• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda Kota Tual Nomor 13 Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perda Kota Tual Nomor 13 Tahun 2014"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL

NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH MAREN KOTA TUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TUAL,

Menimbang : a. bahwa Perusahan Daerah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang diharapkan mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan serta dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dibentuk Perusahaan Daerah Maren Kota Tual.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Dalam Wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1645);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

(2)

Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

9. Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terkahir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHP;

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHP;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 32);

(3)

21. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Dalam Lingkup Kewenangan Pemerintah Daerah Kota Tual (Lembaran Daerah Kota Tual Tahun 2011 Nomor 36, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 4046).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TUAL Dan

WALIKOTA TUAL MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TUAL TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH MAREN KOTA TUAL

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah daerah Kota Tual;

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah Kota Tual sebagai Unsur penyelenggara Pemerintah Daerah;

3. Walikota adalah Walikota Tual;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tual;

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Tual;

6. Perusahaan Daerah Maren yang selanjutnya disingkat PD Maren Kota Tual adalah Badan Usaha Milik Daerah Kota Tual yang bergerak dibidang jasa usaha perikanan dan kelautan, pertanian dan kehutanan, perindustrian dan perdagangan, telekomunikasi dan informatika, petikemas dan/atau bongkar muat barang di pelabuhan dan jasa;

7. Badan Usaha yang selanjutnya disebut BUMD adalah Badan Usaha yang pendiriannya diprakarsai oleh Pemerintah Daerah dan seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan yang dibentuk khusus sebagai penyelenggara;

8. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PD Maren Kota Tual; 9. Direkur Utama adalah Direktur Utama PD Maren Kota Tual; 10. Direksi adalah Direksi PD Maren Kota Tual;

11. Pemeriksaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik;

12. Pengawasan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Tual;

13. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II PENDIRIAN

Pasal 2

(4)

BAB III

NAMA DAN KEDUDUKAN Pasal 3

(1) Perusahaan Daerah ini bernama Perusahaan Daerah Maren Kota Tual. (2) Perusahaan Daerah berkedudukan di Kota Tual.

Pasal 4

(1) Perusahaan Daerah mempunyai wilayah kerja/usaha di dalam daerah dan dapat dikembangkan sampai keluar daerah.

(2) Apabila dianggap perlu Perusahaan Daerah dapat membentuk Cabang di dalam daerah maupun di luar daerah.

BAB IV

MAKSUD, TUJUAN DAN BIDANG USAHA Pasal 5

(1) Perusahaan Daerah dibentuk dengan maksud untuk memberikan wadah usaha secara lebih terencana dan terorganisir dalam rangka mempercepat pembangunan daerah serta dalam rangka meningkatkan sumber Pendapatan Daerah.

(2) Perusahaan Daerah bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pasal 6 (1) Perusahaan Daerah bergerak dalam bidang usaha :

a. Perikanan dan Kelautan; b. Pertanian dan Kehutanan; c. Perindustrian dan Perdagangan; d. Telekomunikasi dan Informatika;

e. Peti Kemas dan/atau Bongkar Muat Barang di Pelabuhan; dan f. Jasa.

(2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sendiri dan/atau bekerjasama dengan pihak ketiga.

BAB V MODAL

Pasal 7 (1) Modal dasar PD Maren Kota Tual terdiri dari :

a. kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

b. neraca permulaan PD Maren Kota Tual yang berasal dari semua aktiva dan pasiva Kota Tual. (2) Modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari APBD Kota Tual dapat

(5)

(3) Modal dasar yang bersumber dari APBD Kota Tual ditetapkan melalui Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tual.

(4) Modal berupa barang.

BAB VI PENGURUSAN

Pasal 8 (1) Pengurus Perusahan Daerah Maren Kota Tual terdiri dari:

a. Direksi;

b. Badan Pengawas.

BAB VII DIREKSI Bagian Kesatu Pengangkatan

Pasal 9

(1) Untuk diangkat menjadi Anggota Direksi harus memenuhi syarat-syarat umum dan khusus serta syarat-syarat lain yang diperlukan.

(2) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Syarat-syarat Umum :

1. warga Negara Indonesia;

2. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

3. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; 4. setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;

5. tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan tidak menjadi anggota Organisasi terlarang;

6. mempunyai rasa pengabdian kepada Nusa dan Bangsa serta kepada Pemerintah;

7. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; dan

8. sehat jasmani dan rohani serta berumur tidak lebih dari 50 (lima puluh) tahun. b. Syarat-syarat khusus :

1. mempunyai kepribadian dan sifat-sifat kepemimpinan;

2. mempunyai pengetahuan, kecakapan dan pengalaman pekerjaan yang cukup di bidang pengelolaan perusahaan dan berwibawa serta jujur;

3. Sebelum Anggota Direksi melaksanakan tugasnya terlebih dahulu, dilakukan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji oleh Walikota menurut ketentuan perundang undangan yang berlaku;

4. Anggota Direksi tidak dibenarkan untuk memangku jabatan rangkap yaitu :

(6)

b. Sebagai pejabat struktural dan fungsional lainnya dalam instansi atau Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah; dan

c. Sebagai pejabat lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

5. Anggota Direksi tidak dibenarkan terlibat kepentingan atau memiliki interes pribadi, langsung atau tidak langsung dalam lapangan usaha perusahaan dan perkumpulan lain dalam lapangan usaha lainnya yang bertujuan mencari laba.

Pasal 10

(1) Direksi diangkat oleh Walikota atas usul Badan Pengawas dan untuk pertama kali diangkat langsung oleh Walikota Tual.

(2) Pengangkatan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(3) Masa jabatan Direksi ditetapkan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan dalam kedudukan yang sama.

(4) Pengangkatan untuk masa jabatan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah setiap tahun.

(5) Pengecualian dari ayat (1) apabila direktur yang bersangkutan diangkat menjadi Direktur Utama. Bagian Kedua

Pemberhentian Pasal 11

(1) Masa Jabatan Anggota Direksi berakhir karena berakhir masa jabatannya dan atau meninggal dunia.

(2) Anggota Direksi diberhentikan dari jabatannya karena : a. permintaan sendiri;

b. melakukan tindakan yang merugikan perusahaan;

c. tidak mampu melaksanakan tugasnya karena gangguan kesehatan atau sakit permanen; dan d. Dihukum pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap.

(3) Apabila Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c dan huruf d, Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan.

(4) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terbukti, Badan Pengawas segera melaporkan kepada Walikota.

(5) Walikota paling lama 12 (dua belas) hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan Badan Pengawas, sudah mengeluarkan :

a. Keputusan Walikota tentang pemberhentian sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d;

b. Keputusan Walikota tentang pemberhentian sementara sebagai Direksi yaitu bagi Direksi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b;

(7)

(7) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf d, diberhentikan tidak dengan hormat.

Pasal 12

Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Badan Pengawas sudah mengajukan calon Direksi kepada Walikota.

Pasal 13

(1) Walikota mengangkat Pelaksana Tugas (PLT) apabila Direksi diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir.

(2) Pengangkatan Pelaksana Tugas diangkat dari salah satu Dewan Direksi dan ditetapkan dengan Keputusan Walikota untuk masa jabatan paling lama 3 (tiga) bulan.

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang

Pasal 14

Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut : a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan Daerah;

b. menyampaikan Rencana Kerja 5 (lima) tahunan, Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Anggaran Tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan;

c. melakukan perubahan terhadap rencana kerja setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas; d. membina pegawai;

e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan Daerah; f. menyelenggarakan adminitrasi umum dan keuangan;

g. mewakili Perusahaan Daerah baik didalam maupun di luar Pengadilan;

h. menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk neraca dan perhitungan laba/rugi kepada Badan Pengawas;

i. menumbuh kembangkan jaringan bisnis yang luas. Pasal 15

Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai wewenang sebagai berikut : a. mengangkat dan memberhentikan Pegawai;

b. mengangkat, memberhentikan dan memindahtugaskan Pegawai dari Jabatan dibawah Direksi; c. menandatangani neraca dan perhitungan laba/rugi;

d. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. Pasal 16

Direksi memerlukan persetujuan dari Badan Pengawas dalam hal-hal :

(8)

b. memindahtangankan atau menghipotikkan atau menggadaikan benda bergerak atau tidak bergerak milik Perusahaan Daerah;

c. Penyertaan Modal dalam Perusahaan lain.

Bagian Keempat

Penghasilan dan Hak-Hak Direksi Pasal 17

(1) Penghasilan Direksi terdiri dari : a. gaji; dan

b. tunjangan.

(2) Gaji Direksi ditetapkan oleh Walikota sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (3) Jenis dan besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh

Direksi setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas dan Pengesahan Walikota. Bagian Kelima

Cuti Pasal 18 (1) Direksi memperoleh Hak Cuti sebagai berikut :

a. cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja;

b. cuti besar/cuti panjang selama 2 (dua) bulan untuk setiap satu kali masa jabatan; c. cuti bersalin selama 3 (tiga) bulan bagi Direktris;

d. cuti alasan penting; e. cuti sakit.

(2) Pelaksanaan Hak Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas.

(4) Direksi selama melaksanakan cuti mendapat penghasilan penuh dari Perusahaan Daerah. BAB VIII

TAHUN BUKU ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH Pasal 19

(1) Tahun Buku Perusahaan Daerah adalah Tahun Takwin.

(2) Direksi wajib membuat Rancangan Anggaran Perusahaan Daerah untuk setiap Tahun Buku dan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun buku yang bersangkutan mulai berlaku sudah diajukan untuk meminta persetujuan kepada Walikota melalui Badan Pengawas.

(3) Walikota setelah menerima pengajuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan keputusan mengenai pengesahan atau penolakannya selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berjalan.

(9)

atau penolakan terhadap Rancangan Anggaran Perusahaan Daerah tersebut yang disampaikan kepada Walikota.

(5) Dalam hal terjadi keberatan atau penolakan seperti dimaksud pada ayat (3), Direksi wajib menyempurnakan atau merubah Anggaran Perusahaan Daerah dimaksud selambat-lambatnya 4 (empat) minggu sebelum Tahun Buku berjalan.

(6) Anggaran tambahan atau perubahan yang diadakan oleh Direksi dalam tahun buku yang bersangkutan berlaku setelah mendapat Pengesahan dari Walikota.

(7) Dalam hal ini Walikota tidak menyatakan keberatan atau penolakan, maka Rancangan Anggaran Perusahaan Daerah tersebut berlaku sepenuhnya.

BAB IX BADAN PENGAWAS

Bagian Kesatu Pengangkatan

Pasal 20 (1) Badan Pengawas diangkat oleh Walikota.

(2) Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari orang yang profesional sesuai dengan bidang usaha Perusahaan Daerah yang bersangkutan.

(3) Untuk dapat diangkat sebagai Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. menyediakan waktu yang cukup;

b. tidak terkait hubungan keluarga dengan Walikota atau dengan Direksi atau dengan Anggota Badan Pengawas lainnya;

c. mempunyai pengalaman dalam bidang keahliannya minimal 5 (lima) tahun.

(4) Pengangkatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

Pasal 21

Jumlah Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya dipilih menjadi Ketua merangkap Anggota dan seorang Sekretaris merangkap anggota.

Pasal 22

(1) Badan Pengawas diangkat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan. (2) Masa jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun. (3) Pengangkatan Badan Pengawas untuk kedua kali dilaksanakan apabila:

a. mampu mengawasi Perusahaan Daerah sesuai dengan Program Kerja;

b. mampu memberikan saran kepada Direksi agar Perusahaan Daerah mampu bersaing dengan Perusahaan lainnya;

(10)

Bagian Kedua Tugas dan Wewenang

Pasal 23 Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut : a. mengawasi kegiatan operasional Perusahaan Daerah;

b. memberikan pendapat dan saran kepada Walikota terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi;

c. memberikan pendapat dan saran kepada Walikota terhadap program kerja yang diajukan oleh Direksi;

d. memberikan pendapat dan saran kepada Walikota terhadap laporan neraca dan perhitungan laba/rugi;

e. memberikan pendapat dan saran atas laporan kinerja Perusahaan Daerah. Pasal 24

Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan rencana kerja yang disetujui;

b. memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan Daerah; c. mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah;

d. menerima atau menolak pertanggungjawaban keuangan dan Rencana Kerja Direksi tahun berjalan.

Bagian Ketiga Penghasilan

Pasal 25 Badan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium.

Pasal 26

(1) Ketua Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 40% (empat puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama.

(2) Sekretaris Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 35% (tiga puluh lima Perseratus) dari penghasilan Direktur Utama.

(3) Anggota Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama.

Pasal 27

(11)

Bagian Keempat Pemberhentian

Pasal 28 Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan: a. atas permintaan sendiri;

b. meninggal dunia;

c. karena kesehatan sehingga tidak melaksanakan tugasnya; d. tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya;

e. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah;

f. dihukum pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 29

(1) Apabila Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c, huruf d dan huruf e Walikota segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan Walikota, Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, Walikota paling lama 12 (dua belas) hari kerja segera mengeluarkan:

a. Keputusan Walikota tentang pemberhentian sebagai Badan Pengawas bagi Badan Pengawas yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c dan huruf d; b. Keputusan tentang pemberhentian sementara sebagai Badan Pengawas yang melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c.

(3) Walikota paling lama 12 (dua belas) hari telah mengeluarkan Keputusan bagi Badan Pengawas yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf f .

BAB X

TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN Pasal 30

(1) Semua pegawai Perusahaan Daerah termasuk anggota Direksi, yang ternyata melakukan tindakan merugikan Perusahaan Daerah karena tindakannya melawan hukum atau melalaikan tugas yang dibebankan kepadanya dengan langsung, diwajibkan mengganti kerugian tersebut. (2) Segala ketentuan tentang tuntutan ganti rugi terhadap Pegawai Daerah/Pegawai Negeri yang

berlaku sepenuhnya terhadap Pegawai atau Direksi Perusahaan Daerah.

(3) Semua Pegawai Perusahaan Daerah yang diberi tugas menyimpan, membayar atau menyerahkan uang dan surat-surat berharga serta barang persediaan yang dimiliki Perusahaan Daerah wajib memberikan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(12)

dipindahkan kepada Badan Pengawas yang menganggap perlu untuk kepentingan suatu pemeriksaan.

(5) Keperluan pemeriksaan yang bertalian dengan penetapan pajak dan pemeriksaan akuntan, surat bukti dan surat-surat dimaksud pada ayat (4) untuk sementara dapat dipindahkan ke Instansi Akuntan Negara.

BAB XI

LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA BERKALA KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH DAN LAPORAN PERHITUNGAN TAHUNAN

Pasal 31

Direksi wajib menyampaikan Laporan Perhitungan Hasil Usaha secara berkala dan kegiatan Perusahaan Daerah sekali dalam setiap triwulan.

Pasal 32

(1) Direksi menyampaikan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan rugi/laba untuk tiap tahun buku kepada Walikota selambat-lambatnya akhir bulan Maret tahun berikutnya.

(2) Direksi harus menyebutkan cara penilaian dalam perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan pemeriksaan Akuntan Negara/Akuntan Publik.

(3) Perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan cara penilaian pada ayat (2), setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas disampaikan kepada Walikota untuk mendapat pengesahan.

(4) Perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dianggap telah disahkan jika selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah menerima perhitungan oleh Walikota tidak diajukan keberatan secara tertulis.

BAB XII

PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA Pasal 33

(1) Bilamana terdapat sisa pendapatan bersih (laba) setelah dikurangi terlebih dahulu biaya Perusahan penyusutan, pengurangan lain yang dapat dibenarkan menurut ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, maka penggunaan pendapatan bersih ditetapkan dengan perincian sebagai berikut :

a. untuk Pemerintah Daerah, sebesar 50 % (lima puluh perseratus); b. untuk Cadangan Umum, sebesar 10 % (sepuluh perseratus);

c. untuk Jasa Produksi Direksi, Pegawai dan Komisaris sebesar 15 % (lima belas perseratus); d. untuk Sumbangan Dana Pesangon dan Dana Pendidikan Pegawai, sebesar 10 % (sepuluh

perseratus); dan

(13)

(2) Bagian laba untuk Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disetor ke Kas Daerah sebagai Penerimaan Daerah.

(3) Bagian laba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e, dikelola oleh Perusahaan Daerah.

BAB XIII KEPEGAWAIAN

Pasal 34

(1) Pegawai perusahaan diangkat dan diberhentikan oleh Direksi.

(2) Ketentuan tentang hak dan kewajiban pegawai perusahaan ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas.

BAB XIV PENGAWASAN

Pasal 35

Pengawasan dibidang adminitrasi keuangan yang bersifat eksternal diselenggarakan oleh Inspektorat Kota Tual atas petunjuk Walikota.

BAB XV

PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN DAERAH Pasal 36

(1) Pembubaran, peleburan, pengubahan atau perubahan status Perusahaan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(2) Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likuidasi menjadi milik/kekayaan Pemerintah Daerah.

(3) Dalam hal likuidasi, Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan oleh karena neraca dan perhitungan rugi/laba yang disahkan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

BAB XVI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Walikota.

(14)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tual.

Ditetapkan di Tual

pada tanggal, 28 Oktober 2014 WALIKOTA TUAL,

Ttd.

Hi. MAHMUD MUHAMMAD TAMHER Diundangkan di Tual

pada tanggal, 28 Oktober 2014 SEKRETARIS DAERAH KOTA TUAL,

Ttd.

Hi. ALI WAFIE RAHAYAAN

(15)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 13 TAHUN 2014

TENTANG

PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH MAREN KOTA TUAL I. PENJELASAN UMUM

Bahwa Perusahaan Daerah dibentuk dalam rangka memberikan wadah usaha secara lebih terencana dan terorganisir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan serta meningkatkan sumber Pendapatan Daerah di berbagai bidang, sesuai prinsip Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup Jelas.

Pasal 2 : Cukup Jelas.

Pasal 3 : Maren singkatan dari Masyarakat yang Aman, Tertib Relegius, Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalis.

Pasal 4 : Cukup Jelas. Pasal 5 : Cukup Jelas. Pasal 6 : Cukup Jelas. Pasal 7 : Cukup Jelas. Pasal 8 : Cukup Jelas. Pasal 9 : Cukup Jelas. Pasal 10 : Cukup Jelas.

Pasal 11 ayat (1) : Cukup Jelas. ayat (2) : Cukup Jelas. ayat (3) : Cukup Jelas. ayat (4): Cukup Jelas.

(16)

setelah pemeriksaan ternyata tidak terbukti keterlibatannya dapat dipekerjakan kembali sebagai Direksi.

huruf b : Cukup Jelas. ayat (6) : Cukup Jelas.

ayat (7) : Cukup Jelas. Pasal 12 : Cukup Jelas.

Pasal 13 : Cukup Jelas. Pasal 14 : Cukup Jelas Pasal 15 : Cukup Jelas. Pasal 16 : Cukup Jelas. Pasal 17 : Cukup Jelas. Pasal 18 : Cukup Jelas. Pasal 19 : Cukup Jelas.

Pasal 20 ayat (1) : Cukup Jelas.

ayat (2) : Yang dimaksud dengan orang profesional adalah orang profesional sesuai bidang usaha Perusahan Daerah yang bersangkutan, dan apabila belum ada disesuaikan dengan kondisi setempat.

ayat (3) : Cukup Jelas. Pasal 21 : Cukup Jelas.

Pasal 22 : Cukup Jelas. Pasal 23 : Cukup Jelas. Pasal 24 : Cukup Jelas. Pasal 25 : Cukup Jelas. Pasal 26 : Cukup Jelas. Pasal 27 : Cukup Jelas.

Pasal 28 ayat (1) : Cukup Jelas.

ayat (2) huruf a : Cukup Jelas.

huruf b : Yang dimaksud dengan pemberhentian sementara sebagai Badan Pengawas adalah apabila diduga terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahan dan setelah pemeriksaan ternyata tidak terbukti keterlibatannya dapat dipekerjakan kembali sebagai Badan Pengawas. Pasal 29 : Cukup Jelas.

(17)

Pasal 32 : Cukup Jelas. Pasal 33 : Cukup Jelas. Pasal 34 : Cukup Jelas. Pasal 35 : Cukup Jelas. Pasal 36 : Cukup Jelas. Pasal 37 : Cukup Jelas. Pasal 38 : Cukup Jelas.

Referensi

Dokumen terkait

(4) Selain kewajiban sebagaimana disebutkan pada ayat (2), Pemegang Ijin Penurapan Mata Air dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah selesainya

(3) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perusahaan yang bersangkutan wajib melakukan perbaikan

Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, rancangan peraturan daerah yang telah di ajukan oleh Bupati kepada DPRD atau rancangan peraturan daerah yang telah

Rencana pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Tual adalah dokumen perencanaan pembangunan yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota

Yang dimaksud dengan asas "tanggungjawab pemerintahan" adalah bahwa Pemerintah Daerah mempunyai tanggungjawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan barang milik

bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diajukan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, merupakan perwujudan

[r]

(1) Tiap-tiap tahun selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun buku baru, Petugas BKK menyampaikan Rencana Keija dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja yang diketahui