• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN LEMBAGA SOSIAL DAN DAKWAH ISLAM : STUDI KASUS YAYASAN NURUL HAYAT SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN LEMBAGA SOSIAL DAN DAKWAH ISLAM : STUDI KASUS YAYASAN NURUL HAYAT SURABAYA."

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGY SOCIAL ENREPRENEURSHIP DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN LEMBAGA SOSIAL ISLAM

(STUDI KASUS YAYASAN NURUL HAYAT SURABAYA) SKRIPSI

Diajukankepada

Universitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanUntukMemperolehGelar SarjanaIlmuSosial Islam (S. Sos. I)

Oleh :

RENI DIAH SETIOWATI NIM: B04212029

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

Abstrak

Reni Diah S, 2016 “Strategi social entrepreneuship dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (Studi kasus di Yayasan Nurul Hayat Surabaya).

Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “strategos”, yang berasal dari kata

stratos”, yang memiliki arti militer, dan Ag yang memiliki arti pemimpin. Awalmula kata strategi digunakan oleh kalangan jendral militer, dalam pembuatan rencana untuk menaklukan musuh. Hingga saat ini, strategi sering kali diartikan sebagai cara jitu untuk mencapai tujuan. Yayasan Nurul Hayat adalah lembaga yang bergerak dibidang sosial dan dakwah islam. Kantor pusat Yayasan Nurul Hayat terletak di Perum IKIP Gunung Anyar B-48 Surabaya. penghargaan yang beberapa kali yang diperoleh sebagai salah satu bukti bahwa Yayasan Nurul Hayat dapat mengemban amanahnya dengan baik. Terdapat berbagai entrepreneurship yang memiliki tujuan untuk memandirikan lembaga, dan digunakan untuk kegiatan sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi social entrepreneurship

dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (Studi Kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya). Untuk menidentifikasi permasalahan tersebut secara mendalam penelitian ini, menggunakan metode grounded theory dengan pendekatan kualitatif. Tekhnik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah reduksi data, penyajian data, dan terkhir mengambil kesimpulan.

Dari penelitian ini, diperoleh bahwa strategi social entrepreneurhip Yayasan Nurul Hayat dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya) adalah dengan mendirikan unit-unit

entrepreneurship. Unit-unit entrepreneurship tersebut adalah Aqiqah, Qurban, Barbeku, Percetakan, Koperasi, Herbal Shop, Apotik, Majalah Anas, dan Property. Dimana keuntungan dari unit-unit entrepreneurship tersebut, digunaan untuk menggaji karyawan, dan biaya operasional yayasan, serta untuk mendukung jalannya program sosial dan dakwah islam. Program tersebut meliputi, program pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perekonomian, layana sosial dan dakwah islam.

(6)

i

b. Karakteristik Social Entrepreneur 18

1) Budaya (Culture) 20

2) Keunikan (Uniqueness) 23

3) Strategi (Strategy) 25

4) Teknologi (Technology) 26

5) Peluang (Opportunity) 28

6) Pengelolaan (management) 31

7) Pelaksanaan (Executing) 34

8) Sumber Daya (Resource) 36

BAB III : METODE PENELITIAN

(7)

ii

B. Obyek Penelitian 39

C. Jenis dan Sumber Data 40

D. Tahapan-tahapan Penelitian 46

E. Teknik Pengumpulan Data 51

F. Teknik Validasi Data 55

G. Teknik Nalisis Data 58

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Yayasan Nurul Hayat 61

2. Visi, Misi, dan Legalitas 66

3. Komitmen Yayasan Nurul Hayat 67

4. Penghargaan yang Pernah diTerima 67

5. Struktur Organisasi 69

6. Management (Pengelolaan) 117

7. Execution (Pelaksanaan) 121

8. Resource (Sumber Daya) 122

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data)

(8)

iii

e. Opportunity (Peluang) 172

f. Management (Pengelolaan) 174

g. Execution (Pelaksanaan) 179

h. Resource (Sumber Daya) 183

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan 186

B. Saran dan Rekomendasi 187

C. Keterbatasan Penelitian 187

DAFTAR PUSTAKA 189

(9)

iv

Daftar Gambar

Gambar 1 30

Gambar 2 31

Gambar 3 60

Gambar 4 61

Gambar 5 64

Gambar 6 69

Gambar 7 70

Gambar 8 71

Gambar 9 72

Gambar 10 98

Gambar 11 99

Gambar 12 99

(10)

1

Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “strategos”, yang berasal

dari kata stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya pemimpin. Strategi dalam konteks awal diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang. Pada tahun 1950-an memperlihatkan masa perdamaian dan mulai muncul perusahaan-perusahaan baru.1

Pada awalnya konsep strategi didefinisikan sebagai berbagai cara untuk mencapai tujuan. Konsep generik ini terutama sesuai dengan perkembangan awal penggunaan konsep strategi yang digunakan dalam dunia militer.2 Sementara Alfred Chandler berpendapat tentang strategi yang dikutip

oleh Ismail Solihin, yang artinya bahwa “strategi adalah penentuan tujuan jangka panjang suatu perusahaan dan penerapan program tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan-tujuan ini.”3 Jadi kata strategi digunakan untuk memenangkan sebuah pertarungan. Dalam hal ini, strategi yang digunakan oleh Yayasan Nurul Hayat dapat memenagkan persaingan dengan Lembaga atau Yayasan sejenis.

1

Setiawan Hari P. dan Zulkieflimansyah, 1996. Manajemen Strategi. Fakultas Ekonomi Uiniversitas Indonesia, Jakarta: hal. 8

2 Ismail Solihin, 2012,

manajemen strategic, Erlangga, Jakarta, hal 24

3

(11)

2

Menurut Gordon, yang dikutip oleh Kaswan dan Ade Sadikin, bahwa kewirausahan adalah memulai dan mengelola bisnis dengan inisiatif dan resiko besar, untuk memperoleh keuntungan.4 Sedangkan, kewirausahaan sosial digunakan untuk menjelaskan semua program ekonomi yang melayani misi sosial atau misi lingkungan hidup, serta yang menginvestasika ulang sebagian besar surplusnya dalam mendukung misinya. Meskipun belum terdapa definisi yang baku dan batasan-batasanya belum jelas. Namun, fokusnya pada efisiensi ekonomi dan inovasi sosial, yang terjadi pada konteks ketidakpastian yang sangat besar pada masa depan.5

Wirausaha sosial mengidentifikasi peluang untuk mendorong perubahan dimasyarakat agar dapat memecahkan masalah sosial baru, dengan memberikan gagasan bar dan menyediakan jenis-jenis jasa atau pelayanan baru dan dengan mencari perpaduan baru atau yang lebih efisien dari sumber daya. Oleh karena itu, biasanya kewirausahaan sosial juga dikaitkan dengan inovasi sosial. Misalnya seperti Yayasan Nurul Hayat Surabaya.

Yayasan Nurul Hayat Surabaya, adalah salah satu lembaga yang menggunakan prinsip mandiri didalamnya. Yayasan Nurul Hayat berdiri pada tahun 2001, bergerak dalam bidang layanan sosial dan dakwah islam. Nurul Hayat sejak awal didirikan sudah dicita-citakan untuk menjadi lembaga milik

4

Kaswan dan Ade Sasangka, 2015. Social entrepreneurship, mengubah masalah sosial menjadi peluang usaha, Alfabeta, Bandung, hal. 11

5 Kaswan dan Ade Sasangka, 2015.

(12)

3

ummat yang mandiri. Yayasan Nurul Hayat adalah lembaga milik ummat, artinya lembaga yang dipercaya oleh ummat karena mengedepankan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana-dana amanah ummat.6 Yayasan Nurul Hayat memiliki empat komitmen yaitu: Mandiri, Amanah,

Profesional, dan Memberdayakan.7

Yayasan Nurul Hayat Surabaya adalah lembaga sosial yang mendirikan berbagai unit entrepreneurship didalamnya. Unit

entrepreneurship tersebut adalah aqiqah, qurban, barbeku, herbal shop percetakan, koperasi, apotik, majalah Anas, tour and travel, dan NH property. Keuntungan dari unit entrepreneurship tersebut digunakan untuk menggaji kurang lebih 400 karyawan, dan dipergunakan untuk biaya operasional Yayasan Nurul Hayat. Dengan demikian, dana infak dan sedekah umat dapat tersalurkan 100% kepada kegiatan sosial masyarakat yang membutuhkan.8

Program atau kegiatan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Nurul Hayat Surabaya adalah, sebagai berikut:

1. Pemberdayaan Yatim dan Duafa, kegiatan ini meliputi: Pesantren Anak Sholeh (PAS), Pesantren Anak Sholeh Penghafal Al Quran, Sahabat Yatim Cemerlang, Sekolah Anak Sholeh (SAS), Kampus Entrepreneur Penghafal Al Quran (KEPQ), Senyum Hari Raya,

6

http://www.nurulhayat.org/sekilas diakses pada 11 Agustus 2015 pukul 15:52

7http://www.nurulhayat.org/komitmen-kami diakses pada 11 Agustus 2015 pukul 15:52 8

(13)

4

2. Pemberdayaan ekonomi dhuafa, kegiatan ini meliputi: Penciptaan Lapangan Kerja Mandiri, Insentif Bulanan Guru Al-Quran, Tanda Cinta Untuk Penghafal Al-Quran

3. Program dakwah, kegiatan ini meliputi: dakwah center nurul hayat dan

majlis ta’lim abang becak,

4. Program kesehatan, kegiatan ini meliputi: Praktek Medis Sosial, Santunan Ibu Hamil dan Pengobatan, Aksi Tanggap Bencana.9

Pada tanggal 10 November 2014, yang bertepatan pada hari Ulang Tahun kota Surabaya, Yayasan Nurul Hayat Surabaya mendapatkan penghargaan dari wali kota Surabaya, sebagai lembaga inspirasi pengentasan kemiskinan.10 Pada tanggal 6 Desember 2015 Yayasan Nurul Hayat mendapatkan rekor muri, dalam acara “Yayasan Al-qur’an Braille Digital

International”. Dimana Yayasan Nurul Hayat membagikan 1500 Al-qur’an Braille kepada tunanetra. Rekor muri tersebut adalah membaca Al-qur’an Braille digital oleh tunanetra terbanyak, tasyakuran bersama tunanetra terbanyak, Aqiqah Nurul Hayat sebagai penyelenggara pendukung tasyakuran bersama tunanetra terbanyak, dan pemprakarsai tasyakuran bersama tunanetra terbanyak.11

9

http://www.nurulhayat.org/program diakses pada Selasa, 22 september 2015, pukul 08:39

10

http://nurulhayat.org/semangat-pahlawan-semangat-berbagi diakses pada 11 Agustus 2015 pukul 15:52

11 Hasil Observasi pada 6 Desember 2015 di Masjid Manarul Ilmi, kampus ITS (Institute Teknologi

(14)

5

Dengan demikian, kesuksesan Yayasan Nurul Hayat dalam mengemban amanahnya sebagai Lembaga Sosial dan Dakwah Islam sudah terbukti. Dari pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Strategy

social entrepreneurship dalam mewujudkan kemandirian Lembaga Sosial dan Dakwah Islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana strategy social entrepreneurship dalam mewujudkan kemandirian Lembaga Sosial dan Dakwah Islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya)?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui strategy social entrepreneurship

dalam mewujudkan kemandirian Lembaga Sosial dan Dakwah Islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritik

a. Untuk mengembangkan ilmu dibidang manajemen khususnya dalam

(15)

6

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan ilmiah yang dapat dipergunakan untuk suatu Lembaga yang bergerak dibidang organisasi non provit.

2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Peneliti

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui manajemen kewirausahaan dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam;

2) Sebagai syarat untuk memenuhi gelar S1;

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah referensi perpustakaan fakultas.

c. Bagi Yayasan

Sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi Yayasan dalam mengelola kewirausahaan untuk mewujudkan kemandirian lembaga sosial di Yayasan.

E. Definisi Konseptual

(16)

7

judul yang di angkat dalam penelitian ini, yang artinya akan dijadikan landasan pada pembahasan selanjutnya.

1. Strategy

Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “strategos”, yang berasal

dari kata stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya pemimpin. Strategi dalam konteks awal diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang. Pada tahun 1950-an memperlihatkan masa perdamaian dan mulai muncul perusahaan-perusahaan baru.12 Secara singkat strategi merupakan postur ekstern, yakni sikap perusahaan dalam menghadapi lingkungan eksternalnya.13

Mintzberg memperluas konsep strategi dan mendefinisikan strategi dengan memperhatikan berbagai dimensi dari konsep strategi, yang

dikutip oleh Ismail Solihin, bahwa Mintzberg menamakan “5 P’s of Strategy”,14 yaitu:

a. Strategy is a plan: terdapat dua karakteristik strategi, yaitu strategi direncanakan terlebih dahulu, dan strategi kemudian dikembangkan dan diimplementasikan.

12

Setiawan Hari P. dan Zulkieflimansyah, 1996. Manajemen Strategi. Fakultas Ekonomi Uiniversitas Indonesia, Jakarta: hal. 8

13 Napa J. Awat, 1986. Manajemen Strategi. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 20 14

(17)

8

b. Strategy as a Ploy: strategi merupakan suatu maneuver yang spesifik untuk memberi isyarat mengancam kepada pesaing perusahaan.

c. Strategy as a Pattern: strategi sebuah pola yang menunjukkan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam mencapai

goals.

d. Strategy as a position: strategi menunjukkan berbagai keputusan yang dipilih oleh organisasi untuk memposisikan organisasi dalam lingkungan perusahaan.

e. Strategy as a perspective: strategi menunjukkan perspektif dari para

stategist (pembuat keputusan perusahaan) didalam memandang dunianya.

2. Social Entrepreneurship/Kewirausahaan Sosial

Gardon mendefinisikan kewirausahaan, sebagaiamana yang

dikutip oleh Kaswan dan Ade Sadikin A. sebagai berikut: “ kewirausahaan

adalah memulai mengelola bisnis dengan inisiatif dan resiko besar, untuk

memperoleh keuntungan”.15

kewirausahaan sosial digunakan untuk menjelaskan semua program ekonomi yang melayani misi sosial atau misi lingkungan hidup, serta yang menginvestasikan ulang sebagian besar surplusnya dalam mendukung misinya.16

15 Kaswan dan Ade Sadikin, 2015.

Social entrepreneur. Alfabeta, Bandung, hal. 22

16

(18)

9

Jika dikaitkan dengan sebuah lembaga sosial dan dakwah islam, kewirausahaan yang dimaksud adalah kewirausahaan yang mengarah kepada social trepreneur. Maka, keuntungan dari berwirausaha ini yang dijadikan sebagai biaya operasional lembaga dan salurkan untuk kegiatan sosial. Sehingga, lembaga dapat menjadi lembaga yang benar-benar amanah dibidangnya. Karena dana infak dan sedekah umat atau masyarakat berikan dapat tersalurkan 100% kepada yang membutuhkan. 3. Lembaga Sosial dan Dakwah Islam

Lembaga Sosial dan Dakwah Islam yang dimaksud adalah suatu organisasi yang bergerak dibidang sosial, atau masyarakat umum dan melakukan Dakwah Islam. Dimana organisasi tersebut membantu masyarakat dalam melakukan tugas-tugas islamnya, seperti infak dan sedekah. Dalam menjalankan tugasnya, organisasi atau Lembaga senantiasa menerapkan dengan nilai-nilai islam. Selain itu, Lembaga juga melakukan Dakwah Islamiyyah, baik secara lisan maupun perbuatan. 4. Kemandirian

Secara bahasa mandiri berarti berdiri sendiri.17 Kemandirian yang dimaksud adalah sebuah lembaga yang dapat membiayai operasional lembaganya, dengan tanpa mengambil dana sedekah atau dana infak. Meskipun lembaga tersebut memiliki hak mengambil sebagian dana infak sedekah tersebut, karena lembaga sebagai amilnya.

17

(19)

10

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan skripsi. Untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, sebagai berikut:

Bab I menjelaskan tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan.

Bab II menjelaskan tentang tentang kajian teoritik dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bab ini menjelaskan tentang teori umum maupun teori islam dan kepustakaan dari judul penelitian, langkah yang diambil dalam penyelesaian bab ini adalah mencocokkan beberapa literatur yang ada, baik dari buku, skripsi, maupun jurnal yang sesuai dengan judul penelitian.

Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang dipergunakan peneliti untuk mencocokkan data atau informasi yang telah didapat. Meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, dan teknik analisis data. Sehingga mempermudah peneliti dalam menyusun skripsi dengan persetujuan dosen pembimbing.

(20)

11

objek penelitian, penyajian data, dan pembahasan hasil penelitian (analisis data).

(21)

Bab 2

Kajian Teoritik

A. Penelitian Terdahulu

Dalam proses penulusuran karya-karya ilmiah yang sama atau mirip dengan penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis menelusuri untuk mencari beberapa kerangka karya ilmiah diantaranya sebagai berikut:

(22)
(23)
(24)

Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.

B. Kerangka Teoritik

1. Entrepreneur (Kewirausahaan)

Kasmir mengutip pendapatnya Peter F. Drucker, yang mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan harus mampu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang lainya atau menciptakan yang sudah ada, namun dengan dikolaboraskan dengan hal lain, sehingga menjadi berbeda dari sebelumnya.1

Sementara William D. Bygrave berpendapat, sebagaimana yang dikutip oleh Suparyanto, bahwa “wirausahawan adalah seorang yang

mencari peluang dan menciptakan organisasi untuk mengejarnya”.

Berdasarkan teori tersebut dapat dipahami bahwa wirausahawan adalah orang yang dinamis, senantiasa mencari peluang dan memanfaatkanya untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai tambah.2

Di dalam islam, Allah tidak hanya memerintahkan untuk beribadah namun juga memerintah hambanya untuk bekerja. Hal ini menunjukkan

1 Kasmir, 2012.

Kewirausahaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 21

2

(25)

bahwa kedua hal tersebut sangat penting dan harus dikerjakan, supaya umat memperoleh keberuntungan. Perintah Allah tersebut terkandung dalam surat Al-Jumu’ah ayat 10, yaitu:

َ ا ركْذا َ لْضف ْنم ا غتْبا ض ْر ْْا ف ا رشتْن ف ةَصلا ت ضق اذإف

ن ح ْ ت ْ ك عل اًر ثك

Artinya: “Maka apabila shalat jum’at telah selesai dikerjakan, maka

bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah rizki atau karunia

dari Allah swt, semoga kamu menjadi orang yang beruntung”.3

Lalu apabila telah ditunaikan shalat, maka jika kamu mau, maka bertebaranlah di muka bumi untuk tujuan apapun yang dibenarkan Allah dan carilah dengan bersungguh-sungguh sebagian dari karunia Allah, karena karunia Allah sangat banyak dan tidak mungkin kamu dapat mengambil seluruhnya. Dan banyak-banyaklah mengingat Allah, saat mencari sebagian karunia-Nya, jangan sampai lengah. Berdzikirlah disetiap waktu dan disetiap tempat dengan hati atau dengan mengucapkanya supaya mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan.4

3

Al- u ’a da Te je ah, Al-kaffah, hal. 555

4 M. Quraish Shihab, 2003.

Tafsir Al-mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Quran Volume 14.

(26)

Ayat di atas juga memotivasi umat islam untuk tetap bekerja. Tidak ada hari libur bagi umat islam, meskipun setelah sholat jum’at. Namun, islam mengedepankan mencari karunia Allah tanpa dibatasi oleh

tempat, waktu dan jenis usaha. Kata “fantasiru fil ardli” menunjukkan

perintah mencari dan bekerja dimana saja dan kapan saja. Sedangkan, kata

wabtaghuu min fadlillah” menunjukkan berbagai jenis dan macam

pekerjaan yang menghasilkan uang sebagai karunia Allah.5

2. Social Entrepreneur (Kewirausahaan Sosial) a. Pengertian

Menurut Richez Battesi dan Francesta Peterella, yang dikutip

oleh Kaswan dan Ade Sadikin, bahwa “Kewirausahaan sosial

merupakan jenis kewirausahaan yang berbeda yang bertujuan menciptakan nilai sosial, yaitu manfaat dalam skala besar bagi

masyarakat”.6

Wawan Dhewanto, dkk. mengutip pendapatnya Okpara dan Halkias yang mengemukakan bahwa, “kewirausahaan sosial adalah proses penciptaan sosial dengan menggabungkan sumber daya yang terfokus untuk mengejar dan mencari kesempatan.”7

5

Cholil Umam dan Taudlikhul Afkar, 2011. Modul Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. IAIN Sunan Ampel Press, Surabaya, hal. 47-48

6

Kaswan dan Ade Sadikin, 2015. Social entrepreneurship, mengubah masalah sosial menjadi peluang usaha, Alfabeta, Bandung, hal. 19

7

(27)

Kewirausahaan sosial biasanya digunakan untuk menjelaskan semua program ekonomi yang melayani misi sosial atau misi lingkungan hidup serta yang menginvestasikan ulang sebagian besar surplusnya dalam mendukung misinya. Meskipun minat terhadap kewirausahaan sosial tergolong baru, sepanjang kapasitasnya menyelaraskan penciptaan nilai swasta dan sosial.8

Jadi, Social Entrepreneurship yang terdiri dari kata social dan

entrepreneur. Dimana entrepreneur yang diinovasikan dengan kegiatan sosial. Social Entrepreneurship adalah entrepreneur yang berjalan seperti bisnis-bisnis pada umumnya. Yang membedakan adalah keuntungan entrepreneurship yang dijalankan bertujuan untuk kebutuhan sosial.

b. Karakteristik Social Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial)

Untuk menciptakan nilai sosial ini, harus mengetahui kebutuhan yang belum terpenuhi. Kemudian melibatkan adanya produk dan jasayang dihasilkan. Okpara dan Halkias merangkum dari berbagai definisi terdapat beberapa kriteria dalam definisi kewirausahaan sosial, yaitu:

a. Innovation (inovasi), menggunakan solusi inovasi untuk memecahkan masalah sosial masyarakat, dengan inovasi

8 Kaswan dan Ade Sadikin, 2015.

(28)

menghasilkan produk, layanan, atau sesuatu yang baru dan berbeda atau pendekatan yang biasan dilakukan untuk CSR

b. Opportunity (peluang), mengidentifikasi isu-isu sosial yang penting dalam masyarakat, melakukan sesuatu yang realistis, terjangkau dan menguntungkan bagi masyarakat

c. Leadership (kepemimpinan), menciptakan nilai-nilai sosial yang lebih baik bagi masyarakat dan terciptanya perubahan sosial yang misinya adalah untuk mengembangkan masyarakat.

d. Value Creation (penciptaan nilai), adanya penciptaan nilai, inovasi dan kesempatan. Adanya transformasi sosial dimana tedapat perubahan yang akan memecahkan masalah sosial masyarakat e. Social benefit (manfaat sosial), melakukan sesuatu yang realistis,

terjangkau dan menguntungkan bagi masyarakat.

f. Profitability (keuntungan), menggunaka dan memperoleh pendapatan untuk memecahkan masalah sosial masyarakat.9

Jadi, wirausaha sosial adalah orang yang menggerakkan perubahan sosial atau memenuhi kebutuhan sosial. Komponen dalam kewirausahaan sosial meliputi inovasi, kepemimpinan, kesempatan, keuntungan, penciptaan nilai, dan manfaat sosial.

Untuk menjadi Social Entrepreneurship yang sukses baik individu maupun kelompok, tentunya ada kriteria yang perlu dimiliki.

9

(29)

Budi Lestariyo berpendapat, bahwa seorang Entrepreneurship masa kini harus memenuhi beberapa kriteria, sebagai berikut:

Gardon berpendapat tentang Model Customer, yang dikutip oleh Kaswan dan Ade Sadikin, bahwa kesuksesan bersaing organisasi terdiri dari delapan faktor, yaitu budaya, keunikan, strategi, teknologi peluang, manajemen, pelaksanaan dan sumber daya.10

Mode Customer Gardon

1 Budaya (culture) 2 Keunikan (uniqueness) 3 Strategi (strategy) 4 Teknologi (Technology) 5 Peluang (Opportunity) 6 Pengelolaan (Management) 7 Pelaksanaan (Execution)

8 Sumber Daya (Resource)

Gambar 111 1) Budaya (culture)

Allah swt berfirman dalam surat Al-mukminun ayat 8, sebagai berikut:

10

Kaswan dan Ade Sadikin, 2015. Social entrepreneurship, mengubah masalah sosial menjadi peluang usaha, Alfabeta, Bandung, hal. 96

11

(30)

ْ ت ن مْ ْ ه ن ذلا

ن عار ْ هدْ ع

Artinya: “Dan (sesungguhnya beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya”.12

Ayat di atas menegaskan bahwa, orang yang termasuk memperoleh kebahagiaan adalah orang yang benar-benar menjaga dan memelihara amanat serta janjinya yang telah dibuat dengan orang lain. Amanat mencakup empat aspek, yaitu amanat antara manusia dengan Allah, amanat antara manusia dengan orang lain, amanat antara manusia dengan lingkungan, amanat dengan dirinya sendiri.13

Islam menegaskan, bahwa menjaga amanah dan memenuhi janji adalah bagian dari budaya islam. Jika sebuah perusahaan benar-benar menepati janji atau karyawan yang bekerja sesuai janji perusahaan, maka hal itu merupakan suatu kekuatan yang luar biasa. Penghargaan atas waktu, pemenuhan janji, dan pelayanan kepada konsumen dengan baik, merupakan budaya yang harus dikembangkan. Dengan menjaga budaya tersebut, maka manusia akan memperoleh keberuntungan.14

12Al u ’a da Te je ah, Al

-kaffah, hal. 343

13

M. Quraish Shihab, 2002. Tafsir Al-mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, Volume 9.

Lentera Hati, Jakarta, hal. 159-160

14 Nana Herdiana Abdurrahman, 2013.

(31)

Budaya adalah system makna dan keyakinan bersama yang dianut oleh para anggota oganisasi yang menentukan cara mereka bertindak. Seperti halnya budaya-budaya suku yang memiliki aturan-aturan untuk dijalani dan dijauhi. Definisi tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, budaya adalah persepsi. Setiap individu memiliki persepsi budaya organisasi berdasarka apa yang dilihat, didengar, dirasakan atau dialami. Kedua, meskipun setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dan bekerja pada tingkatan yang berbeda. Namun, mereka memiliki gambaran budaya organisasi yang cenderung sama.15

Oleh karena itu, budaya organisasi/korporat amat penting karena memberikan sejumlah manfaat, di antaranya tampak pada kinerja finansial. Dalam bukunya Kaswan dan Ade sadikin yang berjudul social entrepreneurship, yang mengutip pendapatnya Susanto, dan Susanto mengutip pendapatnya Harvard Business school, bahwa:

“Perusahaan yang secara aktif mengelola budaya

organisasinya memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 682% : 166% yang diperoleh perusahaan yang tidak mengelola budayanya. Pendapatan bersihnya naik 756% : 1%, dan harga sahamnya melambung 901% : 74%.”16

15

Nana Herdiana Abdurrahman, 2013. Manajemen Bisnis Syariah & Kewirausahaan. Pustaka Setia, Bandung, hal. 41-40

16 Kaswan dan Ade Sadikin, 2015.

(32)

Jadi, organisasi perlu menciptakan budaya organisasi yang kuat yang memiliki kaitan erat atau menyebabkan kinerja unggul organisasi dengan cara meninggalkan unsur-unsur budaya (asumsi, kepercayaan, atau nilai) yang sudah tidak kondusif untuk pengembangan organisasi di era sekarang ini, mempertahankan unsur-unsur yang masih relevan, dan memasukkan unsur-unsur baru yang mendorong peningkatan kinerja, pengembangan karyawan, menambah motivasi, kepuasan, dan komitmen.

2) Keunikan (uniqueness)

Keunikan merupakan jantung dan ruh kewirausahaan. Inovasi dan kreatif harus dikembangkan untuk memberi nilai unik pada setiap aspek bisnis. Ketika persaingan global meningkat, kemampuan berinovasi amat esensial untuk tetap kompetitif. Misalnya, National Cash yang berpegang teguh pada teknologi mekanisme yang sudah kedaluwarsa selama bertahun-tahun, ketika

competitor mengembangkan system elektronik baru yang inovatif. Kurangnya inovasi hampir mengahancurkan perusahaan17

Inovasi dalam sosial biasanya digunakan untuk mendeskripsikan kewirausahaan sosial (Social Enterpreneurship),

17 Kaswan dan Ade Sadikin, 2015.

(33)

dan bisnis sosial. Dalam berbagai literatur maupun riset mengenai

kewirausahaan sosial terdapat “social innovation”.18

Seorang wirausaha harus kreatif. Comy Semiawan dalam Munchari Alma, yang dikutip oleh Nana Herdiana A. menyatakan

bahwa “Kreativitas dalah kemampuan untuk menciptakan produk baru”. Seseorang yang memiliki kreativitas, maka ia mampu

berinovasi. Inovasi dalam praktik tidak hanya menciptakan produk atau jasa yang benar-benar baru, tetapi juga mampu memodifikasi produk atau jasa yang lama.19

Hal tersebut sesuai dengan hadits riwayat Abu Daud tentang penghargaan pada orang yang berkarya dan terampil. Rasulullah bersabda, yang Artinya: “Sesungguhnya Allah swt mencintai seorang hamba yang berkarya dan terampil”. Allah

menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk dan berbagai macam potensi dalam dirinya. Arti “berkarya” dalam hadits tersebut, menunjukkan bahwa manusia dituntut untuk melakukan

berbagai macam bisnis dan kata “terampil” menunjukkan bahwa

dalam menjalankan bisnis manusia harus mampu berinovasi.20

18

Wawan Dhewanto, dkk, 2013. Inovasi dan kewirausahaan sosial. Alfabeta, Bandung, hal. 11

19

Nana Herdiana Abdurrahman, 2013. Manajemen Bisnis Syariah & Kewirausahaan. Pustaka Setia, Bandung, hal. 181 dan 183

20 Cholil Umam dan Taudlikhul Afkar, 2011.

(34)

3) Strategi (strategi)

Strategi adalah sebuah pola atau rencana yang memadukan tujuan, kebijakan, dan serangkaian tindakan utama organisasi menjadi satu kesatuan utuh yang dapat memenuhi kebutuhan para

stakeholder. Strategi yang formal mengandung tiga unsur, yaitu: sasaran tujuan yang harus dicapai, kebijakan-kebijakan yang memadu atau membatasi tindakan, dan serangkaian aksi atau program untuk mencapai tujuan atau sasaran.21

Strategi yang dikembangkan oleh perusahaan melalui proses manajemen strategik bertujuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan atau lembaga. Menurut Ismail Solihin yang mengutip pendapatnya Barney dan Hasterly, bahwa terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan

untuk menilai keunggulan kompetitif, antara lain: “mencakup

indikator-indikator kinerja akuntansi dan kinerja ekonomi”.22 Tidak semua orang mampu membuat strategi yang jitu. Untuk itu, islam menganjurkan dalam menangani segala sesuatu, hendaknya diserahkan kepada ahlinya. Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW. bersabda:

21

Kaswan dan Ade Sadikin, 2015. Social entrepreneurship, mengubah masalah sosial menjadi peluang usaha, Alfabeta, Bandung, hal. 99

22

(35)

}ىراخبلا هاور{ ةعاَسلا رظتناف هلها ريغ ىلا رمأا سوا ا

Artinya: “Apabila sebuah urusan diserahkan bukan pada ahlinya,

tunggulah saat kehancurannya”.23

4) Teknologi (technology)

Dalam islam, teknologi yang paling canggih dan tak tertandingi adalah sistem kerja yang ada dilangit dan di bumi. Sebagaimana Allah swt. Berfirman dalam surat Yunus ayat 101, sebagai berikut:

رذنلا ت ْْا نْغت م ض ْر ْْا تا مسلا ف اذ م ا رظْنا لق

ن نم ْؤ َ ْ ق ْنع

Artinya: “Perhatikanlah apa yang ada di langit da di bumi. Tidaklah bermanfaat ayat-ayat dan peringatan-peringatan

bagi orang-orang yang tidak beriman”.24

Allah tidak akan memaksa, engkau tidak perlu memaksa mereka agar beriman, tetapi katakanlah pada mereka,

“perhatikanlah” dengan mata kepala dan hati kamu masing-masing apa, yakni makhluk dan sistem kerja yang ada di langit dan di bumi (Teknologi). Sungguh banyak yang dapat kamu perhatikan,

23

Nana Herdiana Abdurrahman, 2013. Manajemen Bisnis Syariah & Kewirausahaan. Pustaka Setia, Bandung, hal. 34

24

(36)

salah satunya adalah bila kamu menggunakan akalmu yang dianugrahkan Allah swt.25

Peningkatan penguasaan ilmu dan teknologi dalam upaya peningkatan efisiensi, produktivitas dan daya saing, salah satunya adalah menguasai teknologi informasi. Dalam era informasi dan globalisasi. Dewasa ini, maka pemanfaatkan teknologi informasi menjadi keharusan bagi setiap perusahaan yang ingin bertahan dan unggul dalam persaingan.26

Kemajuan teknologi diperkenalkan pada organisasi dengan laju yang semakin cepat. Meskipun teknologi berubah dengan pesat di berbagai wilayah seperti robot. Suatu wilayah yang merefolusi bisnis adalah teknologi informasi. Sistem komputer yang dianggap mutakjir tiga tahun lalu, sekarang menjadi ketinggalan zaman dan digantikan oleh system yang lebih cepat, murah, dan handal. Teknologi yang muncul didukung dengan munculnya internet.27

Hal tersebut, mempunyai banyak pengaruh terhadap manajemen di dalam organisasi, khususnya:

25

M. Quraish Shihab, 2002. Tafsir Al-Misbah: pesan kesan dan keserasian Al- u ’an. Lentera Hati, Jakarta, hal. 166

26

Suhendi dan Indra Sasangka, 2014. Pengantar Bisnis. Alfabeta, Bandung, hal. 173

27 Kaswan dan Ade Sadikin, 2015.

(37)

a) Merebaknya telecommuniting, karena teknologi membuat informasi mudah disimpan, diakses kembali dan dianalisis; b) Meningkatnya Egalitarianisme, karena informasi tersedia

secara cepat dan luas, sehingga kekuasaan dan otoritas tersebar lebih seimbang diantara karyawan; dan

c) Outsourcing, karena menghemat uang. Pertumbuhan internet yang trend pada tahun-tahun belakangan ini, sangat berpengaruh pada sektor transportasi dan jasa, grosir dan bangunan.28

5) Peluang (opportunity)

Allah berfirman dalam surat An-nahl ayat 78, sebagai berikut:

كل لعج ًئْ ش ن م ْعت َ ْ كت مأ ن طب ْنم ْ كجر ْخأ َ

ن ركْشت ْ ك عل ةدئْف ْْا ر صْب ْْا عْمسلا

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, kemudian, Allah

menjadikan (memberi) untuk kamu pendengaran,

pengelihatan, dan hati (akal) agar kamu bersyukur”.29

28

Kaswan dan Ade Sadikin, 2015. Social entrepreneurship, mengubah masalah sosial menjadi peluang usaha, Alfabeta, Bandung, hal. 102-103

29

(38)

Ayat di atas, dengan tegas menyatakan bahwa Allah memberikan tiga potensi besar, yakni pendengaran, pengelihatan dan hati atau akal pikiran, supaya manusia dapat memanfaatkan dan mengembangkannya secara maksimal.30

Memanfaatkan dan mengembangkan pendengaran salah satunya adalah dengan banyak mencari informasi, kabar, berita. Memanfaatkan dan mengembangkan pengelihatan salah satunya adalah banyak melakukan observasi, penelitian, pengamatan untuk mengetahui gejala, fenomena, peristiwa, bahkan problem yang sedang terjadi dimasyarakat. Memanfaatkan dan mengembangkan akal pikiran salah satunya adalah mampu menemukan peluang usaha dan memanfaatkan usaha tersebut sebagai bisnis dari informasi yang didengar dan dilihat.31

Permasalahan sosial yang ada di indonesia sangat beragam seperti kemiskinan, pendidikan, dan pengangguran. Indonesia bergabung dalam penandatanganan deklarasi Millennium Development Goals (MDGs). Dalam deklarasi tersebut menegaskan bahwa setiap individu memiliki hak untuk martabat, kebebasan, kesetaraan, standar hidup seperti bebas dari kelaparan

30

M. Quraish Shihab, 2002. Tafsir Al-mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Quran Volume 7.

Lentera Hati, Jakarta, hal. 303

31 Cholil Umam dan Taudlikhul Afkar, 2011.

(39)

dan kekerasan, serta mendorong toleransi dan solidaritas. Oleh karena itu sangat penting bagi Negara berkembang untuk memiliki program pelayanan sosial yang dapat di akses oleh masyarakat, lembaga atau perusahaan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial dalam penyelesaian masalah sosial.32

Kewirausahaan sosial pada khususnya, dan bisnis pada umumnya diawali dengan ide bisnis. Tetapi tidak semua ide bisnis dapat dikonversi menjadi peluang bisnis. Hanya ide yang memiliki karakteristik melekat yang mungkin dapat dikonversi menjadi mesin uang yang positif dan berkelanjutan ditangan yang tepat pada kondisi yang tepat. Persoalannya adalah bagaimana gagasan bisnis yang diubah menjadi peluang wirausaha. Untuk itu, ide tersebut harus disaring dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu.33

Gambar 2 Ide Wirausaha Sosial34

32

Wawan Dhewanto, dkk, 2013. Inovasi dan kewirausahaan sosial. Alfabeta, Bandung. Hal. 60

33

Kaswan dan Ade Sadikin, 2015. Social entrepreneurship, mengubah masalah sosial menjadi peluang usaha, Alfabeta, Bandung, hal. 104

34

Wawan Dhewanto, dkk, 2013. Inovasi dan kewirausahaan sosial. Alfabeta, Bandung. Hal. 62 Peluang

Ide Masalah

(40)

Informasi merupakan salah satu hal yang penting dalam menemukan sebuah peluang usaha. Meskipun informasi tersebut bukan informasi yang sangat penting. Namun, bagi seorang wirausahawan akan mengajak tim untuk mengolah informasi menjadi nilai jual. Berkat kreativitas dari setiap anggota tim, maka dapat merubah suatu fenomena dalam keseharian seolah-olah disulap menjadi peluang usaha yang sangat menguntungkan.35 Dapat digambarkan dalam table berikut ini.

Formulasi Peluang Usaha

Gambar 336

6) Pengelolaan (management)

Allah swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 190, sebagai berikut:

35

Suparyanto, 2013. Kewirausahaan Konsep dan Realita pada Usaha Kecil. Alfabeta, Bandung, hal. 93-94

36

Ibid

Informasi Tim

Kreativitas

(41)

ل ْ ت ْ ر نلا لْ لا فَت ْخا ض ْر ْْا تا مسلا ْ خ ف نإ

بْل ْْا

Artinya: “Sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda

bagi orang-orang yang berakal”.37

Sesungguhnya Allah menciptakan benda-benda angkasa, seperti matahari bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat di langit, atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti, serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya, yang menciptakan silih bergantinya waktu siang dan malam serta perbedaanya, disitulah tedapat tanda-tanda kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang menggunakan fikiranya secara murni.38

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan kelebihan akal fikiran. Hendaknya manusia mengetahui kekuasaan Allah yang Maha menciptakan dan mengatur segala-sesuatunya. Dari ayat di atas, dapat dimengerti bahwa Allah telah mengatur (me-manage) bumi dan langit, siang dan malam, serta semua isinya dengan sangat teliti.39

37

Al- u ’a da Te je ah, Al-kaffah, hal. 76

38

M. Quraish Shihab, 2003. Tafsir Al-mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Quran Volume 2.

Lentera Hati, Jakarta, hal. 306

39 M. Munir dan Wahyu Ilahi, 2006.

(42)

Menurut Irham Fahmi yang mengutip pendapatnya James A.F Stoner, bahwa:

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian upaya anggota organisasi, serta penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.40 Menurut Irham Fahmi, Perencanaan adalah penentuan tujuan, serta menentukan strategi dalam jangka panjang dan jangka pendek, supaya tujuan dapat tercapai.41 Menurut Irham Fahmi, yang mengutip pendapatnya Stephen P. Robbins, Organisasi adalah suatu kesatuan sosial yang dikooordinir secara sadar, dengan batasan yang relative dapat diidentifikasi, yang bekerja terus menerus untuk mencapai tujuan bersama.42

Pada umumnya setiap organisasi memiliki bentuk, bentuk-bentuk tersebut adalah organisasi garis, fungsional dan penggabungan antara staff dan garis. Organisasi dengan bentuk garis adalah organisasi yang memiliki konsep vertical. Dimana pemimpin yang emmiliki tanggung jawab penuh terhadap organisasi.43 Bentuk organisasi fungsional adalah organisasi yang memiliki konsep yang menempatkan pelaksanaan pekerjaan secara terpisah dengan tanggung jawab masing-masing, namun

40

Irham Fahmi, 2012. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Alfabeta, Bandung, hal.2

41

Irham Fahmi, 2012. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Alfabeta, Bandung, hal.19

42 Ibid hal. 31 43

(43)

koordinasi tetap terjaga.44 Bentuk organisasi garis dan staf adalah organisasi yang terbentuk dari gabungan model garis dan staf.45

Menurut Irham Fahmi, yang mengutip pendapatnya Stephen P. Robbins, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.46 Menurut Irham fahmi, Pengendalian adalah cara organisasi mengawasi dalam mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta mendukung terwujudnya visi misi.47

7) Pelaksanaan (executing)

Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 44, sebagai berikut:

مب ن نم ْؤ ن ذلا

ن نق ْ ه ةرخ ْْ ب ك ْبق ْنم لزْنأ م كْ لإ لزْنأ

Artinya: “Apakah kamu menyuruh orang melakukan aneka kebajikan dan kamu melupakan diri kamu sendiri, padahal

kamu membaca kitab suci. Tidakkah kamu berakal?”48

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa sebagai seorang manajer yang baik, tidak hanya berbicara atau memerintah saja, namun juga melaksanakan apa yang telah direncanakan dan dapat

44

Ibid, hal. 33

45

Ibid, hal. 34

46

Ibid, hal. 58

47 Ibid hal. 84 48

(44)

dijadikan suritauladan bagi bawahannya.49 Islam juga mengajarkan untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan berbagai hal kebaikan.50

Menurut Stephen C. Covey, yang dikutip oleh Kaswan dan Ade Sadikin, bahwa memiliki strategi yang jelas barulah satu bagian, benar-benar mewujudkan dan merealisasikan strategi tersebut, dengan kata lain, melaksanakanya adalah hal yang tak kalah penting. Dalam kenyataannya, sebagian besar pemimpin akan setuju bahwa lebih baik mereka memiliki sebuah strategi yang biasa-biasa saja dengan pelaksanaan yang hebat daripada sebuah strategi yang hebat dengan pelaksanaan yang tidak teratur. Mereka yang berhasil menjalankan pelaksaaan akan selalu mendapatkan posisi yang lebih kuat.51

Seorang wirausaha harus dapat menggerakkan usahanya. Jika usaha yang dimiliki tidak mampu untuk dijalani sendiri, maka membutuhkan seorang karyawan. Sebagai seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi bawahanya, supaya tujuan yang telah disepakati dapat benar-benar terlaksana. Selain itu, pemimpin juga harus mengendalikan, mencegah terjadinya penyimpangan,

49

M. Quraish Shihab, 2000. Tafsir Al-mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Quran Volume 1.

Lentera Hati, Jakarta, hal. 179

50

Ibid, hal. 150

51 Kaswan dan Ade Sadikin, 2015.

(45)

kesalahan, mendinamiskan organisasi, dan mempertebal rasa pertanggungjawaban pada setiap individu.52

8) Sumber Daya (resource)

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 29, sebagai berikut:

ا سف ء مسلا لإ ٰى تْسا ث ًع مج ض ْر ْْا ف م ْ كل خ ذلا ه

تا مس عْبس نه

ع ء ْ ش لكب ه

Artinya: “Dialah Allah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia berkehendak menuju langit,

lalu dijadikannya tujuh langit. Dan Dia maha mengetahui

segala sesuatu”.53

Sumber daya adalah hal yang bisa menggerakkan suatu bisnis yang sedang dijalankan lebih jauh dan lebih cepat, dengan resiko yang sangat kecil. Gardon berpendapat terdapat enam kategori sumber daya , yaitu sumber daya manusia, finansial, fisik, pengetahuan, infrasktuktur, dan imajinasi. Kategori tersebut terdiri aats beberapa atau keseluruhan sumber daya yang dapat membuat perbedaan antara kesuksesan dan ketidakpastian.54

52

Budi Lestariyo, 2014. Wirausaha Mandiri. Nuansa Cendekia, Bandung, hal 164

53

Al-quran dan Terjemah, Al-kaffah, hal. 6

54 Kaswan dan Ade Sadikin, 2015.

(46)

Manajemen sumber daya manusia adalah sebagaimana perusahaan mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, mulai masuk bekerja sampai keluar dari perusahaan. Fungsi manajemen sumber daya manusia, meliputi: Analisis jabatan, Perencanaan tenaga kerja, Pengadaan karyawan, Pelatihan dan pengembangan, Kebijakan kompensasi, Perencanaan karier; dan Kebijakan kesejahteraan; pemutusan hubungan kerja.55

55

(47)

Bab 3

Metode Penelitian

A. Pendekatan dan jenis Penelitian

Metode penelitian berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan sebagai acuan dasar. Metode penelitian akan menjadi alat bagi peneliti dalam melakukan analisis data yang ada. Sehingga, dapat menemukan sebuah kesimpulan dari penelitian tersebut.

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Strategi social entrepreneurship

dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (studi

kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya)”, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Secara Bahasa kualitatif berarti meninjau berdasarkan mutu.1 Banister Et Al mendeskripsikan metode penelitian kualitatif, sebagaimana yang dikutip oleh Haris Herdiansyah, bahwa:

“Inti dari penelitian kualitatif adalah sebagai suatu metode untuk menangkap dan memberikan gambaran terhadap suatu fenomena, sebagai metode untuk mengeksplorasi fenomena, dan sebagai metode

untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti”.2

Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna. Karena metode, kualitatif dapat menggali data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, sikap mental, keyakinan, etos kerja dan budaya yang di anut oleh individu maupun

1 Bambang Murhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Victory Inti Cipta, hal. 275 2

(48)

kelompok orang dalam lingkungan kerja. Sehingga, tujuan dari penelitian dapat tercapai.3

Sedangkan, dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja. Karena metode kuantitatif hanya dapat menggali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera aka sulit untuk diungkapkan sehingga, permasalahan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif.4

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

Grounded Theory. Menurut Jhon W. Creswell, Penelitian kualitatif Grounded Theory sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif Grounded Theory merupakan strategi penelitian

yang didalamnya peneliti “memproduksi” teori umum dan abstrak dari

suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini, mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang diperoleh. Rancangan ini memiliki dua karakteristik utama, yaitu: perbandingan yang konstan antara data dan kategori yang muncul dan pengambilan contoh secara teoritis (teoritical sampling) atas kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi.”5

B. Lokasi Penelitian

Dalam sasaran penelitian ini, ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu mengenai objek penelitian dan wilayah penelitian. Objek yang akan dituju dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan strategi social entrepreneurship dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya). Sedangkan,

3

Sugiyono, 2014. Memahami penelitian kualitatif. Alfabeta, Bandung, hal. 181

4

Ibid, hal. 181

5 John W. Creswell, 2013.

(49)

lokasi yang dijadikan objek atau sasaran dalam penelitian ini adalah Jalan Gunung Anyar Sawah, Perumahan Ikip Gunung Anyar Indah Blok B 48, Surabaya, Jawa Timur.

C. Jenis dan Sumber Data

Untuk memperoleh data yang jelas dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari informasi yang mengarah kepada penelitian. Dalam

penelitian kualitatif, peneliti harus bisa berperan sebagi instrument penelitian, disamping juga bantuan dari pihak yang benar-benar mengetahui tentang Manajemen Kewirausahaan dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya). Untuk itu jenis dan sumber data dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Jenis Data 1) Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data yang pertama di lapangan atau sumber pertama di mana sebuah data dihasilkan.6 Data primer ini, diperoleh dengan cara mencari jawaban atas pertanyaan yang disajikan melalui wawancara secara langsung dengan pimpinan utama dan pimpinan unit

entrepreneurship Yayasan Nurul Hayat Surabaya. Dalam hal ini, data yang diambil adalah data tentang strategi social entrepreneurship dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial

6

(50)

dan dakwah islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya), yang terdiri dari strategi social entrepreneurship Yayasan Nurul Hayat Surabaya, sehingga menjadi lembaga islam yang mandiri. Data tersebut meliputi:

a) Tugas sebagai karyawan divisi front office

b) Alasan Yayasan Nurul Hayat untuk menjadi lembaga yang mandiri

c) System operasional unit entrepreneurship Haji dan Umrah atau tour and travel

d) Pengambilan peluang dalam unit entrepreneurship aqiqah, qurban, percetakan, koperasi, herbal shop, property

e) Edukasi dalam unit entrepreneurship aqiqah

f) Informasi tentang panti asuhan, meliputi dimana dan terdapat berapa panti asuhan milik Yayasan Nurul Hayat

g) Penciptaan nilai dalam unit entrepreneurship aqiqah h) Budaya organisasi di Yayasan Nurul Hayat

i) Standar mandiri di Yayasan Nurul Hayat

j) Keuntungan yang diperoleh Yayasan Nurul Hayat 2) Data Sekunder

(51)

hal yang sifatnya sangat pribadi. Oleh karena itu, peneliti juga menggunakan data sekunder sebagai sarana memperoleh data. Sumber data sekunder digunakan sebagai bahan pembanding dari data primer yang telah diperoleh.7

Setelah wawancara dengan infroman yang pertama, yakni ustadz Azhar, data yang diperoleh belum maksimal. Maka peneliti melakukan wawancara dengan informan ke dua, yakni ustadz Heri, dan informan yang ketiga pak Malik. Selain itu, peneliti menggali data dengan obrolan ringan yang disertai dengan bercanda dengan manajer bagian unit entrepreneurship herbal shop, yakni Istianah. Penggalian data dilakukan berkali-kali dengan berbeda informan, karena diharapkan data yang diperoleh memiliki sifat untuk saling melengkapi dari data yang masih kurang.

Data sekunder yang dihimpun dalam penelitian ini adalah strategi social entrepreneurship Yayasan Nurul Hayat Surabaya, sehingga menjadi lembaga sosial dan dakwah islam yang mandiri, stuktur kepengurusan Yayasan Nurul Hayat Surabaya, dan data-data yang ada kaitannya dalam penelitian. Data tersebut meliputi: a) Sejarah berdirinya Yayasan Nurul Hayat

b) Alasan Yayasan Nurul Hayat untuk menjadi lembaga yang mandiri

7

(52)

c) Awal mula Yayasan Nurul Hayat menerima CSR dari perusahaan

d) Unit entrepreneurship yang dijalankan oleh Yayasan Nurul Hayat

e) Cara pengambilan Peluang Yayasan Nurul Hayat setiap mendirikan unit entrepreneurship, meliputi unit

entrepreneuship aqiqah, qurban, barbeku, herbal shop, percetakan nusa hikmah, koperasi, apotik, tour and travel, dan property

f) Motivasi Yayasan Nurul Hayat dalam menjalankan unit

entrepreneurship

g) Cara Yayasan Nurul dalam menciptakan nilai disetiap unit

entrepreneurship (aqiqah, qurban, barbeku, herbal shop, percetakan nusa hikmah, koperasi, apotik, tour and travel, dan property)

h) Keuntungan yang diperoleh Yayasan Nurul Hayat

i) Suplayer unit entrepreneurship (aqiqah, qurban, barbeku, herbal shop, percetakan nusa hikmah, koperasi, apotik, tour and travel, dan property)

j) Manfaat sosial atau program-program di Yayasan Nurul Hayat k) Keunikan Yayasan Nurul Hayat

(53)

m) Standar kemandirian Yayasan Nurul Hayat n) Teknologi di Yayasan Nurul Hayat

o) Manajemen keuangan di Yayasan Nurul Hayat

p) Mengetahui sumber daya yang ada di Yayasan Nurul Hayat q) Manajemen pemasaran di Yayasan Nurul Hayat

r) Gaji minimum dan maksimum karyawan

s) Manajemen di Yayasan Nurul Hayat, meliputi POAC t) Regenerasi unit entrepreneurship di Yayasan Nurul Hayat u) Kantor Cabang Yayasan Nurul Hayat mana saja yang memiliki

unit entrepreneurship

b. Sumber Data

Informan merupakan orang yang memberi informasi tentang segala yang terkait dalam penelitian. Sebelum menentukan informan yang tepat untuk memperoleh data yang diinginkan, terlebih dahulu harus diketahui populasi untuk menentukan sampel yang tepat. Untuk teknik pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik snowball sampling, yaitu pertama peneliti disarankan pada informan yang pertama, lalu informan pertama menyarankan keinforman yang kedua.

(54)

dalam Yayasan Nurul Hayat Surabaya, serta mewakili semua yang ada di rumusan masalah.

Berikut adalah daftar informan atau sumber data dalam penelitian ini:

1) KH. Abdurrahman, Lc, sebagai ketua dewan pengawas syariah 2) Drs. H. Muhammad Molik, sebagai ketua organ Yayasan 3) H. Bambang Heriyanto SE, sebagai direktur eksekutif 4) H. Muhammad Djauhari, sebagai direktur program 5) H. Muhammad Azhar Spdi, sebagai direktur ZIS 6) Malik Mulyono, sebagai direktur Usaha

7) Denik Ambarwati, sebagai direktur Operasional8

Dari semua daftar nama yang telah tertera di atas, adalah orang-orang yang memiliki jabatan tinggi, karena dalam penelitian ini membahas tentang strategi, jadi informan adalah orang yang benar-benar mengetahui tentang strategi. Dari daftar nama informan di atas, diharapkan dapat membantu dalam penggalian data penulisan skripsi ini.

Setelah melalui perbincangan ringan dengan manajer HRD di Yayasan Nurul Hayat, peneliti di arahkan untuk wawancara kepada H. Bambang Heriyanto SE sebagai direktur eksekutif, H. Muhammad

8http://www.nurulhayat.org/susunan-pengurus diakses pada Selasa, 22 September 2015, pukul

(55)

Azhar Spdi sebagai direktur ZIS, dan Malik Mulyono sebagai direktur Usaha. Karena informan tersebutlah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti. Dalam artian, tidak semua dari daftar informan mengetahui apa yang di inginkan oleh peneliti, sehingga di cukupkan pada ketiga informan tersebut.

D. Tahapan-tahapan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian menurut Lexy J. Moleong, tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap Pralapangan

Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, pada tahapan pra lapangan, antara lain:

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Penyususnan rancangan penelitian adalah berupa usulan penelitian yang diajukan kepada ketua Prodi Manajemen Dakwah, yang berisi tentang latar belakang masalah, fenomena yang terjadi dilapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

(56)

lapangan, memilih informan sebagai salah satu sumber data primer, dan menyiapkan perlengkapan untuk penelitian.

2) Memilh Lapangan Penelitian

Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Yayasan Nurul Hayat Surabaya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan penggalian data atau informasi tentang objek penelitian yang akan diteliti. Kemudian, ada ketertarikan yang timbul dalam diri peneliti untuk menjadikan sebagai objek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin ilmu peneliti selama ini.

3) Mengatur Perizinan

Pada tahapan ini, peneliti mengurus perizinan pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, kemudian diserahkan kepada sasaran penelitian yaitu kepada pimpinan Yayasan Nurul Hayat Surabaya, guna memperoleh data tentang strategi social entrepreneurship dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya).

4) Menjajaki dan Memilih Lapangan

(57)

barulah memulai berorientasi lapangan, akan tetapi dalam hal-hal tertentu peneliti memulai keadaan lapangan itu sendiri, seperti menanyakan hal-hal yang ringan.

Peneliti terlebih dahulu melakukan penelitian lapangan terhadap objek yang dijadikan bahan penelitian. Dengan pertimbangan bahwa objek tersebut belum ada yang meneliti, dan memiliki menarik untuk dijadikan objek penelitian. Serta dengan pertimbangan bahwa objek tersebut juga relevan, jika dibedakan dari sudut disiplin keilmuan.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Usaha untuk memilih dan memanfaatkan informan adalah dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang, yaitu responden 1 selaku pimpinan utama Yayasan Nurul Hayat Surabaya dan responden 2 selaku pimpinan unit bisnis di Yayasan Nurul Hayat Surabaya.

6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Untuk kelancaran jalanya penelitian, maka peneliti hendaknya tidak hanya menyiapkan perlengkapan fisik saja, akan tetapi dalam konteks upaya mengumpulkan data atau informasi dan objek yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa alat tulis menulis dan

(58)

Peneliti harus menjaga etika saat melaksanakan penelitian, karena hal ini menyangkut hubungan dengan orang lain. Hendaknya, dilaksanakan secara baik agar terjadi hubungan sosial yang baik, serta mudah mendapatkan data yang diinginkan peneliti. Dengan dijaganya etika diharapkan terciptanya suatu kerjasama yang menyenagkan. b. Tahap Lapangan

Setelah tahap pralapangan terlampaui, maka tahap yang selanjutnya adalah:

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Untuk memasuki tahap pekerjaan lapangan, peneliti perlu memahami latar belakang penelitian terlebih dahulu. Selain itu, peneliti juga harus mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun mental, serta tidak melupakan etika.

Peneliti menjelaskan pada informan bahwa, penelitian yang

berjudul “Strategi social entrepreneurship dalam mewujudkan kemandirian lembaga sosial dan dakwah islam (studi kasus Yayasan

Nurul Hayat Surabaya)”, peneliti menggali data tentang strategi social entrepreneurship dalam menciptakan kemandirian lembaga sosialnya. Sehingga, lembaga tersebut menjadi lembaga yang benar-benar mandiri dan amanah.

(59)

Dalam lapangan penelitian, peneliti memposisikan diri dalam lingkungan objek penelitian dengan cara menjalin hubungan keakraban. Salah satunya adalah dengan saling mengenal satu sama lain dengan subjek, serta tidak lupa menjaga kesopanan.

3) Berperan-Serta sambil Mengumpulkan Data

Peranan peneliti pada lokasi penelitian memang harus dibatasi dan terjadwal. Jadwal penelitian hendaknya, telah disusun secara tepat, hati-hati dan luwes karena untuk mengantisipasi keadaan lapangan yang susah untuk diramal. Namun, tidak menuntut kemungkinan apabila informan memiliki waktu luang, peneliti dapat melakukan pengumpulan data. Maka, peneliti dapat terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang terjadi dalam lokasi penelitian, serta mengumpulkan dan mencatat data yang diperlukan yang kemudian dianalisa secara intensive.

c. Tahap Analisis Data

(60)

hal-hal yang berkaitan dengan lokasi penelitian. Kemudian, peneliti melakukan analisis data dari data-data yang telah diperoleh peneliti.9 E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitiana adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Metode Wawancara (inretview)

Burhan Bungin berpendapat bahwa, “Wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan narasumber atau informan.”10 Sejalan dengan itu, Stewart dan Cash mendefinisikan wawancara lebih terperinci, sebagaimana yang dikutip oleh Haris Herdiyansyah, sebagai berikut:

“Wawancara diartikan sebagai sebuah interaksi yang di dalamnya

terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan, akan tetapi adanya interaksi yang berkesinambungan antara

pewawancara dan informan”.11

Wawancara atau interview merupakan metode yang digunakan oleh peneliti dalam penggalian data, dengan cara menanyakan langsung

9

Lexy. J. Moleong, 2009. Metode penelitian kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung hal. 127-148

10 Burhan Bungin, 2001.

Metodologi penelitian kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 133

11

(61)

kepada informan atau responden. Wawancara dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan spontan atau dengan menggunakan pedoman wawancara. Kemudian peneliti merekam atau mencatat hasil dari wawancara.

Dengan menggunakan wawancara ini, peneliti memperoleh data tentang:

a. Sejarah berdirinya Yayasan Nurul Hayat

b. Alasan Yayasan Nurul Hayat untuk menjadi lembaga yang mandiri c. Awal mula Yayasan Nurul Hayat menerima CSR dari perusahaan d. Unit entrepreneurship yang dijalankan oleh Yayasan Nurul Hayat e. Cara pengambilan Peluang Yayasan Nurul Hayat setiap

mendirikan unit entrepreneurship, meliputi unit entrepreneuship

aqiqah, qurban, barbeku, herbal shop, percetakan nusa hikmah, koperasi, apotik, tour and travel, dan property

f. Motivasi Yayasan Nurul Hayat dalam menjalankan unit

entrepreneurship

g. Cara Yayasan Nurul dalam menciptakan nilai disetiap unit

entrepreneurship (aqiqah, qurban, barbeku, herbal shop, percetakan nusa hikmah, koperasi, apotik, tour and travel, dan property)

(62)

i. Suplayer unit entrepreneurship (aqiqah, qurban, barbeku, herbal shop, percetakan nusa hikmah, koperasi, apotik, tour and travel, dan property)

j. Manfaat sosial atau program-program di Yayasan Nurul Hayat k. Keunikan Yayasan Nurul Hayat

l. Budaya organisasi di Yayasan Nurul Hayat m. Standar kemandirian Yayasan Nurul Hayat n. Teknologi di Yayasan Nurul Hayat

o. Manajemen keuangan di Yayasan Nurul Hayat

p. Mengetahui sumber daya yang ada di Yayasan Nurul Hayat q. Manajemen pemasaran di Yayasan Nurul Hayat

r. Gaji minimum dan maksimum karyawan

s. Tahapan-tahapan dalam mendirikan unit entrepreneurship

t. Manajemen di Yayasan Nurul Hayat, meliputi POAC u. Regenerasi unit entrepreneurship di Yayasan Nurul Hayat

v. Kantor Cabang Yayasan Nurul Hayat mana saja yang memiliki unit entrepreneurship

2. Metode Pengamatan (Observasi)

(63)

mengumpulkan data observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan akan mengikutinya, namun tidak semuanya.12

Dalam teknik observasi ini peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Observasi dilakukan oleh peneliti terhadap laporan strategi social entrepreneurship dalam menciptakan kemandirian lembaga sosial islam (studi kasus Yayasan Nurul Hayat Surabaya).

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan cenderung menjadi data skunder. Pemakaian metode dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah ilmiah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan lain sebagainya.13

Setelah peneliti melakukan pengamatan dokumentasi, lalu, peneliti memohon izin untuk meminta copyan data dokumentasi kepada lembaga yang berhak. Metode dokumentasi, akan mendukung hasil penelitian dengan metode wawancara dan observasi. Sehingga, hasil penelitian lebih

12

Sugiyono, 2014. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R&D cetakan XXI. Alfabeta, Bandung, hal. 227

13

(64)

terpercaya. Tetapi, peneliti perlu mencermati dari dokumentasi, karena tidak semua dokumentasi memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi.14

Data yang diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi adalah:

1) Sejarah berdirinya Yayasan Nurul Hayat;

2) Data mengenai visi misi Yayasan Nurul Hayat Surabaya;

3) Data tentang skruktur kepengurusan Yayasan Nurul Hayat Surabaya; 4) Data prifil unit entrepreneurship di Yayasan Nurul Hayat

5) Data operasional unit entrepreneurship di Yayasan Nurul Hayat 6) Data laporan pertanggung jawaban 2015

7) Data konvensi tahunan Road Map 2016 Yayasan Nurul Hayat di Asrama Haji pada 16 Desember 2015

8) Majalah Yayasan Nurul Hayat. majalah ini digunakan sebagai penunjang dalam penulisan penelitian, karena di dalam majalah sebagian data dapat diperoleh seperti iklan-iklan unit

entrepreneurship, laporan keuangan untuk setiap bulan, program-program yang berlagsung, dan lain-lain.

F. Teknik Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, menjaga keabsahan data yang diperoleh merupakan faktor utama. Maka, dalam melakukan keabsahan data, peneliti perlu memeriksa data kembali sebelum diproses dalam bentuk laporan yang

14

Gambar

Gambar 111
Ide Wirausaha SosialGambar 2 34
Gambar 336
Proses analisis data (interactive model Miles dan Huberman)Gambar 1 24
+7

Referensi

Dokumen terkait