PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU PROGRAM
TARTIL AL-
QUR’AN DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN PESERTA DIDIK
(Studi Multikasus di SMP
Khadijah Surabaya dan SMP Insan
Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Alaika M. Bagus Kurnia PS NIM. F1.2.3.15.201
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Bagus Alaika PS, Muhammad. 2017. Pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan peserta didik di SMP Khadijah
Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Tesis.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Program Pasca Sarjana. Universitas Islam Negeri Surabaya. Pembimbing: Dr. A. Yusam Thobroni, M.Ag.
Kata kunci: Pengembangan, Profesionalisme Guru, Program Tarti>l Al-Qur’a>n
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan program
pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l Al-Qur’a>n, bagaimana kondisi
kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an, dan apa saja faktor pendukung
dan penghambat pengembangan profesionalisme guru Tartil al-Qur’an di SMP
Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo.
Sehingga guru TQ dapat dikategorikan sebagai guru profesionalisme.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan mengambil lokasi penelitian di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Metode yang digunakan pada penelitian adalah observasi, dokumentasi dan wawancara dengan pendekatan fenomenologi. Dan selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan profesionalisme guru
program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri
Boarding School adalah adalah supervisi akademik, pelatihan, pembinaan rutin, micro teaching lanjutan dan evaluasi kinerja guru. Adapun kondisi keberhasilan
kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an antar kedua sekolah ini ada
perbedaan jika diprosentasekan, yaitu SMP Khadijah sudah mencapai 90% dari target yang ditentukan. Sedangkan SMP ICMBS masih mencapai 60-70% dari target yang ditentukan. Artinya kemampuan peserta didik di SMP Khadijah lebih baik dibandingkan dengan di SMP ICMBS.Faktor-faktor pendukung dalam pengembangan
profesionalisme guruprogram TQ di kedua sekolah tersebut adalah adanya kesadaran
dalam mengikuti kegiatan pengembangan profesionalisme guru dan didukung dengan adanya program kerja program TQ yang lain di SMP Khadijah. Ketiga, didukung fasilitas dan support yang kuat dari lembaga di SMP ICMBS. Kelima, pengatuaran
waktu pembelajaran Al-Qur’an yang fleksibel, dan keenam, target pembelajaran Tartil
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Kegunaan Penelitian ... 11
F. Penelitian Terdahulu ... 12
G. Metode Penelitian ... 17
H. Sistematika Pembahasan ... 24
BAB II KAJIAN TEORI ... 27
A. Tinjauan tentang Pengembangan profesionalisme guru ... 27
1. Pengertian Pengembangan Profesionalisme Guru ... 27
2. Fungsi Profesionalisme Guru ... 35
3. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru ... 37
4. Cara Pengembangan Profesionalisme Guru ... 40
5. Hambatan Dalam Mengembangkan Keprofesionalan Guru ... 42
xi
7. Supervisi Akademik sebagai salah satu upaya pengembangan
profesionalisme guru ... 45
B. Tinjauan tentang program Tarti>l al-Qur’a>n ... 55
1. Pengertian program Tarti>l al-Qur’a>n ... 55
2. Model pembelajaran al-Qur’a>n ... 56
C. Tinjauan tentang kemampuan peserta didik membaca al-Qur’a>n ... 71
1. Pengertian kemampuan peserta didik membaca al-Qur’an ... 71
2. Indikator kemampuan membaca al-Qur’an ... 72
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur’an ... 73
BAB III PENYAJIAN DATA ... 76
A. Gambaran Umum Sekolah ... 76
1. SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School ... 76
a. SMP Khadijah ... 76
b. SMP Insan Cendekia Muslim Boarding School ... 81
2. Guru dan Program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ... 85
a. Guru dan program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah Surabaya ... 85
b. Guru dan program Tartil al-Qur’an di Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ... 88
B. Paparan Data ... 91
1. Usaha Sekolah Mengembangkan Profesionalisme Guru Program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School ……….……… 91
xii
3. Faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan
profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah
Surabaya dan Di SMP Insan Cendekia Mandiri
Boarding School Sidoarjo ……….……… 101
BAB IV ANALISIS DATA ... 112
A. Analisis Usaha Sekolah dalam Mengembangkan Profesionalisme
Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan
SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ……….… 112 1. Analisis Usaha Sekolah dalam Mengembangkan Profesionalisme
Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP
Khadijah Surabaya ………. 112
2. Analisis Usaha Sekolah dalam Mengembangkan
Profesiona-lisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Insan
Mandiri Boarding School Sidoarjo ………..………... 119
B. Analisis Kemampuan Peserta Didik Program Tarti>l al-Qur’a>n di
SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri
Boarding School Sidoarjo dan Pengelompokan Kelas sesuai
dengan Tingkat KemampuanMereka ………... 126
1. Analisis Kemampuan Peserta Didik Program Tarti>l al-Qur’a>n di
SMP Khadijah dan Pengelompokan Kelas Sesuai
dengan Tingkat Kemampuan Mereka ………. 126
2. Analisis Kemampuan Peserta Didik Program Tarti>l al-Qur’a>n di
SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo dan
Pengelompokan Kelas Sesuai dengan Tingkat Kemampuan
Mereka ………. 128
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan
Profesionalisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah
dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School
xiii
1. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan
Profesionalisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP
Khadijah Surabaya ……….. 135
2. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Profesionalisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ……….. 144
BAB V PENUTUP ... 153
A. Simpulan ... 153
B. Saran ... 156
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Proses pendidikan menunjukkan adanya aktivitas atau tindakan aktif dan
interaksi dinamis yang dilakukan secara sadar dalam usaha untuk mencapai
tujuan.1
Faktor penting keberhasilan pendidikan adalah guru yang merupakan
pendidik professional dengan tugas utama mendididk, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.2 Profesionalisme tersebut diartikan sebagai suatu
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.3
Peningkatan profesionalitas guru penting dilakukan mengingat
pendidikan merupakan salah satu sarana terpenting dalam usaha
1
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,cet.I (Jakarta: Mini Jaya Abadi, 2003), 5.
2
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I pasal 1 ayat 1. 3
2
pembangunan sumber data manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusiaaan
yang pada gilirannya akan menciptakan suasana dan tatanan kehidupan
masyarakat yang beradab dan berperadaban.4 Selain itu, kemajuan suatu
bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu sumber daya manusia masyarakat
tersebut. Mutu sumber daya manusia tergantung pada tingkat pendidikan
masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan yang visioner,
memiliki misi yang jelas akan mengahsilkan keluaran yang bermutu. Dari
sanalah pentingnya manajemen dalam pendidikan diterapkan.5 Salah satunya
adalah pengembangan sumber daya manusia pendidik.
Pengembangan sumber daya manusia pendidik, khususnya
pengembangan profesionalisme guru merupakan usaha mempersiapkan guru
agar memiliki berbagai wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
memberikan rasa percaya diri untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya
sebagai petugas professional. Pengembangan atau peningkatan kemampuan
professional harus bertolak pada kebutuhan atau permasalahan yang nyata
yang dihadapi oleh guru, agar bermakna.6
Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia
dalam bidang pendidikan merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Hal ini
sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang menuntut pengelola pendidikan
agar dapat membuat perencanaan, pengorganisasian, melaksanakan, dan
4
Wan Moh Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmi Zarkasyi, dkk, (Bnadung: Mizan, 2003), 23.
5
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manjemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan; dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), 58.
6
3
evaluasi pendidikan secara mandiri sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 serta Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Perundang-undangan tersebut menuntut penataan manajemen dalam berbagai
jalur dan jenjang pendidikan serta mutu tenaga pendidik sesuai dengan
standar pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga tujuan masyarakat segera
terwujud. Dalam studi keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin lembaga
sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seorang yang
menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Kepala sekolah selaku top leader mempunyai wewenang dan kekuasaan serta strategi kepemimpinan yang efektif untuk mengatur dan mengembangkan bawahannya secara
professional. Lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan
sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas (mutu) pendidikan.
Untuk mendukung kemajuan sekolah, harus diperhatikan pentingnya
mengenai kompetensi professional guru, yaitu kemampuan dasar untuk
menjalankan tugas secara professional. Guru harus mengetahui dan
menguasai materi yang harus diajarkan, mempunyai kemampuan
menganalisis materi yang diajarkan, dan menghubungkannya dengan konteks
komponen-komponen secara keseluruhan, mengetahui dan dapat menerapkan
4
samping mengetahui, dan terampil memanfaatkan berbagai media serta alat
pembelajaran yang relevan dengan bahan ajar yang akan diajarkan.7
Profesi guru telah diakui memiliki banyak kontribusi terhadap
pembentukan sikap, perilaku, serta ketercapaian transfer of learning kepada para peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Jasa para guru ini
patut dihargai dengan segala konsekuensi peningkatan kesejahteraan dan taraf
kehidupannya, karena mereka disamping merupakan tumpuan harapan bagi
orang banyak, baik rakyat jelata maupun petinggi negara, juga tidak
terbayangkan akan seperti apa masa depan generasi muda bangsa ini jika
tanpa sentuhan profesionalitas guru.
Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Profesional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Profesionalisasi artinya
proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi professional.
Profesionalitas artinya suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota
suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Sedangkan
Professionalism artinya sifat professional (suatu paham yang mengajarkan bahwa segala sesuatu pekerjaan harus dilandasi pekerjaan tertentu).8
Profesionalisme yang dekade terakhir ini menjadi permasalahan yang
urgen dan dijadikan setiap pemberdayaan guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia saat ini. Pada hakekatnya profesionalisme guru itu
7
Muhaimin, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 170.
8
5
bagaimana sering difahami oleh kebanyakan guru, menurut Dedi Supriadi,
bahwa profesional menunjuk pada dua hal, yakni orangnya dan kinerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Sedangkan profesionalisme menunjuk
kepada derajat atau tingkat kinerja seseorang sebagai seorang professional
dalam melaksanakan profesi yang mulia.9
Sekarang ini, banyak sekolah-sekolah di daerah perkotaan tengah
mencoba meningkatkan mutu pendidikan dengan mengadakan
program-program baru dan bahkan bagi sebagian sekolah dapat dikatakan sebagai
program unggulan mereka. Dan mereka ternyata lebih memilih bidang
karakter, budi pekerti dan keagamaan untuk menjadi prioritas bagi
peningkatan mutu pendidikan. Sehingga selanjutnya diadakan program
belajar membaca al-Qur’an yang biasa dikenal dengan istilah program Tartil
al-Qur’an, atau Ta’lim al-Qur’an, atau lainnya. Dan di antara sekolah-sekolah
tersebut ada yang sudah menjalankan program tersebut selama satu periode
atau bahkan lebih lama. Dan pastinya mereka menghendaki program
semacam Tartil al-Qur’an yang sedang berjalan tersebut menjadi meningkat
dan berkembang kualitasnya. Sehingga dilakukan upaya-upaya dalam rangka
peningkatan atau pengembangan program tersebut. Dan profesionalitas guru
menjadi sangat penting untuk memerankan visi tersebut dan sebagai pelaku
aktif dalam mengembangkan program pembelajaran al-Qur’an yang
dimaksud. Apalagi upaya semacam ini dilakukan oleh sekolah-sekolah Islam
yang cukup terkenal elite di perkotaan yang dapat memunculkan rasa
9
6
penasaran dan bahkan rasa ingin tahu bagi mereka yang hendak mengambil
pelajaran dari cara mereka mengatur dan mengembangkan pendidikan di
sekolah mereka. Dalam hal ini peneliti memiliki pandangan dua sekolah yang
sudah memiliki kriteria tersebut, yaitu SMP Khadijah Surabaya dan SMP
Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Oleh sebab itu, penulis
dalam bagian ini juga akan menggambarkan program Tartil al-Qur’an dari
SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School ini.
Pertama, Program Tartil al-Qur’an dalam istilah di SMP Khadijah
yang juga disebut dengan nama Program Ta’lim al-Qur’an ini merupakan
salah satu program unggulan SMP Khadijah. Program ini bertujuan agar
siswa-siswi memiliki keunggulan di bidang membaca Al-Qur'an, serta untuk
dapat menuju perilaku anak sholeh, mampu menumbuhkan akhlak yang
qur’ani. Pembelajaran al-Qur’an di SMP Khadijah di awal pertumbuhannya
menggunakan metode Tilawati dan sekarang beralih pada metode Bilqolam
dengan harapan terwujudnya perkembangan yang signifikan di dalam
program ini. Pembelajarannya melalui dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu
tingkatan kelas jilid Bilqolam untuk pemula, tingkatan Juz ‘Amma (Juz 30)
untuk persiapan menuju al-Qur’an (Juz 1-29), tingkatan al-Qur’an sesuai
kategori juz dan dipersiapkan untuk mengikuti wisuda terbuka al-Qur’an, dan
tingkatan Tahfidz sebagai pengembangan dari tingkatan al-Qur’an.10
Kedua, Program Tartil al-Qur’an dalam istilah di SMP Insan Cendekia
Mandiri Boarding School yang dikatakan Program Mengaji al-Qur’an ini
10
7
merupakan salah satu program unggulan Yayasan Insan Cendekia Mandiri
Boarding School. Program ini bertujuan agar peserta didik memiliki
keunggulan di bidang membaca al-Qur'an, serta untuk dapat menuju perilaku
anak sholeh, mampu menumbuhkan akhlak yang terpuji di setiap jenjang
umur dan pendidikan. Program Mengaji Al-Qur’an di Insan Cendekia
Mandiri Boarding School menyiapkan generasi cinta al-Qur'an dan
pemimpin dunia, sebab al-Qur'an adalah pedoman hidup bagi seluruh umat di
dunia. Pembelajaran al-Qur'an di Yayasan Insan Cendekia Mandiri Boarding
School menggunakan metode tilawati dengan tingkatan materi yaitu, jilid
tilawati sebagai persiapan, dan selanjutnya ke tahap Hafalan/Hafidz
al-Qur’an. Setiap peserta didik lulus satu jenjang pendidikan al-Qur’an,
selanjutnya ia naik pada level hafalan. Dan pada akhirnya diadakan
munaqasyah dimana para peserta didik tersebut diuji oleh para munaqisy. 11
Dalam perkembangan program Tartil al-Qur’an tersebut, seringkali ada beberapa permasalahan yang menimpa profesionalisme guru al-Qur’an
diidentifikasikan dari penguasaan materi guru al-Qur’an yang kurang, cara
guru membawakan pembelajaran al-Qur’an terkesan monoton, kondisi kelas
yang tidak teratur dan tidak kondusif karena kurangnya kemampuan guru
mengelola kelas, administrasi yang tidak teratur dan berantakan dan lain
sebagainya. Hal ini merupakan kekurangan yang seharusnya segera dibenahi
untuk meningkatkan kualitas kemampuan peserta didik. dan lain sebagainya.
Untuk membenahi dan memperbaiki semua kekurangan itu, dilakukanlah
11
8
upaya-upaya oleh kepala sekolah untuk pengembangan program Tartil
al-Qur’an ini. Khususnya pimpinan program Tartil al-Qur’an tersebut akan
mengerahkan segala daya dan pikiran untuk memperbaiki temuan masalah di
dalam program yang dipimpinnya dan selanjutnya diperbaiki dengan berbagai
macam pendekatan untuk kemaslahatan bersama.
Dari dasar pemikiran tersebut menarik perhatian bagi peneliti untuk
mengadakan penelitian secara ilmiah dan mendalam pada persoalan
pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di sekolah
Islam. Dan berdasarkan pra penelitian terhadap kedua sekolah ini masih
belum ada penelitian yang memfokuskan masalah profesionalisme guru
program Ta’lim al-Qur’an yang sekarang lagi booming dan akan berimplikasi
pada peningkatan kualitas pembelajaran siswa serta menyinggung masalah
tentang kualitas/keunggulan (excellence), kemauan kuat untuk menjadi professional (passion for profesionalisme), dan etika (etichal).
Terlebih belum ada peneliti yang secara detail melihat seperti apa potret dan
tipologi guru al-Qur’an professional saat ini. Berdasarkan paparan di atas,
penulis tertarik untuk meneliti “Pengembanganprofesionalisme guru program
Tarti>l al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an
peserta didik (studi multi kasus di SMPKhadijah dan SMP Insan Cendekia
9
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, penulis telah
mengidentifikasi beberapa masalah yang ada di dalam penelitian ini, yaitu:
1. Perencanaan program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an peserta didik yang dinilai kurang matang dan
terkesan dadakan.
2. Implementasi program Tarti>l Al-Qur’a>ndalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an peserta didik yang dianggap kurang maksimal.
3. Evaluasi program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an peserta didik yang hanya sekedar menilai dan
menentukan kekurangannya saja tanpa adanya tindak lanjut solusi sebagai
perbaikan.
4. Pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’a>n peserta didik dianggap
kurang karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan tentang metode
mengajarkan baca Al-Qur’a>n, pengelolaan kelas yang kurang maksimal,
dan administrasi pembelajaran yang tidak teratur.
5. Pentingnya mengetahui faktor yang mendukung dan yang menghambat
pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l Al-Qur’a>n.
Selanjutnya agar tidak terjadi pembahasan yang melebar atau
kesimpangsiuran terhadap permasalahan ini, maka penulis membuat batasan
masalah agar terfokus pembahasannya sehingga lebih jelas dan terarah.
10
1. Bidang yang diteliti adalah pengembangan profesionalisme guru program
Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an
peserta didik di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri
Boarding School Sidoarjo, bukan guru sekolah.
2. Kemampuan peserta didik program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan
SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo dan
pengelompokan kelas mereka sesuai dengan tingkat kemampuan.
3. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan profesionalisme guru
program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia
Mandiri Boarding School Sidoarjo, bukan guru sekolah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus utama
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana usaha sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru
program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan
Cendekia Mandiri Boarding School?
2. Bagaimana kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an dan
pengelompokan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan tersebut di SMP
Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School
?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan yang menghambat pengembangan
profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah
11
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapatkan beberapa tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran upaya pengembangan profesionalisme guru
program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan
Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo
2. Mengetahui kondisi kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an
dan pengelompokan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan tersebut di
SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding
School Sidoarjo
3. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP
Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School
Sidoarjo.
E. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi kegunaan, baik
secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan pengajaran al-Qur’a>n
pada khususnya. Dan juga sebagai bahan kajian di UIN Sunan Ampel
Surabaya.
12
a. Bagi sekolah, sebagai sumber informasi dan evaluasi untuk
pengembangan profesionalisme guru program Tartil al-Qur’an
(Belajar Membaca al-Qur’an) di sekolah masing-masing.
b. Bagi pendidik dan pengelola pendidikan, semoga penelitian ini
dapat menjadi informasi dan referensi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan lebih meningkatkan keprofesionalitasnya sebagai
seorang guru al-Qur’an.
c. Bagi pembaca, sebagai referensi untuk mengembangkan
profesionalisme guru program Tartil al-Qur’an
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas tentang pengembangan
profe-sionalisme guru al-Qur’an belum pernah peneliti jumpai. Sehingga penulis
tertarik untuk membahasnya dalam penelitian tesis ini. Terdapat beberapa
kajian penelitian yang kebanyakan fokusnya pada pengembangan
profe-sionalisme guru sekolah, diantaranya sebagai berikut:
1. Disertasi yang ditulis oleh Istanto Wahju Djatmiko dengan judul
“Pengembangan Keperofesionalan Guru Sekolah Menengah Kejuruan”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah menanyakan bagaimana
kematangan psikologis (X1), kemampuan mengelola pengetahuan dan
keterampilan (X2), kegiatan pengembangan keprofesionalan (X3), kinerja
guru (X4), serta keefektifan guru SMK (X5); (2) bagaimana struktur
hubungan kausal terhadap kelima variabel di atas, (3) bagiamana
pengaruh langsung dan tak langsung pasangan variabel dari kelima
13
kelima variabel di atas. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional
dengan pendekatan expost facto research. Dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kematangan psikologis (X1) dan kemampuan
mengelola pengetahuan dan keterampilan (X2) guru SMK berpengaruh
secara signifikan terhadap kegiatan pengembangan keprofesionalan (X3)
yang dilakukan guru SMK serta berdampak pada kinerja (X4) dan
keefektifan (X5) guru SMK dalam melaksanakan profesinya. Dan hasil
penelitian secara deskriptif dapat dijelaskan bahwa sebagian besar guru
SMK (84,1%) memiliki kematangan psikologis termasuk kategori amat
baik. Sebagian guru SMK (55,6%) memiliki kemampuan mengelola
pengetahuan dan keterampilan termasuk kategori amat baik. Kualitas
kegiatan pengembangan keprofesionalan sebagian guru SMK (71,1%)
termasuk kategori baik. Sebagian guru SMK (73,3%) memiliki kinerja
termasuk dalam kategori amat baik. Sebagian guru SMK (53,0%)
menunjukkan kualitas keefektifan dalam bekerja termasuk dalam kategori
baik dan sebagian kecil guru SMK lainnya (36,2%) termasuk dalam
kategori amat baik.12
2. Tesis yang ditulis oleh Bustami, dengan judul “Pengaruh Pengembangan Profesionalisme guru SMP terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Aceh Timur”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi
ketersediaan guru SMP Negeri di Aceh Timur sudah sesuai dengan
12
14
standar pendidikan nasional, dan bagaimana pengaruh pengembangan
guru terhadap peningkatan mutu pendidikan. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitif-kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.
Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan guru berdasarkan
kualitas yaitu pendidikan minimal S1 sudah baik, yakni 64,8 guru di
kabupaten Aceh Timur sudah berpendidikan S1. Dari segi kuantitas dari
total guru 1150 yang tersedia 623 orang atau 54,2%, selebihnya diisi oleh
tenaga honor sebanyak 527 orang (45,8%). Dan pengembangan
profe-sionalisme guru mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan sebesar
32%, selebihnya 68% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.13
3. Tesis yang ditulis oleh M. Taufik dengan judul “Manajemen Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik di SMKN 2 Samarinda”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiamana upaya
peningkatan profesionalisme tenaga pendidik di SMKN 2 Samarinda
dalam meningkatkan kualitas mereka. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif dengan metode observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi. Pembahasan utama dalam penelitian
ini adalah upaya meningkatkan mutu pendidikan minimal memilih dan
memilah guru melalui uji kompetensi menuju terbentuknya guru
profesional dan merupakan indikator penting dalam meningkatkan
pendidikan bermutu yang akan melahirkan sumber daya bermutu pula
13
15
yang pada akhirnya akan meningkatkan sumber daya manusia secara
umum.14
4. Tesis yang ditulis oleh Yus Shofiyatus Sholihah dengan judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru, Studi di SMAN 1
Srengat Blitar”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
profesionalisme guru di SMAN 1 Srengat Blitar, dan bagaimana upaya
kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di
di SMAN 1 Srengat Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Dan untuk menganalisis data peneliti menggunakan
teknik analisis deskriptif. Lalu diadakan pengecekan keabsahan data
dengan menggunakan triangulasi. Hasil penelitiannya adalah bahwa (1)
Di SMA Negeri 1 Srengat profesionalisme guru cukup bagus, misalnya di
samping guru-guru PAI melaksanakan tugas pokok juga masih
melaksankan tugas tambahan dan juga selalu membuat kelengkapan
mengajar seperti : membuat RPP, diawal tahun ajaran baru harus
membuat prota (program tahunan), begitupun juga setiap semester
membuat promes (program semester), silabus, dan ketika dalam mengajar
menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan
agar anak itu tidak merasa jenuh.(2) Strategi kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru ialah mengikutkan guru dalam diklat,
14
16
pelatihan dan seminar, mengedepankan kedisiplinan, memotivasi guru,
supervisi, dan MGMP. Dan juga menetapkan bentuk imbalan kinerja dan
hukuman bagi yang lalai dalam menjalankan tugasnya.15
Dalam penelitian ini ada perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yaitu bahwa semua penelitian yang sebelumnya difokuskan pada
pengembangan atau peningkatan profesionalisme pendidik atau guru
sekolah, sedangkan dalam penelitian ini lebih spesifik kepada pengembangan
profesionalisme guru al-Qur’an dan belum pernah ada penelitian tentang ini
sebelumnya menurut penulusuran penulis, di samping perkembangan
program Tarti>l al-Qur’a>n di sekolah-sekolah Islam semakin pesat sebagai
program unggulan. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat materi ini
sebagai penelitian tesis.
Adapun dalam pembahasan tesis tentang pengembangan
profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n dalam meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik di SMP Khadijah Surabaya
dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ini penulis
lebih menekankan pada usaha sekolah dalam mengembangkan
profesional-isme guru program Tarti>l al-Qur’a>ndi SMP Khadijah Surabaya dan di SMP
Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Penulis juga
memfokuskan pada faktor pendukung dan penghambat pengembangan
profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya
dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Dan
15
17
selanjutnya lebih mendalam dalam pembahasan faktor yang mendukung dan
yang menghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l
al-Qur’a>n tersebut. Baik di SMP Khadijah Surabaya maupun di SMP Insan
Cendekia Mandiri Sidoarjo, program Tarti>l al-Qur’a>n merupakan program
yang diunggulkan dan diprioritaskan di samping masih banyak lagi lainnya.
Seiring perkembangannya yang pesat, mestinya sekolah mengharapkan
program tersebut menjadi lebih baik dengan sentuhan-sentuhan kebijakan
yang sengaja diberikan untuk meningkatkan kualitas program Tarti>l
al-Qur’a>n baik dari segi administrasi, pendidik , kurikulum maupun
pembela-jarannya. Oleh sebab itu, penelitian tentang pengembangan profesionalisme
guru al-Qur’an di sini dianggap penting dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan langkah-langkah
operasional dan ilmiah yang dilakukan dalam rangka mencari jawaban atas
rumusan masalah penelitian.16 Metode penilitian ini merupakan rencana
pemecahan bagi persoalan yang diselidiki.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Karena semua yang digali adalah bersumber
langsung dari objek yang bersangkutan untuk melakukan studi yang
mendalam. Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian
16
18
ini adalah data, keterangan yang lengkap dari komponen-komponen
sekolah yang bersangkutan terutama yang berhubungan dengan tema
penelitian ini.
2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Alasan
dipilihnya ini karena masalah yang dikaji menyangkut masalah yang
sedang berkembang dalam program Tartil al-Qur’an di sekolah, khususnya di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri
Boarding School Sidoarjo, yakni pengembangan profesionalisme
gurunya. Melalui pendekatan fenomenologi, diharapkan deskripsi atas
fenomena yang tampak di lapangan dapat diinterpretasi makna dan isinya
lebih dalam. Dan penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan profesionalisme guru
program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo.
Lexy j. Moleong mengungkapkan bahwa pendekatan
fenomenologi sebagai: pertama, pengalaman subjektif atau pengalaman
fenomenologikal; kedua, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seorang Husserl. Istilah fenomenologi sering digunakan
sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari
berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih
khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran
dan perspektif pertama seseorang. Peneliti dalam pandangan
19
orang–orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Atau berusaha
memahami subjek dari segi pandang mereka sendiri.17
3. Sumber Data
Maksud dari sumber data dalam penelitian ini adalah subjek di
mana data diperoleh.18 Sebagai penelitian kualitatif, sumber data utama
penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun yang menjadi informan
dalam penelitian ini adalah :
a. Kepala SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding
School
b. Guru yang mengajar program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan
SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School
c. Kepala/Koordinator program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan
SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis juga
menggunakan beberapa metode yang dikira sesuai dengan masalah yang
diteliti. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah sebagai
berikut :
17
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), 17.
18
20
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan atau pencatatan dengan
sistematik terhadap objek penelitian.19 Dalam metode ini, penulis
menggunakan observasi partisipan, yakni penulis mengadakan
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
langsung, dan turut ambil bagian dalam pengembangan
profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah
Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School
Sidoarjo.
Metode ini digunakan untuk mengamati langsung
pengembangan profesionalisme guru program TQ, antara lain:
1) Peningkatan kemampuan guru melalui pelatihan dan pembinaan.
2) Sertifikasi guru melalui kerjasama dengan lembaga atau instansi
al-Qur’an.
3) Eksplorasi kemampuan guru dalam Kelompok Kerja Guru
Al-Qur’an
4) Penertiban administrasi guru dalam melakukan pembelajaran
al-Qur’an
Sedangkan observasi di luar kelas dilakukan guna mengamati
keadaan sekolah pada umumnya (letak geografis, sarana dan fasilitas,
situasi dan kondisi) dan kemampuan guru dalam berinteraksi dan
berperan dalam pengembangan profesionalisme guru program
19
21
program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca
al-Qur’an peserta didik.
b. Wawancara
Wawancara yaitu cara atau metode yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab
sepihak. Adapun jenis wawancara yang penulis gunakan adalah
wawancara bebas terpimpin. Maksudnya, dalam melaksanakan
wawancara, penulis membawa pedoman yang hanya merupakan garis
besar tentang hal-hal yang akan digunakan. Wawancara ini ditujukan
kepada guru sebagai pengajar program Tarti>l Al-Qur’a>n dan kepada informan lain yang menjadi sumber data penelitian.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu usaha memperoleh data mengenai
hal-hal yang bersifat variabel yaitu berupa catatan, transkip, buku dan
lain-lain.20 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
angka-angka dan catatan penting, seperti data tentang hasil peserta
didik, keadaan sarana dan prasarana belajar, jumlah siswa, staf guru,
serta dokumen lain yang relevan dengan penyusunan tesis ini.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif, yaitu dengan menganalisa data yang terkumpul dari hasil
dokumentasi, obseravsi, dan wawancara.21 Adapun langkah-langkah yang
20
Winarno Surahman, Pengantar Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1982), 124.
21
22
diambil peneliti dalam menentukan langkah analisis data adalah
sebagaimana yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman sebagai
berikut:22
a. Pengumpulan data yaitu mengumpulkan seluruh data yang berhasil
dikumpulkan yaitu data dari hasil pengamatan (observasi, wawancara,
dan dokumentasi).
b. Reduksi data: yaitu proses pemilihan data, menggolongkan,
meng-arahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan, finalnya dapat
ditarik kesimpulan dan verifikasi.
c. Penyajian data: dalam penyajian data ini, seluruh data-data di
lapangan yang berupa dokumen hasil wawancara dan hasil observasi
akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi tentang
pengembangan profesionalisme guru tarti>l al-Qur’a>n dalam
mening-katkan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik.
d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi: adalah kegiatan penggambaran
secara utuh dari obyek yang diteliti pada proses penarikan kesimpulan
berdasarkan pada gabungan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang pada penyajian data melalui informasi tersebut, peneliti
dapat melihat segala sesuatu yang diteliti dan menarik kesimpulan
mengenai obyek penelitian.
22
23
6. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Sugiono, di dalam pengujian keabsahan data suatu
penelitian kualitatif perlu dilakukan beberapa hal meliputi uji kredibilitas
data (validitas internal), uji depenabilitas (realibilitas), uji transferabilitas (validitas eksternal), dan uji komfirmabilitas (obyektivitas).23
Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama,
trianggulasi sumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan
dokumen serta arsip yang memuat catatan berkaitan dengan data yang
dimaksud. Kedua, triangulasi teknik atau metode pengumpulan data yang
berasal dari wawancara, observasi, dan dokumen. Ketiga, triangulasi
waktu pengumpulan data merupakan kapan dilaksanakannya triangulasi
atau metode pengumpulan data. Keabsahan data dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi, Sugiono menjelaskan ada tiga macam
triangu-lasi.24 Ketiga triangulasi tersebut yaitu triangulasi sumber data,
pengum-pulan data, dan waktu. Ketiga triangulasi tersebut dapat digambarkan
dalam dalam bentuk skema di bawah ini:
Gambar 1.1 Triangulasi Sumber Data
23
Ibid., 270-271. 24
Ibid., 273-274.
Atasan Teman
[image:35.595.139.514.134.517.2]
24
Gambar 1.2
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Penjelasan dua dari triangulasi itu akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik adalah suatu alat untuk menguji kredibilitas data
dengan cara mengecek data yang sama namun dengan alat yang
berbeda.
Berdasarkan pemaparan di atas penelitian ini menggunakan dua
macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber data yang berupa observasi
serta wawancara dengan narasumber secara langsung dan dokumen yang
berisi catatan terkait dengan data yang diperlukan oleh peneliti.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan tesis ini, secara umum
penulis sajikan sistematika pembahasan yang meliputi lima bab, yaitu :
Bab pertama adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
Wawancara Observasi
25
kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua adalah kajian teori, meliputi tinjauan tentang
pengembangan profesionalisme guru meliputi pengertian pengembangan
profesionalisme guru, fungsi profesionalisme guru, syarat-syarat
profe-sionalisme guru, cara pengembangan profeprofe-sionalisme guru, hambatan dalam
mengembangkan keprofesionalan guru, dan upaya-upaya untuk
meningkat-kan dan mengembangmeningkat-kan profesionalisme guru, serta supervisi akademik
sebagai salah satu usaha mengembangkan profesionalisme guru. Dan
tinjauan tentang program Tarti>l al-Qur’a>n meliputi pengertian program
Tarti>l Al-Qur’a>n, dan model pembelajaran al-Qur’a>n. Dan tinjauan tentang kemampuan peserta didik membaca al-Qur’a>n, yang meliputi pengertian
kemampuan peserta didik membaca al-Qur’an, indikator kemampuan
membaca al-Qur’an, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca al-Qur’an.
Bab ketiga adalah adalah penyajian data yang meliputi gambaran
umum sekolah, yaitu gambaran SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia
Mandiri Boarding School, guru dan program Tartil al-Qur’an di SMP
Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School. Kemudian
dilanjutkan dengan penyajian data.
Bab keempat adalah analisis, yaitu meliputi Analisis Usaha Sekolah
dalam mengembangkan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di
26
Sidoarjo, analisis kemampuan peserta didik program Tarti>l al-Qur’a>n di
SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School
Sidoarjo dan pengelompokan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan
mereka, dan analisis faktor pendukung dan penghambat pengembangan
profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP
Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Pengembangan Profesionalisme Guru
1. Pengertian Pengembangan Profesionalisme Guru
Makna dari pengembangan adalah suatu tindakan, proses hasil
atau pernyataan ke arah yang lebih baik. Yang dimaksud dengan "ke
arah yang lebih baik" adalah adanya kemajuan, peningkatan, pembinaan,
pertumbuhan.1 Dan arti pengembangan menurut Kamus Bahasa
Indonesia adalah perihal berkembang, yakni menjadi besar, luas,
banyak, menjadi bertambah sempurna (pribadi, pikiran, pengetahuan dan
sebagainya).2
Sedangkan Warren G. Bennis membatasi pengertian
pengem-bangan. Ia berkata : "Development is a response to change, a complex
education strategy intended to change the beliefs, attitude, values and
structure so that they can be better adapt to new technology, market and
challenge and dizzying rate of change it self ".3
Artinya: pengembangan adalah usaha untuk mengubah, sebuah
strategi pendidikan yang komplek dengan tujuan untuk mengubah
kepercayaan, tingkah laku, nilai dan struktur agar mereka dapat
beradaptasi lebih baik dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru.
1
Thoha Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 6-7.
2
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 131.
3
28
Dari batasan Bennis, inti dari pengembangan adalah respon
terhadap realitas, pengembangan dilakukan untuk mengubah keyakinan
sikap, nilai dan struktur, pengembangan itu ke arah yang lebih baik,
pengembangan itu adaptif dan fleksibel karena harus sesuai dengan
probabilitas zaman.
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu. Profesional
adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya, dan mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya.4
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism
yang secara leksikal berarti sifat profesional.5 Jadi, yang dimaksud
dengan profesionalisme adalah keahlian (kemahiran) yang
dipersyarat-kan (dituntut) untuk dapat melalakudipersyarat-kan suatu pekerjaan yang dilakudipersyarat-kan
secara efisien dan efektif dengan tingkat kehalian yang tinggi dalam
mencapai tujuan pekerjaan tersebut. Untuk mencapai keahlian itu
seseorang harus melalui pendidikan spesialisasi tertentu (pada jenjang
pendidikan tinggi).
Jadi, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai keahlian
dalam membidangi bidangnya atas dasar pendidikan yang khusus.
Menurut Sudarwan yang dikutip oleh Mujtahid bahwa
pengembangan profesional tenaga pendidik dimaksudkan untuk
4
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, cet. ke-1, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002), 15.
5
29
memenuhi tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan
manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk menyusun
kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk
membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya
secara luas. Dengan demikian tenaga pendidik dapat mengembangkan
potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya
dengan alam lingkungannya. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan
dan men-dorong keinginan tenaga pendidik untuk menikmati dan
mendorong keinginan pribadinya, seperti halnya dia membantu peserta
didiknya.6
Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi.7
Profesional adalah tampilnya kemampuan untuk membuat keputusan
atas beragam kasus serta mampu mempertanggung jawabkan
berdasarkan teori wawasan keahliannya. sedangkan profesionalisme
adalah kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.8
Profesionalisme guru adalah guru yang menguasai, mampu
mengembangkan dan bertanggungjawab terhadap diisiplin ilmu,
memiliki kemampuan berinteraksi dengan anak didik secara profesional,
melindungi dan menghormati hak-hak anak didik, menjadi teladan
6
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang:UIN-Malang Press,2009), 27.
7
Koten, A.N, Pengembangan Profesionalisme Guru, (Malang: IKIP Malang, 1997), 16.
8
30
dalam sikap dan pemikiran, berkemampuan menyusun kurikulum
(satuan pelajaran) yang relevan, efektif dan efisien, memberikan
informasi yang luas dan mutaahkir, menciptakan suasana sekolah yang
kondusif bagi pengembangan peserta didik, memmbuat sistem penilaian
yang shahih serta pemantauan dan evaluasi yang teratur, sebagai
kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan baik dengan transfer
knowledge and attitude maupun pengembangan scientific attitude anak
didik.9
Profesionalisme dalam suatu pekerjaan atau jabatan ditentukan
oleh tiga faktor penting, yaitu; (1) memiliki keahlian khusus yang
dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi, (2)
kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (ketrampilan dan keahlian
khusus) yang dimiliki, (3) penghasilan yang memadai sebagai imbalan
terhadap keahlian yang dimiliki itu. Sebagai seorang guru yang
professional, setidaknya tercermin sifat-sifat yang bernilai tinggi dilihat
dari kaca mata Islam seperti:
a. Al-Usta>dz : kedalaman pengetahuan kurikulum, menetapkan standar
pengetahuan, kepastian tujuan.
b. Al-Syaik} : pengetahuan luar biasa, antusias pengetahuan, kesiapan
menjawab, bidang kolaboratif.
c. Al-Mudabbir : ketrampilan disiplin, efektifitas kerja, melakukan
perubahan perilaku.
9
31
d. Al-Muna>d}omah : perhatian pada siswa, ada kerja sama, penyalur
aspiratif.
e. Al-Had}onah : membangkitkan belajar, mempengaruhi siswa,
me-ngetahui keadaan siswa.
f. Al-Ima>m : harapan dan kemampuan siswa, mendorong potensi.
g. Al-Mudarris : Faham tujuan pembelajaran, lanjut pencapaian hasil,
menata kelas.
h. Al-Roi>s : hubungan kualitas siswa, saling menghormati,
menunjukkan kepercayaan.
i. Al-Muba>diroh : menjalin komunikasi dengan stakeholders,
mengga-lang informasi up to date, menyatukan ide-ide.
j. Al-Mu’allim : ketrampilan manajemen, memastikan perilaku siswa,
menunjukkan rasa hormat antar siswa.
Pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin
nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional
berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses
pendi-dikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan
kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk
memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
32
Seorang guru harus memiliki kemampuan profesionalisme dalam
mengajar. Kriteria kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:10
a. menguasai bahan
b. menguasai program belajar
c. mengelola kelas
d. menggunakan media/sumber
e. menguasai landasan-landasan kependidikan
f. mengelola interaksi pembelajaran
g. menilai prestasi siswa untuk kependidikan dan pengajaran
h. menguasai fungsi dan program pelayanan dan bimbingan di sekolah
i. mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang
sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar
kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan olah raga. Pengembangan
dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem
pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang
dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan tenaga kependidikan,
dituntut terselenggaranya kegiatan yang jelas sebagai satu kesatuan
10
33
fungsi yang integral. Artinya tujuan-tujuan itu pada dasarnya di
implementasikan melalui penyelenggaraan dimensi kegiatan yang
sejalan dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yang salah
satunya adalah pembinaan.
Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi
pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, kecakapan, di bidang pendidikan, ekonomi, sosial,
kemasyarakatan dan lainnya.
Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis,
pengem-bangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Berkenaan dengan hal
tersebut, menurut Rusli Syarif mengemukakan bahwa pembinaan adalah
suatu proses untuk membantu tenaga kerja untuk membentuk,
meningkatkan dan mengubah pengetahuan, keterampilan sikap dan
tingkah lakunya agar dapat mencapai standar tertentu sesuai dengan apa
yang dituntut oleh jabatannya.11
Berdasarkan penjelasan diatas, jelas bahwa pembinaan bermuara
pada adanya perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya yaitu
untuk meningkatkan keterampilan, kecakapan, kemampuan dan
sebagainya. Begitupun pembinaan yang dilakukan kepada tenaga
kependidikan khususnya guru, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim
Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan yaitu pembinaan tenaga
11
34
kependidikan merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan
meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada
di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan
(sekolah).12 Sedangkan menurut Rohani mengungkapkan bahwa
pembinaan guru adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan
profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah,
pengawas, ahli lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, sehingga tujuan
pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.13
Pembinaan guru pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu
dan melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang
selanjutnya diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang
lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Gaffar,
pembinaan guru merupakan suatu keharusan untuk mengatasi
permasalahan tugas di lapangan.14 Jadi, pembinaan guru menekankan
kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu
ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.
Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah,
yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari
pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam
12
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengantar Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI, 2001), 103.
13
Rohani, N.K. Pengaruh Pembinaan Kepala Sekolah dan Kompensasi Terhadap Kinerja Guru SLTP Negeri di Kota Surabaya, (Jurnal Pendidikan Dasar 5, (1) 2004), 72.
14
35
kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk
ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua
jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka
kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang
luar biasa.15
Jadi, pengembangan profesionalisme guru adalah suatu tindakan
membina guru tampil lebih baik dalam menguasai, mampu
mengembangkan dan bertanggungjawab terhadap diisiplin ilmu,
memiliki kemampuan berinteraksi dengan anak didik secara profesional,
melindungi dan menghormati hak-hak anak didik, menjadi teladan
dalam sikap dan pemikiran, berkemampuan menyusun kurikulum
(satuan pelajaran) yang relevan, efektif dan efisien, memberikan
informasi yang luas dan mutaahkir, menciptakan suasana sekolah yang
kondusif bagi pengembangan peserta didik, memmbuat sistem penilaian
yang shahih serta pemantauan dan evaluasi yang teratur.
2. Fungsi Profesionalisme Guru
Guru sebagai tenaga professional berfungsi meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional.16
Sedangkan menurut M. Chobib Taha dalam bukunya Kapita
Selekta Pendidikan Islam, mengatakan bahwa profesionalisme guru
15
PSDMPK-PMP, Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kemendikbud, 2012), 56.
16
36
agama Islam itu dapat dilihat dari pengertian dan fungsi pendidik.
Adapun fungsi guru adalah sebagai berikut:
a. Sebagai Murobbi
Guru sebagai murobbi harus memiliki sikap tanggung jawab,
penuh kasih sayang terhadap peserta didik dalam memberikan
pembelajaran bagi mereka.17
Jadi, seorang guru harus bepacu dalam pembelajaran,
dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik,
agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal
ini harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri sebagai orang tua yang penuh kasih sayang
terhadap peserta didiknya, teman dan tempat mengadukan perasaan
bagi mereka, fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan
melayani mereka sesuai dengan minat, kemampuan dan bakatnya.
b. Sebagai Mu’allim
Guru sebagi mu’allim harus menguasai ilmu teoritik,
memiliki kreatifitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu,
serta sikap hidup selalu menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah di dalam
kehidupan sehari-hari.18
Oleh karena itu menurut penulis, apabila seseorang akan
menggeluti suatu bidang profesi, maka ia harus benar-benar
menggelutinya. Dengan demikian seseorang seharusnya dapat
mengembangkan profesi yang ditekuninya. Itulah yang dimaksud
17
M. Cholib Taha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Rosada Karya, Jakarta: 1996), 11-12.
18
37
dengan spesialisasi ilmu, karena profesi harus mengandung keahlian
seperti itu.
c. Sebagai Muaddib
Sebagai seorang guru harus mampu mensinergikan antara
ilmu dan amalnya sekaligus, karena hilangnya dimensi amal akan
menghapus citra dan esensi pendidikan Islam.19
Maka untuk menjadi profesional, guru harus menyatukan antara
konsep personaliti dan integritas yang kemudian dipadukan dengan
keahliannya dan kompetensinya. Sehingga guru yang profesional
diharuskan memahami betul tugas fungsi-fungsi guru di atas. Dan
selanjutnya dengan peningkatan pemahaman tersebut akan meningkatan
pula kinerja guru dalam melaksanakan profesionalismenya.
3. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru
Dari berbagai sumber, dapat diidentifikasikan beberapa indikator
yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten
secara profesional, yaitu:
a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik,
b. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat
c. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan sekolah,
d. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran.20
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki
minimal lima hal sebagai berikut:
19
Ibid.
20
38
a. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajar. Ini berarti bahwa
komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya.
b. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan
serta cara mengajarkannya kepada para siswa.
c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai
tes hasil belajar.
d. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan
belajar dari pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk
guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah
dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman ia harus tahu mana
yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya
pada proses belajar siswa.
e. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.21
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun
2005,disebutkan bahwa prinsip profesionalitas dari profesi guru
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan,ketaqwaan, dan aklak mulia.
21
39
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakan pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sessuai dengan prestasi
kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-halyang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam:
a. Sehat jasmani dan ruhani,
b. Bertakwa,
c. Berilmu pengetahuan yang luas,
d. Berlaku adil,
e. Berwibawa,
f. Ikhlas
g. Mempunyai tujuan yang Rabbani,
40
i. Menguasai bidang yang ditekuni.22
Jadi, menurut hemat peneliti apabila seorang guru mampu
memiliki syarat-syarat dan kriteria tersebut, maka ia dapat dikatakan
sebagai guru yang professional sesuai bidangnya. Dan hal tersebut
bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan secara instan. Akan tetapi
membutuhkan latihan dan usaha yang keras mewujudkannya menjadi
nyata dalam diri guru dalam berproses mengembangkan diri menjadi
guru yang professional.
4. Cara Pengembangan Profesionalisme Guru
Pengembangan profesionalisme guru diarahkan untuk
penguatan kompetensi guru berdasarkan standar kompetensi guru
(pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional). Cara pengembangan
profesi dapat dilakukan melalui forum MGMP, seminar, pelatihan, dan
studi lanjut.
Dan seorang guru harus memiliki 10 kompetensi sebagai
berikut:
a. memiliki kepribadian sebagai guru
b. menguasai landasan pendidikan
c. menguasai bahan pelajaran
d. menyusun program pengajaran
e. melaksanakan proses pembelajaran
f. melaksanakan penilaian pendidikan
22
41
g. melaksanakan bimbingan
h. melaksanakan administrasi sekolah
i. menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan
masyarakat
j. melaksanakan penelitian sederhana
Jadi, jika dihubungkan dengan pembelajaran Al-Qur’an, cara pengembangan gurunya menurut penulis adalah dapat melalui forum
musyawarah guru Al-Qur’an, pelatihan/diklat metode pembelajaran Al
-Qur’an, pembinaan membaca Al-Qur’an, dan studi lanjut bidang pembelajaran Al-Qur’an.
Dan ada beberapa macam kegiatan guru yang termasuk
kegiatan pengembangan profesi guru adalah sebagi berikut:23
a. mengadakan penelitian di bidang pendidikan
b. menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan
c. membuat alat pelajaran/peraga atau bimbingan
d. menciptakan karya tulis mengikuti kegiatan pengembangan
kurikulum
Menurut peneliti, keempat kompetensi guru yang telah
disebutkan di atas perlu dilakukan secara terus-menerus atau
berkelanjutan agar profesionalisme guru terus meningkat. Bila dalam
pelaksanaan pengembangan profesi tersebut menghadapi kendala,
23
42
diperlukan adanya pendampingan (advokasi) agar para guru
mendapatkan kemudahan untuk mengembangkan profesinya.
5. Hambatan dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru
Rendahnya mutu pendidikan khususnya pem