• Tidak ada hasil yang ditemukan

s te 0902236 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s te 0902236 chapter3"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat

Gambar 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai

Tinjauan pustaka

Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan

kontroler PID analog

Pembuatan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler

PID analog

Hasil dan pembahasan

(2)

3.2. Perancangan Sistem

Sistem yang akan dibuat adalah suatu sistem pengendali kecepatan motor

DC yang digunakan untuk menjaga agar putaran kecepatan motor DC tidak turun

pada saat diberi beban. Plant yang digunakan adalah motor DC 0,75 KW 160 volt

yang akan dikendalikan kecepatan putaranya dengan mengatur tegangan masukan

dari belitan medan. Untuk mengendalikan kecepatan putar motor memerlukan

kontroler, kontroler yang digunakan yaitu kontroler PID analog dengan

menggunakan op-amp. Kontroler PID akan memberikan parameter kontroler yang

dapat diatur besar nilainya. Output dari kontroler PID itu dihubungkan dengan

kaki gate pada SCR. SCR ini berfungsi sebagai driver motor untuk memberikan

suplai tegangan pada motor DC. Sensor optocoupler digunakan sebagai sensor

kecepatan yang memberikan suatu besaran tegangan dari besarnya kecepatan

putar pada motor. Sensor optocoupler ini digunakan untuk umpan balik / feedback

untuk masukan bagi rangkaian error detector pada kontroler PID.

Berikut adalah diagram blok dari pengendali kecepatan motor DC dengan

kontroler PID.

Error Detector

Set Point

Gambar 3.2. Diagram Blok Pengendali Kecepatan Motor DC

(3)

3.3. Perancangan dan Pembuatan Power Supply ±15 Volt DC

Dalam tugas akhir ini menggunakan power supply ±15 volt DC untuk

memberikan sumber listrik ke error detector, kontroler PID, dan juga sensor

optocoupler. Sebelum realisasi pembuatan alat terlebih dahulu dilakukan simulasi

pembuatan power supply ±15 volt DC menggunakan software Multisim. Tujuan

dari pembuatan simulasi ini yaitu untuk mengetahui apakah rangkaian power

supply yang akan dibuat akan berjalan atau tidak pada saat pengujian alat. Berikut

gambar rangkaian dan simulasi power supply ±15 volt DC menggunakan

Multisim.

Gambar 3.3. Rangkaian Power Supply ±15 Volt DC

Komponen yang diperlukan dalam pembuatan power supply ±15 volt DC

adalah :

1. Transformator CT step down 18 volt 3 ampere.

2. Dioda 1N4004.

(4)

4. Kapasitor 100nF.

5. IC voltage regulator LM7815 dan LM7915.

Prinsip kerja dari power supply diatas yaitu arus listik masuk dari PLN

sebesar 220 volt AC, kemudian diturunkan oleh trafo CT step down menjadi 18

volt. Tegangan yang dihasilkan oleh trafo masih berbentuk tegangan AC dan perlu

disearahkan menjadi gelombang DC (hanya meloloskan gelombang satu arah

saja) oleh 4 buah dioda 1N4004. Arus DC dari dioda kemudian mengalir ke

kapasitor 2200μF dan kapasitor 100nF. Fungsi dari kapasitor yaitu sebagai

pengaman dan penghilang riak gelombang yang telah disearahkan oleh dioda. Hal

ini dikarenakan dioda hanya menghilangkan siklus negatif menjadikannya siklus

positif tetapi tidak merubah bentuk gelombang sama sekali dimana masih

memiliki lembah dan bukit. Sehingga menggunakan kapasitor dengan kapasitas

yang besar untuk membuat rata gelombang.

Tegangan dari trafo step down masih 18 volt, sehingga menggunakan IC

regulator LM7815 untuk menstabilkan tegangan menjadi 15 volt postif dan IC

(5)

Gambar 3.4. Realisasi Power Supply ±15 Volt DC

3.4. Perancangan dan Pembuatan Kontroler PID

Bagian terpenting dari tugas akhir ini yaitu pembuatan kontroler PID.

Kontroler PID ini akan memberikan aksi pengontrolan terhadap plant berupa

motor DC 750 watt 160 volt. Kontroler yang digunakan yaitu kontroler PID

analog menggunakan op-amp. Sedangkan op-amp yang digunakan adalah LM741

yang akan didesain dan membentuk kontroler proportional, integral dan

derivative. IC op-amp LM741 ini mendapatkan suplai tegangan sebesar + 15 volt

(6)

Di bawah ini gambar rangkaian kontroler PID analog menggunakan

op-amp.

Gambar 3.5. Rangkaian Kontroler PID Analog Menggunakan Op-amp

Bagian pertama dari kontroler PID yaitu error detector yang merupakan

rangkaian difference amplifier. Error detector ini berfungsi untuk menghitung

sinyal error yang terjadi.

(7)

Pada rangkaian error detector di atas, op-amp akan mendapatkan dua

input yaitu set point (SP) dan nilai aktual atau process variable (PV). Nilai set

point (SP) didapatkan dari rangkaian pembagi tegangan menggunakan

potentiometer 10kΩ dengan suplai tegangan 15 volt sehingga mendapatkan

tegangan yang nilainya dapat berubah sesuai dengan nilai tahanan potentiometer.

Sedangkan nilai aktual atau process variable (PV) didapatkan dari output

tegangan dari sensor optocoupler. Nilai set point (SP) akan diatur dengan

mengubah potentiometer sehingga mendapatkan nilai yang sama dengan besaran

nilai dari process variable (PV). Untuk menghitung output rangkaian di atas,

maka rangkaian tersebut dapat dianggap sebagai rangkaian inverting dan

rangkaian non inverting amplifier. Dengan menjumlahkan tegangan output dari

inverting amplifier dan non inverting amplifier akan didapatkan output dari

rangkaian.

Vout = - Vpv +

Dengan memberikan nilai yang sama pada masing-masing resistor yaitu Rf = Ri =

R1 = R2 = 22kΩ, maka nilai tegangan output akan menjadi Vout = Vsp - Vpv.

Tegangan output tersebut adalah sinyal error yang akan dimasukkan ke

rangkaian kontroler proportional, integrator, dan differentiator, sehingga error

tersebut akan mendapatkan aksi pengontrolan. Bagian lain dari rangkaian

kontroler yaitu kontroler itu sendiri yang terdiri dari rangkaian proportional,

integrator, dan differentiator. Bagian ini akan mengolah sinyal error yang

dihasilkan dari perbedaan nilai set point (SP) dan process variable (PV) sampai

(8)

Gambar 3.7. Rangkaian Kontroler PID

Rangkaian di atas akan mendapatkan tegangan input dari sinyal error yang

berasal dari error detector. Sinyal error inilah yang merupakan selisih antara set

point dan process variable. Op-amp U5 adalah rangkaian inverting summer yang

berfungsi untuk menjumlahkan nilai output dari masing-masing kontroler

proportional, integral, derivative dan membalikan tegangan output dari

masing-masing kontroler, sehingga mendapatkan output secara keseluruhan yaitu :

Vout = Kpverror + Ki dt + KD + Vo

(9)

Kp = , proportional band (gain)

Ki = , integration constant

KD = RD.CD , derivative constant

Vo = offset integrator initial charge

Dari persamaan di atas akan terlihat tidak ada nilai minus karena op-amp

U5 yang membalik nilai tersebut dengan rangkaian inverter.

Op-amp U2 adalah rangkaian proportional controller karena pada

dasarnya rangkaian ini adalah inverting amplifier tetapi outputnya dimasukkan ke

op-amp U5. Maka pada bagian ini sinyal error akan mendapatkan suatu

penguatan (gain) sebesar :

Kp =

Dengan R2 adalah resistor variabel (potensiometer) dengan nilai 100kΩ dan nilai

R1 yaitu 10kΩ, maka dapat dihitung harga maksimal dari penguatan (gain) atau

konstanta proportional (Kp) yaitu :

KP =

= 10

Sedangkan nilai minimum penguatan (gain) atau konstanta proportional (Kp)

dengan batas minimum R1= 10kΩ adalah :

KP =

(10)

Dengan mengubah nilai resistor variabel (potensiometer) R2 akan didapatkan nilai

Kp yang dapat diatur dari konstanta 1 sampai 10.

Op-amp U3 merupakan rangkaian integrator controller, rangkaian tersebut

akan menghasilkan suatu konstanta Ki yang disebut dengan integration constant.

Nilai ini yang diatur sehingga menghasilkan suatu konstanta dengan nilai tertentu.

Pengaturan dapat dilakukan dengan memberikan nilai pada resistor variabel Ri

dan juga pada kapasitor Ci. Output dari amp U3 akan dimasukkan pada

op-amp U5 yang merupakan rangkaian inverting summer yang akan membalik hasil

dari integrator, sehingga nilai konstanta Ki akan bernilai positif.

Perhitungan untuk menentukan harga konstanta Ki adalah sebagai berikut :

Ki =

Dengan memasukan nilai Ri = 100k ohm dan Ci= 100μF, dengan batas minimum

Ri= 10kΩ:

Dengan memberikan nilai Ri =100 kΩ didapatkan :

Ki =

= 0,1

Dengan memberikan nilai Ri = 10 kΩ didapatkan :

Ki =

= 1

Sehingga didapatkan nilai Ki antara 0,1 sampai 1 yang diperoleh dari pengaturan

(11)

Op-amp U4 merupakan rangkaian differentiator, rangkaian tersebut akan

menghasilkan suatu konstantan KD yang disebut dengan derivative constant.

Rangkaian ini pada dasarnya merupakan rangkaian inverting amplifier dan

menghasilkan output yang bernilai negatif. Pengaturan dapat dilakukan dengan

memberikan nilai pada resistor variabel RD dan juga pada kapasitor CD. Output

dari op-amp U3 akan dimasukkan pada op-amp U5 yang merupakan rangkaian

inverting summer yang akan membalik hasil differentiator, sehingga nilai

konstanta KD akan bernilai positif. Untuk perhitungan nilai konstanta KD dapat

dicari dengan rumus :

KD = RD . CD

Dengan memasukan nilai RD = 100kΩ ohm dan CD= 100 μF didapatkan:

KD= 100k . 100μ

= 10

Dengan memasukan nilai RD= 10kΩ didaptkan

KD= 10k . 100μ

= 1

Dengan batas minimum dari RD = 10k ohm

Nilai KD untuk rangkaian tersebut dapat diatur, sehingga dapat

(12)

Gambar 3.8. Realisasi Kontroler PID Menggunakan Op-amp

3.5. Perancangan dan Pembuatan Driver Motor

Untuk menggerakan rotor motor DC diperlukan tegangan kira-kira 160

volt DC dan arus yang dihasilkan dari op-amp kontroler PID sangat kecil sekitar

10 mA. Sehingga driver motor yang sesuai untuk menggerakan motor DC 750 W

yaitu menggunakan thyristor / SCR tipe BT152-600R. Karena tegangan maksimal

dari SCR tipe BT152-600R sekitar 600 volt dan arus ke anoda 13 A. Karena pada

saat starting motor, arus yang diperlukan oleh motor sekitar 10 A. SCR tipe ini

memiliki 3 kaki, yaitu anoda, katoda, dan gate. Kaki anoda dihubungkan dengan

input dari sumber DC 220 volt, kaki katoda dihubungkan dengan kumparan

medan pada motor DC, sedangkan kaki gate dihubungkan dengan output dari

kontroler PID sebagai trigger. SCR ini bersifat sama dengan saklar yaitu apabila

(13)

Berikut spesifikasi dari SCR BT152-600R :

Tegangan maksimal (Vmax) 600 V

Arus RMS maksimal (IT(RMS)) 20 A

Arus gate (IGT) 32 mA

Arus holding (IH) maximal 20 mA

Ton 2 μs

Toff 70 μs

Gambar berikut adalah gambar dari driver motor menggunakan SCR tipe

BT152-600R.

Gambar 3.9. Rangkaian Driver Motor

Sumber tegangan DC untuk anoda pada SCR ini berasal dari tegangan

PLN yang diserahkan oleh dioda bridge, kemudian arus mengalir ke kapasitor.

Fungsi dari kapasitor yaitu sebagai pengaman, selain itu berfungsi untuk

penghilang riak gelombang dari gelombang DC yang dihasilkan oleh dioda.

Karena dioda hanya dapat menghilangkan siklus negatif dan tidak menghilangkan

(14)

Gambar 3.10. Realisasi Driver Motor

Gambar 3.11. Transformator Step Down dan Dioda Bridge

3.6. Perancangan dan Pembuatan Sensor Optocoupler

Sensor optocoupler ini digunakan untuk feedback (umpan balik) dari

motor DC ke process variable atau nilai aktual dari rangkaian error detector pada

kontroler PID. Sensor optocoupler ini membaca RPM motor dengan

menghasilkan tegangan variabel. Semakin cepat motor berputar maka semakin

besar pula tegangan yang dihasilkan oleh sensor optocoupler, begitu juga

(15)

phototransistor yang terletak pada satu tempat (dalam satu sensor). Pada bagian

poros motor diberikan kertas yang berfungsi sebagai objek media yang akan

dibaca oleh sensor optocoupler. Transmiter akan memancarkan sinar infra merah

pada saat mengenai objek berwarna putih yaitu kertas. Kemudian akan diterima /

dipantulkan oleh receiver berupa phototransistor dari sensor optocoupler dan

dirubah menjadi pulsa dan menghasilkan tegangan.

Berikut gambar rangkaian sensor optocoupler.

Gambar 3.12. Rangkaian Sensor Optocoupler

Pada rangkaian di atas dijelaskan bahwa tegangan Vcc (tegangan input)

sebesar 15 volt. Namun tegangan input (Vcc) yang dibutuhkan oleh sensor

optocoupler yaitu 5 volt. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan rangkaian

pembagi tegangan dengan masing-masing nilai hambatannya yaitu 100Ω dan

200Ω. Sehingga walaupun tegangan input yang diberikan sebesar 15 volt pada

sensor optocoupler, namun keluaran tegangan setelah melalui rangkaian pembagi

tegangan yaitu hanya sebesar 5 volt. Arus masuk ke sensor optocoupler dan

(16)

objek putih (kertas) pada poros motor, kemudian akan dipantulkan / diterima oleh

receiver berupa phototransistor. Berikutnya phototransistor dan transistor

2N3904 yang terhubung secara Darlington akan menghasilkan tegangan yang

cukup di resistor 470 Ω dengan besarnya tegangan maksimal 5 volt. Keluaran

tegangan inilah yang akan menjadi input untuk process variable (PV) pada

rangkaian error detector di kontroler PID sebagai umpan balik atau feedback.

Gambar 3.13. Realisasi Rangkaian Sensor Optocoupler

3.7. Motor DC 0,75 KW

Motor DC yang akan menjadi plant dalam tugas akhir ini yaitu MIKI

PULLEY MOTOR DC. Motor DC ini merupakan salah satu motor DC tipe

penguat terpisah, karena lilitan kutub magnetnya mendapatkan sumber arus dari

luar bukan berasal dari motor sendiri. Untuk menggerakan motor DC ini

memerlukan sumber tegangan kira-kira 160 VDC untuk kumparan jangkar dan

175 VDC untuk kumparan medan. Pada motor DC ini terdapat dua buah lilitan

(17)

simbol huruf A (+) dan B (-) sedangkan lilitan medan diberi simbol huruf J (+)

dan K(-). Kedua lilitan ini harus mendapatkan sumber tegangan agar motor dapat

berputar. Sumber tegangan untuk motor DC ini berasal dari driver motor DC yaitu

dari kaki katoda pada SCR.

Berikut ini spesifikasi dari MIKI PULLEY MOTOR DC.

Merk : MIKI PULLEY DC MOTOR

Type : SY D – 750

Daya : 0,75 KW

Putaran : 2500 rpm

Tegangan jangkar : 160 volt

Arus jangkar : 6 ampere

Tahanan jangkar : 540 ohm

Tegangan medan magnet : 175 volt

Arus medan magnet : 0,27 ampere

Tahanan medan : 586 ohm

Momen inersia rotor (J) : 0,004 kg.m2

(18)

Gambar

Gambar 3.1. Flow Chart  Perancangan dan Pembuatan Alat
Gambar 3.2. Diagram Blok Pengendali Kecepatan Motor DC
gambar rangkaian dan simulasi power supply ±15 volt DC menggunakan
Gambar 3.4. Realisasi Power Supply ±15 Volt DC
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sedangkan untuk melihat koleksi dengan lebih jelas, pengguna dapat menekan pada gambar atau foto dalam bentuk thumnails yang berada di sebelah kanan dari foto utama

Alternatif skala usaha lainnya yang diusulkan pada model pengembangan usaha peternakan domba ini adalah pemeliharaan dengan 12 ekor induk dengan satu ekor pejantan (D JAJANEGARA

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 14 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dipaprkan, melalui metode VAL IT ingin mengkaji bagaimana pengelolaan aset yang berbasis teknologi informasi sebagai bagian dari

If movie ticket prices are going to double up, many may choose to stay home and watch Astro If movie ticket prices are going to double up, many may choose to stay home and watch

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Bangunan ini dibangun pada bulan Nopember 2013, tetapi pada bulan Januari 2015 diketahui telah mengalami kerusakan yang dimungkinkan dikarenakan adanya gelombang ekstrim yang