• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FARMAKOLOGI ANTI DEPRESAN, ANTI ANXIETAS, ANTI KONVULSI dan HIPNOTIK-SEDATIF | Karya Tulis Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH FARMAKOLOGI ANTI DEPRESAN, ANTI ANXIETAS, ANTI KONVULSI dan HIPNOTIK-SEDATIF | Karya Tulis Ilmiah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTI DEPRESAN, ANTI ANXIETAS, ANTI KONVULSI dan HIPNOTIK-SEDATIF

KELOMPOK 1 :

1. Dewa Ayu Dewi Sukma (8604) 2. Dian Anggita R. (8613) 3. Agustina Hermawati (8618) 4. Rafika Chintya D. (8653) 5. Titik Okta Suryani (8655) I. DEFINISI

HIPNOTIK & SEDATIF

Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan terapi. Pada dosis terapi:

Obat sedatif menekankan pada aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.

Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.

ANTIKONVULSI

Antikonvulsi (antikejang) digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi dan bangkitan non-epilepsi.

Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dan berulang dengan singkat.

Non –epilepsi adalah penyakit selain epilepsi tetapi gejalanya menyerupai penyakit epilepsi yaitu kejang-kejang.

ANTIDEPRES AN

Antidepresi adalah obat yang meningkatkan konsentrasi norephinefrin atau serotonin pada celah sinaptik. Pada klasifikasi kali ini, depresi terbagi menjadi tiga yakni gangguan destimia, depresi mayor dan depresi yang tidak terklasifikasi.

(2)

 Depresi mayor adalah keadaan perasaan sedih, melankolis, yang berlanjut hingga mengganggu fungsi social dan kehidupa sehari-hari pasien.

ANTIANSIETAS

Ansietas merupakan kondisi jiwa dimana terjadi kecemasan, ketakutan, atau kekhawatiran. Masalah ansietas dapat menyebabkan gangguan tidur dan fungsi lainya.Dapat menyebabkan patologis bila tidak realistic minimal 6 bulan sehingga dapat mengganggu aktivitas/istirahat.

Pengobatan ansietas ialah mengguanakan sedatif, atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif. Antiansietas yang utama adalah golongan benzodiozepin.

II. MEKANISME KERJA

1. Antiansietas menyebabkan depresi SSP menyeluruh. Agens ini dapat mengakibatkan toleransi pada penggunaan kronik dan memiliki potensi ketergantungan fisik atau psikologis

2. Antikonvulsi terdiri dari beragam agen yang semuanya dapat menekan muatan neurona abnormal pada SSP yang dapat mengakibatkan kejang. Agens ini bekerja dengan mencegah penyebaran aktivitas kejang, menekan korteks motorik, meningkatkan ambang kejang, atau mengubah kadar neurotransmitter tergantung pada kelompok obat.

3. Antidepresan kemungkinan besar berkaitan dengan pencegahan pengambilan kembali dopamine, norepinefrin atau serotonin oleh neuron-neuron prasinapsis yang mengakibatkan akumulasi neurotransmitter ini. Agens ini juga memiliki sifat antikolinergik dan sedative yang menjelaskan seluruh efek sampingnya.

4. Sedatif-Hipnotik mengakibatkan depresi SSP menyeluruh. Agens ini dapat mengakibatkan peningkatan toleransi pada penggunaan kronik.

III. FARMAKOKINETIK & FARMAKODINAMIK Farmakokinetik

NAMA OBAT ABSORPSI DISTRIBUSI METABOLISME DAN

EKSKRESI

(3)

ANTIDEPRESI

Diabsorpsi dengan mudah di traktus GI, setelah penggunaan per-Oral

Didistribusi luas. Menembus barier darah-otak dan plasenta.

Dimetabolisme oleh hati. Diekskresi melalui urine, sejumlah kecil melalui feses

Farmakodinamik

NAMA OBAT

ANTIKONVULSI ANTIANXIETAS ANTIDEPRESI RUTE

PO + + +

IM + +

IV +

AWITAN

PO 1-1,5 jam 30-60 menit 2-4 minggu

IM TD 2-4 minggu

IV 2 menit

PUNCAK

PO 1-3 jam 0,7-1,6 jam 2-12 jam

IM TD 2-12 jam

IV < 15 menit

DURASI

PO 8-12 jam bervariasi Berminggu-minggu

IM TD

(4)

Hipnotik-sedatif 1. Benzodiazepin

Farmakokinetik

a. Absorbsi : jika digunakan untuk mengobati ansietas atau ganggaun tidur, hipnotik-sedatif biasanya diberikan per oral. Benzodiazepin merupakan obat-obat basa lemah dan di absorbsi sangat efektif pada pH tinggi yang ditemukan dalam duodenum. Kecepatan absorbsi yang diberikan per oral berbeda tergantung pada beberapa factor termasuk sifat kelarutannya dalam lemak.

b. Distribusi : transport hipnotik-sedatif di dalam darah adalah proses dinamik dimana banyaknya molekul obat masuk dan meninggalkan jaringan tergantung pada aliran darah, tingginya konsentrasi, dan permeabilitas. Tingkat transformasi metabolik dan eliminasi sangat lambat untuk menghilangkan efek utama farmakologinya dalam waktu yang relative singkat.

c. Biotranformasi : metabolisme di hati, pola dan kecepatan metabolism tergantung pada masing-masing obat. Kebanyakan benzodiazepin mengalami fase oksidasi mikrosomonal (reaksi fase I) termasuk N-dealkilasi dan hidroksilasi alifatik. Kemudian metabolitnya dikonjugasikan (reaksi fase II) oleh glukonil transferase menjadi bentuk glukuronida yang diekresikan ke dalam urin.

d. Eksresi ; metabolit benzodiazepin dan hipnotik sedative lain yang larut air di eksresikan terutama melalui ginjal.

Farmakodinamik

Efek utama yaitu sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Hanya dua efek yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi coroner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepin tertentu secara IV dan blockade neuromuscular yang terjadi pada dosis tinggi.

2. Bartiturat

Farmakokinetik

Barbiturat mudah diabsorbsi dari tempat pemberianya. Barbiturat tersebar hampir keseluruh jaringan dan cairan badan. Barbiturat dengan mudah dapat melintasi sawar urin. Sawar darah-otak agak sukar dilewati, dan ini menyebabkan lambatnya mula kerja barbital, meskipun diberikan secara IV. Golongan tiobarbiturat terkecuali kadar dalam cairan otak-spinal hampir menyamai kadar plasma tiobarbiturat yang tidak terikat oleh protein. Kadar tertinggi barbiturat terdapat dalam hepar dan ginjal. Prosentasi barbiturat yang terikat protein dalam plasam berbeda-beda:

 Tiopental l.k. 80%  Pentobarbital l.k. 50%  Fenobarbital hanya sedikit  Barbital lebih sedikit lagi

Pengikatan oleh protein jaringan terjadi sejajar dengan pengikatan oleh protein plasma. Tiopental dan barbiturat kerjanya sangat singkat dan ditimbun di dalam jaringan lemak tubuh.

Jika dosisnya kecil barbiturat hanya bekerja sebentar karena cepat memasuki depot lemak. Setelah depot lemak menjadi jenuh, masa kerja barbiturat pada pemberian selanjutnya baru mencerminkan inaktivasi yang terjadi dengan lambat. Waktu pemulihan pada pemberian dosis besar akan membutuhkan waktu yang lama karena barbiturat yang ditimbun dalam depot lemak perlahan-lahan dilepaskan kembali setelah anastesia berakhir.

Inaktivasi barbiturat dalam badan terjadi melalui :

(5)

2. Ekskresi melalui ginjal

3. Kombinasi kedua cara tersebut Klasifikasi barbiturat :

1. Terutama diekskresi oleh ginjal. Misalnya barbital, fenobarbital

2. Biotransformasi hepar dan diekskresi oleh ginjal. Misalnya asam dialilbarbiturat, mefobarbital 3. Dihancurkan didalam hati, misalnya pentobarbital, sekobarbital

4. Ditimbun dalam lemak badan, kemudian dihancurkan oleh hati dan ginjal, dan akhirnya diekskresi oleh ginjal. Misalnya tiopental, kemital, heksobarbital

Pemilihan preparat dan dosis barbiturat harus didasarkan atas pertimbangan sifat-sifat diatas. Misalnya pasien dengan kerusakan hepar akan tetap berada dalam anastesia selama beberapa jam dengan heksobarbital sedangkan pada orang sehat anastesia nya hanya berlangsung 15 menit. Untuk penggunaan klinik, penting diketahui berapa lama suatu barbiturat bekerja aktif.

Farmakodinamik

Khasiat utama golongan barbiturat ialah depresi susunan saraf pusat.

Semua tingkat depresi bisa dicapai dengan menggunakan barbiturat mulai dari sedasi, hipnosis, anestesia setadium operasi, koma dan kematian.

Tingkat depresi susunan saraf pusat tergantung pada: 1. Macam barbiturat

2. Dosis yang sampai disusunan saraf pusat 3. Cara pemberian

4. Keadaan kepekaan susunan saraf pusat sewaktu barbiturat diberikan 5. Toleransi

Seluruh susunan saraf pusat dipengaruhi barbiturat, tetapi yang paling peka ialah kortek serebri dan sistem retikular. Pada dosis sedatif sudah terjadi depresi daerah motoris dan sensoris dari korteks. Sedangkan yang paling relatif paling kebal terhadap efek barbiturat adalah pusat napas dan pusat vasomotor di medula oblongata.

Cara kerja barbiturat belum diketahui seluruhnya. Yang sudah jelas adalah: 1. Ambang rangsang neuron dipertinggi karena stabilisasi membran sel 2. Masa pemulihan setelah perangsangan diperpanjang

Efek hipnotik

. Barbiturat sangat banyak digunakan sebagai obat tidur. Dengan dosis yang cukup, orang bisa tertidur dalam waktu 20-60 menit. Tidurnya mirip dengan keadaan tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidur REM (rapid aye movement) dipersingkat. Barbiturat agaknya menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar. Orang lebih mudah tertidur bila disekitarnya tidak ada gangguan. Selain ini mungkin ada juga pengaruh langsung terhadap pusat pengatur tidur di-hipotalamus. Bila karena suatu sebab dosis hipnotik tidak menyebabkan tidur, pasien bisa memperlihatkan gejala pikiran kacau seperti yang tampak pada intoksikasi alkohol. Setelah bangun dari tidur akibat barbiturat, kadang-kadang timbul hangover, terutama setelah penggunaan barbiturat kerja lama.

Anastesia.

Golongan tiobarbiturat dan beberapa oksiobarbiturat menimbulkan anastesia

umum pada pemberian IV. Gejala stadium anastesia serta dataran-dataranya tidak begitu

nyata dapat dibedakan seperti pada anastesia inhalasi. Relaksasi otot tidak begitu sempurna.

Pada taraf relaksasi sebanding dengan yang dicapai dengan anastesia eter, terjadi depresi

pernafasan yang lebih berat oleh barbiturat yang kerjanya sangat singkat.

(6)

terhadap bagian susunan saraf pusat lain. Meskipun begitu pemberian barbiturat bersama analgetik berguna untuk meringan kan nyeri pasca bedah barbiturat mengadakan potensiasi efek analgetik derivat salisilat, pirazolon dan para-aminofenol. Reflek pada nyeri masih tetap utuh pada keadaan anetesia oleh barbiturat kerja sangat singkat.

Antikonvulsi. Pada dosis tinggi semua barbiturat dapat berefek antikonvulsi misalnya untuk menghentikan konvulsi pada intoksikasi striknin, tetanus,atau status epileptikus.

Mengenai khasiat antikonvulsi ini,fenobarbital mempunyai keistimewaan,yang hanya dimiliki 2 barbuturat lain : mefobarbital dan meterbital (N-metilbarbital ) mempunyai khasiat antikonvulsi spesifik, artinya efek antikonvsinya tidak tidak terikat sedatifnya, karena dosis antikonvulsi mungkin lebih rendah dari dosis hipnotik dan amfetamin dapat menghilangkan efek sedasi tanpa mengurangi antikonvulsinya.

IV. INDIKASI, KONTRAINDIKASI & EFEK SAMPING 1. Hipnotik-sedatif ketergantungan alcohol, anestesi premedikasi

Ansietas, gejala bangkitan 3,75-20; 2-4x/hari

Insomnia 1-2 Oral 10 ± 24

Flurazepam (DALMANE)

Insomnia 15-30 Oral 74 ± 24

Halazepam (PAXIPAM)

Ansietas - Oral 14

Lorazepam (ATIVAN)

Ansietas, anestesi premedikasi 2-4 Oral, IM, IV 14 ± 5

(7)

(VERSED)

Insomnia 7,5-30 Oral 11 ± 6

Triazolam (HALCION)

Insomnia 0,125-0,25 Oral 2,9 ± 1

a. Indikasi : digunakan untuk pengobatan insomnia, ansietas, kaku otot, medikasi preanestesi, anestesi.

b. Kontraindikasi :

o Hipersensitif terhadap flumazenil atau benzodiazepine

o Terdapat zat racun lain: TCA, theofilin, obat epilepsi (obat lain yang dapat menyebabkan kejang atau disritmia

o Pengguna benzodiazepin kronis, pasien menerima BDZ untuk kondisi life threatening (misal mengontrol tekanan intrakranial; status epileptikus)

o Diagnosa depresi SSP akibat induksi benzodiazepine c. Efek samping :

- Kepala ringan, malas/tak bermotivasi, lamban, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental, dan psikomotorik, gangguan koordinasi berpikir, bingung, disartria, dan amnesia anterograd.

- Efek samping yang relatif umum terjadi ialah lemas, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, nyeri epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada.

- Efek paradoksal misalnya : flurazepam sesekali meningkatkan insiden mimpi buruk,

Oral, IM, IV 10-40 Insomnia, sedasi, preoperatif status epilepsi

Oral : tablet (base) 30, 50, 100 mg

(8)

sodium) 65, 200 mg

Oral 14-34 Insomnia Oral : eliksir 40 mg/5 mL

Butalbital Oral 35-88 Kombinasi dengan obat

analgesik lain

-Mefobarbital (MEBARAL)

Oral 10-70 Gejala bangkitan, sedasi siang hari

Oral : kapsul 50, 100 mg; eliksir 18,2 mg/5

Oral, IM, IV 80-120 Gejala bangkitan, status epilepsi, sedasi siang hari

Oral : tablet 8, 16, 23, 65, 100 mg

(9)

15, 20 mg/5 mL

Oral : kapsul 50, 100 mg; tablet 100 mg

IV, rectal 8-10 Induksi dan/atau mempertahankan anestesi, mengatasi bangkitan darurat

-a. Indikasi : masih digunakan pada terapi darurat kejang seperti tetanus, ekamsia, status epilepsi, perdarahan serebral, dan keracunan konvulsan.

b. Kontraindikasi : pasien alergi barbiturat, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit perikson, pasien psikoneuritik.

c. Efek samping :

- Hangover/after effects : gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir. Efek residu berupa vertigo, mual, muntah, atau diare.

- Eksitasi paradoksal : pada individu pemakaian berulang (fenobarbital dan N-desemetil bartiburat) terjadi pada lanjut usia dan terbelakang.

- Rasa nyeri : mialgia, neuralgia, artragia terutama pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia

- Hipersensitivitas : reaksi alergi pada individu yang menderita asma, urtikaria, angioedema, dermatosis.

2. Antidepresan

o Golongan Trisiklik : Impramin, Amitriptilin

o Golongan Heterosiklik : Amoksapin, Maprotilin, Trazodon, Bupropion, Venlaksin, Mitrazapin, Nefazodon

o Golongan SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Fluoksetin, Paroksetin, Setralin, Fluvoksamin, Sitalopram

o Penghambat MOA : Isokarboksazid, Fenelzin

(10)

Golongan Obat Sediaan Dosis

Kapsul 20 mg, Kaplet 20 mg Tablet 20 mg

50-150 mg/hari 50-100 mg/hari 20-40 mg/hari

20.40

g/hari

MAOI Moclobemide Tablet 150 mg 300-600 mg/

hari Atypical Mianserin

Trazodon

Maprotilin

Tablet 10, 30 mg Tablet 50 mg, 100 mg

Tab 10, 25, 50, 75 mg penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.

b. Kontraindikasi

• Penyakit jantung koroner

• Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi c. Efek Samping

Trisklik dan MAOI : antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (hipotensi).

SSRI : nausea, sakit kepala MAOI : interaksi tiramin

3. Antikonvulsi

1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir semua jenis epilepsi, contoh: fenitoin.

(11)

dikombinasi dengan kofein atau efedrin guna melawan efek hipnotiknya. Tetapi tidak dapat digunakan pada jenis petit mal karena dapat memperburuk kondisi penderita, contoh: fenobarbital dan piramidon

3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresi dan antikonvulsi. Digunakan pada jenis grand mal dan psikomotor dengan efektifitas sama dengan fenitoin. 4. Golongan benzodiazepin, memiliki khasiat anksiolitika, relaksasi otot, hipnotika dan

antikonvulsi yang termasuk golongan ini adalah diazepam yang dalam hati akan di biotransformasi menjadi desmetildiazepam yang aktif, klorazepam yaitu derivat klor yang berdaya anti konvulsi kuat dan klobazepam yaitu derivat 1,5 benzodiazepin yang berkhasiat sebagai anti konvulsi sekuat diazepam dipasarkan sebagai transquilizer.

5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi umum tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek antikonvulsi asam valproat didasarkan meningkatnya kadar asam gama amino butirat acid (GABA) di dalam otak.

Obat generik, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping 1. Fenitoin

Indikasi : Semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus Kontra indikasi : Gangguan hati, hamil, menyusui

Efek samping : Gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia dll Sediaan Phenytoin : (generik) kapsul 100 mg, 300 mg

2. Penobarbital

Indikasi : Semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus Kontra indikasi : Depresi pernafasan berat, porfiria

Efek samping : Mengantuk, Letargi, depresi mental dll

Sediaan Phenobarbital : (generik) tabl. 30 lmg, 50 mg cairan injeksi. 100 mg/ml 3. Karbamazepin

Indikasi : Epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus Kontra indikasi : Gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang Efek samping : Mual, muntah, pusing, mengantuk, ataksia, bingung. Sediaan Karbamazepine : (generik) tablet 200 mg

4. Klobazam

Indikasi : Terapi tambahan pada epilepsi penggunaan jangka pendek untuk ansietas Kontra indikasi : Depresi pernafasan

Efek samping : Mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi

Sediaan Clobazam : (generik) tablet 10 mg 5. Diazepam

(12)

Kontra indikasi : Depresi pernafasan

Efek samping : Mengantuk, pandangan kabur, bingung, ataksia, amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala, vertigo

Sediaan Diazepam : (generik) tablet 2 mg. 5 mg Efek samping Antikonvulsi :

- Sistem saraf pusat : sedasi, iritabilitas paradok dan hiperkinesis, nistagmus, ataksia, diplopia, dyskinesia, tremor, penurunan tingkat intelektualitas, perburukan epilepsi, neuropati perifer - Sistem pernapasan : penurunan kapasitas difusi paru, peningkatan sekresi bronkus

- Sistem kardiovaskular : hipotensi 4. Antiansietas

a. Golongan benzodiazepin : diazepam, alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam, klorazepat, Lorazepam.

b. Golongan lain : buspiron, zolpidem

Obat Golongan Sediaan Dosis

Diazepam Benzodiazepin Tablet 2- 5 mg Peroral

10-30mg/hr, 2-3x/hari Paenteral IV/IM 2-10 mg/kali, setiap 3-4 jam Klordiazepoksoid Benzodiazepin Tablet 5 mg

Kaplet 5 mg

15-30 mg/hari 2-3 x/sehari Lorazepam Benzodiazepin Tablet 0,5-2 mg 2-3 x 1 mg/hari

Clobazam Benzodiazepin Tablet 10 mg 2-3 x 10 mg/hari

Brumazepin Benzodiazepin Tablet 1,5-3-6 mg

3 x 1,5 mg/hari

Oksazolom Benzodiazepin Tablet 10 mg 2-3 x 10 mg/hari

Klorazepat Benzodiazepin Kapsul 5-10mg 2-3 x 5 mg/hari

Alprazolam Benzodiazepin Tablet 25-0,5-1 mg 3 x 0,25-0,5 mg/hari

Prazepam Benzodiazepin Tablet 5 mg 2-3 x 5 mg/hari

Sulpirid Non-Benzodiazepin Kapsul 50 mg 100-200 mg/hari

(13)

Indikasi : derivat benzodiazepin digunakan untuk meninggalkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, hipnotik, antikonvulsi, pelumas otot dan induksi anestesi umum.

Kontraindikasi :

 Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati kronik.

 Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas atau meningkat dan gangguan tidur.  Ketergantungan relatif sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol,

penyalagunaan obat atau unstable personalities. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan dalam rentang dosis terapeutik.

Efek samping :

 Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah)

 Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain)

 Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika

Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir berlangsung sangat singkat.

 Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat, pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomania, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi.

V. APLIKASI DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI 1. Hipnotik-Sedatif

Penggunaan medis benzodiazepin berguna untuk mengobati kecemasan, insomnia, kejang, kecanduan alkohol, dan beberapa penyakit neuromuskular. Obat jenis ini biasanya diaplikasikan menggunakan anestesi dan pembedahan.

(14)

restorasi, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pengobatan awal dengan bantuan diazepam meningkatkan kemungkinan suksesnya pengobatan berikutnya tanpa itu. Kombinasi diazepam dan skopolamin telah digunakan sebagai premedikasi lisan obat penenang yang takut injeksi. Sebuah benzodiazepin baru, clorazepate, secara potensial merupakan calon yang baik untuk penggunaan oral dalam kedokteran gigi.

Selain itu barbiturat digunakan juga dalam kedokteran gigi tidak hanya untuk mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan perawatan gigi tetapi juga untuk mengurangi kemungkinan kejang dari anesthesi lokal.

Sebagai premedikasi untuk anestesi umum dalam prosedur tetap bedah termasuk operasi gigi dalam kasus thiopenal sebagai anestesi tetap.

Contoh Obat : Diazepam Nama dagang :

- Cetalgin - Danalgin - Hedix - Mentalium - Neurodial - Neuroval - Paralium - Proneuron - Stesolid - Trankinon - Validex - Valisanbe - Valium - Lovium

2. Antikonvulsi

Sebagian obat antikonvulsi menghasilkan beberapa derajat depresi SSP. Oleh karena itu dokter gigi harus menyadari efek aditif dari depresan SSP lainnya, seperti anestesi lokal dan umum, antiansietas, dan analgesik opioid. Diskrasia darah yang jarang namun serius efek samping umum dari sebagian besar agen antikonvulsan, mereka dapat meningkatkan kerentanan pasien terhadap infeksi. Fakta bahwa beberapa antikonvulsi mengubah metabolisme mineral harus dipertimbangkan ketika seseorang dihadapkan dengan anomali dalam perkembangan gigi atau kehilangan tulang.

Beberapa efek samping khusus untuk agen antikonvulsi individu secara klinis relevan dengan kedokteran gigi. Fenitoin akibat hiperplasia gingiva adalah contoh yang terkenal. Hiperplasia paling sering terjadi di bagian mandibula anterior, terutama dalam kasus "bernapas melalui mulut," dan mengembangkan secara lebih luas dalam papila interdental antara gigi seri. Daerah edentulous dari mukosa alveolar tidak mengalami hyperthropy. Secara histologi, hiperplasia ditandai oleh proliferasi jaringan ikat, tetapi ada kontroversi tentang komponen jaringan tertentu terpengaruh. Hiperplasia dapat total atau sebagian obsure mahkota gigi, yang jelas menghambat pembersihan tepat, secara estetika tidak menyenangkan, dan memerlukan reseksi periodik. Tingkat perkembangan hiperplasia gingiva dapat dikurangi oleh kebersihan mulut yang tepat.

(15)

antikonvulsi dari fenitoin dan fenobarbital adalah aditif, dan dua obat yang sering digunakan dalam kombinasi dengan hasil yang menguntungkan. Relevansi yang lebih besar untuk kedokteran gigi adalah efek induksi enzim pada antibiotik (tetrasiklin) dan agen lainnya yang digunakan dalam praktek klinis. Beberapa efek akut langsung melibatkan mulut. Misalnya, karbamazepin-induced gangguan rasa telah dilaporkan, tetapi ini tampaknya mereda dengan waktu. Xerostomia juga telah dilaporkan. Primidone dapat menyebabkan efek samping yang tidak biasa rasa sakit gingiva lokal.

Hal ini sering direkomendasikan bahwa pasien dengan epilepsi diperlakukan sedikit hati-hati untuk mengurangi gangguan emosional dan membantu mencegah pengendapan kejang. Kecuali bila kejang terkontrol dengan baik, individu dengan epilepsi tidak perlu ditangani secara berbeda. Saliva berguna untuk memantau konsentrasi obat antiepilepsi. Misalnya : carbamazepine, phemoberbital, phenytoin, dan ethosuximide.

3. Antiansietas

Antiansietas digunakan dalam kedokteran gigi klinis untuk premedikasi kecemasan pasien menunggu prosedur operasi seperti operasi Implan. Antiansietas diketahui summate dengan anestesi, analgesik opioid, antidepresan, sedatif-hipnotik dan alkohol yang dapat menyebabkan depresi berlebihan pada SSP (Yagiela dkk, 2004f), maka harus diresepkan dengan hati-hati. Benzodiazepin seperti Diazepam (Valium), Lorazepam (Ativan) dan alprazolam (Xanax) dan Antihistamin seperti hidroksizin (Vistaril) dan Prometazin (Phenergan) adalah anxiolytics digunakan dalam kedokteran gigi. Sebaiknya harus memiliki onset cepat dan durasi tindakan singkat. Diazepam (2-10mg), Lorazepam (2-6 mg) dan alprazolam (0,25 1,5 mg) memiliki durasi 12-24 jam aksi sedangkan antihistamin dalam dosis 25-100mg memiliki durasi 4-6 jam tindakan. Penggunaan dari Benzodiazepin merupakan kontraindikasi pada pasien dengan psikosis, narrow-angle glaucoma, atau penyakit hati. VI. PROSES KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN

1. Pemeriksaan tanda vital dan pergunakan sebagai dasar perbandingan untuk tanda-tanda vital di masa yang akan datang

2. Tentukan jika terdapat riwayat insomnia atau gangguan tidur

3. Nilai fungsi ginjal. Keluaran urine harus lebih dari 600 ml/hari. Gangguan ginjal dapat memperpanjang kerja obat dengan menambah waktu paruh obat

(16)

Klien akan menikmati tidur yang cukup tanpa hangover jika memakai hipnotik

 INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kenali pengguna sedatif-hipnotik tertentu yang terus menerus seperti barbiturat dapat mengakibatkan penyalahgunaan obat

2. Pantau tanda-tanda vital, terutama pernafasan

 PENYULUHAN KEPADA KLIEN

Beritahu klien untuk menghindari alkohol, obat antidepresan ketika memakai sedatif-hipnotik

 EVALUASI

Lakukan evaluasi efektifitas hipnotik. Laporkan hangover akibat obat, terutama jika sering terjadi.

Daftar Pustaka

Gan Sulistia. 1981. Farmakologi dan Terapi Edisi 2. Bagian Farmakologi FKUI : Jakarta Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

Townsed, Mary C. 2003. Buku Saku Pedoman Obat Dalam Keperawatan Psikiatri Ed. 2. EGC : Jakarta, Hal. 11,13,14,23)

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. EGC : Jakarta Katzung B.G., 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi 6. EGC : Jakarta

http://www.scribd.com/doc/53188382/3-Hipnotik-Sedative di unduh melalui Google Chrome 01/05/2012

Mark Donaldson. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1993866/ di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012

(17)

http://www.scribd.com/doc/70353272/18/Sediaan-indikasi-kontra-indikasi-dan-efek-samping di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012

http://www.scribd.com/doc/89316874/Anti-Depresandi unduh melalui Google Chrome 02/05/2012 http://www.scribd.com/doc/62327627/penggunaan-antiansietas di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012

http://www.scribd.com/doc/49311789/Farmakoterapi-Antipanik di unduh melalui Google Chrome 02/05/2012

Mandakini, Mohan. 2011. Pharmacological Agents in Dentistry: A Review. British Journal of Pharmaceutical Research. Vol 1(3): 66-87

Sutherland. 1959. A Synopsis of Pharmacology With Special Applications to Dentistry. W. B. Saunders Company : London

Yagiela, John A et all. 1998.

Pharmachology and Therapeuticsfor Dentistry ed 4

, Mosby :

USA

Sesi Diskusi

1. Aryati Oktaviani (8763)

Apa kelemahan dan kelebihan penggunaan barbiturate bagi pasien? 2. Lilis Setyowati (8761)

Apakah dalam penggunaanya antara obat hipnotik-sedative dengan obat antidepressant bisa bersamaan? Jelaskan!

Jelas tidak boleh, Karena kedua obat tersebut mempunyai kerja yang sama, efek samping yang sama yaitu menekan system saraf pusat, sehingga jika bersamaan digunakan dapat menyebabkan over/otak akan semakin tertekan. Pasien bisa down berat.

3. Ria Hartatama Rustam (8657)

(18)

Ada, salah satunya adalah obat antidepressant yang berefek pada berkurangnya aliran saliva. Aliran saliva yang berkurang dapat menyebabkan karies, candidiasis, dll.

4. Eli Alpiyana (8764)

Bagaimana mengatasi orang yang sudah resisten terhadap obat-obat hipnotik-sedative? 5. Yana Yuliana (8741)

Apakah obat-obat SSP tersebut juga digunakan untuk anak berkebutuhan khusus? Adakah kontraindikasinya? Jelaskan!

6. Iput Damayanti (

Bagaimana cara menangani pasien dengan ketergantungan obat-obat SSP? Jelaskan!

Gambar

TABEL PENGGUNAAN BENZODIAZEPIN
TABEL PENGGUNAAN TERAPI BARBITURAT

Referensi

Dokumen terkait

Larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terifiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari

Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan

Obat yang potensinya rendah dalam menghambat COX-1, yang berarti memiliki rasio aktivitas COX-2/ COX-1 lebih rendah, akan mempunyai efek sebagai anti inflamasi dengan efek samping

Hasil literature review yang sudah dilakukan dari 5 jurnal penelitian tanaman jeruk purut (Citrus hystrix DC) mempunyai efek farmakologi yang dapat menghambat bakteri

Penelitian ini menggunakan metode literature review yang bertujuan untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan obat NSAID pada pasien yang menderita

Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat tradisional karena

kolinergik pada sistem saraf parasimpatis sama efek farmakodinamiknya dengan. obat-obat golongan antagonis kolinergik

Efek obat sinergisme adalah jika dua obat atau lebih diberikan bersama-sama, obat yang satu dapat memperkuat atau mempunyai efek sinergis terhadap obat yang lain.Interaksi