• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Nilam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Nilam"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Nilam Tahun

2014 disusun dan dipersiapkan sebagai panduan bagi

pelaksana kegiatan penanaman tanaman nilam yang dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pedoman ini memuat tentang kegiatan budidaya tanaman nilam, pelaksanaan pemanfaatan dana APBN-TP T.A 2014 hingga kegiatan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan yang masih bersifat umum. Sehingga perlu dijabarkan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota ke dalam Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis agar pelaksanaan penanaman tanaman nilam tahun 2014 dapat dilaksanakan dengan tepat sasaran, efisien, dan efektif.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan

saran sehingga dapat tersusunnya buku “Pedoman Teknis

Penanaman Tanaman Nilam Tahun 2014” ini.

Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam

menunjang keberhasilan pembangunan perkebunan

(3)

DAFTAR ISI

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN ... 4

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 4

B. Spesifikasi Teknis ... 8

III.PELAKSANAAN KEGIATAN ... 15

A.Ruang Lingkup... 15

B. Pelaksana Kegiatan... 16

C.Lokasi, Jenis dan Volume ... 16

D.Simpul Kritis... 17

IV.PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN... 18

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN ... 19

VI.MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 22

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Varietas Unggul Nilam yang

Sudah Dilepas

10

Gambar 2. Setek pucuk, pangkal

tengah/setek batang

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Penanaman Tanaman

Nilam

26

Lampiran 2. Lokasi Pembekalan Penerapan

GAP Nilam

27

Lampiran 3. Form Rencana Usaha Kelompok

(RUK)

28

Lampiran 4. Format Laporan Perkembangan

Kegiatan

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan perkebunan tanaman semusim

diarahkan pada upaya untuk meningkatkan

produksi, produktivitas dan mutu tanaman melalui fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana produksi, pemberdayaan petani, penataan kelembagaan, pelayanan data dan informasi, serta peningkatan

peranan budidaya tanaman semusim.Untuk

mencapai tujuan tersebut maka sesuai dengan

tugasnya Direktorat Tanaman Semusim

melaksanakan penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman semusim.

Salah satu komoditas binaan Direktorat Tanaman Semusim yang merupakan tanaman penghasil minyak atsiri adalah tanaman nilam yang telah

masuk dalam kelompok tanaman unggulan

Perkebunan Nasional sejak tahun 2010. Minyak nilam merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai prospek pasar yang cukup besar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Permintaan minyak nilam semakin meningkat seiring dengan semakin beragamnya produk parfum/kosmetika, meningkatnya kebutuhan untuk industri obat-obatan serta belum berkembangnya substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/ kosmetika.

Dalam rangka meningkatkan produksi tanaman

(7)

bertujuan untuk memperoleh benih unggul bermutu; (ii) penanaman nilam di sentra-sentra produksi yang disertai dengan pembinaan dan pengawalan penerapan teknis budidaya; (iii)

menumbuhkan dan mengembangkan serta

mempertangguh kelembagaan petani, seperti

kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi ataupun asosiasi petani penghasil minyak atsiri.

Penanaman tanaman nilam yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman minyak nilam pada tahun anggaran 2014 difasilitasi oleh dana APBN Tugas Pembantuan/TP yang dialokasikan di Satker Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten untuk kegiatan sebagai berikut:

1. Pemberian bantuan benih dan sarana produksi

untuk penanaman nilam,

2. Pembekalan penerapan Good Agricultural

Practices (GAP).

Rincian kegiatan dan lokasi penanaman tanaman nilam dapat dilihat pada lampiran 1, 2 dan 3.

B. Sasaran Nasional

Sebagai tanaman perkebunan, nilam memiliki prospek ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya. Minyak nilam yang dihasilkan oleh tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan minyak atsiri utama yang diperdagangkan di pasar International.

(8)

sangat potensial bila dilakukan dengan membentuk kelompok tani yang akan dibina untuk menjadi pelaku usaha minyak nilam yang handal.

Beberapa wilayah yang berpotensi untuk

dikembangkan berdasarkan kondisi agroklimat yang sesuai dengan persyaratan tumbuh dan telah memiliki sarana pengolahan minyak nilam serta sudah terbentuk akses pemasaran adalah: Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akhir-akhir ini tanaman nilam juga berkembang di Provinsi Bali dan beberapa wilayah Kalimantan, serta Sulawesi.

Sedangkan sasaran dari dana TP APBN 2014 adalah terlaksananya penanaman tanaman Nilam seluas 100 ha.

C. Tujuan

Tujuan penyusunan Pedoman Teknis Pelaksanaan

Penanaman Tanaman Nilam adalah sebagai

(9)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Kemampuan Indonesia sebagai sumber bahan baku minyak atsiri khususnya minyak nilam untuk industri

flavour dan fragrance serta industri lainnya merupakan peluang besar yang menjadi tantangan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu minyak nilam. Peluang yang besar untuk mengembangkan tanaman nilam di sentra-sentra kawasan produksi memerlukan pembinaan dan bimbingan teknis terutama dibidang budidaya.

Penanaman dilakukan dengan memperbaiki praktek budidaya melalui penerapan teknis budidaya yang

baik dan benar (Good Agricultural

Practices).Dengan diterapkannya teknis budidaya

yang baik dan benar, maka akan dapat

meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman nilam dan pada gilirannya akan diperoleh mutu minyak nilam yang baik.

Pelaksanaan penanaman tanaman nilam dengan

menerapkan Good Agricultural Practices (GAP)

memerlukan adanya kegiatan sosialisasi dan

pengawalan teknis serta monitoring dan evaluasi untuk mengetahui pencapaian target produksi dan luasan penanaman.

Selain itu, penanaman tanaman nilam dilakukan dengan memperbaiki teknis budidaya harus diikuti dengan kegiatan kelembagaan melalui penumbuhan dan penguatan kelembagaan pelaku usaha. Dengan

dilakukannya pemberdayaan petani, penataan

(10)

berbagai fasilitasi pemerintah atau swadaya masyarakat sendiri diharapkan akan tumbuh dan berkembang kelompok tani produktif, profesional, mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai sehingga sanggup menghadapi berbagai tantangan.

Metode pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman nilam adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi kegiatan/agenda penanaman

tanaman nilam tahun 2014 kepada instansi terkait di daerah dan kelompok tani sasaran.

2. Membangun jejaring kerja antar instansi terkait

antara lain: Balittro, UPT/UPTD Perkebunan, Dinas yang membidangi Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Provinsi dan Kabupaten, perusahaan mitra petani dan eksportir minyak nilam atau lainnya sehingga kegiatan penanaman tanaman nilam dilakukan secara terpadu.

3. Penetapan CP/CL

a. Pemilihan calon petani dan calon lahan (CP/CL)

dilakukan oleh Tim Teknis kabupaten. Sebelum

ditetapkan sebagai kelompok tani/petani

pelaksana kegiatan penerima bantuan, terlebih

dahulu diverifikasi oleh tim verifikator,

demikian juga bila terjadi perubahan maka perlu persetujuan dan rekomendasi dari tim verifikator. Penetapan kelompok tani/petani peserta penanaman tanaman nilam oleh Kepala

Dinas yang membidangi Perkebunan di

Kabupaten diharapkan dapat diselesaikan

(11)

b. Hal-hal yang perlu dimuat dalam penetapan CP/CL adalah: lokasi, nama kelompok, nomor rekening kelompok tani dan luas lahan.

c. Persyaratan, mekanisme pemilihan dan

penetapan petani/kelompok tani peserta

penanaman tanaman nilam tahun 2014 diatur lebih lanjut dalam Juklak yang disusun oleh Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi dan Juknis yang dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan di Kabupaten.

4. Pengawasan mutu benih

a. Penetapan kebun penangkar benih nilam

sebagai sumber benih bila sudah dilakukan pemurnian oleh Balittro/BP2MB/UPTD-Provinsi serta direkomendasikan sebagai Kebun Sumber Benih Nilam. Surat Keputusan Penetapan sebagai Sumber Benih dapat dikeluarkan oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi setempat.

b. Sebelum benih ditanam di lahan penanaman

tanaman nilam (dalam persemaian) dilakukan sertifikasi oleh UPTD Benih setempat. UPTD Benih berwenang melakukan pengawasan mutu benih.

5. Penanaman tanaman nilam

a. Penyediaan benih

(1).Benih nilam dapat berasal dari kebun nilam

yang memiliki kelayakan sebagai sumber benih atau sumber benih yang memiliki kompetensi sebagai sumber benih sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan

(12)

(2).Pengadaan benih dan pupuk dilakukan melalui proses pengadaan barang dan jasa berdasarkan PERPRES No.54 tahun 2010 berikut perubahannya.

(3).Sumber benih nilam secara teknis di bawah

binaan dan pengawasan UPTD Benih

setempat yang penyalurannya melalui

sertifikasi benih.

b. Persiapan lahan, pembuatan lubang tanam,

penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan dilakukan sesuai dengan pedoman budidaya nilam yang ada.

Pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman nilam perlu dukungan fasilitasi baik pemerintah maupun publik.

1. Fasilitasi pemerintah

Fasilitasi pemerintah melalui dana Tugas

Pembantuan (TP)-APBN tahun 2014 yang

dilaksanakan oleh Satker Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten adalah:

a. Benih dan pupuk untuk penanaman sebesar

50% dari jumlah kebutuhan standar teknis, sedangkan 50% sisanya dipenuhi petani secara swadaya.

b. Pembekalan penerapan GAP berupa pelatihan

teknis penerapan “Good Agricultural

Practices” (GAP) melalui sosialisasi

penerapan Teknis Budidaya Tanaman Nilam yang baik dan benar.

c. Pengadaan benih, pupuk, dan obat-obatan

(13)

2. Dukungan publik

Dukungan publik yaitu kerjasama yang harmonis antara petani, petani penyuling atau pengusaha penyuling, perusahaan mitra, eksportir dan pemakai. Tenaga kerja yang melekat pada petani peserta (HOK) juga merupakan dukungan publik.

B. Spesifikasi Teknis

Kebijakan penanaman tanaman nilam dengan menerapkan GAP melalui penerapan teknik budidaya yang benar mempunyai beberapa spesifikasi teknis.

Spesifikasi teknis yang dibutuhkan untuk:

1. Penanaman tanaman nilam

a. Lokasi

Spesifikasi teknis untuk lokasi dilihat dari

kesesuaian lahan dan iklim yang

dibutuhkan untuk penanaman tanaman nilam.

Keuntungan penanaman tanaman nilam di daerah yang sesuai akan mencegah resiko kegagalan dan penerapan teknologi lebih efisien.

Penetapan lokasi pembangunan kebun

penanaman berada di sentra-sentra

produksi nilam. Lokasi penanaman

(14)

Ketepatan pemilihan lokasi dengan memperhatikan iklim, ketinggian tempat, intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan dan kelembaban udara, jenis tanah, kesuburan, tekstur, kedalaman permukaan air tanah, pH serta sifat kimia tanah sangat diperlukan karena hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman nilam.

b. Benih

Spesifikasi teknis yang dibutuhkan dalam

pengadaan benih nilam yang akan

digunakan untuk penanaman adalah:

(1) Benih varietas unggul yang sudah

dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai benih bina adalah:

a) Varietas Sidikalang,SK Menteri

Pertanian No.

19/Kpts/SR.120/8/2005.

b) Varietas Lhokseumawe,SK Menteri

Pertanian No.

320/Kpts/SR.120/8/2005.

c) Varietas Tapak Tuan,SK Menteri Pertanian

(15)

Sumber : Balittro

Gambar 1. Varietas Unggul Nilam yang sudah dilepas

(2) Benih berupa setek baik setek batang

maupun setek pucuk yang diambil dari

tanaman induk. Dianjurkan untuk

menggunakan setek pucuk karena

pertumbuhannya lebih cepat daripada setek batang.

Sumber: Balittro

Gambar 2. Setek pucuk, Pangkal tengah/Setek batang

Sidikalang Lhokseumawe

(16)

(3) Setek yang digunakan untuk perbanyakan adalah setek yang cukup besar, kekar dan lurus mempunyai

diameter 0,5–0,8 cm.

(4) Setek sehat tanpa ada gejala

kekurangan hara atau tanda-tanda serangan OPT.

(5) Setek bisa berasal dari bagian pangkal,

tengah dan pucuk batang utama atau cabang, memiliki 4-5 buku, diameter

0,5–1,0 cm, panjang 20–25 cm.

(6) Bila menggunakan setek

pucuk/cabang, buang daun tua untuk mengurangi penguapan, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk.

(7) Setek nilam segera disemai (<3 hari

setelah dipotong), penanaman

langsung di lapangan tidak

direkomendasikan karena resiko

kematian cukup tinggi.

(8) Sebelum ditanam setek terlebih

dahulu direndam dalam air yang dicampur dengan fungisida benomil

0,2% (5–10 menit) untuk mencegah

serangan cendawan penyebab

(17)

c. Calon Petani dan Calon Lahan

Spesifikasi teknis yang dibutuhkan dalam rangka pemilihan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) adalah:

(1).Dipilih dari petani yang

berkemam-puan dan mau meningkatkan

produktivitas nilam melalui usaha budidaya yang baik dan benar di atas

sebidang lahan yang diusahakan

sendiri.

(2).Dipilih dari petani yang bersedia

melaksanakan budidaya nilam dengan menerapkan GAP m

(3).elalui penerapan teknis budidaya yang

baik dan benar.

(4).Bersedia mengikuti

petunjuk/bimbingan dan ketentuan

teknis dari petugas teknis

lapangan/pendamping serta sanggup bekerjasama dengan petani lainnya dalam wadah kelompok tani.

(5).Penetapan petani/kelompok tani

terpilih oleh KPA Satker Dinas

Provinsi/Kabupaten berdasarkan atas

rekomendasi dari tim verifikator

(18)

d. Pengawasan mutu benih

(1).Sumber benih nilam yang akan

digunakan, sebelumnya telah

dilakukan penilaian dan pemurnian serta direkomendasikan oleh Balittro/ BBP2TP / UPTD provinsi. Selanjutnya ditetapkan sebagai kebun sumber

benih nilam berdasarkan Surat

Keputusan Penetapan Kebun Sumber

Benih Nilam oleh Kepala Dinas

Perkebunan Provinsi terkait.

(2). Sebelum benih ditanam di lahan

penanaman (dalam persemaian)

dilakukan sertifikasi oleh

BBP2TP/UPTD Provinsi setempat yang berwenang melakukan pengawasan mutu benih.

2.Pembekalan penerapan GAP

Spesifikasi teknis untuk pelaksanaan

pembekalan penerapan GAP adalah:

a. Kelompok tani terpilih dan ditetapkan

sebagai peserta kegiatan pembangunan kebun penangkar benih nilam di daerah penanaman yang sebarannya seperti pada lampiran 2.

b. Pembekalan penerapan GAP dilakukan

melalui sosialisasi dan pelatihan

penerapan teknis budidaya yang baik dan benar.

c. Sosialisasi dan pelatihan penerapan teknis

(19)

Perkebunan/Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi/Kabupaten.

d. Materi yang diberikan dalam sosialisasi dan

pelatihan penerapan teknis budidaya yang baik dan benar adalah sesuai dengan Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Nilam yang disusun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

e. Narasumber berasal dari Puslit/Balit

(20)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penanaman tanaman nilam tahun anggaran 2014 meliputi:

a. Fasilitasi penanaman tanaman nilam seluas

100 ha di 9 Kabupaten pada 5 Provinsi. Bantuan yang diberikan adalah benih varietas unggul/anjuran atau benih unggul lokal atau benih lokal yang secara teknis layak sebagai benih. Bantuan benih dan pupuk sebanyak 50% dari jumlah kebutuhan standard teknis.

b. Lokasi penanaman nilam dilaksanakan di 9

Kabupaten pada 5 Provinsi, dapat dilihat pada Lampiran 1.

c. Pembekalan penerapan GAP yang berupa

sosialisasi penerapan Teknis Budidaya

Tanaman Nilam yang baik dan benar dilaksanakan di 9 Kabupaten pada 5 Provinsi, seperti pada lampiran 2.

d. Bimbingan teknis budidaya tanaman nilam

dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman

Semusim, Ditjen. Perkebunan bersama

dengan Dinas Perkebunan Provinsi dan Dinas Perkebunan yang membidangi Perkebunan Kabupaten.

e. Pembinaan, pengawalan, monitoring dan

evaluasi penanaman tanaman nilam

dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman

(21)

dengan Dinas Perkebunan Provinsi dan Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten.

B. Pelaksana Kegiatan

1. Pelaksana Pusat: Direktorat Tanaman

Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan.

2. Pelaksana Provinsi: Dinas yang membidangi

perkebunan Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara.

3. Pelaksana Kabupaten: Dinas yang

membidangi perkebunan wilayah

penanaman nilam di 9 kabupaten.

4. Petani/kelompok tani yang berada di

wilayah tersebut diatas setelah verifikasi CP/CL dan disahkan dengan SK Kepala Dinas

yang membidangi perkebunan

Provinsi/Kabupaten.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Lokasi penanaman tanaman nilam yang

bertujuan untuk memperbaiki praktek

budidaya dalam upaya meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu minyak nilam pada tahun 2014 seperti pada lampiran 1.

2. Pembekalan penerapan GAP.

3. Lokasi, Jenis dan Volume pelaksanaan

(22)

D. Simpul Kritis

1. Pengadaan benih nilam, anomali iklim,

serangan hama dan penyakit.

2. Koordinasi antar instansi, ketersediaan waktu

(23)

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

1. Dinas Perkebunan Provinsi menyusun Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak) yang mengacu pada

pedoman pelaksanaan dari Pusat dan disesuaikan dengan kebutuhan serta mensosialisasikan kepada Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten;

2. Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten

menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan yang lebih rinci;

3. Pemanfaatan belanja barang non operasional

lainnya adalah sebagai berikut: belanja barang non operasional lainnya yang sumber dananya APBN-TP T.A 2014 hanya diberikan untuk biaya upah tenaga kerja (HOK) untuk persiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan;

4. Pencairan dana berdasarkan usulan kelompok tani

(RUK) yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dengan melampir-kan SK penetapan petani atau kelompok tani penerima bantuan;

5. Mekanisme pemanfaatan belanja barang adalah

sebagai berikut:

 Pengadaan benih, pupuk, dan obat-obatan

dilakukan melalui proses pengadaan barang dan jasa berdasarkan PERPRES No.54 tahun 2010 berikut perubahannya.

 Penyedia wajib menyalurkan benih, pupuk,

(24)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

Kegiatan penanaman tanaman nilam dilaksanakan secara terkoordinasi, terarah dan terkendali oleh: (1) Tim Pembina Pusat;(2) Tim Pembina Provinsi; (3)

Tim Teknis Kabupaten; (4) Pengusaha

Penyuling/Mitra Petani; (5) Petani; dan (6) Eksportir dengan masing-masing fungsi sebagai berikut :

1. Tim Pembina Pusat yang dikoordinasikan oleh

Direktorat Tanaman Semusim, berfungsi :

a. Melakukan koordinasi perencanaan dan

pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat Pusat.

b. Melakukan koordinasi dengan Tim Pembina

Provinsi dalam rangka pemantauan, evaluasi

dan pengendalian serta membantu

mengatasi permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan.

c. Menyusun Pedoman Teknis Pelaksanaan

Kegiatan Penanaman Tanaman Nilam Tahun 2014.

d. Menyusun laporan perkembangan hasil

pemantauan dan pengendalian serta

menyampaikannya kepada Direktur

Tanaman Semusim.

2. Tim Pembina Provinsi yang dikoordinasikan oleh

Dinas Perkebunan/Dinas yang membidangi

Perkebunan di Provinsi, berfungsi:

(25)

b. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penanaman Tanaman Nilam Tahun 2014.

c. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan

Tim Teknis di Kabupaten.

d. Melakukan pemantauan dan pengendalian

serta membantu memecahkan masalah di lapangan.

e. Menyusun dan menyampaikan laporan

kepada Tim Pembina Pusat (Direktorat Tanaman Semusim) yang meliputi: Daftar

CP/CL, Laporan berkala mengenai

perkembangan pelaksanaan kegiatan,

perkembangan pertanaman, dan

perkembangan produksi.

3. Tim Teknis di Kabupaten yang dikoordinasikan

oleh Dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten fungsinya :

a. Melakukan sosialisasi kepada

petani/kelompok tani sasaran.

b. Melakukan seleksi dan verifikasi

petani/kelompok tani nilam.

c. Mengusulkan penetapan petani/kelompok

tani nilam peserta kegiatan penanaman tanaman nilam tahun 2014.

d. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis)

Penanaman Tanaman Nilam Tahun 2014 di daerahnya.

e. Melakukan bimbingan, pengendalian dan

(26)

f. Membantu kelompok tani binaannya menyusun RUK usahatani nilam.

g. Menyusun dan menyampaikan laporan

perkembangan kegiatan kepada Tim

Pembina Provinsi melalui Kepala Dinas

Perkebunan atau yang membidangi

Perkebunan Provinsi yang meliputi: Daftar

CP/CL, Laporan berkala mengenai

perkembangan pelaksanaan kegiatan,

perkembangan pertanaman, dan

perkembangan produksi.

4. Petani nilam sebagai produsen tanaman nilam

atau minyak nilam, berfungsi melakukan

usahatani nilam sesuai dengan Pedoman

(27)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Pelaporan

1. Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh Tim

Pembina Pusat, Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten secara berkala.

2. Kegiatan monitoring dilakukan dengan cara

peninjauan ke lapangan, memanfaatkan

fasilitas komunikasi, membuat catatan

mengenai perkembangan pelaksanaan di lapangan.

3. Pelaporan perkembangan lapangan

pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman nilam secara berjenjang dilakukan oleh:

a. Petugas teknis lapangan

Melakukan monitoring dan pencatatan

perkembangan lapangan dan

menyampaikan kepada Tim Teknis

Kabupaten melalui Dinas yang membidangi Perkebunan setempat.

b. Tim Teknis Kabupaten

Berdasarkan laporan petugas teknis

(28)

Perkebunan Kabupaten setempat dan ditembuskan kepada Tim Pembina Pusat.

c. Tim Pembina Provinsi

Berdasarkan laporan Tim Teknis Kabupaten akan melakukan monitoring evaluasi ke

lapangan, menyusun hasil evaluasi

lapangan dalam bentuk laporan yang disampaikan kepada Tim Pembina Pusat, Direktorat Tanaman Semusim.

d. Tim Pembina Pusat/Direktorat Tanaman

Semusim

Melaporkan secara berkala perkembangan

pelaksanaan perluasan / penanaman

/intensifikasi tanaman nilam kepada

Direktur Jenderal Perkebunan berdasarkan laporan dari Tim Pembina Provinsi.

B. Evaluasi

1. Evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan

dilakukan pada saat peninjauan lapangan atau melalui pertemuan koordinasi secara berkala di tingkat Kabupaten, Regional dan Nasional.

2. Bahan evaluasi adalah hasil monitoring dari

(29)

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan pembangunan kebun penangkar benih nilam dan penanaman tanaman nilam dibiayai oleh dana

APBN–TP tahun anggaran 2014 yang dialokasikan

(30)

VIII. PENUTUP

1. Hal-hal lain yang belum ditentukan dalam

Pedoman Teknis ini sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku diatur lebih lanjut di dalam Juklak/Juknis yang disusun oleh Dinas

Provinsi/Kabupaten yang membidangi

Perkebunan.

2. Pedoman ini merupakan acuan bagi semua pihak

(31)

LOKASI PENANAMAN TANAMAN NILAM

No

Penanaman Tanaman Nilam

Ket

Prov Kab Luas

(Ha)

1. ACEH Pidie 10

Aceh Barat 10

2. SUMBAR Pasaman Barat 5

3. SUMUT Dairi 50

4. GORONTALO Gorontalo 5

Gorontalo Utara 5

Pohuwato 5

5. SULTRA Konawe 5

Kolaka 5

Jumlah 100

Catatan: Biaya Penanaman: Bantuan benih nilam dan pupuk dasar50% dari standar kebutuhan teknis dalam bentuk belanja barang.

(32)

LOKASI PEMBEKALAN PENERAPAN GAP NILAM

No

PEMBEKALAN PENERAPAN GAP NILAM

Ket

Prov Kab Volume

(Paket)

1. ACEH Pidie 1

Aceh Barat 1

2. SUMBAR Pasaman Barat 1

3. SUMUT Dairi 2

4. GORONTALO Gorontalo 1

Gorontalo Utara 1

Pohuwato 1

5. SULTRA Konawe 1

Kolaka 1

Jumlah 10

(33)

Format – 1.

REKAPITULASI RENCANA USAHA KELOMPOK/ RENCANA USAHA

...……, ...……… Kepada Yth.

Kuasa Pengguna Anggaran ... Kab/Kota ...

Sesuai dengan Surat Keputusan *) ... No……. tanggal…... tentang penetapan kelompok sasaran kegiatan …….., sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK)/Rencana Usaha Bersama (RUB) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai berikut:

No. Kegiatan Jumlah Anggaran(Rp)

1 2 3

Selanjutnya kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama nomor : ………… Tanggal ………,

MENYETUJUI

Ketua Tim teknis, Ketua kelompok,

……….. ………..

NIP

MENGETAHUI/MENYETUJUI Pejabat Pembuat Komitmen Kabupaten/Kota ………

……….. NIP

*) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk

**) Format ini dapat disesuaikan untuk kegiatan pada DIPA Pusat dan DIPA Provinsi

(34)

Format Laporan Perkembangan Kegiatan (Semester/Akhir Tahun*))

1. Perkembangan Kegiatan Nama :

Target Realisasi

Keuangan

1. Kondisi Perkembangan fisik

2. Permasalahan

3. Tindak Lanjut Yang Telah Dilakukan

Gambar

Gambar 1. Varietas Unggul Nilam yang sudah dilepas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu inkubasi media terhadap produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) berpengaruh sangat nyata terhadap berat

[r]

Dengan membawa pertanyaan penelitian tentang bagaimana gambaran penggunaan multimedia pembelajaran pada mata pelajaran IPS dan pengaruh penggunaan media

Pengaruh Substitusi Susu Sapi dengan Susu Kedelai serta Besarnya Konsentrasi Penambahan Ekstrak Nenas (Ananas comosus) Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Keju

Sehubungan dengan point (1), (2), (3), (4), dan (5) diatas, maka Kelompok Kerja (Pokja) 31 Bagian Layanan Pengadaan (BLP) Provinsi Maluku Utara dengan ini menyatakan

Diponegoro, dan Famboaman (Kode Lelang : 4173041) pada BAB III Instruksi Kepada Peserta (IKP) Point 33 tentang Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya dimana “Pokja

Berdasarkan butir 1 tersebut di atas, 4 (empat) penyedia jasa konsultasi yang masuk dalam daftar pendek ( short list ) dan akan diundang mengikuti proses seleksi sederhana

Diponegoro, dan Famboaman (Kode Lelang : 4173041) pada BAB III Instruksi Kepada Peserta (IKP) Point 33 tentang Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya dimana “Pokja