• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MERTUA DAN MENANTU : STUDI KASUS KELUARGA IDEAL DALAM RUMAH TANGGA BURUH PABRIK PEREMPUAN DI DESA DRADAHBLUMBANG KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN MERTUA DAN MENANTU : STUDI KASUS KELUARGA IDEAL DALAM RUMAH TANGGA BURUH PABRIK PEREMPUAN DI DESA DRADAHBLUMBANG KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MERTUA DAN MENANTU

(Studi Kasus Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di

Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

NILA PUTRI SILFANA

NIM. B75212065

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Nila Putri Silfana, 2016. Hubungan Mertua dan Menantu (Studi Kasus Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di Desa Dradah Blumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan). Skripsi progam studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Hubungan, Mertua, Menantu.

Kehidupan keluarga yang terdapat mertua dan menantu perempuan dalam satu rumah selalu menarik untuk dibahas. Ada dua rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: Pertama, Bagaimana hubungan antara mertua dengan menantu buruh pabrik perempuan di Desa Dradah Blumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan?

Kedua, Bagaimana persepsi mertua tentang perilaku menantu buruh pabrik perempuan di Desa Dradah Blumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam hal ini, peneliti menggunakna teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Merton. data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskripsi dan dianalisis dengan menggunakan teori fungsionalisme struktural.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Metode Penilitian ... 9

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 10

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 12

3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 13

4. Tahap-Tahap Penelitan ... 14

5. Tekhnik Pengumpulan Data ... 17

(8)

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II : STRUKTURAL FUNGSIONAL – ROBERT K. MERTON DAN PEKERJA BURUH PABRIK A. Kajian Pustaka ... 25

B. Kajian Teoretik ... 41

C. Penelitian Terdahulu ... 54

BAB III : HUBUNGAN MERTUA-MENANTU DALAM RUMAH TANGGA BURUH PABRIK A. Masyarakat Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan ... 57

1. Kondisi Geografis dan Monografi ... 57

2. Mata Pencaharian ... 61

3. Agama ... 62

4. Pendidikan... 63

5. Sarana dan Prasarana Desa ... 64

B. Hubungan Antara Mertua dengan Menantu Buruh Pabrik Perempuan... 67

1. Asosioatif ... 68

a. Pekerjaan Rumah Tangga ... 69

b. Ekonomi ... 72

c. Pola Asuh Anak ... 74

2. Disasosiatif ... 75

1. Masalah Pekerjaan Rumah Tangga ... 76

2. Masalah Ekonomi ... 81

3. Masalah Pola Asuh Anak ... 89

4. Masalah Komuniikasi ... 90

5. Masalah Perbedaan Pola Pikir ... 92

(9)

D. Temuan Data ... 102

E. Implikasi Teori ... 103

1. Fungsi Hubungan Keluarga ... 106

a. Fungsi Manifes dalam Permasalahan Kebutuhan ... 106

b. Fungsi Laten dalam Beban Ganda Rumah Tangga .... 106

2. Disfungsi Peran dalam Rumah tangga ... 107

3. Keseimbangan Keluarga Ideal Sempurna sampai Keluarga Ideal Tidak Sempurna ... 108

BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Dokumen Lain yang Relavan

3. Jadwal Penelitian

4. Surat Keterangan Bukti Penellitian

(10)

Tabel 1.1 Nama-nama Informan Penelitian ... 14

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia... 60

Tabel 3.3 Mata Pencaharian Menurut Sektor ... 61

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Alur Pikir Teori ... 52

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga terbentuk dari susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan. Menjalin perkawinan tentu melalui persetujuan kedua belah

pihak. Oleh karena itu dalam sebuah pernikahan tidak sekedar berhubungan

antara suami dengan istri saja, namun ditengahnya juga berhubungan dengan

keluarga dari pasangan. Dari adanya pernikahan, berarti adanya penyatuan

dua individu untuk membentuk keluarga.

Setiap pasangan tentu merencanakan mau tinggal dimana setelah

menikah, hal ini perlu dipikirkan agar suami dan istri sama-sama sesuai

dengan keinginan masing-masing. Umumnya ada dua pilihan dalam hal

memilih tempat tinggal setelah menikah. Pilihan pertama adalah tinggal

bersama pasangan saja. Dalam arti, pasangan tersebut tinggal dengan suami

dan istri tanpa orang tua baik di rumah sendiri maupun rumah sewa. Kedua

adalah ikut tinggal bersama orang tua. Ikut tinggal bersama orang tua ini bisa

jadi tinggal bersama orang tua suami atau tinggal bersama orang tua istri.

Dengan adanya faktor ekonomi, usia, dan lain sebagainya merupakan faktor

yang mendorong anak dan menantu mengambil keputusan untuk tinggal satu

(13)

2

Berkaitan dengan tempat tinggal, persoalan sesungguhnya adalah jika

tinggal bersama orang tua suami. Mereka pasti melakukan culture shock yakni

adaptasi dengan mertua atau keluarga baru yang bagi sebagian orang hal yang

sangat sulit dilakukan. Nyatanya, memang tidak sedikit menantu yang

mengeluhsulit membangun hubungan baik dengan mertuanya dengan

berbagai alasan. Adanya dua generasi atau lebih yang tinggal bersama,

terutama antara ibu mertua dan menantu wanita cenderung berpotensi

mengalami perdebatan, karena kedua wanita tersebut sama-sama memiliki

tugas untuk mengatur rumah tangga di dalam satu rumah yang sama.Ibu

mertua memiliki ketegangan emosional yang lebih tinggi dari pada ayah

mertua. Kebanyakan mereka mempunyai kriteria yang ideal terhadap menantu

perempuan. Jika ada bagian yang tidak memenuhi syarat maka tidak akan jauh

dari problematika.

Secara lahiriah, antara mertua dan menantu perempuan tidak memiliki

hubungan darah, namun mereka mempunyai hubungan kekerabatan yang

kental melalui ikatan pernikahan puteranya. Artinya hubungan menantu–

mertua ini merupakan hubungan skunder yang dihasilkan dari hubungan

primer, yaitu pernikahan. Dengan demikian tidak mengherankan jika

harapan-harapan pada diri mertua dan menantu jarang bisa bertemu.

Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring terletak diujung selatan

kota Lamongan. Terdapat lima Dusun pada Desa ini, antara lain: Blumbang,

(14)

agraris, hal itu sejalan dengan letak geografis Desa yang jauh dari kota. Baik

laki-laki maupun perempuan memiliki kesibukan disawah. Kebanyakan warga

menghabiskan waktu disawah dari pagi hingga sore hari. Namun pekerjaan

sawah dilakoni secara musiman, artinya ada beberapa bulan yang

mengharuskan warga pergi ke sawah seperti pada saat musim tanam dan

musim panen, selain itu ada beberapa bulan yang membuat warga tidak

memiliki rutinitas disawah seperti pada musim peralihan antara tanam dan

panen. Pada musim peralihan tersebut kebanyakan ibu-ibu berada di rumah

dan melakukan pekerjaan domestik sebagaimana mestinya. Sebagai seorang

petani, banyak waktu yang bisa dituangkan untuk mengurus rumah tangga dan

mengurus anak. Hubungan dengan anggota keluarga terutama mertua

tergolong baik karena sering berkomunikasi dan menantu sanggup melakukan

tugasnya di rumah.

Pada tahun 2014 terdapat pembangunan beberapa pabrik di Desa

Dradahblumbang. Yakni Gudang Garam dibangun di Dusun Tarek, pabrik

Intercraft dibangun di Dusun Sempu dengan memproduksi triplek dari

serpihan kayu, dan Alaf Denada dibangun di Dusun Sempu Dukuhan Tegal

Rejo.

Kaum perempuan tidak terkecuali ibu-ibu banyak yang direkrut sebagai

karyawan pada bidang produksi. Hal tersebut menjadi sesuatu yang baru bagi

warga desa Dradahblumbang. Sebagai pekerja pabrik, mereka dituntut berada

(15)

4

16:00, bahkan selesai jam kerja masih banyak yang mengambil jam lembur

hingga pukul 20:00. Keadaan ini membuat ibu-ibu tidak memiliki waktu lebih

untuk keluarga. Pekerjaan mengalihkan dirinya dari kewajiban-kewajiban

mengurus rumah dan tanggung jawab mendidik anak. Keadaan semakin parah

apabila tinggal bersama orang tua suami yaitu mertua. Mertua memiliki hak

penuh dalam menilai menantu, apalagi terdapat anggapan bahwa perempuan

bertanggung jawab atas segala pekerjaan reproduktif maupun pekerjaan

domestik yang terkait dengan organisasi rumah tangga.2

Menantu perempuan dengan ibu mertua yang tinggal serumah perlu

mendapat perhatian khusus. Karena akan secara otomatis terdapat perbedaan

usia, pendidikan, nilai, tradisi, gaya hidup, sikap dan latar belakang sosial.

Kondisi menantu yang sibuk bekerja sehingga pekerjaan rumah terbengkalai,

mengakibatkan rasa tidak segan dari mertua. Tingkah laku dan sikap menantu

perempuan biasanya menimbulkan teguran-teguran dan kritikan-kritikan dari

ibu mertua. Tanggapan ibu mertua yang penuh dengan kritikan dan tidak

diimbangi dengan pengertian dan penjelasan akan menimbulkna

ketidaknyamanan bagi menantu perempuan. Apabila menantu perempuan

tidak dapat menerima kritikan tersebut dengan bijak, bisa saja menantu

perempuan menjadi tersinggung dan hubungan keduanya menjadi lebih

renggang, baik karena terdapat ketegangan diantara keduanya maupun jarang

berkomunikasi karena sibuk bekerja.

2

(16)

Melihat kehidupan keluarga yang dinamis ini dan adanya kesenjangan

antara mertua dan menantu di Desa Dradahblumbang, menarik untuk

dilakukan penelitian mengenai “Hubungan Menantu dan Mertua, Studi Kasus

Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di Desa

DradahBlumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan“ untuk

melihat erat tidaknya hubungan keduanya, maka penelitian difokuskan pada

ibu mertua yang tinggal bersama anak dan menantu perempuan yang bekerja

di pabrik Gudang Garam, Intercraft dan Alaf Denada.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dikaji lebih

mendalam diarahkan pada:

1. Bagaimana hubungan antara mertua dengan menantu buruh pabrik

perempuan di Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring

Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana persepsi mertua tentang perilaku menantu buruh pabrik

perempuan di Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring

(17)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat memberikan data yang riil dan alamiah mengenai

Hubungan menantu buruh pabrik perempuan dan mertua yang Ideal di

Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan.

2. Memberikan informasi mengenai persepsi mertua tentang perilaku

menantu buruh pabrik perempuan di Desa Dradahblumbang Kecamatan

Kedungpring Kabupaten Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini tentunya peneliti mendapatkan hasil yang sangat

berharga. Adapun manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi teoritis,

metodelogis dan empiris bagi kepentingan akedemis.

2. Secara Praktis

Penelitian tentang ”Hubungan Mertua Dan Menantu (Studi Kasus

Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di Desa

Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan)” ini

(18)

a. Bahan referensi terutama bagi pengambil kebijakan untuk mengetahui

Hubungan sosial dan permasalahannya masyarakat kaum buruh pabrik

sehingga dapat dicarikan penyelesaiannya yang efektif.

b. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin lebih mendalami

penelitian tentang Hubunganyang terjadi pada masyarakat buruh

pabrik.

c. Bahan referensi dalam rangka pengembangan khazanah ilmu

pengetahuan.

E. Metode Penilitian

Metodologi penilitian berasal dari kata “Metodologi” yang artinya cara

yang tepat untuk melakukan sesuatu dan “Logos” yang artinya ilmu atau

pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan.3 Metodologi

dalam pembuatan usulan penelitian ini menggambarkan tentang tatacara

pengumpulan data yang diperlukan guna menguji hipotesa atau menjawab

permasalahan yang ada. Dalam kegiatan ilmiah, metodologi merupakan hal

yang penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang

dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah-langkah.4

3

Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 1.

4

(19)

8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif.

Melalui pendekatan tersebut, peneliti berupaya memecahkan misteri

makna berdasarkan pengalaman peneliti dan objek kajiannya. Makna

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman seseorang dari

kehidupan sosialnya bersama orang lain. Makna bukan sesuatu yang lahir

dari pengalaman dari objek penelitian atau peneliti, akan tetapi menjadi

bagian terbesar dari kehidupan objek penelitian.5

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Objek dalam penelitian

kualitatif adalah objek yang alamiah atau natural setting, sehingga

metode penelitian ini sering disebut sebagia metode naturalistik.6

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni studi kasus. Studi

kasus adalah salah satu metode penelitian untuk melacak

peristiwa-peristiwa kontemporer.7 Studi kasus akan melibatkan peneliti dalam

penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh

terhadap perilaku seorang individu. Di samping itu, studi kasus juga dapat

5

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2011), 5.

6

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 1-2.

7

(20)

mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil seperti

perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit sosial yang

lainnya. Jadi, studi kasus dikenal sebagai studi yang bersifat

komprehensif, intens, rinci dan mendalamserta lebih diarahkan sebagai

upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat

kontemporer.8

Studi kasus dikategorikan ke dalam tiga tipologi, yakni: studi kasus

eksplanatoris, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan

antara dua kompenen atau gejala. Penelitian ini bertitik pada pertanyaan

“bagaimana”. Studi kasus eksploratoris, penelitian yang bertujuan untuk

menguji suatu teori untuk meemperkuat atau menolak teori hasil

penelitian yang sudah ada.9 Penelitian ini bertitik pada pertanyaan

“mengapa”. Dan Studi kasus deskriptif, studi mengenai frekuensi dan

distribusi suatu penyakit pada manusia atau masyarakat menurut

karakteristik orang yang menderita, tempat kejadian, dan waktu kejadian.

Penelitian ini bertitik pada pertanyaan “apakah”.10

Peneliti akan

menggunakan satu diantara tiga jenis studi kasus yang dianggap relavan

dalam penelitian.

8

Bungin, Penelitian Kualitatif, 20

9“Jenis penelitian studi kasus: studi kasus deskriptif, eksploratori, dan eksplanatori”

, Pyutz punk, diakses13Maret 2016, vheqputry.blogspot.com/20/11/16/jenis-penelitian-studi-kasus-studi.html?m=1.

10

(21)

10

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam pembuatan permasalahan, harus sekaligus dipikirkan lokasi

mana yang relavan dan menguntungkan apabila hendak dilakukan

penelitian. Lokasi penelitian adalah suatu areal dengan batasan yang jelas

agar tidak menimbulkan kekaburan dengan kejelasan daerah atau wilayah

tertentu.

Penelitian ini memilih di Desa Dradahblumbang Kecamatan

Kedungpring Kabupaten Lamongan sebagai lokasi penelitian. Banyaknya

ibu rumah tangga yang bekerja di pabrik menjadikan wajah baru bagi

hubungan kekerabatan dengan keluarga dirumah, terutama mertua. Desa

tersebut menjadi sasaran yang sangat membantu untuk menentukan data

yang diambil, sehingga lokasi ini sangat menunjang untuk dapat

memberikan informasi yang valid.11

Sedangkan waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

dalam jangka waktu kurang lebih 1 bulan, pada tanggal 16 Mei 2016

sampai 15 Juni 2016.

3. Pemilihan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini istilah yang digunakan untuk subjek penelitian

adalah informan. Melalui informan, peneliti akan memperoleh informasi

mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan dirinya sendiri ataupun

11

(22)

tentang lingkungan tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan

kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat.12 Pemilihan informan

dan informan kunci lebih menekankan pada data apa yang hendak dicari.

Subjek yang peneliti pilih adalah seluruh mertua yang tinggal bersama

menantu perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Mertua tidak

dibatasi ayah maupun ibu, akan tetapi yang lebih diprioritaskan adalah ibu

mertua. Karena kasus-kasus yang sering terdengar lebih banyak

melibatkan antara menantu perempuan dengan ibu mertua, selain itu

keterlibatan Ibu mertua dalam wawancara lebih intensif. Pemerintahan

Desa juga terlibat sebagai informan untuk mengetahui kondisi

masyarakatnya saat ini. Untuk mengetahui data informan secara lengkap

dapat dilihat dengan tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: Erlangga, 2009), 246.

No Nama Usia Alamat Keterangan

1 Kari Muji Santoso

50 Dusun Blumbang Perangkat Desa

2 Siswanto 57 Dusun Carangban Perangkat Desa 3 Bu Sunoto 52 Dusun Blumbang Mertua (satu rumah) 10 Astuti 46 Dusun Carangban Mertua (satu rumah)

11 Srini 44 Dusun Dradah Mertua (beda rumah)

(23)

12

Sumber: (Observasi peneliti dengan warga Desa Dradahblumbang, khususnya Ibu mertua yang tinggal satu rumah dengan menantu perempuan).

4. Tahap-Tahap Penelitan

Dalam menyusun suatu rancangan penelitian, peneliti harus

benar-benar memahami bagaimana langkah-langkah harus ditempuh dalam

proses penelitian. Secara garis besar, tahapan yang ditempuh dalam

melaksanakan penelitain ada dua tahap yaitu tahap pra lapangan dan

tahap lapangan.

a. Tahap Pra Lapangan

Berikut adalah urutan tahap pra lapangan :

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Penyusunan rancangan penelitian ini berupa usulan

penelitian yang sebelumnya telah didiskusikan bersama dosen.

Kemudian usulan tersebut diajukan kepada Ketua Prodi

Sosiologi, yang berisi tentang latar belakang masalah, fenomena

yang terjadi di lapangan, dan problematika yang berisi tentang

permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Peneliti memilih Desa Dradahblumbang kecamatan

(24)

mertua yang tinggal bersama menantu perempuan yang bekerja

sebagai buruh pabrik.

3) Menjajaki dan Menilai Lapangan

Peneliti pergi dan menjajaki Desa Dradahblumbang untuk

melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang

berada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti

waktu, biaya, tenaga, dan kemudahan untuk mendapatkan data

juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

4) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Peneliti memilih seorang informan yang mampu

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian. Selain itu informan harus memiliki pengalaman yang

sesuai dengan fokus kajian penelitian. Peneliti dapat

memanfaatkan informan tersebut untuk melancarkan penelitian.

5) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau

kebutuhan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Peneliti

menyiapkan pedoman wawancara, kamera, hand phohe atau tape

recorder untuk merekam serta alat tulis untuk mancatat.

6) Mengatur Perizinan

Sebelum diadakannya penelitian, peneliti memohon surat

(25)

14

selanjutnya diserahkan kepada pihak yang akan dijadikan tempat

penelitian.

b. Tahap Lapangan

Adapun tahap lapangan, tersusun sebagai berikut :

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Untuk memasuki suatu lapangan penelitian, peneliti perlu

memahami latar penelitian terlebih dahulu, disamping itu peneliti

perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam

menghadapi subyek yang akan diteliti di lapangan.

2) Memasuki Lapangan

Dalam hal ini perlu adanya hubungan yang baik antara

peneliti dengan subyek yang diteliti sehingga tidak ada batasan

khusus antara peneliti dengan subyek, pada tahapan ini peneliti

berusaha menjalin keakraban dengan tetap menggunakan sikap

dan bahasa yang baik serta sopan, agar subyek menerima peneliti

dan memahami bahasa serta sikap yang digunakan. Peneliti juga

mempertimbangkan waktu yang digunakan dalam melakukan

wawancara dan pengambilan data yang lainnya dengan semua

kegiatan yang dilakukan oleh subyek.

5. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standart

(26)

menentukan menentukan kualitas data yang terkumpul dan kualitas data

yang akan menentukan kualitas hasil penelitian.13 Bila di lihat dari sumber

datanya, maka pengumpulan dat adapat menggunakan sumber primer dan

sumber skunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Dan sumber skunder adalah

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.14

Data-data yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara

merupakan data primer. Sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan

teknik dokumtasi merupakan data skunder.

a. Observasi

Obsevasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta

melakukan pencatatan data informasi yang sesuai dengan konteks

penelitian. Teknik observasi diharapkan dapat menjelaskan atau

menggambarkan secara luas dan rinci tentang masalah-masalah yang

dihadapi.15

Dalam melakukan observasi, peneliti memperhatikan tempat

yang banyak terdapat mertua tinggal serumah dengan menantunya,

13

Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 211.

14

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 62.

15

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: Dalam perspektif Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sastra

(27)

16

terdapat pelaku yang memainkan peran sebagai orang yang ideal dan

terdapat buruh pabrik perempuan.16

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui

bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat

memberikan keterangan pada peneliti. Wawancara ini dapat dipakai

untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.17

Sasaran yang dituju adalah tokoh masyarakat dan mertua.

Peneliti akan memilih waktu yang paling tepat untuk menemui

informan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti akan membawa

pedoman wawancara, alat tulis, dan alat perekam suara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kumpulan data bentuk tulisan yang

berupa monumen, artefak, foto.18

Dokumentasi ini merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

Keuntungan menggunakan dokumentasi biayanya relatif murah,

waktu dan tenaga lebih efisien.19 Dalam pengambilan dokumentasi,

16

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 28.

17

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), 64.

18

Bungin, Penelitian Kualitatif, 125.

19

(28)

peneliti ambil dari internet, mengambil foto informan secara

langsung, meminta data ke Balai Desa Dradahblumbang.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan mnyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang

lain. Langkah-langkah analisis data diantaranya:

a. Reduksi data

Data yang di dapat dari lapangan langsung di tulis dengan rapi dan

terinci. Mereduksi tulisan tersebut dilakukan dengan cara memilih

hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.20

b. Penyajian data

Miles mengemukakan bahwa yang dimaksud penyajian data adalah

menyajikan sekumpulan informasi yang jelas dan singkat yang

memberikan kemungkinan adanya kesimpulan dan pengambilan

tindakan.21Penyajian data ini bertujuan agar dapat melihat gambaran

20

Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 194.

21

(29)

18

keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari

hasil penelitain tersebut.

b. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan di dasarkan atas rumusan masalah yang

difokuskan lebih spesifik. Hasil analisi merupakan jawaban dari

persoalan penelitian yang telah diterpakan.22

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Seluruh data yang diperoleh dari lapangan yang telah dipisahlan

kemudian disusun untuk mencari pola, hubungan dan kecenderungan

hingga sampai pada tahap kesimpulan. Temuan atau data dapat dikatakan

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan

apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Dalam usaha

meningkatkan derajat kepercayaan data dan mengupayakan hasil

penelitian benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.

Maka pengujian keabsahan data penelitian dilakukan dengan cara

trianggulasi.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Terdapat empat

macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

22

(30)

a. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh.

Trianggulasi ini dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2) Membandungkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatannya secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitan dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

b. Trianggulasi dengan metode, terdapat dua strategi untuk memeriksa

derajat kepercayaan, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2)

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

c. Trianggulasi dengan penyelidik ialah dengan jalan memanfaatkan

peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu

(31)

20

d. Trianggulasi dengan teori, penggunaan berbagai perspektif untuk

menafsirkan sebuahdata. Penggunaan beragam teori dapat membantu

memberikan pemahaman yang lebih baik saat memahami data. Jika

beragam teori menghasilkan kesimpulan analisis sama, maka

validitas ditegakkan.23

F. Sistematika Pembahasan

1. BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang

tentang hubungan mertua dan menantu di Desa Dradahblumbang

Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. Setelah itu menentukan

rumusan masalah, menyertakan tujuan, dan manfaat penelitian.

2. BAB II Kerangka Teoretik

Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran serta penjelasan

tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian. Peneliti

juga akan memberikan penjelasan teori tindakan sosial yang digagas oleh

Max weber untuk menganalisis data agar sesuai dengan tema penelitian.

Selain itu, peneliti akan memberikan alasan kepada setiap pembaca ketika

peneliti mengambil referensi dari penelitian yang terdahulu.

23

(32)

3. BAB III Penyajian Data Dan Analisis Data

Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang seluruh

data-data yang telah diperoleh, baik data-data primer maupun data-data sekunder.

Penyajian data akan dibuat secara tertulis dan juga disertakan

gambar-gambar atau tabel serta bagan yang mendukung data. Setelah ituakan

dilakukan penganalisahan data dengan menggunakan teori tindakan

sosial.

4. BAB IV Penutup

Dalam bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dari setiap

permasalahan dalam penelitian. Selain itu, peneliti juga memberikan

rekomendasi kepada para pembaca laporan penelitian ini. Pada bab ini,

peneliti juga memberikan kesimpulan dari beberapa permasalahan dan

(33)

22

BAB II

STRUKTURAL FUNGSIONAL – ROBERT K. MERTON

DAN PEKERJA BURUH PABRIK

A. Kajian Pustaka

1. Hubungan Mertua Dan Menantu

Hubungan atau Relation adalah kesinambungan interaksi antara dua

individu atau lebih, kelompok-kelompok atau antara individu dengan

kelompok yang sifatnya asosiatif dan disasosiatif.24 Asosiatif merupakan

sebuah hubungan yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan atau

penyatuan.25 Asosioatif terbagi menjadi tiga bentuk, antara lain:

a. Kerja Sama

Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara

orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau

beberapa tujuan bersama. Kerja sama berkembang apabila orang dapat

digerakkan untuk mencapai tujuan bersama dan harus ada kesadaran

bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi

semua.26

24

Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1993), 424.

25

Muchammad Ismail, dkk, Pengantar Sosiologi, (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), 120. 26

(34)

b. Akomodasi

Akomodasi sebenarnya merupakan cara untuk menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lain. Sehingga lawan tidak

kehilangan kepribadiannya.27

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai

dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat

antara orang perorangan dan juga meliputi usaha untuk mempertinggi

kesatuan. Dalam proses asimilasi, mereka mengidentifikasi dirinya

dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan kelompok. Apabila dua

kelompok manusia mengadakan asimilasi, batas-batas antara

kelompok tadi akan hilang dan keduanya lebur menjadi satu

kelompok.28

Sedangkan disasosiatif merupakan sebuah hubungan yang

mengindikasikan adanya gerak kearah perpecahan.29 Disasosiatif

memiliki tiga bentuk, anatara lain:

a. Persaingan

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses

sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing

mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada

27

Ibid., 83. 28

Ibid., 88. 29

(35)

24

suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik

perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik

perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah

ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.30

b. Kontravensi (Contravention)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses

sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau

pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala

adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana

dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian dan

keraguan terhadap kepribadian seseorang.31

c. Pertentangan (Conflict)

Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau

kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan

menantang pihak lawan dengan disertai ancaman atau kekerasan.32

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mertua adalah

sebutan dalam hubungan atau sistem kekerabatan yang merujuk pada orang

tua istri atau suami.33 Sedangkan menantu adalah sebutan dalam hubungan

(36)

atau sistem kekerabatan yang merujuk padaistri atau suami dari anak.34 Istri

dari anak laki-laki disebut menantu perempuan, dan suami dari anak

perempuan disebut menantu laki-laki.

Jadi yang dimaksud dengan hubungan mertua dan menantu adalah

terjadinya interaksi antara mertua dengan menantu yang menghasilkan

penyatuan maupun perpecahan.

Mertua sama halnya dengan orang tua, keduanya memiliki tugas dan

tanggung jawab sama dalam keluarga. Orang tua atau mertua yang ideal

memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya:

a. Ciri-Ciri Orang Tua Ideal

Ciri-ciri pokok orang tua yang ideal, pada dasarnya berkisar

aspek-aspek logis, etis, dan estetis yang dapat dinamakan kebenaran

atau ketepatan, keserasian dan keindahan. Ketiga aspek itu sebenarnya

merupakan hal-hal yang seharusnya serasi dalam kehidupan

sehari-hari, yang terwujud dalam tingkah laku sehari-hari manusia.

Ciri pertama adalah orang tua seyogyanya bersikap tindak logis

(sa’benere). Artinya, orang tua dapat membuktikan atau apa mana

yang benar dan yang salah. Tampaknya hal ini tidak terlalu sulit untuk

dilaksanakan, akan tetapi bagaimana hal itu diterapkan dalam

hubungan dengan anak-anak. Sebab ada anggapan kuat, bahwa orang

34

(37)

26

tua tidak perlu memberikan landasan pembenaran apabila beliau ingin

menerapkan sesuatu pada anak-anaknya.

Ciri yang kedua adalah bahwa orang tua seyogyanya bersikap

tindak etis (sa’mestine). Artinya, bersikap tindak yang didasarkan pada

patokan tertentu, sehingga tidak asal saja atau sembrono.

Ciri yang ketiga adalah bahwa orang tua itu seyogyanya bersikap

tindak estetis (sakepenake). Artinya adalah, seharusnya orang tua

hidup enak, tanpa mengakibatkan ketidakenakan pada pihak lain.

b. Lingkungan Sosial-Budaya Bersahaja dan Orang Tua Ideal dulu

Kalau ciri-ciri lingkungan sosial-budaya bersahaja ditelaah

kembali sejenak, maka akan tampak betapa kuatnya peranan

adat-istiadat. Adat-istiadat itu menjadi landasan bagi hubungan dalam

keluarga dan masyarakat setempat, yang secara relatif menentukan

perkembangan kepribadian seseorang.

Apa yang dikatakan orang tua yang berkisar pada

masalah-masalah etis, pada dasarnya dianggap benar. Pembuktian mengenai

kebenaran itu tidak begitu diharapkan, karena orang tua dianggap

sebagai salah satu panutan. Disamping tindak etis, maka sikap tindak

estetis juga agak menonjol. Sikap tindak estetis tersebut berkisar pada

pola kehidupan yang tidak “ngoyo” (artinya enak) tanpa mengganggu

orang tua atau pihak lain. Orang Jawa memberikan istilah

(38)

Sikap tindak demikian itu pada dasarnya ke tujuan untuk menciptakan

ketentraman dalam diri seseorang maupun dalam hubungannya dengan

pihak-pihak lain.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa orang tua ideal dulu adalah

orang tua yang mempunyai sikap tindak sebagai berikut:

 Tidak sembrono.

 Tidak serakah.

 Mampu tidak berkekurangan, akan tetapi juga tidak serba

berkelebihan.

 Tidak berlarut-larut.

 Hidup enak tanpa merugikan diri sendiri maupun pihak-pihak

lainnya. Artinya memberikan ketentraman pada diri sendiri

maupun dalam pergaulan hidup.

c. Lingkungan Sosial-Budaya Madya Orang Tua Ideal Kini

Pada masa kini, orang tua tetap dianggap sebagai panutan, akan

tetapi bila dibandingkan dengan masa lalu isinya sudah berubah.

Dewasa ini, anak-anak mendapatkan kesempatan yang lebih besar

untuk menjalani pendidikan formal. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi

yang diajarkan di sekolah-sekolah membangkitkan rasa ingin tahu

yang lebih besar untuk mengungkapkan kebenaran dan keinginan

(39)

28

Orang tua ideal adalah orang tua yang mampu mempertemukan

pola lama dengan pola baru. Pola baru itu sebenarnya merupakan

pemberian tekanan pada sikap tindak logis yang memberikan dapat

mantap pada sikap tindak yang dianut. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa orang tua ideal kini, adalah orang tua yang mampu

bersikap tindak logis, disamping menyerasikan dengan sikap tindak

etis dan estetis. Ketidakmampuan berbuat demikian, tercermin dalam

sikap tindak yang serba “terlalu”. Misalnya sikap tindak estetis

menjadi pola hidup yang seenaknya, sehingga merugikna banyak

orang. Pola hidup seenaknya tersebut, merupakan salah satu akibat

masuknya pengaruh materialisme yang diterima melalui saringan

apapun juga. Sikap tindak logis tersebut kemudian dicampuradukkan

dengan materialisme yang tidak terkendali, sehingga anak didik

cenderung untuk menirunya karena kemudahan melakukan hal itu.

d. Lingkungan Sosial-Budaya Modern dan Orang Tua Ideal Mendatang

Aspek spiritual kehidupan manusia secara implisit ada dalam

ciri-ciri lingkungan sosial-budaya modern, sepanjang hal itu disadari oleh

manusia yang menciptakan lingkungan tersebut. Masyarakat Indonesia

sebenarnya dapat belajar banyak dari kelemahan-kelemahan

masyarakat barat yang dianggap modern. Masyarakat Barat modern

agak menyampingkan segi spiritualistis kehidupan manusia, sehingga

(40)

Salah satu akibat berkembangnya materialisme negatif pada

masyarakat Barat, bhawa orang tua yang ideal adalah orang tua yang

bersikap materialisme. Sikap tindak demikian kemudian menimbulkan

konsumerisme yang memperbudak manusia untuk mendapatkan

kekayaan material yang sebanyak-banyaknya.35

2. Keluarga Ideal

Untuk memahami arti keluarga Ideal, perlu memahami pengertian

keluarga dan Ideal secara terpisah.

a. Keluarga

Menurut Anton M. Moeliono menjelaskan bahwa keluarga ialah

satuan kekerabatna yang sangat mendasar di masyarakat yang terdiri

atas ibu, bapak, dan anak. Dalam masyarakat yang lebih besar,

keluarga merupakan kelompok primer dalam masyarakat yang

terbentuk mulai dari hasrat dan keinginan individu untuk menyatu

dengan individu lain untuk menciptakan regenerasi secara

berkelanjutan.36

Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan

keluarga batih (ectended family).

35

Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga (Jakarta: Rineka cipta, 2004), 6-10

36

(41)

30

Keluarga inti adalah keluarga yang di dalamnya hanya terdapat

tiga posisi sosial yaitu ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. 37

Struktur keluarga yang demikian menjadikan keluarga sebagai

orientasi bagi anak, yaitu keluarga tempat ia dilahirkan. Adapun orang

tua menjadikan keluarga sebagai wahan prokreasi, karena keluarga inti

terbentuk setelah sepasang laki-laki dan perempuan menikah dan

memiliki anak. Dalam keluarga inti hubungan antara suami istri

bersifat saling membutuhkan dan mendukung layaknya persahabatan,

sedangkan anak-anak tergantung pada orang tuanya dalam hal

pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosiaolisasi.

Sedangkan keluarga batih merupakan satuan keluarga yang

meliputi lebih dari satu generasi, misalnya terdiri dari keluarga inti

yang hidup bersama keluarga lainnya seperti, nenek, kakek, paman,

bibi, pembantu, dan lain-lain yang tinggal dalam satu rumah. Bentuk

pertama dari keluarga batih yang banyak ditemui di masyarakat adalah

keluarga bercabang (stem family). Keluarga bercabang terjadi

manakala seorang anak yang sudah menikah masih tinggal masih

tinggal dalam rumah orang tuanya. Bentuk kedua dari kelaurga batih

adalah keluarga berumpun (lineal family). Bentuk ini terjadi manakala

lebih dari satu anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama kedua

orang tuanya. Bentuk ketiga dari keluarga batih adalah keluarga

37

(42)

beranting (fully extended). Bentuk ini terjadi manakala di dalam suatu

keluarga terdapat generasi ketiga (cucu) yang sudah menikah dan tetap

tinggal bersama.38

Terdapat tujuh macam fungsi keluarga diantaranya:

1) Fungsi Pengaturan Keturunan

Fungsi disini ialah untuk mengatur dan mengorganisasikan

kepuasan keinginan seksual. Dalam tata kelakuan (mores) dilarang

melakukan hubungan seksual antara pria dan wanita yang belum

memiliki ikatan suami dan istri.

2) Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan

Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai

pertumbuhan anak membentuk personalitinya. Anak-anak itu lahir

tanpa bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus

disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat.

3) Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi

Fungsi disini ialah untuk hubungan suami istri dan anak-anak dapat

dipandang sebagai teman-teman sekerja yang sedikit banyak juga

dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama.

38

(43)

32

4) Fungsi Pelindung

Fungsi disini ialah untuk memberikan perlindungan anggota

keluarganya dari faktor-faktor yang mengancam akan keselamatan

tersebut.

5) Fungsi Penentuan Status

Perubahan status ini biasanya melakukan perkawinan. Hak-hak

istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu dan

lain sebagainya. Jadi status dapat di peroleh melalui assign status,

maupun ascribed status.

6) Fungsi pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan ini berkewajiban untuk memelihara setiap

anggota keluarganya yang sedang sakit atau sudah lanjut usia yang

sudah tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari, akan tetapi

seiring perkembangan masyarakat yang sudah maju dan kompleks

sebagian besar fungsi pemeliharaan di alihkan kepada instansi

misal seperti panti jompo, rumah sakit dan lain sebagainya.

7) Fungsi Afeksi

Fungsi disini ialah untuk kebutuhan kasih dan sayang orang tua

terhadap anak, tanpa itu anak akan menjadi nakal sebab tidak

merasakan perhatian atau kasih sayang.39

39

(44)

b. Ideal

Dalam Kamus Ilmiah Populer yang ditulis oleh Windy Novia kata

ideal diartikan sebagai pikiran yang diwarnai emosi dari satu

kepribadian (watak, garis, kelakuan) sebagai penggambaran atas suatu

tujuan, menurut ide atau cita-cita (keinginan), angan-angan, cocok

dengan ide, sesuai dengan cita-cita, sempurna dan cita-cita.40 Dari

definisi tersebut, penulis dapat menjelaskan yang arti keluarga ideal

adalah keluarga yang melihat segala perubahan dan tantangan

kehidupan yang lebih mengutamakan prinsip, sehingga apapun yang

dilakukan harus dengan cara yang sesuai untuk mencapai tujuan.

c. Keluarga Ideal

Pengertian keluarga ideal menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawas

adalah keluarga yang senantiasa berlandasakan pada keharmonisan

rumah tangga. Menurut ajaran Islam, rumah tangga yang ideal adalah

rumah tangga yang diliputi ketentraman jiwa, rasa cinta dan kasih

sayang.41

Keadilan dan pergaulan yang baik antar seluruh anggota keluarga

adalah landasan utama untuk membentuk keluarga yang bahagia

sejahtera. Untuk itu harus memperhatikan beberapa aspek di bawah

ini:

40

Windy Novia, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Wacana Intlektual, 2009), 187. 41

(45)

34

1) Ilmu agama dan keimanan keluarga, tiang penyangga utama

rumah tangga adalah agama dan moral, rumah tangga hendaknya

bersih dari segala bentuk kesyirikan dan tradisi jahiliyah, serta

semarak dengan aktifitas ibadah seperti sholat, puasa, membaca

al-Quran dna berzdikir sehingga rumah terlihat hidup dan sehat

secara jasmani dan rohani.42

2) Mempunyai waktu bersama keluarga, pasangan pernikahan yang

lebih sering menikmati kebersamaan dan berbagi perasaan yang

piositif akan lebih mampu serta terampil dalam mengelola konflik

yang terjadi, sekaligus memantapkan kebersamaan visi tentang

masa depan pernikahan mereka.43

3) Mempunyai komunikasi yang baik antara anggota keluarga,

komunikasi dan dialog yang sehat serta intensif memang menjadi

salah satu kunci keharmonisan keluarga. Komunikasi dapat

dijadikan seni untuk mempengaruhi orang lain.44

4) Komitmen bersama yang meliputi saling percaya menghargai,

berbagi, menerima, memaafkan, bersikap terbuka, berfikir positif,

intropeksi, sabar dan syukur.

42

Abu Muhammad Izuddin Al-Qossam, Bahtrera Cinta Menuju Keluarga Sakinah (Bengkulu: Rawi Pustaka, 2011), 21

43

Deny Riana, Refresh Your Family (Bandung: MQ Publishing, 2007), 51. 44

(46)

5) Mengatasi berbagai macam krisis yang mungkin terjadi dengan

cara positif dan konstruktif, dengan demikian akan menimbulkan

kualitas dan kuantitas konflik yang minim.

6) Adanya hubungna dan ikatan yang erat antar anggota keluarga.

Apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat

maka antar anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memilik

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya keluarga

ideal, diantaranya ialah:

1) Faktor Kesejahteraan jiwa

Rendahnya frekuensi pertengkaran atau percekcokan di rumah,

saling mengasihi dan saling membutuhkan serta saling tolong

menolong antar sesama anggota keluarga45 adalah tanda

kesejahteraan jiwa pasangan suami istri. Prinsip yang diunggulkan

bagi pasangan suami istri adalah jangan saling berbantahan.

Sebagai alternatif yang alami dari perbantahan, yaitu diskusi

terbuka antara pasangan suami istri. Jadi, mungkin sekali kedua

belah pihak berdiskusi tentang suatu permasalahan yang terjadi di

45

(47)

36

antara mereka, tetapi perlu dijaga jangan sampai meningkat ke

tingkat pertengkaran.46

2) Faktor Kesehatan Fisik

Agama Islam sangat memperhatikan kesehatan manusia dan

memerintahkan mereka agar menjaga kebersihan dan menjauhi

hal-hal yang najis atau kotor, serta menganjurkan agar manusia

berolahraga.47 Kerupawanan tidak akan sempurna kecuali

dibarengi dengan kesehatan tubuh. Orang yang sehat tubuhnya

akan menjadi rupawan, elok dan menawan, sementara orang yang

sakit-sakitan akan berkurang kerupawanannya. Ada penyakit-

penyakit yang membuat tubuh menjadi jelek, dan ada yang dapat

melemahkan tubuh dan membuatnya tidak bias melaksanakan

kewajiban suami-istri serta tidak akan pernah bisa berhasil dan

sukses.48 Dengan demikian, nampaklah bahwa Islam sangat

menganjurkan pengikutnya agar memiliki tubuh yang prima serta

sehat dan tidak sakit-sakitan. Hingga dia akan melangkah menuju

pernikahan dalam keadaan siap dan sehat, serta dengan berbekal

anugerah akal yang baik dan jiwa yang prima.

46

Makmun Mubayidh, Saling Memahami dalam Bahtera Rumah Tangga (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), 318-319.

47

Muhammad Washfi, Mencapai Keluarga Barokah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 152. 48

(48)

3) Faktor Ekonomi

pernikahan memang tidak cukup dengan hanya mengandalkan

cinta. Dengan disyariatkannya suami untuk memenuhi kebutuhan

nafkah keluarga, jelas terlihat bahwa dalam sebuah pernikahan

juga diperlukan kemampuan ekonomi. Artinya, tak bisa dipungkiri

bahwa faktor ekonomi tak bias dianggap remeh. Kita semua

menyadari bahwa hidup berumah tangga mengharuskan adanya

pembiayaan.49 Dengan demikian, maka anggaran belanja rumah

tangga harus diatur dengan sebaik- baiknya. Uang harus

digunakan sebagai bagian kuat dari suatu mainan dalam hubungan

suami istri. Sebab, uang merupakan suatu tanggung jawab

bersama, bukan hanya tanggung jawab satu pihak, baik sedikit

maupun banyak.50

Sulitnya memberikan batasan yang umum, tentang keluarga yang

ideal, maka satu-satunya cara untuk mengukur kebahagiaan keluarga

adalah dengan menggunakan standar keidealan keluarga yang telah

ditetapkan oleh beberapa pakar atau ahli.51 Menurut para pakar

49

Riana, Refresh Your Family, 78.

50

Butsainah As-Sayyid Al-Iraqi, Rahasia Pernikahan Bahagia (Bogor: Griya Ilmu, 2006), 148.

51

(49)

38

mengenai permasalahan rumah tangga, maka keluarga bahagia adalah

keluarga yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Adanya ketenangan jiwa yang dilandasi oleh ketakwaan kepada

Allah SWT.

2) Hubungan yang harmonis antara individu yang satu dengan

individu yang lain dalam keluarga dan masyarakat.

3) Terjamin kesehatan jasmani, rohani dan sosial.

4) Cukup sandang, pangan, papan.

B. Kajian Teoritik

1. Konsep Fungsi

Keberadaan keluarga sangat berpengaruh bagi individu-individu yang

hidup didalamnya. Setiap individu tidak mungkin hidup tanpa bergaul

dengan keadaan sekitar. Hidup dalam satu rumah tangga perlu berinteraksi

diantara sesama anggota keluarga. Segala interaksi tersebut mengarahkan

kerja sama antar anggota keluarga untuk mengisi kekosongan sehingga

tercipta keseimbangan. Dan untuk dapat bertahan hidup seluruh anggota

keluarga harus memenuhi keperluan dasar atau menjalankan fungsi

tertentu.52

52

(50)

Istilah “fungsi” telah banyak digunakan dalam berbagai ilmu dan kerap

diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi dikaitkan dengan aktivitas

yang dilakukan oleh pihak yang menduduki posisi atau memiliki peran

tertentu. Fungsi tersebut menjadi piranti terbentuknya adaptasi atau

penyesuaian suatu sistem tertentu. Dalam sebuah struktur masyarakat,

terdapat bagian-bagian dimana ada fungsi positif dan fungsi yang mengarah

ke sisi negatif.

Setiap orang melakukan tugas dan melaksanakan fungsi seperti yang

telah digariskan oleh aturan. Kegiatan satu orang dengan orang lain

dilakukan dalam suatu sistem interaksi antar orang dan kelompok. Setiap

individu yang bersama individu lain memiliki sumbangan tersendiri bagi

berlangsungnya kebersamaan dalam keluarga tersebut. Individu merupakan

elemen dari masyarakat, jaringan hubungan antara individu dengan orang

lain yang terpola mencerminkan struktur elemen-elemen yang stabil.

Kegiatan seperti itu dilakukan dengan mantap dan stabil: artinya dari hari ke

hari beralih ke bulan dan beralih ke tahun, kegiatan yang dilakukan relatif

sama, hampir tidak berubah.

Jaringan hubungan yang terpola tersebut mencerminkan struktur

elemen-elemen yang terintegrasi dengan baik. Artinya elemen-elemen yang

membentuk struktur memiliki kaitan dan jalinan yang bersifat saling

mendukung dan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya.

(51)

40

ketergantungan tersebut membuahkan struktur elemen-elemen terintegrasi

dengan baik.

Fungsi dari elemen-elemen yang terstruktur dibangun dari nilai di antara

para anggotanya. Nilai tersebut berasal dari kesepakatan yang telah ada

dalam suatu masyarakat seperti adat kebiasaan, tata perilaku, maupun

kesepakatan yang baru dibuat.53

Menjalankan fungsi merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari

kehidupan, hal itu senantiasa dilaksanakan demi bertahan atau

berlangsungnya keutuhan keluarga. Pada Desa Dradahblumbang, fungsi

mertua dan menantu yang sudah baku bisa saja berubah ketika menantu

menjadi buruh pabrik. Artinya suatu item yang sudah fungsional dapat

diganti dengan unsur lain, akan tetapi kebutuhan fungsional tetap terpenuhi.

2. Perkembangan Awal Perspektif Fungsional

Jika dicoba dilacak ke belakang, perspektif fungsionalisme dimulai oleh

kajian August Comte tentang “hukum tiga tahap” perkembangan masyarakat

tidak melihat perilaku manusia sebagai individu, tetapi pendekatan yang

berorientasi pada masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Comte menyatakan

bahwa masyarakat akan berkembang dalam tiga tahap, yaitu tahap teologis,

metafisik, dan positif. Turner dan Maryanski menjelaskan bahwa gagasan

Comte mengilhami munculnya perspektif fungsionalisme sebagai berikut:

53

(52)

Comte dalam bukunya mencoba mengaitkan sosiologi dengan penelitian empiris yang bisa nenghasilkan hukum organisasi sosial manusia. Selanjutnya hukum tersebut bisa digunakan untuk mereorganisasikan masyarakat dan mempertahankan keseimbangan.54

Ilmuan lain yang memiliki andil dalam perkembangan awal

fungsionalisme ialah Herbert Spencer. Spencer membuat persamaan yang

terdapat antara organisme biologis dengan kehidupan sosial, ia menyatakan

bahwa masyarakat seperti organisme.55 Sebagai suatu sistem, masyarakat

menurut Spencer memiliki fungsi mempertahankan kelangsungan sistem

secara keseluruhan. Baginya setiap masyarakat memiliki empat problem

yang harus diatasi, yaitu produksi, reproduksi, regulasi dan distribusi.

Kontribusi penting dari Herbert Spencer terhadap perspektif fungsionalisme

yakni konsepnya tentang equilibrium sosial. Spencer melihat equilibrium

merupakan kondisi masyarakat yang berada dalam kondisi penuh dengan

harmoni sosial, stabil, dan terintegrasi.

Bagi kaum fungsionalis seperti Durkheim, masyarakat terdiri dari

bagian-bagian yang terintegrasi dan saling tergantung. Dimana

masing-masing bagian melaksanakan fungsi. Dalam bukunya The Division of

Labour in Society, Durkheim menemukan bahwa pembagian kerja

memberikan dasar baru solidaritas dalam masyarakat yang mengalami

diferensiasi dengan cepat. Durkheim menghubungkan konsep sistem sosial

54

Rahma Sugihartati, Perkembangan Masyarakat Informasi & teori Sosial Koontemporer

(Jakarta: Kencana, 2014), 2-3. 55

(53)

42

dengan konsep solidaritas sosial dan integrasi sosial. Dalam karya Rules of

The Sociological Method, Durkheim menjelaskan bahwa analisis mengenai

fakta sosial muncul dari analisis fungsional. Fungsi integrasi masyarakat

menjadi kenyataan yang sudah ada dengan sendirinya, dan tugas sosiologi

adalah mempelajari sistem hubungan menggunakan statistik dan metode

yang lain untuk menganalisis hal tersebut.56

Tokoh terkemuka dari perspektif fungsional ialah Talcot Parsons,

masyarakat menurut Parson harus memiliki empat fungsi imperatif dan

merupakan karakteristik sistem sosial. Secara lebih rinci keempat fungsi

tersebut dikenal dengan nama AGIL, yang merupakan perpanjangan dari

fungsi A (Adaptation), G (Goal Attainment), I (Integrasi), L (Latent

maintenance).

Sebagai seorang sosiolog yang paling berpengaruh di Amerika di zaman

itu, Parson banyak mencurahkan waktunya untuk menyusun suatu teori

sosial yang mengintegrasikan seluruh pemikiran dalam suatu kerangka teori

yang utuh. Dalam mengembangkan teori sistem tindakan, Parson

menyatakan ada empat tipe tindakan yang saling interelasi satu dengan lain.

Tipe tersebut antara lain: sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian

dan sistem organisme perilaku.

Organisme perilaku, menurut Parson adalah sistem tindakan yang

melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri atau mengubah

56

(54)

lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian

tujuan dengan menetapkan sistem tujuan dan memobilisasi sumber daya

yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menangani integrasi dengan cara

mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem kultural

melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor

seperangkat norma dan nilai yang memotivasi untuk bertindak.57

Lembaga sosial sebagai unsur struktur dianggap dapat memenuhi

kebutuhan kelangsungan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Lembaga

sosial mempunyai fungsinya masing-masing dan dalam hubungan antara

satu dengan yang lainnya. Sosiologi mempunyai perhatian utama terhadap

struktur dan fungsinya, maka perspektif tersebut dinamakan teori struktural

fungsional.58

Teori fungsionalisme menekankan kepada keteraturan (order) dan

mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut

teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari

bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam

keseimbangan. Asumsi dasar dari teori ini ialah setiap struktur dalam system

sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional

maka struktur itu tidak ada atau akan hilang dengan sendirinya. Teori ini

cenderung melihat sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem

57

Ibid,. 6. 58

(55)

44

yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa

atau suatu sistem dalam beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya. Secara

ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua

struktur adalah fungsional bagi masyarakat.59

Masyarakat menurut struktural fungsional terdiri dari bagian-bagian

yang saling ketergantungan, ketergantungan disini diartikan bahwa setiap

struktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur yang lain. Maka

ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme

tersebut tetap dapat bertahan hidup.

3. Fungsi dan Disfungsi : Robert K. Merton

Robert K. Merton banyak melontarkan kritik sekaligus

menyempurnakan teori Talcot Parson. Merton sendiri dalam pengembangan

teorinya tentang analisis fungsional banyak mengacu pada penulis besar,

seperti Max Weber, William I. Thomas dan Emile Durkheim. Karyanya

sebetulnya lebih banyak berupa esai yang menyempurnakan aspek tulisan

klasik teoretikus besar sebelumnya, khususnya Talcot Parson.

Merton mulai mengembangkan analisis fungsionalnya dengan

menunjukkan asumsi atau postulat kabur yang terkandung dalam teori

fungsionalisme. Tiga dalih dasar yang dikritik Merton antara lain:

59

(56)

1. Postulat kesatuan fungsional masyarakat, semua kepercayaan sosial dan

budaya dan praktik yang distandarkan bermanfaat bagi masyarakat

sebagai suatu keseluruhan dan juga sebagai individu-individu dalam

masyarakat. Merton beranggapan bahwa dalil pertama hanya berlaku

pada masyarakat primitif, bukan masyarakat secara keseluruhan.

Kepercayaan, budaya dan praktik bersifat fungsional bagi suatu

kelompok (menunjang integrasi) akan tetapi disfungsional

(mempercepat kehancuran) bagi kelompok lain.60

2. Postulat fungsionalisme universal, semua bentuk sosial dan budaya yang

distandarkan mempunyai fungsi-fungsi positif. Menurut merton postulat

kedua bertolak belakang dari dunia nyata karena adat kebiasaan, ide,

kepercayaan dan seterusnya belum tentu memiliki fungsi positif bagi

masyarakat.61

3. Postulat Indispensability, aspek masyarakat yang distandardisasi tidak

hanya mempunyai fungsi-fungsi positif, tetapi juga menggambarkan

bagian-bagian yang sangat diperlukan untuk berfungsinya sebagai satu

kesatuan. Artinya tidak ada struktur dan fungsi lain yang dapat bekerja

sama baiknya dengan struktur dan fungsi yang ada dalam masyarakat.

60

Margaret M. Polama, Sosiologi Kontemporer (Yogyakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), 36. 61

(57)

46

Menurut Merton ada berbagai alternatif struktur dan fungsional yang

ada di dalam masyarakat dan tidak dapat dihindari. 62

Robert K. Merton seorang penggagas dari teori ini berpendapat bahwa

perhatian Struktur Fungsional harus lebih banyak ditujukan kepada

fungsi-fungsi dibandingkan dengan motif-motif subjektif (tujuan atau orientasi) dan

efek konsekuensi dari tindakan.63 Fungsi adalah bagian dimana unsur-unsur

sosial atau budaya memainkan peranannya dalam masyarakat yang

menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem.64 Tidak semua

tindakan memiliki fungsi yang berakibat positif, di luar itu ada fungsi yang

merupakan konsekuensi yang tidak disadari dan tidak dikehendaki. Maka

dari itu Merton mengajukan satu konsep yang disebut disfungsi. Disfungsi

merupakan konsekuensi yang menurunkan taraf adaptasi dan penyesuaian.

Sebagaimana struktur atau institusi dapat menyumbang pemeliharaan

bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur, atau institusi pun dapat

menimbulkan akibat negatif bagi sistem sosial.65 Terdapat konsep lain dari

sifat fungsi yakni fungsi manifes (manifest) dan fungsi laten (latent). Fungsi

manifest adalah fungsi yang diharapkan (intended), sedangkan fungsi laten

adalah fungsi yang tidak diharapkan. Pemikiran ini dapat dihubungkan

dengan konsep lain Merton yakni akibat yang tidak diharapkan

62

Soerjono Soekanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), 576.

63

Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, 22.

64

Soekanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi, 564.

65

(58)

(unanticipated consequences). Tindakan mempunyai akibat, baik yang

diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Meski setiap orang menyadari

akibat yang diharapkan, analisis sosiologi diperuntukkan untuk menemukan

akibat yang tak diharapkan ini.

Seperti Parsons, Merton menekankan tindakan yang berulang kali atau

yang baku, yang berhubungan dengan bertahannya suatu sistem sosial di

mana tindakan itu berakar. Merton menyatakan bahwa objek apapun dapat

dianalisis secara struktural-fungsional harus merepresentasikan unsur-unsur

standar, yaitu yang berpola dan berulang. Ia menyebut hal ini sebagai peran

sosial, peran institusional, proses sosial, pola kultural, norma sosial,

organisasi kelompok, struktur sosial, dan alat kontrol sosial.66 Sesuatu yang

baku di masyarakat belum tentu fungsional. Adanya berbagai perbedaan

kepentingan yang saling bertentangan antar kelompok dan organisasi yang

berbeda dalam suatu masyarakat yang kompleks akan menyebabkan pola

adaptasi yang fungsional bagi satu kelompok, namun justru disfungsional

bagi kelompok lain. Merton menunjukkan bahwa struktur bisa saja

disfungsional untuk sistem secara keseluruhan namun demikian struktur itu

terus bertahan hidup (ada).67

Melalui konsep fungsi, disfungsi, manifest, dan laten ini menjadi piranti

bagi peneliti untuk mengetahui hubungan sosial yang terbentuk antara

66

Sugihartati, Perkembangan Masyarakat Informasi & teori Sosial Koontemporer, 8. 67

Gambar

Tabel 3.4 Pendidikan Masyarakat Desa Dradahblumbang ..................................
Gambar 3.1 Konfirmasi Temuan Data Dengan Teori ..........................................
Tabel 1.1  Data Informan
gambar atau tabel serta bagan yang mendukung data. Setelah ituakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengingat banyaknya fenomena menantu perempuan yang tinggal serumah dengan mertua, memperbanyak jumlah subjek, mengawasi jalannya pengisian guna menghindari

Dari hasil tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaan penyesuaian diri terhadap mertua pada menantu laki- laki dan perempuan usia dewasa awal yang tinggal satu

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa konflik antara menantu perempuan dengan ibu mertua yang tinggal satu rumah harus membina komunikasi yang baik

Ironisnya, Negara sebagai pengambil kebijakan tidak menganggap perlindungan kepada perempuan buruh migran pekerja rumah tangga sebagai sesuatu yang seharusnya dipadankan dengan

Peranan istri yang bekerja sebagai buruh tani sangatlah berperan dalam peningkatan ekonomi keluarga, kontribusi pendapatan yang diperoleh oleh para buruh tani

Membagi pekerjaan pada setiap anggota keluarga yang sudah mampu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga itu sangat diperlukan, karena seorang ibu yang menjadi buruh pabrik tidak

Hubungan Antara Faktor Internal Keluarga Buruh Migran Dengan Jumlah Penggunaan Remitan Buruh Migran Dan Pertambahan Aset Rumah Tangga.. Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini,

Judul Skripsi : Penanganan Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Jepara (Analisis Bimbingan