KH. MASYHUDI DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID DI DESA TANJUNGSARI KREJENGAN
PROBOLINGGO (1984-2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh Moh. Rizal NIM: A02212072
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “KH. Masyhudi Dan Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid Di Desa Tanjungsari Krejengan Probolinggo (1984-2015)”. Adapun masalah yang diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Bagaimana biografi KH. Masyhudi? (2) Bagaimana Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid? (3) Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid Dimasa KH. Masyhudi (1984-2015).
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan pendekatan dan karangka teori. Pendeketan yang digunakan adalah pendektan historis dan karang teori yang digunakan adalah teori kempemimpinan, peran dan continuty and change. Tidak hanya pendekatan dan karangka teori saja yang digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut. Selain itu, penulis juga menggunakan metode. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) heuristik. (2) kritik. (3) interpretasi. (4) historiografi.
Abstract
The tittle of this thesis is ”KH. Masyhudi and the development of Darut Tauhid
boarding school in Tanjungsari Village Krejengan Probolinggo (1984-2015)”. This thesis discribes about (1) how is the biography of KH. Masyhudi, (2) how is the history of Darut Tauhid boarding school has been found (3) how is the development of Darut Tauhid during KH. Masyhudi (1984-2015) period.
To answer the research problem, the reseacher used an approach and theoretical frame work. The approach that reseacher used is hystorical approach. While, the theoritical frame work used is leadership theory, participate, continuty and change. Further more, the reseacher also used a method, it was historical reasearch method which classified into four steeps, these are (1) heuristic (2) critic (3) interpretation (4) hystography.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
TABEL TRANSLITERASI ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6
F. Penelitian Terdahulu ... 9
G. Metode Penelitian ... 11
H. Sistematika Bahasan ... 14
BAB II BIOGRAFI KH. MASYHUDI A. Geneologi KH.Masyhudi ... 15
B. Pendidikan ... 19
iii
BAB III SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID
A. Letak Geografis Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 27
B. Ide Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 28
C. Pioner Pendirian Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 37
D. Akifitas Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 41
BAB IV PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID DIMASA KH. MASYHUDI (1984-2015) A. Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 46
1. Fiskik Bangunan ... 46
2. Unit lembaga Pendidikan... 50
3. Santri ... 52
A. Hambatan Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 55
B. Reaksi Masyarakat Terhadap Pengembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid ... 57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 66
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan pertama kali yang
dikenal di Indonesia. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk
memperdalam agama sekaligus sebagai pusat penyebaran agama Islam,
diperkirakan masuk sejalan dengan gelombang pertama dari proses
pengislaman didaerah Jawa sekitar abad ke-16.1 Beberapa abad kemudian
penyelenggaraan pendidikan ini semakain berkembang dengan munculnya
tempat-tempat pengajian (nggon ngaji). Bentuk ini kemudian berkembang
dengan pendirian tempat-tempat menginap atau disebut dengan
pemondokan bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut
“pesantren”.Istilah pondok pesantren terdiri dari dua kata, “pondok” dan
“pesantren”. Kata pondok berasal dari bahasa arab “funduq” yang berarti
asrama. Sedangkan kata “pesantren” berasal dari kata “santri” yang
diimbuhi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti menunjukkan tempat,
maka artinya tempat para santri.2
Menurut M. Arifin pondok pesantren adalah suatu lembaga pendikan
agama islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan
sistem asram (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama
1
Tim Penulis Departemen Agama,Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah:
Pertumbuhan dan Perkembangannya (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003), 1.
2
M. Shulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), 1.
2
melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah
kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa kyai dengan cirikhas yang
bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.3 Pesantren sendiri
memiliki lima elemen, yaitu:
1. Pondok, sebagai tempat tinggal bersama para santri yang terletak di
dalam kompleks pesantren.
2. Masjid, yang merupakan tempat yang tepat untuk mendidik para santri,
terutama dalam beribadah salat lima waktu, khutbah, salat jumat, dan
pengajaran kitab-kitab.
3. Pengajaran kitab klasik.
4. Santri, santri mukim ( yang tinggal di dalam lingkungan pesantren), dan
santri kalong (santri tidak menetap di dalam pesantren).
5. Kyai, sebagai pemilik otoritas pesantren.4
Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren sebagai lembaga
sosial telah menyelenggarakan pendidikan formal, baik berupa sekolah
formal, baik berupa sekolah umum maupun sekolah agama. Selain itu
pesantren juga menyelenggarakan madrasah yang mengajarkan
bidang-bidang ilmu agama saja. Pesantren juga mengembangkan fungsinya sebagai
lembaga solidaritas sosial dengan menampung anak-anak muslim dan
memberikan pengalaman, tanpa harus membedakan tingkat sosial ekonomi
mereka. Pesantren sebagai lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di
3
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: ERLANGGA 2003), 1-2.
4
Hanun Asrohah, Perkembangan Pesantren (Jakarta: Departemen agama, 2004), 38.
3
Indonesia memiliki persepsi yang plural. Pesantren bisa dipandang tempat
ritual, lembaga pembinaan moral, dan lembaga dakwah5
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh di tengah
masyarakat, dengan memadukan tiga unsur, ibadah untuk menanamkan
iman, tabligh untuk menyebarkan Islam, amal untuk mewujudkan kegiatan
kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.6 Pada tahap awal pendidikan
di pesantren tertuju semata- mata mengajarkan ilmu agama saja melalui
kitab-kitab klasik atau kitab kuning.7Kemampuan pondok bukan saja dalam
pembinaan pribadi muslim, melainkan bagi usaha mengadakan perubahan
dan perbaikan sosial dan masyarakat. Pengaruh pondok pesantren tidak saja
terlihat pada kehidupan santri dan alumninya, melainkan juga meliputi
kehidupan masyarakat sekitarnya.8
Pondok pesantren di indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik
bagi kemajuan islam itu sendiri maupun bagi bangsa indonesia secara
keseluruhan. Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama
pendidikan islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dibawah
bimbingan seseorang atau lebih dikenal dengan istilah Kyai.
Dalam dunia pesantren keberadaan kyai sangat penting. Kyai sebagai
pengasuh pesantren merupakan faktor yang sangat menentukan bagi tumbuh
5
Qomar, Pesantren, 13.
6
Abdurrahman Saleh, et al, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren (Yogyakarta: Depag RI, 1978), 15.
7
Haidar Putra Daulany, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
(Jakarta: Kencana, 2004), 25.
8
Suyoto, Pesantren dalam Alam Pendidikan Nasional (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1995), 61.
4
dan berkembangnya sebuah pesantren. Sebagaimana diketahui, bahwa
dalam lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren, pesat atau
lambatnya kemajuan lembaga tersebut sangat tergantung dalam kepribadian
dan pengaruh kyai yang mengasuh.9
Seperti halnya Pondok Pesantren Darut Tauhid pondok pesantren yang
bertempat di kota Probolinggo, lebih tepatnya di daerah tanjung sari
kecamatan Krejengan yang didirikan oleh KH. Masyhudi pada tahun 1984.
Beliau adalah seorang Kyai yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk
perjuangan menegakkan kalimat Allah. Beliau mendirikan Pondok
Pesantren Darut Tauhid berawal perintah gurunya yaitu KH. Hasan
Saifourdzall putra dari KH. Moh Hasan serta dorongan keluarga dan
sebagian dari masyarakat.
Perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid sendiri mengalami
beberapa fase perkembangan. Pada awal mulanya KH. Masyhudi
menegakkan kalimat Allah dengan cara ngaji Al Qur’an di daerah Tanjung
Sari bersama warga sekitar, kemudian bertambah tahun semakin banyak
juga santrinya yang ikut pengajian tersebut semakin banyak pula yang
mengikuti, akhirnya di ganti dengan ngaji menjadi riyadus sholihin, semakin
hari semakin bertambah pesat pula diganti lagi pengajianya menjadi ngaji
wetonan. Dan masih banyak lagi perkembangan yang menjadikan pondok
9
Zamakhsyari Dhafier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1985),22.
5
pesantren Darut Tauhid sekarang ini semakin lebih berkembang walaupun
pondok pesantrenya berada di tengah-tengah kalangan masyarakat.
Perkembangan Pondok Pesantren sendiri dahulu hanyalah pendidikan
non formal hingga sampai saat ini sudah ada lembaga-lembaga baik non
formal maupun formal. Ada madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah.
Beliau dalam dakwahnya di dukung oleh masyarakat sebagian ada yang
mendukung ada yang bertentangan terhadap pondok Darut Tauhid sendiri.
Namun segala rintangan tantangan yang dihadapi oleh KH. Masyhudi
dengan semangat dan kegigihannya beliau tidak putus harapan. Beliau juga
di bantu oleh masyarakat sekitar, pengurus, santri yang taat dan tidak lupa
dukungan dari keluarga KH. Masyhudi yang senantiasa memberi dukungan
dakwah islamiyah Sehingga Pondok Pesantren Darut Tauhid berjalan
hingga sekarang.
Dari sedikit uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul KH. Masyhudi Dan Perkembangan Pondok Pesantren
Darut Tauhid Di Desa Tanjungsari Krejengan Probolingo (1984-2015), karena menurut saya KH. Masyhudi adalah seorang Kiai yang memiliki
pengaruh besar dan merupakan tokoh pembaruan dalam perkembangan
Pondok Pesantren Darut Tauhid, maka menurut saya penting untuk dikaji
6
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan diatas, peneliti merumuskan
permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan pada penelitian.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimna Biografi KH. Masyhudi?
2. Bagaimana Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid?
3. Bagaimana Perkembangan pondok Pesantren Darut Tauhid masa KH.
Masyhudi (1984-2015)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Biografi KH. Masyhudi.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Pondok
Pesantren Darut Tauhid.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan pondok Pesantren Darut
Tauhid masa KH. Masyhudi (1984-2015)
D. Mamfaat Penelitian
Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Untuk memperkaya kazanah sejarah sosial agar menjadi bacaan yang
berguna bagi masyarakat terutama bagi mereka yang ingin mengetahui
tentang riwayat hidup KH. Mashud serta perkembangan Pondok
7
2. Bagi masyarakat, hasil penulisan ini sebagai gambaran atau informasi
tentang Pondok Pesantren Darut Tauhid, agar supaya dapat dijadikan
bahan refleksi kepada generasi muda.
3. Secara Praktis Dengan skripsi ini diharapkan penulis dapat
menyelesaikan kuliahnya di Strata satu (S-1) jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya
mendapatkan gelar sarjananya.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan
pendekatan historis, Menggunakan pendekatan historis karena dalam
penulisan skripsi ini harus menelusuri sumber-sumber pada masa lampau
berupa arsip atau dokumen dokumen dari pondok pesantren Darut Tauhid.10
Penggambaran terhadap suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan,
yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan,
unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya. Hasil-hasil
pelukisannya sangat ditentukan oleh pendekatan yang dipakai.11
Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan
peristiwa itu terjadi, di mana, penyebab dari kejadian, dan siapa yang
terlibat dalam peristiwa tersebut.12 Penjelasan diuraikan kedalam beberapa
Bab yang terbagi ke dalam beberapa sub bab yang disusun secara
10
Dudung Abdurrohman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
11
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 2.
12
Taufik Abdullah, et al. Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), 105.
8
kronologis. Suatu hal yang tidak mungkin dilupakan oleh penulis adalah
landasan teori yang digunakan. Suatu teori ialah suatu pernyataan umum
mengenai bagaimana beberapa bagian dunia saling berhubung dan bekerja.
Teori adalah suatu menjelasan mengenai bagaimana dua fakta atau lebih
berhubungan diantara yang lain.13
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa kerangka teori
yang dapat dijadikan acuan untuk menulis penelitian. Diantaranya adalah:
Pertama, Teori peran yaitu, sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan
psikologi sosial yang menganggap sebagian besar aktifitas harian
diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial. Sesuai
dengan pengertian teori tersebut kita dapat menjelaskan bahwa peran
perjuangan KH. Masyhudi dalam mengembangkan sebuah pesantren yang
awalnya merupakan sebuah pondok pesantren salafi melalui sistem wetonan
dan sorogan dengan menggunakan sistem pendidikan klassikal, pendidikan
yang berdasarkan ilmu agama Islam, kemudian sampai pada bidang
pendidikan umum, juga berperan pada pembangunan pondok pesantren dan
gedung madrasah-madrasah yang semakin maju dan meluas.
Kedua, Teori kepemimpinan, dari Max Weber yaitu proses
mempengaruhi aktifitas yang diorganisir dalam suatu kelompok dalam
usahanya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam teori
kepemimpinan ini dapat dijelaskan pada masa kepemimpinan KH.
13
James H. Henselin, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi (Jakarta: Erlangga. 2007), 14.
9
Masyhudi memimpin Pondok Pesantren Darut Tauhid mulai dari tahun 1984
hingga akhir hayatnya.
Ketiga, Teori kharismatik yaitu pemimpin yang antusias dan percaya
diri yang kepribadian dan tindakannya mempengaruhi orang untuk
berperilaku dengan cara tertentu. Dalam teori kharismatik KH. Masyhudi
menjalankan kepemimpinannya penuh dengan kharisma, sikapnya menjadi
panutan bagi para santri terutama juga sangat berpengaruh terhadap
keluarganya, teman dan juga masyarakat setempat.
Tipe kharismatik yang melekat pada KH. Masyhudi menjadi tolak
ukur kewibawaan pesantren. Dipandang dari kehidupan santri, kharisma kiai
karunia yang diperoleh dari kekuatan Tuhan.14 Seorang pemimpin yang
memiliki kharisma mempunyai pengaruh yang kuat. Santri atau para
pengikutnya memiliki keyakinan bahwa pemimpin adalah benar, mereka
bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih sayang terhadap
pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau
organisasi, mereka memilki sasaran kinerja yang tinggi dan mereka yakin
bahwa mereka dapat berkontribusi terhadap keberhasilan misi tersebut.15
Keempat, Teori continuity and change yang mengutarakan secara rinci
masalah-masalah kesinambungan ditengah-tengah perubahan yang terjadi di
pesantren. Perubahan akan terjadi ketika tradisi baru yang datang
mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik
14
Ali Aziz, Pola Kepemimpinan Kiai di Pondok Pesantren (Surabaya: Alpha Grafika. 2004), 51.
15
Yuki. Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta: Index, 2005), 294.
10
sebelumnya. Jika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan daya
dorong yang kuat, maka yang terjadi adalah tidak adanya perubahan, akan
tetapi perubahan yang terjadi tidak akan serta merta terputus begitu saja dari
tradisi keilmuan yang lama yang telah ada sebelumnya. Masih ada
kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi keilmuan yang lama,
meskipun telah muncul paradigma baru. Dengan demikian proses
kesinambungan dan perubahan masih tetap terlihat.16
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian pondok pesantren sangatlah banyak dan beragam. Dalam
pengamatan penulis, untuk menghindari kesamaan dalam penelitian
sebelumnya. Sebelum peneliti memilih judul tersebut, terlebih dahulu
memperhatikan karya-karya penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Skripsi berjudul” Pengaruh Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren
Terhadap Penggunaan Hak Pilih Santri Zainul Hasan Genggong
probolinggo Dalam Pemilihan Presiden 2014” dituilis oleh Mudawamah
Fakultas Usuluddin Dan Filsafat, Jurusan Filasaf Politik islam, UIN
Sunan Ampel Surabaya (Skripsi 2015). Skripsi ini membahas tentang
bagaimana tipologi Kiai dalam pesantren zainul hasan genggong,
bagaiman santri pesantren zainul hasan genggong paradigma
menggunakan hak pilih dalam pelaksanaan pemilihan presiden 2014 dan
seberapa besar pengaruh kepemimpinan kiai dalam pesantren terhadap
16
Dhofier, Tradisi Pesantren, 177.
11
penggunaan hak pilih santri pesantren zainul hasan genggong
probolinggo dalam pemilihan presiden 2014.
2. Skripsi berjudul “Gaya Kepemimpinan KH. Syaiful Arief Rizal Di
Pondok Pesantren Zainul Aziz Kota Probolinggo” ditulis oleh
Rahmadhani Sobri W, Fakutas Dakwah Dan komonikasi, Jurusan
Manajemen Dakwa, UIN Sunan Ampel Surabaya (Skripsi 2014).
Sekripsi ini membahas tentang gaya kepemimpinan Kiai Syaiful Arief
Rizal di pondok pesantren zainul aziz kota Probolinggo.
3. Sekripsi berjudul”Strategi Pengembangan Lembaga Pendidikan Melalui
Usaha kecil Masyarakat Di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton
Probolinggo” ditulis oleh Muhammad Zaini, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya
(Skripsi 2011). Skripsi ini membahas tentang bagaimana strategi
manajemen pengembangan lembaga di Pondok Pesantren pondok
pesantren nurul jadi paiton probolinggo, bagaimana usaha kecil
masyarakat di pondok pesantren nurul jadi paiton probolinggo dan
Bagaimana strategi pengemebangan lembaga pendidikan melalui usaha
kecil masyarakat di pondok pesantren nurul jadi paiton probolinggo.
4. Skripsi berjudul “ Peran KH. Khoiron Husain Dalam Mengembangkan
Pondok pesantren putri Salafiyah Kauman Bangil (1977-1987)” ditulis
oleh Mar’atus Sholihah, Fakultas Adab Dan Humaniora, Jurusan Sejarah
12
Skripsi ini membahas tentang bagaimana biografi KH. KH. Khoiron
Husain, sejarah, perkembangan dan usaha-usaha yang dilakukan KH.
KH. Khoiron Husain dalam mengembangkan pondok Pesantren putri
salafiyah kauman bangil.
5. Skripsi berjudul” Sejarah Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah
Siwalanpanji Sidoarjo Tahun 1787-1997”. Ditulis oleh Miftahul Jannah,
Fakultas Adab Dan Humaniora, Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam,
UIN Sunan Ampel Surabaya (Skripsi 2016). Skripsi ini membahas
tentang bagaimana riwayat hidup KH. Hamdani, sejarah, perkembangan
dan juga usaha-usaha KH. Hamdani dalam mengembangkan pondok
Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalanpanji Sidoarjo.
Berdasarkan penelitian yang dijelaskan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa belum ada yang membahas mengenai perkembangan
Pondok Pesantren Darut Tauhid di Desa Tangjungsari Krejengan
Probolinggo Masa Masa KH. Masyhudi (1984-2015), maka dari itu penulis
tertarik untuk menulis dalam sebuah karya ilmiah yang khusus membahas
mengenai perkembangannya.
G. Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan studi historis, oleh
karena itu metode yang dipakai dalam membahas skripsi ini adalah metode
sejarah, maka penelitian yang dilakukan melalui empat tahap yaitu:
13
Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang
dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data, sumber-sumber
atau jejak sejarah pada peristiwa masa lampau17. Dalam pengumpulan
sumber ini penulis memperoleh dengan melalui:
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata
maupun dalam bentuk dokumen, sedangkan sumber lisan yang
dianggap primer adalah wawancara dengan seorang pelaku peristiwa
atau saksi mata. Adapun sumber primer yang terdapat dalam
penelitian karya tulis ilmiah sebagai berikut:
1) Wawancara dengan dengan KH. Muh. Taufiqurrahman, Anwar
dan lain-lain.
2) Arsip, dukumen (Akte Notaris Tanah, Piagam pendirian Pondok
Pesantren, piagam pendirian jenjang satuan pendidikin di
Pesantren, dan yang lain-lain.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber yang didapat dari siapa pun
yang bukan merupakan pelaku atau saksi peristiwa langsung, yakni
orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Adapun
sumber sekunder dalam penulisan karya ilmah ini sebagai berikut.
1) Majalah dan yang lain-lain.
17
Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah 1 (Surabaya: Fakultas Adab, 2005), 16.
14
2. Kritik Sumber
Kritik sumber adalah data yang terkumpul dalam tahap heuristik
diuji kembali kebenarannya melalui kritik guna memperoleh
keabsahannya atau kredibilitas sumber. Dalam hal ini keabsahan sumber
tentang keasliannya data yang diperoleh dengan melalui dua cara agar
peneliti mendapatkan data yang valid.
a. Kritik intern adalah suatu cara yang digunakan untuk menguji apakah
sumber tersebut kredibel atau tidak.
b. Kritik ekstern adalah penentuan keaslian apa tidaknya suatu sumber
atau dokumen.
Dari tahap yang kedua ini, penulis akan menganalisa
sumber-sumber yang diperoleh baik primer atau sekunder melalui kritik intern
dan kritik ekstern untuk mendapatkan kredibilitas dan keshahihan atau
tidaknya sumber tersebut.18
3. Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi atau Penafsiran adalah suatu upaya sejarawan untuk
melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan, apakah
sumber-sumber tersebut saling berhubungan antara yang satu dan yang
lain.19
Dalam hal ini yang terkumpul dibandingkan lalu disimpulkan
agar bisa dibuat suatu penafsiran terhadap data tersebut sehingga dapat
18
Aminudin Kasdi, Memahami Sejarah (Surabaya: Unesa University Press, 2008), 27.
19
Ibid., 17.
15
diketahui hubungan kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang
diteliti. Dalam penulisan ini mengenai Perkembangan Pondok Pesantren
Darut Tauhid Di Desa Tanjung Sari Krejengan probolinggo Masa KH.
Masyhudi. penulis menganalisa secara mendalam terhadap
sumber-sumber yang telah diperoleh baik primer maupun sekunder, kemudian
penulis menyimpulkan sumber-sumber tersebut sebagaimana dalam
kajian yang diteliti.
4. Historiografi
Historiografi adalah menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta
yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap
sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Penulis menuangkan
penelitian dari awal hingga akhir berupa karya ilmiah. Pada laporan ini
ditulis tentang, biografi pengasuh Pondok Pesantren Pondok Pesantren
Darut Tauhid, serta Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren
Darut Tauhid Masa KH. Masyhudi.
Bentuk tulisan ini merupakan bentuk tulisan yang sejarah
deskriptif analistik, yang merupakan metodologi dimaksudkan
menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan kedua cara
tersebut secara maksimal. Jadi penulis akan menguraikan tentang
perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauhid berada di bawah asuhan
16
Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, yaitu
tentang cara runtut yang terdiri dari lima bab yang dijabarkan dalam garis
besarnya sebagai berikut:
Bab pertama, dalam bab ini dipaparkan tentang sub bab yang ada pada
Skripsi secara umum meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori,
penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika bahasan.
Bab kedua, Dalam bab ini menjelaskan tentang Biografi KH. Masyudi
yang meliputi sebagai berikut: Geneologi, Pendidikan, dan Kiprah KH.
Masyhudi ditengah masyarakat.
Bab ketiga, Dalam bab ini menjelaskan tentang sejarah berdirinya
Pondok Pesantren Darut Tahudi yang meliputi sebagai berikut: letak
geografis Pondok Pesantren Draut Tauhid, ide berdiirinya Pondok Pesantren
Draut Tauhid dan juga beberapa pioner pendirian Pondok Pesantren Darut
Tauhid.
Bab keempat: Dalam bab ini menjelaskan tentang perkembangan
Pondok Pesantren Darut Tauhid yang meliputi sebagai berikut: Dari segi
fisik bangunan, unit lembaga pendidikan dan juga jumalah santri dan guru.
Bab kelima: Penutup dalam bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian
serta saran-saran sebagai konklusi dari uraian di atas, sehingga dapat
BAB II
BIOGRFI KH. MASYHUDI A. Geneologi KH. Masyhudi
Kabupaten Probolinggo tampaknya memiliki cendekiawan muslim sejak
puluhan tahun lamanya. Berdirinya beberapa Pondok Pesantren sebagai pusat
kajian keagamaan merupakan manifestasi penyebaran Islam oleh para
cendekiawan tersebut. Hal ini adalah sebagai tindak lanjut dari tradisi sebelumnya
yang di populerkan oleh wali songo, seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Muria, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, sunan kalijaga, dan yang lainnya. Tidak
heran apabila wilayah Kabupaten Probolinggo termasuk salah satu wilayah yang
populer dengan adanya kontribusi dari para cendikiawan muslim.1 Salah satunya
adalah KH. Masyhudi.
KH. Masyhudi demikian nama lengkapnya, namun semenjak beliau
mendirikan pondok pesantren, beliau ditengah masyarakat lebih dikenal dengan
panggilan / sebutan Kiai Barongan. Nama panggilan tersebut, hinaan dari
masyarakat kerena diwaktu awal mendirikan pondok pesantren banyak
masyarakat yang tidak suka.2 Beliau dilahirkan di Desa jatiurip Kecamatan
Krejengan Kabupaeten Probolinggo pada tanggal 19 April 1950.3 Ayahnya
bernama Noto dan Ibunya bernama Barni. Adapun aktifitas kedua orang tuanya
sehari-hari adalah sebagai penjual tempe, ikan, dan juga bendreng. Beliau Wafat
pada hari minggu tanggal 6 Maret 2016 pukul 08.00 Wib di rumah sakit saiful
1
Moh. Hasan Afini Maulana, “Salat Jemaah Dalam Kitab Nazam Safinah Al-Najah Karya Syekh Hasan Genggong Probolinggo”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Adab, Surabaya, 2016), 17.
2
M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.
3
Dilihat Dari Kartu Keluarga KH. Masyhudi Tahun 2011.
17
anwwar malang, sebelum beliau wafat, beliau ditimpa berbagai penyakit.
Pertamanya yaitu penyakit kencing manis, katarak, jantung, paru-paru dan
kemudian berahir digagal ginjal. Beliau sebelas tahun bertahan melawan
penyakitnya, kemudian pada tahun 2016 menjelang wafatnya, sebelum wafat dia
berwasiat bahwa anaknya harus sabar, tidak boleh bertengkar dengan saudara,
istiqomah mengayomin santri dan pondok pesantren darut tauhid harus selalu
dikembangkan sepeninggalnya nanti, yaitu mencetak kader-kader muslim yang
dapat menyambung kepemimpinan dan perjuangan umat Islam dimasa
mendatang.4 Tidak ada seorang manusiapun yang mengerti kapan ajalnya akan
datang, yang ada hanya firasat dan simbol-simbol yang akan mudah difahami.
Begitulah halnya dengan KH. Masyhudi.
KH. Masyhudi merupakan orang yang sederhana, sabar, cerdas, ramah,
tawaddu’, pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid yang kreatif, bukan orang
yang sombong dan beliau tidak pernah membeda-bedakan siapapun karena
dikenal bersikap apa adanya sama seperti menanggapi para saudaranya. Sehingga
secara perlahan masyarakat sekitarnya mulai menghargai dan menghormatinya
seperti layaknya sosok kiai yang sangat berwibawa dan juga rendah hati.5
Selaian itu beliau juga berasal dari keturunan yang sederhana. Hal ini
terlihat dari aktifitas sehari – hari kedua orang tuanya. Beliau adalah anak tunggal
dari pasangan yang bernama bapak noto dan ibu barni. Saat usianya masih dua
tahun, dia sudah menjadi anak yatim karena ayahnya wafat. Ahirnya, dia hanya
bersama ibunya. tetapi dibalik kejadian tersebut Allah melimpahkan rahmat yakni
4
Muh. Taufiqurrahman, Wawancara, 3 Oktober 2016.
5
M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.
18
kesembuhan ibunya dari sakit struk selama dua tahun. ibunya berjuang sendirian
dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tangis dan tawa. Betapa
lapangnya hati ibunya dalam mengahadapi kehidupan ini, beliau hadapi dengan
sikap yang optimis tanpa meragukan keadilan Allah SWT. Ibunya rela banting
tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
pada tahun 1982 beliau menikah dengan seorang gadis yang bernama
Hafshawati dari keturunan bapak hadi dan ibu aspira. Beliau menjalanin akad
nikah dirumah mempelai wanita dan lebih tepatnya di Dusun Tempolong,
Tanjungsari, Krejengan, Probolinggo. Pada tahun tersebut, beliau mulai
menempuh hidup barunya dan sekaligus menjadi imam keluarga. Dari pernikahan
tersebut, beliau dikaruniai dua anak putri dan satu putra dan adapun
nama-namanya sebagai berikut: Syifaul Millah, Isnainir Rohmah dan Muhammad
Taufiqurrahman.6
Didalam mendidik anaknya, beliau sangat tegas dan mempunyai cita-cita
agar anaknya kelak menjadi seorang yang berakhlakul karimah dan ingin anakya
kelak bisa melanjutkan perjuangan ayahnya. Didalam mewujudkan cita-citanya
tersebut kedua orang Tuanya memiliki strategi sendiri yaitu menitipkan semua
anak-anaknya kepesantren, dengan begitu semua anak tidak akan mempunyai
waktu luang untuk melakukan hal-hal yang kurang baik. Selama di pondok
pesantren semua anaknya memperdalam ilmu agama dan mempelajari berbagai
kitab yang belum pernah dilihatnya. Setelah pulang dari pesantren banyak
anaknya yang berhasil dalam mengamalkan ilmu yang di dapat dari pesantren
6
Muh. Taufiqurrahman, Wawancara, 3 Oktober 2016.
19
yaitu dengan mengajar mengaji membaca al-Qur’an dan kitab, Dan membuat
kelompok jama’ah
.
Selain menitipkan semua anakannya ke pesantren beliaudengan istrinya juga turun langsung untuk membingbing putra putrinya. Didepan
putra putrinya beliau adalah sosok orang yang benar-benar alim, beliau adalah
ayah hebat bagi putra putrinya.7
Semua itu beliau lakukan karena cintanya kepada anak dan tingginya
cita-cita untuk melihat putra putrinya menjadi orang berilmu, dan berakhlakul
karimah. Beliau tidak bosan memberi semangat kepada putra putrinya setiap kali
ketemu. Beliau selalu berpesan bahwa beliau tidak menginginkan putra putrinya
menjadi pegawai yang hanya diinginkan oleh beliau adalah pandai tentang agama.
B. Pendidikan
Masa depan bangsa tergantung pada kualitas pendidikan anak-anaknya.
Memikirkan, mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan
mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah
plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap mereflesikan semua yang
ditamapak padanya. Semua sifat-sifat baik yang membantu memenuhi tujuan
hidup adalah warisan alami yang dibawa setiap jiwa ke bumi, hampir semua sikap
buruk yang diperlihatkan manusia apa adanya merupakan apa-apa yang
didapatkan setelah mereka dilahirkan ke bumi.
Setelah mekirkan mengenai pendidikan, ternyata pendidikan sangat di
penting untuk generasi bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, KH. Masyhudi
Pertamakali menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) miftahul
7
M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.
20
Arifin di Desa Jatiurip Krejengan Probolinggo Pada tahun 1957 dan beliau lulus
Pada tahun 1964.8 Setelah lulus Dari Madrasah Ibtiaiyah Miftahul Arifin
kemudian beliau melanjutkan mondok di Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong yang Berada di Desa Karangbong Kecamatan Pajarakan Kabupaten
Probolinggo yang pimpin oleh KH. Hasan Saifouridzall Khalifah ketiga. Di
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong tersebut, beliau menempuh jenjang
pendidikan Madrasah Tsanawiyah Zainul Hasan lulus pada tahun 1967 dan
setelah lulus beliau melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu
Madrasah Aliyah Zainul Hasan lulus pada tahun 1970.9
KH. Masyhudi menjalanin hidupnya di Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong selama dua puluh dua tahun. Selama sebelas tahun ibunya membiayai
kebutuhan hidupnya di Pesantren. Namun merasa kasihan, kemudian beliau tidak
lagi meminta biaya. Hal ini disebabkan beliau kemudian menjadi Khaddam
(mengabdi) kepada KH. Hasan Sifourdzall, salah satu pengasuh pondok Pesantren
Zainul Hasan Genggong. selama pengabdianya, beliau pernah disuruh puasa oleh
KH. Hasan Saifourdzall selama satu tahun. Setelah genap satu tahun, beliau
menghadap lagi kemudian disuruh puasa lagi selama satu tahun oleh KH. Hasan
Saifouridzal dan setelah genap satu tahun lagi, beliau menghadap lagi malah
disuruh puasa satu tahun lagi. Menghadap lagi malah disuruh puasa selama
sebelas tahun. Setelah selesai beliau menghadap lagi dan malah mendapat tugas
baru yaitu beliau disuruh ngaji ke kudus selama tiga tahun. Setelah menyelesaikan
8
Muh. Taufiqurrahman, Wawancara, 3 Oktober 2016.
9
Majalah Genggong, Edisi IV, Tahun 2012.
21
tugasnya, beliau menghadap lagi berpamitan untuk berhenti dari Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong tetap malah disuruh ngajar Al-quran.10
Setelah mendalamin ilmu diberbagai pesantren dan di perguruan tinggi.
Kebanyakan para kiai memulai aktifitas dakwahnya dengan berbagai macam cara,
salah satunya yaitu mendirikan lembaga Majlis Dzikir dan lembaga pondok
Pesantren. Tidak beda jauh dengan apa yang dilakukan oleh KH. Masyhudi.
setalah mendalamin ilmunya, beliau mendirikan lembaga Pondok Pesantren
Darut Tauhid.11 dengan lembaga pesantren tersebut beliau mengamalkan ilmu
yang telah didapatkan.
C. Kiprah KH. Masyhudi di Tengah Masyakat
Sebelum meninjau lebih jauh tentang kiprah KH. Masyhudi di tengah
masyarakat, terlebih dahulu penulis akan memberikan pengertian dan istilah Kiai
itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui istilah Kiai yang lekat dengan masalah
agama Islam, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi berasal dari bahasa
Jawa. Istilah Kiai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling
berbeda yaitu:
1. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
keramat. Kiai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan “kereta emas” yang
abadi di Keraton Yogyakarta.
2. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada Umumnya
10
Ibit., 2012.
11
M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.
22
3. Kiai sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama
Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar
kitab-kitab klasik kepada para santrinya.12
Dari tiga pemakaian istilah tersebut di atas yang banyak dipakai oleh
masyarakat adalah yang terakhir sekali pendapat ini hampir sama dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Dr. Manfred Ziemek dalam bukunya "Pesantren
dalam Perubahan Sosial", yang mengatakan bahwa pengertian Kiai yang paling
luas dalam Indonesia modern adalah pendiri dan pimpinan sebuah pesantren, yang
sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya demi Allah serta
menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui
kegiatan pendidikan.13
Selain itu tugas Kiai sebagai pimpinan dalam masyarakat, membutuhkan
sifat-sifat atau pribadi untuk menunjang keberhasilan tugasnya. Adapun sifat-sifat
seorang Kiai adalah sebagai berikut:
1. Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya seorang Kiai selalu mendasarkan kepada
keikhlasan yang dilaksanakan dengan kerelaan dan tanpa rasa berat.
Pengabdian seorang Kiai untuk mengembangkan lembaga yang dikelolanya
tanpa mementingkan kepentingan pribadi, merupakan sikap ikhlas timbal balik
antara diri seorang santri dan Kiai. Pengabdian Kiai dalam mendidik santri dan
masyarakat diwarnai oleh nilai keikhlasan tanpa pamrih hanya karena Allah
SWT. Sehingga menimbulkan keikhlasan santri atau masyarakat untuk
melaksanakan sepenuhnya apa yang diperintahkan Kiai.
12
Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S, 1985), 55
13
Ibid.,131.
23
2. Berniat ibadah sifat utama yang dimiliki seorang Kiai adalah segala sesuatu
perbuatan diniati sebagai ibadah. Konsep “lillahi ta’ala” dalam artian tidak
menghiraukan kehidupan duniawi dipegang teguh oleh seorang Kiai dan
ditanamkan ke dalam masyarakat. Dengan demikian ketaatan seorang santri
kepada Kiai misalnya, dipandang sebagai suatu manifestasi ketaatan mutlak
yang dipandang ibadah. Sifat keibadatan disini bukan berarti menghilangkan
aktifitas formal yang memberikan pengaruh material, akan tetapi mengorientasi
keseluruh aktifitas keduniawian ke dalam suatu tatanan ilahiyah.
Kiai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perjalanan hidup
masyarakatnya dan mereka mendapatkan arti dan tempat tersendiri, penempatan
ini didukung oleh beberapa alasan:
1. Kiai merupakan personifikasi orang yang dipandang luas dan dalam
pengetahuannya tentang agama Islam.
2. Kiai adalah cermin orang yang patuh menjalankan syari’at agama Islam.
3. Kiai adalah penjunjung moralitas Islam dan sekaligus penterjemah dalam
perilaku sehari-hari, mereka diberi predikat orang shaleh.
4. Kiai merupakan tempat pelarian untuk mengadukan kesulitan hidup, tidak
hanya soal agama tetapi juga tentang hal-hal duniawi yang kadangkala bersifat
sangat pribadi.
5. Kiai merupakan tokoh yang mempunya kemampuan membantu usaha-usaha
24
6. Kiai memiliki latar belakang pendidikan pondok pesantren yang juga dihargai
cukup tinggi oleh masyarakat, artinya karena pengalaman pendidikannya itu
Kyai merupakan barisan orang terdidik.
7. Kiai kebanyakan memiliki status ekonomi yang tidak rendah di masyarakat.
8. Kiai memiliki nasab keluarga yang dipandang tinggi.
9. Kiai sering menjadi penggerak perjuangan.14
Dari uraian diatas, KH. Masyudi termasuk dalam gelongan seorang tokoh
agama yang sangat berpengaruh dikalangan masyarakat. Beliau yang akrab
dengan panggilan kiai Barongan tersebut, beliau merupakan Bagian dari
kontribusi cendikiawan muslim untuk melanjutkan menyebarkan ajaran islam.
Beliau sebagai seorang kiai yang dikenal oleh masyarakat Probolinggo Jawa
Timur lebih tepatnya di desa Tanjungsari. Dengan kepribadian biliau yang
sederhana, berwawasan luas, berfikir modern, teguh pendirian dan istiqomah
dalam hal apapun, Konsisten mendidik santri dan mengelola pesantren dan
sehingga meskipun ada tawaran untuk menjadi anggota dewan ataupun beliau
tawaran yang lain tidak menghiraukan dan tetap mengelola pesantren.
KH. Masyhudi menjadi pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid Selama
tiga puluh dua tahun. Beliau sebagai pengasuh, beliau mempunyai kebijakan
umum dalam pondok pesantren tersebut, maka beliau mempunyai peran yang
sangat besar dan menentukan apa yang dinahkodain. Beliau menginginkan semua
para santri-santrinya di Pondok Pesantren Darut Tauhid bisa menjadi orang-orang
yang berakhlakul karimah, berilmu, taat, bermanfaat, sukses dan maju.
14
Afwin Muhafatul Aula, “Peranan Kh. Abdullah Faqih Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban (1971-2012)”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab dan Humaniora, Surabaya, 2016), 74
25
sebagaimana isi doa yang selalu beliau panjatkan semenjak awal merintis
pesantren sampai wafatnya. 15
KH. Masyhudi merupakan sesosok tauladan bagi santri, guru dan juga
masyarakat. Qiyamullah (shalat tahajut), shalat dhuha, puasa sunnah telah menjadi
kebiasaan beliau sejak masih nyantri di Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong. Setiap hari beliau menularkan ilmu, pemikiran dan pengalaman
kepada santri-santriwati baik dalam forum kuliah subuh maupun pengajaran
formal di kelas. Beliau tak segan untuk terjun langsung membangunkan santri,
mengumandangkan adzan, membereskan sarana prsarana pondok seperti urusan
air, kebersihan dan urusan-urusan sederhana lainnya. Beliiau merintis pesantren
dari nol beliau juga sering mengisi pengajian lewat khutbah-khutbah, bahkan
sebelum menjadi kiai besar seperti sekarang, ketika disuruh khutbah selalu mau
meskipun tidak dibayar, hingga sekarang masih sering diundang di suruh mengisi
khutbah.16
Dalam kiprahnya kiprah ditengah-tengah masyarakat tepatnya di Desa
Tanjungsari dan sekitarnya, beliau sangat dipentingkan dan sering masyarakat
sekitar miminta beliau untuk mengisi khutbah juma’at, berdo’a / mimpin
baca-bacaan diacara walimatul ursy, kemataian, dan juga mengobatin orang sakit.17
KH. Masyhudi di tengah masyarakat merupakan sebagai tauladan
masyarakat-masyarakatnya, karena sebagian orang menganggap beliau itu disebut
nduwe ilmune gelem tirakate, jadi Darut Tauhid maju itu dikarenakan ada yang
mengatakan karena nduwe ilmune gelem tirakate. Ilmune itu di mulai waktu
15
M. Niwan, Wawancara, Probolinggo, 4 Oktober 2016.
16
Agus Salim, Wawancara, Probolinggo, 10 Oktober 2016.
17
Ibid.
26
mondok dan tirakatnya itu siapa saja yang pernah mondok di Darut tauhid semua
tau bahwa beliau bisa dibuat tauladan terutama dalam hal akhlak, ibadah dan
tawadu’. jadi semua masyarakatnya sudah mengetahui. Dari sholat tahajut yang
sudah dilakukan hingga ahir hayatnya. Sebagaian besar orang mengetahui
termasuk pondok pesantren darut tauhid maju bukan karena dari iklan-iklan tetapi
dari mutu alumni dan keteladanan kiainya. Jadi KH. Masyhudi merupakan kiai
yang benar-benar bisa dicontoh buat santri-santrinya karena setiap hari ada di
pondok dan setiap subuh selalu ada ngisi ceramah, hidupnya selalu ada buat
pondoknya. Orang bisa melihat langsung bahwa bagaimana model kiai sehari-hari
termasuk masyarakat Tanjungsari. disamping itu beliau juga masih tetap ngajar,
walau keadaan sakit dan sepuh. Namun dengan kaadaan beliau yang tidak
memungkinkan ngajar beliau dikurangin. Salah satu dari beliau yang salur kepada
anak didiknya (santri) adalah Al-quran.18
Di sela-sela kesibukan mengelola pesantren, beliau juga aktif menjalin
silaturrahmi dengan banyak orang. Sehingga beliau dekat dengan berbagai
kalangan, baik masyarakat biasa, pendidik, sastrawan, pengusaha, politisi, pejabat
maupun kalangan lainnya. KH. Masyhudi dalam kiprahnya di masyarakat sebagai
da’i di Desa Tanjungsari.
18
Ibid.
BAB III
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN DARUT TAUHID A. Letak Geografis Pondok Pesantren Darut Tauhid
Secara geografis, letak pondok pesantren berada di desa Tanjungsari
Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Sebuah desa yang
berjarak sekitar 6 kilometer ke arah timur pondok pesantren Zainul Hasan
Genggong, Pajarakan Probolinggo. Adapun tata letak pondok tersebut tidak jauh
dari pemukiman masyarakat desa Tanjungsari yaitu tepatnya di dusun Tempolong
desa Tanjungsari Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo.
Dusun Tempolong tepat di mana pondok pesantren Darut Tauhid berdiri,
masyarakatnya beragama Islam. Ada beberapa fasilitas keagamaan yang
menunjang seperti 3 musholla (langger) dan 1 masjid. Antara masjid dan pondok
pesantren berjarak sekitar 500 meter ke arah timur.
Ditinjau dari aktivitas kebanyakan masyarakat sekitar, mayoritas penduduk
desa Tanjungsari menguntungkan nafkahnya pada sektor bidang pertanian.
Sedangkan pola penggunaan lahan pada sektor pertanian adalah menanam
tembakau dan padi. Secara Monografi desa, jumlah kependudukan desa
Tanjungsari 1.359 orang antara lain 677 laki-laki dan 682 perempuan yang terdiri
dari Kepala Keluarga 415 orang.1 Berikut tabelnya.
1
28
TABEL 3.1
Jumlah Kepala Keluarga
Keluarga Pra Sejahtera 297 KK
Keluarga Sejahtera I 75 KK
Keluarga Sejahtera II 26 KK
Keluarga Sejahtera III 11 KK
Keluarga Sejahtera III plus 6 KK
Letak pondok pesantren yang cukup strategis yaitu tepat berada di pinggir
jalan dan pesawahan tentu tidak menyulitkan bagi para orang tua yang
menginginkan putra-putrinya belajar di pondok pesantren Darut Tauhid. Hal lain
adalah, letak pondok pesantren ini berada diperbatasan antara desa Tanjungsari
dan desa Kuripan dan hanya dibatasi oleh pesawahan sekitar 1 kilo meter. bahwa
di desa Tanjungsari hanya ada satu pondok pesantren, yaitu Darut Tauhid itu
sendiri. Mengenai luas tanah pondok pesantren terus mengalami perluasan yang
sejak semula hanya 1 hektar kini menjadi 3 hektar. Sedangkan bangunannya
mencapai kurang lebih 2 hektar.2
B. Ide Berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauhid
Pesantren merupakan lembaga yang mengiringi dakwah islamiyah di
Indonesia memiliki persepsi yang plural. Pesantren dapat dipandang sebagai
lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling
populer adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami konjungtur dan
2
29
romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun
eksternal.3
Pesantren adalah pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid
mendapat pelajaran dari kiai dan para guru/ustadz/ustadzah. Pelajaran mencakup
berbagai bidang tentang pengetahuan Islam.4 Sedangkan menurut Nurcholis
Madjid asal usul kata santri dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat
yang mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari
bahasa sanskerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini berdasarkan bahwa kaum
santri adalah kelas literary yang mendalami agama melalui kitab-kitab kuning
bertuliskan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa santri
sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata cantrik, yang berarti seseorang
yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru ini pergi menetap.5
Keberadaan pondok pesantren sebagai tempat pengembangan pendidikan
khususnya pengetahuan agama islam membawa berkah tersendiri bagi sebuah
desa. Secara sosial, pesantren adalah institusi yang mandiri. Biasanya, pesantren
hidup ditengah-tengah masyarakat yang mendukungnya. Pesantren sendiri
biasanya didirikan atas kebutuhan masyarakat, dan dibesarkan atas partisipasi
masyarakat setempat. Bahkan tidak sedikit pesantren di Indonesia yang didirikan
diatas gotong royong seluruh pihak masyarakat.6 Sebagaimana dirasakan oleh
3
Mujamil Qamar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), xiii.
4
Muhammad Addib Zubaidi, “Sistem Pendidikan Dakwah Pondok Pesantren Nurul Haromain Pujon Malang Dan Perkembangannya”, (Skripsi, Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Sosial, Malang, 2012), 18.
5
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholis Majid Terhadap Pendidkan Islam Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 61.
6
Abdul Kadir Riyadi, Meneguhkan Peranan Pesantren sebagai Jangkar Pemberdayaan Ekonomi Umat, dalam Majalah Genggong, edisi IV/XII 2012, 16.
30
masyarakat Desa Tanjungsari, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo
atas berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid yang didirikan oleh KH.
Masyhudi atau yang akrab dengan sapaan Kiai Barongan.
KH. Masyhudi mendirikan Pondok pesantren Darut Tauhid pada tahun
1984.7 Melihat dari namanya pondok pesantren ini memang mempunyai ikatan
historis, psikologis, dan filosofis. Sebagaimana penjelasan di awal, KH. Masyhudi
merupakan alumnus pondok pesantren Zainul Hasan Genggong yang tidak
tanggung-tanggung ngangsu keweruh selama 22 tahun.
Setiap apa yang ada di bumi, tentu memiliki permulaan dan pada nantinya
akan menjadi album waktu. Itulah sejarah. Begitu juga dengan ide berdirinya
pondok pesantren ini merupakan amanah dari seorang guru yaitu dari KH. Hasan
Saifurridzal. Dari Kiai Hasan Saifourridzal, Kiai Masyhudi mendapatkan sebuah
amalan untuk berpuasa selama 41 hari. Setelah dijalani puasa selama 41 hari
tersebut, Kiai Masyhudi bermimpi bertemu KH. Muhammad Hasan Genggong.
Dalam mimpi tersebut, KH. Moh. Hasan Genggong berseru, “ya Masyhudi,
ta’al, Masyhudi. Singgasanamu telah sudah habis, kamu harus banyak istighfar”.
Mendapati mimpi tersebut, Kiai Barongan terbangun dan merasa tertegun.
Berangkat dari mimpi tersebut, Kiai Barongan mengingat-ingat dosa apa
yang pernah ia perbuat baik diluar atau pun selama masih nyantri di pondok
pesantren pesantren Zainul Hasan Genggong hingga membuat Kiai Sepuh
menegur sekeras itu. Akhirnya, Kiai Barongan datang ke pondok pesantren Zainul
Hasan Genggong ingin sowan dan menanyakan mimpinya kepada KH. Hasan
7
31
Saifurridzal. Namun, KH. Hasan Saifurridzal malah menyuruh Kiai Barongan
untuk pergi ke maqbarohnya (makam) KH. Mohammad Hasan Genggong
langsung sebelum sempat bersalaman. Setelah kepulangan dari makbaroh beliau
kedatang satu tamu, maksud dari kedatangan tamu tersebut ingin menjadi santri
beliau.
Dengan latar belakang mimpi dari seorang guru dan kedatangan tamu yang
ingin jadi santri ini inilah, KH. Masyhudi berani mendirikan pondok pesantren
Darut Tauhid dengan penuh tawakkal kepada Allah SWT.8 Dengan tanpa
keraguan, KH. Masyhudi atau yang kerap dikenal dengan Kiai Barongan ini
mendirikan pondok pesantren yang pada mulanya hanya satu musholla dan satu
gubuk (asrama). Sebelum itu, memang kehadiran Kiai Barongan ke desa
Tanjungsari kedatangan tamu bernama Khozin. Khozin adalah orang pertama
yang ingin menjadi santri Kiai Barongan. Namun, hanya dua minggu Khozin
bersama dengan beliau setelah itu ia pulang.
Dalam catatan wawancara Majalah Genggong pada KH. Masyhudi semasih
hidup, beliau menuturkan bahwa kepulangan santri pertamanya dimaklumi karena
tempat tinggal yang mungkin masih belum layak. Ternyata tidak lama kemudian,
Khozin datang kembali dan tidak hanya seorang diri, melainkan dengan
temannya. Kedatangan Khozin dan temannya membuat Kiai Barongan kaget,
karena dia (Khozin) masih ingin mondok lagi di tempat beliau sekaligus dengan
temannya.9
8
Majalah Genggong, Pondok Darut Tauhid; Berawal dari Mimpi, IV/XII 2012.
9
Ibid.
32
Selain berangkat dari mimpi ide berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid,
Kiai Barongan ingin mengamalkan ilmunya selama masih mondok di pesantren
Zainul Hasan Genggong. Pondok pesantren sebagai wadah untuk menampung
para santri yang ingin didirikan oleh Kiai Barongan sempat ada perbedaan
pendapat dari keluarganya. Pasalnya, kehidupan yang hanya serba kecukupan
ditambah lagi tiga buah hatinya yang masih kecil. Namun, amanah dari guru dan
keinginan mulia tersebut dapat berjalan dengan lancar berkat usahanya menjadi
tabib. Menurut salah satu pengakuan Hasyim warga dusun Opo-opo Pendil,
Kecamatan Krejengan bahwa selain menjadi kiai, beliau juga menjadi tabib. Tidak
sedikit masyarakat dari beberapa desa yang berobat kepada Kiai Barongan.10
Darut Tauhid yang menjadi nama pondok pesantren ini merupakan nama
yang diberikan oleh Gurunya langsung yakni KH. Hasan Saiful Islam putra dari
KH. Hasan Saifourdzal yang berasal dari desa Karangbong kecamatan pajarakan
kabupaten Probolinggo dan salah satu pengasuh pondok pesantren zainul hasan
genggong, KH. Hasan Saiful Islam juga mendapatkan dari gurunya diwaktu
belajar di Makkah.11
Dengan berdirinya Pondok pesantren Darut Tauhid, kemudian timbullah
suatu ide tentanng visi dan misi. Visi adalah gambaran yang diinginkan di masa
depan. Visi dan misi merupakan pandangan kedepan, arahan sekaligus motivasi
serta kekuatan gerak bagi seluruh jajaran yang terlibat dalam pengembangan
pesantren ini. Lebih dari itu, visi daan misi juga dipandang sangat penting untuk
menyatukan persepsi, pandangan dan cita-cita, serta harapan semua pihak terlibat
10
Hasyim, Wawancara, Probolinggo, 11 Oktober 2016.
11
33
di dalamnya. Keberhasilan dan repotasi sebuah lembaga pendidikan bergantung
pada sejauh mana visi dan misi yang dimilikinya dapat dipenuhi. Oleh karena itu,
setiap lembaga pendidikan di perlukan rumusan visi dan misi untuk mencapai
tujuan dan cita-citanya, baik dalam jangka waktu panjang maupun dalam waktu
jangka pendek
Pondok pesantren didirikan bukan hanya semata mata didirikan saja,
melainkan mempunyai tujuan yang positif, terutama bagi kalangan masyarakat
sekitar. Tujuan pendidikan pesantren adalah meciptakan dan mengembangkan
kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman, bertakwa kepada tuhan,
berakhlak mulia, bermamfaat bagi masyarakat serta menyebarkan agama dan
menegakkan agama islam ditengah- tengah masyarakat.
Pondok Pesantren Darut Tauhit mempunyai tujuan yang jelas yaitu
mengajak santri maupun kalangan masyarakat untuk memperdalam agama islam,
supaya kelak dalam melangkah dengan berpedoman Al-Quran dan Hadits. Selain
itu, agar mempunyai sifat berakhlakul karimah yang sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad SAW.
Dalam mewujudkan tujuannya, pondok pesantren darut tauhid mempunyai
visi misi yang kuat sehinggga dalam perkembangannya kelak mempunyai tujuan
yang jelas dan adapun visi misi pondok pasantren tersebut meliputi sebagai
berikut:
1. Visi
Mewujudkan manusia beriman, bertaqwa, berilmu, dan berakhlakul karimah.
34
a. Melatih pembiasaan berbuat sifat-sifat terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
b. Melatih pembiasaan melaksankan ibadah baik yang wajib maupun yang
sunnah.
c. Melaksanakan bimbingan Al-Quran dan membaca kitab salafiyah.
d. Menyelenggarakan bimbingan belajar yang disesuaikan dengan kemampuan
santri.
e. Melaksanakan bimbingan terpadu antara kegiatan Pesantren dengan
kegiatan sekolah.12
Jika dicermati dengan seksama, visi dan misi yang ditanamkan pondok
pesantran darut tauhid dengan jelas menggambarkan bahwa lembaga pendidikan
ini memiliki pandangan yang jauh kedepan tentang pendidikan islam sekaligus
adanya keinginan yang kuat untuk memainkan peran yang otimal dalam
memainkan dunia pendidikan untuk kepentingan umat, bangsa dan negara.
Setidaknya ada dua semangat yang muncul dalam visi tersebut, yakni semangat
keagamaan dan semangat keunggulan.
Dari visi dan misi diatas dapat diketahui darut tauhid tidak mengharuskan
semua santri untuk mejadi mubagligh atau kiai, tetapi meraka dibari kebebasan
untuk menjadi apapun dan bergerak di bidang apapun asal tetap dalam karangka
insan yang muslim, mukmin dan mukhsin. Adapun pondok pesantren darut tauhid
dalam mencapai visi dan misi diatas, adalah berpijak dalam prinsip-prinsip”diatas
dan untuk semua golongan”, yang diharapkan dalam perinsip tersebut nantinya
para santri setalah tambat dapat menjadi perekat umat islam.
12
35
Sehubungan dengan hal itu, pondok pesantren darut tauhid juga
mempunyai tujuan untuk mendidik santri menjadi muslim yang bertakwa kepada
Allah SWT, berakhlakulkarimah, berwawasan luas, terampil mendiri, dan
berdedikasi kepada agama, masyarakat dan negara untuk mencapai semuanya itu,
santri dalm sehariannya dilatih dan didik secara terus menerus dalam berdisiplim
dan patuh pada pemimpinnya (pengurus). Karena dirasa, bahwa sikap disiplin dan
patuh adalh kunci awal dari kesuksesan nantinya akan menumbuhkan rasa
tanggung jawab pada diri santri. Setiap lembaga pendidikan islam, apalagi
pesantren, hampir dipastikan selalu membawa visi keagamaan.
Semangat kegamaan seprti tergambar diatas tampaknya meliki kemiripan
dengan misi pondok pesantren zainul hasan genggong. bahkan, dalam ukuran
tertentu, dapat dikatakan bahwa, visi dan misi pondok pesantren darut tauhid
banyak dipengaruhi oleh visi dan misi pondok zainul hasan genggong. hal ini
dapat dimaklumi, karena pendiri pondok pesantren darut tauhid dan beberapa
orang terlibat dalam pengelolahannya, adalah jebolan pondok pesantren darut
tauhid.
Sumber kewibawaan seorang kiai sesunggunya ada bermacam-macam.
Yang pertama tentu saja adalah sumber kewibawaan moral yang muncul dari
superiolitasnya dibidang keagamaan. Dimata para pengikutnya kiai selain meliki
pengetahuan keagaam juga memiliki kekuatan spritual.13
13
Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren Kiai Langgar Di Jawa (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1999), 155.
36
Perjuangan dalam mendirikan pesantren tidaklah mudah. Maka dengan itu
sesosok penagasuh yang kharismatik dan penuh tauladan perlu kita ambil sebagai
pelajaran. Dengan kemampuan yang ada, KH. Masyhudi telah berasil
menanamkan benih kehidupan yang cerdas dan berwawasan luas dengan
mendirikan sebuah pondok pesantren yaitu Pondok Pesantren darut Tauhid di
Desa Tanjungsari Probolinggo.
Pondok Pesantren Darut Tauhid pada awal pertumbuhan sistem pendidikan
yang diterapkan adalah sistem pendidikan nonformal, yakni sistem sorogan dan
sistem wetonan. Para santri membentuk suatu lingkaran mengelilingi kiai yang
memberikan keterangan-keterangan dari kitab yang telah dibaca, atau satu persatu
murid maju menghadap kiai untuk belajar membaca kitab dengan diberi makna.
Hal demikian pada umumnya pelajaran di pondok pesantren berlangsung dengan
duduk bersila diatas tikar tanpa tulis, bangku dan kursi. Pembagian kelas belum
dikenal sebelumnya, maka pengajarannya juga tidak ditentukan.
Beliau menancapkan tradisi kepesantrenan dengan kitab-kitab yang dikaji
pada masa awal adalah menekankan pada pengajaran Al-qur’an dan kitab-kitab
yang mengandung ketauhitan dan ketabiban. Sedangkan dari keduanya yang
sering diajarkan adalah ilmu tauhid tentang keesaan Allah, karena pada saat itu
masyarakat Tanjungsari sangat memerlukan ilmu tauhid dengan keadaannya yang
masih kurang memahami agama Islam. Waktu yang dimiliki santri sangat sedikit
karena kesibukannya membantu orang tua disisi lain dia bekerja di sawah.
Pelaksanaan pembelajarannya hanya setelah sholat ashar, setelah maghrib, setelah
37
Seiring dengan perkembangan zaman banyak berbagai bidang keilmuan
yang berkembang lebih maju dari sebelumnya, terutama dalam bidang
pengetahuan dan teknologi, maka begitu juga dengan pesantren dalam
mempertahankan nilai-nilai islam yang berpegang pada kaidanya. Karena sejak
awal bertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah menyiapkan santri
mendalami dan menguasi agama islam atau lebih dikenal dengan Tafaqqun
Fiddin, yang diharapkan dalam mencetak kader-kader ulama dan mencerdaskan
masyarakat, dakwah dalam ikut menyebarkan agama islam dan benteng pertahan
ummat dalam bidang akhlaknya.
KH. Masyhudi sebagai pengasuh pondok pesantren darut tauhid yang kreatif
dan inovatif, beliau selalu membenah diri untuk perkembangan pondok pesantren
yang dikelolahnya, sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan santri
unuk bekal setalah keluar dari pesantren, pesantren yang sebelumnya hanya
menggunakan sistem pendidikan non formal saja dan mulai tahun 1990, beliau
mulai memasukkan unsur pendidikan formal. Adapun pendidikan formal yang
pertama beliau dirikan adalah Taman Kanak-Kanak (TK), kemudian pendidikan
dasar dan menengah.
C. Beberapa Pioner Dalam Pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid
Baik berdasarkan amanah atau pun keinginan dari seorang kiai untuk
mendirikan pondok pesantren tentu tidak terlepas dari peran masyarakat
disekitarnya. Seperti halnya pondok pesantren Darut Tauhid di mana
kehadirannya merupakan bagian dari dukungan masyarakat setempat. Memang,
38
ingin dihadirkan, melainkan masih banyak rintangan dan halangan yang harus
seseorang tempuh untuk mewujudkan ide besarnya dalam tataran praktis.
Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang pada awalnya paling
sedikit mendapat perhatian di negeri ini. Ada beberapa alasan yang mendukung
statemen tersebut. Pertama, pendidikan di negeri ini masih belum sepenuhnya
mampu melepaskan diri dari watak elitis yang diwarisinya dari pendidikan
kolonial. Kedua, adanya kesulitan untuk mengenal pesantren dari dekat sebagai
sebuah lembaga pendidikan yang semula didirikan untuk mengembangkan
ilmu-ilmu pengetahuan agama. Ketiga, adanya kesulitan dalam mengenal tipologi
pesantren, sehingga sangat sulit untuk melakukan penelitian atasnya. Keempat,
karena masih kacaunya pendekatan yang diambil dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di pedesaan.14
Dari 1354 jiwa yang ada di desa Tanjungsari, hanya 10% dari mereka yang
menyutujui berdirinya pondok pesantren. Tidak heran jika perkembangan dalam
segi bangunan cukup lama dan memakan waktu. Menurut pengakuan Abdullah
“saya tidak menyangka pondok yang ingin didirikan oleh Kiai Barongan tetap
bertahan. Pasalnya, selain santri yang masih sedikit masyarakat yang ikut
membantu juga sedikit. Berbekal pasrah dan tawakkal kepada Allah SWT saya
dan teman-teman tetap melanjutkan membangun satu-demi persatu asrama dan
tempat sekolah bagi santri”.15
Peneliti mencoba mengunjungi para pioner pondok pesantren Darut Tauhid
baik dari santri atau pun masyarakat setempat yang pernah memperjuangkan
14
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2001), 75.
15
39
berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid. Diantara para pioner pondok
pesantren adalah:
1. Abdullah
Abdullah adalah santri Kiai Barongan selama 10 tahun yang berasal dari
desa Tanjungsari, dusun Kelompangan Partisipasinya dalam pembangunan dan
pengembangan pondok pesantren Darut Tauhid yaitu selama menjadi santri
sampai ia menjadi alumni. Abdullah menuturkan bahwa tidak semudah yang
kita bayangkan. Dalam setiap kegiatan pembangunan secara fisik rintangan
yang kita hadapi adalah perihal dana. Selama menjadi santri, yang dketahui
Abdullah perihal dana yaitu dari Kiai Barongan sendiri berkat dari orang yang
berobat kepada Kiai Barongan.16 Sebagaimana kita ketahui bahwa Kiai
Barongan tidak hanya sekedar Kiai, melainkan juga menjadi tabib.
2. Arsi’un
Arsi’un adalah santri satu angkatan dengan Abdullah. Ia hanya selisih
satu bulan setelah Abdullah ada di pondok pesantren. Selama Arsi’un ada
dipondok pesantren Darut Tauhid, di masih berumur 17 tahun. Meminta
sumbangan bambu kepada masyarakat adalah tugasnya. Menurut
penuturannya, Arsiun yang menjadi kordinatror pencari bambu itu hanya
sendirian. Namun ketika hendak memindahkan bambu tersebut dari pesawahan
masyarakat dia mengajak dua temannya yaitu As’ad dan Agus. Bambu-bambu
tersebut dijadikan sebagai tiang dan pagar dipinggir asrama.17
3. Halim
16 Ibid.
17
40
Santri yang satu ini menuturkan bahwa selama dipondok pesantren,
selain ngaji kitab kuning pada sore dan malam hari, sekitar jam 8 dia
mempunyai tugas menggali lubang yang nantinya dijadikan sebagai pondasi
pondok pesantren.18 Selain itu, dia juga kebagian membuat pagar dari bambu
yang sudah diangkut oleh Arsi’un, As’ad dan Agus.
4. Amiruddin
Selama Amiruddin mondok, ada tiga asrama dan itu hanya untuk santri
putra. Menurut Amiruddin belum ada santri putri yang mondok disana.
Sehingga, pondok pesantren hanya diperuntukkan santri putra saja dan
aktivitasnya pun masih minim seperti hanya belajar al-Quran dan ngaji kitab
kuning. Seperti santri-santri yang lain Amiruddin juga menjadi pioner
berdirinya pondok pesantren Darut Tauhid. Sebatas ingatannya kala menjadi
santri Amiruddin kebagian menimba air dari sungai yang tidak jauh dari
kawasan pondok. Namun, aktivtas-aktivitas yang lain juga turut ikut andil.19
5. H. Samsuddin
Samsuddin adalah masyarakat Desa Tanjungsari. Menurut
keterangannya, “pada saat Kiai Barongan berdomisili di Desa Tanjungsari,
saya masih sudah memiliki satu anak. Kira-kira setahun setelah menikah saya
tahu kalau Kiai Barongan ingin membangun pondok pesantren. Partisipasi saya
waktu itu hanyalah membuat atap dari anyaman daun tebu. Tidak lebih dari itu.
Maklum, waktu itu saya juga harus pergi ke sawah, jadi kalau ada waktu
18
Halim, Wawancara, Probolinggo 7 Oktober 2016.
19