• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PSAP, 2005), hlm Abd Muin Salim. MA, Metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 38

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PSAP, 2005), hlm Abd Muin Salim. MA, Metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 38"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad Saw, sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan dimanapun, sekaligus memiliki berbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut, antara lain susunan bahasanya yang unik lagi mempesonalkan, dan pada saat yang sama mengandung makna-makna yang dapat dipahami oleh siapa pun yang memahami bahasanya, walaupun tentunya tingkat pemahaman mereka akan berbeda-beda akibat berbagai faktor.1

Redaksi ayat-ayat Al-Qur’an, sebagai mana setiap redaksi yang diucapkan atau ditulis, tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti, kecuali oleh pemilik redaksi tersebut. Al-Qur’an itu buku yang sangat sulit dipahami bahasanya, demikian kata J.J.G.Jansen dalam The interpretation of the korn in modern Egyp Al-Qur’an itu sebagai buku yang sulit dipamahami bahasanya (Leiden. E.j. Brill ,1974)

Ibn Kaldun (w.1382), pernah berkata Al-Qur’an di wahyukan dalam bahasa orang Arab, sesuai dengan retorika dan gaya mereka, sehingga mereka semuanya memahaminya.2 Demikian ilustrasi di atas, bahwa Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang menempati posisi sentral dan menjadi inspirator, serta pemandu gerakan-gerakan umat Islam selama lebih dari empat abad.

Adagium ini menujukan bahwa pemahaman terhadap Al-Qur’an melalui penafsiran-penafsirannya akan sangat menentukan bagi maju-mundurnya umat, dari situlah dibutuhkan perangkat metodologi penafsiran yang berfungsi mengarahkan penafsiran.3 Dan menjadi bagian penting dari pembacanya atas apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, asumsi ini lah yang menjadi motivasi bagi munculnya upaya-upaya untuk memahami dan

1

M. Quraysh Shihab, Membumukan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 1995), hlm. 75

2

M. Dawan Rahardjo, Paradigma Al-Qur’an Metodelogi Tafsir & Keritik Sosial, (Jakarta: PSAP, 2005), hlm. 21

3

(2)

menafsirkan Al-Qur’an dikalangan umat Islam selaras dengan kebutuhan, tuntutan dan tantangan zaman.

Adapun realitas yang tak bisa disangkal bahwa upaya-upaya untuk memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan berbagai perspektif dan pendekatan yang dipergunakannya.4 Dari perspektif sejarah perkembangan ilmu pengetahuan berlangsun secara dealektik dan revolusiner.5

Perlu diketahui bahwa Al-Qur’an bagaikan lautan yang kejaibannya tidak pernah habis difahami, terdapat ragammetode untuk menafsirkan, kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat, perhatian para ulama selama ini untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan Al-Qur’an dan menerjemah kan misi-misinya.6

Berbagai upaya menafsirkanAl-Qur’an guna mecari dan menemukan makna-makna yang terkandung didalamnya, telah di lakukan semenjak Rasul lullah Saw, Al-Qur’an sendiri mendorong kearah itu, baik eksplisit maupun implisit. Secara eksplisit Al-Qur’an memerintahkan kita untuk menyimak dan memahami ayat-ayatnya.(QS. An-Nisa, 4: 82)

ﻭ ﹶﻥﺍﺮﹸﻘﻟﹾﺍ ﹶﻥﻭﺮﺑﺪﺘﻳ ﺎﹶﻠﻓﹶﺍ

ﹶﻟﻮ

ﹶﻛ

ﹶﻥﺎ

ِﻣ

ﻦ

ِْﻋ

ِﺪﻨ

ﹶﻏ

ﻴِﺮ

ِﷲﺍ

ﹶﻟ

ﻮ

ﺟ

ﺪ

ﻭ

ِﻓﺍﻴ

ِﻪﹾﺍ

ِﺘﺧ

ﹶﻠﹰﻓﺎ

ﹶﻛ ﺎ

ِﺜﻴﺮ

}

82

{

Artinya:’’Maka apakah mereka tidak menperhatikan Al-Qur’an, kalau

kiranya Al-Qur’an itu bukan berasal dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya.’’ (QS. an-Nisa, 4: 82)

Pertumbuhan dan perkembangan tafsir sudah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw., dimana Muhammad merupakan orang pertama yang diberikan tugas, terutama untuk menjelaskan dan manerangkan terhadap

4

Ahmad Arif Junaidi, Pembaharuan Metode Tafsir Al-Qur’an, (Semarang: Gunun Jati, 2001), hlm. 1

5

Muhammad Yusuf M.A, DKK, Studi Kitab Tafsir Menyuarakan Teks yang Bisu, (Yogyakarta: Teras, 2004 ), hlm. 3

6

Rosihon Anwar M. A.g., Samudra Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka setia , 2001), hlm. 148

(3)

ayat Al-Qur’an, apa bila para sahabat mendapatkan suatu kesulitan di dalam memahami Al-Qur’an, maka mereka dapat secara langsung menanyakannya kepada Nabi Saw.7

Di masa Nabi dan Sahabat mereka menafsirkan Al-Qur’an secara ijmali, tidak memberikan perincian yang memadai, kerena didalam tafsiran mereka pada umumnya jarang menemukan uraian yang deteil. Setelah Nabi wafat, para sahabatlah yang meneruskan penyampaian Islam dan ajarannya, sebagai penerus penafsiran Al-Quran.8

Berdasarkan sejarah yang demikian, maka untuk memahami suatu ayat, mereka tidak begitu membutuhkan uraian yang rinci, tetapi cukup dengan isyarat dan penjelasan global. Dengan demikian itulah perhatian ulama tafsir terhadap kajian metodelogi dalam menafsiran Al-Qur’an masih sangat kurang, mereka lebih cenderung menafsirkan Al-Qur’an tanpa berfikir atau menetapkan terlebih dahulu teori-teori atau kaidah-kaidah yang digunakan untuk sampai pada wacana tersebut; namun bukan berarti mereka tidak mempuyai teori tentang itu, bahkan tidak mustahil pada umumnya mereka menguasai teori secara baik, kerenanya mereka merasa tidak perlu membahasnya sebab akan sia-sia kerena tidak akan dapat perhatian yang berarti.

Berbeda halnya di abad modern ini, dengan perkembangan zaman, ilmu tafsir terus berkembang dengan berbagai metode dan corak tafsir, yang kesemua itu merupakan konsenkuensi logis dari perkembangan ilmu tafsir.9

Dalam perkembangan tafsir Al-Qur’an dari waktu menjadi dukenal kewaktu hingga masa sekarang penafsiran Al-Qur’an, sesuai dengan keahlian dan kecederungan mufassir dan perkembangan zaman yang melingkupinya. Maka pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, melalui

7

Muhammad Nor Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Seribuku dasar ulumul Al-Qur’an , 2001), hlm. 235

8

Abdul Djalal H.A., Ulumul Qur’an, ( Surabaya: Dunia ilmu, 1998), hlm. 25

9

Muhammad Nur ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang: Lubuk raya, 2001), hlm. 246

(4)

penafsirannya, mempuyai peranan yang sangat besar bagi maju mudurnya umat.

Sekaligus, penafsiran-penafsiran itu dapat mencerminkan perkemban gan serta corak pemikiran mereka. Bermacam-macam metodelogi tafsir dan coraknya telah di perkenalkan dan diterapkan oleh pakar-pakar Al-Qur’an M. Quraysh Syihab menyatakan berbagai corak tafsir yang di kenal luas dewasa ini, yakni corak penafsiran ilmiah, fiqih, hukum, tasawuf, corak tafsir sastra budaya dan kemasyarakatan. Dari segi metode Abdul Hayyi al-Farmawi membagi metode penafsiran menjadi empat macam; metode tahlili, ijmali, muqarin dan maudui.10 Dalam kaitan ini, studi Al-Qur’an tidak lepas dari metode, yakni suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah didalam Al-Qur’an.11 Dari sinilah timbul bermacam corak tafsir, ada corak lughawi, falsafi, sufi dan lain sesuai dengan kecenderungan dan latar belakang masing-masing mufassir. Selain kerena ha-hal diatas, keragaman corak tafsir ditunjang pula keadaan Al-Qur’an seperti yang dikatakan oleh Abdullah Darraz dalam al-Naba’al-Azhim “Bagaikan intan yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpacar dari sudut-sudut yang lain dan tidak mustahil jika anda mempersilakan orang lain memangdangnya, maka ia akan melihat lebih banyak dari apa yang anda lihat.” Demikianlah Al-Qur’an diibaratkan seperti intan yang sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda, yang berarti bahwa penafsiran seseorang terhadapnya berbeda dengan penafsiran orang lain.12

Patani sebuah nama tersejarah yang sekarang menjadi nama sebuah propensi di Thailad Selatan yang penduduknya dari suku Melayu bertutur bahasa Melayu sebagai bahasa ibuda agama Islam dan memberikan identitas yang sama dengan orang di Indonesia dan Malaysia yang penduduknya beragama Islam terkecil (menoritas).

10

Muhammad Chhizin, Permata Al-Qur’an, (Yogyakarta: Qitras, 2003 ), hlm. 79-89

12

(5)

Kesejahteraan orang Melayu juga berkembang pesat dengan kedatangan Islam di semenanjung Malayu yaitu Patani, Kelantan, Kedah. daerah ini terletak dipantai timur semenanjung, Patani merupakan pusat kegiatan Islam, telah menujukkan adanya pertalian yang istimewa dengan kerajaan Islam Aceh, pertalian tersebut, ditinjau dari dua aspek petama, dari sudut hubungan sejarah Islam di Patani dengan kerajaan samudra pasai dan yang kedua, dari sudut pengaruh pemikiran Islam ulama-ulama Aceh yang kemudian, seperti ulama-ulama dari abad ke XVII M, terdapat beberapa ulama yang muncul di Patani.13 Penulisan kitab-kitab dalam bahasa Melayu / Jawi yang di lakukan oleh ulama Aceh yaitu; penerjemahan kitab tafsir al-Baidhawi dalam bahasa Melayu / Jawi yang pertama kali di alam Melayu14 Nusantara.

Perkembangan tulis menulis kitab Melayu / jawi yang banyak ditulis di zaman ulama-ulama periode kedua dan ketiga hijriyah, tetapi pada masa itu belum ada yang tercetak. Kalau pun ada, belum begitu banyak kitab-kitab Melayu / jawi yang tercetak seperti sekarang. Setelah terbentuknya’’Banda pentashhih’’ di Mekah tahun 1884 M., yang di ketuai oleh Syaikh Ahmad al-Fatani maka kitab-kitab Melayu / Jawi tersebar diseluruh penjuru negera Melayu dan dikenal oleh masyarakat, secara bersamaan dengan ulama ini, tepatnya diakhir abad kedelapan belas atau permulaan abad ke sembilan belas Masehi. Munculnya ulama-ulama yang berasal dari Patani, Kelantan, Perak, Kedah15 yang seakan–akan satu tali keturunan dan satu pertalian perguruan.16

13

Hasymy, Sejarah Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, (Medan: Ptalma’arif, 1993), hlm. 328

14

Patani sebuah derah di wilayah Thailand Selatan sekarang. Kalau di tinjau dari segi sejarah pengunaan bahasa Melayu ditanah semenanjung Melayu atau dikenal dengan nama segeting kera, sudah mengjakau waktu beribu tahun. Ini terbukti adanya kerajaan Melayu Langkasukat dan Tambralingga pada awal abad yang pertama. Bahasa Melayu berasal dari pada rumpun bahasa Arestrinesia dan proses penyebaran awalnya bermula dari bahasa Melayu

(Sanskrit) di Sumatra. Selanjutnya ketika Kerajaan Sriwijaya menaklukan dan berkuasa atas

kerajaan di tanah Melayu, bahasa Melayu pun makin berkembang. Sejajar dengan itu, pada abad XVI dan XIX M. Bahasa Melayu menjadi bertambah penting, kerena Patani sebagai pusat perkembangan Islam di Nusantara. Kedudukan para ulama sangat berpotensia berperan dalam perkembangan bahasa Melayu dengan melalui hasil karya mereka, sebagai argumen rujukan bagi umat Islam di kawasan Nusantara hingga berbagai Negara. (Tunas 27, Edisi XXII/Aspirasi

Mahasiswa Islam Patani, Bandung, 1998 ), hlm. 12

15

Kedah Darul Aman, nama propensi di negara Malaysia, yang berbatasan dengan wilayah Songhla, Seton, Betung (Thailand selatan), didalam sejarah kesultanan, negeri Kedah

(6)

Demikian yang terdapat didalam khazanah perpustakaan di Indonesia ditemukan berbagai terjemahan dan tafsir Al-Qur’an baik dalam bahasa Indonesia atau Melayu yang lebih dikenal dengan sebutan bahasa Jawi maupun dalam bahasa daerah seperti bahasa Jawa dan Sunda.17 Boleh dikatakan penulisan berbagai ilmu pengetahuan Islam zaman klasik yang menggunakan tulisan Melayu / Jawi di negara Melayu, dari penerjemahan dan penafsiran Al-Qur’an secara lengkap tiga puluh juz adalah termasuk dalam kategori yang paling sedikit yang dilakukan oleh ulama Melayu, terjemahan dan penafsiran Al-Qur’an klasik yang lengkap tiga puluh juz yang kita ketahui hanya ada dua buah saja, terjemahan al-Mustafid atau tafsir Baidhawi Melayu / Jawi oleh Syaikh Abdul Ra’uf bin Ali al-Fansuri pada abad ke XVI-XVII M. Setelah demikian lamanya jarak waktu antara dua ulama besar yang menghasilkan karya tafsir dalam bahasa Melayu seorang ulama Indonesia sebagai orang pertama yang menejemahkan tafsir ke dalam bahasa Melayu.18 Karya-karya tafsir yang diterjemahkan oleh para ulama-ulama

Melayu menejemahkan tafsir, baik dalam bahasa Melayu yang berasal dari Patani (Thailand Selatan), kelantan, Kedah (Malaysia).

1. Di abad ke XIX-XX M., baru muncul seorang ulama Melayu yang berasal dari Patani, yaitu terjemahan kitab Bisyarah al-Amilin karangan Muhammad Zin al-Fatani (1856-1906 M.), dia salah seorang ulama besar setelah Syaikh Daud bin Abdullah Fatani.19

telah ada semasa ke Sultanan Melayu. Negeri Kedah menerima ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang Islam yang datang ke wilayah Nusantara. Orang yang meyebarkan Islam di Kedah nama Syaiekh Abdullah Arif pada abad ke XII M. (Moh. Shagir Abdullah ), hlm. 10 dan (Rohaimi bin Ismail, SPM. Sejarah Malaysia), hlm. 56

16

Muhammad Saghir Abdullah, Perkembangan Ilmu Fiqih dan Tokoh-tokohnya di Asia

Tenggara, (Solo: Ramadhani, 1985 ), hlm. 18

17

Ismail Lubis M A., Falsifikasi Terjemahan Al-Qur’an Depat 1990, (Yogyakarta: Tiara wacana, 2001), hlm. 105

18

Ibid, hlm. 105

19

Mohd. Shaghir Abdullah, Muhammad Sa’id bin Umar al-Qadhi Kedah,. http / Wanesday, March 16. 2005

(7)

2. Seorang ulama yang sangat terkenal di Kelantan, yaitu Che Muhammad Yusuf yang lebih dikenal “ Tok kenali” 20 (1868-1933 M.), dengan kitab tafsir al-Fatwa.22

3. Syaikh Muhammad Idris al-Marbawi yang sagat terkenal dengan karyanya, tejemahan kamus Melayu arab yang masih dapat dijadikan kajian bahasa Melayu Arab dia juga seorang ahli tafsir yang banyak menghasilkan karya tafsir diantaranya kitab tafsir al-Marbawi, tafsir surat Yasin, tafsir Nurul Yaqin dan tafsir Fathul Qadir. 23

4. Kitab tafsir Nur al-Ihsan oleh Muhammad Sa’id bin Umar Kedah, dengan usaha beliau meterjemahkan tafsir Nur al-Ihsan ke dalam bahasa Melayu yang masih dapat dikaji sampai sekarang ini, sebagai kitab rujukkan bagi umat Melayu Patani, kelantan dan sekitarnya, sebuah kitab yang sangat membantu dan memberi kemudahan didalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan artinya. Dia adalah seorang ulama yang meterjemahkan kitab tafsir kedalam bahasa Melayu lengkap 30 juz dalam empat jilid.24 Di dalam tafsir Nur al-Ihsan Muhammad Sa’id bin Umar mengunakan nama lengkap.25

20

Nama Muhammad Yusuf berasal dari negeri Kelantan ( Malaysia) beliau adalah salah satu dari murid Syaikh Daud bin Abdullah al-Fatani, beliau juga seorang ahli tafsir dan guru terkemuka di Melayu, waktu itu banyak menhasilkan kitab tafsir dan lain-lain.( lihat. Tok kenali (Muhammad Yusuf, 1870-1933), http://www. Geocities. Com /traditionallislam/ Tok kenali. 07/10 / 2005

22

Azyumardi Azhara, Jaringan ulama, (Jakarta: Kencana, 2001), hlm. 378

23

Moh Redzuan Otman, Kertas kerja pada saminar ulama sejarah Perak, 9, Juli 1989., ”http;// ms.Wikipedia. org / wiki / Syaikh Idris al-Marbawi, (14, Mac, 2006)

24

Muhammad Sa’id bin Umar, Tafsir Nur al-ihsan, (Bangkok: Muhammad Nahdy, 1391), volome.I , hlm. 1

25

Yang tertulis dalam tafsir Nur al-Ihsan, Muhammad Sa’id bin Umar Al-Qadhi

Baladan,asy-Syafi’i Mazhab, al-Naqsyabandi al-Ahmaditariqatan, al-Qadhi Sya’ya. Sumber lain,

terdapat tulisan pada halaman depan tafsir Nur al-Ihsan adalah al-Fadhil Muhammad Sa’id bin Umar Qadhi Jitra Kedah.

(8)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode dan corak penafsiran Muhammad Sa’id bin Umar dalam tafsir Nur al-Ihsan ?

2. Apakah kekurangan dan kelebihan tafsir Nur al-Ihsan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui metode dan corak penafsiran Muhammad Sa’id bin Umar dalam tafsir Nur al-Ihsan

2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan tafsir Nur al-Ihsan

D. Tinjauan Kepustakaan

Dari berbagai literatur yang telah penulis baca, kajian metodologi sebagai suatu sistem dalam mendekati sebuah kitab atau karya tafsir bukanlah pembahasan yang baru, akan tetapi sudah dibahas dalam beberapa buku dan karya ilmiah lainnya. Adapun tafsir Nur al-Ihsan bahasa Melayu / Jawi belum ada yang membahasnya.

Adapun kitab-kitab dan buku-buku karya ilmiah yang membahas tentang metode dan corak tafsir telah banyak ditemukan di antaranya buku Nashrudin Baidan, yaitu metode penafsiran Al-Qur’an dan metode Penafsiran Al-Qur’an kajian kritis terhadap ayat-ayat yang beredaksi mirip, mebahas tentang metode tafsir dan corak-corak penafsiran kemudian karya, Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Muhammad Chirzin, Permata Al-Qur’an ia menyigun tentang metode dan corak tafsir. Muh Shaghir Abdullah, Perkembangan ilmu Fiqih dan tokoh-tokoh di Asia Tenggara yang membicara kan perkembangan tulisan kitab Melayu / jawi. Muhammad Nur Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Penulis juga menemukan buku tentang metode dan corak tafsir, Wan Moh. Shaghir Abdullah, Muhammad Sa’id bin Umar al-Qadhi Kedah, http / www. con. Wadnesday March 16 2005, sebuah artikel yang sangat memberi sumbangan untuk mengetahui riwayat hidup pengarang tafsir Nur al-Ihsan. Ahmad Arif Junaidi, Pembaharuan metode tafsir Al-Qur’an. Mengigat belum ada orang yang mengkaji metode dan corak

(9)

tafsir Nur al-Ihsan bahasa Melayu. Maka skripsi ini berusaha untuk megukap kan metode dan corak tafsir Nur al-Ihsan sebagai baham penelitian.

. E. Metode Penelitian

Kajian ini merupakan penelitain kepustakaan (Librrary research) yang sasarannya adalah metode dan corak penafsiran Muhammad Sa’id bin Umar dalam tafsir Nur al-Ihsan.

1. Sumber Data

Penelitian ini bersumber dari dua data; primer dan sekunder, sumber pertama tafsir Nur al-Ihsan sementara sumber kedua berupa karya-karya langsung Muhammad Sa’id bin Umar maupun tentang motode dan corak penafsiran al-Qur’an bisa dijadikan sebagai sumber sekunder.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan adata yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu; metode dekumuntasi sebagaimana tersebut diatas bahwa objek permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah metode dan corak penafsiran yang dilakukan oleh kerena itu, penelitian ini bersifat kualitatif berupa penelitian kepustakaan dengan cara mendekumuntasikan data baik data primer sekunder maupun penlengkap, selajutnya penelitian juga menghinpun data berupa artikel dan naskah lain yang berkaitan dengan objek permasalahan yang dikaji sebagai bahan komparasi.

3. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan objek permasalahan yang dikaji. Sebagaimana tersebut di atas, objek penelitian yang dikaji dalam tulisan ini, berupa pemikiran maka objek penelitian tersebut di analisis dengan mengunakan analisis diskriptif yang meliputi dua jenis pendekatan.

a. Pendekatan analisis isi ( Content analysis) yaitu analisis terhadap arti dan kandungan yang ada pada keseluruhan teks karya Muhammad Sa’id bin Umar dalam rangka untuk menguraikan secara lengkap literatur dan

(10)

teliti terhadap suatu obyek penelitian.26 Yaitu metode penyusunan dan penganalisaan data secara sistematis dan obyektif.27 Metode ini juga merupakan jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap obyek yang diteliti, atau cara pengunaan suatu obyek ilmiah tertentu dengan memilah-memilah antara pengertian yang lain untuk memproleh kejelasan.

b.Pendekatan historis-sosiologis pendekatan ini digunakan untuk menganalisis pemikiran Muhammad Sa’id bin Umar dengan melihat seberapa jauh pegaruh tingkat sosial-kultural dalam membentuk cara pandan Muhamad Said bin Umar terhadap realitas yang dihadapinya, cara pandangan kemudian membentuk pola pikir (Mode of thought) Muhammad Sa‘id bin Umar sehingga menpengaruhi kostruksi pemikiranya dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah diatas penulis menyusun kerangka pembahasan yang sistematis agar pembahasannya lebih terarah dan mudah difahami serta yang lebih penting lagi adalah agar tercapai jawaban permasalahan dari apa yang menjadi tujuan penulis.

Bab I, Merupakan pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjuan kepustakaan ,metode penelitian dan sistematika penulis sekripsi.

Bab II, Studi kitab tafsir Melayu / Jawi. Pertama, Pengertian Tafsir Kedua, Metode dan corak tafsir. Ketiga, Sejarah perkembangan tafsir di Melayu.

Bab III, Karakteristik kitab tafsir Nur al- Ihsan. Dalam bab ini ada tiga hal yang akan di bicarakan. Pertama, Riwayat hidup Muhammad Sa’id bin Umar. Kedua, Pendidikan dan karir intelektual Muhammad Sa’id bin Umar. Ketiga, Seketsa tafsir Nur al-Ihsan. Dalam uraian ini, akan merangkum empat

26

Sumadi Suryabrata B.A., Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Pelajar Press , 1997 ), hlm. 19

27

(11)

sub bagian. Pertama, Mengenai latar belakang penulisan. Kedua, Sistematika dan teknik penulisan. Ketiga, Sumber dan contoh tafsir Nur al-Ihsan.

Bab IV, Merupakan analisis metode dan corak tafsir Nur al-Ihsan di sertai dengan contoh penafsiran, kelebihan, kekurangan dan kekhasan tafsir Nur al-Ihsan.

Bab V, Bab terakhir, yaitu penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata-kata penutup.

(12)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan manfaat Penelitian . D. Tinjauan Kepustakaan

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan BAB II : STUDI TAFSIR DI MELAYU

A. Pengertian Tafsir B. Metode Penafsiran C. Corak Penafsiran

D. Sejarah Perkembangan Tafsir di Melayu

BAB III : SEKILAS RIWAYAT HIDUP PENGARAN TAFSIR NUR AL-IHSAN

A. Riwayat hidup B. Karir intelektual C. Seketsa tafsir

1. Latar Belakang Penulisan

2. Sistematika dan Teknik penulisan 3. Sumber penafsiran

4. Contoh Penafsiran

BAB IV : METODE DAN CORAK TAFSIR NUR Al-IHSAN A. Metode Tafsir Nur al-Ihsan

B. Corak Tafsir Nur al-Ihsan C. Kekhasan tafsir Nur al-Ihsan

D. Kekurangan dan kelebihan BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran-saran

(13)

C. Penutup

(14)

Referensi

Dokumen terkait

(2000) menunjukkan bahwa benih tisuk yang dikecambahkan pada subsrat pasir memiliki daya berkecambah paling rendah jika dibandingkan dengan substrat vermikulit,

tubuh semakin jelas terlihat dan jumlahnya pun semakin banyak, duri-duri hampir tidak kelihatan sama sekali. Setelah mencapai bobot maksimal, maka larva menjadi

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hayes, Lorenza dan Bell (2013) sexism masih menjadi faktor utama yang paling kuat atas terjadinya rape culture di masyarakat,

Daljnjim unošenjem glutena u organizam čime dolazi do nastajanja anti-TG2 rezultira u nastajanju specifičnih anti-TG3 antitijela.. Uvođenjem bezglutenske prehrane kod

Hewan uji yang digunakan adalah jenis krustasea liar yang terdapat dalam tambak udang windu, di Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan, berupa krustasea liar

Analisis data perbaikan pembelajaran siklus II pada dasarnya sama dengan analisis data siklus I, perbedaannya terletak pada hasil data yang diperoleh, baik yang

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA.. Universitas Pendidikan Indonesia |