• Tidak ada hasil yang ditemukan

KH. MASYHUDI DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID DI DESA TANJUNGSARI KREJENGAN PROBOLINGGO (1984-2015).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KH. MASYHUDI DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID DI DESA TANJUNGSARI KREJENGAN PROBOLINGGO (1984-2015)."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KH. MASYHUDI DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID DI DESA TANJUNGSARI KREJENGAN

PROBOLINGGO (1984-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh Moh. Rizal NIM: A02212072

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “KH. Masyhudi Dan Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid Di Desa Tanjungsari Krejengan Probolinggo (1984-2015)”. Adapun masalah yang diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Bagaimana biografi KH. Masyhudi? (2) Bagaimana Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid? (3) Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid Dimasa KH. Masyhudi (1984-2015).

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan pendekatan dan karangka teori. Pendeketan yang digunakan adalah pendektan historis dan karang teori yang digunakan adalah teori kempemimpinan, peran dan continuty and change. Tidak hanya pendekatan dan karangka teori saja yang digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut. Selain itu, penulis juga menggunakan metode. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) heuristik. (2) kritik. (3) interpretasi. (4) historiografi.

(7)

Abstract

The tittle of this thesis is ”KH. Masyhudi and the development of Darut Tauhid

boarding school in Tanjungsari Village Krejengan Probolinggo (1984-2015)”. This thesis discribes about (1) how is the biography of KH. Masyhudi, (2) how is the history of Darut Tauhid boarding school has been found (3) how is the development of Darut Tauhid during KH. Masyhudi (1984-2015) period.

To answer the research problem, the reseacher used an approach and theoretical frame work. The approach that reseacher used is hystorical approach. While, the theoritical frame work used is leadership theory, participate, continuty and change. Further more, the reseacher also used a method, it was historical reasearch method which classified into four steeps, these are (1) heuristic (2) critic (3) interpretation (4) hystography.

(8)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

TABEL TRANSLITERASI ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika Bahasan ... 14

BAB II BIOGRAFI KH. MASYHUDI A. Geneologi KH.Masyhudi ... 15

B. Pendidikan ... 19

(9)

iii

BAB III SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID

A. Letak Geografis Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 27

B. Ide Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 28

C. Pioner Pendirian Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 37

D. Akifitas Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 41

BAB IV PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID DIMASA KH. MASYHUDI (1984-2015) A. Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 46

1. Fiskik Bangunan ... 46

2. Unit lembaga Pendidikan... 50

3. Santri ... 52

A. Hambatan Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 55

B. Reaksi Masyarakat Terhadap Pengembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 66

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan pertama kali yang

dikenal di Indonesia. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk

memperdalam agama sekaligus sebagai pusat penyebaran agama Islam,

diperkirakan masuk sejalan dengan gelombang pertama dari proses

pengislaman didaerah Jawa sekitar abad ke-16.1 Beberapa abad kemudian

penyelenggaraan pendidikan ini semakain berkembang dengan munculnya

tempat-tempat pengajian (nggon ngaji). Bentuk ini kemudian berkembang

dengan pendirian tempat-tempat menginap atau disebut dengan

pemondokan bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut

“pesantren”.Istilah pondok pesantren terdiri dari dua kata, “pondok” dan

“pesantren”. Kata pondok berasal dari bahasa arab “funduq” yang berarti

asrama. Sedangkan kata “pesantren” berasal dari kata “santri” yang

diimbuhi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti menunjukkan tempat,

maka artinya tempat para santri.2

Menurut M. Arifin pondok pesantren adalah suatu lembaga pendikan

agama islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan

sistem asram (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama

1

Tim Penulis Departemen Agama,Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah:

Pertumbuhan dan Perkembangannya (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003), 1.

2

M. Shulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), 1.

(11)

2

melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah

kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa kyai dengan cirikhas yang

bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.3 Pesantren sendiri

memiliki lima elemen, yaitu:

1. Pondok, sebagai tempat tinggal bersama para santri yang terletak di

dalam kompleks pesantren.

2. Masjid, yang merupakan tempat yang tepat untuk mendidik para santri,

terutama dalam beribadah salat lima waktu, khutbah, salat jumat, dan

pengajaran kitab-kitab.

3. Pengajaran kitab klasik.

4. Santri, santri mukim ( yang tinggal di dalam lingkungan pesantren), dan

santri kalong (santri tidak menetap di dalam pesantren).

5. Kyai, sebagai pemilik otoritas pesantren.4

Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren sebagai lembaga

sosial telah menyelenggarakan pendidikan formal, baik berupa sekolah

formal, baik berupa sekolah umum maupun sekolah agama. Selain itu

pesantren juga menyelenggarakan madrasah yang mengajarkan

bidang-bidang ilmu agama saja. Pesantren juga mengembangkan fungsinya sebagai

lembaga solidaritas sosial dengan menampung anak-anak muslim dan

memberikan pengalaman, tanpa harus membedakan tingkat sosial ekonomi

mereka. Pesantren sebagai lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di

3

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: ERLANGGA 2003), 1-2.

4

Hanun Asrohah, Perkembangan Pesantren (Jakarta: Departemen agama, 2004), 38.

(12)

3

Indonesia memiliki persepsi yang plural. Pesantren bisa dipandang tempat

ritual, lembaga pembinaan moral, dan lembaga dakwah5

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh di tengah

masyarakat, dengan memadukan tiga unsur, ibadah untuk menanamkan

iman, tabligh untuk menyebarkan Islam, amal untuk mewujudkan kegiatan

kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.6 Pada tahap awal pendidikan

di pesantren tertuju semata- mata mengajarkan ilmu agama saja melalui

kitab-kitab klasik atau kitab kuning.7Kemampuan pondok bukan saja dalam

pembinaan pribadi muslim, melainkan bagi usaha mengadakan perubahan

dan perbaikan sosial dan masyarakat. Pengaruh pondok pesantren tidak saja

terlihat pada kehidupan santri dan alumninya, melainkan juga meliputi

kehidupan masyarakat sekitarnya.8

Pondok pesantren di indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik

bagi kemajuan islam itu sendiri maupun bagi bangsa indonesia secara

keseluruhan. Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama

pendidikan islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dibawah

bimbingan seseorang atau lebih dikenal dengan istilah Kyai.

Dalam dunia pesantren keberadaan kyai sangat penting. Kyai sebagai

pengasuh pesantren merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tumbuh

5

Qomar, Pesantren, 13.

6

Abdurrahman Saleh, et al, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren (Yogyakarta: Depag RI, 1978), 15.

7

Haidar Putra Daulany, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia

(Jakarta: Kencana, 2004), 25.

8

Suyoto, Pesantren dalam Alam Pendidikan Nasional (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1995), 61.

(13)

4

dan berkembangnya sebuah pesantren. Sebagaimana diketahui, bahwa

dalam lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren, pesat atau

lambatnya kemajuan lembaga tersebut sangat tergantung dalam kepribadian

dan pengaruh kyai yang mengasuh.9

Seperti halnya Pondok Pesantren Darut Tauhid pondok pesantren yang

bertempat di kota Probolinggo, lebih tepatnya di daerah tanjung sari

kecamatan Krejengan yang didirikan oleh KH. Masyhudi pada tahun 1984.

Beliau adalah seorang Kyai yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk

perjuangan menegakkan kalimat Allah. Beliau mendirikan Pondok

Pesantren Darut Tauhid berawal perintah gurunya yaitu KH. Hasan

Saifourdzall putra dari KH. Moh Hasan serta dorongan keluarga dan

sebagian dari masyarakat.

Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid sendiri mengalami

beberapa fase perkembangan. Pada awal mulanya KH. Masyhudi

menegakkan kalimat Allah dengan cara ngaji Al Qur’an di daerah Tanjung

Sari bersama warga sekitar, kemudian bertambah tahun semakin banyak

juga santrinya yang ikut pengajian tersebut semakin banyak pula yang

mengikuti, akhirnya di ganti dengan ngaji menjadi riyadus sholihin, semakin

hari semakin bertambah pesat pula diganti lagi pengajianya menjadi ngaji

wetonan. Dan masih banyak lagi perkembangan yang menjadikan pondok

9

Zamakhsyari Dhafier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1985),22.

(14)

5

pesantren Darut Tauhid sekarang ini semakin lebih berkembang walaupun

pondok pesantrenya berada di tengah-tengah kalangan masyarakat.

Perkembangan Pondok Pesantren sendiri dahulu hanyalah pendidikan

non formal hingga sampai saat ini sudah ada lembaga-lembaga baik non

formal maupun formal. Ada madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah.

Beliau dalam dakwahnya di dukung oleh masyarakat sebagian ada yang

mendukung ada yang bertentangan terhadap pondok Darut Tauhid sendiri.

Namun segala rintangan tantangan yang dihadapi oleh KH. Masyhudi

dengan semangat dan kegigihannya beliau tidak putus harapan. Beliau juga

di bantu oleh masyarakat sekitar, pengurus, santri yang taat dan tidak lupa

dukungan dari keluarga KH. Masyhudi yang senantiasa memberi dukungan

dakwah islamiyah Sehingga Pondok Pesantren Darut Tauhid berjalan

hingga sekarang.

Dari sedikit uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul KH. Masyhudi Dan Perkembangan Pondok Pesantren

Darut Tauhid Di Desa Tanjungsari Krejengan Probolingo (1984-2015), karena menurut saya KH. Masyhudi adalah seorang Kiai yang memiliki

pengaruh besar dan merupakan tokoh pembaruan dalam perkembangan

Pondok Pesantren Darut Tauhid, maka menurut saya penting untuk dikaji

(15)

6

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, peneliti merumuskan

permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan pada penelitian.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimna Biografi KH. Masyhudi?

2. Bagaimana Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid?

3. Bagaimana Perkembangan pondok Pesantren Darut Tauhid masa KH.

Masyhudi (1984-2015)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Biografi KH. Masyhudi.

2. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Pondok

Pesantren Darut Tauhid.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan pondok Pesantren Darut

Tauhid masa KH. Masyhudi (1984-2015)

D. Mamfaat Penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Untuk memperkaya kazanah sejarah sosial agar menjadi bacaan yang

berguna bagi masyarakat terutama bagi mereka yang ingin mengetahui

tentang riwayat hidup KH. Mashud serta perkembangan Pondok

(16)

7

2. Bagi masyarakat, hasil penulisan ini sebagai gambaran atau informasi

tentang Pondok Pesantren Darut Tauhid, agar supaya dapat dijadikan

bahan refleksi kepada generasi muda.

3. Secara Praktis Dengan skripsi ini diharapkan penulis dapat

menyelesaikan kuliahnya di Strata satu (S-1) jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya

mendapatkan gelar sarjananya.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Pendekatan dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan

pendekatan historis, Menggunakan pendekatan historis karena dalam

penulisan skripsi ini harus menelusuri sumber-sumber pada masa lampau

berupa arsip atau dokumen dokumen dari pondok pesantren Darut Tauhid.10

Penggambaran terhadap suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan,

yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan,

unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya. Hasil-hasil

pelukisannya sangat ditentukan oleh pendekatan yang dipakai.11

Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan

peristiwa itu terjadi, di mana, penyebab dari kejadian, dan siapa yang

terlibat dalam peristiwa tersebut.12 Penjelasan diuraikan kedalam beberapa

Bab yang terbagi ke dalam beberapa sub bab yang disusun secara

10

Dudung Abdurrohman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),

11

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 2.

12

Taufik Abdullah, et al. Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), 105.

(17)

8

kronologis. Suatu hal yang tidak mungkin dilupakan oleh penulis adalah

landasan teori yang digunakan. Suatu teori ialah suatu pernyataan umum

mengenai bagaimana beberapa bagian dunia saling berhubung dan bekerja.

Teori adalah suatu menjelasan mengenai bagaimana dua fakta atau lebih

berhubungan diantara yang lain.13

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa kerangka teori

yang dapat dijadikan acuan untuk menulis penelitian. Diantaranya adalah:

Pertama, Teori peran yaitu, sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan

psikologi sosial yang menganggap sebagian besar aktifitas harian

diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial. Sesuai

dengan pengertian teori tersebut kita dapat menjelaskan bahwa peran

perjuangan KH. Masyhudi dalam mengembangkan sebuah pesantren yang

awalnya merupakan sebuah pondok pesantren salafi melalui sistem wetonan

dan sorogan dengan menggunakan sistem pendidikan klassikal, pendidikan

yang berdasarkan ilmu agama Islam, kemudian sampai pada bidang

pendidikan umum, juga berperan pada pembangunan pondok pesantren dan

gedung madrasah-madrasah yang semakin maju dan meluas.

Kedua, Teori kepemimpinan, dari Max Weber yaitu proses

mempengaruhi aktifitas yang diorganisir dalam suatu kelompok dalam

usahanya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam teori

kepemimpinan ini dapat dijelaskan pada masa kepemimpinan KH.

13

James H. Henselin, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi (Jakarta: Erlangga. 2007), 14.

(18)

9

Masyhudi memimpin Pondok Pesantren Darut Tauhid mulai dari tahun 1984

hingga akhir hayatnya.

Ketiga, Teori kharismatik yaitu pemimpin yang antusias dan percaya

diri yang kepribadian dan tindakannya mempengaruhi orang untuk

berperilaku dengan cara tertentu. Dalam teori kharismatik KH. Masyhudi

menjalankan kepemimpinannya penuh dengan kharisma, sikapnya menjadi

panutan bagi para santri terutama juga sangat berpengaruh terhadap

keluarganya, teman dan juga masyarakat setempat.

Tipe kharismatik yang melekat pada KH. Masyhudi menjadi tolak

ukur kewibawaan pesantren. Dipandang dari kehidupan santri, kharisma kiai

karunia yang diperoleh dari kekuatan Tuhan.14 Seorang pemimpin yang

memiliki kharisma mempunyai pengaruh yang kuat. Santri atau para

pengikutnya memiliki keyakinan bahwa pemimpin adalah benar, mereka

bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih sayang terhadap

pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau

organisasi, mereka memilki sasaran kinerja yang tinggi dan mereka yakin

bahwa mereka dapat berkontribusi terhadap keberhasilan misi tersebut.15

Keempat, Teori continuity and change yang mengutarakan secara rinci

masalah-masalah kesinambungan ditengah-tengah perubahan yang terjadi di

pesantren. Perubahan akan terjadi ketika tradisi baru yang datang

mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik

14

Ali Aziz, Pola Kepemimpinan Kiai di Pondok Pesantren (Surabaya: Alpha Grafika. 2004), 51.

15

Yuki. Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta: Index, 2005), 294.

(19)

10

sebelumnya. Jika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan daya

dorong yang kuat, maka yang terjadi adalah tidak adanya perubahan, akan

tetapi perubahan yang terjadi tidak akan serta merta terputus begitu saja dari

tradisi keilmuan yang lama yang telah ada sebelumnya. Masih ada

kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi keilmuan yang lama,

meskipun telah muncul paradigma baru. Dengan demikian proses

kesinambungan dan perubahan masih tetap terlihat.16

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian pondok pesantren sangatlah banyak dan beragam. Dalam

pengamatan penulis, untuk menghindari kesamaan dalam penelitian

sebelumnya. Sebelum peneliti memilih judul tersebut, terlebih dahulu

memperhatikan karya-karya penelitian sebelumnya, yaitu:

1. Skripsi berjudul” Pengaruh Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren

Terhadap Penggunaan Hak Pilih Santri Zainul Hasan Genggong

probolinggo Dalam Pemilihan Presiden 2014” dituilis oleh Mudawamah

Fakultas Usuluddin Dan Filsafat, Jurusan Filasaf Politik islam, UIN

Sunan Ampel Surabaya (Skripsi 2015). Skripsi ini membahas tentang

bagaimana tipologi Kiai dalam pesantren zainul hasan genggong,

bagaiman santri pesantren zainul hasan genggong paradigma

menggunakan hak pilih dalam pelaksanaan pemilihan presiden 2014 dan

seberapa besar pengaruh kepemimpinan kiai dalam pesantren terhadap

16

Dhofier, Tradisi Pesantren, 177.

(20)

11

penggunaan hak pilih santri pesantren zainul hasan genggong

probolinggo dalam pemilihan presiden 2014.

2. Skripsi berjudul “Gaya Kepemimpinan KH. Syaiful Arief Rizal Di

Pondok Pesantren Zainul Aziz Kota Probolinggo” ditulis oleh

Rahmadhani Sobri W, Fakutas Dakwah Dan komonikasi, Jurusan

Manajemen Dakwa, UIN Sunan Ampel Surabaya (Skripsi 2014).

Sekripsi ini membahas tentang gaya kepemimpinan Kiai Syaiful Arief

Rizal di pondok pesantren zainul aziz kota Probolinggo.

3. Sekripsi berjudul”Strategi Pengembangan Lembaga Pendidikan Melalui

Usaha kecil Masyarakat Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton

Probolinggo” ditulis oleh Muhammad Zaini, Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya

(Skripsi 2011). Skripsi ini membahas tentang bagaimana strategi

manajemen pengembangan lembaga di Pondok Pesantren pondok

pesantren nurul jadi paiton probolinggo, bagaimana usaha kecil

masyarakat di pondok pesantren nurul jadi paiton probolinggo dan

Bagaimana strategi pengemebangan lembaga pendidikan melalui usaha

kecil masyarakat di pondok pesantren nurul jadi paiton probolinggo.

4. Skripsi berjudul “ Peran KH. Khoiron Husain Dalam Mengembangkan

Pondok pesantren putri Salafiyah Kauman Bangil (1977-1987)” ditulis

oleh Mar’atus Sholihah, Fakultas Adab Dan Humaniora, Jurusan Sejarah

(21)

12

Skripsi ini membahas tentang bagaimana biografi KH. KH. Khoiron

Husain, sejarah, perkembangan dan usaha-usaha yang dilakukan KH.

KH. Khoiron Husain dalam mengembangkan pondok Pesantren putri

salafiyah kauman bangil.

5. Skripsi berjudul” Sejarah Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah

Siwalanpanji Sidoarjo Tahun 1787-1997”. Ditulis oleh Miftahul Jannah,

Fakultas Adab Dan Humaniora, Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam,

UIN Sunan Ampel Surabaya (Skripsi 2016). Skripsi ini membahas

tentang bagaimana riwayat hidup KH. Hamdani, sejarah, perkembangan

dan juga usaha-usaha KH. Hamdani dalam mengembangkan pondok

Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalanpanji Sidoarjo.

Berdasarkan penelitian yang dijelaskan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa belum ada yang membahas mengenai perkembangan

Pondok Pesantren Darut Tauhid di Desa Tangjungsari Krejengan

Probolinggo Masa Masa KH. Masyhudi (1984-2015), maka dari itu penulis

tertarik untuk menulis dalam sebuah karya ilmiah yang khusus membahas

mengenai perkembangannya.

G. Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan studi historis, oleh

karena itu metode yang dipakai dalam membahas skripsi ini adalah metode

sejarah, maka penelitian yang dilakukan melalui empat tahap yaitu:

(22)

13

Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang

dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data, sumber-sumber

atau jejak sejarah pada peristiwa masa lampau17. Dalam pengumpulan

sumber ini penulis memperoleh dengan melalui:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata

maupun dalam bentuk dokumen, sedangkan sumber lisan yang

dianggap primer adalah wawancara dengan seorang pelaku peristiwa

atau saksi mata. Adapun sumber primer yang terdapat dalam

penelitian karya tulis ilmiah sebagai berikut:

1) Wawancara dengan dengan KH. Muh. Taufiqurrahman, Anwar

dan lain-lain.

2) Arsip, dukumen (Akte Notaris Tanah, Piagam pendirian Pondok

Pesantren, piagam pendirian jenjang satuan pendidikin di

Pesantren, dan yang lain-lain.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang didapat dari siapa pun

yang bukan merupakan pelaku atau saksi peristiwa langsung, yakni

orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Adapun

sumber sekunder dalam penulisan karya ilmah ini sebagai berikut.

1) Majalah dan yang lain-lain.

17

Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah 1 (Surabaya: Fakultas Adab, 2005), 16.

(23)

14

2. Kritik Sumber

Kritik sumber adalah data yang terkumpul dalam tahap heuristik

diuji kembali kebenarannya melalui kritik guna memperoleh

keabsahannya atau kredibilitas sumber. Dalam hal ini keabsahan sumber

tentang keasliannya data yang diperoleh dengan melalui dua cara agar

peneliti mendapatkan data yang valid.

a. Kritik intern adalah suatu cara yang digunakan untuk menguji apakah

sumber tersebut kredibel atau tidak.

b. Kritik ekstern adalah penentuan keaslian apa tidaknya suatu sumber

atau dokumen.

Dari tahap yang kedua ini, penulis akan menganalisa

sumber-sumber yang diperoleh baik primer atau sekunder melalui kritik intern

dan kritik ekstern untuk mendapatkan kredibilitas dan keshahihan atau

tidaknya sumber tersebut.18

3. Interpretasi atau Penafsiran

Interpretasi atau Penafsiran adalah suatu upaya sejarawan untuk

melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan, apakah

sumber-sumber tersebut saling berhubungan antara yang satu dan yang

lain.19

Dalam hal ini yang terkumpul dibandingkan lalu disimpulkan

agar bisa dibuat suatu penafsiran terhadap data tersebut sehingga dapat

18

Aminudin Kasdi, Memahami Sejarah (Surabaya: Unesa University Press, 2008), 27.

19

Ibid., 17.

(24)

15

diketahui hubungan kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang

diteliti. Dalam penulisan ini mengenai Perkembangan Pondok Pesantren

Darut Tauhid Di Desa Tanjung Sari Krejengan probolinggo Masa KH.

Masyhudi. penulis menganalisa secara mendalam terhadap

sumber-sumber yang telah diperoleh baik primer maupun sekunder, kemudian

penulis menyimpulkan sumber-sumber tersebut sebagaimana dalam

kajian yang diteliti.

4. Historiografi

Historiografi adalah menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta

yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap

sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Penulis menuangkan

penelitian dari awal hingga akhir berupa karya ilmiah. Pada laporan ini

ditulis tentang, biografi pengasuh Pondok Pesantren Pondok Pesantren

Darut Tauhid, serta Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren

Darut Tauhid Masa KH. Masyhudi.

Bentuk tulisan ini merupakan bentuk tulisan yang sejarah

deskriptif analistik, yang merupakan metodologi dimaksudkan

menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan kedua cara

tersebut secara maksimal. Jadi penulis akan menguraikan tentang

perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid berada di bawah asuhan

(25)

16

Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu

tentang cara runtut yang terdiri dari lima bab yang dijabarkan dalam garis

besarnya sebagai berikut:

Bab pertama, dalam bab ini dipaparkan tentang sub bab yang ada pada

Skripsi secara umum meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori,

penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika bahasan.

Bab kedua, Dalam bab ini menjelaskan tentang Biografi KH. Masyudi

yang meliputi sebagai berikut: Geneologi, Pendidikan, dan Kiprah KH.

Masyhudi ditengah masyarakat.

Bab ketiga, Dalam bab ini menjelaskan tentang sejarah berdirinya

Pondok Pesantren Darut Tahudi yang meliputi sebagai berikut: letak

geografis Pondok Pesantren Draut Tauhid, ide berdiirinya Pondok Pesantren

Draut Tauhid dan juga beberapa pioner pendirian Pondok Pesantren Darut

Tauhid.

Bab keempat: Dalam bab ini menjelaskan tentang perkembangan

Pondok Pesantren Darut Tauhid yang meliputi sebagai berikut: Dari segi

fisik bangunan, unit lembaga pendidikan dan juga jumalah santri dan guru.

Bab kelima: Penutup dalam bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian

serta saran-saran sebagai konklusi dari uraian di atas, sehingga dapat

(26)

BAB II

BIOGRFI KH. MASYHUDI A. Geneologi KH. Masyhudi

Kabupaten Probolinggo tampaknya memiliki cendekiawan muslim sejak

puluhan tahun lamanya. Berdirinya beberapa Pondok Pesantren sebagai pusat

kajian keagamaan merupakan manifestasi penyebaran Islam oleh para

cendekiawan tersebut. Hal ini adalah sebagai tindak lanjut dari tradisi sebelumnya

yang di populerkan oleh wali songo, seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan

Muria, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, sunan kalijaga, dan yang lainnya. Tidak

heran apabila wilayah Kabupaten Probolinggo termasuk salah satu wilayah yang

populer dengan adanya kontribusi dari para cendikiawan muslim.1 Salah satunya

adalah KH. Masyhudi.

KH. Masyhudi demikian nama lengkapnya, namun semenjak beliau

mendirikan pondok pesantren, beliau ditengah masyarakat lebih dikenal dengan

panggilan / sebutan Kiai Barongan. Nama panggilan tersebut, hinaan dari

masyarakat kerena diwaktu awal mendirikan pondok pesantren banyak

masyarakat yang tidak suka.2 Beliau dilahirkan di Desa jatiurip Kecamatan

Krejengan Kabupaeten Probolinggo pada tanggal 19 April 1950.3 Ayahnya

bernama Noto dan Ibunya bernama Barni. Adapun aktifitas kedua orang tuanya

sehari-hari adalah sebagai penjual tempe, ikan, dan juga bendreng. Beliau Wafat

pada hari minggu tanggal 6 Maret 2016 pukul 08.00 Wib di rumah sakit saiful

1

Moh. Hasan Afini Maulana, “Salat Jemaah Dalam Kitab Nazam Safinah Al-Najah Karya Syekh Hasan Genggong Probolinggo”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Adab, Surabaya, 2016), 17.

2

M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.

3

Dilihat Dari Kartu Keluarga KH. Masyhudi Tahun 2011.

(27)

17

anwwar malang, sebelum beliau wafat, beliau ditimpa berbagai penyakit.

Pertamanya yaitu penyakit kencing manis, katarak, jantung, paru-paru dan

kemudian berahir digagal ginjal. Beliau sebelas tahun bertahan melawan

penyakitnya, kemudian pada tahun 2016 menjelang wafatnya, sebelum wafat dia

berwasiat bahwa anaknya harus sabar, tidak boleh bertengkar dengan saudara,

istiqomah mengayomin santri dan pondok pesantren darut tauhid harus selalu

dikembangkan sepeninggalnya nanti, yaitu mencetak kader-kader muslim yang

dapat menyambung kepemimpinan dan perjuangan umat Islam dimasa

mendatang.4 Tidak ada seorang manusiapun yang mengerti kapan ajalnya akan

datang, yang ada hanya firasat dan simbol-simbol yang akan mudah difahami.

Begitulah halnya dengan KH. Masyhudi.

KH. Masyhudi merupakan orang yang sederhana, sabar, cerdas, ramah,

tawaddu’, pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid yang kreatif, bukan orang

yang sombong dan beliau tidak pernah membeda-bedakan siapapun karena

dikenal bersikap apa adanya sama seperti menanggapi para saudaranya. Sehingga

secara perlahan masyarakat sekitarnya mulai menghargai dan menghormatinya

seperti layaknya sosok kiai yang sangat berwibawa dan juga rendah hati.5

Selaian itu beliau juga berasal dari keturunan yang sederhana. Hal ini

terlihat dari aktifitas sehari – hari kedua orang tuanya. Beliau adalah anak tunggal

dari pasangan yang bernama bapak noto dan ibu barni. Saat usianya masih dua

tahun, dia sudah menjadi anak yatim karena ayahnya wafat. Ahirnya, dia hanya

bersama ibunya. tetapi dibalik kejadian tersebut Allah melimpahkan rahmat yakni

4

Muh. Taufiqurrahman, Wawancara, 3 Oktober 2016.

5

M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.

(28)

18

kesembuhan ibunya dari sakit struk selama dua tahun. ibunya berjuang sendirian

dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tangis dan tawa. Betapa

lapangnya hati ibunya dalam mengahadapi kehidupan ini, beliau hadapi dengan

sikap yang optimis tanpa meragukan keadilan Allah SWT. Ibunya rela banting

tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

pada tahun 1982 beliau menikah dengan seorang gadis yang bernama

Hafshawati dari keturunan bapak hadi dan ibu aspira. Beliau menjalanin akad

nikah dirumah mempelai wanita dan lebih tepatnya di Dusun Tempolong,

Tanjungsari, Krejengan, Probolinggo. Pada tahun tersebut, beliau mulai

menempuh hidup barunya dan sekaligus menjadi imam keluarga. Dari pernikahan

tersebut, beliau dikaruniai dua anak putri dan satu putra dan adapun

nama-namanya sebagai berikut: Syifaul Millah, Isnainir Rohmah dan Muhammad

Taufiqurrahman.6

Didalam mendidik anaknya, beliau sangat tegas dan mempunyai cita-cita

agar anaknya kelak menjadi seorang yang berakhlakul karimah dan ingin anakya

kelak bisa melanjutkan perjuangan ayahnya. Didalam mewujudkan cita-citanya

tersebut kedua orang Tuanya memiliki strategi sendiri yaitu menitipkan semua

anak-anaknya kepesantren, dengan begitu semua anak tidak akan mempunyai

waktu luang untuk melakukan hal-hal yang kurang baik. Selama di pondok

pesantren semua anaknya memperdalam ilmu agama dan mempelajari berbagai

kitab yang belum pernah dilihatnya. Setelah pulang dari pesantren banyak

anaknya yang berhasil dalam mengamalkan ilmu yang di dapat dari pesantren

6

Muh. Taufiqurrahman, Wawancara, 3 Oktober 2016.

(29)

19

yaitu dengan mengajar mengaji membaca al-Qur’an dan kitab, Dan membuat

kelompok jama’ah

.

Selain menitipkan semua anakannya ke pesantren beliau

dengan istrinya juga turun langsung untuk membingbing putra putrinya. Didepan

putra putrinya beliau adalah sosok orang yang benar-benar alim, beliau adalah

ayah hebat bagi putra putrinya.7

Semua itu beliau lakukan karena cintanya kepada anak dan tingginya

cita-cita untuk melihat putra putrinya menjadi orang berilmu, dan berakhlakul

karimah. Beliau tidak bosan memberi semangat kepada putra putrinya setiap kali

ketemu. Beliau selalu berpesan bahwa beliau tidak menginginkan putra putrinya

menjadi pegawai yang hanya diinginkan oleh beliau adalah pandai tentang agama.

B. Pendidikan

Masa depan bangsa tergantung pada kualitas pendidikan anak-anaknya.

Memikirkan, mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan

mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah

plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap mereflesikan semua yang

ditamapak padanya. Semua sifat-sifat baik yang membantu memenuhi tujuan

hidup adalah warisan alami yang dibawa setiap jiwa ke bumi, hampir semua sikap

buruk yang diperlihatkan manusia apa adanya merupakan apa-apa yang

didapatkan setelah mereka dilahirkan ke bumi.

Setelah mekirkan mengenai pendidikan, ternyata pendidikan sangat di

penting untuk generasi bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, KH. Masyhudi

Pertamakali menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) miftahul

7

M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.

(30)

20

Arifin di Desa Jatiurip Krejengan Probolinggo Pada tahun 1957 dan beliau lulus

Pada tahun 1964.8 Setelah lulus Dari Madrasah Ibtiaiyah Miftahul Arifin

kemudian beliau melanjutkan mondok di Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong yang Berada di Desa Karangbong Kecamatan Pajarakan Kabupaten

Probolinggo yang pimpin oleh KH. Hasan Saifouridzall Khalifah ketiga. Di

Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong tersebut, beliau menempuh jenjang

pendidikan Madrasah Tsanawiyah Zainul Hasan lulus pada tahun 1967 dan

setelah lulus beliau melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu

Madrasah Aliyah Zainul Hasan lulus pada tahun 1970.9

KH. Masyhudi menjalanin hidupnya di Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong selama dua puluh dua tahun. Selama sebelas tahun ibunya membiayai

kebutuhan hidupnya di Pesantren. Namun merasa kasihan, kemudian beliau tidak

lagi meminta biaya. Hal ini disebabkan beliau kemudian menjadi Khaddam

(mengabdi) kepada KH. Hasan Sifourdzall, salah satu pengasuh pondok Pesantren

Zainul Hasan Genggong. selama pengabdianya, beliau pernah disuruh puasa oleh

KH. Hasan Saifourdzall selama satu tahun. Setelah genap satu tahun, beliau

menghadap lagi kemudian disuruh puasa lagi selama satu tahun oleh KH. Hasan

Saifouridzal dan setelah genap satu tahun lagi, beliau menghadap lagi malah

disuruh puasa satu tahun lagi. Menghadap lagi malah disuruh puasa selama

sebelas tahun. Setelah selesai beliau menghadap lagi dan malah mendapat tugas

baru yaitu beliau disuruh ngaji ke kudus selama tiga tahun. Setelah menyelesaikan

8

Muh. Taufiqurrahman, Wawancara, 3 Oktober 2016.

9

Majalah Genggong, Edisi IV, Tahun 2012.

(31)

21

tugasnya, beliau menghadap lagi berpamitan untuk berhenti dari Pondok

Pesantren Zainul Hasan Genggong tetap malah disuruh ngajar Al-quran.10

Setelah mendalamin ilmu diberbagai pesantren dan di perguruan tinggi.

Kebanyakan para kiai memulai aktifitas dakwahnya dengan berbagai macam cara,

salah satunya yaitu mendirikan lembaga Majlis Dzikir dan lembaga pondok

Pesantren. Tidak beda jauh dengan apa yang dilakukan oleh KH. Masyhudi.

setalah mendalamin ilmunya, beliau mendirikan lembaga Pondok Pesantren

Darut Tauhid.11 dengan lembaga pesantren tersebut beliau mengamalkan ilmu

yang telah didapatkan.

C. Kiprah KH. Masyhudi di Tengah Masyakat

Sebelum meninjau lebih jauh tentang kiprah KH. Masyhudi di tengah

masyarakat, terlebih dahulu penulis akan memberikan pengertian dan istilah Kiai

itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui istilah Kiai yang lekat dengan masalah

agama Islam, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi berasal dari bahasa

Jawa. Istilah Kiai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling

berbeda yaitu:

1. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

keramat. Kiai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan “kereta emas” yang

abadi di Keraton Yogyakarta.

2. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada Umumnya

10

Ibit., 2012.

11

M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.

(32)

22

3. Kiai sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar

kitab-kitab klasik kepada para santrinya.12

Dari tiga pemakaian istilah tersebut di atas yang banyak dipakai oleh

masyarakat adalah yang terakhir sekali pendapat ini hampir sama dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Dr. Manfred Ziemek dalam bukunya "Pesantren

dalam Perubahan Sosial", yang mengatakan bahwa pengertian Kiai yang paling

luas dalam Indonesia modern adalah pendiri dan pimpinan sebuah pesantren, yang

sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya demi Allah serta

menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui

kegiatan pendidikan.13

Selain itu tugas Kiai sebagai pimpinan dalam masyarakat, membutuhkan

sifat-sifat atau pribadi untuk menunjang keberhasilan tugasnya. Adapun sifat-sifat

seorang Kiai adalah sebagai berikut:

1. Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya seorang Kiai selalu mendasarkan kepada

keikhlasan yang dilaksanakan dengan kerelaan dan tanpa rasa berat.

Pengabdian seorang Kiai untuk mengembangkan lembaga yang dikelolanya

tanpa mementingkan kepentingan pribadi, merupakan sikap ikhlas timbal balik

antara diri seorang santri dan Kiai. Pengabdian Kiai dalam mendidik santri dan

masyarakat diwarnai oleh nilai keikhlasan tanpa pamrih hanya karena Allah

SWT. Sehingga menimbulkan keikhlasan santri atau masyarakat untuk

melaksanakan sepenuhnya apa yang diperintahkan Kiai.

12

Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S, 1985), 55

13

Ibid.,131.

(33)

23

2. Berniat ibadah sifat utama yang dimiliki seorang Kiai adalah segala sesuatu

perbuatan diniati sebagai ibadah. Konsep “lillahi ta’ala” dalam artian tidak

menghiraukan kehidupan duniawi dipegang teguh oleh seorang Kiai dan

ditanamkan ke dalam masyarakat. Dengan demikian ketaatan seorang santri

kepada Kiai misalnya, dipandang sebagai suatu manifestasi ketaatan mutlak

yang dipandang ibadah. Sifat keibadatan disini bukan berarti menghilangkan

aktifitas formal yang memberikan pengaruh material, akan tetapi mengorientasi

keseluruh aktifitas keduniawian ke dalam suatu tatanan ilahiyah.

Kiai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perjalanan hidup

masyarakatnya dan mereka mendapatkan arti dan tempat tersendiri, penempatan

ini didukung oleh beberapa alasan:

1. Kiai merupakan personifikasi orang yang dipandang luas dan dalam

pengetahuannya tentang agama Islam.

2. Kiai adalah cermin orang yang patuh menjalankan syari’at agama Islam.

3. Kiai adalah penjunjung moralitas Islam dan sekaligus penterjemah dalam

perilaku sehari-hari, mereka diberi predikat orang shaleh.

4. Kiai merupakan tempat pelarian untuk mengadukan kesulitan hidup, tidak

hanya soal agama tetapi juga tentang hal-hal duniawi yang kadangkala bersifat

sangat pribadi.

5. Kiai merupakan tokoh yang mempunya kemampuan membantu usaha-usaha

(34)

24

6. Kiai memiliki latar belakang pendidikan pondok pesantren yang juga dihargai

cukup tinggi oleh masyarakat, artinya karena pengalaman pendidikannya itu

Kyai merupakan barisan orang terdidik.

7. Kiai kebanyakan memiliki status ekonomi yang tidak rendah di masyarakat.

8. Kiai memiliki nasab keluarga yang dipandang tinggi.

9. Kiai sering menjadi penggerak perjuangan.14

Dari uraian diatas, KH. Masyudi termasuk dalam gelongan seorang tokoh

agama yang sangat berpengaruh dikalangan masyarakat. Beliau yang akrab

dengan panggilan kiai Barongan tersebut, beliau merupakan Bagian dari

kontribusi cendikiawan muslim untuk melanjutkan menyebarkan ajaran islam.

Beliau sebagai seorang kiai yang dikenal oleh masyarakat Probolinggo Jawa

Timur lebih tepatnya di desa Tanjungsari. Dengan kepribadian biliau yang

sederhana, berwawasan luas, berfikir modern, teguh pendirian dan istiqomah

dalam hal apapun, Konsisten mendidik santri dan mengelola pesantren dan

sehingga meskipun ada tawaran untuk menjadi anggota dewan ataupun beliau

tawaran yang lain tidak menghiraukan dan tetap mengelola pesantren.

KH. Masyhudi menjadi pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid Selama

tiga puluh dua tahun. Beliau sebagai pengasuh, beliau mempunyai kebijakan

umum dalam pondok pesantren tersebut, maka beliau mempunyai peran yang

sangat besar dan menentukan apa yang dinahkodain. Beliau menginginkan semua

para santri-santrinya di Pondok Pesantren Darut Tauhid bisa menjadi orang-orang

yang berakhlakul karimah, berilmu, taat, bermanfaat, sukses dan maju.

14

Afwin Muhafatul Aula, “Peranan Kh. Abdullah Faqih Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban (1971-2012)”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab dan Humaniora, Surabaya, 2016), 74

(35)

25

sebagaimana isi doa yang selalu beliau panjatkan semenjak awal merintis

pesantren sampai wafatnya. 15

KH. Masyhudi merupakan sesosok tauladan bagi santri, guru dan juga

masyarakat. Qiyamullah (shalat tahajut), shalat dhuha, puasa sunnah telah menjadi

kebiasaan beliau sejak masih nyantri di Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong. Setiap hari beliau menularkan ilmu, pemikiran dan pengalaman

kepada santri-santriwati baik dalam forum kuliah subuh maupun pengajaran

formal di kelas. Beliau tak segan untuk terjun langsung membangunkan santri,

mengumandangkan adzan, membereskan sarana prsarana pondok seperti urusan

air, kebersihan dan urusan-urusan sederhana lainnya. Beliiau merintis pesantren

dari nol beliau juga sering mengisi pengajian lewat khutbah-khutbah, bahkan

sebelum menjadi kiai besar seperti sekarang, ketika disuruh khutbah selalu mau

meskipun tidak dibayar, hingga sekarang masih sering diundang di suruh mengisi

khutbah.16

Dalam kiprahnya kiprah ditengah-tengah masyarakat tepatnya di Desa

Tanjungsari dan sekitarnya, beliau sangat dipentingkan dan sering masyarakat

sekitar miminta beliau untuk mengisi khutbah juma’at, berdo’a / mimpin

baca-bacaan diacara walimatul ursy, kemataian, dan juga mengobatin orang sakit.17

KH. Masyhudi di tengah masyarakat merupakan sebagai tauladan

masyarakat-masyarakatnya, karena sebagian orang menganggap beliau itu disebut

nduwe ilmune gelem tirakate, jadi Darut Tauhid maju itu dikarenakan ada yang

mengatakan karena nduwe ilmune gelem tirakate. Ilmune itu di mulai waktu

15

M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.

16

Agus Salim, Wawancara, Probolinggo, 10 Oktober 2016.

17

Ibid.

(36)

26

mondok dan tirakatnya itu siapa saja yang pernah mondok di Darut tauhid semua

tau bahwa beliau bisa dibuat tauladan terutama dalam hal akhlak, ibadah dan

tawadu’. jadi semua masyarakatnya sudah mengetahui. Dari sholat tahajut yang

sudah dilakukan hingga ahir hayatnya. Sebagaian besar orang mengetahui

termasuk pondok pesantren darut tauhid maju bukan karena dari iklan-iklan tetapi

dari mutu alumni dan keteladanan kiainya. Jadi KH. Masyhudi merupakan kiai

yang benar-benar bisa dicontoh buat santri-santrinya karena setiap hari ada di

pondok dan setiap subuh selalu ada ngisi ceramah, hidupnya selalu ada buat

pondoknya. Orang bisa melihat langsung bahwa bagaimana model kiai sehari-hari

termasuk masyarakat Tanjungsari. disamping itu beliau juga masih tetap ngajar,

walau keadaan sakit dan sepuh. Namun dengan kaadaan beliau yang tidak

memungkinkan ngajar beliau dikurangin. Salah satu dari beliau yang salur kepada

anak didiknya (santri) adalah Al-quran.18

Di sela-sela kesibukan mengelola pesantren, beliau juga aktif menjalin

silaturrahmi dengan banyak orang. Sehingga beliau dekat dengan berbagai

kalangan, baik masyarakat biasa, pendidik, sastrawan, pengusaha, politisi, pejabat

maupun kalangan lainnya. KH. Masyhudi dalam kiprahnya di masyarakat sebagai

da’i di Desa Tanjungsari.

18

Ibid.

(37)

BAB III

SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID A. Letak Geografis Pondok Pesantren Darut Tauhid

Secara geografis, letak pondok pesantren berada di desa Tanjungsari

Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Sebuah desa yang

berjarak sekitar 6 kilometer ke arah timur pondok pesantren Zainul Hasan

Genggong, Pajarakan Probolinggo. Adapun tata letak pondok tersebut tidak jauh

dari pemukiman masyarakat desa Tanjungsari yaitu tepatnya di dusun Tempolong

desa Tanjungsari Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo.

Dusun Tempolong tepat di mana pondok pesantren Darut Tauhid berdiri,

masyarakatnya beragama Islam. Ada beberapa fasilitas keagamaan yang

menunjang seperti 3 musholla (langger) dan 1 masjid. Antara masjid dan pondok

pesantren berjarak sekitar 500 meter ke arah timur.

Ditinjau dari aktivitas kebanyakan masyarakat sekitar, mayoritas penduduk

desa Tanjungsari menguntungkan nafkahnya pada sektor bidang pertanian.

Sedangkan pola penggunaan lahan pada sektor pertanian adalah menanam

tembakau dan padi. Secara Monografi desa, jumlah kependudukan desa

Tanjungsari 1.359 orang antara lain 677 laki-laki dan 682 perempuan yang terdiri

dari Kepala Keluarga 415 orang.1 Berikut tabelnya.

1

(38)

28

TABEL 3.1

Jumlah Kepala Keluarga

Keluarga Pra Sejahtera 297 KK

Keluarga Sejahtera I 75 KK

Keluarga Sejahtera II 26 KK

Keluarga Sejahtera III 11 KK

Keluarga Sejahtera III plus 6 KK

Letak pondok pesantren yang cukup strategis yaitu tepat berada di pinggir

jalan dan pesawahan tentu tidak menyulitkan bagi para orang tua yang

menginginkan putra-putrinya belajar di pondok pesantren Darut Tauhid. Hal lain

adalah, letak pondok pesantren ini berada diperbatasan antara desa Tanjungsari

dan desa Kuripan dan hanya dibatasi oleh pesawahan sekitar 1 kilo meter. bahwa

di desa Tanjungsari hanya ada satu pondok pesantren, yaitu Darut Tauhid itu

sendiri. Mengenai luas tanah pondok pesantren terus mengalami perluasan yang

sejak semula hanya 1 hektar kini menjadi 3 hektar. Sedangkan bangunannya

mencapai kurang lebih 2 hektar.2

B. Ide Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid

Pesantren merupakan lembaga yang mengiringi dakwah islamiyah di

Indonesia memiliki persepsi yang plural. Pesantren dapat dipandang sebagai

lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling

populer adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami konjungtur dan

2

(39)

29

romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun

eksternal.3

Pesantren adalah pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid

mendapat pelajaran dari kiai dan para guru/ustadz/ustadzah. Pelajaran mencakup

berbagai bidang tentang pengetahuan Islam.4 Sedangkan menurut Nurcholis

Madjid asal usul kata santri dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat

yang mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari

bahasa sanskerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini berdasarkan bahwa kaum

santri adalah kelas literary yang mendalami agama melalui kitab-kitab kuning

bertuliskan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa santri

sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata cantrik, yang berarti seseorang

yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru ini pergi menetap.5

Keberadaan pondok pesantren sebagai tempat pengembangan pendidikan

khususnya pengetahuan agama islam membawa berkah tersendiri bagi sebuah

desa. Secara sosial, pesantren adalah institusi yang mandiri. Biasanya, pesantren

hidup ditengah-tengah masyarakat yang mendukungnya. Pesantren sendiri

biasanya didirikan atas kebutuhan masyarakat, dan dibesarkan atas partisipasi

masyarakat setempat. Bahkan tidak sedikit pesantren di Indonesia yang didirikan

diatas gotong royong seluruh pihak masyarakat.6 Sebagaimana dirasakan oleh

3

Mujamil Qamar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), xiii.

4

Muhammad Addib Zubaidi, “Sistem Pendidikan Dakwah Pondok Pesantren Nurul Haromain Pujon Malang Dan Perkembangannya”, (Skripsi, Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Sosial, Malang, 2012), 18.

5

Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholis Majid Terhadap Pendidkan Islam Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 61.

6

Abdul Kadir Riyadi, Meneguhkan Peranan Pesantren sebagai Jangkar Pemberdayaan Ekonomi Umat, dalam Majalah Genggong, edisi IV/XII 2012, 16.

(40)

30

masyarakat Desa Tanjungsari, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo

atas berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid yang didirikan oleh KH.

Masyhudi atau yang akrab dengan sapaan Kiai Barongan.

KH. Masyhudi mendirikan Pondok pesantren Darut Tauhid pada tahun

1984.7 Melihat dari namanya pondok pesantren ini memang mempunyai ikatan

historis, psikologis, dan filosofis. Sebagaimana penjelasan di awal, KH. Masyhudi

merupakan alumnus pondok pesantren Zainul Hasan Genggong yang tidak

tanggung-tanggung ngangsu keweruh selama 22 tahun.

Setiap apa yang ada di bumi, tentu memiliki permulaan dan pada nantinya

akan menjadi album waktu. Itulah sejarah. Begitu juga dengan ide berdirinya

pondok pesantren ini merupakan amanah dari seorang guru yaitu dari KH. Hasan

Saifurridzal. Dari Kiai Hasan Saifourridzal, Kiai Masyhudi mendapatkan sebuah

amalan untuk berpuasa selama 41 hari. Setelah dijalani puasa selama 41 hari

tersebut, Kiai Masyhudi bermimpi bertemu KH. Muhammad Hasan Genggong.

Dalam mimpi tersebut, KH. Moh. Hasan Genggong berseru, “ya Masyhudi,

ta’al, Masyhudi. Singgasanamu telah sudah habis, kamu harus banyak istighfar”.

Mendapati mimpi tersebut, Kiai Barongan terbangun dan merasa tertegun.

Berangkat dari mimpi tersebut, Kiai Barongan mengingat-ingat dosa apa

yang pernah ia perbuat baik diluar atau pun selama masih nyantri di pondok

pesantren pesantren Zainul Hasan Genggong hingga membuat Kiai Sepuh

menegur sekeras itu. Akhirnya, Kiai Barongan datang ke pondok pesantren Zainul

Hasan Genggong ingin sowan dan menanyakan mimpinya kepada KH. Hasan

7

(41)

31

Saifurridzal. Namun, KH. Hasan Saifurridzal malah menyuruh Kiai Barongan

untuk pergi ke maqbarohnya (makam) KH. Mohammad Hasan Genggong

langsung sebelum sempat bersalaman. Setelah kepulangan dari makbaroh beliau

kedatang satu tamu, maksud dari kedatangan tamu tersebut ingin menjadi santri

beliau.

Dengan latar belakang mimpi dari seorang guru dan kedatangan tamu yang

ingin jadi santri ini inilah, KH. Masyhudi berani mendirikan pondok pesantren

Darut Tauhid dengan penuh tawakkal kepada Allah SWT.8 Dengan tanpa

keraguan, KH. Masyhudi atau yang kerap dikenal dengan Kiai Barongan ini

mendirikan pondok pesantren yang pada mulanya hanya satu musholla dan satu

gubuk (asrama). Sebelum itu, memang kehadiran Kiai Barongan ke desa

Tanjungsari kedatangan tamu bernama Khozin. Khozin adalah orang pertama

yang ingin menjadi santri Kiai Barongan. Namun, hanya dua minggu Khozin

bersama dengan beliau setelah itu ia pulang.

Dalam catatan wawancara Majalah Genggong pada KH. Masyhudi semasih

hidup, beliau menuturkan bahwa kepulangan santri pertamanya dimaklumi karena

tempat tinggal yang mungkin masih belum layak. Ternyata tidak lama kemudian,

Khozin datang kembali dan tidak hanya seorang diri, melainkan dengan

temannya. Kedatangan Khozin dan temannya membuat Kiai Barongan kaget,

karena dia (Khozin) masih ingin mondok lagi di tempat beliau sekaligus dengan

temannya.9

8

Majalah Genggong, Pondok Darut Tauhid; Berawal dari Mimpi, IV/XII 2012.

9

Ibid.

(42)

32

Selain berangkat dari mimpi ide berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid,

Kiai Barongan ingin mengamalkan ilmunya selama masih mondok di pesantren

Zainul Hasan Genggong. Pondok pesantren sebagai wadah untuk menampung

para santri yang ingin didirikan oleh Kiai Barongan sempat ada perbedaan

pendapat dari keluarganya. Pasalnya, kehidupan yang hanya serba kecukupan

ditambah lagi tiga buah hatinya yang masih kecil. Namun, amanah dari guru dan

keinginan mulia tersebut dapat berjalan dengan lancar berkat usahanya menjadi

tabib. Menurut salah satu pengakuan Hasyim warga dusun Opo-opo Pendil,

Kecamatan Krejengan bahwa selain menjadi kiai, beliau juga menjadi tabib. Tidak

sedikit masyarakat dari beberapa desa yang berobat kepada Kiai Barongan.10

Darut Tauhid yang menjadi nama pondok pesantren ini merupakan nama

yang diberikan oleh Gurunya langsung yakni KH. Hasan Saiful Islam putra dari

KH. Hasan Saifourdzal yang berasal dari desa Karangbong kecamatan pajarakan

kabupaten Probolinggo dan salah satu pengasuh pondok pesantren zainul hasan

genggong, KH. Hasan Saiful Islam juga mendapatkan dari gurunya diwaktu

belajar di Makkah.11

Dengan berdirinya Pondok pesantren Darut Tauhid, kemudian timbullah

suatu ide tentanng visi dan misi. Visi adalah gambaran yang diinginkan di masa

depan. Visi dan misi merupakan pandangan kedepan, arahan sekaligus motivasi

serta kekuatan gerak bagi seluruh jajaran yang terlibat dalam pengembangan

pesantren ini. Lebih dari itu, visi daan misi juga dipandang sangat penting untuk

menyatukan persepsi, pandangan dan cita-cita, serta harapan semua pihak terlibat

10

Hasyim, Wawancara, Probolinggo, 11 Oktober 2016.

11

(43)

33

di dalamnya. Keberhasilan dan repotasi sebuah lembaga pendidikan bergantung

pada sejauh mana visi dan misi yang dimilikinya dapat dipenuhi. Oleh karena itu,

setiap lembaga pendidikan di perlukan rumusan visi dan misi untuk mencapai

tujuan dan cita-citanya, baik dalam jangka waktu panjang maupun dalam waktu

jangka pendek

Pondok pesantren didirikan bukan hanya semata mata didirikan saja,

melainkan mempunyai tujuan yang positif, terutama bagi kalangan masyarakat

sekitar. Tujuan pendidikan pesantren adalah meciptakan dan mengembangkan

kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman, bertakwa kepada tuhan,

berakhlak mulia, bermamfaat bagi masyarakat serta menyebarkan agama dan

menegakkan agama islam ditengah- tengah masyarakat.

Pondok Pesantren Darut Tauhit mempunyai tujuan yang jelas yaitu

mengajak santri maupun kalangan masyarakat untuk memperdalam agama islam,

supaya kelak dalam melangkah dengan berpedoman Al-Quran dan Hadits. Selain

itu, agar mempunyai sifat berakhlakul karimah yang sesuai dengan tuntunan Nabi

Muhammad SAW.

Dalam mewujudkan tujuannya, pondok pesantren darut tauhid mempunyai

visi misi yang kuat sehinggga dalam perkembangannya kelak mempunyai tujuan

yang jelas dan adapun visi misi pondok pasantren tersebut meliputi sebagai

berikut:

1. Visi

Mewujudkan manusia beriman, bertaqwa, berilmu, dan berakhlakul karimah.

(44)

34

a. Melatih pembiasaan berbuat sifat-sifat terpuji dalam kehidupan sehari-hari.

b. Melatih pembiasaan melaksankan ibadah baik yang wajib maupun yang

sunnah.

c. Melaksanakan bimbingan Al-Quran dan membaca kitab salafiyah.

d. Menyelenggarakan bimbingan belajar yang disesuaikan dengan kemampuan

santri.

e. Melaksanakan bimbingan terpadu antara kegiatan Pesantren dengan

kegiatan sekolah.12

Jika dicermati dengan seksama, visi dan misi yang ditanamkan pondok

pesantran darut tauhid dengan jelas menggambarkan bahwa lembaga pendidikan

ini memiliki pandangan yang jauh kedepan tentang pendidikan islam sekaligus

adanya keinginan yang kuat untuk memainkan peran yang otimal dalam

memainkan dunia pendidikan untuk kepentingan umat, bangsa dan negara.

Setidaknya ada dua semangat yang muncul dalam visi tersebut, yakni semangat

keagamaan dan semangat keunggulan.

Dari visi dan misi diatas dapat diketahui darut tauhid tidak mengharuskan

semua santri untuk mejadi mubagligh atau kiai, tetapi meraka dibari kebebasan

untuk menjadi apapun dan bergerak di bidang apapun asal tetap dalam karangka

insan yang muslim, mukmin dan mukhsin. Adapun pondok pesantren darut tauhid

dalam mencapai visi dan misi diatas, adalah berpijak dalam prinsip-prinsip”diatas

dan untuk semua golongan”, yang diharapkan dalam perinsip tersebut nantinya

para santri setalah tambat dapat menjadi perekat umat islam.

12

(45)

35

Sehubungan dengan hal itu, pondok pesantren darut tauhid juga

mempunyai tujuan untuk mendidik santri menjadi muslim yang bertakwa kepada

Allah SWT, berakhlakulkarimah, berwawasan luas, terampil mendiri, dan

berdedikasi kepada agama, masyarakat dan negara untuk mencapai semuanya itu,

santri dalm sehariannya dilatih dan didik secara terus menerus dalam berdisiplim

dan patuh pada pemimpinnya (pengurus). Karena dirasa, bahwa sikap disiplin dan

patuh adalh kunci awal dari kesuksesan nantinya akan menumbuhkan rasa

tanggung jawab pada diri santri. Setiap lembaga pendidikan islam, apalagi

pesantren, hampir dipastikan selalu membawa visi keagamaan.

Semangat kegamaan seprti tergambar diatas tampaknya meliki kemiripan

dengan misi pondok pesantren zainul hasan genggong. bahkan, dalam ukuran

tertentu, dapat dikatakan bahwa, visi dan misi pondok pesantren darut tauhid

banyak dipengaruhi oleh visi dan misi pondok zainul hasan genggong. hal ini

dapat dimaklumi, karena pendiri pondok pesantren darut tauhid dan beberapa

orang terlibat dalam pengelolahannya, adalah jebolan pondok pesantren darut

tauhid.

Sumber kewibawaan seorang kiai sesunggunya ada bermacam-macam.

Yang pertama tentu saja adalah sumber kewibawaan moral yang muncul dari

superiolitasnya dibidang keagamaan. Dimata para pengikutnya kiai selain meliki

pengetahuan keagaam juga memiliki kekuatan spritual.13

13

Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren Kiai Langgar Di Jawa (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1999), 155.

(46)

36

Perjuangan dalam mendirikan pesantren tidaklah mudah. Maka dengan itu

sesosok penagasuh yang kharismatik dan penuh tauladan perlu kita ambil sebagai

pelajaran. Dengan kemampuan yang ada, KH. Masyhudi telah berasil

menanamkan benih kehidupan yang cerdas dan berwawasan luas dengan

mendirikan sebuah pondok pesantren yaitu Pondok Pesantren darut Tauhid di

Desa Tanjungsari Probolinggo.

Pondok Pesantren Darut Tauhid pada awal pertumbuhan sistem pendidikan

yang diterapkan adalah sistem pendidikan nonformal, yakni sistem sorogan dan

sistem wetonan. Para santri membentuk suatu lingkaran mengelilingi kiai yang

memberikan keterangan-keterangan dari kitab yang telah dibaca, atau satu persatu

murid maju menghadap kiai untuk belajar membaca kitab dengan diberi makna.

Hal demikian pada umumnya pelajaran di pondok pesantren berlangsung dengan

duduk bersila diatas tikar tanpa tulis, bangku dan kursi. Pembagian kelas belum

dikenal sebelumnya, maka pengajarannya juga tidak ditentukan.

Beliau menancapkan tradisi kepesantrenan dengan kitab-kitab yang dikaji

pada masa awal adalah menekankan pada pengajaran Al-qur’an dan kitab-kitab

yang mengandung ketauhitan dan ketabiban. Sedangkan dari keduanya yang

sering diajarkan adalah ilmu tauhid tentang keesaan Allah, karena pada saat itu

masyarakat Tanjungsari sangat memerlukan ilmu tauhid dengan keadaannya yang

masih kurang memahami agama Islam. Waktu yang dimiliki santri sangat sedikit

karena kesibukannya membantu orang tua disisi lain dia bekerja di sawah.

Pelaksanaan pembelajarannya hanya setelah sholat ashar, setelah maghrib, setelah

(47)

37

Seiring dengan perkembangan zaman banyak berbagai bidang keilmuan

yang berkembang lebih maju dari sebelumnya, terutama dalam bidang

pengetahuan dan teknologi, maka begitu juga dengan pesantren dalam

mempertahankan nilai-nilai islam yang berpegang pada kaidanya. Karena sejak

awal bertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah menyiapkan santri

mendalami dan menguasi agama islam atau lebih dikenal dengan Tafaqqun

Fiddin, yang diharapkan dalam mencetak kader-kader ulama dan mencerdaskan

masyarakat, dakwah dalam ikut menyebarkan agama islam dan benteng pertahan

ummat dalam bidang akhlaknya.

KH. Masyhudi sebagai pengasuh pondok pesantren darut tauhid yang kreatif

dan inovatif, beliau selalu membenah diri untuk perkembangan pondok pesantren

yang dikelolahnya, sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan santri

unuk bekal setalah keluar dari pesantren, pesantren yang sebelumnya hanya

menggunakan sistem pendidikan non formal saja dan mulai tahun 1990, beliau

mulai memasukkan unsur pendidikan formal. Adapun pendidikan formal yang

pertama beliau dirikan adalah Taman Kanak-Kanak (TK), kemudian pendidikan

dasar dan menengah.

C. Beberapa Pioner Dalam Pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid

Baik berdasarkan amanah atau pun keinginan dari seorang kiai untuk

mendirikan pondok pesantren tentu tidak terlepas dari peran masyarakat

disekitarnya. Seperti halnya pondok pesantren Darut Tauhid di mana

kehadirannya merupakan bagian dari dukungan masyarakat setempat. Memang,

(48)

38

ingin dihadirkan, melainkan masih banyak rintangan dan halangan yang harus

seseorang tempuh untuk mewujudkan ide besarnya dalam tataran praktis.

Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang pada awalnya paling

sedikit mendapat perhatian di negeri ini. Ada beberapa alasan yang mendukung

statemen tersebut. Pertama, pendidikan di negeri ini masih belum sepenuhnya

mampu melepaskan diri dari watak elitis yang diwarisinya dari pendidikan

kolonial. Kedua, adanya kesulitan untuk mengenal pesantren dari dekat sebagai

sebuah lembaga pendidikan yang semula didirikan untuk mengembangkan

ilmu-ilmu pengetahuan agama. Ketiga, adanya kesulitan dalam mengenal tipologi

pesantren, sehingga sangat sulit untuk melakukan penelitian atasnya. Keempat,

karena masih kacaunya pendekatan yang diambil dalam perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan di pedesaan.14

Dari 1354 jiwa yang ada di desa Tanjungsari, hanya 10% dari mereka yang

menyutujui berdirinya pondok pesantren. Tidak heran jika perkembangan dalam

segi bangunan cukup lama dan memakan waktu. Menurut pengakuan Abdullah

“saya tidak menyangka pondok yang ingin didirikan oleh Kiai Barongan tetap

bertahan. Pasalnya, selain santri yang masih sedikit masyarakat yang ikut

membantu juga sedikit. Berbekal pasrah dan tawakkal kepada Allah SWT saya

dan teman-teman tetap melanjutkan membangun satu-demi persatu asrama dan

tempat sekolah bagi santri”.15

Peneliti mencoba mengunjungi para pioner pondok pesantren Darut Tauhid

baik dari santri atau pun masyarakat setempat yang pernah memperjuangkan

14

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2001), 75.

15

(49)

39

berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid. Diantara para pioner pondok

pesantren adalah:

1. Abdullah

Abdullah adalah santri Kiai Barongan selama 10 tahun yang berasal dari

desa Tanjungsari, dusun Kelompangan Partisipasinya dalam pembangunan dan

pengembangan pondok pesantren Darut Tauhid yaitu selama menjadi santri

sampai ia menjadi alumni. Abdullah menuturkan bahwa tidak semudah yang

kita bayangkan. Dalam setiap kegiatan pembangunan secara fisik rintangan

yang kita hadapi adalah perihal dana. Selama menjadi santri, yang dketahui

Abdullah perihal dana yaitu dari Kiai Barongan sendiri berkat dari orang yang

berobat kepada Kiai Barongan.16 Sebagaimana kita ketahui bahwa Kiai

Barongan tidak hanya sekedar Kiai, melainkan juga menjadi tabib.

2. Arsi’un

Arsi’un adalah santri satu angkatan dengan Abdullah. Ia hanya selisih

satu bulan setelah Abdullah ada di pondok pesantren. Selama Arsi’un ada

dipondok pesantren Darut Tauhid, di masih berumur 17 tahun. Meminta

sumbangan bambu kepada masyarakat adalah tugasnya. Menurut

penuturannya, Arsiun yang menjadi kordinatror pencari bambu itu hanya

sendirian. Namun ketika hendak memindahkan bambu tersebut dari pesawahan

masyarakat dia mengajak dua temannya yaitu As’ad dan Agus. Bambu-bambu

tersebut dijadikan sebagai tiang dan pagar dipinggir asrama.17

3. Halim

16 Ibid.

17

(50)

40

Santri yang satu ini menuturkan bahwa selama dipondok pesantren,

selain ngaji kitab kuning pada sore dan malam hari, sekitar jam 8 dia

mempunyai tugas menggali lubang yang nantinya dijadikan sebagai pondasi

pondok pesantren.18 Selain itu, dia juga kebagian membuat pagar dari bambu

yang sudah diangkut oleh Arsi’un, As’ad dan Agus.

4. Amiruddin

Selama Amiruddin mondok, ada tiga asrama dan itu hanya untuk santri

putra. Menurut Amiruddin belum ada santri putri yang mondok disana.

Sehingga, pondok pesantren hanya diperuntukkan santri putra saja dan

aktivitasnya pun masih minim seperti hanya belajar al-Quran dan ngaji kitab

kuning. Seperti santri-santri yang lain Amiruddin juga menjadi pioner

berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid. Sebatas ingatannya kala menjadi

santri Amiruddin kebagian menimba air dari sungai yang tidak jauh dari

kawasan pondok. Namun, aktivtas-aktivitas yang lain juga turut ikut andil.19

5. H. Samsuddin

Samsuddin adalah masyarakat Desa Tanjungsari. Menurut

keterangannya, “pada saat Kiai Barongan berdomisili di Desa Tanjungsari,

saya masih sudah memiliki satu anak. Kira-kira setahun setelah menikah saya

tahu kalau Kiai Barongan ingin membangun pondok pesantren. Partisipasi saya

waktu itu hanyalah membuat atap dari anyaman daun tebu. Tidak lebih dari itu.

Maklum, waktu itu saya juga harus pergi ke sawah, jadi kalau ada waktu

18

Halim, Wawancara, Probolinggo 7 Oktober 2016.

19

Gambar

TABEL TRANSLITERASI .........................................................................
 TABEL 3.1
 TABEL 3.2
  Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika tanpa peduli dari agama manapun, karena hal ini bersifat universal

Adapun karya sastra yang dikaji oleh peneliti berupa novel yang berjudul Al-hubb fii zamani nafti karya Nawal El-Saadawi yang diterbitkan pada tahun 1993 di Kairo dan

Dari bentuk sosialisasi tersebut khususnya untuk ke masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang belum memanfaatkan bentuk sosialisasi yang lain yaitu media massa baik melalui

Resiko tinggi dihadapi oleh para petani apabila mereka menyemprotkan tanaman dengan zat kemikal (chemical) tanpa memakai masker adalah terjadi irritasi dan menimbulkan

Abstrak : Orientasi perusahaan modern adalah menciptakan kepuasan bagi para pelanggan. Pelanggan-pelanggan yang puas akan memberikan loyalitas yang tinggi kepada perusahaan.

Isu hak asasi manusia sering menjadi pertikaian dalam kalangan pelbagai pihak terutamanya apabila menyentuh perkara sensitif berkaitan dengan kebebasan

Untuk mewujudkan perihal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Marga melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga Pemerintah Kabupaten Nunukan menitik beratkan pada

Adapun implikasinya adalah 1)Agar pemerintahan kabupaten Sinjai mensosialisasikan kembali mengenai peran penting Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan