HUBUNGAN MERTUA DAN MENANTU
(Studi Kasus Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di
Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
NILA PUTRI SILFANA
NIM. B75212065
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J U R U S A N I L M U S O S I A L
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
Nila Putri Silfana, 2016. Hubungan Mertua dan Menantu (Studi Kasus Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di Desa Dradah Blumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan). Skripsi progam studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Hubungan, Mertua, Menantu.
Kehidupan keluarga yang terdapat mertua dan menantu perempuan dalam satu rumah selalu menarik untuk dibahas. Ada dua rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: Pertama, Bagaimana hubungan antara mertua dengan menantu buruh pabrik perempuan di Desa Dradah Blumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan?
Kedua, Bagaimana persepsi mertua tentang perilaku menantu buruh pabrik perempuan di Desa Dradah Blumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam hal ini, peneliti menggunakna teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Merton. data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskripsi dan dianalisis dengan menggunakan teori fungsionalisme struktural.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konseptual ... 7
F. Metode Penilitian ... 9
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 10
2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 12
3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 13
4. Tahap-Tahap Penelitan ... 14
5. Tekhnik Pengumpulan Data ... 17
G. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II : STRUKTURAL FUNGSIONAL – ROBERT K. MERTON DAN PEKERJA BURUH PABRIK A. Kajian Pustaka ... 25
B. Kajian Teoretik ... 41
C. Penelitian Terdahulu ... 54
BAB III : HUBUNGAN MERTUA-MENANTU DALAM RUMAH TANGGA BURUH PABRIK A. Masyarakat Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan ... 57
1. Kondisi Geografis dan Monografi ... 57
2. Mata Pencaharian ... 61
3. Agama ... 62
4. Pendidikan... 63
5. Sarana dan Prasarana Desa ... 64
B. Hubungan Antara Mertua dengan Menantu Buruh Pabrik Perempuan... 67
1. Asosioatif ... 68
a. Pekerjaan Rumah Tangga ... 69
b. Ekonomi ... 72
c. Pola Asuh Anak ... 74
2. Disasosiatif ... 75
1. Masalah Pekerjaan Rumah Tangga ... 76
2. Masalah Ekonomi ... 81
3. Masalah Pola Asuh Anak ... 89
4. Masalah Komuniikasi ... 90
5. Masalah Perbedaan Pola Pikir ... 92
D. Temuan Data ... 102
E. Implikasi Teori ... 103
1. Fungsi Hubungan Keluarga ... 106
a. Fungsi Manifes dalam Permasalahan Kebutuhan ... 106
b. Fungsi Laten dalam Beban Ganda Rumah Tangga .... 106
2. Disfungsi Peran dalam Rumah tangga ... 107
3. Keseimbangan Keluarga Ideal Sempurna sampai Keluarga Ideal Tidak Sempurna ... 108
BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ... 113
B. Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Dokumen Lain yang Relavan
3. Jadwal Penelitian
4. Surat Keterangan Bukti Penellitian
Tabel 1.1 Nama-nama Informan Penelitian ... 14
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia... 60
Tabel 3.3 Mata Pencaharian Menurut Sektor ... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Alur Pikir Teori ... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga terbentuk dari susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan. Menjalin perkawinan tentu melalui persetujuan kedua belah
pihak. Oleh karena itu dalam sebuah pernikahan tidak sekedar berhubungan
antara suami dengan istri saja, namun ditengahnya juga berhubungan dengan
keluarga dari pasangan. Dari adanya pernikahan, berarti adanya penyatuan
dua individu untuk membentuk keluarga.
Setiap pasangan tentu merencanakan mau tinggal dimana setelah
menikah, hal ini perlu dipikirkan agar suami dan istri sama-sama sesuai
dengan keinginan masing-masing. Umumnya ada dua pilihan dalam hal
memilih tempat tinggal setelah menikah. Pilihan pertama adalah tinggal
bersama pasangan saja. Dalam arti, pasangan tersebut tinggal dengan suami
dan istri tanpa orang tua baik di rumah sendiri maupun rumah sewa. Kedua
adalah ikut tinggal bersama orang tua. Ikut tinggal bersama orang tua ini bisa
jadi tinggal bersama orang tua suami atau tinggal bersama orang tua istri.
Dengan adanya faktor ekonomi, usia, dan lain sebagainya merupakan faktor
yang mendorong anak dan menantu mengambil keputusan untuk tinggal satu
2
Berkaitan dengan tempat tinggal, persoalan sesungguhnya adalah jika
tinggal bersama orang tua suami. Mereka pasti melakukan culture shock yakni
adaptasi dengan mertua atau keluarga baru yang bagi sebagian orang hal yang
sangat sulit dilakukan. Nyatanya, memang tidak sedikit menantu yang
mengeluhsulit membangun hubungan baik dengan mertuanya dengan
berbagai alasan. Adanya dua generasi atau lebih yang tinggal bersama,
terutama antara ibu mertua dan menantu wanita cenderung berpotensi
mengalami perdebatan, karena kedua wanita tersebut sama-sama memiliki
tugas untuk mengatur rumah tangga di dalam satu rumah yang sama.Ibu
mertua memiliki ketegangan emosional yang lebih tinggi dari pada ayah
mertua. Kebanyakan mereka mempunyai kriteria yang ideal terhadap menantu
perempuan. Jika ada bagian yang tidak memenuhi syarat maka tidak akan jauh
dari problematika.
Secara lahiriah, antara mertua dan menantu perempuan tidak memiliki
hubungan darah, namun mereka mempunyai hubungan kekerabatan yang
kental melalui ikatan pernikahan puteranya. Artinya hubungan menantu–
mertua ini merupakan hubungan skunder yang dihasilkan dari hubungan
primer, yaitu pernikahan. Dengan demikian tidak mengherankan jika
harapan-harapan pada diri mertua dan menantu jarang bisa bertemu.
Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring terletak diujung selatan
kota Lamongan. Terdapat lima Dusun pada Desa ini, antara lain: Blumbang,
agraris, hal itu sejalan dengan letak geografis Desa yang jauh dari kota. Baik
laki-laki maupun perempuan memiliki kesibukan disawah. Kebanyakan warga
menghabiskan waktu disawah dari pagi hingga sore hari. Namun pekerjaan
sawah dilakoni secara musiman, artinya ada beberapa bulan yang
mengharuskan warga pergi ke sawah seperti pada saat musim tanam dan
musim panen, selain itu ada beberapa bulan yang membuat warga tidak
memiliki rutinitas disawah seperti pada musim peralihan antara tanam dan
panen. Pada musim peralihan tersebut kebanyakan ibu-ibu berada di rumah
dan melakukan pekerjaan domestik sebagaimana mestinya. Sebagai seorang
petani, banyak waktu yang bisa dituangkan untuk mengurus rumah tangga dan
mengurus anak. Hubungan dengan anggota keluarga terutama mertua
tergolong baik karena sering berkomunikasi dan menantu sanggup melakukan
tugasnya di rumah.
Pada tahun 2014 terdapat pembangunan beberapa pabrik di Desa
Dradahblumbang. Yakni Gudang Garam dibangun di Dusun Tarek, pabrik
Intercraft dibangun di Dusun Sempu dengan memproduksi triplek dari
serpihan kayu, dan Alaf Denada dibangun di Dusun Sempu Dukuhan Tegal
Rejo.
Kaum perempuan tidak terkecuali ibu-ibu banyak yang direkrut sebagai
karyawan pada bidang produksi. Hal tersebut menjadi sesuatu yang baru bagi
warga desa Dradahblumbang. Sebagai pekerja pabrik, mereka dituntut berada
4
16:00, bahkan selesai jam kerja masih banyak yang mengambil jam lembur
hingga pukul 20:00. Keadaan ini membuat ibu-ibu tidak memiliki waktu lebih
untuk keluarga. Pekerjaan mengalihkan dirinya dari kewajiban-kewajiban
mengurus rumah dan tanggung jawab mendidik anak. Keadaan semakin parah
apabila tinggal bersama orang tua suami yaitu mertua. Mertua memiliki hak
penuh dalam menilai menantu, apalagi terdapat anggapan bahwa perempuan
bertanggung jawab atas segala pekerjaan reproduktif maupun pekerjaan
domestik yang terkait dengan organisasi rumah tangga.2
Menantu perempuan dengan ibu mertua yang tinggal serumah perlu
mendapat perhatian khusus. Karena akan secara otomatis terdapat perbedaan
usia, pendidikan, nilai, tradisi, gaya hidup, sikap dan latar belakang sosial.
Kondisi menantu yang sibuk bekerja sehingga pekerjaan rumah terbengkalai,
mengakibatkan rasa tidak segan dari mertua. Tingkah laku dan sikap menantu
perempuan biasanya menimbulkan teguran-teguran dan kritikan-kritikan dari
ibu mertua. Tanggapan ibu mertua yang penuh dengan kritikan dan tidak
diimbangi dengan pengertian dan penjelasan akan menimbulkna
ketidaknyamanan bagi menantu perempuan. Apabila menantu perempuan
tidak dapat menerima kritikan tersebut dengan bijak, bisa saja menantu
perempuan menjadi tersinggung dan hubungan keduanya menjadi lebih
renggang, baik karena terdapat ketegangan diantara keduanya maupun jarang
berkomunikasi karena sibuk bekerja.
2
Melihat kehidupan keluarga yang dinamis ini dan adanya kesenjangan
antara mertua dan menantu di Desa Dradahblumbang, menarik untuk
dilakukan penelitian mengenai “Hubungan Menantu dan Mertua, Studi Kasus
Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di Desa
DradahBlumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan“ untuk
melihat erat tidaknya hubungan keduanya, maka penelitian difokuskan pada
ibu mertua yang tinggal bersama anak dan menantu perempuan yang bekerja
di pabrik Gudang Garam, Intercraft dan Alaf Denada.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dikaji lebih
mendalam diarahkan pada:
1. Bagaimana hubungan antara mertua dengan menantu buruh pabrik
perempuan di Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring
Kabupaten Lamongan?
2. Bagaimana persepsi mertua tentang perilaku menantu buruh pabrik
perempuan di Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat memberikan data yang riil dan alamiah mengenai
Hubungan menantu buruh pabrik perempuan dan mertua yang Ideal di
Desa Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan.
2. Memberikan informasi mengenai persepsi mertua tentang perilaku
menantu buruh pabrik perempuan di Desa Dradahblumbang Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini tentunya peneliti mendapatkan hasil yang sangat
berharga. Adapun manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi teoritis,
metodelogis dan empiris bagi kepentingan akedemis.
2. Secara Praktis
Penelitian tentang ”Hubungan Mertua Dan Menantu (Studi Kasus
Keluarga Ideal dalam Rumah Tangga Buruh Pabrik Perempuan di Desa
Dradahblumbang Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan)” ini
a. Bahan referensi terutama bagi pengambil kebijakan untuk mengetahui
Hubungan sosial dan permasalahannya masyarakat kaum buruh pabrik
sehingga dapat dicarikan penyelesaiannya yang efektif.
b. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin lebih mendalami
penelitian tentang Hubunganyang terjadi pada masyarakat buruh
pabrik.
c. Bahan referensi dalam rangka pengembangan khazanah ilmu
pengetahuan.
E. Metode Penilitian
Metodologi penilitian berasal dari kata “Metodologi” yang artinya cara
yang tepat untuk melakukan sesuatu dan “Logos” yang artinya ilmu atau
pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan.3 Metodologi
dalam pembuatan usulan penelitian ini menggambarkan tentang tatacara
pengumpulan data yang diperlukan guna menguji hipotesa atau menjawab
permasalahan yang ada. Dalam kegiatan ilmiah, metodologi merupakan hal
yang penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang
dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah-langkah.4
3
Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 1.
4
8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif.
Melalui pendekatan tersebut, peneliti berupaya memecahkan misteri
makna berdasarkan pengalaman peneliti dan objek kajiannya. Makna
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman seseorang dari
kehidupan sosialnya bersama orang lain. Makna bukan sesuatu yang lahir
dari pengalaman dari objek penelitian atau peneliti, akan tetapi menjadi
bagian terbesar dari kehidupan objek penelitian.5
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Objek dalam penelitian
kualitatif adalah objek yang alamiah atau natural setting, sehingga
metode penelitian ini sering disebut sebagia metode naturalistik.6
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni studi kasus. Studi
kasus adalah salah satu metode penelitian untuk melacak
peristiwa-peristiwa kontemporer.7 Studi kasus akan melibatkan peneliti dalam
penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh
terhadap perilaku seorang individu. Di samping itu, studi kasus juga dapat
5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2011), 5.
6
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 1-2.
7
mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil seperti
perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit sosial yang
lainnya. Jadi, studi kasus dikenal sebagai studi yang bersifat
komprehensif, intens, rinci dan mendalamserta lebih diarahkan sebagai
upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat
kontemporer.8
Studi kasus dikategorikan ke dalam tiga tipologi, yakni: studi kasus
eksplanatoris, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan
antara dua kompenen atau gejala. Penelitian ini bertitik pada pertanyaan
“bagaimana”. Studi kasus eksploratoris, penelitian yang bertujuan untuk
menguji suatu teori untuk meemperkuat atau menolak teori hasil
penelitian yang sudah ada.9 Penelitian ini bertitik pada pertanyaan
“mengapa”. Dan Studi kasus deskriptif, studi mengenai frekuensi dan
distribusi suatu penyakit pada manusia atau masyarakat menurut
karakteristik orang yang menderita, tempat kejadian, dan waktu kejadian.
Penelitian ini bertitik pada pertanyaan “apakah”.10
Peneliti akan
menggunakan satu diantara tiga jenis studi kasus yang dianggap relavan
dalam penelitian.
8
Bungin, Penelitian Kualitatif, 20
9“Jenis penelitian studi kasus: studi kasus deskriptif, eksploratori, dan eksplanatori”
, Pyutz punk, diakses13Maret 2016, vheqputry.blogspot.com/20/11/16/jenis-penelitian-studi-kasus-studi.html?m=1.
10
10
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam pembuatan permasalahan, harus sekaligus dipikirkan lokasi
mana yang relavan dan menguntungkan apabila hendak dilakukan
penelitian. Lokasi penelitian adalah suatu areal dengan batasan yang jelas
agar tidak menimbulkan kekaburan dengan kejelasan daerah atau wilayah
tertentu.
Penelitian ini memilih di Desa Dradahblumbang Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan sebagai lokasi penelitian. Banyaknya
ibu rumah tangga yang bekerja di pabrik menjadikan wajah baru bagi
hubungan kekerabatan dengan keluarga dirumah, terutama mertua. Desa
tersebut menjadi sasaran yang sangat membantu untuk menentukan data
yang diambil, sehingga lokasi ini sangat menunjang untuk dapat
memberikan informasi yang valid.11
Sedangkan waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
dalam jangka waktu kurang lebih 1 bulan, pada tanggal 16 Mei 2016
sampai 15 Juni 2016.
3. Pemilihan Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini istilah yang digunakan untuk subjek penelitian
adalah informan. Melalui informan, peneliti akan memperoleh informasi
mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan dirinya sendiri ataupun
11
tentang lingkungan tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan
kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat.12 Pemilihan informan
dan informan kunci lebih menekankan pada data apa yang hendak dicari.
Subjek yang peneliti pilih adalah seluruh mertua yang tinggal bersama
menantu perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Mertua tidak
dibatasi ayah maupun ibu, akan tetapi yang lebih diprioritaskan adalah ibu
mertua. Karena kasus-kasus yang sering terdengar lebih banyak
melibatkan antara menantu perempuan dengan ibu mertua, selain itu
keterlibatan Ibu mertua dalam wawancara lebih intensif. Pemerintahan
Desa juga terlibat sebagai informan untuk mengetahui kondisi
masyarakatnya saat ini. Untuk mengetahui data informan secara lengkap
dapat dilihat dengan tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: Erlangga, 2009), 246.
No Nama Usia Alamat Keterangan
1 Kari Muji Santoso
50 Dusun Blumbang Perangkat Desa
2 Siswanto 57 Dusun Carangban Perangkat Desa 3 Bu Sunoto 52 Dusun Blumbang Mertua (satu rumah) 10 Astuti 46 Dusun Carangban Mertua (satu rumah)
11 Srini 44 Dusun Dradah Mertua (beda rumah)
12
Sumber: (Observasi peneliti dengan warga Desa Dradahblumbang, khususnya Ibu mertua yang tinggal satu rumah dengan menantu perempuan).
4. Tahap-Tahap Penelitan
Dalam menyusun suatu rancangan penelitian, peneliti harus
benar-benar memahami bagaimana langkah-langkah harus ditempuh dalam
proses penelitian. Secara garis besar, tahapan yang ditempuh dalam
melaksanakan penelitain ada dua tahap yaitu tahap pra lapangan dan
tahap lapangan.
a. Tahap Pra Lapangan
Berikut adalah urutan tahap pra lapangan :
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Penyusunan rancangan penelitian ini berupa usulan
penelitian yang sebelumnya telah didiskusikan bersama dosen.
Kemudian usulan tersebut diajukan kepada Ketua Prodi
Sosiologi, yang berisi tentang latar belakang masalah, fenomena
yang terjadi di lapangan, dan problematika yang berisi tentang
permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
2) Memilih Lapangan Penelitian
Peneliti memilih Desa Dradahblumbang kecamatan
mertua yang tinggal bersama menantu perempuan yang bekerja
sebagai buruh pabrik.
3) Menjajaki dan Menilai Lapangan
Peneliti pergi dan menjajaki Desa Dradahblumbang untuk
melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang
berada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti
waktu, biaya, tenaga, dan kemudahan untuk mendapatkan data
juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.
4) Memilih dan Memanfaatkan Informan
Peneliti memilih seorang informan yang mampu
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Selain itu informan harus memiliki pengalaman yang
sesuai dengan fokus kajian penelitian. Peneliti dapat
memanfaatkan informan tersebut untuk melancarkan penelitian.
5) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau
kebutuhan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Peneliti
menyiapkan pedoman wawancara, kamera, hand phohe atau tape
recorder untuk merekam serta alat tulis untuk mancatat.
6) Mengatur Perizinan
Sebelum diadakannya penelitian, peneliti memohon surat
14
selanjutnya diserahkan kepada pihak yang akan dijadikan tempat
penelitian.
b. Tahap Lapangan
Adapun tahap lapangan, tersusun sebagai berikut :
1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
Untuk memasuki suatu lapangan penelitian, peneliti perlu
memahami latar penelitian terlebih dahulu, disamping itu peneliti
perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam
menghadapi subyek yang akan diteliti di lapangan.
2) Memasuki Lapangan
Dalam hal ini perlu adanya hubungan yang baik antara
peneliti dengan subyek yang diteliti sehingga tidak ada batasan
khusus antara peneliti dengan subyek, pada tahapan ini peneliti
berusaha menjalin keakraban dengan tetap menggunakan sikap
dan bahasa yang baik serta sopan, agar subyek menerima peneliti
dan memahami bahasa serta sikap yang digunakan. Peneliti juga
mempertimbangkan waktu yang digunakan dalam melakukan
wawancara dan pengambilan data yang lainnya dengan semua
kegiatan yang dilakukan oleh subyek.
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standart
menentukan menentukan kualitas data yang terkumpul dan kualitas data
yang akan menentukan kualitas hasil penelitian.13 Bila di lihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan dat adapat menggunakan sumber primer dan
sumber skunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Dan sumber skunder adalah
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.14
Data-data yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara
merupakan data primer. Sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan
teknik dokumtasi merupakan data skunder.
a. Observasi
Obsevasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta
melakukan pencatatan data informasi yang sesuai dengan konteks
penelitian. Teknik observasi diharapkan dapat menjelaskan atau
menggambarkan secara luas dan rinci tentang masalah-masalah yang
dihadapi.15
Dalam melakukan observasi, peneliti memperhatikan tempat
yang banyak terdapat mertua tinggal serumah dengan menantunya,
13
Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 211.
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 62.
15
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: Dalam perspektif Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sastra
16
terdapat pelaku yang memainkan peran sebagai orang yang ideal dan
terdapat buruh pabrik perempuan.16
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui
bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat
memberikan keterangan pada peneliti. Wawancara ini dapat dipakai
untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.17
Sasaran yang dituju adalah tokoh masyarakat dan mertua.
Peneliti akan memilih waktu yang paling tepat untuk menemui
informan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti akan membawa
pedoman wawancara, alat tulis, dan alat perekam suara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kumpulan data bentuk tulisan yang
berupa monumen, artefak, foto.18
Dokumentasi ini merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
Keuntungan menggunakan dokumentasi biayanya relatif murah,
waktu dan tenaga lebih efisien.19 Dalam pengambilan dokumentasi,
16
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 28.
17
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), 64.
18
Bungin, Penelitian Kualitatif, 125.
19
peneliti ambil dari internet, mengambil foto informan secara
langsung, meminta data ke Balai Desa Dradahblumbang.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan mnyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang
lain. Langkah-langkah analisis data diantaranya:
a. Reduksi data
Data yang di dapat dari lapangan langsung di tulis dengan rapi dan
terinci. Mereduksi tulisan tersebut dilakukan dengan cara memilih
hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.20
b. Penyajian data
Miles mengemukakan bahwa yang dimaksud penyajian data adalah
menyajikan sekumpulan informasi yang jelas dan singkat yang
memberikan kemungkinan adanya kesimpulan dan pengambilan
tindakan.21Penyajian data ini bertujuan agar dapat melihat gambaran
20
Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 194.
21
18
keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari
hasil penelitain tersebut.
b. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan di dasarkan atas rumusan masalah yang
difokuskan lebih spesifik. Hasil analisi merupakan jawaban dari
persoalan penelitian yang telah diterpakan.22
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Seluruh data yang diperoleh dari lapangan yang telah dipisahlan
kemudian disusun untuk mencari pola, hubungan dan kecenderungan
hingga sampai pada tahap kesimpulan. Temuan atau data dapat dikatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan
apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Dalam usaha
meningkatkan derajat kepercayaan data dan mengupayakan hasil
penelitian benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.
Maka pengujian keabsahan data penelitian dilakukan dengan cara
trianggulasi.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Terdapat empat
macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
22
a. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh.
Trianggulasi ini dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2) Membandungkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatannya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitan dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
b. Trianggulasi dengan metode, terdapat dua strategi untuk memeriksa
derajat kepercayaan, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2)
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
c. Trianggulasi dengan penyelidik ialah dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu
20
d. Trianggulasi dengan teori, penggunaan berbagai perspektif untuk
menafsirkan sebuahdata. Penggunaan beragam teori dapat membantu
memberikan pemahaman yang lebih baik saat memahami data. Jika
beragam teori menghasilkan kesimpulan analisis sama, maka
validitas ditegakkan.23
F. Sistematika Pembahasan
1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang
tentang hubungan mertua dan menantu di Desa Dradahblumbang
Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. Setelah itu menentukan
rumusan masalah, menyertakan tujuan, dan manfaat penelitian.
2. BAB II Kerangka Teoretik
Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran serta penjelasan
tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian. Peneliti
juga akan memberikan penjelasan teori tindakan sosial yang digagas oleh
Max weber untuk menganalisis data agar sesuai dengan tema penelitian.
Selain itu, peneliti akan memberikan alasan kepada setiap pembaca ketika
peneliti mengambil referensi dari penelitian yang terdahulu.
23
3. BAB III Penyajian Data Dan Analisis Data
Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang seluruh
data-data yang telah diperoleh, baik data-data primer maupun data-data sekunder.
Penyajian data akan dibuat secara tertulis dan juga disertakan
gambar-gambar atau tabel serta bagan yang mendukung data. Setelah ituakan
dilakukan penganalisahan data dengan menggunakan teori tindakan
sosial.
4. BAB IV Penutup
Dalam bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dari setiap
permasalahan dalam penelitian. Selain itu, peneliti juga memberikan
rekomendasi kepada para pembaca laporan penelitian ini. Pada bab ini,
peneliti juga memberikan kesimpulan dari beberapa permasalahan dan
22
BAB II
STRUKTURAL FUNGSIONAL – ROBERT K. MERTON
DAN PEKERJA BURUH PABRIK
A. Kajian Pustaka
1. Hubungan Mertua Dan Menantu
Hubungan atau Relation adalah kesinambungan interaksi antara dua
individu atau lebih, kelompok-kelompok atau antara individu dengan
kelompok yang sifatnya asosiatif dan disasosiatif.24 Asosiatif merupakan
sebuah hubungan yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan atau
penyatuan.25 Asosioatif terbagi menjadi tiga bentuk, antara lain:
a. Kerja Sama
Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara
orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama. Kerja sama berkembang apabila orang dapat
digerakkan untuk mencapai tujuan bersama dan harus ada kesadaran
bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi
semua.26
24
Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1993), 424.
25
Muchammad Ismail, dkk, Pengantar Sosiologi, (Surabaya: IAIN SA Press, 2013), 120. 26
b. Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lain. Sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.27
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai
dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat
antara orang perorangan dan juga meliputi usaha untuk mempertinggi
kesatuan. Dalam proses asimilasi, mereka mengidentifikasi dirinya
dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan kelompok. Apabila dua
kelompok manusia mengadakan asimilasi, batas-batas antara
kelompok tadi akan hilang dan keduanya lebur menjadi satu
kelompok.28
Sedangkan disasosiatif merupakan sebuah hubungan yang
mengindikasikan adanya gerak kearah perpecahan.29 Disasosiatif
memiliki tiga bentuk, anatara lain:
a. Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing
mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
27
Ibid., 83. 28
Ibid., 88. 29
24
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.30
b. Kontravensi (Contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses
sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau
pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala
adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana
dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian dan
keraguan terhadap kepribadian seseorang.31
c. Pertentangan (Conflict)
Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan dengan disertai ancaman atau kekerasan.32
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mertua adalah
sebutan dalam hubungan atau sistem kekerabatan yang merujuk pada orang
tua istri atau suami.33 Sedangkan menantu adalah sebutan dalam hubungan
atau sistem kekerabatan yang merujuk padaistri atau suami dari anak.34 Istri
dari anak laki-laki disebut menantu perempuan, dan suami dari anak
perempuan disebut menantu laki-laki.
Jadi yang dimaksud dengan hubungan mertua dan menantu adalah
terjadinya interaksi antara mertua dengan menantu yang menghasilkan
penyatuan maupun perpecahan.
Mertua sama halnya dengan orang tua, keduanya memiliki tugas dan
tanggung jawab sama dalam keluarga. Orang tua atau mertua yang ideal
memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya:
a. Ciri-Ciri Orang Tua Ideal
Ciri-ciri pokok orang tua yang ideal, pada dasarnya berkisar
aspek-aspek logis, etis, dan estetis yang dapat dinamakan kebenaran
atau ketepatan, keserasian dan keindahan. Ketiga aspek itu sebenarnya
merupakan hal-hal yang seharusnya serasi dalam kehidupan
sehari-hari, yang terwujud dalam tingkah laku sehari-hari manusia.
Ciri pertama adalah orang tua seyogyanya bersikap tindak logis
(sa’benere). Artinya, orang tua dapat membuktikan atau apa mana
yang benar dan yang salah. Tampaknya hal ini tidak terlalu sulit untuk
dilaksanakan, akan tetapi bagaimana hal itu diterapkan dalam
hubungan dengan anak-anak. Sebab ada anggapan kuat, bahwa orang
34
26
tua tidak perlu memberikan landasan pembenaran apabila beliau ingin
menerapkan sesuatu pada anak-anaknya.
Ciri yang kedua adalah bahwa orang tua seyogyanya bersikap
tindak etis (sa’mestine). Artinya, bersikap tindak yang didasarkan pada
patokan tertentu, sehingga tidak asal saja atau sembrono.
Ciri yang ketiga adalah bahwa orang tua itu seyogyanya bersikap
tindak estetis (sakepenake). Artinya adalah, seharusnya orang tua
hidup enak, tanpa mengakibatkan ketidakenakan pada pihak lain.
b. Lingkungan Sosial-Budaya Bersahaja dan Orang Tua Ideal dulu
Kalau ciri-ciri lingkungan sosial-budaya bersahaja ditelaah
kembali sejenak, maka akan tampak betapa kuatnya peranan
adat-istiadat. Adat-istiadat itu menjadi landasan bagi hubungan dalam
keluarga dan masyarakat setempat, yang secara relatif menentukan
perkembangan kepribadian seseorang.
Apa yang dikatakan orang tua yang berkisar pada
masalah-masalah etis, pada dasarnya dianggap benar. Pembuktian mengenai
kebenaran itu tidak begitu diharapkan, karena orang tua dianggap
sebagai salah satu panutan. Disamping tindak etis, maka sikap tindak
estetis juga agak menonjol. Sikap tindak estetis tersebut berkisar pada
pola kehidupan yang tidak “ngoyo” (artinya enak) tanpa mengganggu
orang tua atau pihak lain. Orang Jawa memberikan istilah
Sikap tindak demikian itu pada dasarnya ke tujuan untuk menciptakan
ketentraman dalam diri seseorang maupun dalam hubungannya dengan
pihak-pihak lain.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa orang tua ideal dulu adalah
orang tua yang mempunyai sikap tindak sebagai berikut:
Tidak sembrono.
Tidak serakah.
Mampu tidak berkekurangan, akan tetapi juga tidak serba
berkelebihan.
Tidak berlarut-larut.
Hidup enak tanpa merugikan diri sendiri maupun pihak-pihak
lainnya. Artinya memberikan ketentraman pada diri sendiri
maupun dalam pergaulan hidup.
c. Lingkungan Sosial-Budaya Madya Orang Tua Ideal Kini
Pada masa kini, orang tua tetap dianggap sebagai panutan, akan
tetapi bila dibandingkan dengan masa lalu isinya sudah berubah.
Dewasa ini, anak-anak mendapatkan kesempatan yang lebih besar
untuk menjalani pendidikan formal. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang diajarkan di sekolah-sekolah membangkitkan rasa ingin tahu
yang lebih besar untuk mengungkapkan kebenaran dan keinginan
28
Orang tua ideal adalah orang tua yang mampu mempertemukan
pola lama dengan pola baru. Pola baru itu sebenarnya merupakan
pemberian tekanan pada sikap tindak logis yang memberikan dapat
mantap pada sikap tindak yang dianut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa orang tua ideal kini, adalah orang tua yang mampu
bersikap tindak logis, disamping menyerasikan dengan sikap tindak
etis dan estetis. Ketidakmampuan berbuat demikian, tercermin dalam
sikap tindak yang serba “terlalu”. Misalnya sikap tindak estetis
menjadi pola hidup yang seenaknya, sehingga merugikna banyak
orang. Pola hidup seenaknya tersebut, merupakan salah satu akibat
masuknya pengaruh materialisme yang diterima melalui saringan
apapun juga. Sikap tindak logis tersebut kemudian dicampuradukkan
dengan materialisme yang tidak terkendali, sehingga anak didik
cenderung untuk menirunya karena kemudahan melakukan hal itu.
d. Lingkungan Sosial-Budaya Modern dan Orang Tua Ideal Mendatang
Aspek spiritual kehidupan manusia secara implisit ada dalam
ciri-ciri lingkungan sosial-budaya modern, sepanjang hal itu disadari oleh
manusia yang menciptakan lingkungan tersebut. Masyarakat Indonesia
sebenarnya dapat belajar banyak dari kelemahan-kelemahan
masyarakat barat yang dianggap modern. Masyarakat Barat modern
agak menyampingkan segi spiritualistis kehidupan manusia, sehingga
Salah satu akibat berkembangnya materialisme negatif pada
masyarakat Barat, bhawa orang tua yang ideal adalah orang tua yang
bersikap materialisme. Sikap tindak demikian kemudian menimbulkan
konsumerisme yang memperbudak manusia untuk mendapatkan
kekayaan material yang sebanyak-banyaknya.35
2. Keluarga Ideal
Untuk memahami arti keluarga Ideal, perlu memahami pengertian
keluarga dan Ideal secara terpisah.
a. Keluarga
Menurut Anton M. Moeliono menjelaskan bahwa keluarga ialah
satuan kekerabatna yang sangat mendasar di masyarakat yang terdiri
atas ibu, bapak, dan anak. Dalam masyarakat yang lebih besar,
keluarga merupakan kelompok primer dalam masyarakat yang
terbentuk mulai dari hasrat dan keinginan individu untuk menyatu
dengan individu lain untuk menciptakan regenerasi secara
berkelanjutan.36
Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan
keluarga batih (ectended family).
35
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga (Jakarta: Rineka cipta, 2004), 6-10
36
30
Keluarga inti adalah keluarga yang di dalamnya hanya terdapat
tiga posisi sosial yaitu ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. 37
Struktur keluarga yang demikian menjadikan keluarga sebagai
orientasi bagi anak, yaitu keluarga tempat ia dilahirkan. Adapun orang
tua menjadikan keluarga sebagai wahan prokreasi, karena keluarga inti
terbentuk setelah sepasang laki-laki dan perempuan menikah dan
memiliki anak. Dalam keluarga inti hubungan antara suami istri
bersifat saling membutuhkan dan mendukung layaknya persahabatan,
sedangkan anak-anak tergantung pada orang tuanya dalam hal
pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosiaolisasi.
Sedangkan keluarga batih merupakan satuan keluarga yang
meliputi lebih dari satu generasi, misalnya terdiri dari keluarga inti
yang hidup bersama keluarga lainnya seperti, nenek, kakek, paman,
bibi, pembantu, dan lain-lain yang tinggal dalam satu rumah. Bentuk
pertama dari keluarga batih yang banyak ditemui di masyarakat adalah
keluarga bercabang (stem family). Keluarga bercabang terjadi
manakala seorang anak yang sudah menikah masih tinggal masih
tinggal dalam rumah orang tuanya. Bentuk kedua dari kelaurga batih
adalah keluarga berumpun (lineal family). Bentuk ini terjadi manakala
lebih dari satu anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama kedua
orang tuanya. Bentuk ketiga dari keluarga batih adalah keluarga
37
beranting (fully extended). Bentuk ini terjadi manakala di dalam suatu
keluarga terdapat generasi ketiga (cucu) yang sudah menikah dan tetap
tinggal bersama.38
Terdapat tujuh macam fungsi keluarga diantaranya:
1) Fungsi Pengaturan Keturunan
Fungsi disini ialah untuk mengatur dan mengorganisasikan
kepuasan keinginan seksual. Dalam tata kelakuan (mores) dilarang
melakukan hubungan seksual antara pria dan wanita yang belum
memiliki ikatan suami dan istri.
2) Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai
pertumbuhan anak membentuk personalitinya. Anak-anak itu lahir
tanpa bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus
disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat.
3) Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi
Fungsi disini ialah untuk hubungan suami istri dan anak-anak dapat
dipandang sebagai teman-teman sekerja yang sedikit banyak juga
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama.
38
32
4) Fungsi Pelindung
Fungsi disini ialah untuk memberikan perlindungan anggota
keluarganya dari faktor-faktor yang mengancam akan keselamatan
tersebut.
5) Fungsi Penentuan Status
Perubahan status ini biasanya melakukan perkawinan. Hak-hak
istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu dan
lain sebagainya. Jadi status dapat di peroleh melalui assign status,
maupun ascribed status.
6) Fungsi pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan ini berkewajiban untuk memelihara setiap
anggota keluarganya yang sedang sakit atau sudah lanjut usia yang
sudah tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari, akan tetapi
seiring perkembangan masyarakat yang sudah maju dan kompleks
sebagian besar fungsi pemeliharaan di alihkan kepada instansi
misal seperti panti jompo, rumah sakit dan lain sebagainya.
7) Fungsi Afeksi
Fungsi disini ialah untuk kebutuhan kasih dan sayang orang tua
terhadap anak, tanpa itu anak akan menjadi nakal sebab tidak
merasakan perhatian atau kasih sayang.39
39
b. Ideal
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang ditulis oleh Windy Novia kata
ideal diartikan sebagai pikiran yang diwarnai emosi dari satu
kepribadian (watak, garis, kelakuan) sebagai penggambaran atas suatu
tujuan, menurut ide atau cita-cita (keinginan), angan-angan, cocok
dengan ide, sesuai dengan cita-cita, sempurna dan cita-cita.40 Dari
definisi tersebut, penulis dapat menjelaskan yang arti keluarga ideal
adalah keluarga yang melihat segala perubahan dan tantangan
kehidupan yang lebih mengutamakan prinsip, sehingga apapun yang
dilakukan harus dengan cara yang sesuai untuk mencapai tujuan.
c. Keluarga Ideal
Pengertian keluarga ideal menurut Yazid bin Abdul Qadir Jawas
adalah keluarga yang senantiasa berlandasakan pada keharmonisan
rumah tangga. Menurut ajaran Islam, rumah tangga yang ideal adalah
rumah tangga yang diliputi ketentraman jiwa, rasa cinta dan kasih
sayang.41
Keadilan dan pergaulan yang baik antar seluruh anggota keluarga
adalah landasan utama untuk membentuk keluarga yang bahagia
sejahtera. Untuk itu harus memperhatikan beberapa aspek di bawah
ini:
40
Windy Novia, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Wacana Intlektual, 2009), 187. 41
34
1) Ilmu agama dan keimanan keluarga, tiang penyangga utama
rumah tangga adalah agama dan moral, rumah tangga hendaknya
bersih dari segala bentuk kesyirikan dan tradisi jahiliyah, serta
semarak dengan aktifitas ibadah seperti sholat, puasa, membaca
al-Quran dna berzdikir sehingga rumah terlihat hidup dan sehat
secara jasmani dan rohani.42
2) Mempunyai waktu bersama keluarga, pasangan pernikahan yang
lebih sering menikmati kebersamaan dan berbagi perasaan yang
piositif akan lebih mampu serta terampil dalam mengelola konflik
yang terjadi, sekaligus memantapkan kebersamaan visi tentang
masa depan pernikahan mereka.43
3) Mempunyai komunikasi yang baik antara anggota keluarga,
komunikasi dan dialog yang sehat serta intensif memang menjadi
salah satu kunci keharmonisan keluarga. Komunikasi dapat
dijadikan seni untuk mempengaruhi orang lain.44
4) Komitmen bersama yang meliputi saling percaya menghargai,
berbagi, menerima, memaafkan, bersikap terbuka, berfikir positif,
intropeksi, sabar dan syukur.
42
Abu Muhammad Izuddin Al-Qossam, Bahtrera Cinta Menuju Keluarga Sakinah (Bengkulu: Rawi Pustaka, 2011), 21
43
Deny Riana, Refresh Your Family (Bandung: MQ Publishing, 2007), 51. 44
5) Mengatasi berbagai macam krisis yang mungkin terjadi dengan
cara positif dan konstruktif, dengan demikian akan menimbulkan
kualitas dan kuantitas konflik yang minim.
6) Adanya hubungna dan ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat
maka antar anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memilik
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya keluarga
ideal, diantaranya ialah:
1) Faktor Kesejahteraan jiwa
Rendahnya frekuensi pertengkaran atau percekcokan di rumah,
saling mengasihi dan saling membutuhkan serta saling tolong
menolong antar sesama anggota keluarga45 adalah tanda
kesejahteraan jiwa pasangan suami istri. Prinsip yang diunggulkan
bagi pasangan suami istri adalah jangan saling berbantahan.
Sebagai alternatif yang alami dari perbantahan, yaitu diskusi
terbuka antara pasangan suami istri. Jadi, mungkin sekali kedua
belah pihak berdiskusi tentang suatu permasalahan yang terjadi di
45
36
antara mereka, tetapi perlu dijaga jangan sampai meningkat ke
tingkat pertengkaran.46
2) Faktor Kesehatan Fisik
Agama Islam sangat memperhatikan kesehatan manusia dan
memerintahkan mereka agar menjaga kebersihan dan menjauhi
hal-hal yang najis atau kotor, serta menganjurkan agar manusia
berolahraga.47 Kerupawanan tidak akan sempurna kecuali
dibarengi dengan kesehatan tubuh. Orang yang sehat tubuhnya
akan menjadi rupawan, elok dan menawan, sementara orang yang
sakit-sakitan akan berkurang kerupawanannya. Ada penyakit-
penyakit yang membuat tubuh menjadi jelek, dan ada yang dapat
melemahkan tubuh dan membuatnya tidak bias melaksanakan
kewajiban suami-istri serta tidak akan pernah bisa berhasil dan
sukses.48 Dengan demikian, nampaklah bahwa Islam sangat
menganjurkan pengikutnya agar memiliki tubuh yang prima serta
sehat dan tidak sakit-sakitan. Hingga dia akan melangkah menuju
pernikahan dalam keadaan siap dan sehat, serta dengan berbekal
anugerah akal yang baik dan jiwa yang prima.
46
Makmun Mubayidh, Saling Memahami dalam Bahtera Rumah Tangga (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), 318-319.
47
Muhammad Washfi, Mencapai Keluarga Barokah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 152. 48
3) Faktor Ekonomi
pernikahan memang tidak cukup dengan hanya mengandalkan
cinta. Dengan disyariatkannya suami untuk memenuhi kebutuhan
nafkah keluarga, jelas terlihat bahwa dalam sebuah pernikahan
juga diperlukan kemampuan ekonomi. Artinya, tak bisa dipungkiri
bahwa faktor ekonomi tak bias dianggap remeh. Kita semua
menyadari bahwa hidup berumah tangga mengharuskan adanya
pembiayaan.49 Dengan demikian, maka anggaran belanja rumah
tangga harus diatur dengan sebaik- baiknya. Uang harus
digunakan sebagai bagian kuat dari suatu mainan dalam hubungan
suami istri. Sebab, uang merupakan suatu tanggung jawab
bersama, bukan hanya tanggung jawab satu pihak, baik sedikit
maupun banyak.50
Sulitnya memberikan batasan yang umum, tentang keluarga yang
ideal, maka satu-satunya cara untuk mengukur kebahagiaan keluarga
adalah dengan menggunakan standar keidealan keluarga yang telah
ditetapkan oleh beberapa pakar atau ahli.51 Menurut para pakar
49
Riana, Refresh Your Family, 78.
50
Butsainah As-Sayyid Al-Iraqi, Rahasia Pernikahan Bahagia (Bogor: Griya Ilmu, 2006), 148.
51
38
mengenai permasalahan rumah tangga, maka keluarga bahagia adalah
keluarga yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya ketenangan jiwa yang dilandasi oleh ketakwaan kepada
Allah SWT.
2) Hubungan yang harmonis antara individu yang satu dengan
individu yang lain dalam keluarga dan masyarakat.
3) Terjamin kesehatan jasmani, rohani dan sosial.
4) Cukup sandang, pangan, papan.
B. Kajian Teoritik
1. Konsep Fungsi
Keberadaan keluarga sangat berpengaruh bagi individu-individu yang
hidup didalamnya. Setiap individu tidak mungkin hidup tanpa bergaul
dengan keadaan sekitar. Hidup dalam satu rumah tangga perlu berinteraksi
diantara sesama anggota keluarga. Segala interaksi tersebut mengarahkan
kerja sama antar anggota keluarga untuk mengisi kekosongan sehingga
tercipta keseimbangan. Dan untuk dapat bertahan hidup seluruh anggota
keluarga harus memenuhi keperluan dasar atau menjalankan fungsi
tertentu.52
52
Istilah “fungsi” telah banyak digunakan dalam berbagai ilmu dan kerap
diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi dikaitkan dengan aktivitas
yang dilakukan oleh pihak yang menduduki posisi atau memiliki peran
tertentu. Fungsi tersebut menjadi piranti terbentuknya adaptasi atau
penyesuaian suatu sistem tertentu. Dalam sebuah struktur masyarakat,
terdapat bagian-bagian dimana ada fungsi positif dan fungsi yang mengarah
ke sisi negatif.
Setiap orang melakukan tugas dan melaksanakan fungsi seperti yang
telah digariskan oleh aturan. Kegiatan satu orang dengan orang lain
dilakukan dalam suatu sistem interaksi antar orang dan kelompok. Setiap
individu yang bersama individu lain memiliki sumbangan tersendiri bagi
berlangsungnya kebersamaan dalam keluarga tersebut. Individu merupakan
elemen dari masyarakat, jaringan hubungan antara individu dengan orang
lain yang terpola mencerminkan struktur elemen-elemen yang stabil.
Kegiatan seperti itu dilakukan dengan mantap dan stabil: artinya dari hari ke
hari beralih ke bulan dan beralih ke tahun, kegiatan yang dilakukan relatif
sama, hampir tidak berubah.
Jaringan hubungan yang terpola tersebut mencerminkan struktur
elemen-elemen yang terintegrasi dengan baik. Artinya elemen-elemen yang
membentuk struktur memiliki kaitan dan jalinan yang bersifat saling
mendukung dan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya.
40
ketergantungan tersebut membuahkan struktur elemen-elemen terintegrasi
dengan baik.
Fungsi dari elemen-elemen yang terstruktur dibangun dari nilai di antara
para anggotanya. Nilai tersebut berasal dari kesepakatan yang telah ada
dalam suatu masyarakat seperti adat kebiasaan, tata perilaku, maupun
kesepakatan yang baru dibuat.53
Menjalankan fungsi merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan, hal itu senantiasa dilaksanakan demi bertahan atau
berlangsungnya keutuhan keluarga. Pada Desa Dradahblumbang, fungsi
mertua dan menantu yang sudah baku bisa saja berubah ketika menantu
menjadi buruh pabrik. Artinya suatu item yang sudah fungsional dapat
diganti dengan unsur lain, akan tetapi kebutuhan fungsional tetap terpenuhi.
2. Perkembangan Awal Perspektif Fungsional
Jika dicoba dilacak ke belakang, perspektif fungsionalisme dimulai oleh
kajian August Comte tentang “hukum tiga tahap” perkembangan masyarakat
tidak melihat perilaku manusia sebagai individu, tetapi pendekatan yang
berorientasi pada masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Comte menyatakan
bahwa masyarakat akan berkembang dalam tiga tahap, yaitu tahap teologis,
metafisik, dan positif. Turner dan Maryanski menjelaskan bahwa gagasan
Comte mengilhami munculnya perspektif fungsionalisme sebagai berikut:
53
Comte dalam bukunya mencoba mengaitkan sosiologi dengan penelitian empiris yang bisa nenghasilkan hukum organisasi sosial manusia. Selanjutnya hukum tersebut bisa digunakan untuk mereorganisasikan masyarakat dan mempertahankan keseimbangan.54
Ilmuan lain yang memiliki andil dalam perkembangan awal
fungsionalisme ialah Herbert Spencer. Spencer membuat persamaan yang
terdapat antara organisme biologis dengan kehidupan sosial, ia menyatakan
bahwa masyarakat seperti organisme.55 Sebagai suatu sistem, masyarakat
menurut Spencer memiliki fungsi mempertahankan kelangsungan sistem
secara keseluruhan. Baginya setiap masyarakat memiliki empat problem
yang harus diatasi, yaitu produksi, reproduksi, regulasi dan distribusi.
Kontribusi penting dari Herbert Spencer terhadap perspektif fungsionalisme
yakni konsepnya tentang equilibrium sosial. Spencer melihat equilibrium
merupakan kondisi masyarakat yang berada dalam kondisi penuh dengan
harmoni sosial, stabil, dan terintegrasi.
Bagi kaum fungsionalis seperti Durkheim, masyarakat terdiri dari
bagian-bagian yang terintegrasi dan saling tergantung. Dimana
masing-masing bagian melaksanakan fungsi. Dalam bukunya The Division of
Labour in Society, Durkheim menemukan bahwa pembagian kerja
memberikan dasar baru solidaritas dalam masyarakat yang mengalami
diferensiasi dengan cepat. Durkheim menghubungkan konsep sistem sosial
54
Rahma Sugihartati, Perkembangan Masyarakat Informasi & teori Sosial Koontemporer
(Jakarta: Kencana, 2014), 2-3. 55
42
dengan konsep solidaritas sosial dan integrasi sosial. Dalam karya Rules of
The Sociological Method, Durkheim menjelaskan bahwa analisis mengenai
fakta sosial muncul dari analisis fungsional. Fungsi integrasi masyarakat
menjadi kenyataan yang sudah ada dengan sendirinya, dan tugas sosiologi
adalah mempelajari sistem hubungan menggunakan statistik dan metode
yang lain untuk menganalisis hal tersebut.56
Tokoh terkemuka dari perspektif fungsional ialah Talcot Parsons,
masyarakat menurut Parson harus memiliki empat fungsi imperatif dan
merupakan karakteristik sistem sosial. Secara lebih rinci keempat fungsi
tersebut dikenal dengan nama AGIL, yang merupakan perpanjangan dari
fungsi A (Adaptation), G (Goal Attainment), I (Integrasi), L (Latent
maintenance).
Sebagai seorang sosiolog yang paling berpengaruh di Amerika di zaman
itu, Parson banyak mencurahkan waktunya untuk menyusun suatu teori
sosial yang mengintegrasikan seluruh pemikiran dalam suatu kerangka teori
yang utuh. Dalam mengembangkan teori sistem tindakan, Parson
menyatakan ada empat tipe tindakan yang saling interelasi satu dengan lain.
Tipe tersebut antara lain: sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian
dan sistem organisme perilaku.
Organisme perilaku, menurut Parson adalah sistem tindakan yang
melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri atau mengubah
56
lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian
tujuan dengan menetapkan sistem tujuan dan memobilisasi sumber daya
yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menangani integrasi dengan cara
mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem kultural
melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor
seperangkat norma dan nilai yang memotivasi untuk bertindak.57
Lembaga sosial sebagai unsur struktur dianggap dapat memenuhi
kebutuhan kelangsungan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Lembaga
sosial mempunyai fungsinya masing-masing dan dalam hubungan antara
satu dengan yang lainnya. Sosiologi mempunyai perhatian utama terhadap
struktur dan fungsinya, maka perspektif tersebut dinamakan teori struktural
fungsional.58
Teori fungsionalisme menekankan kepada keteraturan (order) dan
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut
teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari
bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan. Asumsi dasar dari teori ini ialah setiap struktur dalam system
sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional
maka struktur itu tidak ada atau akan hilang dengan sendirinya. Teori ini
cenderung melihat sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem
57
Ibid,. 6. 58
44
yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa
atau suatu sistem dalam beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya. Secara
ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua
struktur adalah fungsional bagi masyarakat.59
Masyarakat menurut struktural fungsional terdiri dari bagian-bagian
yang saling ketergantungan, ketergantungan disini diartikan bahwa setiap
struktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur yang lain. Maka
ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme
tersebut tetap dapat bertahan hidup.
3. Fungsi dan Disfungsi : Robert K. Merton
Robert K. Merton banyak melontarkan kritik sekaligus
menyempurnakan teori Talcot Parson. Merton sendiri dalam pengembangan
teorinya tentang analisis fungsional banyak mengacu pada penulis besar,
seperti Max Weber, William I. Thomas dan Emile Durkheim. Karyanya
sebetulnya lebih banyak berupa esai yang menyempurnakan aspek tulisan
klasik teoretikus besar sebelumnya, khususnya Talcot Parson.
Merton mulai mengembangkan analisis fungsionalnya dengan
menunjukkan asumsi atau postulat kabur yang terkandung dalam teori
fungsionalisme. Tiga dalih dasar yang dikritik Merton antara lain:
59
1. Postulat kesatuan fungsional masyarakat, semua kepercayaan sosial dan
budaya dan praktik yang distandarkan bermanfaat bagi masyarakat
sebagai suatu keseluruhan dan juga sebagai individu-individu dalam
masyarakat. Merton beranggapan bahwa dalil pertama hanya berlaku
pada masyarakat primitif, bukan masyarakat secara keseluruhan.
Kepercayaan, budaya dan praktik bersifat fungsional bagi suatu
kelompok (menunjang integrasi) akan tetapi disfungsional
(mempercepat kehancuran) bagi kelompok lain.60
2. Postulat fungsionalisme universal, semua bentuk sosial dan budaya yang
distandarkan mempunyai fungsi-fungsi positif. Menurut merton postulat
kedua bertolak belakang dari dunia nyata karena adat kebiasaan, ide,
kepercayaan dan seterusnya belum tentu memiliki fungsi positif bagi
masyarakat.61
3. Postulat Indispensability, aspek masyarakat yang distandardisasi tidak
hanya mempunyai fungsi-fungsi positif, tetapi juga menggambarkan
bagian-bagian yang sangat diperlukan untuk berfungsinya sebagai satu
kesatuan. Artinya tidak ada struktur dan fungsi lain yang dapat bekerja
sama baiknya dengan struktur dan fungsi yang ada dalam masyarakat.
60
Margaret M. Polama, Sosiologi Kontemporer (Yogyakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), 36. 61
46
Menurut Merton ada berbagai alternatif struktur dan fungsional yang
ada di dalam masyarakat dan tidak dapat dihindari. 62
Robert K. Merton seorang penggagas dari teori ini berpendapat bahwa
perhatian Struktur Fungsional harus lebih banyak ditujukan kepada
fungsi-fungsi dibandingkan dengan motif-motif subjektif (tujuan atau orientasi) dan
efek konsekuensi dari tindakan.63 Fungsi adalah bagian dimana unsur-unsur
sosial atau budaya memainkan peranannya dalam masyarakat yang
menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem.64 Tidak semua
tindakan memiliki fungsi yang berakibat positif, di luar itu ada fungsi yang
merupakan konsekuensi yang tidak disadari dan tidak dikehendaki. Maka
dari itu Merton mengajukan satu konsep yang disebut disfungsi. Disfungsi
merupakan konsekuensi yang menurunkan taraf adaptasi dan penyesuaian.
Sebagaimana struktur atau institusi dapat menyumbang pemeliharaan
bagian-bagian lain dari sistem sosial, struktur, atau institusi pun dapat
menimbulkan akibat negatif bagi sistem sosial.65 Terdapat konsep lain dari
sifat fungsi yakni fungsi manifes (manifest) dan fungsi laten (latent). Fungsi
manifest adalah fungsi yang diharapkan (intended), sedangkan fungsi laten
adalah fungsi yang tidak diharapkan. Pemikiran ini dapat dihubungkan
dengan konsep lain Merton yakni akibat yang tidak diharapkan
62
Soerjono Soekanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), 576.
63
Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, 22.
64
Soekanto, Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi, 564.
65
(unanticipated consequences). Tindakan mempunyai akibat, baik yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Meski setiap orang menyadari
akibat yang diharapkan, analisis sosiologi diperuntukkan untuk menemukan
akibat yang tak diharapkan ini.
Seperti Parsons, Merton menekankan tindakan yang berulang kali atau
yang baku, yang berhubungan dengan bertahannya suatu sistem sosial di
mana tindakan itu berakar. Merton menyatakan bahwa objek apapun dapat
dianalisis secara struktural-fungsional harus merepresentasikan unsur-unsur
standar, yaitu yang berpola dan berulang. Ia menyebut hal ini sebagai peran
sosial, peran institusional, proses sosial, pola kultural, norma sosial,
organisasi kelompok, struktur sosial, dan alat kontrol sosial.66 Sesuatu yang
baku di masyarakat belum tentu fungsional. Adanya berbagai perbedaan
kepentingan yang saling bertentangan antar kelompok dan organisasi yang
berbeda dalam suatu masyarakat yang kompleks akan menyebabkan pola
adaptasi yang fungsional bagi satu kelompok, namun justru disfungsional
bagi kelompok lain. Merton menunjukkan bahwa struktur bisa saja
disfungsional untuk sistem secara keseluruhan namun demikian struktur itu
terus bertahan hidup (ada).67
Melalui konsep fungsi, disfungsi, manifest, dan laten ini menjadi piranti
bagi peneliti untuk mengetahui hubungan sosial yang terbentuk antara
66
Sugihartati, Perkembangan Masyarakat Informasi & teori Sosial Koontemporer, 8. 67