• Tidak ada hasil yang ditemukan

index.php option=com docman&task=doc &gid=111&Itemid=121.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "index.php option=com docman&task=doc &gid=111&Itemid=121."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I I I

AK U N TABI LI TAS K I N ERJA

Data dan informasi untuk penyusunan laporan ini bersumber dar i dokumen

Rencana Kinerja Tahun 2009, Penetapan Kiner ja Tahun 2009, dan laporan tahunan

setiap Satuan Kerja (Satker) yang dituangkan datanya ke dalam formulir

Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran

(PPS), serta didasarkan pada analisis diskripsi yang telah disusun oleh setiap Satker

di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Per lindungan Anak

(KPP dan PA).

Pr ogram dan kegiatan yang dilakukan oleh KPP dan PA pada tahun 2009

merupakan implementasi dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam

Renstra Kementerian Nengara Pemberdayaan Perempuan (KNPP) Tahun

2007-2009, Rencana Kinerja Tahun 2007-2009, dan Penetapan Kiner ja Tahun 2009.

Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan KPP dan PA dalam mencapai tujuh

sasaran tersebut, berikut analisis dan hambatan dalam pencapaiannya, berikut ini

akan diuraikan kinerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak tahun 2009 dilihat dari masing-masing sasar an strategis yang telah

ditetapkan.

A. Sasar an 1: Ter wujudnya kebijakan pen ingkatan kualitas hidup per em puan

Dalam Tahun Anggaran 2009, untuk capaian sasaran tersebut, Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Per lindungan Anak telah mencapai target yang

ditetapkan, yaitu menghasilkan 4 buah kebijakan sebagaimana dalam matr iks

(2)

N O SASARAN

1 kebijakan 1 kebijakan 80

Kebijakan

1 kebijakan 1 kebijakan 75

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk

dapat mengukur pencapaian sasaran ini dapat dipenuhi dengan tingkat capaian

masing-masing indikator ber beda-beda:

1. Peraturan Pemer intah tentang Por nografi menjadi target yang ingin dicapai

pada tahun 2009. Capaian target kurang lebih 80% karena PP ini sudah selesai

dalam tahap Rancangan Peraturan Pemerintah namun karena adanya kendala

dimana naskah RPP ini sekarang masih dalam proses harmonisasi oleh

Kementerian H ukum dan HAM yang menjadi kewenangannya.

2. Penyusunan Pedoman Pekan ASI dibuat setiap tahun. Pedoman ini dibuat

sebagai suatu pedoman tentang pember ian ASI agar dapat meningkatkan

(3)

mereka, agar anak-anak bangsa Indonesia menjadi sumber daya manusia yang

berkualitas. Telah tercapai target 100% dan pedoman ini difokuskan pada

perluasan cakupan penggunaan ASI .

3. Dalam r angka peningkatan par tisipasi politik perempuan pada tahun 2009

difokuskan pada bidang eksekutif, mengingat pada tahun-tahun sebelumnya

lebih difokuskan pada bidang legislatif dalam rangka meningkatkan

keter wakilan perempuan di lembaga legislatif pada Pemilu Tahun 2009. Upaya

yang dilakukan untuk meningkatkan peran dan posisi perempuan di lembaga

eksekutif, telah dilakukan penyusunan Pedoman Rencana Aksi Nasional (RAN)

Peningkatan Peran dan Posisi Perempuan untuk mendukung Peningkatan

Posisi dan Perempuan di Lembaga Eksekutif. Capaian target kurang lebih 95%

dikarenakan pedoman ini masih dalam proses tahap akhir penyempurnaan.

4. Salah satu upaya untuk peningkatan akses perempuan di dalam teknologi,

dibuat suatu kebijakan iptek bagi perempuan pesisir .. Kebijakan ini baru pada

taraf rekomendasi kesepakatan antara Kementerian Pemberdayaan Per empuan

dengan kementerian/ lembaga pemerintah terkait antara lain Kominfo dan

Kementerian Ristek untuk memudahkan perempuan dalam mengakses

teknologi khususnya bagi perempuan pesisir. Capaian target kurang lebih 75%

ini dikarenakan penyusunan kebijakan ini masih pada tahap rekomendasi

kesepakatan.

Tidak ditemui adanya hambatan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

di atas. Namun kegiatan yang dilaksanakan masih merupakan tahap awal dalam

pembuatan suatu kebijakan dan masih harus ditindaklanjuti untuk lebih

disempurnakan.

Adapun rekomendasi atau tindak lanjut dar i pencapaian sasaran sebagaimana

tersebut di atas adalah sebagai ber ikut:

1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pornografi diharapkan dapat

disahkan menjadi Peraturan Pemerintah pada tahun ber ikutnya.

2. Sebagai tindak lanjut penyusunan kebijakan pendidikan iptek bagi perempuan

(4)

kementerian/ lembaga ter kait, dihar apkan pada tahun berikutnya dibuat suatu

Peraturan yang dapat memberikan kesempatan yang lebih luas lagi kepada

perempuan dalam penggunaan iptek dan tidak hanya untuk perempuan pesisir.

3. Pedoman RAN Peningkatan Posisi dan Peran Perempuan di lembaga eksekutif

ini untuk tahun 2010 dapat dijadikan dasar dalam mendorng Kementerian dan

Lembaga terkait untuk membuat suatu kebijakan yang responsif gender dalam

upaya mendukung peningkatan posisi dan peran perempuan di lembaga

eksekutif.

Selain itu, apabila dilihat capaian indikator kiner ja sasaran tersebut yang

dicapai/ dihasilkan secara nyata pada tahun 2007 s.d 2009, dapat dikatakan bahwa

tujuan pertama yakni ”Ter wujudnya kebijakan peningkatan kualitas hidup

perempuan” yang telah ditetapkan dapat dicapai selama kurun waktu Renstra Revisi

KNPP 2007 – 2009. Secar a ter inci terurai dalam matriks berikut ini:

N o I ndikator kiner ja

20 0 7 20 0 8 20 0 9

Tar get Realisasi Tar get Realisasi Tar get Realisasi

1. Jumlah

B. Sasar an 2: Ter wujudnya kebijakan pem bangunan per lindun gan per em puan

Pada tahun 2009, ada 6 kebijakan pembangunan perlindungan perempuan. 6

kebijakan tersebut dapat dilihat pada matr iks berikut ini:

N O SASARAN

I N D I KATOR KI N ERJA

K ET U RAI AN TARGET REALI SASI %

1 Jumlah Draft

Kebijakan Perempuan Kepala Keluarga

1 kebijakan 1 draft kebijakan

100

2 Jumlah draft

Kebijakan dan perangkat

1 kebijakan 1 draft kebijakan

(5)

N O SASARAN

I N D I KATOR KI N ERJA

K ET U RAI AN TARGET REALI SASI %

hukum

1 kebijakan 1 draft kebijakan

1 kebijakan 1 draft kebijakan

1 kebijakan 1 draft kebijakan

1 kebijakan 1 draft kebijakan

100

Berdasarkan matriks di atas, sasaran pr ogram terwujudnya kebijakan pembangunan

perlindungan perempuan merupakan sasaran yang mempunyai andil besar dalam

membangun kehidupan dalam upaya meningkatkan perlindungan dan

pemberdayaan per empuan melalui kebijakan-kebijakan perlindungan perempuan

baik dalam perbaikan perangkat hukum di daerah konflik dan bencana,

perlindungan perempuan sebagai kepala keluarga, perlindungan perempuan dalam

(6)

nasional. Adapun implementasinya kebijakan diharapkan sebagai acuan para

pengambil kebijakan di daerah dalam per lindungan perempuan.

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan dalam mencapai sasaran ini adalah belum sinkron dan

terkoordinasi antara program kegiatan pusat dan daerah, karena permasalahan dan

pokok prioritas program daerah yang ber beda-beda.

Langkah-langkah yang perlu diambil adalah mengoptimalisasi peranan Pemerintah

daerah terutama melakukan sinkronisasi, konsolidasi dan shar ing exper ience

dengan berbagai stakeholder dalam upaya penanganan perlindungan perempuan.

Dalam realisasi pelaksanaan sasaran ini tampak bahwa sudah sesuai dengan target

yang dtelah ditetapkan, hal ini menunjukkan bahwa Deputi Perlindungan

Perempuan telah berhasil dalam melaksanakan kiner janya.

Dalam pencapaian sasaran, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya

diperoleh gambar an sebagai berikut:

N O. SASARAN U RAI AN TAH U N AN GGARAN

20 0 7 20 0 8 20 0 9 1. Tersusunnya kebijakan

pembangunan untuk perlindungan

perempuan

Tersusunnya kebijakan pembangunan untuk

perlindungan perempuan

8 5 1

Pada tahun anggaran 2009 hampir semua sasaran dapat dicapai secara optimal,

sehingga boleh dikatakan dalam 5 tahun periode pembangunan perlindungan

perempuan dan upaya pember dayaan perempuan atau masuk dalam 3 tahun renstr a

tidak ada kendala yang berarti, hanya ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan :

1. Bagaimana mengupayakan koordinasi, membangun dan memperkuat

jejaring/ kemitr aan dengan berbagai lembaga pemer intah dan non pemerintah

di tingkat nasional, propinsi dan Kabupaten/ kota. H al ini untuk menunjukkan

komitmen yang kuat sebagai dasar merumuskan kebijakan perlindungan dan

(7)

2. M engoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan

efisiensi dan efektivitas pemanfataan sumber-sumber daya dan dana utnuk

mewujudkan tujuan dan sasran-sasaran startegis yang ditetapkan dalam

Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis

yang capaian kiner janya masih berada di bawah target yang ditetapkan.

3. M elakukan penelitian dan kajian yang mendalam atau kuantitas target dari

indikator kiner ja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan tujuan yang telah

ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perencanaan Kinerja tahun 2009 merupakan perencanaan tahunan terakhir

dari rentang waktu periode Renstra, sebagai tolok ukur keberhasilan

pencapaian tujuan organisasi.

C. Sasar an 3: Ter wujudnya kebijakan pem bangunan per lindun gan anak

Dalam upaya memberikan acuan bagi sektor terkait di nasional, propinsi dan

kabupaten/ kota, serta bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan

organisasi-organisasi lainnya dalam upaya mewujudkan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak

(KPA) sebagai suatu proses yang panjang dan ber kelanjutan, KPP dan PA telah

menetapkan terwujudnya kebijakan pembangunan perlindungan anak sebagai salah

satu sasaran yang akan dicapai.

Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan

dan penetapan indikator kinerja berikut target yang akan dicapai dan realisasi yang

telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut:

N O SASARAN I N D I K ATOR K I N ERJA K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

1. Jumlah

kebijakan pembangunan perlindungan anak

(8)

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk dapat

mengukur pencapaian sasaran ini dapat dipenuhi dengan tingkat capaian di atas

100%, bahkan mencapai 200%. Adapun 4 (empat) kebijakan yang dihasilkan pada

tahun 2009 berupa :

1. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 01 Tahun 2009

tentang Standar Pelayanan M inimal Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan atau

Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang di kabupaten/ kota.

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 46 ayat (1) Dalam

rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1), untuk mengatur tata cara dan

mekanisme Pelayanan Terpadu telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor

9 Tahun 2008 tentang Tata Car a dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi

Saksi dan/ atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) PP 9 tahun 2008 maka

M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan telah menetapkan Peraturan

M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 01 Tahun 2009 tentang

Standar Pelayanan M inimum Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/ atau Korban

Perdagangan Orang di Kabupaten/ Kota.

SPM dimaksudkan sebagai pedoman bagi daerah dalam melaksanakan

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan serta

pertanggungjawaban penyelenggaraan PPT bagi saksi dan/ atau korban tindak

pidana perdagangan orang.

2. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2009

tentang Kebijakan Kabupaten/ Kota Layak Anak (KLA).

Dalam r angka mengembangkan suatu model pembangunan yang

mempertimbangkan pemenuhan hak dan kebutuhan anak sejak pr oses

perencanaan, implementasi hingga pengawasan dan penilaiannya, maka

Kementerian PP dan PA telah mengembangkan kebijakan kabupaten/ kota

layak anak (KLA) sebagai langkah awal dalam rangka menciptakan

(9)

Kebijakan KLA telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara PP Nomor

02 tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/ Kota Layak Anak. Kebijakan KLA

dimaksudkan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan

kabupaten/ kota melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh

dan berkelanjutkan untuk memenuhi hak anak.

3. Peraturan M enter i Negara PP Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penilaian Kabupaten/ Kota Layak Anak.

Dalam rangka mendorong pelaksanaan kebijakan KLA di kabupaten/ kota

maka sejak tahun 2009 telah diber ikan penghargaan kepada Bupati/ Walikota

yang dinilai berprestasi dalam mewujudkan KLA.

Untuk member ikan pedoman dan acuan bagi tim penilai dan tim verifikasi

dalam menilai kabupaten/ kota yang telah mewujudkan KLA, agar dalam

melakukan penilaian dilakukan secara obyektif, independen, netral, dan

transparan, maka telah ditetapkan Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan

Perempuan Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian

Kabupaten/ Kota Layak Anak.

Penilaian dilakukan secara bertahap dengan member ikan penilaian terutama

yang ber kaitan dengan adanya: 1) kebijakan yang telah dibuat terkait dengan

perlindungan anak di daerahnya; 2) pengorganisasian yang dibentuk atau yang

ada di daerah terkait dengan pemenuhan hak dan perlindungan anak; 3)

pr ogram dan kegiatan yang dilakukan terkait dengan anak; 4) keuangan yang

meliputi besarnya anggaran yang peduli terhadap anak baik yang bersumber

pada APBD, donor dan lainnya; dan 5) adanya panduan kerja dan pelaporan

masalah anak.

4. Peraturan Menteri Negara PP dan PA Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana

Aksi Nasional Penghapusan Keker asan terhadap Anak (RAN PKTA).

Dengan melihat eskalasi kekerasan terhadap anak yang tinggi dan adanya

komitmen internasional yang sangat kuat dalam menghapuskan segala bentuk

(10)

membaiknya kemauan politik nasional di bidang anak. Untuk itu telah disusun

Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan Keker asan Terhadap Anak

sebagai suatu aksi secara nasional yang jelas member ikan pedoman serta

petunjuk kepada lembaga pemerintah untuk melakukan apa, dengan cara

bagaimana, serta kapan harus dilaksanakan, sehingga pencegahan dan

penanganan anak korban kekerasan dapat lebih terintegrasi dan dapat

dilaksanakan secara optimal.

RAN Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Terhadap Anak yang telah

ditetapkan dalam Peraturan M enteri Negara Pemberdayaan Perempuan

Nomor 02 Tahun 2010 terbagi dalam 5 program, yaitu: 1) Pencegahan dan

Par tisipasi Anak, 2) Rehabilitasi Kesehatan, Rehabilitasi Sosial, 3) Pemulangan

dan Reintegrasi Sosial, 4) Pengembangan Norma dan Penegakan Hukum, dan

5) Koordinasi dan Ker jasama.

Pencapaian sasaran di atas tidak terlepas dar i berhasilnya pelaksanaan beberapa

kegiatan yang menjadi pendukungnya, di antaranya :

1. Pertemuan finalisasi draft kebijakan Kota Layak Anak (KLA) dan uji coba

dibeberapa daerah khususnya kabupaten/ kota yang menjadi pilot project KLA.

2. Advokasi dan sosialisasi visualisasi pengembangan kabupaten/ kota layak anak

ke kecamatan dan desa/ kelurahan.

3. Penyusunan Panduan Penilaian dalam rangka Pember ian Penghar gaan KLA.

4. Pemberian penghargaan Kabupaten/ Kota Layak Anak bertepatan dengan

Puncak Peringatan Hari Anak Nasional (H AN) tanggal 23 Juli 2009.

5. Up-dating Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan terhadap Anak (RAN PKTA) dan penyusunan payung hukum RAN PKTA.

Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan

atau kendala yang cukup berarti, namun demikian masih terdapat beberapa

hambatan kecil antara lain dengan belum disepakatinya bentuk payung hukum, dan

belum terumuskannya variabel indikator komposit yang menunjukan anak itu

(11)

Guna menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan tersebut

kami merekomendasikan bahwa perlu peningkatan status hukum untuk percepatan

pengembangan KLA dalam bentuk Peraturan Presiden, kebijakan dan pr ogr am KPA

hendaknya dipetakan prioritas tiap-tiap daerah yang ditetapkan melalui strategi

PUH A.

Selain itu, apabila dilihat capaian indikator kiner ja sasaran tersebut yang

dicapai/ dihasilkan secara nyata pada tahun 2007 s.d 2009, dapat dikatakan bahwa

tujuan ketiga yakni mewujudkan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan

perlindungan anak yang telah ditetapkan dapat dicapai selama kurun waktu Renstra

Revisi Kementerian PP dan PA 2007 – 2009. Secara ter inci terurai dalam matr iks

berikut ini:

N o I ndikator kiner ja

20 0 7 20 0 8 20 0 9

Tar get Realisasi Tar get Realisasi T ar get Realisasi

1. Jumlah kebijakan pembangunan perlindungan anak

- - 1 2 2 4

D . Sasar an 4: Ter wujudnya kebijakan pem ban gunan yang r esponsif gender

Salah satu upaya untuk mempersempit kesenjangan gender dalam pembangunan

adalah dengan melakukan intervensi pada proses penyusunan perencanaan dan

penganggaran pembangunan sektor , dengan mempertimbangkan peran, kebutuhan,

permasalahan, aspirasi dan pengalaman maupun persepsi yang berbeda antar a

perempuan dengan laki-laki, khususnya faktor-faktor yang membatasi partisipasi

salah satu pelaku dalam pelaksanaan, dan pengelolaan program dan kegiatan.

Apabila perbedaan-perbedaan ter sebut tidak menjadi pertimbangan dalam pr oses

perencanaan program dan anggaran pembangunan, akan dapat mengakibatkan

kurang efisien dan efektifnya sasaran pelaksanaan program dan kegiatan. Oleh

karena itu, diperlukan suatu strategi untuk mempercepat pencapaian kebijakan

pr ogram dan kegiatan yang responsif gender, sehingga dapat mengakomodasikan

(12)

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, Kementerian PP dan PA telah

melakukan upaya penyusunan kebijakan pembangunan yang responsif gender.

Untuk tahun 2009, pencapaian sasaran sebagaimana ter sebut di atas dapat dilihat

pada matriks di bawah ini:

N O SASARAN I ND I K ATOR K I N ERJA K ET.

URAI AN TAR GET REALI SASI ( %) 1. Terwujudnya

kebijakan KPP tentang

pelaksanaan PUG di berbagai bidang pembangunan

Adanya kebijakan, pelaksanaan PUG di Pusat dan daerah

2 kebijakan 2 kebijakan 100

Dar i matr iks di atas dapat dilihat bahwa dar i target indikator kiner ja yang

ditetapkan untuk mengukur pencapaian sasaran tercapai 100 %. Dua keebijakan

adalah:

1. Panduan Penyusunan Pengintegrasian I su Gender ke Dalam Sistem

Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Per tanian.

2. Panduan Penyusunan Pengintegrasian I su Gender ke Dalam Sistem

Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Pekerjaan Umum.

Alasan diwujudkannya kebijakan tersebut di atas sebagai berikut :

1. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) akhir tahun 2008: jumlah penduduk

miskin adalah 41.1 juta jiwa atau 22 per sen dari total penduduk I ndonesia.

Angka ini naik dari angka pada bulan Maret 2007 yaitu sebanyak 37,2 juta jiwa

atau 17 persen dar i total penduduk I ndonesia (BPSdalam Lintas Berita). Dari jumlah penduduk miskin tersebut, sekitar 60 persennya berada di perdesaan

yang tentu saja sumber pendapatan utamanya berasal dari sektor pertanian.

Sebagian besar (80%) memiliki usaha mikro dan atau menguasai lahan dengan

luasan kurang dari 0,3 hektar.

Angka kemiskinan yang masih tinggi di wilayah perdesaan tersebut menjadi

bukti bahwa pembangunan pertanian yang berorientasi hanya kepada produksi

(13)

pembangunan pertanian dar i yang berorientasi pada pr oduksi tersebut

menjadi pembangunan pertanian yang mengutamakan sumberdaya pelaku

pembangunan pertanian (people center ed agr icultur al development).

Seperti diketahui bersama pembangunan sektor per tanian ber tujuan untuk

meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agr ibisnis yang pada

akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Ketahanan pangan lebih

berkaitan er at dengan peningkatan produksi, di samping aspek distr ibusi dan

konsumsi. Sedangkan pengembangan agribisnis dan peningkatan

kesejahteraan petani lebih ber kaitan dengan peningkatan pr oduktivitas, mutu

hasil dan efisiensi usaha pertanian.

Dengan adanya panduan dalam mengintegrasikan isu gender ke dalam

perencanaan dan penganggaran sektor pertanian, program dan kegiatan

pembangunan di Departemen Pertanian diharapkan mampu mempercepat

per tumbuhan ekonomi, meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan

penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi

kemiskinan, melindungi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang pada

akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

I ntegrasi PUG dalam pembangunan per tanian merupakan suatu proses untuk

menilai implikasi suatu peraturan, kebijakan, program/ kegiatan pembangunan

pertanian terhadap para pelaku pembangunan, baik perempuan maupun

laki-laki. Di lain pihak, PUG merupakan suatu strategi untuk menjadikan para

pelaku pembangunan sebagai satu kesatuan yang solid. M ereka mempunyai

peran sesuai dengan kapasitas terbaiknya, sehingga kalau kekuatan tersebut

dimanfaatkan secara optimal, hasilnya juga menjadi optimal. Penguatan peran

tersebut ditingkat akar rumput menjadi lebih strategis, baik melalui berbagai

pr ogram pendampingan, maupun pelatihan secara terprogram. Diharapkan,

pada akhirnya peningkatan kualitas tersebut dapat tercermin dalam melakukan

pr oses pembangunan, mulai dari pr oses identifikasi masalah dan penentuan

prioritas kegiatan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

(14)

diper lukan kebijakan integrasi (PUG) di dalam seluruh pr ogram pembangunan

pertanian.

Dengan diter bitkannya panduan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan bagi para penanggung jawab program, para perencana sub-sektor di unit

kerja perencanaan lingkup Departemen Pertanian, dalam melaksanakan

penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender atau

Per for mance Based Budgeting dengan ber basis analisis gender .

2. M asalah pekerjaan umum adalah masalah yang menyangkut infrastruktur, baik

yang berkaitan dengan infrastruktur jalan, struktur dan design bangunan,

peremajaan pemukim kumuh sampai kepada masalah air bersih dan sanitasi.

I nfrsatruktur jalan mempunyai peran yang penting dalam sistem transportasi

nasional dan mempunyai makna yang strategis dalam perspkektif

kesejahteraan rakyat, dengan melayani sekitar 92% angkutan penumpang dan

90% angkutan barang pada jaringan jalan yang ada, demikian halnya dengan

masalah penataan permukiman kumuh, merupakan per soalan kesejahteraan

masyarkat juga karena menurut data yang ada di Indonesia terdapat 8 juta

keluarga yang belum memiliki rumah layak huni atau rumah sehat.

M asalah air adalah kita berbicara masalah kehidupan, karena kalau tubuh

manusia tidak mendapatkan air maka akibatnya akan fatal dan bisa

menyebabkan kematian. H al ini berarti bahwa pemenuhan kebutuhan air bagi

manusia merupakan salah satu hak asasi yang harus dipenuhi, tetapi dalam

kenyataannya sekitar 80% masyarakat Indonesia yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan belum memiliki akses terhadap air bersih.

Seper ti diketahui bersama pembangunan sektor pekerjaan umum bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan

infrastruktur dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian

masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Dengan adanya panduan dalam mengintegrasikan isu gender ke dalam

perencanaan dan penganggar an sektor infrastruktur , program dan kegiatan

(15)

meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, mempercepat

per tumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan ker ja baru, mengurangi

kemiskinan, melindungi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang pada

akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat I ndonesia baik laki-laki

maupun perempuan.

I ntegrasi PUG dalam pembangunan peker jaan umum merupakan suatu pr oses

untuk menilai implikasi suatu peraturan, kebijakan, program/ kegiatan

pembangunan pertanian terhadap para pelaku pembangunan, baik perempuan

maupun laki-laki. Di lain pihak, PUG merupakan suatu strategi untuk

menjadikan para pelaku pembangunan sebagai satu kesatuan yang solid.

M ereka mempunyai peran sesuai dengan kapasitas terbaiknya, sehingga kalau

kekuatan tersebut dimanfaatkan secara optimal, hasilnya juga menjadi optimal.

Penguatan peran tersebut ditingkat akar rumput menjadi lebih strategis, baik

melalui berbagai program pendampingan, maupun pelatihan secara

terprogram. Diharapkan, pada akhirnya peningkatan kualitas tersebut dapat

tercermin dalam melakukan pr oses pembangunan, mulai dari pr oses

identifikasi masalah dan penentuan prioritas kegiatan, perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi berbagai kegiatan/ program

pembangunan per tanian. Untuk itu semua, diper lukan kebijakan integrasi

(PUG) di dalam seluruh program pembangunan peker jaan umum.

Dengan diter bitkannya panduan ini, diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan bagi para penanggung jawab program, para perencana sub-sektor di unit

kerja perencanaan lingkup Departemen Pekerjaan Umum, dalam

melaksanakan penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif

Gender atauPer for mance Based Budgeting dengan berbasis analisis gender. Kegiatan tahun 2009 yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini adalah:

1. Pengintegrasian Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Departemen Pertanian.

2. Pengintegrasian Gender ke Dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran

(16)

E. Sasar an 5: Ter wujudnya kebijakan pem ber dayaan lem baga m asyar akat dalam pem bangunan PP dan PA

Dalam upaya memberikan acuan bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan

organisasi-organisasi lainnya dalam upaya mewujudkan Kesetaraan Gender dan

Perlindungan Anak, KPP dan PA telah menetapkan terwujudnya kebijakan

pembangunan perlindungan anak sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai.

Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut, telah dilakukan perumusan

dan penetapan indikator kiner ja ber ikut target yang akan dicapai dan realisasi yang

telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut:

N O SASARAN I N D I KATOR K I N ERJA K ET

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa indikator-indikator yang digunakan untuk

mengukur pencapaian sasaran ini sudah diperoleh dengan tingkat capaian 67 %

untuk kegiatan penyusunan NSPK dan Renstr a, sedangkan untuk kebijakan bagi

Lembaga M asyarakat masih berupa draft pedoman bagi Lembaga Masyarakat yang

mendukung program pembangunan PP dan PA. Hambatan dan kendala dalam

penyusunan kebijakan bagi Lembaga Masyarakat adalah masih adanya beberapa butir

yang belum disepakati antara KPP dan PA dengan Lembaga Masyarakat, sehingga

(17)

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, telah ditetapakan 2 program prioritas,

yaitu: Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

dan Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.

Kegiatan yang mendukung Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas

Anak dan Perempuan adalah : berupa pengkajian dan penyusunan peraturan –

peraturan seperti penyusunan NSPK, Renstra dan Penyusunan Kebijakan Lembaga

M asyar akat yang mendukung program pembangunan PP dan PA.

Kegiatan yang mendukung Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan

Gender dan Anak adalah berupa Peningkatan Kapasitas Pengarusutamaan Gender

dan Anak melalui kegiatan Sosialisasi dan Advokasi PUG dan PUA, TOT Politik bagi

kader Or sospol di 11 Provinsi, TOT KKG bagi kader Organisasi Keagamaan di 5

Provinsi serta Fasilitasi Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak (P2TP2A) di 40 Kab/ Kota.

Selain itu, kegiatan lain yang mendukung sasaran adalah:

1. Roadshow M enteri ke Organisasi media massa dan Ormas Keagamaan. Dari 10

kegiatan yang direncanakan baru terlaksana 6 kegiatan (60 %), hambatan yang

dialami mengapa kegiatan roadshow tidak tercapai 100 % karena kegiatan

roadshow mengikutsertakan Menter i dan Eselon I di lingkup Kementerian,

sehingga pelaksanaan kegiatan harus menyesuaikan jadwal M enteri dan

jajaran Eselon I . Roadshow ini sudah menghasilkan komitmen M enteri dengan

3 Pimpinan Organisasi Keagamaan (MUI , WKRI dan PHDI ) yang diharapkan

dapat ditindaklanjuti.

2. Penyusunan dan pencetakan materi KI E Politik

Kegiatan ini ber tujuan untuk membantu sarana komunikasi, edukasi dan

informasi bidang politik dalam rangka terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan

Gender serta member ikan pemahaman isu str ategis di lingkup politik untuk

memperjuangkan perempuan dalam berbagai jabatn public dan sebagai

pengambil keputusan, baik di lembaga Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif.

(18)

3. Penyempurnaan modul TOT KKG bagi Ormas Keagamaan

Kegiatan ini merupakan menyempurnakan modul TOT yang sudah ada. Tim

penyusun dalam kegiatan ini, selain dari lingkup KPP dan PA juga melibatkan

Organisasi Keagamaan yang menjadi mitra dan tergabung dalam Tim Pokja

Asdep Urusan Organisasi Keagamaan (seperti MUI , WKRI , Al-H idayah,

PP.Aisyiyah, PP Muslimat NU, PHDI ). Modul TOT ini merupakan bahan ajar

yang baku dan komprehensif tentang KKG bagi kader Organisasi Keagamaan.

4. Penyempurnaan buku panduan P2TP2A

Kegiatan penyempurnaan buku panduan ini mutlak dilaksanakan mengingat

buku panduan yang ada saat ini sudah tidak akomodatif lagi, sebagai gambaran

dalam pendirian P2TP2A disyaratkan perlu adanya suatu kajian. Untuk

menyesuaikan dengan Kebijakan Pemerintah saat ini, maka kajian yang

diisyaratkan menjadi tidak diperlukan lagi. Penerima manfaat dari buku

panduan ini adalah I nstitusi/ Lembaga/ Organisasi Pr ofesi dan Swasta,

Fasilitator yang menangani P2TP2A.

5. Evaluasi tindak lanjut MoU antara Menteri PP dengan 14 Organisasi

Keagamaan

Sebagai tindak lanjut dar i Kesepakatan bersama antara M enteri PP dengan 14

Ormas Keagamaan (MUI , PP.Muslimat NU, PP. Aisyiyah, PGI , WKRI , PHDI ,

Walubi, M atakin, PP. M uhammadiyah, PP.I RM , GP.Ansor, Pengajian

Al-H idayah, FM KI dan Peradah). Dalam rangka mengembangkan dan

menindaklanjuti hasil MOU ter sebut maka diper lukan evaluasi untuk

mengukur keberhasilan dan efektifitas kerjasama yang sudah dilakukan.

Kegiatan ini menghasilkan Rekomendasi antara lain masih diperlukan MOU

dengan memperluas jaringan ormas keagamaan lainnya dan melibatkan Ormas

terkait dalam penyusunan kegiatan.

6. Evaluasi pelaksanaan P2TP2A di 9 Provinsi/ Kab/ Kota.

Evaluasi ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan dan menganalisis

(19)

meningkatkan efisiensi dan efektifitas program dan kegiatan P2TP2A agar

dapat menjadi lebih efektif. Disamping itu evaluasi juga sebagai alat

manajemen inter nal untuk mengevaluasi proses dan kinerja organisasi serta

pr ogram P2TP2A. Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan akan ter identifikasi

permasalahan dan hambatan yang timbul agar langsung dapat diatasi,

kemudian mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan

rencana.

7. Sosialisasi dan advokasi PUG bagi Organisasi Keagamaan, LSM,

Pr ofesi/ Swasta, Orsospol dan Media Massa di 5 Provinsi

Lembaga Masyarakat, dalam hal ini Organisasi Keagamaan, LSM, Or ganisasi

Pr ofesi/ Swasta, Organisasi Sosial Politik dan I nstitusi Media Massa, masih

harus terus-menerus di intervensi melalui Advokasi dan Sosialisasi strategi

PUG. Kagiatan ini sangat penting dalam rangka mempercepat percapaian KKG

disegala bidang, sehingga diperlukan peran dari seluruh komponen masyarakat

termasuk di dalamnya lembaga masyarakat. Dari kegiatan tersebut diharapkan

akan meningkatkan pemahaman dan kemampuan lembaga masyarakat dalam

pembangunan dalam rangka pengarusutamaan gender, serta mendorong

kesadaran lembaga mesyarakat untuk melakukan upaya-upaya dibidang

pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak.

8. Sosialisasi dan advokasi peran aktif WCC di 5 Pr ovinsi

Pendirian Women Cr isis Center (WCC) merupakan wadah pelayanan bagi perempuan dan anak korban keker asan, untuk menindaklanjuti hasil

konferensi Beijing yang telah mencanangkan Zer o Toler ance Policy, yaitu kebijakan yang tidak mentolerir sedikitpun adanya tindak kekerasan terhadap

perempuan. Dengan semakin meningkatnya tindak kekerasan yang ter jadi di

masyarakat, maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang

pentingnya keberadaan WCC di masyarakat. Diharapkan dengan sosialisasi ini

(20)

9. Pelatihan/ TOT politik bagi kader Orsospol tingkat Kab/ Kota

Pelatihan kader Orsospol merupakan forum pelatihan dalam r angka

meningkatkan wawasan, kemampuan dan pengetahuan perempuan dibidang

politik, serta meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu strategis

pembangunan pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan

kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan, khususnya di bidang

politik dan pengambilan keputusan serta membangun demokrasi seutuhnya,

sehingga mereka dapat menyusun strategi dan melaksanakan upaya

peningkatan partisipasi politik perempuan di daerahnya masing-masing. H asil

dar i kegiatan ini diperolehnya fasilitator sebanyak 528 orang yang tersebar di

11 provinsi.

10. Pelatihan/ TOT KKG bagi kader Organisasi Keagamaan di 5 Provinsi

Kegiatan ini sangat penting karena masih rendahnya komitmen tokoh-tokoh di

organisasi keagamaan dalam mendukung pelaksanaan program PP dan PA.

Juga masih banyaknya tafsir ayat-ayat suci yang masih bersifat tekstual, tanpa

melihat konteksnya, sehingga hanya ditafsirkan secara parsial dan tidak

komprehensif. Adanya kegiatan ini menghasilkan fasilitator sebanyak 170

or ang yang tersebar di 5 provinsi. Bagi fasilitator telah disediakan bahan ajar

yang baku dan komprehensif tentang KKG. H ambatan dan kendala dalam

kegiatan ini adalah pengir iman peser ta sering tidak sesuai dengan kriteria,

pada tingkat TOT seharusnya peserta sudah memahami dan mendalami teori

dan konsep gender , bukan pemula yang masih bias gender .

11. Pembentukan Opini di Media Massa

Kegiatan Pembentukan Opini di Media Massa, dari 6 kegiatan yang

direncanakan baru terlaksana 3 kegiatan (50%). Pembentukan Opini

merupakan kegiatan berupa pemuatan tulisan dan hasil wawancara dengan

M eneg. PP di surat kabar nasional dan majalah terbitan Jakar ta yang ditulis

oleh Narasumber/ Pakar tentang Pemberdayaan Perempuan dan isu-isu

strategis Perempuan dan Anak yang dihar apkan akan meningkatkan

(21)

Narasumber dari kegiatan ini adalah M enteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Pimpinan redaksi media cetak sehingga hambatan dalam

kegiatan ini adalah jadwal wawancara antara M enteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dengan Pimpinan redaksi media cetak.

H ambatan dalam mewujudkan kebijakan pemberdayaan lembaga masyarakat antara

lain adalah masih dirasakan kurangnya pemahaman tentang konsep gender

termasuk strategi PUG di lembaga masyarakat, dan masih lemahnya koordinasi

serta rendahnya komitmen tokoh/ pimpinan lembaga masyarakat dalam mendukung

pelaksanaan program PP dan PA.

Adapun rekomendasi atau tindak lanjut dalam mengatasi hambatan yang dihadapi

adalah sebagai berikut:

1. Adanya Komitmen yang tinggi dari M enter i terkait dengan Lembaga

M asyarakat dan I nstitusi M edia M assa salah satunya dengan melakukan

kunjungan ke I nstitusi M edia Massa dan Organisasi Keagamaan sangat

mendukung untuk mendorong dan memotivasi dalam mendukung

keberhasilan pr ogram pembangunan pemberdayaan perempuan.

2. Diper lukan komunikasi yang intensif dan ber kesinambungan antara

pemerintah dan lembaga masyarakat dengan mengadakan pertemuan focal

point SKPD, Lembaga Masyarakat untuk membahas pr ogram PP dan PA

sebelum dilaksanakannya M usrenbang tingkat kabupaten/ kota, provinsi dan

Pusat.

3. Tersedianya fasilitator PUG dari Lembaga Masyarakat yang dapat

dimanfaatkan untuk menyebar luaskan program pembangunan PP dan PA.

4. Lembaga Masyarakat diharapkan memiliki program kerja tahunan yang terkait

dengan pr ogram PP dan PA.

5. Sosialisasi gender lebih intensif pada lembaga masyarakat sehingga lembaga

masyarakat tidak memiliki pemahaman yang parsial dan tidak komprehensif.

6. M eningkatkan dan menguatkan peran lembaga masyarakat dalam

(22)

jabatan publik (eksekutif, legislatif, yudikatif dan masyarakat), melalui

pendidikan kewarganegaraan dan politik diberbagai tingkatan dan sasar an,

dan memperkuat jaringan ker jasama antara pemer intah (pusat dan daerah),

lembaga masyarakat, dunia usaha dan media massa.

7. M enguatkan sinergi dan fungsi lembaga masyarakat guna meningkatkan

pelaksanaan program pember dayaan perempuan dan kesejahteraan dan

per lindungan anak.

8. Penguatan kapasitas SDM melalui pelatihan-pelatihan, pendidikan dan study

banding.

F. Sasar an 6: Ter wujudnya per janjian antar lem baga

Dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak telah menetapkan terwujudnya perjanjian antar

lembaga sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai dengan indikator kinerjanya.

Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan

dan penetapan indikator kiner ja ber ikut target yang akan dicapai dan realisasi yang

telah dicapai dalam tahun 2009 sebagai berikut:

1. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender adalah

sebagai berikut:

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Jumlah M oU antara KPP dan PA dengan

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota

15 provinsi

200

kabupaten/ kota

15 provinsi

-100

Dar i matriks di atas dapat dilihat bahwa target yang digunakan untuk

mengukur pencapaian sasaran ini telah tercapai 100 % hanya di provinsi.

Sementara target untuk kabupaten/ kota tidak dapat diwujudkan karena ada

(23)

2. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Per lindungan Anak melalui Deputi Bidang Peningkatan Kualitas H idup

Perempuan adalah sebagai ber ikut:

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Jumlah M OU :

Perjanjian antar lembaga meliputi perjanjian dengan Kementerian/ Lembaga,

Provinsi, Kabupaten-Kota, dan Lembaga masyarakat melalui stimulan yang

meliputi 5 bidang yaitu pendidikan perempuan, kesehatan perempuan,

ekonomi perempuan, partisipasi politik perempuan dan sosial budaya dan

lingkungan untuk pembentukan dan pengembangan forum PKHP. Pencapaian

target dengan K/ L telah mencapai 100% begitu pula dengan lembaga

masyarakat. Sedangkan dengan kabupaten kota, dalam target renstra

2007-2009 adalah 100 Kab/ Kota, namun realisasinya hanya 23%. Ini dikarenakan

pada saat pembuatan renstra tidak mengacu pada anggaran yang tersedia,

sehingga pada saat pelaksanaan pagu anggaran yang ada tidak dapat mencakup

sebanyak 100 Kab/ Kota.

3. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Perlindungan Perempuan adalah

sebagai berikut: dan non pemerintah di tingkat nasional,

(24)

SASARAN U RAI AN TAH U N AN GGARAN dan non pemerintah di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten kota

2 M OU 2 M OU 2 M OU

Dar i matriks di atas dapat diketahui bahwa per janjian mengenai terbentuknya

wadah-wadah kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah dan non

pemerintah di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten kota pada tahun 2007

sebanyak 5 MOU, pada tahun 2008 sebanyak 5 MOU, dan pada tahun 2009

juga sebanyak 5 M OU.

Sementara perjanjian mengenai ter bentuknya jaringan kerja dengan berbagai

lembaga pemerintah dan non pemerintah di tingkat nasional, pr opinsi dan

kabupaten kota pada tahun 2007 sebanyak 2 M OU, pada tahun 2008 sebanyak

2 M OU, dan pada tahun 2009 sebanyak2 MOU.

4. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Per lindungan Anak adalah sebagai

(25)

M atriks di atas menunjukan bahwa target indikator-indikator yang digunakan

untuk dapat mengukur pencapaian sasaran ini sebagian besar sudah dapat

dipenuhi dengan capaian 100%.

Selain itu, matriks tersebut menujukan bahwa M OU atau Surat Perjanjian

Ker jasama antara Kementer ian Pember dayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak dengan pemerintah propinsi dan kabupaten/ kota serta

organisasi/ lembaga peduli anak tentang fasilitasi program PP dan PA melalui

Stimulan telah dilakukan sesuai target bagi Kelembagaan PP dan PA Pr ovinsi,

Kabupaten/ Kota dan LSM.

I ndikator yang belum mencapai target adalah Kementerian/ lembaga

pemerintah yang telah mengintegrasikan kebijakan PA ke dalam kebijakan

kementerian/ lembaga. Namun demikian, beberapa kementerian/ lembaga

pemerintah di nasional yang telah mengintegrasikan kebijakan PP dan PA

dalam kebijakan masing-masing antara lain adalah :

a. Kementer ian Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas);

b. Kementer ian Hukum dan H AM (UU Pengadilan Anak);

c. Kementer ian Dalam Neger i (UU 23/ 2006 tentang Adminduk)

d. Kementer ian Kesehatan (UU Kesehatan)

e. Kementer ian Sosial (PP Pengangkatan anak)

f. Kepolisian dengan pendirian Unit Perlindungan Perempuan dan Anak;

g. Kementer ian Tenaga Kerja dengan meratifikasi beberapa konvensi

inter nasional tentang pekerja anak;

h. Bappenas

i. Kementer ian Luar Neger i

j. BKKKBN.

Selain itu, beber apa pr ovinsi dan kabupaten/ kota telah mengintegrasikan ke

dalam Peraturan Daerah antara lain dengan diterbitkannya Peraturan Daerah

tentang Akta Kelahir an Bebas Biaya dan menurut catatan Kementerian PP dan

(26)

menetapkan Perda yang khusus mengenai perlindungan anak dan Perda

tentang Perdagangan Perempuan dan anak.

Ber bagai upaya terus dilakukan agar Kementerian/ lembaga pemerintah baik di

nasional, propinsi, maupun kabupaten/ kota mengintegrasikan kebijakan PA ke

dalam kebijakan kementerian/ lembaga. Upaya tersebut dilakukan melalui

berbagai kegiatan seperti:

a. Penyusunan strategis Pengarusutamaan H ak Anak;

b. Sosialisasi berbagai kebijakan dan pr ogram baru ber kaitan dengan PA;

c. Rapat koordinasi;

d. Penyusunan laporan negar a tentang pelaksanaan Konvensi H ak Anak.

5. Perjanjian yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga

M asyarakat:

I ND I K ATOR K I N ERJA

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI ( %)

Jumlah M OU dengan

Pemda

10 M OU

Provinsi,

40 MOU

Kab/ Kota

10 M OU

Provinsi,

40 M OU

Kab/ Kota

100

100

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa target indikator yang digunakan untuk

mengukur pencapaian sasaran ini telah tercapai 100 %. Dilihat dari tingkat

keberhasilan, Kegiatan Peningkatan kapasitas PUG bagi Lembaga M asyarakat

di 10 Provinsi berupa Sosialisasi dan Advokasi kepada Pimpinan dan anggota

Lembaga M asyarakat terkait yang mendukung program pembangunan PP dan

PA. H asil yang diharapkan dari kegiatan ini merupakan meningkatnya

pemahaman dan kesadaran bagi Pimpinan dan anggota Lembaga Masyarakat

tentang Pengarusutamaan Gender dalam mewujudkan KKG. H ambatan dan

(27)

mutasi di kalangan Lembaga M asyarakat sehingga mater i yang didapat belum

tersosialisasi di lingkungan Organisasinya.

Kegiatan Sosialisasi pembentukan P2TP2A dan TOT Manajemen Pengelola

P2TP2A sudah dilaksanakan di 40 Kab/ Kota, tetapi dar i hasil pemantauan

pada akhir tahun anggaran 2009, ternyata baru 8 Kab/ Kota (Kab.5o Kota, Kab.

Klaten, Kab.Kuningan, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Bolaang M ongondow,

Kab. Sambas, Kota Bogor dan Kota Cirebon) yang telah membentuk P2TP2A,

jadi baru sekitar 20% yang melaporkan pembentukan P2TP2A ke KPP dan PA.

H ambatan dan kendala dari kegiatan ini berupa kurangnya komitmen dari

Pemda, dukungan sarana dan prasarana, dana ter masuk SDM yang mau

bekerja sebagai tenaga volunteer serta masih rendahnya kemitraan dan

kerjasama antara Pemda dengan Lembaga Masyarakat. Disamping itu

Kab/ Kota yang sudah mendapatkan fasilitasi pembentukan masih

mengharapkan adanya tindak lanjut kegiatan dari Pemer intah Pusat berupa

pelatihan yang mendukung ketrampilan pimpinan dan anggota P2TP2A.

H ambatan lain, masih ada daerah yang telah membentuk P2TP2A tetapi belum

melaporkan ke Pusat sehingga tidak terdata.

Kegiatan tahun 2009 yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini adalah :

1. Peningkatan Kapasitas PUG bagi Lembaga M asyarakat di 10 Provinsi

2. Fasilitasi Pembentukan P2TP2A dan TOT Manajemen Pengelola P2TP2A.

G. Sasar an 7: Ter wujudnya tata kepem er intahan yan g baik

Terwujudnya tata keper intahan yang baik, ditunjukkan dengan indikator-indikator

sebagai berikut:

1. M eningkatnya Sosialisasi dan Pemberitaan Program PP dan PA

(28)

I N D I K ATOR SASARAN

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Jumlah pemberitaan program PP dan PA di media masa

36 kali 36 kali 100

Penerbitan Media Perempuan

6 edisi 6 edisi 100

Dar i indikator ter sebut dapat digambarkan bahwa sasaran tercapai 100 %.

Kegiatan-kegiatan yand telah dilakukan dalam rangka untuk mencapai sasaran

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Kehumasan dan Pr otokol;

b. Penyelenggaraan Per temuan Bakohumas;

c. Pertemuan Forum War tawan

d. Roadshow ke Media

e. Kunjungan Jurnalistik/ Press tour

f. Pameran, Publikasi dan Pr omosi;

g. Pengelolaan Perpustakaan

h. Pengelolaan Kotak Pos 1000 dan

i. Penyusunan Materi dan Pelaksanaan KI E

j. Diklat Teknis Kehumasan

2. M eningkatnya kualitas pelayanan administrasi umum

Pengelolaan berbagai program/ kegiatan lembaga dipengaruhi oleh

ketersediaan komponen pendukung yang memadai. Salah satu diantaranya

adalah pengelolaan administrasi umum.

Pengelolaan administrasi umum yang efektif dan efisien, terutama dalam

kaitannya dengan administrasi keuangan, kepegawaian, sarana dan prasarana,

kerumahtanggaan dan pelayanan penerbitan SPM akan sangat mendukung

peningkatan kinerja lembaga.

H asil yang dicapai dalam kegiatan ini adalah pengadaan sistem informasi

(29)

baik struktural, fungsional maupun teknis, sistem infor masi kepegawaian,

belanja keperluan seharí-hari per kantoran, belanja inventar is kantor, belanja

langganan daya dan jasa, belanja perjalanan biasa dalam dan luar neger i,

belanja modal peralatan dan mesin, ser ta pengadaan per lengkapan kantor.

Kegiatan-kegiatan seperti ter sebut di atas sangat ber manfaat bagi pegawai, dan

KPP dan PA.

a. Pegawai, yaitu: (1) meningkatnya kesejahteraan pegawai; dan (2)

meningkatnya productivitas dan kiner ja individu dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya.

b. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu

memperoleh layanan keadministrasian yang baik, memuaskan, efektif dan

efisien di bidang keuangan, kepegawaian, dan penyediaan sarana dan

prasarana kerumahtanggaan.

3. M eningkatnya kompetensi aparatur KPP dan PA

Dalam rangka mendukung implementasi pembangunan kapasitas (capacity

building) pegawai di lingkungan KPP dan PA, dilatarbelakangi masih

banyaknya pegawai yang belum memahami tugas dan fungsi serta peran KPP

dan PA.

Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas pegawai KPP dan PA perlu

dilaksanakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

era globalisasi, dan era otonomi, ser ta pembangunan pemberdayaan

perempuan di masa yang akan datang, serta amanat perundang-undangan

yang terus berkembang. Di samping itu seluruh pegawai KPP dan PA perlu

memahami berbagai peraturan seiring dengan permasalahan yang terjadi di

masa kini.

Sehubungan dengan itu Bir o Umum telah melakukan ber bagai pendidikan dan

(30)

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

pegawai yang mampu mendukung secara optimal tugas dan fungsi KPP dan

PA.

H asil yang dicapai pada kegiatan ini adalah terwujudnya pegawai KPP dan PA

yang kompeten dan profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

secara optimal.

Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah adanya rasa percaya diri pegawai KPP

dan PA dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

4. Pengawasan

Sehubungan dengan itu diperlukan pengembangan dan penerapan system

pertanggung jawaban yang tepat, transparan dan legitimate sehingga

penyelenggaraan pemer intahan dan pembangunan dapat ber langsung secara

efektif dan efesien, ber daya guna, bersih dan ber tanggung jawab serta bebas

dari segala bentuk praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Pengawasan

sebagai bagian dari fungsi manajemen pemerintah yang memegang peranan

sangat penting dan strategis. Oleh karena itu pengawasan khususnya pengawas

internal di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak juga harus di selenggarakan secara efektif, efisien berdaya

guna dan hasil guna.

I ndikator yang digunakan adalah terlaksananya audit secara efektif.

I N D I K ATOR SASARAN

K ET

U RAI AN TARGET REALI SASI %

Persentase audit keuangan dan kinerja yang akunmatriks

7 satker 7 satker 100%

Persentase hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti

Referensi

Dokumen terkait

Gain antena (Gt) dapat dihitung dengan menggunakan antena lain sebagai antena standar atau sudah memiliki gain yang standar (Gs), dengan membandingkan daya yang diterima

Berdasarkan Ketentuan Perpres Nomor : 54 tahun 2010 dan Perpres Nomor : 70 tahun 2012 beserta perubahannya, Dokumen Pemilihan Nomor :

a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam P eraturan P residen Republik Indonesia Nom or 54 Tahun 2010 beserta perubahan dan aturan

Dokumen Kualifikasi Asli (BUKAN FOTOCOPY) serta sertifikasi keahlian tenaga ahli asli (BUKAN FOTOCOPY) yang disyaratkan di LDK pada Dokumen Kualifikasi. Demikian

• This method of making batik is one of the oldest method, probably slightly more modern than ‘simbut’ method in which white fabric is painted with glutionous rice starch then soaked

Pokja Pengadaan Barang II Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Provinsi Bali akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi untuk

Launching Buku IAI Jakarta Awards 2017.

[r]