BUPATI BIMA
PERATURAN BUPATI BIMA
NOMOR 05 TAHUN 2009 T E N T A N G
PETUNJUK OPERASIONAL
PERUSAHAAN DAERAH WAWO (PD. WAWO) KABUPATEN BIMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,
Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi ketentuan pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1966 tentang Pendirian Perusahaan Pengangkutan Darat dan Laut Serta Perbengkelan (PD. Wawo), serta untuk terarahnya pengelolaan PD. Wawo, perlu ditetapkan petunjuk operasional;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Petunjuk Operasional Perusahaan Daerah PD. Wawo Kabupaten Bima dengan Peraturan Bupati.
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerahdaerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur;
2. UndangUndang Nomor 5 Tahun 1962 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2387), sebagaimana diubah dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Perusahaan Daerah;
3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
4. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
5. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor: 4389);
3347), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang penetapan Peraturan Pemerintah pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang perubahan atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548 );
7. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor 3348);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Kekayaan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Serta Perbengkelan PD. WAWO (Lembaran Daerah Provinsi NTB Tahun 1966 Seri B Nomor : 1);
Tahun 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 12); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 02);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 03);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2008 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 29).
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL PERUSAHAAN DAERAH WAWO (PD. WAWO) KABUPATEN BIMA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bima.
2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintahan Daerah dan DPRD menurut asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistim dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945;
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
4. Bupati adalah Bupati Bima;
5. Perusahaan Daerah Wawo yang selanjutnya disebut PD. Wawo adalah perusahaan daerah yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Bima melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan.
6. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah rapat umum pemegang saham PD. Wawo Kabupaten Bima yang berbentuk perusahaan daerah.
7. Keputusan RUPS adalah keputusan yang dihasilkan dan ditetapkan oleh RUPS.
8. Pengurus adalah Direksi dan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas. 9. Direksi adalah Direksi PD. Wawo Kabupaten Bima.
10. Dewan Komisaris atau Badan Pengawas adalah Badan Pengawas PD. Wawo Kabupaten Bima.
12. Gaji pokok adalah gaji pokok yang ditentukan dalam daftar skala gaji pegawai PD. Wawo.
13. Gaji adalah penerimaan gaji, tunjangan istri/suami dan anak.
14. Penghasilan adalah gaji ditambah tunjangantunjangan lainnya yang sah. 15. Istri/suami adalah istri/suami dari pegawai PD. Wawo Kabupaten Bima
berdasarkan peraturan yang sah menurut hukum yang berlaku.
16. Anak adalah anak kandung Pegawai yang lahir dari perkawinan yang sah, anak tiri dan anak angkat yang sah menurut Peraturan Perundang undangan yang berlaku berumur kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, belum pernah menikah dan menjadi tanggungan sepenuhnya dari Pegawai.
17. Daftar penilaian kinerja adalah daftar penilaian prestasi kerja yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi..
18. Ijazah adalah surat tanda tamat belajar yang dikeluarkan lembaga pendidikan.
19. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang pegawai dalam rangkaian susunan kepegawaian dan dipergunakan sebagai bahan pengkajian.
20. Jabatan adalah kedudukan yang menujukan tugas dan tanggung jawab wewenang dan hak seorang pegawai dalam rangkaian susunan suatu organisasi.
21. Cuti Pegawai yang selanjutnya disebut cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.
22. Tunjangan Hari Tua adalah sejumlah uang tertentu sebagai jaminan hari tua dan balas jasa terhadap pegawai yang telah mengabdikan dirinya terhadap PD. Wawo.
23. Pesangon adalah sejumlah uang tertentu yang diberikan sekali sebagai uang jaminan hari tua dan balas jasa terhadap pegawai yang telah mengabdikan dirinya dirinya terhadap PD. Wawo.
24. Tata Kerja adalah pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang serta pengaturan hubungan kerjasama dari masingmasing unit kerja dan penggarisan saluran tanggung jawab dari masingmasing tanggung jawab dari masingmasing jabatan struktural dengan maksud untuk dapat melaksanakan tugas pokok.
25. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang selanjutnya disingkat RKAP adalah Rencana Kerja dan Anggaran PD. Wawo.
26. Barang Pakai Habis adalah barang yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan yang menurut sifatnya dipakai habis untuk keperluan perusahaan atau jangka waktu pemakaian kurang dari 1 (satu) tahun. 27. Barang Inventaris adalah seluruh barang yang dimiliki atau dikuasai oleh
a. Pengangkutan Darat dan Laut; b. Perbengkelan;
c. Perdagangan Umum;
d. Pembuatan Garam Yodium; e. Pembuatan Es Balok;
f. Jasa Tivi Kabel.
(2) Jenis usaha inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bertambah atau berkurang berdasarkan pertimbangan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas..
(3) Penambahan Jenis Usaha inti sebagaimana dimaksud para ayat (2) disetujui Bupati
Pasal 3
Untuk melaksanakan kegiatan usaha yang dimaksud dalam pasal 2, PD. Wawo dapat menjalin kerja sama dengan BUMD, BUMN, Koperasi dan Swasta dengan Persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas dan Mengetahui Bupati.
BAB III SAHAM
Pasal 4 (1) Saham PD. WAWO terdiri dari :
a. Saham Prioriteit; dan b. SahamSaham biasa.
(2) Apabila Surat saham Prioriteit maupun sahamsaham biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan atas nama pemiliknya rusak atau hilang, tidak dapat dipakai lagi dengan alas an dan bukti yang sah menurut Undangundang maka atas nama Permintaan pemilik saham, Presiden Direktur dapat menerbitkan surat saham Pengganti.
(3) Sahamsaham yang rusak tidak dapat dipakai lagi atau hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuatkan Berita Acara Penghapusan oleh Presiden Direktur dan dilaporkan dalam RUPS berikutnya.
(4) Setelah surat saham pengganti diterbitkan maka surat saham yang rusak/hilang dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
(1) PD. Wawo mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham yang sah. (2) Daftar pemegang saham yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat oleh Presiden Direktur yang memuat antara lain : a. Nama dan alamat para pemegang saham;
b. Jumlah saham, nomor surat dan tanggal perolehan surat saham; c. Nominal setiap lembar saham yang disetor;
d. Keterangan lainnya.
(3) Penyimpanan dan pemeliharaan daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi kewajiban dan tanggung jawab Presiden Direktur.
BAB IV
Pasal 6
(1) RUPS memegang kekuasaan tertinggi dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Presiden Direktur atau Dewan Komisaris/Badan Pengawas.
(2) Selambatlambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhir tahun buku, Presiden Direktur menyampaikan laporan keuangan kepada RUPS.
Pasal 7
(1) Bupati bertindak selaku RUPS pada PD. Wawo. (2) RUPS memiliki kewenangan untuk :
a. Perubahan Petunjuk Operasional; b. Perubahan Jumlah Modal;
c. Pengalihan aset tetap; d. Penggunaan laba;
e. Investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. Kerjasama dengan pihak lain;
g. Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran tahunan; h. Pengangkatan Dewan pengawas dan Direksi;
i. Pemberhentian Dewan Pengawas dan Direksi;
j. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pembubaran PD. Wawo.
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA Bagian Kesatu
Struktur Organisasi
Pasal 8 (1) Struktur Organisasi PD. Wawo terdiri dari :
1.Bupati Bima;
2.Dewan Komisaris atau Badan Pengawas; 3.Presiden Direktur;
4.Direktur Umum, yang membawahi : a. Bagian Pemasaran.
b. Bagian Kepegawaian.
5.Direktur Keuangan, yang membawahi : a. Bagian Akuntansi dan Pembukuan. b. Bagian Perbendaharaan dan Gaji. 6.Kepala Unit Usaha.
(2) Bagan Struktur Organisasi PD. Wawo tercantum dalam lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Kedua
Pengangkatan Dan Pemberhentian Direksi
Pasal 9
(2) Pengangkatan dan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Bupati.
(3) Apabila masa jabatan Direksi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) telah berakhir, dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya.
BAB VI
TUGAS POKOK DAN WEWENANG Bagian Kesatu
Direksi
Pasal 10 (1) Direksi terdiri dari :
a Presiden Direktur b Direktur Umum; dan c Direktur Keuangan
(2) Presiden Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai tugas :
a. Merencanakan dan menyusun Rencana kerja dan Anggaran Perusahaan 1 (satu) tahun;
b. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PD. Wawo. c. Membina Pegawai;
d. Mengurus dan mengelola kekayaan PD.Wawo;
e. Menyelenggarakan Administrasi umum dan keuangan;
f. Mewakili PD. Wawo baik didalam maupun diluar pengadilan;
g. Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan PD. Wawo; h. Menyampaikan laporan keuangan tahunan dalam RUPS.
(3) Presiden Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai Wewenang:
a. Mengangkat dan memberhentikan sebagai pegawai;
b. Mengangkat pegawai untuk menduduki jabatan dibawah Direktur atas pendapat dan saran Dewan komisaris atau Badan Pengawas:.
c. Menandatangani pinjaman setelah mendapat persetujuan Bupati: d. Menandatangani laporan keuangan perusahaan:
e. Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain.
(4) Apabila Presiden Direktur karena sesuatu sebab berhalangan sementara untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, dapat ditunjuk pelaksana tugas dengan Keputusan Bupati berdasarkan usul dan saran Dewan Komisaris atau Badan Pengawas, sampai Presiden Direktur bertugas kembali.
Pasal 11
a Merencanakan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 1 (satu) tahun;
b Mengkoordinir kegiatan Bagian Pemasaran dan Bagian Kepegawaian; c Membina pegawai Bagian Pemasaran dan Bagian Kepegawaian;
d Menata pengelolaan usaha milik PD. Wawo berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur;
e Menata pengelolaan kekayaan PD. Wawo berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur;
f Mewakili PD. Wawo baik didalam maupun diluar Pengadilan berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur;
g Menyampaikan laporan berkala mengenai kegiatan PD. Wawo di bidang pemasaran dan kepegawaian.
(2) Direktur Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berwenang melaksanakan semua atau sebagian kewenangan Presiden Direktur berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur.
Pasal 12
(1) Direktur Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mempunyai tugas :
a. Merencanakan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 1 (satu) tahun;
b. Mengkoordinir kegiatan Bagian Akuntansi dan Pembukuan serta Bagian Perbendaharan dan Gaji;
c. Membina pegawai Bagian Akuntansi dan Pembukuan dan Bagian Perbendaharaan dan Gaji;
d. Menata pengelolaan proses transaksi keuangan PD. Wawo berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur
e. Menata pengelolaan kekayaan PD. Wawo berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur;
f. Mewakili PD. Wawo baik didalam maupun diluar Pengadilan berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur;
g. Menyampaikan laporan berkala mengenai kegiatan PD. Wawo di bidang akuntansi dan pembukuan serta gaji.
(2) Direktur Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berwenang melaksanakan semua atau sebagian kewenangan Presiden Direktur berdasarkan kuasa yang diberikan Presiden Direktur.
Bagian Kedua BagianBagian
Pasal 13 (1) Bagian terdiri dari :
a. Pemasaran; b. Kepegawaian;
c. Akuntansi dan Pembukuan; d. Perbendaharaan dan Gaji
a. Merencanakan dan menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan 1 (satu) tahun bidang pemasaran;
b. Melaksanakan analisis pasar produk yang dihasilkan;
c. Menyelenggarakan pengadaaan barang dan jasa yang berkaitan dengan pemasaran berdasarka persetujuan Presiden Direktur;
d. Melakukan transaksi, pembayaran dan pembuatan kuitansi yang berkaitan dengan pemasaran produk dan menyetorkannya pada rekening koran (RK) PD. Wawo melalui bagian perbendaharaan dan gaji;
e. Mempersiapkan administrasi dan melaksanakan hasil perjajian ikatan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pengadaan barang dan jasa dan pemasaran hasil produksi yang telah disetujui Presiden Direktur;
f. Menyelenggarakan pencacatan atau pembukuan dan mengadministrasi hasil produksi secara tepat setiap terjadi transakis;
g. Menyusun laporan berkala kegiatan pemasaran PD. Wawo;
h. Melaksanakan menajemen pengudangan setiap unit usaha secara terbit, baik terhadap barangbarang yang berada digudang, maupun barang barang yang berada diluar gudang;
i. Melaksanakan tugastugas lain yang diberikan oleh atasan;
(3) Bagian Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mempunyai tugas :
a. Menyelenggarakan administrasi kepegawaian yang menyangkut penerimaan, pengangkatan, pemberhentian, pemindahan, kenaikan pangkat, pendidikan, pengajian, cuti. Pensiun dan lainlain;
b. Merencanakan dan melakasanakan kegiatankegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki kesejahteraan pegawai dan keluarganya seperti perawatan sakit, rekreasi, koperasi, olah raga dan lainlain;
c. Melaksanakan pelatihan kinerja pegawai secara mandiri atau bekerjasama dengan lembaga pelatihan pegawai;
d. Melaksanakan tugastugas lain yang diberikan oleh atasan.
(4) Bagian Akuntansi dan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mempunyai tugas :
a. Mempersiapkan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 1 (satu) tahun dibidang keuangan.
b. Mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pembukuan semua transaksi sesuai dengan pedoman dan sistem akuntansi yang berlaku secara cepat, tepat, berdayaguna dan berhasil guna;
c. Mengawasi dan meneliti semua mutasi dari perkiraanperkiraan yang ada dalam buku jurnal dan bukubuku pembantu yang ada;
d. Meneliti hasil penyusunan laporan bulanan baik keuangan maupun laporan operasional oleh bagian lain, terutama yang menyangkut keuangan dan biaya serta menyecek dengan pospos pembukuan;
e. Menganalisa dan memberi kesimpulan atas laporan keuangan dan opersional untuk selanjutnya membantu merusumuskan dasardasar kebijaksanaan penyusunan rencana anggaran berikutnya;
g. Menyiapkan data dan bahanbahan yang dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan oleh aparata pemeriksa;
h. Merekomendasikan serta mengawasi dan pembayaran biayabiaya yang dibutuhkan perusahaan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan; i. Menyusun realisasi anggaran pendapatan dan biaya sesuai dengan
pengolakasikannya dalam satu catatan / pembukuan yang baik dan rapi sehingga memudahkan pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan anggaran;
j. Membuat laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan tentang realisasi anggaran PD.Wawo;
k. Menyusun laporan keuangan tahunan PD. Wawo yang terdiri dari Neraca dan laporan laba Rugi;
l. Mengatur dan mengawasi semua penerimaanpenerimaan uang,pembayaranpembayaran, penyetoran dan pengembalian uang di Bank serta penyimpanan kertaskertas berharga lainnya;
m. Mencatat dan melaporkan secara tertib seluruh kegiatan dan penerimaan dan pengeluaran uang secara harian maupun berkala;
n. Membuat evaluasi bulanan, triwulan dan tahunan dalam seluruh kegiatan yang terkait dengan kas PD. Wawo;
o. Melakukan pencatatan jumlah dan harga perolehan aset dan inventaris milik PD. Wawo.
(5) Bagian Perbendaharaan dan Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d mempunyai tugas :
a. Mempersiapkan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran perusahaan 1 (satu) tahun di bidang perbendaharaan dan gaji;
b. Menyimpan dokumen legalisasi aset dan inventaris milik PD. Wawo; c. Melakukan pembukaan rekening koran (RK) atas nama PD. Wawo
mengetahui Direktur Keuangan dan disetujui Presiden Direktur;
d. Melakukan penyetoran dan pencairan dana rekening koran (RK) PD. Wawo mengetahui Direktur Keuangan dan disetujui Presiden Direktur; e. Mengeluarkan cek dan kuitansi setiap transaksi yang dilakukan dengan
mengetahui Direktur Keuangan dan disetujui Presiden Direktur.
f. Menyusun daftar gaji, daftar pembayaran lembur, daftar pembayaran honor dan daftar penyetoran pajak pegawai PD. Wawo;
g. Melakukan penyetoran pajak penghasilan dan jaminan atau asuransi pegawai yang terkait dengan PD. Wawo;
h. Melakukan pembayaran gaji dan honorarium serta hakhak pegawai yang terkait dengan pengabdiannya kepada PD. Wawo.
Bagian Ketiga Unit Usaha
Pasal 14
(1) Untuk meningkatkan kemampuan PD. Wawo dibentuk Unit Usaha untuk setiap proses produksi barang dan jasa;
Pasal 15 Kepala Unit Usaha mempunyai tugas :
a. Bertanggung jawab dalam proses produksi barang dan jasa yang dihasilkan PD. Wawo;
b. Bertanggung jawab dalam pengiriman barang dan pelayanan konsumen PD. Wawo;
c. Melakukan koordinasi dengan bagian pemasaran untuk pemasaran dan transaksi hasil produksi PD. Wawo;
d. Melakukan koordinasi dengan bagian pemasaran dan bagian akuntansi dan pembukuan dalam hal penyetoran hasil transaksi di lapangan secara tunai pada rekening perusahaan
Bagian Keempat
Dewan Komisaris atau Badan Pengawas
Pasal 16
(1) Dewan Komisaris atau Badan pengawas berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga orang).
(2) Salah seorang dari Dewan Komisaris atau Badan Pengawas diangkat menjadi Ketua Dewan Komisaris atau Ketua Badan Pengawas.
(3) Dewan Komisaris atau Badan Pengawas terdiri dari Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan 1 (satu) orang PNS atau non PNS yang memiliki integritas dan kemampuan dalam pengelolaan Perusahaan Daerah.
Pasal 17
(1) Dewan Komisaris atau Badan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Bupati.
(2) Masa jabatan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas paling lama 4 (empat) tahun.
(3) Dewan Komisaris atau Badan Pengawas yang sudah habis masa jabatannya dapat diangkat kembali untuk jabatan yang sama sesuai tata cara yang berlaku.
Pasal 18
(1) Dewan Komisaris atau Badan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 mempunyai tugas :
a. Mengawasi pelaksanaan tugas dan kegiatan Direksi;
b. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan Direksi;
c. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap program kerja yang diajukan Direksi;
e. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap rencana pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain;
f. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap laporan keuangan PD. Wawo.
g. Mempelajari rencana kerja perusahaan 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir.
h. Mempelajari rencana kerja perusahaan pada akhir tahun buku dan menyarankan saran tindak lanjut.
i. Mempelajari dan menilai hasil pekerjaan dan pertanggungjawaban direksi, untuk disampaikan kepada Bupati 6 (enam) bulan sebelum masa jabatan direksi berakhir.
(2) Dewan Komisaris atau Badan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 mempunyai wewenang :
a. Memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan program kerja yang telah disetujui;
b. Memeriksa Direksi yang diduga merugikan PD. Wawo.
(3) Dalam melaksakan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Dewan Komisaris atau Badan Pengawas berkewajiban: a. Menyelenggarakan pertemuan atau rapat secara berkala 6 (enam) bulan sekali
atau sewaktuwaktu diperlukan untuk membahas dan menilai pelaksanaan tugas direksi.
b.Menyelenggarakan koordinasi, baik dalam lingkungan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas sendiri maupun dalam hubungan dengan Direksi.
BAB VII
KEPEGAWAIAN
Bagian Kesatu
Pengadaan dan Pemberhentian
Pasal 19
1. Presiden Direktur berwenang, mengangkat, menaikan pangkat, menetapkan Gaji berkala, menjatuhkan hukuman jabatan kepada pegawai dan memberhentikan pegawai dengan persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
2. Pengangkatan pegawai sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dilakukan hanya untuk mengisi formasi yang telah ditetapkan.
Pasal 20
Setiap warga Indonesia yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan Bupati ini mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar dan diangkat menjadi pegawai baru dalam PD. Wawo.
Pasal 21
Syarat –syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 adalah : a. Warga Negara Indonesia;
c. Tidak pernah dihukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan;
d. Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai Negeri;
e. Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai Negeri; f. Mempunyai pendidikan, kecakapan atau keahlian yang diperlukan; g. Surat Keterangan berkelakuan Baik dari Kepolisian;
h. Berbadan sehat yang dinyatakan oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
Pasal 22
(1) Pengadaan Pegawai diumumkan seluasluasnya oleh Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Dalam pengumuman sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ), dicantumkan hal hal sebagai berikut :
a. Jumlah dan jenis lowongan;
b. Syarat–syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar; c. Alamat tempat lamaran diajukan;
d. Batas waktu pengajuan Surat Lamaran.
Pasal 23
(1) Setiap pelamar harus mengajukan Surat Lamaran yang ditulis dengan tulisan tangan sendiri kepada direksi dengan melampirkan :
a. Daftar Riwayat Hidup
b. Salinan ijazah atau surat Tanda Tamat Belajar yang telah dilegalisir sesuai jumlah yang diperlukan;
c. Surat keterangan Berkelakuan Baik dari Kepolisian; d. Surat keterangan Kesehatan dari dokter yang ditunjuk;
e. Surat pernyataan pelamar, bahwa dia tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatannya;
f. Surat pernyataan tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai atau calon pegawai sesuatu instansi, baik instansi pemerintahan maupun instansi Swasta;
g. Surat pernyataan tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri dan Calon Pegawai Negeri;
h. Pas foto menurut ukuran dan jumlah yang dibutuhkan;
i. Salinan sah keputusan atau keterangan tentang pengalaman kerja bagi pelamar yang telah mempunyai pengalaman kerja;
j. Surat keterangan lain yang diminta dalam pengumuman.
Pasal 24
(1) Pelamar yang surat lamaranya memenuhi syarat dipanggil untuk mengikuti ujian.
(2) Ujian diselenggarakan suatu panitia yang dibentuk oleh Presiden Direktur. (3) Ujian meliputi :
c. Kepribadian apabila dipandang perlu.
(4) Pelamar yang diterima, diangkat oleh Presiden Direktur menjadi Calon Pegawai PD. Wawo dan dipekerjakan serta digaji menurut peraturan yang berlaku.
Pasal 25
(1) Bagi mereka yang telah menjadi Calon Pegawai PD. Wawo, sekurang kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun dapat diangkat menjadi Pegawai penuh dalam pangkat tertentu, jika dipenuhi syarat – syarat :
a.Telah menunjukan sikap dan budipekerti yang baik. b.Telah menunjukan kecakapan dalam menjalankan tugas.
c. Telah memenui syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat menjadi pegawai.
(2) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, dinyatakan secara tertulis oleh atasan dengan membuat penilain pelaksaan pekerjaan,
(3) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dinyatakan dalam surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Dokter Pemerintah yang ditunjukan oleh Presiden Direktur.
(4) Bagi setiap Calon Pegawai PD. Wawo yang telah diangkat sebagai pegawai penuh,harus dilakukan sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaan masingmasing.
(5) Isi sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berbunyi sebagai berikut :
Demi Allah saya bersumpah (untuk Non Islam menyesuaikan).
Bahwa saya untuk diangkat menjadi pegawai Perusahaan Daerah akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah, bahwa saya akan mentaati segala peraturan perundangundangan yang berlaku dan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
Bahwa saya akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah,
Perusahaan Daerah dan martabat pegawai Perusahaan Daerah serta akan
senantiasa mengutamakan kepentingan Perusahaan Daerah dari pada kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan.
Bahwa saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan.
Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemagat untuk kepentingan Perusahaan Daerah.
Pasal 26
Bagi mereka yang telah menjadi Calon Pegawai PD. Wawo tetapi tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam pasal 25 ayat (1) diberhentikan tanpa menberi ganti kerugian dalam bentuk apapun.
Pasal 27
Dalam rangka kepentingan pekerjaan PD. Wawo, Presiden Direktur dapat mengangkat pegawai kontrak yang jumlahnya diatur dalam keputusan Presiden Direktur.
Bagian Kedua
Pasal 28
(1) Setiap pegawai diangkat dalam pangkat tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku.
(2) Nama dan susunan pangkat serta golongan/ruang pegawai PD. Wawo adalah sebagai berikut :
a. Pegawai Dasar Muda : Golongan A Ruang 1; b. Pegawai Dasar Muda I: Golongan A Ruang 2; c. Pegawai Dasar : Golongan A Ruang 3; d. Pegawai Dasar I : Golongan A Ruang 4; e. Pelaksana Muda : Golongan B Ruang 1; f. Pelaksana Muda I : Golongan B Ruang 2; g. Pelaksana : Golongan B Ruang 3; h. Pelaksana I : Golongan B Ruang 4; i. Staf Muda : Golongan C Ruang 1; j. Staf Muda I : Golongan C Ruang 2; k. Staf : Golongan C Ruang 3; l. Staf I : Golongan C Ruang 4; m. Staf Madya : Golongan D Ruang 1; n. Staf Madya I : Golongan D Ruang 2; o. Staf Madya Utama : Golongan D Ruang 3; p. Staf Utama : Golongan D Ruang 4.
Pasal 29
Golongan/Ruang sebagaiman dimaksud dalam pasal 27 ayat (2) ditentukan untuk pengangkatan pertama adalah sebagai berikut :
a. Golongan/Ruang A/1 yang menggunakan Ijazah/STTB SD; b. Golongan/Ruang A/2, yang menggunakan Ijazah/STTB SLTP;
c. Golongan/Ruang B/1, yang menggunakan Ijazah/STTB SLTA/SMK;
d. Golongan/Ruang B/2, yang menggunakan ijazah Sarjana Muda/Diploma III; e. Golongan/Ruang C/1, yang menggunakan Ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV; f. Golongan/Ruang C/2, yang menggunakan Ijazah Magister (S2);
g. Golongan/Ruang C/3, yang menggunakan Ijazah Doktoral (S3). Bagian Ketiga
Kenaikan Pangkat
Pasal 30
(1) Periode kenaikan pangkat pegawai PD. Wawo ditetapkan tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian;
(2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Kenaikan pangkat regular;
b. Kenaikan pangkat pilihan; c. Kenaikan pangkat penyesuaian; d. Kenaikan pangkat istimewa;
f. Kenaikan pangkat anumerta.
(3) Kenaikan pangkat sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat diberikan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
Pasal 31
(1) Kenaikan pangkat regular sebagaimana dimaksud pasal 30 ayat (2) huruf a diberikan kepada pegawai yang memenuhi syaratsyarat yang di tentukan tanpa memperhatikan jabatan.
(2) Kenaikan Pangkat regular sebagaimana dimaksud pasal 30 ayat (2), diberikan sampai dengan :
a. Golongan/Ruang B/1, bagi yang menggunakan Ijazah/STTB Sekolah Dasar;
b. Golongan/Ruang B/2, bagi yang menggunakan ijazah/STTB SLTP;
c. Golongan/Ruang C/1, bagi yang menggunakan Ijazah/STTB SLTA/SMK;
d. Golongan/Ruang C/2, bagi yang menggunakan Ijazah Sarjana Muda/Diploma III;
e. Golongan/Ruang D/1, bagi yang menggunakan Ijazah Sarjana (S 1)/Diploma IV;
f. Golongan/Ruang D/2, bagi yang menggunakan Ijazah Magister (S2);
g. Golongan/Ruang D/3, bagi yang menggunakan Ijazah Doktoral (S3). (3) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
setingkat lebih tinggi apabila :
a.Paling sedikit telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir.
b.Setiap unsur Penilaian Prestasi Kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
c. Telah 5 (lima) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian kerja paling sedikit bernilai cukup dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Pasal 32
(1) Kenaikan pangkat pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) huruf b, diberikan kepada pegawai yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa bagi PD. Wawo.
(2) Pegawai yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa dapat diberikan kenaikan pangkat pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, apabila : a. Menunjukkan prestasi kerja yang meyakinkan secara terusmenerus
selama 2 (dua) tahun terakhir;
b. Telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
c. Hasil penilaian kerja setiap unsur amat baik selama 2 (dua) tahun terakhir;
d. Masih dalam batas jenjang kepangkatan yang ditentukan untuk pegawai yang bersangkutan.
(3) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terikat pada jabatan.
(4) Pedoman dan tata cara kenaikan pangkat pilihan ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur setelah mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
Pasal 33
a. Paling sedikit telah 1 (satu) tahun memangku jabatan dan telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir dengan hasil penilaian kerja setiap unsur bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
b. Paling sedikit telah 1 (satu) tahun memangku jabatan dan telah 3 (tiga) tahun dalam pangkat terakhir dengan hasil penilaian kerja setiap unsur bernilai ratarata baik dalam 2 (dua) tahun terakhir tanpa nilai kurang. (2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling
banyak 3 (tiga) kali selama menjadi pegawai PD. Wawo. Pasal 34
(1) Pegawai yang memiliki Ijazah/STTB SLTA/SMK menduduki pangkat Pelaksana Muda Golongan/Ruang B/1 diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi menjadi Pelaksana Muda I Golongan/Ruang B/2; (2) Pegawai yang memiliki Ijazah Sarjana Muda/Diploma III yang menduduki
pangkat Pelaksana Muda I Golongan/Ruang B/2 diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi menjadi Pelaksana dengan Golongan/Ruang B/3;
(3) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan apabila pegawai yang bersangkutan masingmasing :
a.telah 2 (dua) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
b.telah 3 (tiga) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan unsur penilaian kerja ratarata bernilai baik dengan ketentuan tidak ada unsur penilaian kerja yang bernilai kurang.
Pasal 35
Kenaikan pangkat istimewa diberikan kepada pegawai yang menemukan sistim atau teknologi baru yang bermanfaat bagi kemajuan PD. Wawo.
Pasal 36
Pegawai yang menemukan sistim atau teknologi baru, dapat diberikan kenaikan pangkat yang setingkat lebih tinggi apabila :
a. Menunjukkan prestasi kerja yang meyakinkan secara terusmenerus selama 2 (dua) tahun terakhir;
b. Telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
c. Hasil penilaian kerja setiap unsure amat baik selama 2 (dua) tahun terakhir; d. Masih dalam batas jenjang kepangkatan yang ditentukan untuk pegawai
yang bersangkutan.
Pasal 37
Pegawai yang memasuki masa pensiun dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi dengan ketentuan paling sedikit 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir.
Pasal 38
(1) Pegawai yang dinyatakan meninggal saat menjalankan tugas atau tewas diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi;
Bagian Keempat
Penilaian Pelaksanan Pekerjaan
Pasal 39
(1) Terhadap setiap pegawai dilakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan sekali setahun oleh Pejabat Penilai.
(2) Hasil penilaian pelaksanan pekerjaan dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan.
(3) Unsurunsur yang dinilai dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:
a.Kesetiaan; b.Prestasi kerja; c. Tanggung Jawab; d.Ketaatan;
e. Kejujuran; f. Kerjasama; g. Prakasa; dan h.Kepemimpinan.
(4) Kesetiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a adalah kesetiaan, ketaatan dan pengabdian Kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara dan Pancasila;
(5) Prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;
(6) Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaikbaiknya;
(7) Ketaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d adalah kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala peraturan perundangundangan dan peraturan kedinasan yang berlaku dan mentaati peraturan kedinasan; (8) Kejujuran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e adalah ketulusan
hati seorang pegawai, dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya;
(9) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f adalah kemampuan seorang pegawai untuk bekerasama dengan orang lain dalam menyalesaikan suatu tugas yang ditentukan;
(10) Prakasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g adalah kemampuan seorang pegawai untuk mengambil keputusan, langkahlangkah atau melaksakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah atasan;
(11) Kepemimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf h adalah kemampuan seorang pegawai untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
(12) Unsur kepemimpinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf h hanya dinilai bagi Pegawai yang berpangkat Pelaksana Muda Golongan B/I keatas yang memangku suatu jabatan.
Pasal 40
(1) Nilai Pelaksanaan Pekerjaan dengan sebutan dan angka sebagai berikut : a.Amat Baik = 91 100
b.Baik = 76 90
d.Sedang = 51 60 e. Kurang = 50
(2) Daftar Penilaiaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (2) adalah bersifat rahasia.
Pasal 41
(1) Pejabat Penilaian adalah atasan langsung pegawai yang dinilai.
(2) Pejabat penilai wajib melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan terhadap pegawai yang berada dalam lingkungannya.
(3) Penilaian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dilakukan tiaptiap akhir tahun.
Pasal 42
(1) Pejabat penilai menyampaikan daftar penilai pelaksanaan pekerjaan kepada atasan pejabat penilai dengan ketentuan sebagai berikut :
a.Apabila tidak ada keberatan dari pegawai yang dinilai, daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut tanpa catatan.
b.Apabila ada keberatan dari pegawai yang dinilai, daftar penilaiaan pelaksanaan pekerjaan tersebut disampaikan dengan catatan tanggapan pejabat penilai atas keberatan yang diajukan.
(2) Atasan pejabat penilai memeriksa dengan seksama daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan yang disampaikan kepadanya.
(3) Apabila terdapat alasanalasan yang cukup, atasan pejabat penilai dapat mengadakan perubahan nilai yang tercantum dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini.
(4) Daftar penilaian Pelaksanaan Pekerjaan baru berlaku sesudah ada pengesahan dari atasan pejabat penilai.
Bagian Kelima Daftar Urut kepangkatan
Pasal 43
(1) Daftar Urut Kepangkatan dibuat sekali setiap akhir tahun.
(2) Daftar Urut Kepangkatan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan obyektif dalam melaksanakan pembinaan karier pegawai. (3) Apabila ada lowongan jabatan, pegawai yang menduduki Daftar Urut
Kepangkatan yang lebih tinggi, wajib dipertimbangkan lebih dahulu.
(4) Urutan yang digunakan untuk menempatkan nomor urut Daftar Urut Kepangkatan secara berturutturut adalah :
a.Pangkat; b.Jabatan; c. Masa kerja; d.Pendidikan; e. Pelatihan; f. U s i a.
Pasal 44
Daftar Urut Kepangkatan adalah bersifat terbuka dan diumumkan oleh Presiden Direktur dan menurut tata cara yang ditentukan.
Pasal 45
(1) Pegawai yang merasa nomor urutnya dalam Daftar Urut Kepangkatan tidak tepat, dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada direksi atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Dalam surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus diajukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pengumuman Daftar Urut Kepangkatan.
BAB VIII
TUNJANGAN DAN FASILITAS
Bagian Kesatu Standar Penghasilan
Pasal 46
Jumlah Kumulatif uang jasa Dewan Komisaris atau Badan Pengawas, gaji Direksi, serta gaji seluruh pegawai minimal 10% (sepuluh per seratus) dan maksimal 30% (tiga puluh per seratus) dari seluruh realisasi Anggaran PD. Wawo berdasarkan tahun yang berlaku.
Pasal 47
Gaji terendah dan tertinggi pegawai ditetapkan berdasarkan kemampuan keuangan PD. Wawo dengan keputusan Presiden Direktur yang disetujui Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
Bagian Kedua HakHak Direksi
Pasal 48
Direksi berhak mendapatkan gaji, jasa produksi, tunjangan kesehatan, perumahan dinas dan tunjangantunjangan lain yang berlaku bagi pegawai PD. Wawo.
Pasal 49
(1) Presiden Direktur menerima gaji yang wajar sesuai dengan kemampuan PD. Wawo dengan ketentuan, maksimal 2½ (dua setengah) gaji pegawai yang tertinggi dalam PD. Wawo.
(2) Direktur menerima 90% (sembilan puluh perseratus) dari gaji Presiden Direktur.
(1) Anggota Direksi berhak atas pesangon yang pengaturannya ditetapkan oleh Bupati dengan perbedaan sebagai berikut :
a.Bila diberhentikan dengan hormat karena masa jabatan pertama berakhir, mendapat pesangon 30% (tiga puluh per seratus ) dari gaji bersih tahun terakhir;
b.Bila diberhentikan dengan hormat karena masa jabatan kedua berakhir, mendapat pesangon 50% (lima puluh per seratus) dari gaji bersih tahun terakhir;
c. Bila diberhentikan dengan hormat karena masa jabatan ketiga berakhir, mendapat pesangon 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari gaji bersih tahun terakhir;
d.Bila anggota Direksi diberhentikan dengan hormat sebelum berakhir masa jabatan kedua atau ketiga dan seterusnya, mendapat pesangon berdasarkan perhitungan atas dasar masa jabatan sebelumnya.
(2) Anggota Direksi tidak berhak atas pesangon apabila diberhentikan tidak dengan hormat dan tidak atas permintaan sendiri.
(3) Bagi Direksi yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil berhak menerima pesangon sebagaimana tercantum pada ayat (1) pasal ini, atau memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil kembali dengan diberi pangkat sama dengan pangkat tertinggi dalam PD. Wawo.
Pasal 51
(1) Direksi memperoleh hak cuti sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi pegawai.
(2) Pejabat yang berwenang memberi cuti pada Direksi adalah Bupati. Bagian Ketiga
HakHak Dewan Komasaris atau Badan Pengawas
Pasal 52
(1) Komisaris Utama atau Ketua Badan Pengawas dan Anggota dapat diberikan uang jasa yang diatur oleh Bupati yang dibebankan kepada Anggaran PD. Wawo.
(2) Besarnya uang jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Setinggitingginya 40 % (empat puluh persen) dari gaji Presiden Direktur untuk Komisaris Utama atau Ketua Dewan Pengawas;
b. Setinggitingginya 35 % (tiga puluh lima persen) dari gaji Presiden Direktur untuk Anggota;
Bagian Keempat Penghasilan Pegawai
Paragraf 1 Gaji Pokok
Pasal 53
(1) Kepada pegawai yang diangkat dalam suatu pangkat, diberikan gaji pokok menurut golongan atau uang gaji yang telah ditentukan untuk pangkat itu. (2) Format Daftar Gaji tercantum dalam lampiran 3 yang merupakan bagian
Pasal 54
Kepada seorang yang diangkat menjadi Calon Pegawai diberikan gaji pokok sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari gaji pokok sebagaimana diatur pasal 53.
Pasal 55
Penetapan gaji pokok pegawai yang diangkat pada suatu pangkat yang termasuk dalam golongan/ruang gaji baru yang lebih tinggi daripada golongan/ruang gaji menurut pangkat lama diberikan gaji pokok dan masa kerja golongan dalam golongan/ruang gaji baru yang segaris dengan gaji pokok dan masa kerja dalam pangkat lama.
Pasal 56
Penetapan gaji pokok pegawai dalam suatu pangkat termasuk golongan/ruang gaji baru yang lebih rendah dari golongan/ruang gaji menurut pangkat lama diberikan gaji pokok dan masa kerja golongan atau dalam golongan/ruang gaji baru yang akan diperolehnya jika yang bersangkutan terus menjabat pangkat baru itu.
Pasal 57
(1) Pegawai diberikan kenaikan gaji berkala setiap 2 (dua) tahun.
(2) Kepala pegawai diberikan kenaikan gaji berkal apabila telah dipenuhi syarat syarat :
a. Menurut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan bagi yang bersangkutan telah menunjukan kemampuan kerja, kejujuran, kepatuhan kerja dan kepemimpinan dengan kategori baik;
b. Telah mendapat masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala.
(3) Apabila yang bersangkutan belum memenuhi syarat tersebut ayat (1) huruf a pasal ini, maka kenaikan gaji berkalanya ditunda paling lama untuk 1 (satu) tahun, dan apabila sehabis waktu penundaan tersebut yang bersangkutan belum juga memenuhi syaratsyarat maka kenaikan gaji berkalanya ditunda lagi tiap tiap kali paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 58
Kepada Pegawai yang menurut Daftar Penilaian Pelaksana Pekerjaan menunjukan kemampuan kerja, kejujuran, kepatuhan dan prakarsa yang baik, sehingga patut dijadikan Pegawai teladan, dapat diberikan kenaikan gaji istimewa dengan memajukan saat kenaikan gaji yang akan datang dan saat kenaikan gaji berkala selanjutnya dalam pangkat yang dijabatkan pada saat pemberian penghargaan itu.
Paragraf 2
TunjanganTunjangan
Pasal 59
a. Tunjangan istri/suami; b. Tunjangan anak;
c. Tunjangan perumahan/pengganti sewa rumah; d. Tunjangan sandang pangan;
e. Tunjangan jabatan; f. Tunjangan hari tua;
g. Tunjangantunjangan lain yang telah ditetapkan oleh Presiden Direktur setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
(2) Besarnya tunjangantunjangan sebagai berikut :
a. Tunjangan istri/suami sebesar 10 % (sepuluh persen) dari gaji pokok; b. Tunjangan anak sebesar 5% (lima persen) dari gaji pokok paling banyak
untuk 2 (dua) orang anak yang berumur kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, belum mempunyai penghasilan dan belum menikah atau sampai dengan umur 25 (dua puluh lima) tahun untuk anak yang masih kuliah dibuktikan dengan surat keterangan dari lembaga pendidikan yang bersangkutan;
c. Tunjangan perumahan/pengganti sewa rumah diberikan untuk Direksi yang belum memiliki rumah milik sendiri;
d. Tunjangan sandang pangan sebesar 3% (tiga persen) dari gaji pokok; e. Tunjangan jabatan diberikan paling banyak 1 (satu) kali dari gaji pokok; f. Tunjangan hari tua diberikan kepada pensiunan PD. Wawo yang
besarnya paling rendah 45% (empat puluh lima persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok sesuai masa kerja dan dibayarkan setiap bulan;
g. Tunjangantunjangan lain yang telah ditetapkan oleh Presiden Direktur setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
(3) Pelaksana pembayaran atau pemberian atas tunjangantunjangan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, disesuaikan dengan kemampuan PD. Wawo dan ditetapkan dengan keputusan Presiden Direktur.
Paragraf 3
Jaminan dan Asuransi
Pasal 60
Direksi dan pegawai wajib didaftarkan sebagai peserta jaminan sosial dan asuransi kesehatan yang dananya diambil dari gaji yang diterima setiap bulan.
Paragraf 4
Fasilitas Direksi dan Pegawai
Pasal 61 (1) Direksi dan pegawai mendapat fasilitas :
a. Perawatan kesehatan yang layak termasuk istri dan anak sesuai dengan keputusan yang ditetapkan Presiden Direktur dengan persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahu Bupati;
b. Perawatan kesehatan sebagaimana dimaksud huruf a, tidak dapat diberikan apabila suami/istri telah mendapat tanggungan pada salah satu instansi pemerintah atau BUMN/BUMD lainnya;
d. Kendaraan dinas roda 2 (dua) dan roda 4 (empat) sesuai dengan kemampuan PD. Wawo;
e. Dana penunjang operasional untuk Presiden Direktur setiap bulannya sebesar paling banyak 1 (satu) kali gaji pokok.
(2) Pedoman dan tata cara pemberian fasilitas Direksi dan pegawai sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Presiden Direktur setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
Bagian Kelima Masa Kerja
Pasal 62
(1) Masa kerja pegawai termasuk masa sebelum menjadi pegawai dapat diperhitungkan dengan keputusan Direksi.
(2) Direksi dapat memberikan masa kerja tambahan bagi pegawai yang berhasil meningkatkan pendidikannya berdasarkan keputusan Direksi.
Pasal 63
Dalam rangka pengangkatan pegawai honorer, direksi mengatur ketentuan honorernya dalam keputusan Presiden Direktur setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
Bagian Keenam Pensiun
Pasal 64
(1) Pegawai yang telah mencapai masa kerja 30 (tiga puluh) tahun dan telah mencapai usia lebih dari 50 (lima puluh) tahun dapat mengajukan permohonan pensiun muda.
(2) Pedoman dan tata cara pengajuan pensiun muda ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur atas persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
Pasal 65
(1) Pegawai yang telah memasuki usia pensiun dan diberikan hak pensiun. (2) Pegawai yang meninggal dunia sebelum masa pensiun diberikan hak
pensiun.
(3) Hakhak pensiun yang diberikan ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur atas persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
Bagian Ketujuh C u t i
Pasal 66 Cuti terdiri dari :
a. Cuti tahunan diberikan selama 12 (dua belas) hari kerja;
d. Cuti sakit dapat diberikan setelah dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dokter;
e. Cuti bersalin diberikan selama 1 (satu) bulan sebelum melahirkan dan 2 (dua) bulan setelah melahirkan untuk anak pertama dan kedua;
f. Cuti karena alasan penting;
g. Cuti diluar tanggungan PD. Wawo.
Pasal 67
(1) Setiap Direksi dan pegawai diberikan hak cuti.
(2) Direksi dan pegawai yang melaksanakan cuti sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan penghasilan penuh, kecuali cuti diluar tanggungan PD. Wawo. (3) Pejabat yang berwenang memberikan cuti adalah Presiden Direktur atau
pejabat yang ditunjuk.
Pasal 68
(1) Pegawai yang telah bekerja sekurangkurangnya 1 (satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan
(2) Cuti tahunan tidak dapat dipecahpecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 (tiga) hari kerja.
(3) Untuk mendapat cuti tahunan pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 69
(1) Cuti yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
(2) Cuti tahunan yang tidak diambil lebih dari 2 (dua) tahun berturutturut dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
Pasal 70
(1) Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila kepentingan perusahaan mendesak.
(2) Cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana yang dimaksyd dalam ayat (1) pasal ini, dapat diambil dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
Pasal 71
(1) Pegawai yang telah bekerja sekurangkurangnya 6 (enam) tahun secara berturutturut berhak atas cuti besar yang lamanya 3 (tiga) bulan.
(2) Pegawai yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
(3) Untuk mendapat cuti besar, pegawai yang bersangkutan mengajukan permintaan tertulis kepada Direksi atau pejabat yang ditunjuk.
(5) Selama menjalankan cuti besar, pegawai yang bersangkutan menerima penghasilan penuh.
Pasal 72
Setiap pegawai yang menderita sakit berhak atas cuti sakit, setelah mempertimbangkan hasil pemeriksaan dokter.
Pasal 73
(1) Pegawai yang sakit lebih dari 7 (tujuh) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari atas cuti sakit dengan ketentuan bahwa pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permintaan tertulis kepada Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk dangan melampirkan Surat Keterangan Dokter.
(2) Penderita yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permintaan tertulis kepada Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Cuti sakit yang dimaksud ayat (2) pasal ini untuk paling lama 1 (satu) tahun.
(4) Pegawai yang tidak sembuh dari sakit dalam jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3), harus diuji kembali kesehatannya oleh Dokter yang ditunjuk oleh PD. Wawo.
(5) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (4), pegawai yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya, maka pegawai diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai PD. Wawo dengan tetap mendapatkan hak sesuai peraturan yang berlaku..
Pasal 74
(1) Pegawai wanita yang mengalami keguguran berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1 ½ (satu setengah) bulan
(2) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini yang bersangkutan mengajukan permintaan cuti secara tertulis kepada Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.
Pasal 75
Pegawai yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas kewajibannya sehingga perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sakit sampai pegawai bersangkutan sembuh dari penyakitnya.
Pasal 76
(1) Untuk persalinan anak yang pertama dan kedua pegawai berhak atas cuti bersalin.
(2) Waktu persalinan anak yang ketiga dan seterusnya, pegawai diberikan cuti diluar tanggungan PD. Wawo.
Pasal 77
(2) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh Presiden Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 78
(1) Cuti karena alasan penting adalah cuti karena :
a.Ibu, bapak, istri atau suami, anak, adik, kakak, mertua atau menantu sakit keras atau meninggal dunia.
b.Menunaikan ibadah haji.
c. Alasan penting lainnya yang ditetapkan oleh Presiden Direktur.
(2) Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh direksi atau pejabat yang ditunjuk, cuti karena alasan penting paling lama 2 (dua) bulan.
Bagian Kedelapan Bantuan dan Penghargaan
Pasal 79
Pegawai PD. Wawo mendapat santunan untuk kematian, kecelakaan dan bantuan bencana alam yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan PD. Wawo dan ditetapkan dengan kemampuan perusahaan dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur.
Pasal 80
(1) Direksi memberikan jasa pengabdian/penghargaan kepada pegawai yang telah mempunyai masa kerja secara berturutturut selama 10 (sepuluh) tahun, 20 (dua puluh) tahun, 30 (tiga puluh) tahun dan 35 (tiga puluh lima) tahun.
(2) Pemberian jasa pengabdian/penghargaan dan tanda jasa kepada pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden Direktur setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Badan Pengawas mengetahui Bupati.
BAB IX
DISIPLIN PEGAWAI
Bagian Kesatu Kewajiban dan Larangan
Pasal 81 Setiap Direksi dan pegawai wajib :
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara dan Pancasila;
b. Mengutamakan kepentingan Negara, Pemerintah dan PD. Wawo diatas kepentingan golongan atau diri sendiri;
c. Menjunjung tinggi kehormatan atau martabat PD. Wawo;
d. Menyimpan rahasia PD. Wawo atau rahasia jabatan dengan sebaikbaiknya; e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaikbaiknya dan dengan penuh
pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab;
g. Memelihara, meningkatkan keutuhan dan kerjasama dalam lingkungan PD. Wawo;
h. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
i. Menggunakan dan memelihara barangbarang milik PD. Wawo sebaik baiknya;
j. Memberikan pelayanan dengan sebaikbaiknya kepada masyarakat menurut bidangnya masingmasing;
k. Bertindak dan bersikap tegas tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahanya;
l. Membina bawahanya dalam menjalankan tugas;
m. Menjadi dan memberi contoh serta teladan yang baik terhadap bawahanya; n. Mendorong bawahanya untuk meningkatkan prestasi kerja.
Pasal 82 Setiap Direksi dan Pegawai dilarang :
a. Menyalahgunakan wewenangnya;
b. Melakukan tindakan yang dikategorikan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; c. Melakukan kegiatankegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan
peusahaan Daerah dan Negara;
d. Menyalahgunakan barangbarang atau uang atau surat berharga milik PD. Wawo;
e. Memiliki, menjual, membeli, mengadaikan, menyewa atau meminjamkan barangbarang berharga milik PD. Wawo secara tidak sah;
f. Melakukan kejahatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung maupun secara tidak langsung merugikan PD. Wawo;
g. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian dari siapapun juga diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan pegawai yang bersangkutan; h. Bertindak sewenangwenang terhadap bawahannya;
i. Melakukan perbuatan tercela yang dapat mencemarkan nama baik PD. Wawo atau Negara;
j. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
k. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari PD. Wawo;
l. Memiliki saham atau modal dalam PD. Wawo;
m. Melakukan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.
Bagian Kedua Hukuman Disiplin
Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 81 dan pasal 82 adalah pelanggaran disiplin.
Pasal 84
Dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundangundangan pidana, pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhkan hukuman pelanggaran disiplin oleh Direksi.
Pasal 85 Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
a. Hukuman disiplin ringan; b. Hukuman disiplin sedang; c. Hukuman disiplin berat.
Pasal 86 Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari : a. Tegur lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis. Pasal 87 Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :
a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lambat 1 (satu) tahun.
b. Penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun.
c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun. Pasal 88
Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :
a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun.
b. Pembebasan dari jabatan.
c. Memberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai.
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai. Bagian Ketiga
Pemberhentian Sementara
Pasal 89
(1) Untuk kepentingan pengadilan, seseorang pegawai yang diduga telah melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran jabatan dan berhubungan dengan itu oleh pihak yang wajib dikenakan tahanan sementara, mulai saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara.
berakibat hilangnya penghargaan dan kepercayaan atas diri pegawai yang bersangkutan, atas hilangnya martabat serta wibawa pegawai itu.
Pasal 90
(1) Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 89 ayat (1) adalah :
a. Jika belum terdapat petunjukpetunjuk yang jelas tentang dilakukannya pelanggaran yang dikenakan atas dirinya mulai bulan berikutnya ia diberhentikan sementara, diberikan gaji 75% (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok yang diterima terakhir.
b. Apabila terdapat petunjukpetunjuk yang meyakinkan bahwa ia telah melakukan pelanggaran yang didakwa atas dirinya mulai bulan berikutnya ia diberhentikan sementara, diberikan gaji sebesar 50% (lima puluh persen) dari gaji pokok yang diterima terakhir.
(2) Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 89 ayat (2), mulai bulan berikutnya diberkan gaji sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok yang diterimanya terakhir.
Pasal 91
Untuk menghindari kerugian bagi keuangan PD. Wawo, maka perkara yang menyebabkan seorang pegawai dikenakan pemberhentian sementara harus diperiksa dalam waktu yang sesingkatsingkatnya agar dapat diambil keputusan yang tepat terhadap pegawai yang bersangkutan.
Pasal 92
(1) Apabila sesudah pemeriksaan oleh pihak yang berwajib, pegawai yang dipemberhentikan sementara ternyata tidak bersalah, maka pegawai itu harus diangkat dan dipekerjakan kembali pada jabatannya semula dan berhak menerima gaji penuh serta penghasilanpenghasilan yang berhubungan dengan jabatannya.
(2) Apabila sesudah pemeriksaan dimaksud, pegawai bersangkutan ternyata bersalah, maka :
a. pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 88 ayat (2) dikenakan pemberhentian, sedangkan bagian gaji dan tunjangan yang telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut kembali;
b. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 88 ayat (1) dikenakan tindakan sesuai keputusan Hakim yang mengambil keputusan dalam perkara yang menyangkut diri pegawai yang bersangkutan. Aturan mengenai gaji dan penghasilanpenghasilan lain diperlakukan ketentuan seperti tertera dalam ayat (1) dan ayat (2) huruf a pasal ini.
Pasal 93
Pemberhentian seorang pegawai mulai ditetapkan pada akhir bulan keputusan pengadilan atas perkaranya mendapat kekuatan hukum yang tetap.