• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD PADA ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD PADA ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD

PADA ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperolah

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Suci Arianti Putri

NIM. B73213100

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Suci Arianti Putri (B73213100), Bimbingan Belajar melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana uji kelayakan yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan, dan kegunaan. (2) Bagaimana Proses Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo (3) Bagaimana hasil implementasi dari Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo

Dalam menjawab penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D), dengan mengkolaborasikan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualittaif diperoleh melalui wawancara baik secara lisan maupun non-lisan yakni catatan hasil belajar dan observasi lapangan maupun hasil wawancara juga melengkapi data kualitatif ini. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui skala penilaian.

Proses pengembangan produk yang dilakukan oleh peneliti disesuaikan dengan saran dan masukan dari tim uji ahli. Sehingga mengahasilkan produk permainan ular tangga yang cocok dan sesuai untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan anak autis dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengenal abjad. Sedangkan proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga disesuaikan dengan mood subyek. Sehingga proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga ini dapat dikatakan cukup efektif untuk membantu anak autis dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengenal abjad.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa (1) Proses pengembangan produk bimbingan melalui permainan ular tangga ini dapat dikatakan cocok dan sesuai untuk membantu akbar selaku anak yang memiliki hambatan autis dalam meningkatkan kemmapuannya dalam mengenal abjad. (2) Proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang dilaksanakan di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo berjalan cukup efektif standart melakukan permainan dan hasilnya dapat terukur melalui evaluasi yang konkrit, (3) Dari bimbingan belajar melalui permainan ular tangga tersebut terdapat hasil implementasi yang dapat ditunjukkan melalui perubahan dalam mengenal abjad seperti pada awalnya akbar tidak mau untuk mengucapkan abjad setelah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dilaksanakan lebih antusias dan senang ketika menyebutkan urutan abjad.

(7)

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 18

2. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 19

3. Jenis dan Sumber Data ... 19

4. Tahap Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

6. Teknik Analisis Data ... 28

7. Uji Keabsahan Hasil Penelitian ... 29

H. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB II BIMBINGAN BELAJAR, PERMAINAN ULAR TANGGA, AUTISME, DAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD. A. Bimbingan Belajar ... 34

1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 34

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 40

3. Fungsi Bimbingan Belajar... 42

B. Permainan Ular Tangga ... 43

1. Pengertian Permainan Ular Tangga ... 43

2. Persiapan Sebelum Permainan ... 46

3. Cara Bermain ... 47

4. Manfaat Permainan Ular Tangga ... 48

(8)

5. Perkembangan Anak Normal dan Anak Autis ... 58

6. Perilaku Autisme ... 63

D. Kemampuan Mengenal Abjad ... 64

1. Perkembangan Kognitif ... 64

2. Kemampuan Mengenal Abjad... 66

3. Perkembangan Bahasa ... 67

4. Perkembangan Kognitif Anak Autis ... 68

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 70

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 72

1. Gambaran Umun PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 72

2. Kondisi dan Letak Geografisnya ... 74

3. Visi Misi PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 75

4. Struktur Organisasi... 76

5. Data Tenaga Pendidik ... 76

6. Data Murid ... 77

7. Kegiatan PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 78

8. Deskripsi Peneliti ... 80

9. Deskripsi Konseli ... 83

B. Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatakan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 88

1. Proses Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad Pada Anak Autis ... 88

2. Hasil Implementasi Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis ... 94

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Mengenai Proses Pelaksanaan Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad Pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 109

(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 124 B. Saran ... 126

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Anak merupakan dambaan setiap orang tua dimanapun. Karena anak

merupakan harapan orang tua sebagai generasi penerus dimasa yang akan

datang. Harapan akan menjadi anak yang bermanfaat, berguna, dan berbakti.

Untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut tidaklah mudah. Dibutuhkan

perjuangan orangtua dalam mengarahkan, membina, dan mendidik, guna

menghasilkan anak yang cerdas dan berkualitas.

Mempunyai anak yang cerdas dan berkualitas merupakan dambaan setiap

orangtua. Oleh karena itu tidak heran banyak upaya yang dilakukan orangtua

agar mendapatkan anak yang cerdas semenjak dalam kandungan. Cerdas yang

dimaksud disini adalah kemampuan anak dalam beradaptasi dengan

lingkungan, memecahkan masalah, dan mampu mempelajari situasi di

sekitarnya.1 Namun, tidak setiap anak dilahirkan dalam kondisi yang serba

lengkap. Meskipun begitu, setiap anak mempunyai kemungkinan untuk dapat

terus berkembang dengan optimal. Pada dasarnya setiap anak dilahirkan

dengan membawa potensi dasar (Fitrah)nya masing-masing. Hal ini

diterangkan dalam Al Qur’an Surat Ruum: 30 yang berbunyi;

1

(11)

2

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dari arti diatas dapat difahami bahwa manusia mempunyai fitrah yang

berbeda-beda. Oleh karena itu,setiap anak memiliki perkembangan yang

berbeda-beda. Salah satunya perkembangan kognitif, dimana setiap anak

mengalami perkembangan kognitif yang tidak sama.

Perkembangan kognitif menurut Piaget dibagi menjadi empat fase, yaitu:

1) Fase sensorimotor (0-2 tahun). Dimana pada fase ini anak mulai

memperoleh pengetahuan melalui aktivitas motorik (memegang,

meraba,merasakan). Anak juga dapat mengkoordinasikan pengalaman sensoris

(melihat, mendengar) dengan gerakan. 2) Fase pre-operasional (2-6 tahun).

Pada fase ini anak belum mampu melakukan operasi untuk menggambarkan

suatu tindakan melalui kata-kata atau gambar. Anak juga masih berfikir

didasarkan pada persepsinya(egosentris). 3) Fase concrete operasional (7-11

tahun). Pada fase ini anak sudah dapat melakukan operasi dan penalaran secara

logis, mampu melakukan reversible operations, sudah mengenal konsep

invarience, dan sudah mengenal konsep rangkaian. 4).Fase formal operational

(12 tahun-seterusnya). Pada fase ini anak sudah melampaui pengalaman

konkret sehingga mampu berfikir abstrak dan logis.2

Namun, tidak semua anak memiliki perkembangan kognitif seperti yang

di kemukakan oleh ahli, ada banyak anak yang memiliki keterlambatan dalam

proses perkembangannya. Seperti halnya anak yang mengalami gangguan

2

(12)

3

autis, mereka mengalami keterlambatan kognitif dalam proses

perkembangannya.

Autisme merupakan suatu kondisi mengenai seseorang yang

didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat

berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.3

Rutter dan Volkmar dkk, menjelaskan bahwa hampir 50% anak autis

tidak pernah mampu berbicara secara bermakna. Di antara mereka tidak jarang

berbicara sesuatu yang tidak lazim ataupun mengulangi ucapan orang lain

(echolalia), akibat perkembangan keterampilan bicara yang terlambat. Hal ini

mengakibatkan ketidakmampuan dalam berinteraksi dan berperilaku sosial.4

Diketahui, Akhir-akhir ini anak autis sering lahir dari pasangan yang

sama-sama memiliki pendidikan tinggi. Hal ini telah diselidiki oleh Sonoma

Country Department Of Public Health University of California. Hasil yang

didapatkan adalah daerah yang ditempati pasangan yang sama-sama memiliki

pendidikan tinggi, ditemukan banyak anak autis dibandingkan dengan daerah

yang ditempati oleh pasangan dengan pendidikan yang sedang-sedang saja.

Namun, adapula yang mengatakan bahwa anak autis juga terlahir dari pasangan

yang sudah berumur. Artinya, di saat mempunyai anak, umur salah satu

pasangan sudah melebihi batas normal untuk memiliki anak. 5

3

Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat (Yogyakarta: KataHati, 2010), hal. 56. 4Pipit Putri Habibah, “Efektifitas Terapi Bermain Terhadap kemampuan Berpikir mandiri Pada Anak Autis di Mukswa Bina Autis Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), hal. 1.

55

Pipit Putri Habibah, “Efektifitas Terapi Bermain Terhadap kemampuan Berpikir mandiri Pada Anak Autis di Mukswa Bina Autis Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Dakwah dan

(13)

4

Secara anatomis anak autis mengalami kelainan pada otak sehingga

menganggu proses perkembangan anak. Kelainan anatomis pada anak autis ini

menurut ilmu kedokteran tidak dapat disembuhkan, namun bukan berarti anak

autis tidak dapat hidup secara wajar dengan anak normal dan tidak memiliki

kemampuan lebih layaknya anak normal. Anak autis juga dapat memiliki

potensi yang dapat dikembangkan, namun proses perkembangannya tidak

semudah dan secepat anak pada umumnya.

Anak autis memiliki gejala yang sangat bervariasi, sebagian anak

memiliki perilaku yang hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri sendiri,

namun tak jarang mereka juga berperilaku pasif. Hal ini yang dapat

menyebabkan perkembangan kognitif anak menjadi terganggu dan mengalami

keterlambatan. Maka dari itu,untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak

terutama dalam mengenal abjad perlu adanya proses bimbingan belajar.

Bimbingan belajar menurut Dewa Ketut Sukardi merupakan suatu proses

pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam memecahkan

masalah belajar baik disekolah maupun di luar sekolah, agar peserta didik

dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar

dengan sistematis dan konsisten agar dapat mencapai prestasi semaksimal

mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.6

Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan proses

perkembangan kognitif terutama dalam mengenal abjad pada anak autis sangat

penting dilakukan melalui bimbingan belajar. Namun, bimbingan belajar yang

6

(14)

5

dilakukan bukan bimbingan belajar yang bersifat formal, melainkan bersifat

semi formal. Yang mana proses bimbingan belajar ini harus menyesuaikan

dengan keadaan anak autis. Karena mereka cenderung tidak berminat terhadap

metode pengajaran yang biasa. Anak autis cenderung lebih suka dengan

metode pengajaran yang menyenangkan. Salah satunya dengan cara bermain

atau permainan.

Pada dasarnya bermain atau permainan merupakan dunia anak, yang

mana melalui bermain atau permainan anak akan memperoleh pelajaran yang

mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik.

Para ahli pendidikan anak dalam risetnya menyatakan bahwa cara belajar

anak yang paling efektif ada pada permainan anak, yaitu dengan bermain

dalam kegiatan belajar mengajarnya. Dalam bermain ia dapat mengembangkan

otot besar dan halusnya ( motorik-kasar dan motorik- halus), meningkatkan

penalaran, dan memahami keberadaan di lingkungan teman sebaya,

membentuk daya imajinasi dengan dunia sesungguhnya, mengikuti peraturan,

tata tertib, dan disiplin yang tinggi.7

Namun, tidak semua permainan baik untuk proses perkembangan anak,

terutama untuk anak autis. Permainan yang baik yaitu permainan yang

memiliki nilai pendidikannya (edukatif). Permainan edukatif merupakan suatu

kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat digunakan sebagai cara

pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk

7

Andang Ismail, Education Games “ menjadi Cerdas dan Ceria Dengan Permainan

(15)

6

meningkatkan kemampuan berbahasa, berfikir, serta berhubungan dengan

lingkungannya.

Salah satu permainan yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan yang

bersifat mendidik dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan berbahasa

terutama kemampuan mengenal abjad pada anak autis yaitu melalui permainan

ular tangga, dimana dalam permainan ular tangga ini bisa mengasah

kecerdasan otak kiri dan kanan pada anak-anak, terutama pada anak autis.8

Kaitannya dengan otak kiri, anak akan dapat menghitung langkahnya sesuai

dengan jumlah mata dadu yang muncul,memperkirakan atau menganalisis

angka yang dibutuhkan dalam meraih posisi yang baik. Pada intinya dengan

bermain ular tangga otak kiri anak akan diasah untuk menghafal nomor,

berlatih penjumlahan, mengenali huruf, karena disini peneliti ingin

meningkatkan kemampuan mengenal abjad maka anak dapat mengenali dan

mengetahui abjad yang ada pada setiap kotak.

Sedangkan kaitannya dengan otak kanan, anak akan mengenal dan

memahami arti simbol dan aneka warna. Sebagaimana yang kita ketahui pada

permainan ular tangga terdapat simbol ular, tangga, serta aneka gambar, abjad,

dan warna.

Seperti halnya Akbar, dia termasuk salah satu murid di PAUD Inklusi

Melati Sidoarjo. Akbar memiliki hambatan Autisme dengan ciri yang

ditunjukkannya yakni cenderung tidak bisa diam, banyak bergerak yang tidak

terarah, kontak mata minimal dengan kecenderungan tidak menyukai sentuhan

8

(16)

7

oleh orang yang belum dikenal, hal ini ditunjukkannya ketika akbar berada di

rumah, akan tetapi ketika berada di sekolah akbar cenderung menjauh dan lebih

senang sendirian. Hal ini menunjukkan bahwa akbar merasa lebih nyaman

ketika berada dirumah. Berbicara mengenai hambatan autisme yang dialami

akbar, akbar termasuk anak yang memiliki perkembangan kognitif yang positif,

hal ini terlihat pada perkembangan akbar dalam berbicara, meskipun akbar

mengalami keterlambatan dalam proses bicaranya dan cenderung ketika

berbicara akbar akan mengulangi perkataannya beberapa kali. Hal ini

menunjukkan bahwa perkembangan kognitif bicaranya masih belum

sempurna.

Akbar termasuk anak yang pintar, meskipun akbar memiliki hambatan

autisme tetapi dia mampu untuk mengenali berbagai bentuk hewan, mengenali

benda-benda langit, berhitung, dan bahkan akbar mampu mengenali bentuk

abjad ketika berusia 4 tahun, bahkan ketika pertama kali masuk sekolah akbar

tergolong anak yang cerdas meskipun memiliki hambatan autisme. Tetapi

adanya keterlambatan pada proses bicaranya yang membuat intensitas untuk

pengucapannya jarang dan ditambah lagi pada saat itu akbar libur sekolah,

sehingga akbar malas untuk belajar mengenali dan mengucapkan abjad.

Meskipun ibunya setiap hari mengajarinya, akbar tetap tidak mau

mengucapkannya.

Sesuatu yang awalnya kita bisa ucapkan atau lakukan akan berkurang

apabila kita tidak melatihnya setiap hari. Hal ini yang terjadi pada akbar,

(17)

8

menyebabkan intensitas pengucapannya mengenai abjad dan bentuk abjad

menjadi berkurang. Hal ini yang menjadi landasan peneliti melakukan

penelitian ini.

Dengan melihat penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk dapat

mengembangkan permainan ular tangga yang disesuaikan dengan keadaan dan

kemampuan anak autis. Permainan ular tangga ini peneliti gunakan dalam

proses pemberian bantuan kepada Akbar dalam meningkatkan kemampuan

Akbar mengenal abjad. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan

judul “Bimbingan Belajar Melalui permainan Ular tangga Untuk

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad Pada Anak Autis di PAUD

Inklusi Melati Sidoarjo”.

Diharapkan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang

dikembangkan oleh peneliti ini dapat membantu anak autis dalam

meningkatkan kemampuan mengenal abjadnya. Sehingga nantinya permainan

ular tangga yang dikembangkan oleh peneliti dapat bermanfaat bagi para orang

tua yang memiliki anak autis.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk

meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis di PAUD

(18)

9

2. Bagaimana hasil pelaksanaan dari bimbingan belajar melalui permainan ular

tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal Abjad pada anak autis di

PAUD Inklusi Melati Sidoarjo?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut, yaitu:

1. Untuk mengetahui proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga

untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis di paud

inklusi melati sidoarjo.

2. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan dari bimbingan belajar melalui

permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad

pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis, Adapun kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Dari Segi Teoritis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pelengkap bahan kajian atau bermanfaat sebagai penambah referensi

kepustakaan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti tentang cara

meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis. Selain itu, juga

diharapkan dapat memberikan kontribusi teori dan konsep pada

(19)

10

dengan hambatan autisme dalam meningkatkan kemampuan mengenal

abjadnya.

2. Dari Segi Praktis

Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pendidik

maupun bagi peneliti sendiri. Bagi para pendidik anak autis dapat memberi

konsep tentang strategi dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad

melalui Permainan Ular Tangga sehingga dapat mempercepat dalam

meningkatkan kemampuan Anak Autis dalam mengenal Abjad. Dan bagi

peneliti pribadi tentu sebagai tambahan wawasan tentang cara dalam

meningkatkan kemampuan pada Anak Autis dalam mengenal Abjad secara

maksimal.

E.Definisi Konsep

Defini Konsep merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian.

Definisi singkat dari data yang ada. Definisi konsep yang diajukan pada

penelitian yang berjudul Bimbingan belajar melalui permainan ular tangga

untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada Anak Autis di PAUD

Inklusi Melati Sidoarjo. Adapun definisi konsep pada penelitian ini, yaitu:

1. Bimbingan Belajar

Bimbingan Belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan

yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa

(20)

11

disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan

itu disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.9

Dalam bidang layanan bimbingan belajar, yaitu untuk membantu

siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk

menguasai pengetahuan dan ketrampilan serta menyiapkan dan melanjutkan

pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.

Menurut Dewa ketut Sukardi, bimbingan belajar merupakan suatu

proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam

memecahkan masalah belajar baik disekolah maupun di luar sekolah, agar

peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan membentuk

kebiasaan belajar dengan sistematis dan konsisten agar dapat mencapai

prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada

dirinya.10

2. Permainan Ular Tangga

Sebelum membahas mengenai pengertian Permainan Ular Tangga,

peneliti akan membahas mengenai Bermain. Bermain menurut piaget dapat

diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi

kesenangan.11 Tetapi pendapat Piaget banyak dibantah oleh peneliti lainnya,

karena ada kalanya bermain bukan dilakukan hanya semata-mata demi

kesenangan, melainkan adakalanya bermain juga dapat dijadikan sebagai

9

Priyatno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2000), hal. 279.

10

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional ,1993), hal. 79.

11

Andang Ismail, Education Games”Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan

(21)

12

sarana belajar. Dengan bermain anak-anak dapat belajar mengenai banyak

hal. Banyak kegiatan bermain yang dilakukan dengan menggunakan bentuk

permainan sebagai sarana belajar, seperti halnya Permainan Ular Tangga.

Permainan Ular Tangga merupakan permainan ( Game) papan yang

dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak, digambar sejumlah

“tangga” atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain.12

Permainan ular tangga ini mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai

tujuannya.

Dalam penelitian ini Permainan Ular Tangga yang akan dilakukan

peneliti yaitu peneliti akan menyediakan dua papan ular tangga yang

berjumlah 28 kotak dan disetiap kotak akan ada satu abjad yang mana

disetiap kotak juga akan dihiasi dengan warna dan gambar yang sesuai

awalan huruf yang ada pada kotak tersebut. Dan pada permainan ular

tangga yang satunya selain ada gambar abjad juga akan diberikan penguatan

positif yang bersifat islami. Abjad tersebut akan diucapkan oleh pemain

pada saat pemain menginjak kotak tersebut yang di bimbing oleh peneliti.

Permainan ini dilaksanakan dengan cara si anak harus berdiri diatas papan

yang bertuliskan “Start”. selanjutnya pemain melemparkan dadu yang

bergambar ular yang menunjukkan jumlah kotak yang harus dilewati oleh

anak. Apabila anak berada pada kotak yang bergambar tangga, maka anak

harus naik keatas sampai pada kotak dimana puncak tangga itu berada dan

anak harus mengucapkan abjad yang ada didasar tangga kemudian juga

12

Agus N. Cahyo, Game Khusus Untuk PenyeimbangOtak Kanan dan Kiri Anak

(22)

13

mengucapkan abjad yang ditempati pada saat itu. Akan tetapi, jika mereka

berhenti pada kotak yang bergambar ekor ular, maka mereka harus turun

sampai pada kotak yang bergambar kepala ular dan anak harus

mengucapkan abjad yang berada di ekor dan kepala ular.

Sedangkan yang dimaksud permainan ular tangga dalam penelitian ini

yaitu sebagai sarana permainan edukatif yang dapat meningkatkan

kemampuan mengenal abjad pada anak autis yang ada di PAUD Inklusi

Melati Sidoarjo.

3. Kemampuan Mengenal Abjad

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kemampuan Mengenal Abjad

memiliki makna atau arti sendiri-sendiri, yaitu: 1) Kemampuan yaitu perihal

kesanggupan, kecakapan, kekuatan, untuk mencapai cita-citanya;2)

Mengenal yaitu tahu, mengetahui, berhubungan dengan rasa,dan mengerti;

3) Abjad merupakan susunan huruf di suatu bahasa yang dimulai dari huruf

A dan diakhiri huruf Z.13

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Mengenal Abjad yaitu

menaikkan kecakapan pengetahuan seseorang dalam bidang mengenal

abjad yang dimulai dari huruf a dan diakhiri dengan huruf z.

Adapun yang dimaksud kemampuan mengenal abjad pada penelitian

ini adalah meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis Akbar

yang ada di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

13

(23)

14

4. Anak Autis

Anak Autis merupakan anak yang mengalami suatu kondisi yang

didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak

dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.14 Hal ini

dilatarbelakangi karena anak autis pada umumnya hidup dengan dunianya

sendiri, dan menikmati kesendirian.

Ciri-ciri anak autis yaitu: Sulit bersosialisasi dengan anak lainnya;

Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata; Tidak peka terhadap rasa sakit;

Lebih suka menyendiri, sifatnya agak menjauhkan diri; Tidak perduli

bahaya; Hiperaktif atau melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau

malah tidak melakukan apapun (terlalu diam); Tidak berminat terhadap

metode pengajaran yang biasa.

Sedangkan beberapa penyebab yang dianggap menjadi pemicu

terlahirnya anak Autis, yaitu: Vaksin yang mengandung Thimerosal;

tayangan Televisi; Genetik; Makanan; Radiasi langsung pada bayi; Asam

Folat’.15

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan anak autis adalah

anak yang mempunyai kognitif yang bagus dan termasuk anak yang cerdas,

akan tetapi karena mengalami keterlambatan dalam berbicara yang menjadi

penyebab kemunduran dalam proses mengenal dan mengucapkan abjad.

Anak autisme yang menjadi subjek disini merupakan salah satu anak yang

bersekolah di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

14

Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Yogyakarta: KataHati, 2010), hal. 56. 15

(24)

15

F.Spesifikasi Produk

Berangkat dari latar belakang yang sudah dijelaskan peneliti, maka

peneliti mengembangkan satu produk yang berguna, bermanfaat, sederhana,

praktis, menarik, dan menunjang pencapaian tujuan dalam mengenal abjad.

Oleh karenanya penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memenuhi

empat kriteria sebagai berikut:

1. Ketepatan adalah bentuk dari permainan yang dikembangkan sesuai dengan

tujuan dan prosedur permainan. Hal ini dapat diketahui dengan cara

mengukur tingkat validitas paket yang dikembangkan dengan menggunakan

skala penilaian yang diberikan kepada tim uji ahli.

2. Kelayakan yaitu adanya permainan yang dikembangkan memenuhi

persyaratan yang ada baik dalam segi prosedur, bentuk, maupun

pelaksanaannya, sehingga permainan tersebut dapat diterima oleh anak yang

mengalami hambatan autis, orang tua, dan juga para guru.

3. Kegunaan yaitu permainan yang dikembangkan memiliki daya guna dan

bermanfaat untuk dijadikan panduan oleh orang tua dan para guru paud

dalam rangka meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis.

4. Respon Aktif Positif yaitu tampilan dan penguatan yang ada di permainan

ular tangga berpotensi dapat membuat anak autis tertarik untuk melakukan

permainan ular tangga ini, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya

dalam mengenal abjad.16

(25)

16

Untuk lebih memperjelas kriteria di atas dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 1.1

Spesifikasi Produk Permainan Ular Tangga dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad

No Variabel Indikator Instrumen Pelaksana

1 Ketepatan a. Ketepatan obyek

b. Ketepatan rumusan

Produk permainan ini mempunyai tujuan agar dapat meningkatkan

kemampuan mengenal abjad pada anak autis. Produk ini terdiri dari tiga

bagian, yaitu:

1. Nama dan Deskripsi Produk

Produk yang ingin dikembangkan oleh peneliti guna meningkatkan

kemampuan mengenal abjad pada anak autis yaitu dengan bimbingan

(26)

17

Dimana dalam permainan ular tangga ini diharapkan dapat membantu

anak autis dalam mengenal abjad. Spesifikasi Permainan ular tangga disini

yaitu: 1) terdiri dari 28 kotak; 2) setiap kotak terdapat satu abjad; 3) setiap

kotak terdapat kata-kata motivasi islami; 4) berbentuk banner yang dilapisi

steroform halus ; 5) setiap kotak berukuran 50x50 cm; 6) Warna dasar setiap

kotak yakni warna biru dan merah. Dimana warna biru merupakan warna

simbol dari autis itu sendiri, dan warna merah merupakan warna yang penuh

dengan semangat.

2. Bahan produk

Bahan yang digunakan untuk permainan ular tangga yakni berbentuk

banner yang dibawahnya akan dilapisi steroform yang lembut, dan dadunya

terbuat dari flanel. Bahan tersebut sangat aman digunakan dalam permainan

ini, karena bahannya yang lembut dan lentur akan tetap menjaga akbar

selama berlangsungnya proses bimbingan belajar melalui permainan ular

tangga.

3. Pelaksanaan Permainan

Pelaksanaan permainan ini dirancang dengan menggunakan metode

bimbingan belajar edukatif melalui permainan ular tangga. Yang mana

dalam permainan ular tangga ini akan dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Satu orang anak autis dan lainnya lagi anak normal. Anak normal disini

sebagai teman bermain bagi anak yang memiliki hambatan autisme (Akbar).

Pelaksanaannya dilakukan dengan mengikuti keadaan emosi akbar dan

(27)

18

G.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunkan metode penelitian

pengembangan atau research and development. Research and Development

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, melalui penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk

menguji keefektifannya agar dapat menghasilkan produk yang bermanfaat

bagi masyarakat luas.17 Pada dasarnya secara sederhana Research and

Development merupakan penelitian yang dilakukan secara sengaja,

sistematis, bertujuan atau diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan,

memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk,

model, metode/ strategi/ cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul,

baru, efektif, efisien, produktif, dan bermakna.18

Untuk dapat menciptakan produk yang bermanfaat bagi masyarakat

luas. Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif yang meliputi;

wawancara, observasi, dan pre-test dengan memberikan tebakan mengenai

abjad yang berguna untuk mengetahui seberapa banyak abjad yang

diketahui sebelum permainan dilakukan. Selain kualitatif, peneliti juga

menggunakan metode pendekatan kuantitatif dalam menggali data. Peneliti

menggunakan penilaian Post-test yang ditujukan kepada pembimbing dan

angket tersebut sebagai bahan uji produk yang ditujukan kepada tim uji ahli.

17

Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 407.

18

(28)

19

2. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah salah satu murid Paud

di sekolah Inklusi yang mengalami hambatan autis yang bernama Akbar, dia

juga mempunyai keterbatasan dalam kognitif bicaranya. Hal itu disebabkan

karena kurangnya kemauan akbar dalam mengucapkan dan menginggat

abjad. Sedangkan lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam

penelitian kali ini berada di PAUD Inklusi Melati di Jln. Yos Soedarso. No

63, Sidoarjo.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian yang berjudul bimbingan belajar

melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan

mengenal abjad pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ini

terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini, yaitu; proses bimbingan belajar

melalui permainan ular tangga dan hasil dari bimbingan belajar melalui

permainan ular tangga yang diikuti oleh akbar selaku subjek yang

mengalami autis.

Data sekunder dalam penelitian ini, yaitu; penilaian dari para ahli

terhadap bentuk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga,

pendapat guru dan orang tua mengenai proses bimbingan belajar melalui

(29)

20

sebelum dan sesudah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga

dilaksanakan.

b. Sumber Data

Sumber data merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian.

Oleh karena itu, penggunaan atau pemilihan sumber data harus sesuai

dengan tujuan penelitian agar penelitian tersebut memperoleh hasil yang

akurat. Dalam hal ini peneliti menggunakan sumber data primer dan

sumber data sekunder.

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari

sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data

tersebut bisa dikatakan dengan data yang diambil dari sumber pertama

dilapangan.19 Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah

orang tua dan guru-guru di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo serta literatur

mengenai permainan ular tangga.

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber

data yang kedua ( bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki

informasi atau data tersebut. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu:

data mengenai hasil analisis dokter, analisis terapis, dan nilai hasil

belajar. Sumber lainnya yaitu: pendapat para ahli mengenai

pengembangan produk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga

untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis.

19

(30)

21

4. Tahap Penelitian

Ada 10 tahapan yang digunakan oleh peneliti dalam proses penelitian

dan pengembangan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dalam

meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis, yaitu: 1)

identifikasi masalah dan potensi; 2) mengumpulkan informasi; 3) mendesain

rancangan produk; 4) memvalidasi desain produk; 5) memperbaiki desain;

6) menguji coba produk; 7) Revisi Produk; 8) Uji coba produk di lapangan;

9) revisi produk pengembangan; dan 10) produk massal .20

Tahapan-tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yakni:

tahap perencanaan, tahap pengembangan,dan tahap uji coba21

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi Potensi dan Masalah

Pada tahap ini, peneliti melakukan penggalian data mengenai

keterlambatan anak autis dalam mengenal abjad di PAUD Inklusi

Melati Sidoarjo. Peneliti juga menggali potensi yang dapat

dimanfaatkan atau digunakan dalam meningkatkan kemampuan

mengenal abjad pada anak autis. Dimana identifikasi potensi yang

ditemukan peneliti disini melalui permainan yang edukatif.

Menginggat dunia anak merupakan dunia bermain. Dan diharapkan

dari potensi tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan

mengenal abjad pada anak yang mengalami hambatan autisme.

20

Sugiyono, Metode Penlitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.298.

(31)

22

2) Pengumpulan Informasi

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data dan mempelajari

mengenai keterlambatan anak autis dalam mengenal abjad dan juga

peneliti mempelajari bagaimana proses pembelajaran yang disenangi

dan menarik bagi anak autis. Dimana ditemukan informasi bahwa

anak autis cenderung lebih suka belajar dengan bermain. disini

peneliti mulai mempelajari literatur mengenai keterlambatan kognitif

dalam hal ini berbicara yang disebabkan kurangnya kemampuan

mengenal abjad pada anak autis dan juga mempelajari literatur

permainan edukatif yang cocok bagi anak autis.

3) Desain Produk Awal

Setelah peneliti mengetahui potensi dan masalah yang dialami

oleh anak autis dalam keterlambatan perkembangannya mengenal

abjad serta dilengkapi dengan informasi-informasi dari guru-guru di

PAUD Inklusi dan dari berbagai lieratur. Peneliti mulai merancang

desain produk awal dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad

pada anak autis melalui permainan edukatif yang berbentuk permainan

ular tangga.

b. Tahap Pengembangan

4) Validasi Desain Produk

Dalam hal ini,hasil desain produk awal mengenai permainan

ular tangga yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti kemudian

(32)

23

yaitu: orang yang berkompeten dalam penanganan anak berkebutuhan

khusus terutama anak autis, orang yang berkompeten dalam bidang

pembuatan desain produk, dan juga orang yang berkompeten dalam

bidang pendidikan. Dimana dalam bidang pendidikan disini, yaitu

kemampuan dalam mengenal abjad.

5) Revisi Desain Produk

Revisi desain produk ini dilakukan setelah mendapatkan hasil

validasi desain yang dilakukan oleh para ahli mengenai permainan

ular tangga. Kemudian di perbaiki oleh peneliti sesuai dengan

masukan dari para ahli. Sehingga akan ditemukan produk bimbingan

belajar melalui permainan ular tangga dengan bentuk-bentuk yang

lebih baik dan menarik bagi anak yang mengalami hambatan autis.

6) Uji Coba Produk

Uji coba produk ini dilakukan setelah revisi produk dilakukan

oleh peneliti kemudian diuji cobakan kepada Akbar selaku subjek

yang mengalami hambatan autis. Diharapkan dari uji coba ini dapat

memberikan masukan dan dapat mengetahui respon akbar terhadap

bimbingan belajar melalui permainan ular tangga guna memperbaiki

bentuk permainan ular tangga.

7) Revisi Produk

Dari uji coba produk yang dilakukan oleh peneliti diharapkan

dapat memberikan masukan kepada peneliti tentang efektivitas

(33)

24

mengenal abjad pada anak autis, serta sesuai tidaknya dan menarik

tidaknya permainan ular tangga bagi anak autis. Respon dari anak

autis menjadi acuhan bagi revisi produk.

c. Tahap Uji Coba

8) Uji Coba Produk di Lapangan

Setelah revisi produk dilakukan, hasil dari revisi produk ini

kemudian diperbaiki oleh peneliti dan kemudian di uji cobakan

kepada subjek yang akan diteliti, dimana subjek dalam penelitian ini

yaitu akbar. Uji coba produk lapangan ini juga dikordinasikan peneliti

kepada orang tua dan juga guru-guru di PAUD Inklusi Melati

Sidoarjo. PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ini digunakan sebagai tempat

uji coba permainan ular tangga yang akan membantu akbar dalam

meningkatkan kemampuan mengenal abjadnya. dimana dalam

permainan ular tangga yang akan di uji cobakan ini terdapat manual

petunjuk dalam melakukan permainan sebagai pelengkap permainan

ular tangga.

9) Revisi Produk Pengembangan

Tahap revisi produk pengembangan ini merupakan tahap final

dalam pengembangan dan penyempurnaan produk permainan ular

tangga. Dimana dalam tahap ini peneliti memperbaiki atau merevisi

kekurangan-kekurangan dan kelemahan yang ada dalam produk

permainan ular tangga. sehingga dapat digunakan untuk pembuatan

(34)

25

10) Produk Massal

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian Research and

Development. Dimana dalam tahap ini produk ular tangga yang telah

diuji cobakan beberapa kali ini dinyatakan efektif, layak dan sesuai

untuk dijadikan produk pengembangan dalam meningkatkan

kemampuan mengenal abjad pada anak autis oleh para ahli maka

produk ular tangga ini dapat diproduksi secara masal.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang

diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung.22Dalam

pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan panca indra penglihatan dan

pendengaran. Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian,

menginggat tidak setiap penelitian menggunakan alat pengumpul data.23

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Observasi Partisipatif yang

mana peneliti ikut terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. 24

Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti proses pembelajaran secara

langsung, dan mengikuti proses bimbingan belajar melalui permainan

ular tangga yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada

Akbar di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo secara langsung. Sehingga

22

Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 72.

23

Joko Subagyo, Metode penelitian ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 62. 24

(35)

26

peneliti mengetahui proses bimbingan belajar melalui permainan ular

tangga yang dapat membantu akbar dalam mengenal abjad.

b. Wawancara

Menurut Deddy Mulyana wawancara adalah bentuk komunikasi

antara dua orang melibatkan seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.25

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih dalam.26

Wawancara dibagi menjadi dua macam yaitu wawancara

berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Dalam penelitian ini, jenis

wawancara yang digunakan peneliti dengan wawancara tak berstruktur

dimana peneliti bertanya secara terbuka.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mencari data

sebanyak mungkin melalui wawancara terhadap para informan yaitu

guru-guru, orang tua, serta terapis Akbar, sebelum dan setelah bimbingan

belajar melalui permainan ular tangga di berikan kepada Akbar. Apakah

bimbingan belajar melalui permainan ular tangga mampu membawa

perubahan pada Akbar dalam meningkatkan kemampuannya mengenal

abjad.

25

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 180.

26

(36)

27

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan penelitian yang meneliti berbagai

dokumen serta bahan-bahan yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berupa tulisan misalkan

catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan semacamnya.

Dokumen yang berbentuk gambar dapat berupa foto, gambar hidup,

sketsa dan lain-lain. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya

karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, data yang digali melalui studi dokumen antara

lain data yang berupa diagnosis dokter, diagnosis terapis, hasil belajar,

dan foto-foto pada saat akbar melakukan permainan ular tangga.

d. Kuisioner

Kuesioner merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.27

Kuesioner ini diberikan kepada pembimbing akbar dalam

melakukan permainan. Angket tersebut berupa angket post-test yang

berguna sebagai alat untuk mengetahui perubahan dalam meningkatnya

kemampuan mengenal abjad dan juga mengetahui seberapa

berpengaruhnya bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dalam

meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak yang memiliki

27

(37)

28

hambatan autis (akbar) atau mengetahui hasil dari bimbingan belajar

melalui permainan ular tangga.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah karena

dengan analisis, data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti dapat diberi

arti dan makna yang berguna dalam menyelesaikan masalah penelitian,

sehingga akan di peroleh suatu kesimpulan yang benar.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu.28

Analisis dalam penelitian ini terdapat tiga aspek yang dianalisis,

yaitu: a) analisis terhadap produk pengembangan yang dihasilkan; b)

analisis terhadap proses pengaplikasian bimbingan belajar melalui

permainan ular tangga yang dikembangkan; c) hasil atau temuan dari

pengaplikasian bimbingan belajar melalui permainan ular tangga. Sebagai

berikut:

a. Analisis terhadap produk pengembangan.

Analisis produk yang akan dikembangkan ini dimulai dari

pengumpulan informasi dan data. Informasi yang dibutuhkan yaitu sesuai

tidaknya produk yang akan dikembangkan dengan subjek yang menjadi

28

(38)

29

sasaran yakni anak autis. Analisis produk ini dilakukan oleh tim uji ahli

yaitu Dr. Agus Santoso,S.Ag, M.Pd., dan Dra. Psi. Mierrina, M.Si.

b. Analisis terhadap proses permainan ular tangga.

Analisis terhadap proses permainan ular tangga ini dilakukan

dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan keadaan subjek,

dimana subjek dalam penelitian ini yakni anak yang mengalami

hambatan autis. Aspek yang dianalisis dalam bimbingan belajar melalui

permainan ular tangga ini, yakni: 1) tujuan bimbingan belajar melalui

permainan ular tangga; 2) metode dalam melakukan bimbingan belajar

melalui permainan ular tangga; 3) media ular tangga yang digunakan; 4)

evaluasi yang dihasilkan setelah bimbingan belajar melalui permainan

ular tangga dilaksanakan.

c. Analisis Hasil atau temuan dari permainan ular tangga.

Analisis ini difokuskan pada Efektivitas bimbingan belajar melalui

permainan ular tangga dalam membantu anak autis (akbar) meningkatkan

kemampuannya dalam mengenal abjad. Efektivitas ini dilihat dari

kemampuan anak autis (akbar) dalam mengenal abjad sebelum dan

sesudah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dilaksanakan.

7. Uji Keabsahan Hasil Penelitian

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti dalam proses penelitian merupakan hal yang

sangat penting karena menentukan kualitas pengumpulan data. Semakin

(39)

30

permainan ular tangga yang dilakukan oleh anak autis, maka akan

menentukan banyak tidaknya data yang didapatkan serta mendalam

tidaknya data yang didapatkan oleh peneliti.

b. Ketekunan Pengamatan

Dalam rangka memperoleh hasil keabsahan data dalam penelitian

secara maksimal maka diperlukan melakukan ketekunan pengamatan di

lapangan dengan cara melibatkan seluruh panca indra peneliti seperti

penglihatan, pendengaran, serta insting peneliti.

Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan data-data

yang relevan dengan masalah yang sedang diangkat oleh peneliti.

Dengan demikian peneliti akan dapat melakukan penelitian secara lebih

rinci, spesifik, dan berkesinambungan dengan faktor-faktor yang

nampak. Kemudian oleh peneliti ditelaah lebih mendalam sehingga

peneliti dapat benar-benar memahami masalah tersebut.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data.

Triangulasi data dibagi menjadi beberapa bagian,yaitu:

1) Triangulasi sumber merupakan proses pengecekan hasil data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2) Triangulasi teknik merupakan proses pengecekan data kepada sumber

(40)

31

3) Triangulasi waktu merupakan proses pengecekan data yang didapat

melalui proses wawancara dengan melakukan perbandingan waktu

dalam melakukan wawancara.29

4) Triangulasi teoritis merupakan proses pengkajian satu permasalahan

dilihat dari berbagai sudut pandang teori yang lebih dari satu.30

Adapun triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam triangulasi

sumber peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan

data dengan jenis permasalahan yang sama.

Adapun dalam penelitan ini, triangulasi sumber yang dilakukan

peneliti yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai sumber mengenai

cara penanganan untuk meningkatkan kognitif dalam berbicara yang

kaitannya dengan proses mengenal abjad pada anak autis.

Sedangkan triangulasi teknik yang dilakukan oleh peneliti yaitu

dengan cara mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara kepada orang tua, dan

juga guru-guru di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo; dengan cara Observasi

tempat, subjek, informan, serta keadaan yang akan dijadikan tempat

penelitian; dengan cara mendokumentasi proses permainan ular tangga

dilaksanakan dengan mengambil foto-foto, hasil diagnosa dari dokter,

dan hasil belajar subjek (akbar) selama belajar di PAUD Inklusi Melati

29Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “ Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 373-374.

30

(41)

32

Sidoarjo; dan dengan cara kuesioner melalui form nilai yang berupa

pernyataan mengenai kemauan dan kemajuan dalam mengenal abjad

yang akan diberikan kepada pembimbing sesudah bimbingan belajar

melalui permainan ular tangga dilaksanakan.

H.Sistematika Pembahasan

Dalam suatu pembahasan penelitian diperlukan sistematika pembahasan

yang bertujuan untuk mempermudah seorang peneliti dalam penelitian.

Langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I adalah pendahuluan yang terdiri dari delapan sub-sub, antara lain:

Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat

Penelitian; Definisi Konsep;Spesifikasi Produk; Metode Penelitian; Sistematika

Pembahasan.

BAB II adalah tinjauan pustaka, pada bab ini terdiri dari dua sub-sub,

yakni kajian teoritik yang meliputi: pengertian bimbingan belajar; pengertian

permainan ular tangga; pengertian anak autis; pengertian kemampuan

mengenal abjad;. Dan penelitian terdahulu yang relevan yaitu peneliti akan

menulis dan menjelaskan kesamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan

peneliti sekarang dengan penelitian terdahulu mengenai permainan ular tangga

dan kemampuan mengenal abjad.

BAB III adalah penyajian data, Pada bab ini terdiri dari dua sub bab,

yakni Deskripsi umum objek penelitian,yang meliputi: gambaran umum

mengenai PAUD Inklusi Melati Sidoarjo; kondisi dan letak geografisnya;

(42)

33

Data murid; Kegiatan di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo; Deskripsi peneliti dan

subyek. Sub bab yang kedua yakni Bimbingan belajar melalui permainan ular

tangga untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal abjad pada anak

autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

BAB IV adalah analisis data, Pada bab ini akan membahas mengenai

Analisis data pengembangan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga

untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal abjad.

BAB V adalah penutup, Pada bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran,

yang menjelaskan hasil kesimpulan dari bimbingan belajar melalui permainan

ular tangga mengenai meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada akbar

(43)

BAB II

BIMBINGAN BELAJAR, PERMAINAN ULAR TANGGA, AUTISME, DAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD

A.Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan Belajar

a. Pengertian Bimbingan

Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan berkembangnya

penyelenggaraan pendidikan pada umumnya, dan dalam hubungan

dengan orang lain sering kali terjadi peristiwa bimbingan untuk

pengaruh-mempengaruhi antara satu orang dengan orang lain. Seperti

halnya orang tua membimbing anaknya; dan guru membimbing

muridnya, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Pada dasarnya manusia tidak lepas dari yang namanya bimbingan, karena

dalam membentuk manusia menjadi baik dan buruk dilihat dari

bimbingan yang diperolehnya.

Bimbingan itu sendiri memiliki banyak pengertian yang

berbeda-beda, serta berkembang dari masa ke masa, yaitu yang hanya sekedar

mempersiapkan seseorang untuk memasuki suatu jabatan atau pekerjaan

tertentu sampai dengan pemberian bantuan dalam penyelesaian suatu

permasalahan di berbagai bidang sosial, pendidikan, serta permasalahan

pribadi. Begitupun dengan para ahli yang memiliki pendapat

(44)

35

Menurut Frank Parson bimbingan merupakan suatu bantuan yang

diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan

memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang

dipilihnya itu. Dari pendapat ini, kita bisa mengetahui bahwa pada

dasarnya bimbingan itu akan mempengaruhi seseorang dalam

memperoleh suatu jabatan tertentu.

Menurut Smith, bimbingan merupakan proses layanan yang

diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh

pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam

membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi

yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.Dari pendapat ini,

bimbingan akan membantu seseorang dalam mendapatkan ketrampilan

dan pengetahuan guna membantu seseorang menentukan pilihan yang

baik dan sesuai bagi dirinya.

Menurut Chrisholm, bimbingan merupakan penolong bagi individu

agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal

serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam

kehidupannya. Dalam hal ini, melalui bimbingan seseorang diharapkan

dapat mengenali dirinya sendiri, sehingga akan dapat membantu dirinya

dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Menurut Stoops, bimbingan merupakan suatu proses yang terus

menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka

(45)

36

manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi

masyarakat. Menurut pendapat Stoops ini bahwa bimbingan akan

membantu seseorang dalam proses mengembangkan kemampuannya

sendiri sehingga dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi dirinya

sendiri melainkan juga bagi oranglain.31

Winkel mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian

bantuan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri,

menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan,

memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep

dirinya dan tuntutan lingkungan.32

Dilihat dari pendapat beberapa ahli diatas mengenai pengertian

bimbingan dapat dipahami bahwasannya bimbingan pada prinsipnya

merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

yang ahli kepada seseorang secara berkelanjutan yang membantu,

membentuk, serta mempersiapkan seseorang dalam mengembangkan

pengetahuan, perilaku, serta pemikiran yang luas. Hal itu akan

mempermudah seseorang dalam menentukan pilihan yang baik sehingga

akan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat.

Dengan kata lain, bahwasannya manusia diharapkan saling memberi

bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri,

sehingga akan membantu manusia dalam menghadapi perjalanan

kehidupan yang sebenarnya. Seperti dalam al- qur’an Qs. Ar-ra’du:27

31

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hal. 193.

32

(46)

37

Artinya: Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu`jizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang

bertaubat kepada Nya".33

Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi

fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia

yang memilikinya. Ayat ini juga menunjukkan agar manusia selalu

mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing

kearah mana seseorang itu akan menjadi baik atau buruk.

b. Pengertian Belajar

Dalam aktivitas sehari-hari manusia hampir tidak pernah lepas dari

kegiatan belajar, baik ketika seseorang melakukan kegiatan sendiri

maupun kegiatan kelompok. Disadari ataupun tidak, sesungguhnya

sebagian besar kegiatan kita merupakan kegiatan belajar. Oleh karena itu,

dapat kita katakan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan

belajar, dan itu menunjukkan bahwa yang namanya belajar tidak dibatasi

dengan usia. Bahkan agama islam dalam Al-qur’an juga dijelaskan

mengenai perintah dalam belajar (menuntut ilmu), seperti dalam Qs.

Al-Mujadalah : 11

33

(47)

38

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. 34

Dalam ayat al-qur’an diatas, sudah jelas bahwa belajar (menuntut

ilmu) merupakan perintah langsung dari Allah Swt. Karena orang yang

belajar (menuntut ilmu) akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt

beberapa derajat. Hal ini menjelaskan bahwa belajar akan membawah

diri kita pada kebaikan.

Belajar juga merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi

pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi

(dalam kandungan) hingga liang lahat.35

Menurut Nichole, belajar merupakan kegiatan penting setiap orang,

termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah

survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak yang masuk sekolah pada

usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan

belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis

menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Konsekuensinya, 4

34

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hal. 1170-1171.

35

(48)

39

dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya yang

baru dengan perasaan ketidaknyamanan.36

Menurut Gagne, belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang

relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari

pembelajaran yang bertujuan atau yang direncanakan.37Pengalaman

diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang

tidak direncanakan maupun yang direncanakan sehingga menghasilkan

perubahan yang bersifat relatif menetap.

Dari pengertian belajar menurut para ahli dapat diambil kesimpulan

bahwasannya belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku

seseorang yang menyangkut perubahan pengetahuan(kognitif) dan

ketrampilan(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap

(afektif) yang dipelajari dari pengalaman diri sendiri maupun dari

interaksi dengan lingkungan sekitar.

c. Pengertian Bimbingan Belajar

Setelah menguraikan beberapa definisi bimbingan dan belajar

menurut para ahli, maka penulis menggabungkan dua kata tersebut

menjadi bimbingan belajar. Bimbingan Belajar itu sendiri merupakan

salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di

sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang

dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau

36

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 33. 37

(49)

40

rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu disebabkan mereka tidak

mendapat layanan bimbingan yang memadai.38

Menurut Dewa ketut Sukardi, bimbingan belajar merupakan suatu

proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam

memecahkan masalah belajar baik disekolah maupun di luar sekolah,

agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan

membentuk kebiasaan belajar dengan sistematis dan konsisten agar dapat

mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang

ada pada dirinya.39

Dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan belajar merupakan

suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam

menemukan kesukaran-kesukaran dalam proses belajar yang menjadi

tuntutan dari suatu institusi pendidikan, sehingga menemukan proses

belajar yang tepat.

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Tujuan bimbingan belajar merupakan hal yang penting dalam proses

bimbingan belajar. Apabila tidak ada tujuan, maka proses bimbingan belajar

akan berjalan dengan tidakmana mestinya (kurang baik), maka dari itu

tujuan bimbingan belajar meliputi:

a. Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan

menggunakan pengetahuan mereka secara efektif.

38

Priyatno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2000), hal. 279.

39

(50)

41

Bimbingan belajar merupakan bantuan kepada seseorang untuk

dapat mengetahui kemampuan yang dimilikinya dan bertanggung jawab

terhadap apa yang dimilikinya, sehingga seseorang ini dapat

memanfaatkan kemampuannya menjadi pengetahuan yang berguna untuk

dirinya sendiri dan orang lain secara lebih efektif.

b. Agar siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan

menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.

Seseorang dalam menjalani kehidupan ini pasti akan menemukan

banyak sekali rintangan. Terkadang seseorang tidak dapat menjalaninya

karena rintangan yang dihadapinya terlalu besar ataupun seseorang

tersebut belum mempunyai dasar atau pemahaman yang kuat mengenai

kehidupannya. Maka dari itu, bimbingan belajar diperlukan guna

membantu seseorang dalam menyiapkan masa depannya sendiri dan

menjalani kehidupannya secara lebih efektif.

c. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi semua

aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.

Setiap manusia dilahirkan pasti memiliki potensi masing-masing.

Tinggal bagaimana manusia tersebut mampu mengeluarkan atau

mengembangkan potensi tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat. Oleh

karena itu, bimbingan belajar bertujuan membantu manusia dalam

mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal dan

(51)

42

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Dalam proses bimbingan belajar pasti memiliki fungsi yang dapat

membantu seseorang dalam mempelajari suatu hal yang baru sehingga akan

membentuk perilaku baru yang positif dan bertahan lama (menetap).

Adapun fungsi-fungsi tersebut meliputi:

a. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang objektif

dan jelas tentang potensi,watak, minat, sikap, dan kebiasaannya agar ia

dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini akan

membantu siswa lebih mudah mempelajari dirinya sendiri sehingga dia

mampu mempersiapkan masa depannya sendiri.

b. Membantu individu siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai

dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu

siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam

menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai

hasil yang diharapkan.

c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang kemungkinan dan kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar

ia dapat melakukan pilihan yang tepat diantara lapangan pekerjaan

tersebut. Di samping itu, membantunya untuk dapat kemajuan yang

memuaskan dalam pekerjaannya sambil memberikan sumbangan secara

maksimal terhadap masyarakatnya.40

40

Gambar

Kesesuaian gambar dengan produk
gambar ular dan tangga, yang mana dalam permainan ini dilakukan oleh
Tabel perkembangan anak normal menurut Therese Joliffe, dkk
Tabel 2.1: Perkembangan Interaksi Anak Normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan Berbahasa Melalui Permainan Ular Tangga Pada Anak Kelompok B (kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

Sebagai implementasinya, dilakukan penelitian tindakan kelas pada proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menggunakan permainan ular tangga Teknik pengumpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok B TK

Pada tindakan 3 pembelajaran permainan ular tangga modifikasi berlangsung dengan tertib dan anak terlihat sangat antusias saat melakukannya. Kemampuan konsep blangan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV. Pengembangan media permainan ular tangga elektrik dalam pembelajaran teks deskripsi

Pada intervensi (B) merupakan kemampuan saat diberikan intervensi melalui permainan ular tangga, sedangkan pada baseline 2 (A 2 ) untuk merupakan kondisi setelah diberikan

Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah produk media permainan ular tangga yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas II SDN 12

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengethui bagaimana komunikasi efektif dapat terbangun antara guru dan murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo dalam menanamkan moral