KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ KALIGRAFER NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh:
Ipung Firdaus
NIM : A7.22.13.123
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang “KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Kaligrafer Nasional”, rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah: (1) Bagaimana Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq? (2) KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq menjadi kaligrafer Nasional? (3) Bagaimana tanggapan takmir Masjid tentang kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq?.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode sejarah. Adapun metode penulisan sejarah yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik (mengumpulkan data-data tentang perannya sebagai kaligrafer nasional), verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi (penafsiran), serta historiografi (penulisan sejarah). Dalam skripsi ini penulis menggunakan teori kharismatik dan kepemimpinan yang dikutip oleh Soerjono Soekanto. Teori ini merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang.
ABSTRACT
This Thesis is about “KH. Muhammad Faiz Abdul Razaq The National Calligraphy”, the formulation of the problem in this thesis research is. (1) how the biography of KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq. (2) KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq became the National Calligrapher. (3) how the response takmir the Mosque about the calligraphy of KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
In answering the problem, the researcher uses historical method. The historical writing method used by the author is to use some steps of heuristics (collecting data about his role as a national calligrapher), verification (criticism of data), interpretation (interpretation), and historiography (historical writing). In this thesis the author uses the theory of charismatic and leadership cited by Soerjono Soekanto. This theory is an authority based on charisma that is a special ability that is in a person.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... . iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 8
F. Penelitian Terdahulu ... 10
G. Metode Penelitian ... 12
BAB II PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH KETINTANG SURABAYA
A. Latar Belakang di Dirikannya Pesantren Alquran Nurul
Falah Ketintang Surabaya ... 20
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Berdirinya Pesantren Alquran Nurul Falah Ketintang Surabaya ... 28
D. Struktur Kepengurusan Pesantren Alquran Nurul Falah Ketintang Surabaya ... 30
BAB III PERKEMBANGAN PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH KETINTANG SURABAYA TAHUN 2000-2016 A. Perkembangan Santri, Ustad-Ustadzah dan Karyawan ... 40
B. Metode Tilawati …………... ... 47
C. Cabang Tilawati Pesantren…………... ... 58
D. Sarana dan Prasarana…………... ... 61
BAB IV KEGIATAN DI PESANTREN ALQURAN NURUL FALAH KETINTANG SURABAYA TAHUN 2000-2016 A. Bimbingan baca Alquran (BBAQ) ... 64
B. Pengadaan Diklat Guru Alquran ... 66
C. LAZIS Nurul Falah ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenian ialah sebuah hasil buah imajinasi pikiran manusia yang
secara alamiah dan mempunyai sifat keindahan. Begitu juga dengan
keindahan asalkan ia berbentuk dan mempunyai keindahan maka disebut
seni. Menurut pendapat Oloan Situmorang dalam bukunya seni rupa dan
perkembanganya, kesenian itu terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Kesenian adalah
hasil atau barang sesuatu yang diciptakan manusia sehinga merupakan
keindahan dan untuk mewujudkan rasa keindahan. 2. Kesenian adalah rasa
halus suci yang di pergunakan untuk mencurahkan gambaran batin kepada
pemujaan, kecintaan, ketenangan, hormat, memberi dan menerima sesuatu.
3. Kesenian atau keindahan adalah kesatuan dari ide dan gambaran dalam
pikiran, peleburan lengkap dari ide dengan gambaran dalam pikiran.1
Dari pengertian di atas Oloan Situmorang menyimpulkan bahwa
kesenian itu adalah ungkapan rasa halus dan suci yang dimanifestasikan
melewati ciptaan buah pikiran manusia yang hasilnya mengandung unsur
keindahan.2
1
Oloan Situmorang, Seni Rupa Pertumbuhan dan Perkembanganya ( Bandung: Angkasa, 1998), 8.
2
2
Kesenian Islam adalah segala hasil usaha dan daya upaya, buah
pikiran dari kaum Muslim untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Seni
Islam juga diberi batasan sebagai suatu seni yang dihasilkan oleh seniman
atau desainer muslim atau dapat juga berupa seni yang sesuai dengan apa
yang dibayangkan oleh seorang Muslim. Jadi jelas tentang pengertian
kesenian Islam, yang penekananya diartikan bahwa setiap keindahan yang
dihasilkan oleh seniman Islam atau seniman Muslim hendaklah
menggambarkan sikap pengabdian kepada ajaran atau petunjuk Agama
Islam.
Dalam Agama Islam juga diajarkan tentang keindahan
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani dan al-Hakim didalam
hadisnya: لاّ ّجلا بحي لي ّج ّ ّل ا
Artinya: Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Indah dan menyukai
keindahan. (HR. Muslim).
Dari penjelasan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
kesenian Islam adalah sebuah karya Insani yang mengungkapkan rasa
keindahan. Pertama, mengekspresikan ruh dan budaya, rasa, karsa
instituisi dan imajinasi sang seniman. Kedua, merefleksikan pandangan
dunia dan hidup penciptaannya.3
3
3
Dalam perkembangan kesenian selanjutnya akan terlihat menonjol
dalam bidang Seni rupa, Bidang Seni Arsitektur, Seni hias atau Dekorasi
dan khususnya Seni tulis Kaligrafi. Seni tulis Kaligrafi atau yang disebut
seni tulis indah adalah suatu jenis tulisan yang bersumber dari tulisan
Arab, yang pengembanganya telah dimulai sejak berabad-abad yang
lampau yang dimulai dari pemerintahan Dinasti Umayyah (661-750 M)
dengan pusatnya di Damaskus Syiria sampai pada pemerintahan Dinasti
Abbasiyah (750-1258 M) dengan pusatnya di Bagdad, dan berlanjut lagi
pada masa-masa pemerintahan Fatimiyah (969-1117 M), pemerintahan
Ayyub (1171-1258 M), pemerintahan Mamluk (1250-1517 M) dan
pemerintahan Turki Utsmaniah (1299-1922 M) dan pemerintahan Safavid
Persia (1500-1800 M).
Kaligrafi berasal (dari bahasa Inggris yang disederhanakan,
calliggraphy) diambil dari kata latin ‘’kalios’’ yang berarti indah dan
‘’graph’’ yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata ‘’ kaligrafi
adalah kepandaian menulis elok.4 Definisi lain menyebutkan bahwa
Kaligrafi berasal dari dua suku kata, Kallos (indah) dan graphein
(goresan/tulisan). Jika digabung maka kaligrafi bermakna goresan atau
tulisan yang indah.5 Jadi kedua makna di atas tersebut maknanya sama
yaitu tulisan yang indah.
Munculnya seni tulis Kaligrafi menurut sejarah Islam, orang atau
manusia yang pertama kali mengenal tulisan adalah Nabi Adam as. Di
4
Didin Sirojuddin Ar, Seni Kaligrafi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3.
5
Achmad Faizur Rosyad, Bentuk dan Fungsi Kaligrafi Arab dari Jahili sampai Modern
4
mana pengetahuan tersebut diwahyukan Allah kepada Adam sebagai
modal pengetahuan pertama untuk mengenal nama-nama benda. Hal ini
sesuai dengan al-Qur’an Surah al-Baqarah, ayat 31 yang berbunyi :
ت ك اءّاؤّه ءآ ساب ى ؤب ّا ّل ّاقّف ةّكءآّ لا ّىلّء ّظ ّرّء ش ّا ك ّء ّا سّاا ّ ّدآ لء ّ يق دّص
Artinya : “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar’’.
Tulisan Arab mulai tumbuh dan berkembang sejak Agama Islam
muncul di tanah Arab pada abad 6 M. Mulailah penggunaan tulisan Arab
untuk mencatat ayat-ayat wahyu tersebut pada lembaran daun korma,
tulang, batu, kulit domba dan sebagainya. Dalam penulisan al-Qur’an
secara resmi barulah dimulai pada zaman Khalifah Utsman bin Affan. Di
mana mashaf/tulisan Arab yang dipergunakan adalah Mashaf Ustman
yakni tulisan tanpa membubuhkan tanda harakat (syakl). Penulisan
al-Qur’an selanjutnya mempergunakan Khat Kufie, Khat Raihani, Khat
Tsuluts dan yang terakhir mempergunakan khath Naskhi di mana Khath
Naskhi ini dipergunakan sebagai mashaf al-Qur’an di Indonesia.
Di Indonesia sendiri sudah lama mengenal tulisan Arab. Setidak-
tidaknya dalam pertengahan abad ketiga belas Masehi, tulisan Arab sudah
digunakan oleh golongan yang terbatas di Indonesia. Sebenarnya huruf
5
belajar al-Qur’an sudah tentu mengetahuinya. Di samping itu sekolah
Agama dan Sekolah Negeri memberikan pelajaran menulis dan membaca
huruf Arab.6 Di Indonesia, berkat peran para kaligrafer yang dengan sabar
menurunkan ilmunya pada siswa-siswanya, perkembangan kaligrafi dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, walaupun masih terlalu
minim, hal tersebut dapat dibuktikan dengan terus meningkatnya
siswa-siswa di lembaga pembelajaran kaligrafi yang didirikan oleh para ahli.
Untuk di daerah Jawa sendiri terdapat 4 lembaga pembelajaran kaligrafi
yang masyhur di masyarakat, di daerah Jawa Barat terdapat Lembaga
Kaligrafi (LEMKA) yang dibina oleh Ust. Didin Sirajuddin AR., di Jawa
Tengah terdapat Pesantren Seni Kaligrafi al-Funun al-jamilah yang dibina
oleh Ust. Asiri., di Jombang Pesantren Mamba’ul Maarif yang bernama
SAKAL (sekolah kaligrafi Al-Quran) yang dibina oleh Ust. Athoillah, dan
tak lupa di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Terdapat Jam’iyatul Khatthathin
yang dibina oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq, salah satu
kaligrafer Nasional.
Telah banyak tokoh di bidang kaligrafi yang terjun dalam dunia
dakwah melalui kemampuan dan ketrampilan dalam menulis kaligrafi, hal
tersebut juga dilakukan oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq, dengan
berbekal kemampuan yang ia miliki dalam seni kaligrafi, dan melihat
antusiasme para pemuda untuk belajar kesenian, ia dengan gigih dan
penuh kesabaran mengajarkan seni kaligrafi. baginya, nilai-nilai dakwah
6
6
yang terdapat dalam seni kaligrafi yang membuatnya tetap semangat
menularkan ilmunya.7
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ‘’ KH. Muhammad Faiz Abdul Razaq
Kaligrafer Nasional’’.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penulis dalam membuat sebuah skripsi,
maka penulis perlu menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq?
2. Bagaimana KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq menjadi Kaligrafer
Nasional?
3. Bagaimana Tanggapan Ta’mir Masjid tentang Kaligrafi KH.
Muhammad Faiz Abdul Razzaq?
C. Tujuan penelitian
Dalam tujuan penelitian yang akan dibahas penulis berdasarkan
rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Biografi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
2. Untuk mengetahui KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Menjadi
Kaligrafer Nasional.
3. Untuk megetahui Tanggapan Ta’mir masjid tentang Kaligrafi KH.
Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
7
Ramadan, Berdakwah Melalui Seni Kaligrafi, dalam
7
D. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang akan dicapai dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi wacana bagi perkembangan khazanah keilmuan,
terutama di bidang sejarah dan peradaban Islam.
2. Dapat dijadikan bahan referensi di perpustakaan Adab dan Humaniora,
maupun di perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,
dalam kajian di bidang Sejarah dan Peradaban Islam.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Historis
yang mana penelitian ini akan memaparkan Sejarah perkembangan
kaligrafi, penjelasan tentang pendekatan Historis sendiri adalah
memandang suatu peristiwa pada masa lampau secara diakronis,
memanjang dalam waktu tetapi menyempit dalam ruang. Selain
pendekatan Historis, penelitian ini juga menggunakan Teori sejarah.
Pengertian teori ini adalah suatu perangkat kaidah yang memandu
sejarawan dalam penelitianya, dalam menyusun bahan-bahan (data) yang
di perolehnya dari analisis sumber, dan juga dalam mengevaluasi hasil
penemuannya. 8
8
8
Teori kharismatik dan kepemimpinan yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto. Yang pertama Teori kharismatik merupakan wewenang yang
didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada
diri seseorang.9 Teori kharismatik ini melekat pada orang tersebut karena
anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Orang-orang di sekitarnya
mengakui adanya kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan dan
pemujaan karena mereka menganggap bahwa sumber kemampuan tersebut
merupakan sesuatu yang berada di atas kekuasaan dan kemampuan
manusia umumnya.
Yang kedua teori kepemimpinan, kepemimpinan merupakan hasil
organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi
sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial.
Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa
orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari
pada teman-temannya sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak
lebih menonjol dari lain-lainnya.10
F. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, ada beberapa buku maupun Skripsi yang
merupakan pembahasan dari topik yang akan diteliti. Adapun penelitian
lain tentang Kaligrafi yang sudah diteliti adalah:
9
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), 241.
10
9
1. Buku karangan Achmad Faizur Rosyad, yang berjudul ‘’Bentuk dan
Fungsi Kaligrafi Arab dari Zaman Jahili sampai Modern, yang
menerangkan tentang sejarah perkembangan tulisan Kaligrafi Arab.
2. Skripsi : Achmad Zain Al-Idris S. Hum, Masjid dan Kaligrafi (Studi
Perbandingan Gaya Kaligrafi Masjid Al-Akbar Surabaya dengan
Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Madura), dalam Skripsi ini
menjelaskan tentang perbeda’an Gaya Kaligrafi di kedua Masjid
Tersebut.
3. Skripsi: Wahib Chasbullah S. Hum, Aliran-Aliran Kaligrafi dalam
Manuskrip kitab Sulam Safinah An Najaat, dalam Skripsi ini dijelaskan
tentang aliran kaligrafi dalam Manuskrip tersebut berada dalam kondisi
baik dan mempunyai beragam Khat antara lain, Khat Naskhi, Khat
Diwani dan Khat Farisi.
4. Skripsi: Rina Noviyanti S. Hum, Amang Rahman Jubair sebagai
seniman kaligrafi (1980-2000). Dalam skipsi ini menjelaskan tentang
perjalanan karir Amang Rahman Jubair sang seniman kaligrafi.
5. Skripsi: H. Teguh Susilo, gaya kaligrafi di Masjid Nasional Al-Akbar,
dalam skripsi ini di jelaskan bagaimana tulisan kaligrafi yang berada di
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, yang sebagai kunci dari
perkembangan kota Surabaya.
10
G. Metode penelitian
Dalam menentukan penelitian sejarah mulai dari penelitian sumber
sampai dengan penulisan,maka peneliti harus menggunakan metode
penelitian sejarah, yang mencakup empat tahap kegiatan antara lain:
1. Heuristik
Heuristik pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak
sejarah.11 Langkah awal untuk mengumpulkan sumber data yang
diinginkan adalah sebagai berikut:
a. Data primer
Data primer adalah data empirik yang diperoleh secara langsung
informan kunci dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara
langsung untuk mendapatkan data-data yang sesuai. Peneliti akan terjun
secara langsung melakukan wawancara. Sumber data primer terdiri dari
subyek penelitian yang terdiri dari beberapa informan mengenai
penelitian yang berjudul KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq Sang
Kaligrafer Nasional.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulanya oleh peneliti, misalnya dari majalah,
11
11
keterangan atau publikasi lainya.12 Berkaitan dengan hal ini maka data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa literatur-literatur
ilmiah dan pendapat para informan tentang pandangan pegiat kaligrafi
mengenai jenis kesenian ini.
2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Kritik sumber dilakukan terhadap sumber-sumber yang
dibutuhkan, kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian
mengenai keabsahan sumber itu. Dalam metode sejarah kritik dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Kritik Ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang
didapatkan otentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis
merupakan relevan, karena penulis mendapatkan sumber tersebut
langsung dari orangnya melalui beberapa wawancara.
b. Kritik Intern adalah uapaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi
sumber tersebut layak untuk dipercaya kebenaranya.
3. Intepretasi
penafsiran data, hal ini dilakukan penafsiran-penafsiran terhadap
fakta sejarah dan perkembangan yang diperoleh dari karya, majalah
ataupun buku buku yang membahas tentang kaligrafi. tahapan- tahapan
bagi penulis ini sangat menuntut unsur kehati-hatian untuk menghindari
interpretasi terhadap fakta yang satu dengan yang lain, agar
mendapatkan kesimpulan sejarah maupun perkembangan ilmiah.
12
12
4. Historiografi
penulisan sejarah. Ialah tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari
metode historis. Pada tahap ini, fakta-fakta yang telah diinterpretasikan
atau di rumuskan selanjutnya di rangkai sedemikian rupa untuk
mengungkapkan kisah sejarah yang menjadi topik dalam penulisan ini
secara kronologis dan menjelaskan isi beserta maknanya. Untuk tujuan
yang terakhir ialah menciptakan kembali keseluruhan pada fakta
sejarah dengan suatu cara yang tidak mengungkap masa lampau yang
sesungguhya.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini akan di paparkan bab-bab yang akan menjadi
bahasan penelitian. Bab-bab tersebut antara lain adalah:
Pada penelitian skripsi ini di bagian pertama yang akan
menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian
terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Pada bab kedua ini penulis menjelaskan tentang Biografi KH.
Muhammad Faiz Abdul Razzaq, meliputi Genealogi, latar belakang
pendidikan dan perjalanan karir KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
dalam bidang kesenian kaligrafi.
Pada bab ketiga penulis menjelaskan tentang karya-karya KH.
13
Qur’an Istiqlal Indonesia dan mushaf Sundawi Jawa Barat dan sebagai
Dewan Hakim Nasional.
Pada bab keempat penulis menjelaskan tentang tanggapan ta’mir
masjid tentang kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq. Meliputi
Masjid al-Akbar Surabaya, Masjid Baitul Haq Surabaya dan Masjid
Agung Sidoarjo.
Pada bab kelima berisi kesimpulan yang memuat inti dari
pembahasan serta saran sebagai motivasi peneliti dalam menghasilkan
14
BAB II
BIOGRAFI KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ
A. Genealogi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
Sebuah pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya, begitu pula yang berlaku bagi KH. Muhammad Faiz Abdul
Razzaq, ia adalah putra dari seorang kaligrafer masyhur di Indonesia yaitu
KH. Abdul Razzaq Al-Muhilli. Berkat bakat yang diturunkan serta didikan
dari ayahnya tersebut ia menjadi kaligrafer handal yang banyak
menelurkan kader-kader yang siap meneruskan bakat ayahnya, bahkan
beberapa orang menyebut ia sebagai seorang kaligrafer emas yang dimiliki
oleh Indonesia.
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dilahirkan di Desa Lengkong
Ulama Tangerang, pada Gubernur Banten Tanggal 11 November 1938. ia
adalah putra sulung dari sebelas bersaudara. ia menikah dengan Hj.
Hanifah dari Sekaran Lamongan pada tahun 1973 dan dikaruniai 7 orang
anak diantaranya: Baligh Hamdi, Mamduh, M. Abduh, Dalillah, Riyadh
Muharrom, Imad Faiz, Ahmad Balsam. Dari ketujuh anaknya tidak ada
yang meneruskan bakat ayahnya dalam berkesenian kaligrafi.
ia telah menekuni khat/kaligrafi sejak usia dini. Bahkan sejak kecil
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq memang tidak diajarkan huruf-huruf
latin melainkan oleh ayahnya ia terlebih dahulu diperkenalkan dengan
15
khusus bagi ayahnya untuk diajarkan pertama kali bagi anak-anaknya, tak
terkecuali bagi KH.Muhammad Faiz Abdul Razzaq, maka sejak bangun
tidur ia sudah diajak shalat berjamaah dan menghaji, bahkan terkadang
ayahanda ia agak keras dalam mendidiknya. Namun apa yang ia alami
sejak masa kecil tersebut berbuah manis berupa prestasi-prestasi yang
membanggakan dalam bidang kaligrafi.13
B. Latar Belakang pendidikan
Saat masih bersekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) bakat yang ia
miliki belum begitu tampak, saat itu ia hanyalah seorang siswa MI dengan
tulisan yang sangat jelek, bahkan salah satu murid ayahnya yang
tulisannya lebih baik sering mengejeknya. Sejak saat itu ia bersemangat
untuk memperbagus tulisanya dan lebih giat lagi dalam belajar khat.
Bakat KH. Muhammad Faiz Abdul Razaaq dalam menulis kaligrafi
baru terlihat saat ia berumur 14 tahun dan duduk dibangku SMP, sejak saat
itu ia sudah dapat membantu sang ayah menulis kitab-kitab berbahasa
Arab ataupun tulisan Arab berbahasa Melayu, Sunda, Jawa dan Madura.
Pada tahun 1952, keluarganya pindah ke Malang, ayahnya yang
merupakan pegawai Negeri Sipil lebih memilih keluar dan menjadi penulis
khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya, karena permintaan dari
penerbit yang begitu banyak dan butuh waktu pengerjaan yang cepat,
maka ayahnya memintanya untuk turut membantu menyelesaikan
13
16
penulisan-penulisan tersebut. Sejak saat itupun keterampilan menulis ia
mulai terasah dan berkembang dengan pesat.
Ia duduk dibangku SMP kelas 3 bagian ilmu pasti dan ilmu alam.
Kepala sekolahnya beliau memanggilnya dan mengatakan bahwa ia tidak
cocok berada di kelas bagian ilmu-ilmu umum. Ia lulus dengan waktu 4
bulan dan lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Ia lantas
melanjutkan pendidikanya di SGHA (sekolah Guru Hakim Agama) di
Malang mengingat banyaknya guru-guru Hakim agama yang dibutuhkan,
dan guru di SGHA meminta ia untuk langsung mengikuti ujian, padahal
saat itu ia baru menempuh satu tahun sekolah, hal tersebut dikarenakan ia
dianggap sebagai siswa yang paling menonjol. Setelah lulus dari SGHA
pada tahun 1958, ia melanjutkan studinya di pondok pesantren Gontor
Ponoroogo. Waktu pendidikan yang seharusnya ia tempuh selama 6 tahun,
hanya dilaluinya dalam waktu 2 tahun 8 bulan.
Selama mondok di pesantren Gontor ia dapat membantu ayahnya
menulis khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya, al-Qur’an yang
sudah rusak ia tulis yaitu tulisan yang kurang hitam dan dihitamkan,
huruf-huruf wawu yang ia beri lubang dengan menggunakan tinta putih. Akibat
perbuatannya tersebut ia diejek oleh santri lainnya dan dianggap stress dan
dilaporkan kepada kiai Imam Zarkasyi, mendengar hal tersebut kiai Imam
Zarkasyi memanggilnya dan malah menjadikannya sebagai guru kaligrafi.
Di antara buku-buku pelajaran pondok pesantren Gontor yang ditulisnya
17
Selain belajar dari ayahnya KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
juga belajar pada Amidu al-khattain Sayyid Ibrahimi dari Mesir, ia adalah
guru besar para kaligrafer. Uniknya, KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
belajar padanya melalui media surat menyurat.
Setelah lulus dari pondok pesantren Gontor ia mengabdikan dirinya
dengan memulai mengajar bahasa Arab, kaligrafi, dan sejarah islam di
MAN Bangil, pesantren Wahid Hasyim, Persis, Sidogiri.
Riwayat pendidikan KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq: SR
(Sekolah Rakyat) Cihuni Banten 3 tahun, SDN Serpong (langsung Kelas
4), Madrasah Diniyah Ibtidaiyah At-Thahiriyah Jatinegara (langsung kelas
4), SMP Muhammadiyah Malang 1952 (tidak tamat hanya kelas 3),
Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) 1954-1956, Pondok Pesantren
Darussalam Gontor Ponorogo 1957-1960, King Abdul Aziz University
Jeddah (tarbiyah) 1979-1984.
C. Karir KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dalam Seni Kaligrafi
KH. Muahammaf Faiz Abdul Razzaq ialah orang yang tekun,
semangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari tak terkecuali dalam
bidang kaligrafi, dari bakat yang di turunkan oleh ayahnya KH.
Muhammad Abdul Razzaq al- Muhilli ia menjadi kaligrafer yang cukup di
kenal oleh masyarakat bahkan sampai ke Nasional.
Perjuangannya memang tak semudah yang dibayangkan untuk bisa
18
asah untuk mencapai kesuksesaanya dalam berkarya seni kaligrafi. dapat
dikatakan bahwa karyanya yang pertama kali adalah di Mushaf al-Qur’an
Istiqlal Indonesia, awal mulanya yang dapat amanat menulis Mushaf
tersebut ialah ayahnya yaitu KH. Muhammad Abdul Razzaq al-Muhilli,
tetapi pada saat itu kondisi ayahnya sudah tidak terlalu kuat sehinnga
ayahnya menyuruh Faiz untuk meneruskan tulisan Mushaf Istiqlal
Indonesia yang bertempat di Masjid Istiqlal Jakarta.
Setelah selesai berkarya di Mushaf Istiqlal Indonesia, selanjutnya
ialah di Mushaf Sundawi Jawa Barat. Karya Mushaf Sundawi Jawa Barat
tersebut di buat oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dan
teman-temanya. Mushaf tersebut sangatlah menarik untuk di lihat maupun di
baca. Dari uniknya terlihat dari ornamen yang mengelilingi texs al-Qur’an
yang motifnya beraneka ragam, di setiap ganti juz selalu berganti ornamen.
Karya- karyanya selanjutnya ialah di Masjiid al-Akbar Surabaya.
Karya kaligrafi yang berada di masjid ini ialah jenis kaligrafi Tsulust dan
Naskhi tetapi lebih dominan khat Tsulust karena khat tsulust mengandung
keindahan dari setiap alur tulisannya. Pengunjung maupun jamaah yang
shalat di masjid tersebut langsung di suguhkan oleh hiasan khat tsulust
yang menempel di dinding imam. Sedangkan khat naskhi terletak di
bagian atas dinding yang mengitari kubah bagian dalam masjid.
Seakan-akan menambah keindahan bagi orang yang memandang hiasan kaligrafi
19
Dari karya diatas masih ada lagi disekitar Surabaya yaitu Masjid
Agung Sidoarjo dan Masjid al- Akbar Surabaya. Di Masjid Agung
Sidoarjo tepatnya di baratnya alun-alun. Di dalam masjid tersebut terdapat
juga karya kaligrafi yang di buat oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
Jenis kaligrafinya ialah khat Tsulust, karya tersebut menempel di dinding
depan dalam masjid yang memanjang mengitari bagian depan masjid.
Masjid Baitul Haq Surabaya tepatnya di depan Kantor Kejaksaan
Tinggi Jawa Timur, masjid ini terletak di Jl. Frontage Ahmad Yani
Siwalankerto Blok No. 36, RT.006/RW.02, Ktintang, Gayungan. masjid
tersebut tampak dari arah selatan ke utara setiap orang yang lewat di depan
masjid pasti akan melihat keindahan ornamen kubah yang begitu indah.
Pengunjung maupun orang yang memasuki masjid tersebut secara
langsung dapat merasakan sejuknya AC dan tak ketinggalan lagi hiasan
kaligrafi yang berwarna emas bergaya khat Tsulust dan Naskhi yang
sangat elok dipandang oleh mata.
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq juga menjadi Dewan Hakim
MKQ ( musabaqoh khatil Qur’an) tingkat Nasional. Sehingga ia di juluki
Kaligrafer Nasional. Dalam menjadi Dewan Hakim ia sangatlah
profesional dalam membingbing maupun menentukan para juara MKQ
BAB III
KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ MENJADI KALIGRAFER NASIONAL
A. Macam-macam Jenis Kaligrafi dan Alat-alatnya
1. Khat Kufi
Gaya khat ini lahir di kota Kufah Irak, dan pada perkembangan
selanjutnya dapat menyebar ke sebagian dunia Islam, model khat ini
tulisan Arab yang berbentuk kapital atau bersudut, khat ini memiliki ciri-
ciri tegak lurus, memiliki sudut yang sama antara garis horizontal dan
vertikal dan tidak dapat ditulis dalam sekali goresan.
para khattat umumya menggunakan alat bantu mistar atau
penggaris untuk menulis Kufi, ini dimaksudkan untuk membentuk
goresan-goresan tetap lurus dan simetris, dengan ciri pokoknya sebagai
modal yaitu bersiku- siku, kufi justeru menampilkan kelebihannya, yang
membiarkan dirinya diperkaya variasi dan jadi bahan olahan yang luwes
dalam bentuk- bentuk hasil cipta yang beragam, ditemukan gaya-gaya kufi
yang beranekaragam, seperti Kufi Ma’il (mirirng). Kufi Murabbba’
(kubus), Kufi Muwarraq (flora), Kufi Mudafffar (berkepangan), dan lain
lain.1
1
21
Contoh Kaidah Khat Kufi
22
23
2. Khat Naskhi
Dalam sejarah kaligrafi Islam tulisan bentuk naskhi merupakan tulisan
kursif (tulisan miring) yang pertama kali timbul, yang rumus- rumus
dasarnya ditemukan oleh seorang kaligrafer ternama yang bernama Ibnu
Muqlah (272 H) di Iraq, barulah kemudian hari khat Naskhi menjadi populer
setelah dirancang kembali pada abad ke 10 oleh Ibnu Bawwab dan Ya‟qut
al- musta‟simi serta para pakar lainnya hingga resmi menjadi tulisan resmi
al-Qur‟an.
Hingga saat ini huruf al-Qur‟an atau hijaiyah adalah identik dengan
gaya Naskhi rasm Mushaf Usmani, dapat pula dikatakan bahwa model
inilah yang paling banyak digunakan dalam dunia Islam, dengan alasan
karena mudah dalam menuliskannya dan membacanya. Karakter dari khat
Naskhi adalah lengkungan- lengkungan hurufnya mirip busur atau
berbentuk setengah lingkaran seperti huruf wawu, nun, dan ra‟, za‟.
Sebagian huruf- hurufnya diletakkan diatas garis semi seperti huruf alif, dal,
ba‟, kaf dan fa‟, dan sebagian lainnya menukik melabrak batas- batas garis
seperti huruf ra‟, za‟, dan mim.2
Khat Naskhi biasanya digunakan untuk penulisan buku atau tulisan
resmi lainnnya, oleh karena itu tidak ada bentuk- bentuk jalinan,
bertumpukan, atau variasi huruf, khat Naskhi dijadikan standar tulisan kitab,
khusunya mushaf al- Qur‟an, karena meiliki tulisan yang jelas dan mudah
dibaca, selain itu tulisan Naskhi dapat ditulis dengan cepat, sejak abad IV
2
24
Hijriyah sebagian besar mushaf sudah ditulis dalam bentuk naskhi bukan
kufi.
Kaidah Khat Naskhi
25
3. Khat Tsulust
Khat ini diambil dari kata Tsulust yang berarti sepertiga, Khat
Tsulust justru lebih luwes dan plastis, tsulust dapat dikombinasikan dengan
aneka bidang dan ruang yang disediakan: kerucut, persegi panjang, bujur
sangkar, belah ketupat, bulat, atau oval. Rangkaian huruf- huruf tsulust juga
dapat diringkas di ruangan yang lebih sempit daripada kapasitas bunyi
tulisan dengan sitem penumpukan.
Dapat dipastikan, kelebihan-kelebihan Khat Tsulus ini tidak
ditemukan di dalam naskhi, tsulus bertambah manis saat dirangkai dengan
iluminasi, hiasan pinggir, ornament, atau bentuk dekoratfi- dekoratif
lainnnya, kalaupun Naskhi dipaksa mengikuti keluwesan alur Tsulust
(misalnya ditumpuk- tumpuk), maka hasilnya akan jelek dan mungkin
merusak karakteristiknya yang memang telah dirancang menjadi tulisan
sederhana agar mudah dipahami untuk berbagai naskah umum, dan adapun
pena yang digunakan untuk huruf- huruf tsulust sebaiknya dibuat lebih besar
daripada naskhi, dengan ukuran miring boleh sama, ditambah lagi satu pena
yang kecil, kira- kira 40- 30 % lebih kecil daripada lebar pena untuk pokok
huruf, untuk menggores harokat dan tanda- tanda lain seperti Syaddah atau
hiasan, Khat Tsulust akan lebih indah lagi apabila digelar dengan ukuran
yang besar, di dinding-dinding masjid atau kanvas lukisan, dengan warna-
warna yang bagus. Khat ini seringkali digunakan untuk hiasan misalnya di
dinding- dinding masjid, mihrab masjid,3 dan nama-nama surat dalam al-
3
26
Qur‟an berikut jumlah ayatnya, khat ini jarang digunakan untuk menulis
mushaf al-Qur‟an.
Kaidah khat Tsulus
27
4. Khat Farisi
Khat Farisi adalah model tulisan Arab Kursif yang muncul di wilayah
Persia pada abad ke 7 H/ 13 M, khat ini pada awalnya disebut dengan khat
Ta’liq karena keindahannnya terletak pada kelenturan hurufnya ketika di
tarik kebawah seakan- akan menggantung, khat ini tidak membutuhkan
syakal atau tanda baca, tetapi Farisi memiliki ketebalan yang sangat berbeda
di setiap hurufnya sehingga dalam penulisannya diperlukan minimal dua
pena,ukuran kecil dan besar.Beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan
yaitu, posisi miring ke kanan, berlainan dengan khatNaskhi, Riq‟ah, atau
Tsulust yang miring ke kiri, untuk menghasilkan goresan tebal tipis
semacam itu, pena di buat sangat tipis, dan sangat miring, boleh sama
dengan untuk pena Diwani, atau tergantung kebutuhan. Jika mengalami
kesulitan membuat lekukan- lekukan tebal tipis hanya dengan satu pena,
boleh digunakan dengan dua pena, yaitu pena besar dan kecil, sebagaimana
cara menulis huruf Tsulust dengan harokatnya.
Pada prinsipnya khat Farisi jarang menerima harokat atau hiasan-
hiasan pembantu, namun boleh memasukkan komponen- komponen tersebut
sekedar tamabahan asal pantas. Keindahan gaya Farisi sangat tergantung
kepada kemahiran mengubah ubah ujung pena, ada huruf yang ditulis hanya
dengan sepertiga lebar ujung pena, seperti gigi sin, kepala ha‟, bulatan atas
shad dan puncak kaf,4 dan tulisan ini banyak dipakai untuk tulisan- tulisan
surat raja, perjanjian- perjanjian negeri pada zaman kejayaan Islam.
4
28
Kaidah Khat Farisi
29
5. Khat Diwani
Satu tulisan yang punya arti dan pemakaian luas di dunia muslim
adalah Khat Diwani, yang dipopulerkan oleh kesultanan Usmani di akhir
abad ke-9/15, meskipun hubungan dengan tulisan Persia lebih awal tidak
sejelas Nasta‟liq dan Shikastah, Diwani khusunya dipakai untuk dokumen
resmi, pernyataan/ proklamasi, dan lencana tanda tangan resmi (tughra)
dimana diciptakan untuk setiap sultan Usmani, Diwani tidak pernah
menikmati popularitas untuk penyalinan al-Qur‟an atau prasasti epigrafis.
Tulisan bulat itu dapat dikenali oleh gerakannya yang melimpah ruah dan
hurufnya bertambah dan menaik secara bertahap pada akhir baris, ia
menampilkan ciri kecenderungan pada penggabungan huruf- huruf dengan
posisi luar biasa dan tidak konvensional dan tanda bunyi biasanya tidak
ada.5
Alur goresan untuk Diwani sangat jauh berbeda dengan goresan
untuk Khat Naskhi, Riq‟ah, atau Tsulust. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam Diwani, yaitu goresannnya sangat lentur dan bebas,
seringkali ukuran dan bentuk huruf- huruf dalam satu kalimat tidak seragam,
tergantung kepada kepantasan atau selera penulisnya, untuk memenuhi
kelenturan yang dibutuhkan, maka potongan pena dibuat sangat miring
kurag lebih 50ᴼ. Diwani hampir tidak pernah dibantu oleh unsur- unsur
tambahan seperti harokat atau hiasan bebungaan, boleh digunakan sekedar
untuk memberikan tekanan vokal, misalnya harokat atau huruf akhir, supaya
5
30
pembaca mengerti maksdunya, hurufnya digoreskan dengan sangat miring
kekiri, saling tumpang tindih antara satu huruf dengan yang lain, rata- rata
hurufnya ditulis di atas garis kecuali huruf jim, ha‟, kha‟, mim, dan lam
akhir, kebanyakan hurufnya bulat melengkung,
Dinamakan Khat Diwani karena tulisan ini awal tumbuhnya khusus
dipakai untuk tugas adminsitrasi perkantoran pada masa Turki Usmani,
dalam bahasa Arab kata Diwani berarti kantor. Khat Diwani ini ada dua
macam, yakni Diwani ‘ādi ( Diwani biasa) dan Diwani Jalī ( Diwani rumit).
Diwani „ādi adalah khat Diwani yang tidak menggunakan hiasan huruf sama
sekali. Sedangkan Diwani Jalī adalah Khat Diwani yang menggunakan
hiasan huruf secara penuh untuk menghindari adanya kekosongan di antara
huruf.6
6
31
Kaidah Khat Diwani „ādi
32
6. Khat Riq’ah
Riqa‟ jamaknya Ruq‟ah, artinya “lembaran daun kecil halus”,
darimana nama tersebut didapatkan, diduga berasal dari naskhi dan Tsulust,
bentuk- bentuk asalnya sama dengan huruf- huruf Tsulust, baik dalam
keadaan tunggal mauapun ketika dalam bentuk susunan, Khat Riq‟ah
mempunyai kelainan- kelainan dalam beberapa hal, yaitu, tulisan Riq‟ah
lebih cenderung kepada bulatan- bulatan daripada tulisan Tsulust, huruf-
huruf Riq‟ah lebih halus daripada huruf- huruf yang lainnya, Tarwis atau
janggut sangat jarang atau hanya sedikit sekali, pusat garis lingkaran „ain
tengah dan akhir kerapkali terkatup tanpa lubang, demikian pula huruf fa‟,
qaf, mim, dan wawu adapun, sad, ta‟, „ain tungggal dan awal senantiasa
terbuka.7
Keistimewaannya adalah Khat Riq‟ah sangat cepat jika digunakan
untuk menulis catatan, letak keindahannnya adalah pada kesamaan ukuran
huruf yang ditulis dan kelurusan garis penulisan, khat ini juga sangat sedikit
menggunakan hiasan, dan tidak pula membutuhkan penanda vokal, khat
Riq‟ah ini pada awalnya hanya untuk keperluan pencatatan dan perkantoran,
bukan untuk penulisan mushaf al- Qur‟an, karena tulisan ini banyak
digunakan untuk penulisan lembaran atau surat, maka khat ini disebut
dengan khat Riq‟i.
7
33
Kiadah Khat Riq‟ah
34
Contoh alat-alat Kaligrafi:
1. Handam/Pena
2. Tinta Cina
35
B. KH. Fais dan Karyanya di Mushaf Istiqlal Indonesia
Setiap manusia yang berakal dan berimajinasi pasti mempunyai
karya seni, tetapi karya tersebut berbeda –beda setiap karya seninya
masing-masing. Karya seni Islam yang fenomenal di Indonesia adalah
Mushaf al-Qur‟an Istiqlal Indonesia, Mushaf al-Qur‟an yang berada di
masjid Istiqlal di Jakarta ini memanglah begitu indah bagi yang melihat
Mushaf tersebut.
Mushaf Istiqlal ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
Festival Istiqlal I, 15 Oktober 1995 (7 Muharram 1412 H), dan
diluncurkan Presiden Soeharto pada Festival Istiqlal II, 23 September 1997
(27 Rabi‟ul Akhir 1416 H). Sebelum diresmikan Mushaf ini telah
mengalami pentasihan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran
Departemen Agama RI, selesai pada 6 Juni 1995 (7 Muharram 1416 H).
Para penulis Mushaf ini adalah KH Abdurrazzaq Al-Muhilli
sebagai perancang pola, KH. Muhammad Faiz Abul Razzaq (ketua). M
Abdul Wasi Ar, H Imron Ismail, Baiquni Yasin, Mahmud Arham,
Islahuddin (anggota), serta H. Muhammad Idris Pirous sebagai asisten.
Mushaf Istiqlal ini ditulis sesuai rasm usmani dengan gaya tulisan
Naskhi.8 Teknik dan pola penulisan Mushaf Istiqlal dirancang oleh sebuah
tim dan para pakar desain grafis dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
8
Bayt al-Qur‟an dan Museum Istiqlal, dalam http://Quran-nusantara.
36
Mushaf Istiqlal ini tidak jauh beda dengan al-Qur‟an lain yang
beredar di Dunia Islam, kecuali dari segi teknik penulisan dan
iluminasinya. Beberapa spesifikasi yang menjadi ciri khas dari Mushaf
Istiqlal ini adalah sebagai berikut:
1. Surat Al-Fatihah ditulis di dua halaman bersebelahan (kanan dan kiri).
Iluminasi dua halaman tersebut mewakili seluruh ragam budaya
Indonesia (waktu itu 27 provinsi, sekarang 33 provinsi), menghiasi
khat Surah Al-Fatihah sebagai ummul-quran atau induknya al-Qur‟an.
Gambar 1:
Halaman Surah al-Fatihah
2. Seluruh halaman Mushaf Istiqlal dihias dengan beragam iluminasi
yang diinspirasi dari ragam hias seluruh Provinsi, dan didukung oleh
45 wilayah budaya Indonesia. Di samping itu, iluminasi surah
Al-Fatihah (ummul-quran). Tengah Mushaf (nisful-quran), dan akhir
[image:45.595.135.511.222.556.2]
37
„‟iluminasi nusantara. Setiap 22 halaman, iluminasi berganti dari satu
wilayah budaya ke wilayah budaya lainnya.
3. Setiap awal surah ditulis di awal halaman.
4. Setiap awal juz ditulis dengan huruf lebih tebal, dan terletak di
berbagai posisi, yakni di awal atau di tengah halaman.
5. Iluminasi dirancang oleh para ahli desain grafis Indonesia.
6. Setiap halaman memuat 13 baris, kecuali halaman akhir surah yang
terkadang diisi dengan iluminasi tambahan.
7. Tanda waqof lazim lebih ditonjolkan warna merah dari pada tanda
waqaf lainnya.
8. Tanda-tanda juz‟, Hizb, sajdah dan ruku‟ diberi iluminasi khusus yang
berbeda satu sam lain dan terletak di tepi halaman.
9. Sistem penulisan Mushaf Istiqlal menganut kaidah „‟golden section’’,
yaitu terletak dengan serasi, indah dipandang, dan tidak membuat
bosan mata membacanya.
10.Jumlah halaman 970, lebih banyak dari Mushaf biasanya.
11.Alat tulis (qalam) yang digunakan disebut handam yang banyak
tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan Malaysia.
12.Tinta yang digunakan adalah Martin‟s Black Star India, dan kertasnya
bermerek Durex ex dari Jerman9
Sejarah pembuatan Mushaf Istiqlal. Sebelum dimulainya
penulisan mushaf alquran istiqlal yang indah ini, yang pertama kali
9
38
menggagas ialah KH. Abdul Razzaq al-Muhilli ayah KH. Muhammad
Faiz Abdul Razzaq, ia ialah perancang pola Mushaf Al-Qur‟an Istiqlal
Indonesia. Namun kondisi ayah Faiz sudah tidak begitu kuat, ayah
Faiz berpesan kepada Faiz. Beliau menyuruh Faiz untuk
menyelesaikan Mushaf Al-Quran. Karena dari beberapa anak dari KH.
Abdul Razzaq al-Muhilli yang berbakat di bidang kaligrafi yaitu KH.
Muhammad Faiz Abdul Razzaq dan adik Faiz yang bernama Abdul
Wasik Abdul Razzaq. Tidak begitu lama KH. Abdul Razzaq
al-Muhilli meninggal dunia, Faiz pun mempunyai tanggungan yaitu
penyelesaian Mushaf Al-Quran Iatiqlal Indonesia. Faiz mengabari ke
pondoknya Gontor bahwa ayah saya telah meninggal dengan
tersenggu- sengguk. Faiz disuruh ketua pondok Gontor ke Jakarta
tepatnya di kantor Masjid Istiqlal Jakarta untuk mengabari kalau ayah
Faiz telah meninggal dunia, sebab ayah Faiz mempunyai hutang
penulisan Mushaf Istiqlal yang belum di selesaikan.
Setelah tiba di kantor Masjid Istiqlal Faiz langsung disambut
oleh jajaran pengurus Masjid Istiqlal, kemudian pengurus
menceritakan semua ke Faiz tentang ayahnya Faiz kalau mempunyai
hutang menulis Mushaf Al-Quran istiqlal. Faiz pun menyetujui
permintaan pengurus tersebut untuk melanjutkan penulisan Mushaf
Istiqlal Indonesia yang bisa di lihat sa‟at ini.10
10
[image:48.595.154.502.161.531.2]
39
Gambar 2:
Keterangan dimulaiya penulisan Mushaf Istiqlal Indonesia
terjemah: bismillahirrohmanirrohim dengan ini pelaksanaan penulisan
al-Quran Istiqlal Indonesia Secara Resmi dimulai, semoga Allah subhanahu
wata‟ala memberkahinya. Jakarta 7 Rabiul Akhir 1412 H/15 Oktober 1991
[image:49.595.141.513.105.529.2]
40
Gambar 3:
Menerangakan telah selesainya penulisan Mushaf Istiqlal Indonesia
Terjemah : „‟bismillahirrohmanirrohim dengan asma Allah yang maha
pengasih dan penyayang, dengan mengucapkan alhamdulillah saya
nyatakan Mushaf Istiqlal telah selesai dilaksanakan dengan baik dan
lancar. Sejak tanggal 15 Oktober 1991 sampai dengan 15 September 1995.
Maka Mushaf Istiqlal ini saya persembahkan kepada bangsa Indonesia,
dan ummat Islam seluruh Dunia. Agar kita senantiasa meningkatkan iman
dan taqwa kepadanya. Semoga Allah subhanahu wata‟ala memberi taufiq
dan hidayah-Nya kepada kita, amin. Jakarta 23 september 1995 M/ 27
[image:50.595.140.503.153.540.2]
41
Gambar 4:
Tanda tashih khusus
Keterangan : bismillahirrohmanirrohim, tanda tashih khusus. Lajnah
pentashih mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia
menerangkan bahwa: Mushaf Istiqlal (ukuran 106 cm x 65 cm) telah di
Tashih oleh lajnah pentashihan Mushaf Al-Quran Departemen Agama
42
Keterangan : KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq sebagai (ketua),
Muhammad Abdul Wasik Abdul Razaaq, Baiquni Yasin, Mahmud Irham,
43
Gambar 6:
Penerbitan Mushaf Istiqlal Indonesia
Terjemah : diterbitkan oleh : Yayasan Festifal Istiqlal, Jakarta Indonesia.
Ramadhan 1416 H. Februari 1996 M. Dicetak oleh Jayakarta Agung Ofset
Jakarta Indonesia.
C. KH. Faiz dan Karyanya di Mushaf Sundawi Jawa Barat
1. Mushaf Sundawi
Mushaf Sundawi adalah istilah yang dikaitkan dengan konsep
Desain dan tatanan iluminasi yang diterapkan pada setiap halaman
mushaf ini. Pada prinsipnya ada dua sumber inspirasi atau acuan desain
yang digunakan. Pertama, yang referensinya berasal dari motif Islami
Jawa Barat, misalnya memolo masjid, motif batik, ukiran mimbar,
[image:52.595.140.500.111.534.2]
44
tidak bersifat anthropomorphic (dari bentuk manusia) ataupun
zoomorphic (dari bentuk binatang). Jenis motif kedua , yaitu desain
yang bersumber pada sejumlah plora tertentu yang khas Jawa Barat,
seperti gandaria dan patrakomola.
Pembuatan Al-Quran Mushaf Sundawi diprakarsai oleh Gubernur
Jawa Barat waktu itu, H. Raden Nuriana. Peresmiannya dilakukan pada
tanggal 14 Agustus 1995 (17 Rabiul Awal 1416 H), pada peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan itu Gubernur
membubuhkan „‟Basmalah‟‟ pada lembar awal Mushaf sebagai simbol
dimulainya penulisan Mushaf Sundawi. Untuk mewujudkan al-Qur‟an
yang shahih dalam segi penulisannya dan estetis dalam segi
perwajahannya, dibentuklah tim kerja yang terdiri atas para ulama, ahli
kaligrafi (kaligrafer).
2. Tim pelaksana
Ide/prakarsa: R Nuriana (gubernur Jawa Barat); Pembina ; H Agus
Muhyidin, HMA Sampurna, Drs H Lukman Sutaryan; penanggung
jawab; Drs H Diharna (ketua): pelaksana harian: Drs HM Sholeh
(koordinator): Bidang pelaksana : Mahmud Buchari, ketua: HM Faiz
Abdul Razzaq, Drs H Syarief Hidayat Mhum, Dr Abay D Subarna;
bidang kaligrafi : Drs Wahidin Loekman(ketua), H Abdul Wasi,
Baequni Yasin, Mahmud Arham, H Ahmad Hawi Hasan: bidang desain
45
3. Data teknis
Al-Quran Mushaf Sundawi dibuat di atas kertas jenis Concueror
Laid, tipe Ripe Art Spesial, warna China White, 250 gr, buatan Inggris.
Dengan prinsip pembagian golden section, dibuat dengan gubahan
dengan ukuran tinggi 77,4 cm dan lebar 45,6 cm. Luas bidang untuk
kaligrafi 38,2 x 54,55 cm. Jumlah halaman 763 halaman. Tinta yang
digunakan adalah bermerek Ph. Martin‟s warna Black Star (buatan
[image:54.595.139.551.245.586.2]America) untuk khat, dan cat akrilik Winsor dan Newton (buatan .11
Gambar 1:
Halaman Ummul al-Qur‟an Mushaf Sundawi
11
Booklet “ Penulisan al-Qur‟an Mushaf Sundawi”, dalam
[image:55.595.143.504.111.649.2]
46
Gambar 2:
Halaman Khotmil al-Qur‟an Mushaf Sundawi
Gambar 3:
47
D. KH. Faiz Sebagai Dewan Hakim Mkq ( Musabaqoh Khatil Qur’an) Nasional
1. Mengenal MKQ dan sejarahnya
Musabaqoh Khat Al-Qur‟an (MKQ) adalah cabang Musabaqoh
Tilawatil Al-Quran (MTQ) yang menekankan kepada kemahiran menulis
atau melukis ayat-ayat Al-Quran. MKQ yang bertujuan mendidik untuk
melahirkan para penulis dan pelukis kaligrafi mahir dan profesional,
memiliki peranan dan fungsi dalam kehidupan individu maupun sosial
pesertanya. Dalam fungsi individual, MKQ berperan sebagai sarana
komunikasi, sumber usaha, dan wahana ekspresi yang penuh nilai estetika.
Sedangkan dalam fungsi sosialnya MKQ membuka jalan dan mendorong
semakin banyak digunakannya kaligrafi untuk segala kepentingan sepeerti
dekorasi masjid dan panggung-panggung atraksi, penulisan buku-buku
pelajaran, mushaf al-Qur‟an, majalah, koran, dan sarana-sarana informasi
tekstual dan visual seperti advertensi dan pameran. Kaligrafi juga
difungsikan untuk medium-medium seni dan sarana peralihan kebudayaan
dan peradaban.
Untuk pertama kalinya kaligrafi dikompetisikan dalam banyak
sayembara pata MTQ Nasional ke-12 tahun 1981 di Banda Aceh disusul
kemudian MTQ Nasional ke-13 tahun 1983 di Padang. Materi lombanya
adalah penulisan ayat-ayat al-Qur‟an dalam bentuk Naskah hitam putih
48
Pontianak, kaligrafi tidak disayembarakan dan hanya didemonstrasikan di
kain spanduk di muka umum. Kaligrafi barulah dilombakan secara
langsung dengan diikuti utusan yang mewakili kafilah Provinsi pada MTQ
Nasional ke-15 tahun1988 di Bandar Lampung dan MTQ Nasional ke-16
tahun 1991 di Yogyakarta. Untuk mengerjakannya karya penulisan Buku,
Penulisan Dekorasi, dan penulisan Hiasan al-Qur‟an tanpa membedakan
kelas putra dan putri. Pada MTQ Nasional ke-17 tahun 1994 di Pekanbaru
dan MTQ-MTQ Nasional selajutnya, peserta MKQ diwakili oleh putra dan
putri dari setiap Provinsi untuk masing-masing mengerjakan karya
golongan Naskah, Hiasan Mushaf, dan Dekorasi.
2. Peralatan MKQ Nasional
Ada beberapa peralatan MKQ yang harus diketahui oleh peserta cabang
MKQ antara lain:
a. Peralatan musabaqoh yang rumit dan beragam terdiri dari aneka jenis
kalam (pena) dan cat dengan aneka medianya seperti kertas dan triplek.
b. waktu pengerjaan yang panjang (6 sampai 8 jam).
c. hasil karya yang permanen sehingga dapat dilihat dan dinilai secara
terbuka oleh semua pihak setiap saat.
Ciri-ciri ini merupakan modal untuk mengukur metode penilaian dan
kapabilitas Dewan Hakim MKQ sehingga dapat memilih, memilah, dan
memutuskan karya-karya unggulan secara cermat dan akurat. Dari tiga ciri
di atas, ada empat tuntutan yang harus dipenuhi Dewan Hakim MKQ
49
a. mengenal baik peralatan musabaqoh (dari ukuran dan potongan kalam
hingga warna primer dan tertier cat pilihan peserta) karena menentukan
kualitas hasil karya.
b. Menilai dengan cermat dan tidak terburu-buru dengan „‟ menyisir‟‟
semua karya secara berulang untuk mengklasifikasi karya-karya
terpilih dan tersisih.
c. Sanggup menentukan secara tepat karya-karya unggulan berdasarkan
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi, sehingga
dapat menghindarkan kontroversi dan klaim dari semua pihak.
d. Sanggup menerangkan alasan-alasan di balik pemilihan karya-karya
unggulan dan menjelaskan kelebihan serta kekurangan setiap karya
yang dinilainya.12
12
Sekitar perhakiman dan Pembinaan MKQ, dalam
50
3. Dewan Hakim MKQ Nasional KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq atau yang biasa di kenal
dengan nama Ustad Faiz ini begitu giatnya dalam menyiarkan kaligrafi
dari pelosok desa sampai dengan menjadi dewan hakim MKQ (
Musabaqoh Khatil Qur‟an).
Musabaqoh Khatil Quran Nasional dalam kesempatan ini Meteri
Agama mewanti-wanti kepada Dewan Hakim untuk mengawal kredibilitas
MTQ cabang MKQ tersebut. „‟Dewan Hakim dan segenap Panitera, saya
minta betul-betul bertanggung jawab mengawal kredibilitas MTQN ini.
Karena ini bukan ajang perebutan piala, namun juga mengandung muatan
dakwah dan basis-basis ibadah.
Menteri Agama melihat, Dewan Hakim merupakan unsur utama
dalam MTQN, karena memegang tanggung jawab kunci dalam proses
penilaian dan penetapan juara. Menurut Menteri Agama, kualitas MTQN
bukan semata-mata karena hasil, namun juga proses. Di sinilah keberadaan
Hakim sangat penting dan menentukan.
Tugas ini adalah sebuah kepercayaan dan kehormatan yang harus
dijaga. Menjalankan tugas secara sportif, jujur, profesional, netral, dan
mandiri. Harus betul-betul cermat, adil, transparan dan objectif‟‟, pesan
Menteri Agama.
Diakui Menteri Agama, tugas sebagai Dewan Hakim menuntut
51
Dewan Hakim bersifat final dan tidak bisa diganggu gugat. „‟ Dewan
Hakim harus mengesampingkan faktor subyektifitas seperti kedaerahan,
kesukuan, perguruan, dan unsur kedekatan lainnya‟‟.13
KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq sebagai Dewan Hakim MKQ
Nasional ini sangat bagus. ia menjadi Dewan Hakim MKQN ini pada
cabang Mushaf dan Naskah. Adapun Mushaf dapat dinilai dari aspek
kreatifitas dan kebenaran kaidah. Sedangkan untuk Naskah hanya terfokus
pada Kaidah huruf dan komposisi tulisan.
13
Anom Prihantoro, “Menag lantik Dewan Hakim MTQ Nasional”, dalam
52
BAB IV
TANGGAPAN TAKMIR MASJID TENTANG KALIGRAFI KH. MUHAMMAD FAIZ ABDUL RAZZAQ
A. Masjid Al- Akbar Surabaya
Pada Masjid-Masjid Agung hiasan tempelan disamping
menggunakan hiasan tersebut, juga menggunakan hiasan motif hias zaman
Hindu juga motif-motif baru yang berpola geometris, pengaruh seni hias
Majapahit tampak jelas pada penggunaan motif daun-daunan dan bunga
yang disusun sedemikian rupa agar sesuai dengan bidang pahatan yang
berbentuk lingkaran, kebiasaan menghias bidang lingkarn sering terdapat
pada kaki candi. Hiasan semacam ini sering disebut hiasan Medalion yang
tampil kembali pada Masjid.27
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya adalah bangunan masjid
yang cukup besar yang kini telah hadir di tengah masyarakat metropolitan
Surabaya. Lokasinya tepat pinggir jalan tol, dan tidak terlalu jauh dari
terminal antar kota Purabaya. Ide awal pembangunan Masjid Al- Akbar
Surabaya, berawal dari walikota Surabaya dan Gubernur Jawa Timur.
Keiiginannya sederhana, yaitu ingin membangun sebuah Masjid yang bisa
menjadi sebuah kebanggaan warga kota, masjid yang memungkinkan
untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang untuk beribadah, masjid
yang mungkin bisa menjadi pusat pengikat batin warga muslim kota ini,
27
53
bahkan idealnya, masjid ini bisa di fungsikan sebagai pusat pergerakan,
pusat pendidikan, dan pusat informasi dunia Islam yang ada di Surabaya.
Karena banyaknya begitu harapan- harapan ideal yang ada dalam proses
lahirnya masjid ini, maka setelah dilakukan peletakan batu pertama oleh
wakil presiden Try Sutrisno tanggal 4 Agustus 1995, dilakukanlah
serangkaian pertemuan dan pembahasan, tentang bagaimana masjid ini
akan diwujudkan dan bagaimana masjid ini kelak akan difungsikan.
Salah satu keunggulan corak Masjid Al-Akbar Surabaya, yang
hampir memiliki kesamaan dengan corak masjid lainnya di Indonesia,
ialah menonjolnya corak ukiran dan kaligrafi yang menghiasi berbagai
elemen di Masjid Al-Akbar Surabaya, hanya saja, mungkin yang agak
berbeda adalah dari segi jumlah,karena dalam pembangunan Masjid
Al-Akbar Surabaya, banyak sekali dimunculkan ornamen ukir dan kaligrafi
sebagai pelengkap utama struktur masjid. Secara umum, kondisi ini
hampir sama dengan bentuk ornamen interior masjid zaman dahulu,
dimana bentuk ukiran dan kaligrafi banyak sekali menjadipenghias
masjid-masjid di tanah air, beberapa bagan yang umumnya dihiasi dengan
ukiran dan kaligrafi yang di posisikan di pintu, jendela, kaca, hiasan
dinding, diatas yang sering diukir dngan kaligrafi, podium, dan beberapa
elemen yang seringkali menghiasi masjid- masjid tempo dulu.
Di masjid Al- Akbar Surabaya sendiri, ada beragam bentuk ukiran
54
memasuki masjid saja, pengunjung telah disambut oleh 45 pintu ukir dari
kayu jati. Diserambi adapula bedug besar yang memiliki ciri khas karena
diukir khusus, begitu pula dengan kentongan yang juga diletakkan di
serambi depan masjid. Begitu memasuki masjid, pengunjung akan
disuguhi oleh ornament ukir dan kaligrafi yang sangat dominan menguasai
dinding- dinding masjid, di mihrab, di relung masjid, kubah, di dinding-
dinding utama, ukiran- ukiran yang bernuansa khas Indonesiamenghiasi
dengan cantik dan anggun, pun di ornament atas, yang penuh dengan
kaligrafi Al- Qur’an sepanjang 180 meter dengan lebar 1 meter, semua
elemen ukir dan kaligrafi Al- Qur’an itu menambah keagungan dan
keteduhan Masjid Al- Akbar Surabaya.28
Kaligrafi yang berada di Masjid Al-Akbar Surabaya merupakan
hasil dari rangkaian proyek pembangunan yang bersamaan dengan
pembangunan masjid Al-Akbar Surabaya, dan desain kaligrafinya di
desain oleh KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq dan kemudian dikerjakan
oleh tim pengerajin kaligrafi pimpinan KH. Muhammad Faiz Abdul
Razzaq.
Pada tulisan kaligrafi yang berada di Mihrab Masjid Al-Akbar
Surabaya terdapat tulisan kaligrafi dengan jenis kaligrafi Tsulus yang
desainnya membentuk huruf “ U ”. di bagian Relung Imam ada dua jenis
kaligrafi dengan lafad la ilaha illahu muhammad rasulu alaihi berbentuk
28
55
bulat dan lafad innani anna allaha lailaha illa ana fa budni wa aqimi al
salata lidhikri dengan jenis tulisan yang sama yaitu Tsulust Jali.
Di dinding interior pertama di atas terdapat lafad ya ayyuha
al-ladhina amanu ista inu bi al-sabri wa al-salatu innallaha ma’a al-sabirina.
Ayat ini menggunakan jenis kaligrafi Naskhi. Di bagian dinding interior
kedua juga terdapat lafad Ba’da islahiha wad uhu khaufan watama’an inna
rahmata allahi qoribun minal muhsnina. Ayat ini juga menggunakan khat
Naskhi.
Pada dinding di dalam masjid atau interior, hiasan dekorasi dan
kaligrafinya antara sebelah Utara dan Selatan ayatnya sama, dengan
komposisi pembuatanya dari kayu, sehingga menunjukkan akan keindahan
dan keserasian di dalamnya, begitu pula hiasan yang ada di eksterior
masjid, di dinding eksterior masjid Al- Akbar Surabaya terdapat gaya
kaligrafi yang berbeda dengan lainnya, ini berada di hiasan luar dinding
masjid agung yang masih berada di dalam Sahn29 untuk menghiasi jam
dinding yang besar yang terdapat di sahn, dan ada pula tulisan yang
melambangkan Masjid Nasional Al-Akbar dengan uiran yang sangat besar
yang terdapat di depan, kaligrafi yang terdapat di hiasan jam dinding
tersebut ialah di ambil dari surat Al- Asr.
29
Sahn adalah ruang terbuka dalam halaman dalam bangunan masjid, disebut juga “Sahn al
56
a. Tanggapan Prof. Dr. H. Achmad Zahroh’, Lc. MA. Tentang karya
Kaligrafi KH. Muhammad Faiz Abdul Razzaq.
Prof. Zahroh berpendapat bahwa ia berterima kasih sudah dikasih
amanat menjadi Imam besar masjid akbar. ia melihat semuanya
kaligrafi dan sesuai dengan kaidah termasuk yang lafadz
Allahussomad, huruf sod nya agak berbeda (surat al-ikhlas) tidak biasa
dengan huruf sod yang biasanya. Itu sebenarya Prof. Room keberatan,
ini kan tidak sesuai dengan kaidah. Kami sebagai orang bukan pakar
khot kami menghargai karya nya, karena untuk mengubahnya perlu
biaya yang cukup besar. Tetapi tidak apa-apa selagi tetap bisa di baca.
Kemudian yang kedua ia bersyukur standar yang memungkinkan di
baca. Karena ada kaligrafi yang susah sekali untuk dibaca. Ia melihat
keseluruh kaligrafinya bisa di baca. Jadi bukan mengejar seninya tetapi
tetap bisa di baca walaupun ada huruf yang di modifikasi.30
B. Masjid Baitul Haq Surabaya
Masjid Baitul Haq berada tepat di depan kantor kejaksaan Negeri
Surabaya dan terletak di Jalan Ahmad Yani Blok No.36 RT.006/RW.02,
Ketintang, Gayungan. Masjid ini dulunya adalah sebuah bangunan apotik
tetapi pada tahun 1998 bangunan ini diubah menjadi masjid dan selesai
pada tahun 2000.31 Masjid ini memiliki ukuran luas tanah: 1. 300 m2 dan
luas bangunan: 200 m2.
30
Zahroh, Wawancara, Surabaya, 13 Juni 2017.
31
57
Sebeluum memasuki masjid ini pengunjung maupun orang yang
akan melkukan shalat mereka disuguhkan oleh pintu masuk dengan
bangunan yang terbuat dari kayu yang di ukir. Setelah memasuki ruangan
dalam masjid, akan terlihat jelas keindahan ruangan yang di hiasi oleh
kaligrafi yang menempel di dinding depan dengan gaya khat tsulust.
Gaya khat tsulust ini terletak memanjang di depan ruangan masjid
ini. Tulisan khat ini berwarna emas sehingga kelihatan mencolok
menambah kesan harmonis di ruangan. Masjid ini dilengkapi oleh
furniture yang berbahan dasar kayu yang divernis menambah kesan elegan
di setiap ruangan. Yang kedua ialah khat Naskhi yang terletak ditengah-
tengah imam mengitari desain ruangan imam tersebut
a. Tanggapan Drs. Musthar tentang karya kaligrafi di Masjid Baitul Haq
Surabaya:
Ia berpendapat bahwa ia sebenarya tidak faham dengan khat, dan
tanggapanya dari segi keindahan, dan kerapian tulisan kaligrafi.
meskipun ia tidak memahami kaligrafi ia merasakan alurnya tulisan
kaligrafi yang indah seperti khat Tsulust yang menempel di dinding
Masjid tersebut.32
b. Tanggapan Muhammad Nur Sholikhin tentang kaligrafi di Masjid
Baitul Haq Surabaya:
32
58
Ia berpendapat bahwa penulisan kaligrafi tersebut sesuai dengan
kaidah.33
c. Tanggapan H. Abdul Kholis tentang kaligrafi di Masjid Baitul Haq
Surabaya:
Ia berpendapat bahawa karyanya Pak Faiz memang bagus dan indah
untuk dilihat dan dinikmati oleh setiap orang yang ada didalam masjid
ini. 34
d. Tanggapan Ridwan tentang kaligrafi di Masjid Baitul Haq Surabaya:
Ia berpendapat bahwa: pokoknya saya cuma berkomentar kalua
kaligrafinya Pak Faiz ini bagus dan indah.35
Takmir Masjid Baitul Haq di antaranya:
1. Drs. Musthar (ketua)
2. Muhammad Nur Sholikhin (bendahara)
3. H. Abdul Kholish ( dakwah )
4. Ridwan (Umum).
C. Masjid Agung Sidoarjo
Masjid Agung Sidoarjo merupakan Masjid terbesar di Kabupaten
Sidoarjo. Masjid ini terletak di Jalan Sultan Agung No 40., di seberang
pintu masuk Alun-alun Sidoarjo. Masjid ini memiliki 3 lantai yang terbuat
dari marmer. Ada sebuah prasasti batu marmer yang berada Tugu di
33
Muhammad Nur Sholikhin, Waw