• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LABEL SYARIAH, HARGA DAN FASILITAS TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LABEL SYARIAH, HARGA DAN FASILITAS TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 SURABAYA."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LABEL SYARIAH, HARGA DAN FASILITAS

TERHADAP NIAT PEMBELIAN ULANG DI PASAR SYARIAH

AZ-ZAITUN 1 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

IZZA LUTFIYAH

NIM : C04212019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

(2)

Pengaruh Label Syariah, Harga, Dan Fasilitas Terhadap Niat

Pembelian Ulang Di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Ekonomi Syariah

Oleh :

IZZA LUTFIYAH

NIM : C04212019

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Iislam

Program Studi Ekonomi Syariah

Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas

terhadap Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya” ini

merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh langsung antara label syariah, harga dan fasilitas terhadap niat pembelian ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya dan menguji apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara label syariah, harga dan fasilitas terhadap niat pembelian ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel acak berstrata (stratified random sampling) yang artinya pengambilan sampel secara acak di dalam populasi yang sudah dikelompokkan (distratakan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada uji simultan F variabel label syariah, harga dan fasilitas didapati hasil sebesar 0,000 yang mana nilainya lebih kecil dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan bahwa variabel label syariah, harga dan fasilitas jika diuji secara simultan (bersama-sama) hasilnya yaitu berpengaruh signifikan terhadap variabel niat pembelian ulang. Jika pada uji parsial T, pada variabel label syariah didapati hasil sebesar 0,285 dan pada variabel harga didapati hasil sebesar 0,905 yang mana nilai keduanya lebih besar dari 0,05. Maka hal ini menunjukkan bahwa variabel label syariah dan harga jika diuji secara parsial (sendiri) hasilnya yaitu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel niat pembelian ulang. Sedangkan untuk variabel fasilitas didapati hasil sebesar 0,000 yang mana nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel fasilitas jika diuji secara parsial (sendiri) yang berpengaruh signifikan terhadap variabel niat pembelian ulang.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

B. Penelitian Terdahulu yang Releven ... 43

C. Kerangka Konseptual ... 46

D. Hipotesis ... 46

(9)

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

D. Variabel Penelitian... 50

E. Definisis Operasional ... 51

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 65

B. Karakteristik Responden ... 70

C. Analisis Data ... 79

BAB V PEMBAHASAN ... 95

A. Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas secara Simultan terhadap Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya ... 95

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ...47

2.2 Kerangka Konseptual...49

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...73

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...74

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...74

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan...75

4.5.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...76

4.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan...76

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran...77

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kuantitas Kunjungan...77

4.9 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Label Syariah...78

4.10 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Harga...79

4.11 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Fasilitas...80

4.12 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Niat Pembelian Ulang...81

4.13 Hasil Uji Validitas Label Syariah...83

4.14 Hasil Uji Validitas Harga...83

4.15 Hasil Uji Validitas Fasilitas...83

4.16 Hasil Uji Validitas Niat Pembelian Ulang...84

(11)

4.18 Hasil Uji Multikolineritas...86

4.19 Nilai Tolerance dan VIF...86

4.20 Hasil Uji Autokolerasi...87

4.21 Durbin Watson Test Bound...88

4.22 Hasil Uji Heterokedesitas...89

4.23 Hasil Uji Heteroskedesitas Method Stepwise...90

4.24 Grafik Uji Normalitas...91

4.25 Hasil Uji Normalitas Analisis Statistik...93

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Model Perilaku Konsumen...10

2.2 Proses Pembelian...12

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis syariah yang mengedepankan nilai agama

kiat pesat dan menggembirakan. Bisnis syariah yang mejalar ke berbagai

bidang usaha kini semakin akrab di kalangan masyarakat saat ini, khususnya

umat Muslim di Indonesia. Berinvestasi atau berbisnis dibidang usaha syariah

juga menyebar ke berbagai sektor, mulai dari perbankan, asuransi, pasar modal,

perhotelan, salon, laundry,ojek bahkan hingga pasar tradisional.

Peluang usaha syariah yang lebih religious kini memang sedang banyak

diminati dan digeluti oleh masyarakat di Indonesia. Tidak hanya berlaku pada

mereka para pelaku usaha saja, melainkan juga para konsumen. Karena sistem

bisnis dengan konsep syariah jauh lebih aman dan nyaman pelaksanaannya baik

dalam administrasi, pengelolaaan bahkan pelayanannya. Dengan adanya

kelebihan-kelebihan yang dimiliki tersebut semakin menarik perhatian para

pelaku usaha untuk menekuni bisnis berbasis syariah ini, khususnya para

pengusaha-pengusaha muslim. Namun tak sedikit pula para pengusaha non

muslim yang ikut serta meramaikan trend1 ini karena bisnis berbasis syariah

jauh lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan bisnis-bisnis berbasis

konvensional atau non syariah.

(14)

2

Pada akhirnya, di Indonesia cukup banyak trend bisnis yang

menggunakan nama atau label ‘syariah’ dibelakang atau didepan nama usaha

atau bisnisnya. Seperti halnya pasar tradisional yang berada di jalan Kutisari

Selatan XIII Surabaya yang bernamakan Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya

yang juga berlabelkan ‘syariah’ di namanya.

Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya ini merupakan pasar tradisonal

pertama di Indonesia yang berkosepkan sesuai dengan prinsip syariah.

Pemakarsa pendirian pasar tradisional yang berkonsepkan pada prinsip syariah

adalah Prof Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE, pakar sekaligus guru besar

Ekonomi Syariah Universitas Airlangga Surabaya.

Prof Suroso merupakan seorang yang mempunyai ide adanya Pasar

Syariah tetapi beliau juga pemilik lahan dan pasar tradisional Pasar Syariah

Zaitun 1 Surabaya . Yang mana awal mula berdirinya Pasar Syariah

Az-Zaitun 1 Surabaya ini adalah Prof Suroso yang ingin menolong para PKL

(Pedagang Kaki Lima) di area Jalan Kutisari 5, Kutisari 9 dan Jalan Kutisari

13 yang sering dikejar-kejar oleh Satpol PP saat mereka berjualan.2 Prof

Suroso juga memiliki dasar dari pembangunan Pasar Syariah Az-Zaitun 1,

yang mana dasar itu merupakan hadits Rahwi Abu Dawud dan Aththusi yang

berbunyi “Barang siapa menghidupkan lahan mati, maka lahan itu untuk dia.3

2 Prof H. Suroso, Wawancara, Gedung Aula ABC Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga

Surabaya, 20 Mei 2016.

(15)

3

َف ًةَتْ يَم اًضْرَأ اَيْحَأ ْنَم

)يسوطلاورواروبأ( . ُهَل َيِه

Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya berluaskan ±700 m² posisi

sekarang 1 lantai. Saat ini Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya menuju tahap

renovasi menjadi 2 lantai dan diperluas menjadi 1.200 m². Jumlah atau

kapasistas pedagang yang dibantu oleh Prof Suroso pada periode 2010 sampai

2012 sebanyak 100 stand kios dengan harga sewa tiap stand adalah Rp 5.000,-

per hari dan 30 pedagang los dengan harga sewa Rp 1000,- per hari, sedangkan

pada tahun 2013 menjadi 115 stand.4

Prof Suroso sengaja memurahkan harga sewa tiap stand di Pasar

Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya karena beliau menginginkan harga barang di

Pasar Syariah Az-Zaitun 1 ini relatif lebih murah dari pasar tradisional

lainnya. Dimana sistem sewa yang diterapkan di pasar Syariah ini juga jelas

berbeda dengan pasar tradisional pada umumnya yang menerapkan sistem

kapitalis. Dalam ilmu ekonomi konvensional dikenal selalu

mempertimbangkan business feasibility study (studi kelayakan bisnis). Ada

banyak variabel yang dipertimbangkan, salah satu variabel yang

dipertimbangkan Prof Suroso adalah perhitungan untung rugi. Dimana

menurut beliau feasibility study dalam Islam hanya satu yaitu berkehidupan

untuk akhirat. 5

4 Ibid.

5Dedy Kurniawan,Membangun Ekonomi Umat dengan Pasar Syariah,

(16)

4

Meskipun harga kios yang begitu relatif murah, fasilitas yang ada di

Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya tidak kalah mengecewakannya, Prof

Suroso mengkonsepkan pasar seperti memasuki taman. Seperti halnya tempat

parkir yang bersih, kebersihan tiap pedagaang diberi kantong plastik dan

tempat sampah di tiap stan. Sampah juga tidak boleh berceceran di

mana-mana. Terlebih, stand dibagian sayuran, ikan, dan daging yang paling banyak

menghasilkan sampah.6

Prof Suroso juga ingin mengaplikasikan prinsip Syariah dalam sebuah

pasar. Terdapat 8 konsep atau persyaratan di Pasar Syariah Az-Zaitun 1

Surabaya yang harus dipegang teguh penjual. Adapun 8 konsep atau

persyaratan itu adalah Pertama, mata dagangan harus halal dzat dan

maknawiyahnya. Kedua, alat timbang, alat ukur dan alat hitung tepat. Ketiga,

dalam bertransaksi tidak boleh bohong. Keempat, tidak boleh bersaing atau

saling mematikan  bekerja sama dengan sistim konsinyasi.7 Kelima, bersih

mata dagangannya, tempat dan pedagangnya. Keenam, tidak boleh merokok

dalam pasar. Ketujuh, murah – meriah. Kedelapan, harga sewa relatif murah

yang merupakan hasil kesepakatan bersama.8

6S.Jai, Masuk Pasar seperti Masuk Taman,

http://tanahapikata.blogspot.co.id/2013/01/feature.html, diakses pada 06 Juni 2016.

7 Konsinyasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penitipan barang dagangan kepada agen

atau orang untuk dijualkan dengan pembayaran kemudian; jual titip

8 Prof H. Suroso, Wawancara, Gedung Aula ABC Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga

(17)

5

Selama ini tidak sedikit masyarakat yang skeptis9 dengan konsep

Syariah. Ada yang menuding bahwa Syariah hanya sekedar ‘label’ saja. Hal

ini yang membuat Prof Suroso terpanggil untuk melahirkan sebuah gebrakan

pasar pertama di Indonesia yang berkonsepkan sesuai dengan Syariah Islam.

Prof Suroso terinspirasi sebuah riwayat rasulullah dan beliau ingin meneladani

jejak Rasul dalam menciptakan sebuah ekonomi yang bersyariatkan Islam.

Adanya Pasar Syariah ini apakah masyarakat yang berbelanja memang

benar-benar mengingkan bertransaksi mereka secara halal yang mana Pasar

Az-Zaitun 1 ini berlabelkan ‘Syariah’ ataukah masyarakat hanya tertarik

dikarenakan harga di Pasar Syariah relatif lebih murah disebabkan harga sewa

stan di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 yang relatif rendah. Lain halnya dengan

fasilitas, alasan penulis mengangkat fasilitas sebagai indikator penelitian

karena, penulis ingin mengetahui seberapa berpengaruh untuk masyaraakaat

fasilitas pasar yang dilabeli syariah dngan pasar yang tidak berbaasis syariah.

Alasan peneliti memilih obyek penelitian yakni Pasar Syariah

Az-Zaitun 1 Surabaya, dikarenakan Pasar Syariah Az-Az-Zaitun 1 merupakan

prototipe10 pasar syariah di Indonesia. Banyaknya masyarakat sekitar pasar

yang masih awam dan ragu-ragu perihal label syariah pada nama pasar, dan

harga sewa kios yang relatif lebih murah dari pasar lainnya sehingga membuat

produk yang di jual menjadi relatif lebih murah. Hal tersebut membuat peneliti

9 Skeptis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kurang percaya; ragu-ragu (terhadap

keberhasilan ajaran dan sebagainya)

10 Prototipe menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah model yang mula-mula (model asli)

(18)

6

ingin mengetahui pengaruh label syariah, harga terhadap niat pembelian ulang

konsumen yang berbelanja di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. Serta

fasilitas yang sudah dipaparkan sebelumnya yang di terdapat di Pasar Syariah

Az-Zaitun 1 Surabaya membuat peneliti ingin menelitinya. Sehingga peneliti

mengambil judul yakni “Pengaruh Label Syariah, Harga dan Fasilitas terhadap

Niat Pembelian Ulang di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan

masalah yang diajukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat

pembelian ulang secara simultan?

2. Apakah terdapat pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat

pembelian ulang secara parsial?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang

ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap

niat pembelian ulang secara simultan.

2. Untuk mengetahui pengaruh label Syariah, harga, dan fasilitas terhadap

(19)

7

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Untuk digunakan sebagai referensi dan pembanding bagi pihak-pihak

yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Pasar Syariah.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan pertimbangan untuk Pemerintahan, khususnya

Pemerintahan kota Surabaya agar bisa mengembangkan pasar yang

berbasis Syariah di kecamatan lainnya. Tak luput untuk Pemerintahan di

kota lainnya bisa membangun pas ar tradisional berbasis Syariah seperti

(20)

The American Marketing Association mendefinisikan perilaku

konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi,

perilaku, dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan

pertukaran dalam hidup mereka.11

Perilaku konsumen (consumen behavior) juga dapat didefinisikan

sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut.12

Sedangkan menurut Engel, Blackwell dan Miniard menyatakan,

“Consumer behavior as those activities directly involved in obtaining,

consuming and disposing of products and services, including the decision

processes that precede and follow these actions.”13

11Nugroho Setiadi,

Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 2-3.

12 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 66.

13 Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

(21)

9

Lebih lanjut Hawkins, Best, dan Coney menyatakan: “Consumer

behavior is the study if individuals, groups or organizations, and the

processes they use to select,secure,use, and dispose of product, services,

experiences or ideas to satisfy needs and the impact that that these

processes have on the consumer and society. ”14

Sedangkan menurut Loudon dan Bitta menjelaskan bahwa

perilaku konsumen mencangkup proses pengambilan keputusan dan

kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian,

perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.15

2. Model Perilaku Konsumen

Model perilaku konsumen menurut Henry Assael dapat dilihat

pada gambar sebagai berikut16:

14 Ibid. 15 Ibid., 7.

16 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen,

(22)

10

Gambar 2.1

Model Perilaku Konsumen

Dari gambar diatas menunjukkan adanya interaksi antara

pemasar dengan konsumennya. Komponen pusat dari model ini adalah

pembuatan keputusan konsumen yang terdiri dari atas proses merasakan

dan mengevaluasi informasi merek produk, mempertimbangkan

bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan

(23)

11

pada akhirnya memutuskan merek apa yang dibeli. Terdapat tiga faktor

yang mempengaruhi pilihan konsumen yang sebagai berikut:

a. Konsumen individual

Pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu

dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. Kebutuhan

persepsi terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi deemografis, gaya

hidup dan karakteristik kepribadian individu akan mempengaruhi

pilihan individu itu terhadap berbagai alternatif merek yang tersedia.17

b. Lingkungan yang mempengaruhi konsumen

Pilihan – pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh

lingkungan yang mengitarinya. Ketika seorang konsumen melakukan

suatu merek produk, mungkin didasari oleh banyak pertimbangan.

Mungkin seseorang membeli suatu produk karena meniru orang lain.18

c. Stimulasi pemasaran atau strategi pemasaran

Strategi pemasaran yang banyak dibahas adalah satu-satunya

variabel dalam model ini yang dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini

pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan mengggunakan

stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan dan sejenisnya agar konsumen

bersedia memilih merek produk yang ditawaarkan. Strategi pemasaran

yang lazim dikembangkan oleh pemasar yaitu yang berhubungan dengan

produk apa yang akan ditawarkan, penentuan harga jual produknya,

17 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen...,

67.

(24)

12

strategi promosinya dan bagaimana melakukan distribusi produk kepada

konsumen.19

3. Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian

berikut:pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian, dan perilaku pasca-pembelian.20 Lihat pada

Gambar 2.2.

Gambar 2.2

Proses Pembelian

19 Ibid

20 Nugroho Setiadi, Perilaku Konsumen..., 14

Mengenali Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif Keputusan

Pembelian

(25)

13

Gambar 2.2, menyatakan bahwa konsumen melewati kelima

tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Namun dalam pembelian

yang lebih rutin, konsumen sering kali melompati atau membalik

beberapa tahap ini.21

Secara perinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut:22

a. Pengenalan kebutuhan / pengenalan masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya

maasalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara

kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan

ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama

dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga atau seks

meningkat hinga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan.

Atau suatu kebutuhan dapat timbul karena disebabkan rangsangan

eksternal seseorang yang melewati sebuah toko roti dan melihat roti

yang baru selesai dibakar dapat merangsang rasa lapar.

b. Pencarian informasi

Seseorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan

terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Kita dapat

membedakan dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi

(26)

14

yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat.

Proses mencarri informasi secara aktif dimana ia mencari bahan-bahan

bacaan, menelpon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan

mencari untuk mempelajari yang lain. Umumnya jumlah aktivitas

pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen

berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan

masalah yang ekstensif.

Secara umum konsumen menerima informasi terbanyak dari

suatu produk dari sumber-sumber komersial, yaitu sumber-sumber

yang didominsai oleh pemasar. Pada sisi lain, informasi lain yang

paling efektif justru berasal dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber

informasi melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam

mempengaruhi keputusan membeli. Informasi komersial umumnya

melaksanakan fungsi memberitahu, sedangkan sumber pribadi

melaksanakan fungsi legitimasi dan atau evaluasi.

c. Evaluasi alternatif

Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model

dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka

memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk

terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.

Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan

merek tentang di mana setiap merek berada pada ciri masing-masing.

(27)

15

d. Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap

merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen

mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling

disukai. Walaupun demikian, dua faktor dapat mempengaruhi tujuan

membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap

orng lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif

pilihan akan tergantung pada dua hal:

1) Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif

pilihan konsumen.

2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut.

Semakin tinggi intensitas sikap negatf orang lain tersebut akan

semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka

semakin besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan

pembeliannya.

Tujuan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor

keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk pembelian

berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang

diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang

diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor

keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan

(28)

16

e. Perilaku sesudah pembelian.

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan

konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau

ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan

sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat

pemasar. Pekerja pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk

dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah

pembelian.

f. Kepuasan sesudah pembelian

Setelah membeli suatu produk seorang konsumen mungkin

mendeteksi adanya suatu cacat. Beberapa pembeli tidak akan

menginginkan produk cacat tersebut, yang lainnya akan bersifat netral

dan beberapa bahkan mungkin melihat cacat itu sebagai sesuatu yang

meningkatkan nilai dari produk. Kepuasan pembeli merupakan fungsi

dari dekatnya antara harapan dari pembeli tentang produk dan

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan

mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas,

maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk

membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan mengambil

satu atau dua tindakan. Mereka mungkin akan mengurangi ketidak

cocokannya dengan meningalkan atau mengembalikan produk

tersebut, atau mungkin mereka berusaha meengurangi ketidak

(29)

17

tersebut sebagai bernilai tinggi (atau menghindari informasi yang

mengkonfirmasikan produk tersebut sebagai bernilai rendah).

4. Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty)

Loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli.

Sedangkan definisi pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa

untuk membeli dari Anda.23

Menurut Bowen dan Shiang Lih loyalitas konsumen adalah

komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan

pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau

jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang.24

Pengukuran yang terkait dengan pembelian ulang adalah

loyalitas pelanggan (customer loyalty). Dimana konsep loyalitas

pelanggan lebih banyak dikaitkan dengan perilaku (behavior). Bila

seseorang merupakan pelanggan loyal, ia menunjukkan perilaku

pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian nonrandom yang

diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan

keputusan. Seorang pelanggan yang loyal memiliki prasangka spesifik

mengenai apa yang akan dibeli dan dari siapa. Pembeliannya bukan

merupakan peristiwa acak. Selain itu, loyalitas menunjukkan kondisi

23 Jill Griffin, Customer Loyalty Menumbuhkan & Mempertahankan Pelanggan, (Jakarta: Erlangga,

2005), 31.

24Saptani Rahayu, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Minuman

(30)

18

dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan

pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali.25

Loyalitas pelanggan dapat dilihat juga pada frekuensi

kunjungan dan presentase belanja mereka. Seseorang pelanggan yang

rutin berbelanja di suatu gerai dengan total belanja sebulannya kurang

lebih sama, itu berarti ia loyal pada gerai itu.26

Terdapat siklus pembelian yang mana setiap kali pelanggan

membeli ia bergerak melaluinya. Pembeli pertama kali akan bergerak

melalui lima langkah yaitu menyadari produk, melakukan pembelian

awal, evaluasi pasca pembelian, keputusan membeli kembali dan

pembelian kembali.27

(31)

19

Gambar 2.3 Siklus Pembelian

a. Langkah pertama: kesadaran

Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan

kesadaran pelanggan akan produk yang dijual oleh penjual. Pada

tahap inilah penjual mulai membentuk pangsa pikiran yang

dibutuhkan untuk memposisikan kedalam pikiran calon pelanggan

bahwa produk atau jasa yang dimiliki penjual lebih unggul dari

pesaing. Pada tahap kesadaran, calon pelanggan tahu bahwa penjual

itu ada, tetapi hanya ada sedikit keterikatan dengan penjual.

b. Langkah kedua: pembelian awal

Pembeli pertama kali merupakan langkah penting dalam

memelihara loyalitas. Baik itu dilakukan secara online maupun

Pembelian kembali

 Keputusan membeli

Lingkaran Pembelian Kembali

 Kesadaran  Pembelian awal  Evaluasi

Pasca

(32)

20

offline, pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan;

perusahaan dapat menanamkan kesan positif atau negatif kepada

pelanggan dengan produk atau jasa yang diberikan, mudahnya

transaksi pembelian aktual, hubungan dengai pegawai, lingkungan

fisik toko, dan bahkan waktu loading halaman situs web perusahaan

atau mudahnya navigasi.

c. Langkah ketiga: evaluasi pasca pembelian

Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau

tidak sadar akan mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas,

atau ketidakpuasannya tidak terlalu mengecewakan sampai dapat

dijadikan dasar pertimbangkan beralih ke pesaing. Analis otomotif

J.D. Power setuju bahwa: “Pembeli yang merasa puas akan menjadi

pembeli yang berulang—mungkin.”

d. Langkah keempat: keputusan membeli kembali

Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap yang

paling penting bagi loyalitas bahkan lebih penting dari kepuasan.

Tanpa pembelian berulang, tidak ada loyalitas. Motivasi untuk

membeli kembali berasal dari lebih tingginya sikap positif yang

ditunjukkan terhadap produk atau jasa tertentu, dibanding sikap

positif terhadap produk atau jasa yang potensial. Keputusan

membeli kembali seringkali merupakan langkah selanjutnya yang

terjadi secara alamiah bila pelanggan memiliki ikatan emosional

(33)

21

pelanggan supaya membeli kembali adalah dengan menanamkan

gagasan ke dalam pikiran pelanggan bahwa beralih ke pesaing akan

membuang waktu, uang, atau menghambat kinerja pelanggan.

e. Langkah kelima: pembelian kembali

Langkah akhir dalam siklus pembelian adalah pembeelian

kembali yang aktual. Untuk dapat dianggap benar-benar loyal,

pelanggan harus terus membeli kembali dari perusahaan yang sama,

mengulangi langkah ketiga sampai kelimaa (lingkaran pembelian

kembali) berkali-kali. Hambatan terhadap peralihan dapat

mendukung pelanggan untuk membeli kembali. Pelanggan yang

benar-benar loyal menolak pesaing dan membeli kembali dari

perusahaan yang sama kapan saja item itu dibutuhkan. Itu adalah

jenis pelanggan yang harus didekati, dilayani, dan dipertahankan.

5. Niat Beli Ulang (Repurchase Intention)

Pembelian ulang menurut Yuda Melisa adalah suatu proses

membeli barang atau jasa untuk kesekian kalinya, setelah melakukan

proses membeli sebelumnya.28

Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk

bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian

28 Yuda Melisa, Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel terhadap Keputusan Pembelian Ulang

(34)

22

ulang. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar

dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian ulang adalah niat

untuk melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang.29

Menurut Ferdinand minat beli ulang dapat diidentifikasi

melalui indikator-indikator sebagai berikut30:

1. Minat transaksional : yaitu kecenderungan seseorang untuk

selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya.

2. Minat referensial : yaitu kecenderungan seseorang untuk

mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli

oleh orang lain, dengan referensi pengalaman konsumsinya.

3. Minat preferensial : yaitu minat yang menggambarkan perilaku

seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada produk

yang telah dikonsumsi. Preferensi ini hanya dapat diganti bila

terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4. Minat eksploratif : minat ini menggambarkan perilaku seseorang

yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya

dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari

produk yang dilanggananinya.

29Basrah Saidani dan Samsul Arifin, “Pengaruh Kualitas Produk Dan Kualitas Layanan Terhadap

Kepuasan Konsumen Dan Minat Beli Pada Ranch Market”, Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. 1,(2012), 6.

(35)

23

6. Label

Pengertian label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa

keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Label is

the part of a product that carries information about the product or the

seller (label adalah bagian sebuah produk yang memberikan informasi

tentang produk atau penjualnya).31

Label atau merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, lambang

atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau

kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing.32

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Merek dirumuskan

bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,

angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut

yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa.33

Merek mengindentifikasikan sumber atau pembuat produk dan

memungkinkan konsumen bisa individual atau organisasi untuk menuntut

tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu.

31 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen...,

63.

32 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Bob Sabran, Jilid 1, (Jakarta:

Erlangga, 2009), 258.

33 Arus Akbar Silondae dan Andi Fariana, Aspek Hukum dalam Ekonomi Bisnis, (Jakarta: Mitra

(36)

24

Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda

tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut.34

Merek (Brand) memiliki elemen-elemen sebagai berikut:35

1) Brand Name (nama merek), yaitu bagian yang dapat diucapkan.

2) Brand Mark (tanda merek) merupakan sebagian dari merek yang

dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang,

desain huruf atau warna khusus.

3) Trade Mark (tanda merek dagang) merupakan merek atau

sebagian tanda merek yang dilindungi hukum karena

kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa.

Tanda dagang ini untuk melindungi penjual dengan hak

istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda merek).

4) Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang

dilindungi undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan,

dan menjual karya.

Label dapat diukur dengan beberapa indikator, Diantaranya

yaitu:36

a.) Dapat diingat yaitu seberapa mudah elemen merek itu diingat

dan dikenali, berlaku dalam pembelian maupun konsumsi.

34 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran..., 259.

(37)

25

b.) Berarti yaitu apakah elemen merek itu kredibel dan

mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya?

Apakah elemen merek itu meenyiratkan sesuatu tentang bahan

produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek.

c.) Dapat disukai yaitu seberapa menarik estetika elemen merek,

apakah elemen merek itu dapat disukai secara visual, secara

verbal, atau cara lainnya.

1) Definisi Syariah

Kata Syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti

‘menerangkan’ atau ‘menjelaskan sesuatu’. Atau, berasal dari kata syir’ah

dan syari’ah yang berarti ‘suatu tempat yang dijadikan sarana untuk

mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak

memerlukan bantuan alat lain’.37

Syariah adalah kumpulan peraturan Allah SWT yang terkandung

dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah, yang berisi perintah, larangan prinsip

dan panduan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai

pedoman hidup umat manusia, untuk keselamatan hidupnya di dunia dan

akhirat.38

Syariah menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Jaasser Audah

menyebutkan, syariah adalah suatu kebijakan (hikmah) dan tercapainya

(38)

26

perlindungan bagi setiap orang pada kehidupan dunia dan akhirat. Syariah

merupakan keseluruhan dari keadilan, kedamaian, kebijakan, dan

kebaikan.39

Jadi label syariah adalah yang tugasnya adalah menunjukkan

potongan-potongan informasi sesuai dengan syariat Islam yang merujuk

pada Al-Qur’an dan hadits.

Bisnis syariah dapat diukur dengan beberapa indikator,

diantaranya yaitu40:

a) Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang

diharamkan.

b) Bersikap benar, amanah, dan jujur.

c) Tidak melakukan sumpah palsu.

d) Ramah tamah.

e) Tidak boleh menjelek-jelekkan bisnis orang lain.

f) Takaran, ukuran, dan timbangan yang benar.

7. Harga

a. Pengertian Harga

Menurut Kotler dan Amstrong harga adalah sejumlah nilai

yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang

ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau

39 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

al-Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), 44

(39)

27

menggunakan produk tersebut.41 Sementara itu, menurut Dharmesta

harga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang (ditambah beberapa

produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan

sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.

Menurut Munir, Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa

harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti

berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen,

situasi dan produk.42 Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu

yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari

produk yang telah dibelinya.

Pengertian harga dalam penelitian ini adalah tingkat

kemampuan seseorang untuk menilai suatu barang dengan nilai

atau satuan alat ukur rupiah sehingga dapat memiliki barang atau

jasa yang ditawarkan.

Harga merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan

pembelian, hal ini masih menjadi kenyataan dikalangan

kelompok-kelompok sosial yang miskin pada bahan-bahan pokok sehari-hari.

Namun dalam dasawarsa terakhir ini, faktor-faktor lain selain harga

telah beralih menjadirelatif lebih penting dalam proses pembelian.

41 Phillip Kotler & Gary Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok

Gramedia, 2001), 439.

(40)

28

b. Penetapan Harga

Ditinjau dari segi pemasaran, penetapan harga sangat penting,

karena setiap harga yang ditetapkan perusahaan akan

mengakibatkan tingkat permintaan terhadap produk berbeda.

Dalam sebagian besar kasusnya, biasanya permintan dan harga

berbanding terbalik, yakni semakin tinggi harga semakin rendah

permintaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah harga, semakin

tinggi tingkat permintaan terhadap produk oleh Karena itu,

penetapan harga yang tepat perlu mendapat perhatian yang besar

dari perusahaan.

Pada hakikatnya harga ditentukan oleh biaya produk. Jika

harga yang ditetapkan oleh perusahaan tepat dan sesuai dengan

daya beli konsumen, maka pemilihan suatu produk tertentu akan

dijatuhkan pada produk tersebut.43

Bila konsumen bersedia menerima harga tersebut, maka

produk tersebut akan diterima oleh masyarakat, perusahaan

menetapkan harga karena berbagai pertimbangan, namun baiknya

jika dalam penetapan harga tersebut disesuaikan juga dengan nilai,

manfaat, kualitas produk dan juga harga yang kompetitif yang

mampu bersaing. Selain itu juga harga yang rendah atau harga

(41)

29

yang terjangkau menjadi pemicu untuk meningkatkan kinerja

pemasaran.

Menetapkan harga itu sulit. Karena keputusan harga memiliki

peran yang penting dalam implementasi strategi pemasaran. Idealnya

perusahaan bisa menarik pelanggan lewat harga dan service. Jika

perusahaan tidak bermaksud menarik pelanggan berdasarkan harga,

service perusahaan harus sangat bagus. Keputusan untuk menaikkan

harga juga tidak mudah, tapi pastikan pihak perusahaan

mengkomunikasikan hal ini pada pelanggan. Pelanggan dapat

menerina kenaikan harga yang logis, juga lebih mudah bagi mereka

jika kenaikan harganya sedikit demi sedikit daripada menerima

kenaikan yang besar secara tiba-tiba.44

Pada masa Rasulullah, beliau menolak untuk membuat kebijakan

dalam penetapan harga, pada saat harga sedang naik karena dorongan

permintaan dan penawaran secara alami. Nabi tidak menetapkan harga

jual, dengan alasan bahwa dengan menetapkan harga akan

mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika

harga yang ditetapkan terlalu mahal, maka akan menzalimi pembeli dan

jika harga yang ditetapkan terlalu rendah maka akan menzalimi

penjual.45

44 Ivonne Wood, Layanan Pelanggan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 77.

45 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

(42)

30

Menurut Ibn Taimiyyah, harga haruslah ditentukan oleh

kekuatan pasar bebas selama harga tersebut tidak melonjak secara

artifisial. Apabila kenaikan harga yang artifisia itu terjadi, maka

pemerintah harus menetapkan harga yang pasti. Oleh karena itu, Ibn

Taimiyyah lebih menyukai ekonomi bebas yang diatur oleh kepentingan

publik dan ditentukan oleh norma-norma Islam.46

Menurut Ibn Taimiyyah, harga dapat naik diakibatkan oleh

kurangnya pasokan dari ko\moditi dan juga disebabkan oleh pendapatan

rakyat yang lebih tinggi. Ibn Taimiyyah mengajukan konsep harga yang

setara untuk menegaskan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan pasar

dalam struktur pasar kompetitif tanpa paksaan, penipuan, dan tindakan

monopolistik, praktik penimbunan barang dan korupsi, serta mendorong

untuk menetapkan harga yang memuaskan dan dapat diterima oleh

kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Harga lain yang ada,

karena ketidaksempurnaan/ketidakstabilan harga pasar akan

memberikan pengaruh pada kesejahteraan manusia dan oleh karena itu

menutut adanya intervensi pemerintah dan bila perlu control harga dari

pemerintah.47

Tujuan penetapan harga adalah untuk mencapai laba. Dimana

tujuan untuk mencapai laba adalah tujuan yang berlaku secara universal.

Penetapan harga juga mempunyai tujuan-tujuan lain seperti

46 Hasbi Hasan, Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Dunia Islam

Kontemporer, (Depok: Gramata Publishing, 2011), 41.

(43)

31

pembentukan citra seperti sebagai market leader yang mampu

menentukan price leader, percepatan penjualan, promosi, perlindungan

terhadap ancaman pesaing yang kerap memainkan harga, meningkatkan

daya saing melalui harga “miring”, dan lain-lain.48

Faktor pertimbangan dalam penetapan harga adalah dengan

mempertimbangkan faktor-faktor berikut49:

a. Elastisitas harga permintaan

Efektivitas program penetapan harga tergantung pada dampak

perubahan harga terhadap permintaan, karena itu perubahan unit

penjualan sebagai akibat perubahan harga perlu diketahui. Namun,

perubahan harga memiliki dampak ganda terhadap penerimaan

penjualan perusahaan, yakni perubahan unit penjualan dan

perubahan penerimaan per unit. Jadi, manajer jangan hanya

berfokus pada sensitivitas harga di pasar, namun juga

mempertimbangkan dampak perubahan harga terhadap pendapatan

total.

b. Faktor persaingan

Reaksi pesaing terhadap perubahan harga merupakan salah satu

faktor penting yang perlu dipertimbangkan setiap perusahaan.

48Hendri Ma’aruf, Pemasaran Ritel..., 163.

49 Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa teori dan Praktik, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,

(44)

32

c. Faktor biaya

Struktur biaya perusahaan (biaya tetap dan biaya variabel)

merupakan faktor pokok yang menentukan batas bawah harga.

d. Faktor lini produk

Perusahaan bisa menambah lini produknya dalam rangka

memperluas served market dengan cara perluasan lini dalam

bentuk perluasan vertikal (vertical extension) dan perluasan

horizontal.

e. Faktor pertimbangan lain

Faktor-faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam

rangka merancang program penetapan harga antara lain :

1.) Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi,

perpajakan, perlindungan konsumen.

2.) Lingkungan internasional, di antaranya lingkungan politik,

ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam dan teknologi dalam

konteks global

Indikator harga menurut Hermann, yaitu50

a. Keterjangkauan harga

Keterjangkauan harga adalah harga sesungguhnya dari

suatu produk yang tertulis di suatu produk, yang harus

dibayarkan oleh pelanggan. Maksudnya adalah pelanggan

50Hermann, et, al., “The social influence of brand community: evidence from

(45)

33

cenderung melihat harga akhir dan memutuskan apakah

akan menerima nilai yang baik seperti yang diharapkan.

Harapan dalam melihat harga yaitu :

1. Harga yang ditawarkan mampu dijangkau oleh

pelanggan secara financial.

2. Penentuan harga harus sesuai dengan kualitas produk

sehingga pelanggan dapat mempertimbangkan dalam

melakukan pembelian.

b. Diskon/potongan harga

Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh

penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas

tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual.

Jenis diskon bermacam-macam, seperti :

a.) Diskon Kuantitas (quantity discount), merupakan

potongan harga yang diberikan guna mendorong

konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih

banyak, sehingga meningkatkan volume penjualan

secara keseluruhan. Dalam praktik, diskon kuantitas

sering tidak terbentuk potongan tunai, melainkan

tambahan unit yang diterima untuk jumlah

pembayaran yang sama (bonus atau free goods)

yang diberikan kepada konsumen yang membeli

(46)

34

b.) Diskon musiman (seasonal discount), adalah

potongan harga yang diberikan pada masa-masa

tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk

mendorong agar membeli barang-barang yang

sebenarnya baru akan dibutuhkan beberapa waktu

mendatang.

c.) Diskon tunai (cash discount), adalah potongan

harga yang diberikan kepada pembeli atas

pembayaran rekeningnya pada suatu periode, dan

mereka melakukan pembayaran tepat pada waktunya.

d.) Diskon perdagangan (trade discount), diberikan

oleh produsen kepada para penyalur (wholesaler dan

retailer) yang terlibat dalam pendistribusian barang

dan pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, seperti

penjualan, penyimpanan, dan record keeping.

c. Cara pembayaran

Cara pembayaran sebagai prosedur dan mekanisme

pembayaran suatu produk / jasa sesuai ketentuan yang ada.

Kemudahan dalam melakukan pembayaran dapat dijadikan

sebagai salah satu pertimbangan bagi nasabah dalam

melakukan keputusan pembelian. Karena jika fasilitas

(47)

35

memudahkan nasabah, maka hal itu dapat mengakibatkan

masalah baru kepada nasabah.

Harga dapat diukur dengan beberapa indikator, diantaranya

yaitu51:

a.) keterjangkauan harga

b.) diskon/potongan harga

c.) cara pembayaran.

8. Pasar Syariah

a. Pengertian Pasar

Pengertian pasar dalam pengertian umum yang berarti

tempat bertemunya penjual dan pembeli, sedangkan pengertian

pasar dalam ekonomi berarti konteks pertemuan antara penjual dan

pembeli barang dan jasa. Perilaku penjual dan pembeli di pasar

dipengaruhi oleh struktur pasar yang dihadapi penjual dan

pembeli.52

Pasar juga didefinisikan sebagai pertemuan antara pembeli

dan penjual. Di sini pembeli datang ke pasar dengan fungsi

permintaan barang tertentu bertemu dengan penjual dengan fungsi

penawaran yang sama. Sedangkan mekanisme pasar adalah cara

bekerjanya pertemuan antara pembeli dan penjual barang tertentu.

51 Ibid.,

(48)

36

Hasil dari pertemuan tersebut adalah kemungkinan terjadinya

kesepakatan tentang tingkat harga dan jumlah barang dalam

transaksi.53

b. Pasar pada Masa Rasulullah

Muhammad dilahirkan di suatu masyarakat yang maju

dalam haal perdagangan dan beliau tumbuh besar menjadi sosok

pedagang, yang juga sangat mengerti bagaimana mekanisme pasar.

Pada umur 12 tahun, Muhammad sudah belajar untuk berdagang.

Paman Beliau yang juga walinya saat itu mengajaknya melakukan

perjalanan ke Syam.54

Tepat pada saat Muhammad tumbuh menjadi remaja,

dengan hanya bermodalkan kejujurannya, ia pun mampu bekerja

sama dengan pemilik modal pada saat itu, yaitu Khadijah. Beberapa

perjalanan bisnis yang dilakukan oleh Muhammad adalah ekspedisi

dagang ke Yaman dan Habasyah, empat kali ke Syiria, Jorash, dan

Bahrain (Timur semenanjung Arab). Pada saat Muhammad menikahi

Khadijah, di rentang umurnya yang ke-25 hingga 37 tahun, Beliau

sudah menjelma menjadi seorang pengusaha yang andal.55

Setelah menikah dengan Khadijah, Muhammad Saw. Tetap

menjalankan usaha perdagangannya. Beliau menjadi manager

53 Jusmaliani et.al., Kebijakan Ekonomi dalam Islam, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005),

197-198.

54 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

al-Syari’ah, 200.

(49)

37

sekaligus mitra dalam usaha isterinya. Muhammad Saw juga terlibat

dalam urusan dagang yang besar di festival dagang Ukaz dan Dzul

Majaz selama musim haji. Pada musim yang lain, beliau sibuk

mengurus perdagangan grosir di pasar-pasar kota Mekah. Beliau

melakukan hampir semua urusan dagang melalui agen-aagennya

ddan hanya sedikit sekali bertindak ssebagai agen untuk para

pedagang lain. Kadanf-kadang beliau mengambil pinjaman

berdasarkan gadai, membeli barang dengan tunai, dan dengan

pinjaman.56

Setelah Muhammad menerima kenabian, maka Beliau

melewati masa-masa sulit, seperti pemboikotan yang dilakukan oleh

kaum Quraisy. Sejak saat itu konsentrasinya yaitu berdakwah dan

menyebarkan wahyu yang diturunkan kepada Beliau, untuk

kemudian disampaikan kepada umat manusia. Setelah perpindahan

(hijrah) Rasulullah Saw ke Madinah, maka Beliau menjadi pengawas

pasar (muhtasib). Pada saat itu, mekanisme pasar sangat dihargai.

Salah satu buktinya yaitu Rasulullah Saw menolak untuk membuat

kebijakan dalam penetapan harga, pada saat harga sedang naik

karena dorongan permintaan dan penawaran yang alami. Nabi juga

tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan

menetapkan harga akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim

adalah haram. Karena jika harga yang ditetapkan terlalu mahal,

(50)

38

maka akan menzalimi pembeli; dan jika harga yang ditetapkan

terlalu rendah, maka akan menzalimi penjual.57

Rasulullah Saw juga merubah sistem ekonomi dan keuangan

negara sesuai dengan ketentuan Al-quran. Prinsip-prinsip kebijakan

ekonomi yang dijelaskan Al-quran adalah sebagai berikut:58

a) Allah Swt adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut

seluruh alam semesta.

b) Manusia hanyalah khalifah Allah Swt di muka bumi, bukan

pemilik yang sebenarnya.

c) Semua yang dimiliki daan didapatkan manusia adalah seizin

Allah. Manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas

sebagian kekayaan yang dimiliki manusia lain yang lebih

beruntung.

d) Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.

e) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba,

harus dihilangkan. sebagaimana ayat berikut59:

ِذَلا

َنِم ُناَطْيَشلا ُهُطَبَخَتَ ي يِذَلا ُموُقَ ي اَمَك ََِإ َنوُموُقَ ي ََ اَبِ رلا َنوُلُكْأَي َني

َبِ رلا َمَرَحَو َعْيَ بْلا ُهَللا َلَحَأَو اَبِ رلا ُلْثِم ُعْيَ بْلا اَمَنِإ اوُلاَق ْمُهَ نَأِب َكِلَٰذ ۚ ِ سَمْلا

ۚ ا

57 Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

al-Syari’ah..., 201-202.

(51)

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka Berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah: 275)

f) Menerapkan sistem warisaan sebagai media re-distribusi

kekayaan.

g) Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk

orang-orang miskin.

5) Fasilitas Layanan

Menurut Tjiptono fasilitas adalah sumber daya fisik yang harus

(52)

40

dapat pula berupa segala sesuatu yang memudahkan konsumen dalam

memperoleh kepuasan.60

Menurut Sulastyono, fasilitas adalah penyediaan

perlengkapan-perlengkapan fisik untuk member kemudahan kepada konsumen

untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas sehingga kebutuhan konsumen

dapat terpenuhi.61

Pada penelitian ini, Fasilitas merupakan sarana yang disediakan

perusahaan berupa perlengkapan fisik guna menunjang kebutuhan

konsumen agar konsumen merasa lebih nyaman dan kebutuhan

konsumen terpenuhi.

Dalam penelitian ini perusahaan adalah pasar tradisional Pasar

Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. Pasar tradisional merupakan salah satu

bentuk ruang publik, dimana ruang publik merupakan ruang yang dapat

mudah diakses oleh masyarakat tanpa harus mendapatkan konsekuensi

tertentu, terutama biaya. Beberapa komponen pembentuk ruang dalam

ruang publik yang terbagi sebagai berikut62:

Penyediaan dan penataan fasilitas pelayanan publik harus

memperhatikan fungsi dan skala pelayanannya. Begitu pula dalam

penyediaan fasilitas pasar, suatu pasar yang diperuntukkan sebagai pasar

60 Fandy Tjiptono, Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS), (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2001), 184

61 Isti Faradisa et al, “Analisis Pengaruh Variasi Produk, Fasilitas, Dan Kualitas Pelayanan

Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Pada Indonesian Coffeeshop Semarang (Icos Café)”, Jurnal Management, Vol 2. No 2, (Maret 2016), 6.

62 http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/610/jbptitbpp-gdl-adecahyatr-30497-3-2008ta-2.pdf, hal 21,

(53)

41

induk atau pasar grosir akan berbeda pola penyediaan fasilitas dan

penataannya dengan pasar hewan. Pasar yang ditujukan untuk pasar

lingkungan dengan pasar kelurahan dan pasar kecamatan juga akan

berbeda. Fungsi pasar dalam ruang kota harus disesuaikan dengan

arahan kebijakan penataan ruang, karakteristik masyarakat serta

kesesuaian dengan lingkungan masyarakat sekitarnya Skala pelayanan

suatu pasar tergantung pada ukuran luas dan jumlah penduduk yang

dapat dilayani berdasarkan standar kebutuhan fasilitas pasar atau pusat

perdagangan. Pentingnya pertimbangan terhadap skala pelayanan dari

sebuah fasilitas pelayanan publik akan berpengaruh pada luasan dan

penyediaan sarana prasarana di dalamnya.

Penilaian usulan pembangunan pasar rakyat yang meliputi aspek

sarana dan prasarana pasar menurut Kementerian perdagangan yaitu63:

a. Tata letak zona pedagang sesuai dengan komoditi yang dijual

(kering dan basah)

1) Tata letak berdasarkan jenis komoditas.

Pedagang didalam Kios, Los, ataupun Lapak temporer

sebaiknya dikelompokkan menurut JENIS atau SIFATNYA,

sehingga menjamin ketertiban, keamanan, keindahan dan

kesehatan bagi para pedagang dan pengunjung pasar.

63Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Penilaian Usulan Pembangunan Pasar Rakyat”,

(54)

42

a.) Memisahkan antara komoditas sayur mayur dengan

komoditas daging, ayam karkas, ikan basah serta

sembako olahan lainnya.

b.) Menempatkan tempat pemotongan ayam diluar bangunan

utama yang bertujuan untuk mencegah menularnya

penyakit seperti flu burung.

b. Terdapat jendela/bukaan dinding yang cukup luas untuk

pencahayaan alami dan pengudaraan alami.

c. Kelengkapan sarana dan prasarana pasar

1. Jumlah kios sesuai prediksi jumlah pedagang

2. Jumlah los sesuai prediksi jumlah pedagang

3. Tersedianya Kantor pengelola

4. Tersedianya Pos Keamanan

5. Tersedianya Gudang

6. Tersedianya KM/WC tersedia pada setiap lantai (bila bangunan

terdiri dari 2 lantai)

a.) Zona WC adalah zona yang berisi fasilitas umum untuk

buang air kecil dan buang air besar baik untuk pembeli

ataupun pedagang.

b.) Zona ini sebaiknya jauh dari sumber air bersih.

7. Tersedianya Musholla

8. Tersedianya Area Parkir Roda 4

(55)

43

10. Tersedianya tempat parkir kendaraan roda 2

11. Tersedianya Utilitas diluar bangunan

12. Tersedianya Hydrant pemadam kebakaran

Adapun dari beberapa pemaparan diatas, Fasilitas dapat diukur

dengan beberapa indikator. Diantaranya yaitu:

a. Tata letak kios berdasarkan jenis komoditinya

b. Terdapat jendela atau bukaan dinding yang luas untuk

pengudaraan dan pencahayaan alami

c. Tersedianya Kantor pengelola

d. Tersedianya Pos Keamanan

e. Tersedianya KM/WC tersedia pada setiap lantai (bila bangunan

terdiri dari 2 lantai)

f. Tersedianya parkir

g. Tersedianya tempat sampah yang mencukupi

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang

dilakukan di sejumlah tempat. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi,

tesis, maupun jurnal yang dijadikan acuan antara lain yang akan tampak pada

(56)

44

TABEL 2.3

Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Tahun Judul Peneliti Persamaan Perbedaan 2006 Pengaruh Persepsi 2012 Pengaruh Sertifikat

(57)

Model konseptual didasarkan pada kajian pustaka dapat di gambarkan

sebagai berikut:

TABEL 2.4.

Kerangka Konseptual

Keterangan :

Pengaruh secara parsial (sendiri)

Pengaruh secara simultan (bersama) Label Syariah (X1)

Harga (X2)

Fasilitas (X3)

(58)

46

Label syariah ( ), harga ( ), dan fasilitas ( ) adalah variabel

bebas ( independen ) yang dapat mempengaruhi variabel terikat ( dependen ).

Frekuensi pembelian di Pasar Az-Zaitun 1 Surabaya ( Y ) adalah variabel

dependen yang akan dipengaruhi oleh variabel independen.

D. Hipotesis

Berdasarkan konsep dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis

yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan dalam penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul.64 Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah :

a) Hipotesis Parsial

a. H0= tidak adanya pengaruh label syariah terhadap niat pembelian ulang

Ha = Adanya pengaruh label syariah terhadap niat pembelian ulang

b. H0 = tidak adanya pengaruh harga terhadap niat pembelian ulang

Ha = Adanya pengaruh harga terhadap niat pembelian ulang

c. H0 = tidak adanya pengaruh fasilitas terhadap niat pembelian ulang

Ha= adanya pengaruh fasilitas terhadap niat pembelian ulang

b.) Hipotesis Simultan

64Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,

(59)

47

H0= tidak ada pengaruh label syariah, harga, dan fasilitas terhadap

niat pembelian ulang

Ha= adanya pengaruh label syariah, harga, dan fasilitas terhadap niat

(60)

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk pada penelitian

kuantitatif yakni, penelitian pemecahan masalahnya didominasi oleh peran

statistik.65

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah asosiatif. Penelitian

asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.66

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih

tiga bulan yaitu pada tanggal 14 Maret s/d 26 Juni 2016. Tempat penelitian

ini dilakukan di Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya yang beralamat di Jalan

Kutisari Selatan XIII Surabaya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam metode penelitian kata populasi, digunakan untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran

65

Masyhuri & Zainuddin, Meetodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), 47.

(61)

49

penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek

penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,

gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini

dapat menjadi sumber data penelitian.67

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah masyarakat

Kutisari dan sekitarnya yang sedang berbelanja di Pasar Az-Zaitun 1

Surabaya.

Sampel atau disebut sebagai “sampling” adalah proses pemilihan

beberapa obyek atau unsur dalam populasi utuk digunakan sebagai sampel

yang akan diteliti sifat-sifatnya.68

Sampel penelitian ini menggunakan sampel acak berstrata (stratified

random sampling) adalah pengambilan sampel secara acak di dalam populasi

yang sudah dikelompokkan (distratakan).69

Pada penelitian ini jumlah masyarakat yang berbelanja di Pasar

Syariah Az-Zaitun 1 tidak diketahui dengan pasti, sehingga untuk menghitung

jumlah sampel minimum yang dibutuhkan menggunakan formula

Lemeshow untuk populasi yang tidak diketahui dengan rumus sebagai

berikut70:

67 Masyhuri & Zainuddin, Meetodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif..., 151.

68 Suparmoko, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta: BPFE, 1999), 33.

69 Ibid., 41.

70 Anwar Hidayat, Menghitung Besar Sampel Penelitian,

(62)

50

� =�2 � � − �2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Z = skor Z pada kepercayaan 95 % = 1,96

\P = maksimal estimasi = 0,5

d = alpha (0,10) atau sampling error = 10 %

Berdasarkan formula Lemeshow tersebut, maka diperoleh besarnya sampel sebagai berikut :

� = , 2 × , − ,%2 = , 4 × ,, = ,, =

Dari perhitungan menggunakan formula Lemeshow diperoleh jumlah

sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 96

responden, namun saya membulatkan menjadi 100 responden.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep

merupakan penggambaran/abstraksi dari suatu fenomena teertentu, sehingga

pada akhirnya variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi. Oleh karena

Gambar

 Tabel
 Gambar
Gambar 2.1
Gambar 2.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Angka tersebut mempunyai arti bahwa sebesar 18,80% variabilitas niat pembelian ulang konsumen Cafe Shisha Corner yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel kualitas

Layanan X2 dan Citra Merek Halal X3 terhadap Niat Pembelian Ulang Y melalui Kepuasan Konsumen Z Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa nilai yang dirasakan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap niat pembelian ulang melalui mediasi kepuasan pelanggan

Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh label halal dan harga secara simultan terhadap keputusan pembelian. 2) Untuk mengetahui pengaruh label halal

Bauran Pemasaran Syariah dan Label Halal secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi dari

Potongan harga mempunyai pengaruh tidak signifikan positif terhadap niat pembelian yang artinya bahwa semakin sering potongan harga dilakukan oleh suatu toko atau

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh bauran pemasaran terhadap kepuasan pelanggan dan niat pembelian ulang produk smartphone Samsung di Surabaya. Elemen

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada Traveloka untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi niat pembelian