• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda No. 08 Tahun 2002 IZIN TEMPAT USAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perda No. 08 Tahun 2002 IZIN TEMPAT USAHA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002

TENTANG

IZIN TEMPAT USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Menimbang:

a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, maka Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat perlu meningkatkan jasa pelayanan umum kepada masyarakat yang meliputi pemberian izin tempat usaha;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat tentang Izin Tempat Usaha;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan mengubah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 50; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2755);

(2)

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

4. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3903);

5. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Rancangan Peraturan Pemerintah dan Bentuk Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

9. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 04-PW.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan Dibidang Retribusi Daerah;

12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 1998 tentang Komponen Tarif Retribusi;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak daerah, Retribusi daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

MEMUTUSKAN :

(3)

PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN TEMPAT USAHA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Kabupaten adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;

b. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;

c. Bupati adalah Bupati Tanjung Jabung Barat;

d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

e. Badan adalah Bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan, atau Organisasi yang sejenis, Lembaga Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Bentuk Badan Usaha lainnya;

f. Izin Tempat Usaha adalah suatu izin yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten terhadap dibukanya tempat usaha sebagaimana dimaksud huruf e pasal ini;

g. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau Badan;

h. Wajib Retribusi adalah orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;

i. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan Izin Tempat Usaha;

j. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh wajib Retribusi untuk melaporkan data Objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terhutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

(4)

l. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan;

m. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang;

n. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

o. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang disampaikan oleh Wajib Retribusi;

p. Penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya;

q. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK SERTA GOLONGAN PEMUNGUT

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Izin Tempat Usaha dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin tempat usaha yang dikelola orang pribadi atau badan yang bersifat komersil.

Pasal 3

(5)

a. Perindustrian;

b. Perdagangan;

c. Biro Jasa;

d. Yayasan;

e. Koperasi.

(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi adalah usaha Pertanian yang dikelola oleh Masyarakat.

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin Tempat Usaha.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Izin Tempat Usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat pengukuran jasa usaha diukur berdasarkan dari jenis/bentuk dan besarnya usaha yang dikelola oleh Subjek Retribusi.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF

(6)

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur besarnya tarif Retribusi didasarkan jenis bentuk usaha yang dikelola oleh badan atau pribadi.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 8

(1) Struktur tarif retribusi berdasarkan klasifikasi jenis bentuk usaha yang dijalankan.

(2) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah bersifat mutlak.

(3) Struktur pengenaan tarif Retribusi dibagi dalam 3 (tiga) kelas/klasifikasi yaitu :

A. Kelas/Klasifikasi I meliputi :

a. PT;

b. CV;

c. Firma;

d. Bioskop;

e. Taman/Tempat Hiburan dan Tempat Permainan Anak-anak;

f. Usaha Pertambangan;

g. Dialer Kendaraan Mobil/Motor;

h. Usaha Angkutan;

i. Toko TV, Radio dan Elektronik;

j. Toko Bahan Bangunan;

k. SPBU/Agen BBM;

l. Pergudangan;

m. Apotik/Toko Obat

n. Rumah Sakit Swasta;

o. Optikal;

p. Restoran/Rumah Makan;

q. Usaha Jual Beli Mobil;

r. Grosir;

s. Pabrik;

t. Yayasan;

(7)

v. Hotel dan sejenisnya;

w. Supermarket;

x. Bengkel Mobil/Cuci Mobil Type Besar;

y. Bangsal Kayu/Usaha Bahan Bangunan.

B. Kelas/Klasifikasi II meliputi :

a. Usaha Pakaian/Perabotan;

b. Toko Buku dan Alat-alat Tulis;

c. Usaha Jual Beli Motor;

d. Klinik Bersalin;

e. Pedagang Hewan/Daging Hewan;

f. Pedagang Alat-alat Listrik;

g. Photo Studio;

h. Depot Obat;

i. Usaha Makanan Ternak/Produksi Ternak;

j. Mini Market/Warung Serba Ada;

k. Bengkel Mobil/Cucian Mobil Type Kecil;

l. Toko Mas;

m. Toko Kain, Busana dan Butik;

n. Toko Sepatu/Sandal;

o. Usaha Las Listrik/Karbit;

p. Reparasi Elektronik;

q. Toko dan Tukang Jam;

r. Percetakan;

s. Wartel Type B dan sejenisnya;

t. Praktek Dokter dan kantor Notaris.

C. Kelas/Klasifikasi III meliputi :

a. Pedagang Kelontong/Kebutuhan 9 Bahan Pokok;

b. Bangsal Genteng/Batu Bata;

c. Salon Kecantikan/Pangkas Rambut

d. Tukang Jahit;

e. Penimbunan Getah;

f. Pedagang Ikan/Burung;

(8)

h. Pedagang Bahan Makanan;

i. Warung Makanan/Warung Minuman;

j. Bengkel/Cucian Kendaraan Motor Type Kecil;

k. Toko Penjual Kue;

l. Rental VCD/Komputer/Permainan Game;

m. Penjualan Kaset;

n. Usaha Pemotongan Hewan;

o. Kios/Pengecer BBM/Gas;

p. Huller.

(4) Besarnya Retribusi dari masing-masing klasifikasi usaha sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini ditetapkan sebagai berikut :

- Kelas/Klasifikasi I ……….. Rp. 300.000,-

- Kelas/Klasifikasi II ……….. Rp. 120.000,-

- Kelas/Klasifikasi III ……….. Rp. 100.000,-

BAB VII

JANGKA WAKTU BERLAKUNYA IZIN TEMPAT USAHA

Pasal 9

(1) Jangka waktu berlakunya Izin Tempat Usaha ditetapkan selama usaha tersebut masih berjalan.

(2) Terhadap Izin Tempat Usaha sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini harus dilakukan pendaftaran ulang setiap 3 (tiga) tahun sekali dalam rangka pengendalian, pembinaan dan pengawasan serta dikenakan Retribusi sebesar 50 % (lima Puluh persen) dari besarnya Retribusi sebagaimana pasal 8 ayat (4).

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN

(9)

Retribusi yang terhutang dipungut dalam wilayah Kabupaten tempat Izin Tempat Usaha diberikan.

BAB IX

SAAT RETRIBUSI TERHUTANG

Pasal 11

Saat Retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkan SKRD atau dokumentasi yang disamakan.

BAB X

SURAT PENDAFTARAN

Pasal 12

(1) Wajib Retribusi harus mengisi dan menandatangani SPdORD.

(2) Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diisi dengan jelas, benar dan lengkap oleh wajib Retribusi/kuasanya.

(3) Bentuk, isi dan Tata Cara pengisian SPdORD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI

PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 13

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan Retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumentasi lain yang dipersamakan.

(2) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(10)

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 15

(1) Pembayaran Retribusi harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang berhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB dan STRD.

BAB XIV

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 16

(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenisnya sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terhutang.

(3) Surat Teguran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.

BAB XV KEBERATAN

(11)

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRDKB atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dalam pasal ini tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

BAB XVI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 19

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai hutang Retribusi lainnya kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang Retribusi tersebut.

(12)

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Kepala daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.

Pasal 20

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan alamat Wajib Retribusi;

b. Masa Retribusi;

c. Besarnya kelebihan pembayaran;

d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 21

(1) Pengembalian kelebihan Retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan hutang Retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 22

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(13)

BAB XVIII

KADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 23

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kadaluarsa telah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran; atau

b. Ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapuskan.

BAB XIX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 10 (sepuluh) kali jumlah Retribusi yang terhutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XX P E N Y I D I K A N

Pasal 25

(14)

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. Memeriksa buku-buku catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi daerah;

i. Memanggil seorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyimpan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

(15)

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Ditetapkan di Kuala Tungkal Pada tanggal 2 Desember 2002

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

ttd

USMAN ERMULAN

Diundangkan di Kuala Tungkal Pada tanggal 2 Desember 2002

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

ttd

M. YAMIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : NOMOR : 23

TANGGAL : 2 Desember 2002 SERI : C

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan observasi, diketahui bahwa dari 28 warung dengan kondisi sanitasi tempat kurang baik, seluruhnya memiliki tempat

(Sumber: koleksi pribadi Nurhayati, foto diambil pada tanggal 29 Oktober 2014) Sama halnya seperti Celano sutra pada aesan gede, celano sutra pada pak sangkong juga

2) Seorang mahasiswa dapat mengambil mata kuliah dari prodi atau konsentrasi yang berbeda jika memang dianggap perlu dan relevan khususnya dengan rencana

Iklan Baris Iklan Baris PENGOBATAN PANTI PIJAT NOMOR CANTIK Serba Serbi PARABOLA/TV PEMBERITAHUAN PERLENKPN MOBIL Rumah Dijual JAKARTA BARAT BODETABEK DI JUal rmH 2lti lt 204 /

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

yang digunakan n untuk menetap untuk menetapkan kan lebar Laut lebar Laut Wilay Wilayah ah nasi nasional onal tidak selayaknya untuk digunakan sebagai metode

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesa biokomposit filler serat kenaf dengan zat aditif serbuk daun tembakau dan perekat PVA pada aplikasi papan gipsum plafon

Pada acara ini, akan dibahas ketika rancangan perlakuannya lebih dari satu faktor (faktorial), yang memiliki dua variasi: struktur tersarang (nested) dan struktur