BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dengan masa
dewasa. Pada masa ini terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan kognitif dan psikologis. Peristiwa yang
penting semasa remaja adalah pubertas, yaitu perubahan morfologis dan fisiologis
yang pesat dari masa anak-anak ke masa dewasa, termasuk maturasi sistem
reproduksi (IPD UI, 2007).
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”, istilah ini mencakup kematangan social,
emosional, dan fisik (Rahmawati (2006) dalam Pranoto (2009). Istilah yang lebih
langsung kepada remaja yaitu kaum muda adalah mereka yang berumur 15-24 tahun
(Waspodo, 2005). Menurut Lembaga Demografi UI, penelitian tahun 2002-2003
tentang kesehatan reproduksi, jumlah remaja yang berusia 15-24 tahun mencakup
20% penduduk Indonesia (Arma, 2007).
Pada masa remaja, banyak remaja mengalami perubahan baik secara fisik
maupun secara psikologis, sehingga mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah
laku, seperti mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan
jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta, yang kemudian akan
timbul dorongan seksual (Imran (2000) dalam Adnani dan Citra (2009) ).
Saat ini, banyak remaja kurang mendapatkan penerangan mengenai kesehatan
reproduksi. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah.
Hanya 17,1% perempuan dan 10,4% laki-laki mengetahui secara benar tentang masa
subur dan resiko kehamilan (BKKBN, 2008). Sebagai akibat dari kurangnya
informasi mengenai kesehatan reproduksi, resiko terjadinya Kehamilan yang Tidak
Diinginkan (KTD), abortus, dan infeksi menular seksual akan meningkat.
Dilaporkan bahwa 80 % laki-laki dan 70 % perempuan melakukan hubungan
seksual selama masa pubertas dan 20 % dari mereka mempunyai 4 atau lebih
pasangan (Pangkahila, 2007) .
Kehamilan dan persalinan akan membawa resiko morbiditas dan mortalitas
yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia 20 tahun.
Hasil studi Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 2000-2003
menyatakan sekitar 30% dari 37.000 kasus perempuan yang mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan adalah remaja (Adnani dan Citra, 2009). Banyak survey yang
telah dilakukan di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60%
kehamilan pada wanita usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan
(ICOMP (1997) dalam PATH (2000) ).
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan
aborsi. Para ahli memperkirakan bahwa kasus aborsi di Indonesia adalah sekitar 2,4
jiwa per tahun dan sekitar 700 ribu diantaranya dilakukan oleh para remaja (BKKBN,
2001). Salah satu penyumbang kematian ibu adalah penanganan kehamilan yang
tidak diinginkan melalui aborsi yang tidak aman, sehingga sering menimbulkan
kematian.
Di Indonesia, dilihat dari berbagai laporan, menunjukkan bahwa kelompok
umur yang paling banyak menderita Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah kelompok
umur muda. Remaja merupakan kelompok yang berisiko untuk terkena IMS melalui
kontak heteroseksual, 1 dari setiap 20 remaja tertular IMS, dan persentase tertinggi
terjadi pada usia 15-24 tahun (Azhari , 2002).
Jika di satu sisi kecenderungan remaja untuk melakukan berbagai tindakan
yang membahayakan kesehatan mereka sendiri semakin meningkat, namun di sisi
lain ternyata pengetahuan para remaja itu sendiri mengenai aspek kesehatan
reproduksi yang harus mereka miliki sangatlah rendah, sehingga remaja perlu untuk
diberikan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi. Pendidikan reproduksi yang
dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu
bagaimana cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan
membentuk remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan
bertanggung jawab (Imran (2000) dalam Adnani dan Citra (2009) ). Kurangnya
pengetahuan yang didapat para remaja mengenai kesehatan reproduksi ini
menyebabkan peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
SMA Negeri 5 Medan mengenai kesehatan reproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pengetahuan siswa SMA Negeri 5 Medan mengenai
kesehatan reproduksi remaja?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa
SMA Negeri 5 Medan mengenai kesehatan reproduksi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Menentukan media informasi yang paling banyak dipakai siswa untuk memperoleh
pengetahuan.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi kepada remaja khususnya mengenai kesehatan reproduksi
dan masalah-masalah kesehatan reproduksi.
b. Menambah wawasan bagi peneliti dan orang lain mengenai kesehatan reproduksi.