 sebesar 2,45 triliun. Dari pemeriksaan tersebut, BPK menemukan masalah, diantaranya aset-aset yang dibeli dari Dana Abadi Umat tidak dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangannya. Terdapat aset yang belum dapat ditelusuri keberadaannya dan aset tidak dilengkapi dengan bukti kepemilikan. BPK juga menemukan penyertaan saham Dana Abadi Umat di rumah sakit haji belum berstatus dan nilainya, belum jelas status dan nilainya, serta belum dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangannya.

Dalam pemeriksaan atas BUMN PT. Pengembangan Armada Niaga Nasional (PT. PANN), BPK menemukan kerugian senilai 55,05 miliar dari pembiayaan anja piutang fiktif sehingga piutang tersebut macet. BPK merekomendasikan menteri BUMN meminta pertanggungjawaban Direksi PT. PANN serta jajarannya yang diindikasikan terlibat dalam menyusun skema Anja piutang. Untuk pemeriksaan atas tata kelola kegiatan hulu migas oleh SKK Migas, BPK menemukan masalah lain, ketidakpatuhan K3S terhadap ketentuan cost

recovery yaitu dengan membebankan biaya-biaya yang tidak sepantasnya dibebankan ke

(7)

dilunasi, penjualan kondensat belum dibayar pembeli. Hal tersebut mengakibatkan kekurangan penerimaan negara senilai 6,19 triliun.

Pimpinan dan anggota DPD.

Pada semester II tahun 2014 BPK memeriksa 68 LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) yang baru diterima laporannya pada semester II 2014 setelah melewati ketentuan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 56 Ayat (3) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, laporan keuangan harus sudah disiapkan kepada BPK paling lambat 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir atau paling lambat pada akhir bulan Maret. Atas masih adanya keterlambatan penyampaian laporan keuangan tersebut, BPK terus mendorong kepada pemerintah pusat untuk bisa menyelesaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Kami mungkin merekomendasikan untuk memberikan semacam punishment dan itu kami serahkan kepada DPD RI. Jumlah pemerintah daerah sampai dengan semester I 2014 adalah 542. Namun dari jumlah tersebut yang telah menyusun LKPD tahun 2013 hanya 524 pemerintah daerah. Total aset 524 LKPD pada tahun 2013 senilai 2,006 triliun total kewajiban senilai 21,04 triliun dan total equitas senilai 1990,75 triliun sedangkan total pendapatan dan belanja tahun 2013 adalah senilai 726,56 triliun dan senilai 709,77 triliun. Dengan jumlah aset equitas pendapatan dan belanja yang besar tersebut, pemerintah daerah memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan di daerah. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemerintah daerah dapat mengelola dan mengadministrasikan keuangannya dengan baik dan benar yang diukur dengan indikator perolehan opini WTP dan pengunaan keuangan negara yang ekonomis, efisien dan efektif. Dalam 5 tahun terakhir, opini atas laporan keuangan sudah semakin baik. Secara keseluruhan tahun 2009 baru ada 15 pemerintah daerah atau 3% yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian, sedangkan pada tahun 2013 jumlahnya mencapai 156 pemerintah daerah atau 30% dari total pemerintah daerah yang mencapai opini WTP. Kemajuan ini patut mendapat apresiasi meskipun harus terus didorong untuk semakin maju seperti halnya kemajuan di kementerian dan lembaga. Jika dilihat dari tingkat pemerintahan, pemerintah provinsi mempunyai kemajuan yang lebih baik diikuti oleh pemerintah kota dan kemudian pemerintah kabupaten. Pada tahun 2009, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota masing-masing memperoleh opini WTP sebanyak 3%, 2%, dan 7%. Pada tahun 2013, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota meningkat menjadi 48%, 26%, dan 38% dan umumnya LKPD belum memperoleh opini WTP karena masih ada kelemahan-kelemahan seperti persediaan tidak ditatausahakan dengan baik, tidak ada stock opname dan kartu persediaan, pengelolaan aset tetap masih lemah, yaitu tidak diketahui keberadaannya, tidak ada bukti kepemilikan, dan tidak ada nilainya, penatausahaan kas masih lemah, yaitu kas tidak ada di bendahara, kas belum di setor ke kas daerah, dan pertanggungjawaban realisasi anggaran belanja barang dan jasa tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Selain masalah tersebut, BPK juga menemukan masalah-masalah yang perlu mendapat perhatian. Masalahnya, antara lain sistem pengelolaan aset tetap dalam mendukung penyusunan laporan keuangan tidak memadai, penggunaan sistem aplikasi komputer belum optimal dalam mendukung pengelolaan keuangan, aplikasi Simda barang milik daerah belum sepenuhnya siap dalam menunjang pencatatan akutansi berbasis akrual dan persiapan pemerintah daerah dalam menerapkan laporan keuangan berbasis akrual belum memadai. Dalam pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah, BPK menemukan antara lain ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian daerah senilai 285,78 miliar yang terjadi di 68 pemerintah daerah. Kerugian tersebut karena belanja tidak sesuai ketentuan, kekurangan volume pekerjaan, dan kelebihan pembayaran atas belanja modal, serta biaya perjalanan dinas dan pembayaran honorarium yang melebihi standar yang ditetapkan.

Masalah tersebut, antara lain pencairan rekening kas daerah tahun 2013 tanpa menggunakan surat perintah pencairan dana SP2D senilai 35 miliar di Kabupaten

(8)

Mamberano Raya dan pengeluaran belanja barang dan jasa tidak sesuai ketentuan senilai 8 miliar di Sulawesi Utara. BPK juga menemukan potensi kerugian daerah senilai 1,29 triliun yang terjadi di 43 pemerintah daerah karena aset berupa mesin, peralatan dan aset lainnya tidak diketahui keberadaanya. Dalam masalah ini, Bokota Palangkaraya mengalami potensi kerugian paling besar, yaitu sebesar 1,18 triliun. Dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu BPDT, BPK menemukan masalah dalam pengelolaan pendapatan daerah. Terdapat kekurangan penerimaan di 27 pemerintah daerah senilai 132,23 miliar meliputi antara lain penerimaan negara, daerah yang belum diterima disetor ke kas negara atau daerah dan pengenaan tarif pajak pendapatan negara bukan pajak yang lebih rendah dari ketentuan. Dalam pengelolaan belanja daerah, BPK menemukan antara lain kekurangan volume pekerjaan, kelebihan pembayaran, belanja tidak sesuai dengan ketentuan, dan spesifikasi barang tidak sesuai dengan kontrak, yaitu sebesar 275,52 miliar. Dari pemeriksaan pengelolaan BPD dan BPR, BPK menemukan proses pemberian kredit tanpa didukung analisis kredit yang memadai, ada pinjaman yang nilai agunannya di bawah nilai pinjaman, jaminan tidak disertai dengan surat kuasa membebankan hak tanggungan, dan dana pinjaman digunakan tidak sesuai dengan perjanjian, hal ini mengakibatkan potensi kerugian BPD dan BPR senilai 151,80 miliar.

Selain hasil pemeriksaan tersebut, dalam pemeriksaan kinerja atas penyediaan air bersih pada 103 pemerintah daerah, BPK menyimpulkan pada umumnya penyediaan air bersih melalui PDAM pada pemerintah daerah belum mencapai target. Masalah yang perlu menjadi perhatian, antara lain pemerintah daerah belum menetapkan kebijakan dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum dalam bentuk dokumen yang ditetapkan peraturan daerah. PDAM belum memiliki database pelanggan yang akurat dan mutakhir, pemerintah daerah tidak melakukan fit dan proper test dalam perekrutan calon direksi PDAM, dan upaya menurunkan tingkat kehilangan air belum dilaksanakan baik. BPK juga melakukan pemeriksaan kinerja atas program penanggulangan kemiskinan, salah satu program anggaran untuk rakyat menuju sejahtera (anggur merah) pada pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur. Pengelolaan program pembangunan desa Kelurahan Mandaili tersebut belum dilaksanakan secara efektif dalam mendukung pengurangan angka kemiskinan di provinsi NTT. Hal ini disebabkan dana yang terlalu kecil, jenis usaha yang membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan adanya informasi dana tersebut merupakan hibah atau tidak perlu dikembalikan, tidak ada pengaturan tentang sanksi atas keterlambatan, atau tidak dikembalikannya pinjaman dana, dan kelompok masyarakat yang belum menerapkan sistem usaha bersama.

Salah satu sumber penghasilan asli daerah adalah pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, PBB P2. PBB P2 adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan dan atau bangunan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang mengatur hal yang fundamental yaitu dialihkannya PBB P2 menjadi pajak daerah. BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas pengelolaan PBB P2 dengan tujuan untuk menilai efektivitas kegiatan pendataan objek dan piutang PBB P2 pada Dispenda. Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa kegiataan pendataan objek dan piutang PBB P2 belum efektif. Masalah yang utama adalah data objek pajak PBB P2 yang dimiliki oleh Dispenda belum akurat. Atas masalah tersebut, BPK merekomendasikan kepada para kepala daerah agar memerintahkan kepala Dispenda untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pengelolaan data PBB P2 secara optimal, termasuk pembuatan peta blog.

Pimpinan Sidang dan para hadirin yang saya muliakan.

Pada periode 2010-2014, BPK menyampaikan 215.991 rekomendasi yang bernilai 77,61 triliun kepada entitas yang diperiksa. Tindak lanjutnya adalah sebanyak 120.003 rekomendasi atau 55,56% atau senilai 26,30 triliun telah tindaklanjuti dengan sesuai

(9)

rekomendasi. 50.770 rekomendasi atau sebesar 27,21% yang angkat absolutnya 36,97 triliun belum sesuai dan atau dalam proses tindak lanjut. 36.608.865 rekomendasi yang bernilai 13,83 triliun belum ditindaklanjuti dan 353 rekomendasi senilai 516,67 miliar tidak dapat ditindaklanjuti. Tindak lanjut berupa penyerahan aset dan atau penyetoran ke kas negara daerah dan perusahaan secara kumulatif di tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 16,05 triliun dari total rekomendasi yaitu sekitar 20,08%. Di antara penyetoran penyerahan aset sebesar 16,05 triliun tersebut terdapat penyetoran penyerahan aset pada semester II tahun 2014 atas 17.284 rekomendasi yang nilainya 3,35 triliun. Jumlah penyetoran kas penyerahan hasil tersebut merupakan jumlah uang aset negara yang berhasil diselamatkan oleh BPK.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk menjamin pembayaran kerugian negara daerah, BPK berwenang memantau penyelesaian kerugian negara daerah. {emantauan dilakukan terhadap data kerugian negara daerah yang berupa tuntutan ganti rugi terhadap bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, pihak ketiga pengelola BUMN, BUMD, dan pengelola badan lainnya. Pada periode 2003 sampai semester I 2014 BPK memantau 24.294 kasus kerugian negara atau daerah senilai Rp4,01 triliun dengan tingkat penyelesaian 6.328 kasus telah diangsur, yang nilai angsurannya sebesar 332,71 miliar, 9.750 kasus telah dilunasi nilainya sebesar Rp210 ,68 miliar, dan 127 kasus dihapus senilai Rp7,42 miliar. Sisa kerugian negara daerah sampai semester I 2014 sebanyak 15.170 kasus senilai Rp3,46 triliun. Pada periode 2003-2014 BPK menyampaikan temuan pemeriksaan yang mengandung unsur pidana kepada instansi yang berwenang atau penegak hukum sebesar 227 surat yang memuat 442 temuan senilai Rp43,83 triliun. Dari 442 temuan tersebut instansi yang berwenang telah menindaklanjuti sebanyak 377 temuan atau 85,29% terdiri atas sebanyak 40 temuan berupa pelimpahan, 92 temuan penyelidikan, 66 temuan penyidikan, 23 temuan penuntutan dan persidangan, 131 temuan telah diputus pengadilan, 15 temuan dihentikan penyidikannya, dan lain-lainnya sebanyak 10 temuan.

Pimpinan DPD dan Anggota DPD yang kami muliakan.

Sekali lagi kami ingin menegaskan dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur pengelolaan keuangan negara harus dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pengelolaan keuangan negara harus diupayakan memperoleh opini WTP atas laporan keuangannya dan mengelola keuangan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Dengan demikian, setiap rupiah yang dikeluarkan oleh negara digunakan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik dan transparan serta harus mampu meningkatkan kemakmuran rakyat seluruh Indonesia setiap tahunnya.

Demikianlah hal-hal yang kami sampaikan dalam Sidang Paripurna DPD yang terhormat ini, kami berharap informasi yang kami sampaikan dalam ikhtisar hasil pemeriksaan semester dan laporan hasil pemeriksaan BPK semester II 2014 dapat mendukung tugas dan wewenang DPD sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BPK selalu membuka diri pada Pimpinan dan Anggota untuk mendalami temuan-temuan yang kami sampaikan. Kami membuka diri setiap komite, berkonsultasi dengan kami Pimpinan dan kami akan siap untuk mendatangi DPD memberikan informasi lebih lanjut. Demikianlah laporan kami pada sidang DPD yang kami hormati ini.

Terakhir, Wabilahitofiq wal hidayah.

(10)

PEMBICARA: MC

Penandatanganan berita acara penyerahan hasil pemeriksaan oleh Ketua DPD RI dan Ketua BPK RI. Pimpinan DPD RI beserta Pimpinan BPK RI disilakan menuju tempat yang telah disiapkan. Dilanjutkan dengan penyerahan hasil pemeriksaan semester II tahun 2014 dari Ketua BPK RI kepada Ketua DPD RI.

Pimpinan DPD RI beserta Pimpinan BPK RI dipersilakan menuju tempat yang telah disiapkan.

PIMPINAN SIDANG: H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Sidang Dewan Yang Mulia.

Tadi kita telah mendengarkan laporan daripada penyerahan iktisar pemeriksaan semester II yang disampaikan oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang tadi telah secara resmi kita terima dan tentu secara khusus nanti akan kami pelajari dan nanti akan ditindaklanjuti melalui Komite IV dan Badan Akuntabilitas Publik, dan masukan tersebut juga akan menjadi bahan dalam menyusun pertimbangan DPD atas rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan APBN.

Sidang Dewan yang berbahagia.

Dari penjelasan Ketua BPK tadi kita mengetahui laporan pemeriksaan semester II tahun 2014 ini memuat hasil pemantauan tindaklanjut rekomendasi hasil pemeriksaan dan hasil pemantauan penyelesaian kerugian negara dan daerah. Tadi kita kita telah mendengar dengan jelas ya beberapa temuan yang tidak ingin saya ulangi kembali ya, cukup jelas dan untuk itu nanti dari hasil pemeriksaan BPK tersebut ya, sebagai wakil daerah tertentu perlu menaruh perhatian terhadap beberapa kasus pemeriksaan terhadap kementrian yang menjadi partner kerja DPD, diluar apa yang disampaikan tadi, yaitu :

1. Mengenai kasus swasembada kedelai di Kementrian Pertanian. 2. Penerapan SAP berbasis akural di Kementerian Keuangan.

3. Pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.

4. Penerimaan migas di Kementrian Keuangan.

5. Penerimaan nonmigas juga di Kementerian Keuangan.

6. Belanja infrastruktur di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

7. Pengelolaan pendapatan negara bukan pajak dan juga aset badan layanan umum untuk pendidikan tinggi.

Dan juga pada semester II tahun 2014 dimana tadi dijelaskan BPK telah memeriksa 479 objek pemeriksaan di pemerintahan daerah termasuk badan usaha milik daerah yang terdiri dari 69 pemeriksaan laporan keuangan, 181 pemeriksaan kinerja, dan 229 pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dari hasil pemeriksaan ini BPK memberikan catatan yang perlu kita perhatikan sebagai bahan evaluasi pengelolaan keuangan daerah yaitu yang pertama LKPD tahun 2013 telah diperiksa oleh BPK dengan hasil 156 LKPD yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian, di mana 311 LKPD memperoleh opini WDP, kemudian 11 LKPD memperoleh opini tanpa TW, tanpa apa itu.

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)

Tidak wajar.

(11)

PIMPINAN SIDANG: H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Tidak wajar maksudnya dan 46 LKPD memperoleh opini TMP (Tidak Memberikan Pendapat) di mana BPK memberika opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelas atas LKPDAM Kota Padang tahun 2013, yang kedua penyediaan air bersih di 103 pemerintah daerah belum mencapai target dan pemerintah daerah yang diperiksa belum melakukan penurunan kehilangan air dengan baik. Ini tentu harus menjadi perhatian yang serius buat kita khususnya masalah sumber daya air ini. Yang ketiga yaitu program pembangunan desa Kelurahan Mandiri anggaran untuk rakyat menuju sejahtera di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang belum dilaksanakan secara efektif dalam mendukung pengurangan angka kemiskinan. Yang keempat, pengurangan pendapatan daerah di 27 pemerintah daerah yang mengakibatkan kekurangan penerimaan daerah atau negara senilai 132,23 miliar. Yang kelima, kekurangan volume pekerjaan pembangunan, pelabuhan infrastruktur bangunan gedung, jalan dan jembatan yang mengakibatnya kerugian daerah senilai 135,75 miliar, dan keenam tentu hasil daerah senilai 971,70 miliar dikuasai pihak lain yang tidak dapat ditelusuri, yang juga tidak diketahui keberadaannya hilang dan belum diproses lebih lanjut. Selain itu pada IHPS 2 tahun 2014 BPK juga memeriksa 37 objek pemeriksaaan di BUMN dan badan lainnya. Pemeriksaan tersebut terdiri 4 pemeriksaan laporan keuangan badan lainnya, 8 pemeriksaan kinerja dan 25 pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Hasil pemeriksaan mengungkapkan 493 temuan yang didalamnya terdapat 251 permasalahan kelemahan SPI dan juga 451 ketidakpatuhan terhadap ketentuan Peraturan Perundang-Undangan senilai 8,66 triliun.

Dari berbagai laporan yang telah sampaikan tadi kami meminta kepada segenap Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia untuk menjadikannya sebuah catatan penting ini sebagai bahan pelaksanaan tugas kita di daerah. Dengan laporan yang ada diharapkan setiap Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti rekomendasi dari BPK demi terwujud tata kelola keuangan pemerintah yang transparan dan akuntable. Inilah salah satu tugas konstitusi kita, dan tentu kita tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Badan Pemeriksa Keuangan atas kerjasama kita yang terbina baik selama ini, sekali lagi terima kasih dan semoga Allah SWT meridoi berbagai langkah kerja BPK dan DPD RI. Semoga kerjasama ini dapat lebih terjalin lebih baik lagi sehingga dapat menyelenggarakan pengelolaan dan petunjuk keuangan negara yang lebih baik ke depannya. Dengan cara bersama seperti inilah kita akan mampu mengangkat dan membedah hal yang harus kita perbaiki dalam penyelenggaran negara yang kita cintai sebagaimana tadi yang telah disampaikan oleh Ketua BPK ya, yang mempersilakan setiap Anggota DPD maupun komite untuk berinteraksi, kalau ada hal-hal yang ingin ditindaklanjuti ya dengan ditemukan sebagai tugas kita. Berkenaan dengan itu berdasarkan ketentuan peraturan tata tertib DPD perlu menugasi Komite IV dan Badan Akuntabilitas Publik untuk untuk membahas hasil pemeriksaan BPK tersebut, yang mana selanjutnya sebagai bahan pembahasan kami akan menyerahkan ikhtisar hasil pemeriksaan BPK Republik Indonesia semester II tahun 2014 kepada Pimpinan Komite IV dan juga kepada Badan Akuntabilitas Publik. Untuk itu kami persilakan dari Pimpinan Komite IV dan BAP untuk segera ke meja Pimpinan untuk bisa menerima secara seremoni laporan yang simbolis maksud kami untuk ditindaklanjuti. Silakan BAP.

Demikianlah Bapak-Ibu yang anggota yang saya hormati. Kita telah menyelesaikan agenda sidang kali ini sebelum menutup Sidang Paripurna luar biasa ini kami perlu mengingatkan bahwa Sidang Paripurna ke-11 Masa Sidang ke-3 DPD RI ini hanya berlangsung pada tanggal 17 April dengan agenda laporan perkembangan tugas alat kelengkapan dan pengesahan keputusan DPD RI sekaligus juga menutup Masa Sidang ke III

(12)

Tahun Sidang 2014 kami sekali lagi menghimbau, agar waktu tersingkat ini dapat kita gunakan secara efisien dan seefektif mungkin untuk kita bisa kita menghasilkan kerja-kerja politik yang maksimal bagi kepentingan rakyat dan daerah yang kita wakili. Akhirnya dengan mengucapkan Alhamdulillah, Sidang Paripurna luar biasa ke-2 ini kami tutup.

Wabillahi taufiq walhidayah.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Om shanti shanti shanti om.

KETOK 3X

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga, perbaikan yang diperlukan adalah usaha Toko Yella Bakery Banjarmasin dalam menjalankan usahanya sebaiknya penentuan harga pokok produksi menggunakan Metode

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan

Dari pengujian kompaksi yang telah dilakukan dengan metoda statik pada tanah campuran dengan mengacu pada nilai dry density yang mendekati hasil tes kompaksi

Walaupun dalam penelitian ini limbah oli bekas yang digunakan hanya 25% dan 15% dari berat air campuran sampel mortar, hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa

Data kriteria lingkungan pemasok tersebut selanjutnya akan dilakukan pengelompokkan untuk menentukan warna pemasok menjadi hitam, merah, kuning dan hijau menggunakan

Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui risiko yang bersifat dominan dari hasil perhitungan nilai risiko antara lain keruntuhan/terjatuhnya girder dengan nilai

Salah satu limbah yang dihasilkan adalah slag yang berasal dari campuran arang pembakar dengan sel Pb dari proses daur ulang aki bekas yang merupakan limbah

(2) Apabila Calon Kepala Desa yang dinytakan terpilih sebagaimana dimaksud ayat (1), tersangkut suatu tindak pidana dantelah terbukti bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang