• Tidak ada hasil yang ditemukan

KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq kaligrafer nasional.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq kaligrafer nasional."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ KALIGRAFER NASIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh:

Ipung Firdaus

NIM : A7.22.13.123

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang “KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Kaligrafer Nasional”, rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah: (1) Bagaimana Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq? (2) KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq menjadi kaligrafer Nasional? (3) Bagaimana tanggapan takmir Masjid tentang kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq?.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode sejarah. Adapun metode penulisan sejarah yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik (mengumpulkan data-data tentang perannya sebagai kaligrafer nasional), verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi (penafsiran), serta historiografi (penulisan sejarah). Dalam skripsi ini penulis menggunakan teori kharismatik dan kepemimpinan yang dikutip oleh Soerjono Soekanto. Teori ini merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang.

(7)

ABSTRACT

This Thesis is about “KH. Muhammad Faiz Abdul Razaq The National Calligraphy”, the formulation of the problem in this thesis research is. (1) how the biography of KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq. (2) KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq became the National Calligrapher. (3) how the response takmir the Mosque about the calligraphy of KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.

In answering the problem, the researcher uses historical method. The historical writing method used by the author is to use some steps of heuristics (collecting data about his role as a national calligrapher), verification (criticism of data), interpretation (interpretation), and historiography (historical writing). In this thesis the author uses the theory of charismatic and leadership cited by Soerjono Soekanto. This theory is an authority based on charisma that is a special ability that is in a person.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... . iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 8

F. Penelitian Terdahulu ... 10

G. Metode Penelitian ... 12

(9)

BAB II PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH KETINTANG SURABAYA

A. Latar Belakang di Dirikannya Pesantren Alquran Nurul

Falah Ketintang Surabaya ... 20

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Berdirinya Pesantren Alquran Nurul Falah Ketintang Surabaya ... 28

D. Struktur Kepengurusan Pesantren Alquran Nurul Falah Ketintang Surabaya ... 30

BAB III PERKEMBANGAN PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH KETINTANG SURABAYA TAHUN 2000-2016 A. Perkembangan Santri, Ustad-Ustadzah dan Karyawan ... 40

B. Metode Tilawati …………... ... 47

C. Cabang Tilawati Pesantren…………... ... 58

D. Sarana dan Prasarana…………... ... 61

BAB IV KEGIATAN DI PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH KETINTANG SURABAYA TAHUN 2000-2016 A. Bimbingan baca Alquran (BBAQ) ... 64

B. Pengadaan Diklat Guru Alquran ... 66

C. LAZIS Nurul Falah ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenian ialah sebuah hasil buah imajinasi pikiran manusia yang

secara alamiah dan mempunyai sifat keindahan. Begitu juga dengan

keindahan asalkan ia berbentuk dan mempunyai keindahan maka disebut

seni. Menurut pendapat Oloan Situmorang dalam bukunya seni rupa dan

perkembanganya, kesenian itu terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Kesenian adalah

hasil atau barang sesuatu yang diciptakan manusia sehinga merupakan

keindahan dan untuk mewujudkan rasa keindahan. 2. Kesenian adalah rasa

halus suci yang di pergunakan untuk mencurahkan gambaran batin kepada

pemujaan, kecintaan, ketenangan, hormat, memberi dan menerima sesuatu.

3. Kesenian atau keindahan adalah kesatuan dari ide dan gambaran dalam

pikiran, peleburan lengkap dari ide dengan gambaran dalam pikiran.1

Dari pengertian di atas Oloan Situmorang menyimpulkan bahwa

kesenian itu adalah ungkapan rasa halus dan suci yang dimanifestasikan

melewati ciptaan buah pikiran manusia yang hasilnya mengandung unsur

keindahan.2

1

Oloan Situmorang, Seni Rupa Pertumbuhan dan Perkembanganya ( Bandung: Angkasa, 1998), 8.

2

(11)

2

Kesenian Islam adalah segala hasil usaha dan daya upaya, buah

pikiran dari kaum Muslim untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Seni

Islam juga diberi batasan sebagai suatu seni yang dihasilkan oleh seniman

atau desainer muslim atau dapat juga berupa seni yang sesuai dengan apa

yang dibayangkan oleh seorang Muslim. Jadi jelas tentang pengertian

kesenian Islam, yang penekananya diartikan bahwa setiap keindahan yang

dihasilkan oleh seniman Islam atau seniman Muslim hendaklah

menggambarkan sikap pengabdian kepada ajaran atau petunjuk Agama

Islam.

Dalam Agama Islam juga diajarkan tentang keindahan

sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani dan al-Hakim didalam

hadisnya: لاّ ّجلا بحي لي ّج ّ ّل ا

Artinya: Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Indah dan menyukai

keindahan. (HR. Muslim).

Dari penjelasan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa

kesenian Islam adalah sebuah karya Insani yang mengungkapkan rasa

keindahan. Pertama, mengekspresikan ruh dan budaya, rasa, karsa

instituisi dan imajinasi sang seniman. Kedua, merefleksikan pandangan

dunia dan hidup penciptaannya.3

3

(12)

3

Dalam perkembangan kesenian selanjutnya akan terlihat menonjol

dalam bidang Seni rupa, Bidang Seni Arsitektur, Seni hias atau Dekorasi

dan khususnya Seni tulis Kaligrafi. Seni tulis Kaligrafi atau yang disebut

seni tulis indah adalah suatu jenis tulisan yang bersumber dari tulisan

Arab, yang pengembanganya telah dimulai sejak berabad-abad yang

lampau yang dimulai dari pemerintahan Dinasti Umayyah (661-750 M)

dengan pusatnya di Damaskus Syiria sampai pada pemerintahan Dinasti

Abbasiyah (750-1258 M) dengan pusatnya di Bagdad, dan berlanjut lagi

pada masa-masa pemerintahan Fatimiyah (969-1117 M), pemerintahan

Ayyub (1171-1258 M), pemerintahan Mamluk (1250-1517 M) dan

pemerintahan Turki Utsmaniah (1299-1922 M) dan pemerintahan Safavid

Persia (1500-1800 M).

Kaligrafi berasal (dari bahasa Inggris yang disederhanakan,

calliggraphy) diambil dari kata latin ‘’kalios’’ yang berarti indah dan

‘’graph’’ yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata ‘’ kaligrafi

adalah kepandaian menulis elok.4 Definisi lain menyebutkan bahwa

Kaligrafi berasal dari dua suku kata, Kallos (indah) dan graphein

(goresan/tulisan). Jika digabung maka kaligrafi bermakna goresan atau

tulisan yang indah.5 Jadi kedua makna di atas tersebut maknanya sama

yaitu tulisan yang indah.

Munculnya seni tulis Kaligrafi menurut sejarah Islam, orang atau

manusia yang pertama kali mengenal tulisan adalah Nabi Adam as. Di

4

Didin Sirojuddin Ar, Seni Kaligrafi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3.

5

Achmad Faizur Rosyad, Bentuk dan Fungsi Kaligrafi Arab dari Jahili sampai Modern

(13)

4

mana pengetahuan tersebut diwahyukan Allah kepada Adam sebagai

modal pengetahuan pertama untuk mengenal nama-nama benda. Hal ini

sesuai dengan al-Qur’an Surah al-Baqarah, ayat 31 yang berbunyi :

ت ك اءّاؤّه ءآ ساب ى ؤب ّا ّل ّاقّف ةّكءآّ لا ّىلّء ّظ ّرّء ش ّا ك ّء ّا سّاا ّ ّدآ لء ّ يق دّص

Artinya : “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu

berfirman: sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu

memang orang-orang yang benar’’.

Tulisan Arab mulai tumbuh dan berkembang sejak Agama Islam

muncul di tanah Arab pada abad 6 M. Mulailah penggunaan tulisan Arab

untuk mencatat ayat-ayat wahyu tersebut pada lembaran daun korma,

tulang, batu, kulit domba dan sebagainya. Dalam penulisan al-Qur’an

secara resmi barulah dimulai pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Di

mana mashaf/tulisan Arab yang dipergunakan adalah Mashaf Ustman

yakni tulisan tanpa membubuhkan tanda harakat (syakl). Penulisan

al-Qur’an selanjutnya mempergunakan Khat Kufie, Khat Raihani, Khat

Tsuluts dan yang terakhir mempergunakan khath Naskhi di mana Khath

Naskhi ini dipergunakan sebagai mashaf al-Qur’an di Indonesia.

Di Indonesia sendiri sudah lama mengenal tulisan Arab. Setidak-

tidaknya dalam pertengahan abad ketiga belas Masehi, tulisan Arab sudah

digunakan oleh golongan yang terbatas di Indonesia. Sebenarnya huruf

(14)

5

belajar al-Qur’an sudah tentu mengetahuinya. Di samping itu sekolah

Agama dan Sekolah Negeri memberikan pelajaran menulis dan membaca

huruf Arab.6 Di Indonesia, berkat peran para kaligrafer yang dengan sabar

menurunkan ilmunya pada siswa-siswanya, perkembangan kaligrafi dari

tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, walaupun masih terlalu

minim, hal tersebut dapat dibuktikan dengan terus meningkatnya

siswa-siswa di lembaga pembelajaran kaligrafi yang didirikan oleh para ahli.

Untuk di daerah Jawa sendiri terdapat 4 lembaga pembelajaran kaligrafi

yang masyhur di masyarakat, di daerah Jawa Barat terdapat Lembaga

Kaligrafi (LEMKA) yang dibina oleh Ust. Didin Sirajuddin AR., di Jawa

Tengah terdapat Pesantren Seni Kaligrafi al-Funun al-jamilah yang dibina

oleh Ust. Asiri., di Jombang Pesantren Mamba’ul Maarif yang bernama

SAKAL (sekolah kaligrafi Al-Quran) yang dibina oleh Ust. Athoillah, dan

tak lupa di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Terdapat Jam’iyatul Khatthathin

yang dibina oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq, salah satu

kaligrafer Nasional.

Telah banyak tokoh di bidang kaligrafi yang terjun dalam dunia

dakwah melalui kemampuan dan ketrampilan dalam menulis kaligrafi, hal

tersebut juga dilakukan oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq, dengan

berbekal kemampuan yang ia miliki dalam seni kaligrafi, dan melihat

antusiasme para pemuda untuk belajar kesenian, ia dengan gigih dan

penuh kesabaran mengajarkan seni kaligrafi. baginya, nilai-nilai dakwah

6

(15)

6

yang terdapat dalam seni kaligrafi yang membuatnya tetap semangat

menularkan ilmunya.7

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ‘’ KH. Muhammad Faiz Abdul Razaq

Kaligrafer Nasional’’.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penulis dalam membuat sebuah skripsi,

maka penulis perlu menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq?

2. Bagaimana KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq menjadi Kaligrafer

Nasional?

3. Bagaimana Tanggapan Ta’mir Masjid tentang Kaligrafi KH.

Muhammad Faiz Abdul Razzaq?

C. Tujuan penelitian

Dalam tujuan penelitian yang akan dibahas penulis berdasarkan

rumusan masalah di atas sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.

2. Untuk mengetahui KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Menjadi

Kaligrafer Nasional.

3. Untuk megetahui Tanggapan Ta’mir masjid tentang Kaligrafi KH.

Muhammad Faiz Abdul Razzaq.

7

Ramadan, Berdakwah Melalui Seni Kaligrafi, dalam

(16)

7

D. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang akan dicapai dari penulisan ini

adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kontribusi wacana bagi perkembangan khazanah keilmuan,

terutama di bidang sejarah dan peradaban Islam.

2. Dapat dijadikan bahan referensi di perpustakaan Adab dan Humaniora,

maupun di perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,

dalam kajian di bidang Sejarah dan Peradaban Islam.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Historis

yang mana penelitian ini akan memaparkan Sejarah perkembangan

kaligrafi, penjelasan tentang pendekatan Historis sendiri adalah

memandang suatu peristiwa pada masa lampau secara diakronis,

memanjang dalam waktu tetapi menyempit dalam ruang. Selain

pendekatan Historis, penelitian ini juga menggunakan Teori sejarah.

Pengertian teori ini adalah suatu perangkat kaidah yang memandu

sejarawan dalam penelitianya, dalam menyusun bahan-bahan (data) yang

di perolehnya dari analisis sumber, dan juga dalam mengevaluasi hasil

penemuannya. 8

8

(17)

8

Teori kharismatik dan kepemimpinan yang dikutip oleh Soerjono

Soekanto. Yang pertama Teori kharismatik merupakan wewenang yang

didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada

diri seseorang.9 Teori kharismatik ini melekat pada orang tersebut karena

anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Orang-orang di sekitarnya

mengakui adanya kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan dan

pemujaan karena mereka menganggap bahwa sumber kemampuan tersebut

merupakan sesuatu yang berada di atas kekuasaan dan kemampuan

manusia umumnya.

Yang kedua teori kepemimpinan, kepemimpinan merupakan hasil

organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi

sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial.

Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa

orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari

pada teman-temannya sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak

lebih menonjol dari lain-lainnya.10

F. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, ada beberapa buku maupun Skripsi yang

merupakan pembahasan dari topik yang akan diteliti. Adapun penelitian

lain tentang Kaligrafi yang sudah diteliti adalah:

9

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), 241.

10

(18)

9

1. Buku karangan Achmad Faizur Rosyad, yang berjudul ‘’Bentuk dan

Fungsi Kaligrafi Arab dari Zaman Jahili sampai Modern, yang

menerangkan tentang sejarah perkembangan tulisan Kaligrafi Arab.

2. Skripsi : Achmad Zain Al-Idris S. Hum, Masjid dan Kaligrafi (Studi

Perbandingan Gaya Kaligrafi Masjid Al-Akbar Surabaya dengan

Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Madura), dalam Skripsi ini

menjelaskan tentang perbeda’an Gaya Kaligrafi di kedua Masjid

Tersebut.

3. Skripsi: Wahib Chasbullah S. Hum, Aliran-Aliran Kaligrafi dalam

Manuskrip kitab Sulam Safinah An Najaat, dalam Skripsi ini dijelaskan

tentang aliran kaligrafi dalam Manuskrip tersebut berada dalam kondisi

baik dan mempunyai beragam Khat antara lain, Khat Naskhi, Khat

Diwani dan Khat Farisi.

4. Skripsi: Rina Noviyanti S. Hum, Amang Rahman Jubair sebagai

seniman kaligrafi (1980-2000). Dalam skipsi ini menjelaskan tentang

perjalanan karir Amang Rahman Jubair sang seniman kaligrafi.

5. Skripsi: H. Teguh Susilo, gaya kaligrafi di Masjid Nasional Al-Akbar,

dalam skripsi ini di jelaskan bagaimana tulisan kaligrafi yang berada di

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, yang sebagai kunci dari

perkembangan kota Surabaya.

(19)

10

G. Metode penelitian

Dalam menentukan penelitian sejarah mulai dari penelitian sumber

sampai dengan penulisan,maka peneliti harus menggunakan metode

penelitian sejarah, yang mencakup empat tahap kegiatan antara lain:

1. Heuristik

Heuristik pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan

oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak

sejarah.11 Langkah awal untuk mengumpulkan sumber data yang

diinginkan adalah sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer adalah data empirik yang diperoleh secara langsung

informan kunci dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara

langsung untuk mendapatkan data-data yang sesuai. Peneliti akan terjun

secara langsung melakukan wawancara. Sumber data primer terdiri dari

subyek penelitian yang terdiri dari beberapa informan mengenai

penelitian yang berjudul KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Sang

Kaligrafer Nasional.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulanya oleh peneliti, misalnya dari majalah,

11

(20)

11

keterangan atau publikasi lainya.12 Berkaitan dengan hal ini maka data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa literatur-literatur

ilmiah dan pendapat para informan tentang pandangan pegiat kaligrafi

mengenai jenis kesenian ini.

2. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber yang

dibutuhkan, kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian

mengenai keabsahan sumber itu. Dalam metode sejarah kritik dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Kritik Ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang

didapatkan otentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis

merupakan relevan, karena penulis mendapatkan sumber tersebut

langsung dari orangnya melalui beberapa wawancara.

b. Kritik Intern adalah uapaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi

sumber tersebut layak untuk dipercaya kebenaranya.

3. Intepretasi

penafsiran data, hal ini dilakukan penafsiran-penafsiran terhadap

fakta sejarah dan perkembangan yang diperoleh dari karya, majalah

ataupun buku buku yang membahas tentang kaligrafi. tahapan- tahapan

bagi penulis ini sangat menuntut unsur kehati-hatian untuk menghindari

interpretasi terhadap fakta yang satu dengan yang lain, agar

mendapatkan kesimpulan sejarah maupun perkembangan ilmiah.

12

(21)

12

4. Historiografi

penulisan sejarah. Ialah tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari

metode historis. Pada tahap ini, fakta-fakta yang telah diinterpretasikan

atau di rumuskan selanjutnya di rangkai sedemikian rupa untuk

mengungkapkan kisah sejarah yang menjadi topik dalam penulisan ini

secara kronologis dan menjelaskan isi beserta maknanya. Untuk tujuan

yang terakhir ialah menciptakan kembali keseluruhan pada fakta

sejarah dengan suatu cara yang tidak mengungkap masa lampau yang

sesungguhya.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini akan di paparkan bab-bab yang akan menjadi

bahasan penelitian. Bab-bab tersebut antara lain adalah:

Pada penelitian skripsi ini di bagian pertama yang akan

menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian

terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Pada bab kedua ini penulis menjelaskan tentang Biografi KH.

Muhammad Faiz Abdul Razzaq, meliputi Genealogi, latar belakang

pendidikan dan perjalanan karir KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq

dalam bidang kesenian kaligrafi.

Pada bab ketiga penulis menjelaskan tentang karya-karya KH.

(22)

13

Qur’an Istiqlal Indonesia dan mushaf Sundawi Jawa Barat dan sebagai

Dewan Hakim Nasional.

Pada bab keempat penulis menjelaskan tentang tanggapan ta’mir

masjid tentang kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq. Meliputi

Masjid al-Akbar Surabaya, Masjid Baitul Haq Surabaya dan Masjid

Agung Sidoarjo.

Pada bab kelima berisi kesimpulan yang memuat inti dari

pembahasan serta saran sebagai motivasi peneliti dalam menghasilkan

(23)

14

BAB II

BIOGRAFI KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ

A. Genealogi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq

Sebuah pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari

pohonnya, begitu pula yang berlaku bagi KH. Muhammad Faiz Abdul

Razzaq, ia adalah putra dari seorang kaligrafer masyhur di Indonesia yaitu

KH. Abdul Razzaq Al-Muhilli. Berkat bakat yang diturunkan serta didikan

dari ayahnya tersebut ia menjadi kaligrafer handal yang banyak

menelurkan kader-kader yang siap meneruskan bakat ayahnya, bahkan

beberapa orang menyebut ia sebagai seorang kaligrafer emas yang dimiliki

oleh Indonesia.

KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dilahirkan di Desa Lengkong

Ulama Tangerang, pada Gubernur Banten Tanggal 11 November 1938. ia

adalah putra sulung dari sebelas bersaudara. ia menikah dengan Hj.

Hanifah dari Sekaran Lamongan pada tahun 1973 dan dikaruniai 7 orang

anak diantaranya: Baligh Hamdi, Mamduh, M. Abduh, Dalillah, Riyadh

Muharrom, Imad Faiz, Ahmad Balsam. Dari ketujuh anaknya tidak ada

yang meneruskan bakat ayahnya dalam berkesenian kaligrafi.

ia telah menekuni khat/kaligrafi sejak usia dini. Bahkan sejak kecil

KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq memang tidak diajarkan huruf-huruf

latin melainkan oleh ayahnya ia terlebih dahulu diperkenalkan dengan

(24)

15

khusus bagi ayahnya untuk diajarkan pertama kali bagi anak-anaknya, tak

terkecuali bagi KH.Muhammad Faiz Abdul Razzaq, maka sejak bangun

tidur ia sudah diajak shalat berjamaah dan menghaji, bahkan terkadang

ayahanda ia agak keras dalam mendidiknya. Namun apa yang ia alami

sejak masa kecil tersebut berbuah manis berupa prestasi-prestasi yang

membanggakan dalam bidang kaligrafi.13

B. Latar Belakang pendidikan

Saat masih bersekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) bakat yang ia

miliki belum begitu tampak, saat itu ia hanyalah seorang siswa MI dengan

tulisan yang sangat jelek, bahkan salah satu murid ayahnya yang

tulisannya lebih baik sering mengejeknya. Sejak saat itu ia bersemangat

untuk memperbagus tulisanya dan lebih giat lagi dalam belajar khat.

Bakat KH. Muhammad Faiz Abdul Razaaq dalam menulis kaligrafi

baru terlihat saat ia berumur 14 tahun dan duduk dibangku SMP, sejak saat

itu ia sudah dapat membantu sang ayah menulis kitab-kitab berbahasa

Arab ataupun tulisan Arab berbahasa Melayu, Sunda, Jawa dan Madura.

Pada tahun 1952, keluarganya pindah ke Malang, ayahnya yang

merupakan pegawai Negeri Sipil lebih memilih keluar dan menjadi penulis

khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya, karena permintaan dari

penerbit yang begitu banyak dan butuh waktu pengerjaan yang cepat,

maka ayahnya memintanya untuk turut membantu menyelesaikan

13

(25)

16

penulisan-penulisan tersebut. Sejak saat itupun keterampilan menulis ia

mulai terasah dan berkembang dengan pesat.

Ia duduk dibangku SMP kelas 3 bagian ilmu pasti dan ilmu alam.

Kepala sekolahnya beliau memanggilnya dan mengatakan bahwa ia tidak

cocok berada di kelas bagian ilmu-ilmu umum. Ia lulus dengan waktu 4

bulan dan lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Ia lantas

melanjutkan pendidikanya di SGHA (sekolah Guru Hakim Agama) di

Malang mengingat banyaknya guru-guru Hakim agama yang dibutuhkan,

dan guru di SGHA meminta ia untuk langsung mengikuti ujian, padahal

saat itu ia baru menempuh satu tahun sekolah, hal tersebut dikarenakan ia

dianggap sebagai siswa yang paling menonjol. Setelah lulus dari SGHA

pada tahun 1958, ia melanjutkan studinya di pondok pesantren Gontor

Ponoroogo. Waktu pendidikan yang seharusnya ia tempuh selama 6 tahun,

hanya dilaluinya dalam waktu 2 tahun 8 bulan.

Selama mondok di pesantren Gontor ia dapat membantu ayahnya

menulis khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya, al-Qur’an yang

sudah rusak ia tulis yaitu tulisan yang kurang hitam dan dihitamkan,

huruf-huruf wawu yang ia beri lubang dengan menggunakan tinta putih. Akibat

perbuatannya tersebut ia diejek oleh santri lainnya dan dianggap stress dan

dilaporkan kepada kiai Imam Zarkasyi, mendengar hal tersebut kiai Imam

Zarkasyi memanggilnya dan malah menjadikannya sebagai guru kaligrafi.

Di antara buku-buku pelajaran pondok pesantren Gontor yang ditulisnya

(26)

17

Selain belajar dari ayahnya KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq

juga belajar pada Amidu al-khattain Sayyid Ibrahimi dari Mesir, ia adalah

guru besar para kaligrafer. Uniknya, KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq

belajar padanya melalui media surat menyurat.

Setelah lulus dari pondok pesantren Gontor ia mengabdikan dirinya

dengan memulai mengajar bahasa Arab, kaligrafi, dan sejarah islam di

MAN Bangil, pesantren Wahid Hasyim, Persis, Sidogiri.

Riwayat pendidikan KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq: SR

(Sekolah Rakyat) Cihuni Banten 3 tahun, SDN Serpong (langsung Kelas

4), Madrasah Diniyah Ibtidaiyah At-Thahiriyah Jatinegara (langsung kelas

4), SMP Muhammadiyah Malang 1952 (tidak tamat hanya kelas 3),

Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) 1954-1956, Pondok Pesantren

Darussalam Gontor Ponorogo 1957-1960, King Abdul Aziz University

Jeddah (tarbiyah) 1979-1984.

C. Karir KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dalam Seni Kaligrafi

KH. Muahammaf Faiz Abdul Razzaq ialah orang yang tekun,

semangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari tak terkecuali dalam

bidang kaligrafi, dari bakat yang di turunkan oleh ayahnya KH.

Muhammad Abdul Razzaq al- Muhilli ia menjadi kaligrafer yang cukup di

kenal oleh masyarakat bahkan sampai ke Nasional.

Perjuangannya memang tak semudah yang dibayangkan untuk bisa

(27)

18

asah untuk mencapai kesuksesaanya dalam berkarya seni kaligrafi. dapat

dikatakan bahwa karyanya yang pertama kali adalah di Mushaf al-Qur’an

Istiqlal Indonesia, awal mulanya yang dapat amanat menulis Mushaf

tersebut ialah ayahnya yaitu KH. Muhammad Abdul Razzaq al-Muhilli,

tetapi pada saat itu kondisi ayahnya sudah tidak terlalu kuat sehinnga

ayahnya menyuruh Faiz untuk meneruskan tulisan Mushaf Istiqlal

Indonesia yang bertempat di Masjid Istiqlal Jakarta.

Setelah selesai berkarya di Mushaf Istiqlal Indonesia, selanjutnya

ialah di Mushaf Sundawi Jawa Barat. Karya Mushaf Sundawi Jawa Barat

tersebut di buat oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dan

teman-temanya. Mushaf tersebut sangatlah menarik untuk di lihat maupun di

baca. Dari uniknya terlihat dari ornamen yang mengelilingi texs al-Qur’an

yang motifnya beraneka ragam, di setiap ganti juz selalu berganti ornamen.

Karya- karyanya selanjutnya ialah di Masjiid al-Akbar Surabaya.

Karya kaligrafi yang berada di masjid ini ialah jenis kaligrafi Tsulust dan

Naskhi tetapi lebih dominan khat Tsulust karena khat tsulust mengandung

keindahan dari setiap alur tulisannya. Pengunjung maupun jamaah yang

shalat di masjid tersebut langsung di suguhkan oleh hiasan khat tsulust

yang menempel di dinding imam. Sedangkan khat naskhi terletak di

bagian atas dinding yang mengitari kubah bagian dalam masjid.

Seakan-akan menambah keindahan bagi orang yang memandang hiasan kaligrafi

(28)

19

Dari karya diatas masih ada lagi disekitar Surabaya yaitu Masjid

Agung Sidoarjo dan Masjid al- Akbar Surabaya. Di Masjid Agung

Sidoarjo tepatnya di baratnya alun-alun. Di dalam masjid tersebut terdapat

juga karya kaligrafi yang di buat oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.

Jenis kaligrafinya ialah khat Tsulust, karya tersebut menempel di dinding

depan dalam masjid yang memanjang mengitari bagian depan masjid.

Masjid Baitul Haq Surabaya tepatnya di depan Kantor Kejaksaan

Tinggi Jawa Timur, masjid ini terletak di Jl. Frontage Ahmad Yani

Siwalankerto Blok No. 36, RT.006/RW.02, Ktintang, Gayungan. masjid

tersebut tampak dari arah selatan ke utara setiap orang yang lewat di depan

masjid pasti akan melihat keindahan ornamen kubah yang begitu indah.

Pengunjung maupun orang yang memasuki masjid tersebut secara

langsung dapat merasakan sejuknya AC dan tak ketinggalan lagi hiasan

kaligrafi yang berwarna emas bergaya khat Tsulust dan Naskhi yang

sangat elok dipandang oleh mata.

KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq juga menjadi Dewan Hakim

MKQ ( musabaqoh khatil Qur’an) tingkat Nasional. Sehingga ia di juluki

Kaligrafer Nasional. Dalam menjadi Dewan Hakim ia sangatlah

profesional dalam membingbing maupun menentukan para juara MKQ

(29)

BAB III

KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ MENJADI KALIGRAFER NASIONAL

A. Macam-macam Jenis Kaligrafi dan Alat-alatnya

1. Khat Kufi

Gaya khat ini lahir di kota Kufah Irak, dan pada perkembangan

selanjutnya dapat menyebar ke sebagian dunia Islam, model khat ini

tulisan Arab yang berbentuk kapital atau bersudut, khat ini memiliki ciri-

ciri tegak lurus, memiliki sudut yang sama antara garis horizontal dan

vertikal dan tidak dapat ditulis dalam sekali goresan.

para khattat umumya menggunakan alat bantu mistar atau

penggaris untuk menulis Kufi, ini dimaksudkan untuk membentuk

goresan-goresan tetap lurus dan simetris, dengan ciri pokoknya sebagai

modal yaitu bersiku- siku, kufi justeru menampilkan kelebihannya, yang

membiarkan dirinya diperkaya variasi dan jadi bahan olahan yang luwes

dalam bentuk- bentuk hasil cipta yang beragam, ditemukan gaya-gaya kufi

yang beranekaragam, seperti Kufi Ma’il (mirirng). Kufi Murabbba’

(kubus), Kufi Muwarraq (flora), Kufi Mudafffar (berkepangan), dan lain

lain.1

1

(30)

21

Contoh Kaidah Khat Kufi

(31)

22

(32)

23

2. Khat Naskhi

Dalam sejarah kaligrafi Islam tulisan bentuk naskhi merupakan tulisan

kursif (tulisan miring) yang pertama kali timbul, yang rumus- rumus

dasarnya ditemukan oleh seorang kaligrafer ternama yang bernama Ibnu

Muqlah (272 H) di Iraq, barulah kemudian hari khat Naskhi menjadi populer

setelah dirancang kembali pada abad ke 10 oleh Ibnu Bawwab dan Ya‟qut

al- musta‟simi serta para pakar lainnya hingga resmi menjadi tulisan resmi

al-Qur‟an.

Hingga saat ini huruf al-Qur‟an atau hijaiyah adalah identik dengan

gaya Naskhi rasm Mushaf Usmani, dapat pula dikatakan bahwa model

inilah yang paling banyak digunakan dalam dunia Islam, dengan alasan

karena mudah dalam menuliskannya dan membacanya. Karakter dari khat

Naskhi adalah lengkungan- lengkungan hurufnya mirip busur atau

berbentuk setengah lingkaran seperti huruf wawu, nun, dan ra‟, za‟.

Sebagian huruf- hurufnya diletakkan diatas garis semi seperti huruf alif, dal,

ba‟, kaf dan fa‟, dan sebagian lainnya menukik melabrak batas- batas garis

seperti huruf ra‟, za‟, dan mim.2

Khat Naskhi biasanya digunakan untuk penulisan buku atau tulisan

resmi lainnnya, oleh karena itu tidak ada bentuk- bentuk jalinan,

bertumpukan, atau variasi huruf, khat Naskhi dijadikan standar tulisan kitab,

khusunya mushaf al- Qur‟an, karena meiliki tulisan yang jelas dan mudah

dibaca, selain itu tulisan Naskhi dapat ditulis dengan cepat, sejak abad IV

2

(33)

24

Hijriyah sebagian besar mushaf sudah ditulis dalam bentuk naskhi bukan

kufi.

Kaidah Khat Naskhi

(34)

25

3. Khat Tsulust

Khat ini diambil dari kata Tsulust yang berarti sepertiga, Khat

Tsulust justru lebih luwes dan plastis, tsulust dapat dikombinasikan dengan

aneka bidang dan ruang yang disediakan: kerucut, persegi panjang, bujur

sangkar, belah ketupat, bulat, atau oval. Rangkaian huruf- huruf tsulust juga

dapat diringkas di ruangan yang lebih sempit daripada kapasitas bunyi

tulisan dengan sitem penumpukan.

Dapat dipastikan, kelebihan-kelebihan Khat Tsulus ini tidak

ditemukan di dalam naskhi, tsulus bertambah manis saat dirangkai dengan

iluminasi, hiasan pinggir, ornament, atau bentuk dekoratfi- dekoratif

lainnnya, kalaupun Naskhi dipaksa mengikuti keluwesan alur Tsulust

(misalnya ditumpuk- tumpuk), maka hasilnya akan jelek dan mungkin

merusak karakteristiknya yang memang telah dirancang menjadi tulisan

sederhana agar mudah dipahami untuk berbagai naskah umum, dan adapun

pena yang digunakan untuk huruf- huruf tsulust sebaiknya dibuat lebih besar

daripada naskhi, dengan ukuran miring boleh sama, ditambah lagi satu pena

yang kecil, kira- kira 40- 30 % lebih kecil daripada lebar pena untuk pokok

huruf, untuk menggores harokat dan tanda- tanda lain seperti Syaddah atau

hiasan, Khat Tsulust akan lebih indah lagi apabila digelar dengan ukuran

yang besar, di dinding-dinding masjid atau kanvas lukisan, dengan warna-

warna yang bagus. Khat ini seringkali digunakan untuk hiasan misalnya di

dinding- dinding masjid, mihrab masjid,3 dan nama-nama surat dalam al-

3

(35)

26

Qur‟an berikut jumlah ayatnya, khat ini jarang digunakan untuk menulis

mushaf al-Qur‟an.

Kaidah khat Tsulus

(36)

27

4. Khat Farisi

Khat Farisi adalah model tulisan Arab Kursif yang muncul di wilayah

Persia pada abad ke 7 H/ 13 M, khat ini pada awalnya disebut dengan khat

Ta’liq karena keindahannnya terletak pada kelenturan hurufnya ketika di

tarik kebawah seakan- akan menggantung, khat ini tidak membutuhkan

syakal atau tanda baca, tetapi Farisi memiliki ketebalan yang sangat berbeda

di setiap hurufnya sehingga dalam penulisannya diperlukan minimal dua

pena,ukuran kecil dan besar.Beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan

yaitu, posisi miring ke kanan, berlainan dengan khatNaskhi, Riq‟ah, atau

Tsulust yang miring ke kiri, untuk menghasilkan goresan tebal tipis

semacam itu, pena di buat sangat tipis, dan sangat miring, boleh sama

dengan untuk pena Diwani, atau tergantung kebutuhan. Jika mengalami

kesulitan membuat lekukan- lekukan tebal tipis hanya dengan satu pena,

boleh digunakan dengan dua pena, yaitu pena besar dan kecil, sebagaimana

cara menulis huruf Tsulust dengan harokatnya.

Pada prinsipnya khat Farisi jarang menerima harokat atau hiasan-

hiasan pembantu, namun boleh memasukkan komponen- komponen tersebut

sekedar tamabahan asal pantas. Keindahan gaya Farisi sangat tergantung

kepada kemahiran mengubah ubah ujung pena, ada huruf yang ditulis hanya

dengan sepertiga lebar ujung pena, seperti gigi sin, kepala ha‟, bulatan atas

shad dan puncak kaf,4 dan tulisan ini banyak dipakai untuk tulisan- tulisan

surat raja, perjanjian- perjanjian negeri pada zaman kejayaan Islam.

4

(37)

28

Kaidah Khat Farisi

(38)

29

5. Khat Diwani

Satu tulisan yang punya arti dan pemakaian luas di dunia muslim

adalah Khat Diwani, yang dipopulerkan oleh kesultanan Usmani di akhir

abad ke-9/15, meskipun hubungan dengan tulisan Persia lebih awal tidak

sejelas Nasta‟liq dan Shikastah, Diwani khusunya dipakai untuk dokumen

resmi, pernyataan/ proklamasi, dan lencana tanda tangan resmi (tughra)

dimana diciptakan untuk setiap sultan Usmani, Diwani tidak pernah

menikmati popularitas untuk penyalinan al-Qur‟an atau prasasti epigrafis.

Tulisan bulat itu dapat dikenali oleh gerakannya yang melimpah ruah dan

hurufnya bertambah dan menaik secara bertahap pada akhir baris, ia

menampilkan ciri kecenderungan pada penggabungan huruf- huruf dengan

posisi luar biasa dan tidak konvensional dan tanda bunyi biasanya tidak

ada.5

Alur goresan untuk Diwani sangat jauh berbeda dengan goresan

untuk Khat Naskhi, Riq‟ah, atau Tsulust. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam Diwani, yaitu goresannnya sangat lentur dan bebas,

seringkali ukuran dan bentuk huruf- huruf dalam satu kalimat tidak seragam,

tergantung kepada kepantasan atau selera penulisnya, untuk memenuhi

kelenturan yang dibutuhkan, maka potongan pena dibuat sangat miring

kurag lebih 50ᴼ. Diwani hampir tidak pernah dibantu oleh unsur- unsur

tambahan seperti harokat atau hiasan bebungaan, boleh digunakan sekedar

untuk memberikan tekanan vokal, misalnya harokat atau huruf akhir, supaya

5

(39)

30

pembaca mengerti maksdunya, hurufnya digoreskan dengan sangat miring

kekiri, saling tumpang tindih antara satu huruf dengan yang lain, rata- rata

hurufnya ditulis di atas garis kecuali huruf jim, ha‟, kha‟, mim, dan lam

akhir, kebanyakan hurufnya bulat melengkung,

Dinamakan Khat Diwani karena tulisan ini awal tumbuhnya khusus

dipakai untuk tugas adminsitrasi perkantoran pada masa Turki Usmani,

dalam bahasa Arab kata Diwani berarti kantor. Khat Diwani ini ada dua

macam, yakni Diwani ‘ādi ( Diwani biasa) dan Diwani Jalī ( Diwani rumit).

Diwani „ādi adalah khat Diwani yang tidak menggunakan hiasan huruf sama

sekali. Sedangkan Diwani Jalī adalah Khat Diwani yang menggunakan

hiasan huruf secara penuh untuk menghindari adanya kekosongan di antara

huruf.6

6

(40)

31

Kaidah Khat Diwani „ādi

(41)

32

6. Khat Riq’ah

Riqa‟ jamaknya Ruq‟ah, artinya “lembaran daun kecil halus”,

darimana nama tersebut didapatkan, diduga berasal dari naskhi dan Tsulust,

bentuk- bentuk asalnya sama dengan huruf- huruf Tsulust, baik dalam

keadaan tunggal mauapun ketika dalam bentuk susunan, Khat Riq‟ah

mempunyai kelainan- kelainan dalam beberapa hal, yaitu, tulisan Riq‟ah

lebih cenderung kepada bulatan- bulatan daripada tulisan Tsulust, huruf-

huruf Riq‟ah lebih halus daripada huruf- huruf yang lainnya, Tarwis atau

janggut sangat jarang atau hanya sedikit sekali, pusat garis lingkaran „ain

tengah dan akhir kerapkali terkatup tanpa lubang, demikian pula huruf fa‟,

qaf, mim, dan wawu adapun, sad, ta‟, „ain tungggal dan awal senantiasa

terbuka.7

Keistimewaannya adalah Khat Riq‟ah sangat cepat jika digunakan

untuk menulis catatan, letak keindahannnya adalah pada kesamaan ukuran

huruf yang ditulis dan kelurusan garis penulisan, khat ini juga sangat sedikit

menggunakan hiasan, dan tidak pula membutuhkan penanda vokal, khat

Riq‟ah ini pada awalnya hanya untuk keperluan pencatatan dan perkantoran,

bukan untuk penulisan mushaf al- Qur‟an, karena tulisan ini banyak

digunakan untuk penulisan lembaran atau surat, maka khat ini disebut

dengan khat Riq‟i.

7

(42)

33

Kiadah Khat Riq‟ah

(43)

34

Contoh alat-alat Kaligrafi:

1. Handam/Pena

2. Tinta Cina

(44)

35

B. KH. Fais dan Karyanya di Mushaf Istiqlal Indonesia

Setiap manusia yang berakal dan berimajinasi pasti mempunyai

karya seni, tetapi karya tersebut berbeda –beda setiap karya seninya

masing-masing. Karya seni Islam yang fenomenal di Indonesia adalah

Mushaf al-Qur‟an Istiqlal Indonesia, Mushaf al-Qur‟an yang berada di

masjid Istiqlal di Jakarta ini memanglah begitu indah bagi yang melihat

Mushaf tersebut.

Mushaf Istiqlal ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada

Festival Istiqlal I, 15 Oktober 1995 (7 Muharram 1412 H), dan

diluncurkan Presiden Soeharto pada Festival Istiqlal II, 23 September 1997

(27 Rabi‟ul Akhir 1416 H). Sebelum diresmikan Mushaf ini telah

mengalami pentasihan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran

Departemen Agama RI, selesai pada 6 Juni 1995 (7 Muharram 1416 H).

Para penulis Mushaf ini adalah KH Abdurrazzaq Al-Muhilli

sebagai perancang pola, KH. Muhammad Faiz Abul Razzaq (ketua). M

Abdul Wasi Ar, H Imron Ismail, Baiquni Yasin, Mahmud Arham,

Islahuddin (anggota), serta H. Muhammad Idris Pirous sebagai asisten.

Mushaf Istiqlal ini ditulis sesuai rasm usmani dengan gaya tulisan

Naskhi.8 Teknik dan pola penulisan Mushaf Istiqlal dirancang oleh sebuah

tim dan para pakar desain grafis dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

8

Bayt al-Qur‟an dan Museum Istiqlal, dalam http://Quran-nusantara.

(45)

36

Mushaf Istiqlal ini tidak jauh beda dengan al-Qur‟an lain yang

beredar di Dunia Islam, kecuali dari segi teknik penulisan dan

iluminasinya. Beberapa spesifikasi yang menjadi ciri khas dari Mushaf

Istiqlal ini adalah sebagai berikut:

1. Surat Al-Fatihah ditulis di dua halaman bersebelahan (kanan dan kiri).

Iluminasi dua halaman tersebut mewakili seluruh ragam budaya

Indonesia (waktu itu 27 provinsi, sekarang 33 provinsi), menghiasi

khat Surah Al-Fatihah sebagai ummul-quran atau induknya al-Qur‟an.

Gambar 1:

Halaman Surah al-Fatihah

2. Seluruh halaman Mushaf Istiqlal dihias dengan beragam iluminasi

yang diinspirasi dari ragam hias seluruh Provinsi, dan didukung oleh

45 wilayah budaya Indonesia. Di samping itu, iluminasi surah

Al-Fatihah (ummul-quran). Tengah Mushaf (nisful-quran), dan akhir

[image:45.595.135.511.222.556.2]
(46)

37

„‟iluminasi nusantara. Setiap 22 halaman, iluminasi berganti dari satu

wilayah budaya ke wilayah budaya lainnya.

3. Setiap awal surah ditulis di awal halaman.

4. Setiap awal juz ditulis dengan huruf lebih tebal, dan terletak di

berbagai posisi, yakni di awal atau di tengah halaman.

5. Iluminasi dirancang oleh para ahli desain grafis Indonesia.

6. Setiap halaman memuat 13 baris, kecuali halaman akhir surah yang

terkadang diisi dengan iluminasi tambahan.

7. Tanda waqof lazim lebih ditonjolkan warna merah dari pada tanda

waqaf lainnya.

8. Tanda-tanda juz‟, Hizb, sajdah dan ruku‟ diberi iluminasi khusus yang

berbeda satu sam lain dan terletak di tepi halaman.

9. Sistem penulisan Mushaf Istiqlal menganut kaidah „‟golden section’’,

yaitu terletak dengan serasi, indah dipandang, dan tidak membuat

bosan mata membacanya.

10.Jumlah halaman 970, lebih banyak dari Mushaf biasanya.

11.Alat tulis (qalam) yang digunakan disebut handam yang banyak

tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan Malaysia.

12.Tinta yang digunakan adalah Martin‟s Black Star India, dan kertasnya

bermerek Durex ex dari Jerman9

Sejarah pembuatan Mushaf Istiqlal. Sebelum dimulainya

penulisan mushaf alquran istiqlal yang indah ini, yang pertama kali

9

(47)

38

menggagas ialah KH. Abdul Razzaq al-Muhilli ayah KH. Muhammad

Faiz Abdul Razzaq, ia ialah perancang pola Mushaf Al-Qur‟an Istiqlal

Indonesia. Namun kondisi ayah Faiz sudah tidak begitu kuat, ayah

Faiz berpesan kepada Faiz. Beliau menyuruh Faiz untuk

menyelesaikan Mushaf Al-Quran. Karena dari beberapa anak dari KH.

Abdul Razzaq al-Muhilli yang berbakat di bidang kaligrafi yaitu KH.

Muhammad Faiz Abdul Razzaq dan adik Faiz yang bernama Abdul

Wasik Abdul Razzaq. Tidak begitu lama KH. Abdul Razzaq

al-Muhilli meninggal dunia, Faiz pun mempunyai tanggungan yaitu

penyelesaian Mushaf Al-Quran Iatiqlal Indonesia. Faiz mengabari ke

pondoknya Gontor bahwa ayah saya telah meninggal dengan

tersenggu- sengguk. Faiz disuruh ketua pondok Gontor ke Jakarta

tepatnya di kantor Masjid Istiqlal Jakarta untuk mengabari kalau ayah

Faiz telah meninggal dunia, sebab ayah Faiz mempunyai hutang

penulisan Mushaf Istiqlal yang belum di selesaikan.

Setelah tiba di kantor Masjid Istiqlal Faiz langsung disambut

oleh jajaran pengurus Masjid Istiqlal, kemudian pengurus

menceritakan semua ke Faiz tentang ayahnya Faiz kalau mempunyai

hutang menulis Mushaf Al-Quran istiqlal. Faiz pun menyetujui

permintaan pengurus tersebut untuk melanjutkan penulisan Mushaf

Istiqlal Indonesia yang bisa di lihat sa‟at ini.10

10

(48)

[image:48.595.154.502.161.531.2]

39

Gambar 2:

Keterangan dimulaiya penulisan Mushaf Istiqlal Indonesia

terjemah: bismillahirrohmanirrohim dengan ini pelaksanaan penulisan

al-Quran Istiqlal Indonesia Secara Resmi dimulai, semoga Allah subhanahu

wata‟ala memberkahinya. Jakarta 7 Rabiul Akhir 1412 H/15 Oktober 1991

(49)

[image:49.595.141.513.105.529.2]

40

Gambar 3:

Menerangakan telah selesainya penulisan Mushaf Istiqlal Indonesia

Terjemah : „‟bismillahirrohmanirrohim dengan asma Allah yang maha

pengasih dan penyayang, dengan mengucapkan alhamdulillah saya

nyatakan Mushaf Istiqlal telah selesai dilaksanakan dengan baik dan

lancar. Sejak tanggal 15 Oktober 1991 sampai dengan 15 September 1995.

Maka Mushaf Istiqlal ini saya persembahkan kepada bangsa Indonesia,

dan ummat Islam seluruh Dunia. Agar kita senantiasa meningkatkan iman

dan taqwa kepadanya. Semoga Allah subhanahu wata‟ala memberi taufiq

dan hidayah-Nya kepada kita, amin. Jakarta 23 september 1995 M/ 27

(50)

[image:50.595.140.503.153.540.2]

41

Gambar 4:

Tanda tashih khusus

Keterangan : bismillahirrohmanirrohim, tanda tashih khusus. Lajnah

pentashih mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia

menerangkan bahwa: Mushaf Istiqlal (ukuran 106 cm x 65 cm) telah di

Tashih oleh lajnah pentashihan Mushaf Al-Quran Departemen Agama

(51)

42

Keterangan : KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq sebagai (ketua),

Muhammad Abdul Wasik Abdul Razaaq, Baiquni Yasin, Mahmud Irham,

(52)

43

Gambar 6:

Penerbitan Mushaf Istiqlal Indonesia

Terjemah : diterbitkan oleh : Yayasan Festifal Istiqlal, Jakarta Indonesia.

Ramadhan 1416 H. Februari 1996 M. Dicetak oleh Jayakarta Agung Ofset

Jakarta Indonesia.

C. KH. Faiz dan Karyanya di Mushaf Sundawi Jawa Barat

1. Mushaf Sundawi

Mushaf Sundawi adalah istilah yang dikaitkan dengan konsep

Desain dan tatanan iluminasi yang diterapkan pada setiap halaman

mushaf ini. Pada prinsipnya ada dua sumber inspirasi atau acuan desain

yang digunakan. Pertama, yang referensinya berasal dari motif Islami

Jawa Barat, misalnya memolo masjid, motif batik, ukiran mimbar,

[image:52.595.140.500.111.534.2]
(53)

44

tidak bersifat anthropomorphic (dari bentuk manusia) ataupun

zoomorphic (dari bentuk binatang). Jenis motif kedua , yaitu desain

yang bersumber pada sejumlah plora tertentu yang khas Jawa Barat,

seperti gandaria dan patrakomola.

Pembuatan Al-Quran Mushaf Sundawi diprakarsai oleh Gubernur

Jawa Barat waktu itu, H. Raden Nuriana. Peresmiannya dilakukan pada

tanggal 14 Agustus 1995 (17 Rabiul Awal 1416 H), pada peringatan

Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan itu Gubernur

membubuhkan „‟Basmalah‟‟ pada lembar awal Mushaf sebagai simbol

dimulainya penulisan Mushaf Sundawi. Untuk mewujudkan al-Qur‟an

yang shahih dalam segi penulisannya dan estetis dalam segi

perwajahannya, dibentuklah tim kerja yang terdiri atas para ulama, ahli

kaligrafi (kaligrafer).

2. Tim pelaksana

Ide/prakarsa: R Nuriana (gubernur Jawa Barat); Pembina ; H Agus

Muhyidin, HMA Sampurna, Drs H Lukman Sutaryan; penanggung

jawab; Drs H Diharna (ketua): pelaksana harian: Drs HM Sholeh

(koordinator): Bidang pelaksana : Mahmud Buchari, ketua: HM Faiz

Abdul Razzaq, Drs H Syarief Hidayat Mhum, Dr Abay D Subarna;

bidang kaligrafi : Drs Wahidin Loekman(ketua), H Abdul Wasi,

Baequni Yasin, Mahmud Arham, H Ahmad Hawi Hasan: bidang desain

(54)

45

3. Data teknis

Al-Quran Mushaf Sundawi dibuat di atas kertas jenis Concueror

Laid, tipe Ripe Art Spesial, warna China White, 250 gr, buatan Inggris.

Dengan prinsip pembagian golden section, dibuat dengan gubahan

dengan ukuran tinggi 77,4 cm dan lebar 45,6 cm. Luas bidang untuk

kaligrafi 38,2 x 54,55 cm. Jumlah halaman 763 halaman. Tinta yang

digunakan adalah bermerek Ph. Martin‟s warna Black Star (buatan

[image:54.595.139.551.245.586.2]

America) untuk khat, dan cat akrilik Winsor dan Newton (buatan .11

Gambar 1:

Halaman Ummul al-Qur‟an Mushaf Sundawi

11

Booklet “ Penulisan al-Qur‟an Mushaf Sundawi”, dalam

(55)

[image:55.595.143.504.111.649.2]

46

Gambar 2:

Halaman Khotmil al-Qur‟an Mushaf Sundawi

Gambar 3:

(56)

47

D. KH. Faiz Sebagai Dewan Hakim Mkq ( Musabaqoh Khatil Qur’an) Nasional

1. Mengenal MKQ dan sejarahnya

Musabaqoh Khat Al-Qur‟an (MKQ) adalah cabang Musabaqoh

Tilawatil Al-Quran (MTQ) yang menekankan kepada kemahiran menulis

atau melukis ayat-ayat Al-Quran. MKQ yang bertujuan mendidik untuk

melahirkan para penulis dan pelukis kaligrafi mahir dan profesional,

memiliki peranan dan fungsi dalam kehidupan individu maupun sosial

pesertanya. Dalam fungsi individual, MKQ berperan sebagai sarana

komunikasi, sumber usaha, dan wahana ekspresi yang penuh nilai estetika.

Sedangkan dalam fungsi sosialnya MKQ membuka jalan dan mendorong

semakin banyak digunakannya kaligrafi untuk segala kepentingan sepeerti

dekorasi masjid dan panggung-panggung atraksi, penulisan buku-buku

pelajaran, mushaf al-Qur‟an, majalah, koran, dan sarana-sarana informasi

tekstual dan visual seperti advertensi dan pameran. Kaligrafi juga

difungsikan untuk medium-medium seni dan sarana peralihan kebudayaan

dan peradaban.

Untuk pertama kalinya kaligrafi dikompetisikan dalam banyak

sayembara pata MTQ Nasional ke-12 tahun 1981 di Banda Aceh disusul

kemudian MTQ Nasional ke-13 tahun 1983 di Padang. Materi lombanya

adalah penulisan ayat-ayat al-Qur‟an dalam bentuk Naskah hitam putih

(57)

48

Pontianak, kaligrafi tidak disayembarakan dan hanya didemonstrasikan di

kain spanduk di muka umum. Kaligrafi barulah dilombakan secara

langsung dengan diikuti utusan yang mewakili kafilah Provinsi pada MTQ

Nasional ke-15 tahun1988 di Bandar Lampung dan MTQ Nasional ke-16

tahun 1991 di Yogyakarta. Untuk mengerjakannya karya penulisan Buku,

Penulisan Dekorasi, dan penulisan Hiasan al-Qur‟an tanpa membedakan

kelas putra dan putri. Pada MTQ Nasional ke-17 tahun 1994 di Pekanbaru

dan MTQ-MTQ Nasional selajutnya, peserta MKQ diwakili oleh putra dan

putri dari setiap Provinsi untuk masing-masing mengerjakan karya

golongan Naskah, Hiasan Mushaf, dan Dekorasi.

2. Peralatan MKQ Nasional

Ada beberapa peralatan MKQ yang harus diketahui oleh peserta cabang

MKQ antara lain:

a. Peralatan musabaqoh yang rumit dan beragam terdiri dari aneka jenis

kalam (pena) dan cat dengan aneka medianya seperti kertas dan triplek.

b. waktu pengerjaan yang panjang (6 sampai 8 jam).

c. hasil karya yang permanen sehingga dapat dilihat dan dinilai secara

terbuka oleh semua pihak setiap saat.

Ciri-ciri ini merupakan modal untuk mengukur metode penilaian dan

kapabilitas Dewan Hakim MKQ sehingga dapat memilih, memilah, dan

memutuskan karya-karya unggulan secara cermat dan akurat. Dari tiga ciri

di atas, ada empat tuntutan yang harus dipenuhi Dewan Hakim MKQ

(58)

49

a. mengenal baik peralatan musabaqoh (dari ukuran dan potongan kalam

hingga warna primer dan tertier cat pilihan peserta) karena menentukan

kualitas hasil karya.

b. Menilai dengan cermat dan tidak terburu-buru dengan „‟ menyisir‟‟

semua karya secara berulang untuk mengklasifikasi karya-karya

terpilih dan tersisih.

c. Sanggup menentukan secara tepat karya-karya unggulan berdasarkan

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi, sehingga

dapat menghindarkan kontroversi dan klaim dari semua pihak.

d. Sanggup menerangkan alasan-alasan di balik pemilihan karya-karya

unggulan dan menjelaskan kelebihan serta kekurangan setiap karya

yang dinilainya.12

12

Sekitar perhakiman dan Pembinaan MKQ, dalam

(59)

50

3. Dewan Hakim MKQ Nasional KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq

KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq atau yang biasa di kenal

dengan nama Ustad Faiz ini begitu giatnya dalam menyiarkan kaligrafi

dari pelosok desa sampai dengan menjadi dewan hakim MKQ (

Musabaqoh Khatil Qur‟an).

Musabaqoh Khatil Quran Nasional dalam kesempatan ini Meteri

Agama mewanti-wanti kepada Dewan Hakim untuk mengawal kredibilitas

MTQ cabang MKQ tersebut. „‟Dewan Hakim dan segenap Panitera, saya

minta betul-betul bertanggung jawab mengawal kredibilitas MTQN ini.

Karena ini bukan ajang perebutan piala, namun juga mengandung muatan

dakwah dan basis-basis ibadah.

Menteri Agama melihat, Dewan Hakim merupakan unsur utama

dalam MTQN, karena memegang tanggung jawab kunci dalam proses

penilaian dan penetapan juara. Menurut Menteri Agama, kualitas MTQN

bukan semata-mata karena hasil, namun juga proses. Di sinilah keberadaan

Hakim sangat penting dan menentukan.

Tugas ini adalah sebuah kepercayaan dan kehormatan yang harus

dijaga. Menjalankan tugas secara sportif, jujur, profesional, netral, dan

mandiri. Harus betul-betul cermat, adil, transparan dan objectif‟‟, pesan

Menteri Agama.

Diakui Menteri Agama, tugas sebagai Dewan Hakim menuntut

(60)

51

Dewan Hakim bersifat final dan tidak bisa diganggu gugat. „‟ Dewan

Hakim harus mengesampingkan faktor subyektifitas seperti kedaerahan,

kesukuan, perguruan, dan unsur kedekatan lainnya‟‟.13

KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq sebagai Dewan Hakim MKQ

Nasional ini sangat bagus. ia menjadi Dewan Hakim MKQN ini pada

cabang Mushaf dan Naskah. Adapun Mushaf dapat dinilai dari aspek

kreatifitas dan kebenaran kaidah. Sedangkan untuk Naskah hanya terfokus

pada Kaidah huruf dan komposisi tulisan.

13

Anom Prihantoro, “Menag lantik Dewan Hakim MTQ Nasional”, dalam

(61)

52

BAB IV

TANGGAPAN TAKMIR MASJID TENTANG KALIGRAFI KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ

A. Masjid Al- Akbar Surabaya

Pada Masjid-Masjid Agung hiasan tempelan disamping

menggunakan hiasan tersebut, juga menggunakan hiasan motif hias zaman

Hindu juga motif-motif baru yang berpola geometris, pengaruh seni hias

Majapahit tampak jelas pada penggunaan motif daun-daunan dan bunga

yang disusun sedemikian rupa agar sesuai dengan bidang pahatan yang

berbentuk lingkaran, kebiasaan menghias bidang lingkarn sering terdapat

pada kaki candi. Hiasan semacam ini sering disebut hiasan Medalion yang

tampil kembali pada Masjid.27

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya adalah bangunan masjid

yang cukup besar yang kini telah hadir di tengah masyarakat metropolitan

Surabaya. Lokasinya tepat pinggir jalan tol, dan tidak terlalu jauh dari

terminal antar kota Purabaya. Ide awal pembangunan Masjid Al- Akbar

Surabaya, berawal dari walikota Surabaya dan Gubernur Jawa Timur.

Keiiginannya sederhana, yaitu ingin membangun sebuah Masjid yang bisa

menjadi sebuah kebanggaan warga kota, masjid yang memungkinkan

untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang untuk beribadah, masjid

yang mungkin bisa menjadi pusat pengikat batin warga muslim kota ini,

27

(62)

53

bahkan idealnya, masjid ini bisa di fungsikan sebagai pusat pergerakan,

pusat pendidikan, dan pusat informasi dunia Islam yang ada di Surabaya.

Karena banyaknya begitu harapan- harapan ideal yang ada dalam proses

lahirnya masjid ini, maka setelah dilakukan peletakan batu pertama oleh

wakil presiden Try Sutrisno tanggal 4 Agustus 1995, dilakukanlah

serangkaian pertemuan dan pembahasan, tentang bagaimana masjid ini

akan diwujudkan dan bagaimana masjid ini kelak akan difungsikan.

Salah satu keunggulan corak Masjid Al-Akbar Surabaya, yang

hampir memiliki kesamaan dengan corak masjid lainnya di Indonesia,

ialah menonjolnya corak ukiran dan kaligrafi yang menghiasi berbagai

elemen di Masjid Al-Akbar Surabaya, hanya saja, mungkin yang agak

berbeda adalah dari segi jumlah,karena dalam pembangunan Masjid

Al-Akbar Surabaya, banyak sekali dimunculkan ornamen ukir dan kaligrafi

sebagai pelengkap utama struktur masjid. Secara umum, kondisi ini

hampir sama dengan bentuk ornamen interior masjid zaman dahulu,

dimana bentuk ukiran dan kaligrafi banyak sekali menjadipenghias

masjid-masjid di tanah air, beberapa bagan yang umumnya dihiasi dengan

ukiran dan kaligrafi yang di posisikan di pintu, jendela, kaca, hiasan

dinding, diatas yang sering diukir dngan kaligrafi, podium, dan beberapa

elemen yang seringkali menghiasi masjid- masjid tempo dulu.

Di masjid Al- Akbar Surabaya sendiri, ada beragam bentuk ukiran

(63)

54

memasuki masjid saja, pengunjung telah disambut oleh 45 pintu ukir dari

kayu jati. Diserambi adapula bedug besar yang memiliki ciri khas karena

diukir khusus, begitu pula dengan kentongan yang juga diletakkan di

serambi depan masjid. Begitu memasuki masjid, pengunjung akan

disuguhi oleh ornament ukir dan kaligrafi yang sangat dominan menguasai

dinding- dinding masjid, di mihrab, di relung masjid, kubah, di dinding-

dinding utama, ukiran- ukiran yang bernuansa khas Indonesiamenghiasi

dengan cantik dan anggun, pun di ornament atas, yang penuh dengan

kaligrafi Al- Qur’an sepanjang 180 meter dengan lebar 1 meter, semua

elemen ukir dan kaligrafi Al- Qur’an itu menambah keagungan dan

keteduhan Masjid Al- Akbar Surabaya.28

Kaligrafi yang berada di Masjid Al-Akbar Surabaya merupakan

hasil dari rangkaian proyek pembangunan yang bersamaan dengan

pembangunan masjid Al-Akbar Surabaya, dan desain kaligrafinya di

desain oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dan kemudian dikerjakan

oleh tim pengerajin kaligrafi pimpinan KH. Muhammad Faiz Abdul

Razzaq.

Pada tulisan kaligrafi yang berada di Mihrab Masjid Al-Akbar

Surabaya terdapat tulisan kaligrafi dengan jenis kaligrafi Tsulus yang

desainnya membentuk huruf “ U ”. di bagian Relung Imam ada dua jenis

kaligrafi dengan lafad la ilaha illahu muhammad rasulu alaihi berbentuk

28

(64)

55

bulat dan lafad innani anna allaha lailaha illa ana fa budni wa aqimi al

salata lidhikri dengan jenis tulisan yang sama yaitu Tsulust Jali.

Di dinding interior pertama di atas terdapat lafad ya ayyuha

al-ladhina amanu ista inu bi al-sabri wa al-salatu innallaha ma’a al-sabirina.

Ayat ini menggunakan jenis kaligrafi Naskhi. Di bagian dinding interior

kedua juga terdapat lafad Ba’da islahiha wad uhu khaufan watama’an inna

rahmata allahi qoribun minal muhsnina. Ayat ini juga menggunakan khat

Naskhi.

Pada dinding di dalam masjid atau interior, hiasan dekorasi dan

kaligrafinya antara sebelah Utara dan Selatan ayatnya sama, dengan

komposisi pembuatanya dari kayu, sehingga menunjukkan akan keindahan

dan keserasian di dalamnya, begitu pula hiasan yang ada di eksterior

masjid, di dinding eksterior masjid Al- Akbar Surabaya terdapat gaya

kaligrafi yang berbeda dengan lainnya, ini berada di hiasan luar dinding

masjid agung yang masih berada di dalam Sahn29 untuk menghiasi jam

dinding yang besar yang terdapat di sahn, dan ada pula tulisan yang

melambangkan Masjid Nasional Al-Akbar dengan uiran yang sangat besar

yang terdapat di depan, kaligrafi yang terdapat di hiasan jam dinding

tersebut ialah di ambil dari surat Al- Asr.

29

Sahn adalah ruang terbuka dalam halaman dalam bangunan masjid, disebut juga “Sahn al

(65)

56

a. Tanggapan Prof. Dr. H. Achmad Zahroh’, Lc. MA. Tentang karya

Kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.

Prof. Zahroh berpendapat bahwa ia berterima kasih sudah dikasih

amanat menjadi Imam besar masjid akbar. ia melihat semuanya

kaligrafi dan sesuai dengan kaidah termasuk yang lafadz

Allahussomad, huruf sod nya agak berbeda (surat al-ikhlas) tidak biasa

dengan huruf sod yang biasanya. Itu sebenarya Prof. Room keberatan,

ini kan tidak sesuai dengan kaidah. Kami sebagai orang bukan pakar

khot kami menghargai karya nya, karena untuk mengubahnya perlu

biaya yang cukup besar. Tetapi tidak apa-apa selagi tetap bisa di baca.

Kemudian yang kedua ia bersyukur standar yang memungkinkan di

baca. Karena ada kaligrafi yang susah sekali untuk dibaca. Ia melihat

keseluruh kaligrafinya bisa di baca. Jadi bukan mengejar seninya tetapi

tetap bisa di baca walaupun ada huruf yang di modifikasi.30

B. Masjid Baitul Haq Surabaya

Masjid Baitul Haq berada tepat di depan kantor kejaksaan Negeri

Surabaya dan terletak di Jalan Ahmad Yani Blok No.36 RT.006/RW.02,

Ketintang, Gayungan. Masjid ini dulunya adalah sebuah bangunan apotik

tetapi pada tahun 1998 bangunan ini diubah menjadi masjid dan selesai

pada tahun 2000.31 Masjid ini memiliki ukuran luas tanah: 1. 300 m2 dan

luas bangunan: 200 m2.

30

Zahroh, Wawancara, Surabaya, 13 Juni 2017.

31

(66)

57

Sebeluum memasuki masjid ini pengunjung maupun orang yang

akan melkukan shalat mereka disuguhkan oleh pintu masuk dengan

bangunan yang terbuat dari kayu yang di ukir. Setelah memasuki ruangan

dalam masjid, akan terlihat jelas keindahan ruangan yang di hiasi oleh

kaligrafi yang menempel di dinding depan dengan gaya khat tsulust.

Gaya khat tsulust ini terletak memanjang di depan ruangan masjid

ini. Tulisan khat ini berwarna emas sehingga kelihatan mencolok

menambah kesan harmonis di ruangan. Masjid ini dilengkapi oleh

furniture yang berbahan dasar kayu yang divernis menambah kesan elegan

di setiap ruangan. Yang kedua ialah khat Naskhi yang terletak ditengah-

tengah imam mengitari desain ruangan imam tersebut

a. Tanggapan Drs. Musthar tentang karya kaligrafi di Masjid Baitul Haq

Surabaya:

Ia berpendapat bahwa ia sebenarya tidak faham dengan khat, dan

tanggapanya dari segi keindahan, dan kerapian tulisan kaligrafi.

meskipun ia tidak memahami kaligrafi ia merasakan alurnya tulisan

kaligrafi yang indah seperti khat Tsulust yang menempel di dinding

Masjid tersebut.32

b. Tanggapan Muhammad Nur Sholikhin tentang kaligrafi di Masjid

Baitul Haq Surabaya:

32

(67)

58

Ia berpendapat bahwa penulisan kaligrafi tersebut sesuai dengan

kaidah.33

c. Tanggapan H. Abdul Kholis tentang kaligrafi di Masjid Baitul Haq

Surabaya:

Ia berpendapat bahawa karyanya Pak Faiz memang bagus dan indah

untuk dilihat dan dinikmati oleh setiap orang yang ada didalam masjid

ini. 34

d. Tanggapan Ridwan tentang kaligrafi di Masjid Baitul Haq Surabaya:

Ia berpendapat bahwa: pokoknya saya cuma berkomentar kalua

kaligrafinya Pak Faiz ini bagus dan indah.35

Takmir Masjid Baitul Haq di antaranya:

1. Drs. Musthar (ketua)

2. Muhammad Nur Sholikhin (bendahara)

3. H. Abdul Kholish ( dakwah )

4. Ridwan (Umum).

C. Masjid Agung Sidoarjo

Masjid Agung Sidoarjo merupakan Masjid terbesar di Kabupaten

Sidoarjo. Masjid ini terletak di Jalan Sultan Agung No 40., di seberang

pintu masuk Alun-alun Sidoarjo. Masjid ini memiliki 3 lantai yang terbuat

dari marmer. Ada sebuah prasasti batu marmer yang berada Tugu di

33

Muhammad Nur Sholikhin, Waw

Gambar

  Gambar 1: Halaman Surah al-Fatihah
  Gambar 2:
  Gambar 3:
  Gambar 4:
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dinding silinder (Shell) merupakan cangkang utama dari bejana itu sendiri yang berbentuk silinder dengan ketebalan yang konstan, atau bagian yang menampung fluida dimana tekanan

Pada bagian ini, ditampilkan beberapa hasil dari pengujian penelitian yang kami lakukan dalam melakukan task pengenalan wajah dengan menggunakan algoritma CNN yang

Setelah membaca dan memahami materi guru memberikan tugas berupa Lembar Kerja praktik perusahaan jasa yang sudah di download melalui aplikasi group whats app , berupa lembar kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan dengan metode SAW dan Profile Matching untuk pemilihan calon

seperti berkelahi, pada awalnya mereka selesaikan sendiri tanpa harus diselesaikan oleh pengasuh. Kondisi ini menunjukkan perilaku dapat menyelesaikan masalah sendiri

(1) Jika mana-mana orang, sama ada secara bertulis pada bila-bila masa atau secara lisan di hadapan dua orang saksi atau lebih dalam masa dia sakit akhir sekali, telah

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Geografis Pemilihan Lahan Tembakau di Kabupaten Jember Berbasis Web Menggunakan Metode