• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM UDARA DAN ANGKASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUKUM UDARA DAN ANGKASA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pengertian Hukum Udara

E. Suherman

Hukum udara adalah keseluruhan

ketentuan-ketentuan hukum yang

mengatur ruang udara dan penggunaannya

untuk keperluan penerbangan.

Verschoor

(4)
(5)
(6)

Sejarah

Zaman Romawi

Hukum Udara (dalam arti hukum yg

mengatur obyek udara) telah dikenal

dengan prinsip

Cuius est solum,

eius est usque ad coelum

siapa

(7)

Masa kini

Hukum yang sebagian besar

mengatur penerbangan dan

angkutan udara.

Masih muda karena mulai tumbuh di

awal abad ke-20 setelah Wright

bersaudara (1903)

(8)

Peraturan awal hukum udara

Lenoir seorang Pejabat Kepolisian

Paris pada tahun 1784 membuat peraturan

berupa, Larangan penerbangan dengan balon udara

tanpa izin.

Peraturan pertama mengenai keselamatan

penerbangan

Count d’Angles seorang Kepala Polisi Seine pada

tahun 1819 membuat peraturan berupa,

(9)

Sebelum PD I

Perdebatan mengenai kedaulatan di

ruang udara. Ada dua pendapat

yaitu:

Ruang udara bebas

Negara masing2 berdaulat di ruang

udara di atasnya

Perjanjian Paris 1919 dan chicago

(10)

Setelah PD I

12 oktober 1929 ditandatangani konvensi

Warsawa tentang dokumen-dokumen

angkutan dan tanggung jawab pengangkut

1933 di Roma ditandatangani perj tentang

tanggung jawab pemakai pesawat terbang

asing terhadap kerugian yg ditimbulkan oleh

pihak III di darat, diperbaharui oleh Perjanjian

Roma 1952

(11)

Peranan Badan Internasional dalam

perkembangan hukum udara

Internastional Civil Aviation

Organization (ICAO)

Panitia hukum yang bertugas

membahas masalah hukum dan

memperiapkan konfrensi

(12)

International Air Transport Association

(IATA)

IATA beranggotakan perusahaan

penerbangan dari berbagai negara.

Panitia hukum IATA bertugas utk meneliti

dan mengembangkan hukum udara yang

bersifat seragam khususnya tentang syarat

perjanjian pengangkutan udara yang

berlaku internasional

Pendapat IATA dihargai oleh ICAO

(13)
(14)

1. Multilateral

Sumber hukum udara perdata:

Perjanjian warsawa 1929 -->dokumen angkutan dan tanggung jawab

pengangkut

Perjanjian geneva 1948 --> hipotik pesawat udara

Perjanjian roma 1952 --> prinsip tanggung jawab (diluar perj

warsawa) dan asuransi wajib

Perjanjian Hague 1955 --> amandemen perj warsawa mengenai

ganti rugi

Perjanjian guadalajara 1961 --> pelengkap perj warsawa, yang

memberlakukan perj. Warsawa kepada pihak yang bukan merupakan pihak yang mengadakan perjanjian angkutan.

Perjanjian montreal 1966 --> biaya ganti rugi yg kemudian diadopsi

oleh protokol guatemala

Protokol guatemala 1971 --> tanggung jawab mutlak pengangkut,

limit ganti rugi. Tanggung jawab thd barang menggunakan perj warsawa, sedangkan utk bagasi baik tercatat atau tidak

(15)

Sumber hukum udara publik

Konvensi Paris 1919 Konvensi chicago 1944

Konvensi Tokyo 1963 --> tindak pidana dlm hukum udara

internasional

Konvensi Den Haag 1970 --> pembajakan pesawat udara

(hijacking)

Konvensi Montreal 1971--> pemberantasan tindakan melawan

hukum terhadap keselamatan penerbangan sipil

Deklarasi Bonn 1978 --> pembajakan udara

Protokol Montreal 1988 --> pelengkap Konvensi Montreal 1971 Konvensi Montreal 1991 --> kewajiban negara anggota untuk

(16)

2. Bilateral air transport agreement

Perjanjian angkutan udara

internasional timbal balik.

Indonesia mempunyai +/_ 67

(17)

3. Hukum kebiasaan

internasional

Berdasarkan Pasal 38 (1) Piagam Mahkamah

Internasional, hukum kebiasaan internasional

dapat menjadi sumber hukum udara

internasional.

contoh

Pasal 1 Konv Paris 1999 --> negara memiliki

kedaulatan penuh dan absolut terhadap ruang udara

di atas laut teritorialnya. Isi pasal ini diakomodasi dlm

Konv Havana 1928 dan Pasal 1 konv Chicago

Penerapan Air Defence Identification Zone (ADIZ)

oleh Amerika Serikat yang diikuti juga oleh Canada

ADIZ --> penunjukan ruang udara khusus dimensi tertentu

(18)

4. Prinsip-prinsip hukum

umum

Pasal 38 (1) Piagam Mahkamah

Internasional

1.

Prinsip bonafide atau good faith (itikad

baik)

2.

Pacta sunt servanda (perjanjian

mengikat para pihak)

3.

Abus de droit ( suatu hak tidak boleh

disalah gunakan)

4.

Nebis in idem (perkara yang sama tidak

(19)

5. Ajaran hukum

Ditemui dalam sistem Common law

pemindahan resiko dari korban (injured people)

kepada pelaku (actor).

◦Perusahaan penerbangan (actor) bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh korban (injured people)

Bela diri suatu tindakan disebut bela diri apabila

tindakan tersebut seimbang dengan ancaman yang

dihadapi.

◦Penerapannya pesawat udara sipil tidak dilengkapi persenjataan karenatidak ada ancaman yang

(20)

6. Yurisprudensi

Berdasarkan Pasal 38 (1) Piagam

Mahkamah Internasional

Contoh:

1.

Kasus Ny. Oswald vs. Garuga

Indonesia Airways --> ganti rugi

non fisik

2.

Kasus penduduk cengkareng vs.

(21)
(22)
(23)

Teori kepemilikan ruang

udara

1. The Air Freedom Theory

udara karena sifat yang dimilikinya, ia

menjadi bebas (by its nature is free).

Teori yang pertama ini dapat

dikelompokan menjadi :

1.

Kebebasan ruang udara tanpa batas

2.

Kedaulatan ruang udara yang dilekati

beberapa hak khusus negara kolong, dan

3.

Kebebasan ruang udara, tetapi diadakan

(24)

2. The Air Sovereignty Theory

udara itu tidak bebas, sehingga negara

berdaulat terhadap ruang udara di atas

wilayah negaranya.

Teori ini dapat dikelompokan menjadi :

1.

Negara kolong berdaulat penuh hanya

terhadap satu ketinggian tertentu di ruang

udara.

2.

Negara kolong berdaulat penuh, tetapi

dibatasi oleh hak lintas damai bagi navigasi

pesawat -pesawat udara asing, dan

(25)

Kedaulatan negara di ruang

udara

Pasal 33 UUD 1945 ayat (3) yang menyatakan, bahwa

“bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

lahir “hak menguasai oleh negara” atas sumber daya alam

yang ada di bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (termasuk udara) dan penguasaan tersebut memberikan kewajiban kepada negara untuk digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Makna dari Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut bahwa

ruang udara sebagaimana penjelasan sebelumnya merupakan sumber daya alam yang dikuasai negara.

memberikan arti kewenangan sebagai organisasi atau

lembaga negara untuk mengatur dan mengawasi

(26)

Kedaulatan teritorial

Disamping Kedaulatan di wilayah

darat dan laut, Negara dalam

hukum internasional memiliki

kedaulatan di wilayah udara

Instrumen internasional yang

mengakui wilayah Negara di

ruang udara saat ini adalah

Convention on International Civil

Aviation 1944 atau yang lebih

(27)

Kedaulatan negara menurut

Konv Chicago

Pasal 1 Conv Chicago:

◦dinyatakan bahwa setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan penuh (complete and exclusive

souvereignity) atas ruang udara atas wilayah kedaulatannya.

Dari Pasal tersebut memberikan pandangan bahwa

perwujudan dari kedaulatan yang penuh dan utuh

atas ruang udara di atas wilayah teritorial, adalah :

1. setiap negara berhak mengelola dan mengendalikan secara penuh dan utuh atas ruang udara nasionalnya;

2. tidak satupun kegiatan atau usaha di ruang udara

(28)

Kedaulatan negara menurut UU

Nomor 1 Tahun 2009 ttg Penerbangan

Pasal 1 UU No 1 th 2009

Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di

atas wilayah daratan dan perairan Indonesia.

Pasal 5

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdaulat penuh

dan eksklusif atas wilayah udara Republik Indonesia.

Pasal 6

Dalam rangka penyelenggaraan kedaulatan negara

atas wilayah udara Negara Kesatuan Republik

Indonesia, Pemerintah melaksanakan wewenang dan

tanggung jawab pengaturan ruang udara untuk

(29)

Dampak kedaulatan negara di

ruang udara

Setiap pesawat udara yang

memasuki wilayah udara negara

lain harus memperoleh izin

Bila izin tidak diperoleh maka

dianggap sebagai pelanggaran

wilayah udara nasional

Terhadap pelanggar dapat

dikenakan sanksi, termasuk

menurunkan secara paksa

(30)

Izin ini juga dapat dikomersialkan

oleh Negara terhadap pesawat

udara dari Negara lain yang

mengangkut penumpang dan

barang (traffic purposes)

Izin dapat diberikan di depan dan

dituangkan dalam perjanjian

internasional yang disebut

(31)

Kewenangan menetapkan kawasan udara terlarang dan terbatas merupakan kewenangan dari setiap negara berdaulat untuk mengatur penggunaan wilayah udaranya, dalam rangka keselamatan masyarakat luas, keselamatan penerbangan,

perekonomian nasional, lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Yang dimaksud dengan “kawasan udara terlarang (prohibited area)” adalah kawasan udara dengan pembatasan yang bersifat permanen dan menyeluruh bagi semua pesawat udara.

Pembatasan hanya dapat ditetapkan di dalam wilayah udara Indonesia, sebagai contoh instalasi nuklir atau istana Presiden.

Yang dimaksud dengan “kawasan udara terbatas (restricted area)” adalah kawasan udara dengan pembatasan bersifat tidak tetap dan hanya dapat digunakan untuk operasi penerbangan tertentu (pesawat udara TNI). Pada waktu tidak digunakan (tidak aktif), kawasan ini dapat digunakan untuk penerbangan sipil.

(32)

LIMA PRINSIP

KEBEBASAN

(33)

Five Freedoms of the Air

pasal 1 ayat 1 International Air Transportation Agreement 1944:

“Each contracting State grants to the other contracting State the following freedoms of the air in respect of scheduled international air services:

Kebebasan dasar

1. hak suatu penerbangan baik berjadwal ataupun tidak berjadwal, untuk melintas wilayah udara negara lain tanpa mendarat / landing.

2. hak sutau penerbangan baik berjadwal atau tidak berjadwal, untuk melintas wilayah udara negara lain dengan keadaan tertentu sehingga penerbangan tersebut dapat mendarat / landing di negara tersebut tanpa mengangkut atau menurunkan penumpang atau barang, karena pesawat mengalami gangguan atau kehabisan bahan bakar.

Kebebasan komersial

3. Hak untuk menurunkan penumpang, pos dan barang muatan yang berasal dari negara asal pesawat (flag state)

4. hak untuk mengambil penumpang, pos dan barang muatan denagn tujuan negara kebangsaan pesawat.

(34)

Singapura Indonesia

terbang melintasi suatu wilayah

tanpa mendarat

Contoh : penerbangan dari singapura menuju Australia dengan melintasi atau melewati Indonesia.

(35)

Eight Freedoms of the Air

termuat dalam International Air Transport Agreement 1944.

1. hak istimewa untuk terbang melintasi suatu wilayah tanpa mendarat

2. hak untuk mendarat tanpa maksud untuk melakukan traffic.

3. Hak untuk menurunkan penumpang, pos dan barang muatan yang berasal dari negara asal pesawat (flag state)

4. hak untuk mengambil penumpang, pos dan barang muatan denagn tujuan negara kebangsaan pesawat.

5. hak suatu maskapai penerbanagan untuk mengankut dan menurunkan penumpang atau barang dari negara pertama menuju negara ketiga, dengan persetujuan negara ketiga

6. Hak untuk mengangkut penumpang, barang maupun pos secara

komersial dari negara ke tiga melewati negara tempat pesawat udara di daftarkan, kemudian diangkut ke negara tujuan.

7. Hak dari carrier (pengangkut) untuk beroperasi semata -mata diluar wilayah bendera untuk terbang ke negara grantor dengan maksud menurunkan atau mengambil penumpang dan sebaginya yang datang dari atau tujuan ke negara ketiga, dan

(36)

Singapura Indonesia

1. hak suatu penerbangan baik

berjadwal ataupun tidak berjadwal,

untuk melintas wilayah udara negara

lain tanpa mendarat / landing.

Australia

Contoh : penerbangan dari singapura menuju Australia dengan melintasi atau melewati

(37)

37

Singapura Australia

2. mendarat tanpa maksud untuk

melakukan traffic

Contoh : penerbangan singapura menuju Australia harus mendarat di Indonesia karena kehabisan bahan bakar.

Indonesia

(38)

Indonesia Singapura

3. menurunkan penumpang, pos

dan barang muatan yang berasal

dari negara asal pesawat (flag

state)

Contoh : garuda Indonesia mengangkut penumpang dari Indonesia menuju Singapura.

(39)

Copyright by Hikmahanto Juwana

2006(c) 39

Indonesia Singapura

4. mengambil penumpang, pos

dan barang muatan denagn tujuan

negara kebangsaan pesawat

Contoh: Garuda Indonesia  mengangkut penumpang dari Singapura menuju Indonesia.

(40)

Singapura Malaysia

5. hak suatu maskapai penerbangan untuk

mengangkut penumpang atau barang dari

negara pertama menuju negara ketiga,

dengan persetujuan negara ketiga

Garuda tanpa penumpang

Contoh : garuda indonesia mengangkut

penumpang atau barang dari Singapura menuju Malaysia atau sebaliknya.

(41)

Contoh : Garuda Indonesia mengangkut penumpang dari Singapura menuju Australia transit di Indonesia.

6.

Hak untuk mengangkut penumpang, barang

maupun pos secara komersial dari negara ke tiga

melewati negara tempat pesawat udara di daftarkan, kemudian diangkut ke negara tujuan.

Singapura Indonesia Australia transit

(42)

Singapura Australia

7. Hak dari carrier (pengangkut) untuk beroperasi

semata -mata diluar wilayah bendera untuk terbang

ke negara grantor dengan maksud menurunkan

atau mengambil penumpang dan sebagainya yang

datang dari atau tujuan ke negara ketiga,

garuda

(43)

8. hak yang diberikan negara asing untuk melakukan pengangkutan penumpang atau barang dalam lingkup domestik antar kota di negara pemberi hak.

Contoh : Singapura Air Lines mengangkut

penumpang dari Singapura transit di Medan dan juga transit di Jakarta baru ke Australia.

Medan-Jakarta merupakan lingkup penerbangan domestik Indonesia

Singapura Medan Australia

transit

Singapura Air Lines

(44)

cabotage

konsep cabotage berasal dari

hukum maritime.

Istilah cabotage berasal dari:

cabot

” atau “

chabot

” (Perancis)

yang artinya kapal kecil.

cabo

” (Spanyol, ) yang berarti

“cape” (tanjung) yang artinya

(45)

Cabotage dalam Konvensi

Chicago

Pasal 7

◦setiap negara berhak menolak pemberian izin pesawat udara asing yang melakukan angkutan penumpang, barang dan pos secara komersial dalam negeri.

Merupakan hak prerogatif yang diberikan kepada

negara anggota ICAO untuk mengatur angkutan

penumpang, barang, dan pos secara komersial

penerbangan dalam negeri.

contoh :

◦Bersadarkan Keputusan Presiden Nomor 16 Perjanjian Indonesia-Thailand (1970), Indonesia pernah memberi

cabotage kepada Thailand yang mengizinkan penerbangan Jakarta-Medan-Singapore-Kuala

Lumpur-Bangkok-Hongkong-Tokyo pp.

(46)

Cabotage dalam UU No 1 Th.

2009

Pasal 85

Angkutan udara niaga terjadual

dalam negeri hanya dapat

dilakukan oleh badan usaha

angkutan udara niaga nasional,

baik milik BUMN, BUMD, maupun

BUMS yang berbentuk Perseroan

Terbatas yang telah mendapat

(47)

Pandangan terhadap

cabotage

Setuju, dengan alasan

◦cabotage adalah hak prerogatif dari suatu negara untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau pos secara komersial di dalam negeri suatu negara.

◦Hak angkutan udara niaga dalam negeri tersebut diberikan kepada perusahaan penerbangan nasional, dan tidak

diberikan kepada perusahaan asing manapun, kecuali atas pertimbangan untuk kepentingan nasional negara yang bersangkutan

◦Jika cabotage dilepas maka perusahaan penerbangan asing dapat melakukan penerbangan dalam negeri Indonesia.

◦Apabila perusahaan asing beroperasi di dalam negeri

(48)

Tidak setuju, dengan alasan:

bila Eropa yang sudah menjadi uni, Garuda

Indonesia tidak dapat melakukan

penerbangan ke Roma (Italia) ke Schippol di

Belanda, karena rute tersebut merupakan

cabotage negara- negara Uni Eropa.

(49)

Open sky

Pasal 90 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan.

Pelaksanaan pembukaan akses tanpa batas dari dan ke

Indonesia untuk perusahaan angkutan udara niaga asing dilaksanakan secara bertahap berdasarkan perjanjian bilateral atau multilateral yang pelaksanaannya melalui mekanisme yang mengikat para pihak.

Perjanjian bilateral maupun multilateral tersebut dibuat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mempertimbangkan kepentingan nasional berdasarkan prinsip keadilan (fairness) dan timbal balik (reciprocity).

Kebijakan open sky yang diterapkan di Indonesia diartikan

sebagai terbukanya wilayah udara Indonesia atas berbagai penerbangan asing untuk melewati dan mendarat di

(50)

Kebangsaan dan Pendaftaran

Pesawat Udara

Setiap pesawat udara harus mempunyai

tanda pendaftaran dan kebangsaan.

Menggunakan sistem pendaftaran

tunggal yaitu:

Setiap pesawat udara yang didaftarkan akan

memperoleh kewarganegraan dari tempat

pesawat udara didaftarkan.

Contoh:

Pesawat udara didaftarkan di Indonesia

memperoleh tanda pendaftaran dan

(51)

Pendaftaran atau peralihan

(52)
(53)
(54)

Prinsip Tanggung Jawab dalam

hukum Udara

Presumption of liability

◦Pengangkut dianggap bertanggung jawab terhadap

kerugian-kerugian yang diderita oleh seorang penumpang (atau ahli warisnya) atau seorang pengirim barang, karena penumpang luka atau tewas, atau bagasinya rusak atau hilang atau terlambat datang, demikian pula dengan barang kiriman seorang pengirim barang.

◦Pihak yang dirugikan tidak perlu membuktikan haknya atas ganti rugi

Limitation of liability

◦Tanggung jawab pengangkut dibatasi sampai jumlah tertentu

◦Imbangan terhadap prinsip Presumption of liability

◦Limit tanggung jawab ganti rugi tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Absolute liability atau strict liability

(55)

Tanggung jawab pengangkut

Based on Fault Liability (Tanggung

jawab hukum atas dasar kesalahan),

jika penumpang ingin tuntun, maka harus

buktikan bahwa pengangkut bersalah

dengan mencari bukti Dalam Pasal 1365

KUHPer dikenal sebagai “tindakan

melawan hukum”.

Unsur-unsurnya :

Ada kesalahan (fault)

Ada kerugian (damage)

Ada hubungan kerugian dengan kesalahan.

 Tidak dikenal dalam transportasi udara internasional karena

(56)

Presumption of Liability

(Tanggungjawab hukum atas dasar

praduga bersalah),

◦ dianggap bersalah pengangkutnya sejak awal, tapi jika bisa membuktikan dirinya tidak bersalah, dia bebas tuntutan ganti rugi

Diperkenalkan sejak th 1929 (Konv. Warsawa).

◦ Ada batas (limited liability) ganti-rugi maksimal dan minimal. Konsep ini mengenal:

Beban pembuktian terbalikTanggungjawab terbatasPerlindungan hukum

Ikut bersalah

(57)

Absolute/Strict Liability (Tanggungjawab

hukum tanpa bersalah),

harus tanggung jawab segala kerugian tanpa

pembuktian

Sama dengan konsep tanggungjawab Liability

Without Fault.

Berupa tanggungjawab mutlak operator (air

carrier) terhadap kerugian yang diderita oleh pihak

ketiga, tanpa memerlukan adanya pembuktian

terlebih dahulu.

(58)

Hubungan konvensi warsawa 1929 dengan

ordonansi pengangkutan udara Stb 1939/100

konvensi warsawa 1929 berlaku

untuk penerbangan internasional

Stb 1939/100 berlaku untuk

(59)

Tanggung jawab pengangkut dalam

Konvensi warsawa 1929 dan konvensi

roma 1933 dan 1954

Konvensi Warsawa 1929 menganut prinsip:

presumption of liability (praduga bersalah)

◦Perusahaan penerbangan dianggap bersalah sehingga harus membayar ganti kerugian yang diderita oleh penumpang/ atau pengirim barang tanpa dibuktikan kesalahan terlebih dahulu.

Beban pembuktian terbalik

◦Perusahaan penerbangan harus membuktikan tidak bersalah

Tanggung jawab hukum tidak terbatas (unlimited liability)

◦Perusahaan tidak berhak menggunakan batas ganti rugi yang ditentukan oleh konvensi apabila kerugian disebabkab oleh kesalahan yang di

sengaja oleh perusahaan

◦Perusahaan penerbangan bertanggung jawab mengganti berapapun jumlah kerugian.

Jumlah ganti rugi

◦Penumpang --> 125.000 franc

◦Bagasi/ kargo – 250 franc/ kg

◦Barang pribadi – 5.000 franc

(60)

Konvensi Roma 1933 dan 1952

Menganut prinsip absolute / strict liability

Korban tidak perlu membuktikan kesalahan

penerbangan tetapi otomatis mendapat ganti

kerugian

Berlaku bagi pesawat asing yang mengalami

kecelakaan di negara anggota dan

menimbulkan dampak kerugian di bumi

(darat atau air)

Jika kecelakaan terjadi di udara berlaku

(61)

Tanggung jawab pengangkutan menurut

hukum udara nasional indonesia

Stb 1939 Nomor 100 tentang

ordonansi pengangkutan udara,

tanggung jawab pengangkut:

presumption of liability (praduga

bersalah)

Tanggung jawab terbatas kecuali

apabila penumpang bisa

(62)

Asuransi Penerbangan

UU No.33 Tahun 1964 tentang Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang

jo. PP No.17 Tahun 1965 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang.

Pasal 1 huruf a

Setiap penumpang dari pesawat udara perusahaan

penerbangan nasional wajib membayar iuran wajib

melalui perusahaan penerbangan yang

Referensi

Dokumen terkait

Karena banyaknya kecelakaan pesawat udara yang terjadi maka perusahaan penerbangan dalam hal ini maskapai penerbangan yang bersangkutan tidak hanya dihadapkan pada

Sistem navigasi yang dapat memberikan petunjuk kepada setiap pesawat untuk melakukan penerbangan dengan baik, pada saat mendarat maupun lepas landas..

Pengaturan hukum udara internasional terkait kewajiban para pihak untuk mengatur keselamatan penerbangan sipil yang menlewati wilayah udaranya adalah bahwa sesuai dengan

UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PENERBANGAN MENGGUNAKAN INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS) TERHADAP KELANCARAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN DI BANDAR UDARA DOMINE EDUARDi.

Karena banyaknya kecelakaan pesawat udara yang terjadi maka perusahaan penerbangan dalam hal ini maskapai penerbangan yang bersangkutan tidak hanya dihadapkan pada

Sertifikat kelaikan udara tersebut dapat diakui sah oleh negara tempat pesawat udara melakukan penerbangan (over flown state), bilamana persyaratan untuk memperoleh

Masalah status hukum ruang udara diatas wilayah daratan dan perairan suatu negara berdaulat yang digunakan untuk melakukan penerbangan, mulai dibahas secara resmi

Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal yang tidak menyampaikan konfirmasi tentang slot time yang akan digunakan pada batas waktu pengembalian sebelum periode penerbangan