DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
NURUL FATWA
KEPADATAN, KESESAKAN, PRIVASI DAN
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA DI
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepadatan, Kesesakan, Privasi dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Nurul Fatwa
ABSTRAK
NURUL FATWA. Kepadatan, Kesesakan, Privasi dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kepadatan, kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan di Kelurahan Babakan Pasar dan Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dengan melibatkan 126 contoh yang memiliki anak usia 3-5 tahun dipilih secara simple random sampling. Hasil uji korelasi menunjukkanlama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pendapatan perkapita dan jumlah ruang berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Lama menikah dan kesesakan berhubungan signifikan negatif dengan kesejahteraan subjektif. Terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif yaitu lama pendidikan istri, lama tinggal di wilayah tempat tinggal perpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif sedangkan kesesakan berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subjektif.
Kata kunci : kepadatan, kesesakan, kesejahteraan subjektif, privasi
ABSTRACT
NURUL FATWA. Density, Crowded, Privacy and Subjective Well-being of Marginalized Settlement In Bogor. Supervised by EUIS SUNARTI
This research aimed to analyze the density, crowded, privacy and subjective well-being of marginalized settlement. The design of this study was Cross-sectional. This research was conducted in Sub-District Babakan Pasar, Paledang, Center Bogor. A total of 126 participants who have childrent from 3-5 years old were chosen using simple random sampling method. Result showed that wife and husban education length, per capita incomes and number of space, have positive correlation with subjective well-being. Familly size and crowded have negative significant correlation with subjective well-being. There were three factors influenced on subjective well-being these were wife education length and long time stayed at region that has positive influence, crowded has negative influence on subjective well-being.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
NURUL FATWA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
KEPADATAN, KESESAKAN, PRIVASI DAN
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA
Judul Skripsi : Kepadatan, Kesesakan, Privasi dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor
Nama : Nurul Fatwa NIM : I24100120
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Euis Sunarti,MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan syukur juga penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan dari kehidupan yang sempurna.Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Atas bantuanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir Euis Sunarti, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, doa dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 2. Dr. Tin Herawati, S.P, M.Si dan Neti Hernawati, S.P,M.Si selaku dosen
penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Ir. Rentaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan kemudahan bimbingan akademik selama ini serta seluruh dosen IKK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bagi penulis.
4. Kepada Orangtua, Ibunda Sutarni yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya yang tak terhingga. Adik-adik yang luar biasa Yurisa, Ridha Khairiah, Naufal Hidayat dan M. Afkar Fairuz atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
5. Aparat kelurahan, Kader kelurahan Paledang dan Babakan Pasar atas bantuan dan kemudahan yang telah diberikan selama proses pengambilan data.
6. Teman-teman IKK 47, Tim GTT (Feny, Zulfa, Vivi, Winny), keluarga Nurul Fithri, Saudara-Saudara Lingkaran Ukhuwah dan Saudara Ukhuwah Fema yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga sripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang terdapat didalamnya.
Bogor, Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 4 KERANGKA PIKIR 4 METODE PENELITIAN 6Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 6
Teknik Pengambilan Contoh 6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Hasil 11
Pembahasan 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL
1. Jenis data, Variabel, skala data, dan sumber kuesioner 9
2. Sebaran karakteristik keluarga contoh 12
3. Sebaran pencapaian (%) kesesakan 13
4. Sebaran pencapaian (%) privasi 14
5. Sebaran pencapaian (%) kesejahteraan subjektif 15
6. Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, privasi dengan kesesakan 16
7. Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, privasi dengan kesejahteraan subjektif 17
8. Hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteritik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif 18
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir Kepadatan, Kesesakan, Privasi dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga 52. Teknik penarikan contoh 6
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif 23PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan potensi sumberdaya alam (SDA)dan sumberdaya manusia (SDM) yang melimpah. Jumlah penduduk Indonesia menempati posisi keempat di dunia dengan jumlah 253.609.643 jiwa. Potensi sumberdaya manusia tersebut menjadi sumber kemandirian dan kemajuan bangsa menuju kehidupan yang berkualitas dan pencapaian kesejahteraan.Saat ini, kuantitas penduduk Indonesiabelum berbanding lurus dengan kualitas penduduknya. Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati posisi 124 dari total 187 negara (UNDP 2012; Republika 2012). Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya pengelolaan sumberdaya manusia khususnya unit sosial terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Perbaikan pada tingkatan keluarga akan menentukan kesehatan masyarakat (Sunarti 2013). Kesehatan masyarakat memberikan dorongan kepada keluarga dalam mencapai tujuan akhir keluarga yaitu kesejahteraan.
Kesejahteraan keluarga merupakan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan perkembangan keluarga (Sunarti 2013). Penilaian kesejahteraan terdiri dari dua pendekatan yaitu kesejahteraan objektif dan subjektif. Kesejahteraan objektif diukur berdasarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dan perkembangan. Kesejahteraan subjektif merupakan kepuasan terhadap tingkat pemenuhan kesejahteraan yang ditunjukkan secara objektif (Sunarti 2013). Kesejahteraan subjektif merupakan bagian penting dalam keluarga karena menunjukkan evaluasi secara keseluruhan atas pencapaian kehidupan yang dijalani (Diener 1984). Berbagai fakor dapat mempengaruhi keluarga untuk mencapai kesejahteraan subjektif. Kondisi demografi (usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan dan pendapatan)merupakan bagian penting yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif (Diener 1984;Oswald dalam Sarracino 2008). Lingkungan tempat tinggal juga erat kaitannya terhadap kesejahteraan (Halim 2008;Cohen, at al 1979).
Lingkungan sekitar tempat tinggal berhubungan erat dengan keluarga dikarenakan keluarga senantiasa melakukan interaksi dengan lingkungan yang lebih luas (Sunarti 2007). Kondisi lingkungan buruk dan kurang memadai akan mendorong menurunnya kualitas hidup dan munculnya pemukiman marjinal. Pemukiman marjinalmerupakan pemukiman yang berada di sepanjang sungai dan bantaran sungai, stasiun kereta api, penghuninya merupakan pendatang, bangunan permanen cukup baik (Yudhohusodo dalam Poedioetami 2005). Disamping itu, kondisi pemukiman marjinal juga berhubungan erat dengan kepadatan tinggi. Kota Bogor khususnya Kecamatan Bogor Tengah merupakan daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi 12.564 jiwa/km2 (BPS Kota Bogor dalam Angka 2011). Kepadatan berhubungan erat dengan kesesakan (Sarwono 1992). Kepadatan yang terjadi dalam rumah memberikan persepsi kesesakan sehingga kepuasan dan privasi pada penghuni rumahrendah (Halim 2008). Kepadatan tinggi dapat menimbulkan stres, motivasi rendah, penyakit mental dan fisik hingga dalam kondisi kepadatan yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian (Cohen,
2 trauma pada anak khususnya dalam hubungan seks, munculnya penyakit, serta menimbulkan interaksi yang berlebihan sehingga kesemuanya berpengaruh terhadap fungsi keluarga (Melson 1980). Privasi merupakan komponen penting dalam keluarga karena berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi diri serta mengembangkan penghargaan terhadap diri (Sarwono 1992;Melson 1980).Terkait hal tersebut, pengkajian dan analisis terkait kepadatan, kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif perlu dilakukan pada pemukiman marjinal.
Perumusan Masalah
Lingkungan tempat tinggal dan rumah merupakan dasar dari banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan tempat tinggal (Jackson dalam Bonnefoy 2007). Pemenuhan kualitas rumah yang memadai akan meningkatkan kepuasan penghuninya (Halim 2008). Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan menyangkut semua aktivitas keluarga serta menjadi nilai dan kesuksesan hidup(Melson 1980). Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mencatat terdapat 7,9 juta rumah tidak layak huni di Indonesia. Deputi Perumahan Swadaya Kemenpera Jamil Ansari mengungkapkan keadaaan rumah tidak layak huni di Indonesia mencakup rumah yang rusak sedang, ataupun rusak berat. Berdasarkan data terdapat 7,9 juta unit rumah tidak layak huni, lebih dari 1 juta terdapat di provinsi Jawa Barat (Republika 2013). Fenomena rumah kurang layak dapat menimbulkan berbagai masalah seperti kesehatan, psikologis, sanitasi kurang memadai, kepadatan rumah tinggi hingga munculnya pemukiman marjinal dan kumuh.Penanganan pemukiman kumuh Kota Bogor hingga Maret 2014 baru berhasil menangani 7.06 ha dari luas pemukiman kumuh perkotaan 41.47 ha (Harian Pelita 2014).Disamping itu, kepadatan tinggi yang juga menjadi sumber munculnya pemukiman kurang sehat lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan (Cohen, et al 1997). Kondisi lingkungan kota dengan kepadatan tinggi berkontribusi munculnya kesesakan, sifat egois dan prososial (Halim 2008). Gejalan lain yang ditimbulkan dari kesesakan dan kepadatan menurut Holahan dalam Sarwono (1992) yaitu dampak pada penyakit dan patologi sosial; reaksi fisiologik (meningkatnya tekanan darah), penyakit fisik (psikosomatik) dan meningkatnya angka kematian, patologi sosial (meningkatnya kejahatan, bunuh diri, penyakit jiwa dan kenakalan remaja). Dampak pada tingkah laku sosial (agresi, menarik diri dari lingkungan sosial, berkurangnya tingkah laku menolong, cenderungan untuk lebih banyak melihat sisi jelek dari orang lain). Dampak pada hasil usaha kurang optimal dan susanan hati cenderung murung. Kondisi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi fungsi keluarga (Melson 1980).
Keadaan rumah kurang layak dengan luasan rumah yang tidak sebanding dengan jumlah anggota keluarga akan menghambat tercapainya privasi masing-masing penghuni rumah. Privasi merupakan unsur penting bagi keluarga untuk mengembangkan interaksi antar anggota keluarga (Melson 1980). Apabila fungsi privasi terganggu secara terus menerus akan terjadi proses ketelanjangan sosial yaitu merasa semua orang tahu tentang rahasia diri sendiri sehingga timbul rasa malu menghadapi orang lain dan menjadi deindividualisasi dimana orang merasa bahwa individunya sudah tidak dihargai lagi karena itu ia menjadi tidak peduli dengan harga diri sendiri maupun orang lain (Sarwono 1992). Apabila privasi
3 sudah tidak ada dalam unit keluarga maka interaksi yang terbangun dalam keadaan sakit. Permasalah yang juga muncul sebagai akibat dari lingkungan yang tidak sehat terhadap privasi dalam keluarga menyangkut kondisi anak dan otonomi dalam keluarga (McMullen 1992). Oleh karena itu, keluarga yang tinggal di pemukiman marjinal harus mampu mengelola kondisi fisik lingkungan dengan baik agar kondisi rumah menjadi nyaman, setiap anggota keluarga mendapatkan privasi sehingga kesejahteraan subjektif dapat tercapai. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang ingin diawab dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat
tinggal, kepadatan, privasi dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal?
2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan dan privasi dengan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal?
3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, dan privasi dengan kesesakan? 4. Apakah karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal,
kepadatan, kesesakan, dan privasi berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal?
Tujuan Penelitian Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepadatan, kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal;
2. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dengan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal;
3. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, dan privasi terhadap kesesakan;
4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal;
4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi berbagai pihak,diantaranya:
1. Peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kepadatan, kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif keluarga khususnya di pemukiman marjinal.
2. Masyarakat, sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mengenai hubungan dan pengaruh kepadatan, kesesakan dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.
3. Kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dalam menganalisis kepadatan, kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif keluarga di pemukiman marjinal.
4. LSM dan pemerhati keluarga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur bagi pihak-pihak terkait untuk saling bersinergi sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan keluarga.
5. Pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memperhatikan kondisi kepadatan, kesesakan dan privasi pada keluarga.
KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1 yang menjelaskan tentang kualitas lingkungan yaitu kepadatan, kesesakan dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif.Pencapaian kesejahteraan pada keluarga bervariasi. Pencapaian ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal keluarga (Sunarti 2009). Keluarga merupakan bagian dari sistem kehidupan keseluruhan yang berinteraksi dengan beragam lingkungan serta memiliki fungsi dan peran dalam setiap sistemya. Keluarga yang menjalankan peran dan fungsinya dengan seimbang menunjukkan bahwa keluarga mencapai kesejahteraan dan hidup berkualitas.Penelitian ini dilandasi teori struktural fungsional dengan berlandaskan empat konsep yaitu sistem, struktur, fungsi. Teori ini menjelaskan bahwa selalu ada interaksi antar sistem dan saling mempengaruhi (Winton dalam Sunarti 2001). Sementara itu, teori ekologi keluarga dengan turunan teori lingkungan keluarga menyatakan bahwa keluarga menjalin interaksi dengan berbagai lingkungan dalam kehidupannya. Interaksi yang terjalin merupakan bentuk dari adaptasi yang dilakukan keluarga terhadap lingkungannya (Sunarti 2007).
Kemampuan keluarga mencapai kesejahteraan dipengaruhi oleh beragam faktor. Karakteristik keluarga dan lingkungan yang memadai memberi dukungan dalam pencapaian kesejahteraan dan kebaikan generasi selanjutnya. Karakteristik keluarga yang berkontrsibusi terhadap kesejahteraan subjektif adalah pendidikan, usia, besar keluarga, tipologi wilayah dan pendapatan (Islamia 2013). Hal tersebut menunjukkan pentingnya meneliti karakteristik keluarga khususnya pada keluarga di pemukiman marjinal dalam hubungan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif. Karakteristik keluarga yang diteliti dalam penelitian ini adalah usia istri, usia suami, lama pandidikan istri, lama pendidikan suami, besar keluarga, lama
5 menikah, status kerja istri, status kerja suami, pendapatan, lama tinggal di rumah dan lama tinggal di wilayah tempat tinggal. Karakteristik lingkungan juga merupakan komponen penting dalam mencapai kesejahteraan subjektif. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal yang diteliti adalah yaitu jumlah ruang, tipe dinding, langit-langit rumah dan tipe lantai. Disamping itu, keluarga yang tinggal dipemukiman marjinal juga memiliki tantangan pada kualitas lingkungan yang berbeda yaitu keadaan kepadatan, kesesakan dan privasi. Kepadatan yang tinggi berhubungan dengan kepuasan (Halim 2008; Jacinto dan Mendieta 2002).
Keterangan :
Variabel yang diteliti Berhubungan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Karakteristik Keluarga, Karakteristik lingkungan Rumah, Kepadatan, Privasi dan Kesejahteraan Subjektif.
Karakteristik keluarga
1. Usia istri
2. Usia suami
3. Lama pandidikan istri
4. Lama pendidikan suami
5. Besar keluarga
6. Lama menikah
7. Status kerja istri
8. Status kerja suami
9. Pendapatan
10. Jumlah tanggungan
11. Jumlah penghuni
12. Lama tinggal di rumah
13. Lama tinggal di wilayah tempat tinggal
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal :
1. Jumlah ruang 2. Tipe dinding 3. Langit-langit rumah 4. Tipe lantai 5. Tipe Atap KesejahteraanSubje ktif keluarga : 1. Dimensi Fisik-ekonomi 2. Dimensi sosial 3. Dimensi Psikologis Kualitas Lingkungan Privasi Kepadatan Kesesakan
6 METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Lingkungan Spasial, Modal Sosial, Perkembangan Anak, dan Ketahanan Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Pemilihan lokasi pada penelitian dilakukan secara
purposive, dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan karakteristik pemukiman marjinal (Yudhohusodo dalam Poedjiutami 2005). Waktu penelitian terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan dilakukan dalam jangka waktu sepuluh bulan mulai bulan Oktober 2013 hingga Juli 2014.
Teknik Pengambilan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga utuh yang memiliki anak 3-5 tahun tinggal di pemukiman marjinal Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga utuh yang memiliki anak usia 3-5 tahun yang tinggal di bantaran sungai dan rel kereta api Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling sebanyak 126 keluarga. Adapun kerangka teknik penarikan contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2 Teknik penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengisisan kuesioner selanjutnya di uji validitas dan reabilitasnya. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan,
Purposive Purposive
Kota Bogor
Kecamatan Bogor Tengah Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar
338 Keluarga 126 Keluarga Simpel random sampling Purposive
7 kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif. Data sekunder yang diperoleh adalah data umum kondisi wilayah, data jumlah keluarga per RW setiap kelurahan serta data jumlah balita dari Cohort Posyandu. Jenis dan variabel penelitian terbagi kedalam 5 kelompok yaitu aspek karakteristik keluarga meliputi usia istri dan suami, lama pendidikan istri dan suami, besar keluarga, jumlah tanggungan, lama menikah, lama tinggal di wilayah tempat tinggal dan lama tinggal dirumah. Aspek kepadatan dimana mengukur tinggi rendahnya kepadatan diukur berdasarkan luas rumah yang dimiliki oleh keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Aspek persepsi kesesakan diperoleh berdasarkan skala semantik 1-5(sangat tidak setuju-sangat setuju) sebanyak 14 pertanyaan yang dibagi kedalam dua dimensi yaitu dimensi kesesakan ruang dan dimensi kesesakan sosial. Aspek privasi diperoleh dengan menggunakan pilihan jawaban (ya) dan (tidak) sebanyak 7 item pertanyaan. Aspek kesejahteraan subjektif diperoleh dengan menggunakan skala semantik 1-5 (sangat tidak puas-sangat puas) menggunakan 20 item pertanyaan yang terbagi kedalam tiga dimensi yaitu dimensi kejahteraan fisik ekonomi, dimensi sosial dan dimensi psikologis. Kuesioner yang digunakan pada variabel kepadatan menggunakan pendekatan definisi kepadatan yang dikemukakan oleh Stokols dalam Melson (1980) dalam Family Environment
dimana kepadatan merupakan pengukuran objektif dari jumlah orang dibagi luasan rumah. Kuesioner kesesakan merupakan modifikasi dari penelitian Anjani (2006) dengan nilai cronba’s alpha 0.909.Kuesioner variabel privasi merupakan hasil dari konstrak teori dengan pendekatan Family and Environment dengan nilai
cronba’s alpha 0.482.Kuesioner Kesejahteraan subjektif menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian Sunarti (2001) dengan nilai cronba’s alpha 0.871. Adapun Variabel, skala data dan sumber instrument dapat dilihat pada tabel 1.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini kemudian diolah menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science
(SPSS). Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, scoring, entry
data, cleaning data dan analyzing data. Data kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Skala data yang digunakan dalam kuesioner meliputi skala nominal, ordinal, dan rasio. Sedangkan pengkategorian di sesaikan dengan jenis variabel yang diteliti. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, privasi dan kesejahteraan subjektif keluarga. Untuk karakteristik keluarga dilakukan pengkategorian. Usia suami dan usia istri dikategorikan menjadi dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun) dan dewasa akhir (>60 tahun). Selanjutnya, lama pendidikan suami dan istri dikategorikan berdasarkan standar wajib belajar 9 tahun. Besar keluarga dikategorikan menjadi 3 yaitu keluarga kecil (0-4 orang), keluarga sedang (5-7 orang) dan keluarga besar (≥8 orang). Pendapatan keluarga dikategorikan miskin (<Rp 305870) dan tidak miskin (≥Rp 305870). Selanjutnya karakteristik lingkungan rumah terdiri atas tipe dinding, tipe atap, langit-langit rumah dan tipe lantai. Tipe dinding
8 dikategorikan menjadi (1) kayu/papan, (2) sebagian tembok, (3) tembok. Tipe atap, (1) bambu,(2) beton, (3) genteng, tipe langit-langit rumah dikategorikan menasi (1) tidak ada langit-langit, (2) memiliki langit-langit, sedangkan tipe lantai dikategorikan menjadi (1) tanah, (2) semen,(3) ubin, dan (4) keramik. Pertanyaan pada variabel kesesakan, privasi dan kesejahteraan subjektif dikompositkan dengan mentransformasi nilai skor yang telah diperoleh menjadi skor indeks. indeks presentase dihitung menggunakan rumus :
Y = nilai yang didapatkan-nilai minimum x100% nilai maksismum – nilai minimum
2. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi dan uji regresi. Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan, privasi dengan kesejahteraan subjektif. Sedangkan uji regresi dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Adapun model regresi yang digunakan :
Model Regresi 1 :Y1= α + β10X10+ β11X11+β12X12+ε Model Regresi 2 :Y2= α + β1 X1+β2 X2+β1 X1+β2 X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6 +β7X7+ β8X8+ β9X9+ β10X10+ β11X11+ β12X12+ε Keterangan : Y1,2 : kesejahteraan subjektif Α : konstatna regresi β1-β7 : koefisien regresi
X1 : lama pendidikan istri (tahun) X2 : lama pendidikan suami (tahun) X3 : jumlah tanggungan (orang) X4 : pendapatan perkapita
X5 : lama tinggal di rumah (tahun) X6 : lama tinggal di wilayah (tahun) X7 : lama menikah (tahun)
X8 : jumlah ruang
X9 : lingkungan fisik tempat tinggal X10 : kepadatan
X11 : kesesakan X12 : privasi
γ1-γ2 : koefisien dummy
D1 : status kerja istri (0:tidak bekerja, 1 : bekerja) D2 : status kerja suami (0:tidak bekerja, 1 : bekerja)
9 Tabel 1 Variabel, skala data, dan Sumber Kuesioner
Variabel Skala data Sumber Kuesioner
Karakteristik keluarga
Usia istri dan suami Rasio
Lama pendidikan istri dan suami Ordinal
Besar keluarga Rasio
Lama menikah Rasio
Pendapatan perkapita Rasio
Status kerja istri Ordinal
Status kerja suami Ordinal
Jumlah tanggungan Rasio
Jumlah penghuni Rasio
Lama tinggal di rumah Rasio
Lama tinggak di wilayah tempat tinggal Rasio
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
Jumlah ruang Rasio
Tipe dinding Ordinal
Langit-langit rumah Ordinal
Tipe lantai Ordinal
Tipe atap Ordinal
Kepadatan Rasio (Altman dalam Melson 1980)
Kesesakan Interval Diacu dan dimodifikasi dari
Anjani 2006
Privasi Interval Berdasarkanpendekatan
Family Environmentdari
Altman dalam Melson 1980, Sarwono 1992, Iskandar 2011
Kesejahteraan subjektif Interval Diacu dan dimodifikasi dari
(Sunarti 2001)
Definisi Operasional
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang tinggal di pemukiman marjinal yang meliputi usia istri, usia suami, lama pendidikan istri dan suami, besar keluarga, status kerja istri dan suami, lama menikah, pendapatan, jumlah tanggungan, jumlah penghuni, lama tinggal dirumah dan lama tinggal di wilayah tempat tinggal.
Usia istri adalah jumlah tahun lengkap istri sejak lahir. Usia suami adalah jumlah tahun lengkap suami sejak lahir.
Lama pendidikan istri adalah sejumlah waktu yang ditempuh istri dalam mendapatkan pendidikan formal.
Lama pendidikan suami adalah sejumlah waktu yang ditempuh suami dalam mendapatkan pendidikan formal.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam rumah, dikategori menjadi 3 yaitu keluarga kecil ( anggota keluarga ≤4 orang), keluarga sedang ( 5-6 orang), keluarga besar (≥8 orang).
Lama menikah adalah sejumlah waktu lengkap sejak pertama kali berubah status menjadi istri atau suami.
10 Status kerja istri adalah status pekerjaan istri yang dilihat berdasarkan
bekerja, tidak tetap dan tidak bekerja.
Status kerja suami adalah status pekerjaan suami yang dilihat berdasarkan bekerja, tidak tetap dan tidak bekerja.
Pendapatan perkapita adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima anggota keluarga yang bekerja setiap bulan dibagi jumlah tanggungan, digolongkan miskin dan tidak miskin menurut garis kemiskinan Kota Bogor tahun 2011.
Jumlah tanggungan adalah sejumlah orang dalam keluarga yang tidak memiliki pendapatan yang harus dihidupi dan dibiayai dalam keluarga tersebut.
Jumlah penghuni adalah sejumlah orang dalam keluarga yang tinggal di dalam rumah.
Lama tinggal di rumah adalah lamanya waktu keluarga menempati rumah. Lama tinggal di wilayah tempat tinggal adalah lamanya waktu keluarga
bermukim pada lingkungan tempat tinggalnya.
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal adalah kondisi lingkungan tempat tinggal yang meliputi jumlah ruang, tipe dinding, langit-langit rumah, tipe lantai dan tipe atap.
Jumlah ruang adalah sejumlah ruang yang dimiliki keluarga di dalam rumah.
Tipe dinding adalah bahan yang digunakan keluarga sebagai pelindung dan pembatas rumah.
Langit-langit rumah adalah bahan yang digunakan keluarga sebagai pelindung langit rumah dibedakan berdasarkan dua kategori yaitu memiliki langit rumah dan tidak memiliki langit rumah.
Tipe lantai adalah bahan yang digunakan keluarga sebagai lantai rumah. Tipe atap adalah bahan yang digunakan keluarga sebagai atap rumah.
Pemukiman marjinal adalah pemukiman yang berada disepanjang sungai, kumuh dan wilayah yang beresiko bencana seperti longsong dan banjir. Kepadatan adalah mengukur secara objektif terhadap luas rumah dibagi dengan
jumlah penghuni di dalam rumah.
Kesesakan adalah persepsi contoh terhadap ruang didalam rumah dinilai berdsarkan skala semantik 1-5( sangat tidak setuju-sangat setuju).
Privasi adalah keinginan dan kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya.
Kesejahteraan subjektif adalah penilain kepuasan contoh terhadap pemenuhan kebutuhan objektif dinilai berdasarkan skala semantik 1-5 (sangat tidak puas-sangat puas).
11
HASIL
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Bogor tengah merupakan kota dengan jumlah penduduk sebesar 110.165 jiwa. Luas wilayah 851 Ha dan terbagi dalam 11 kelurahan, diantaranya adalah Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan Pasar.Kelurahan Paledang memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.236 jiwa.Luas wilayah Kelurahan Paledang adalah 178 Ha dengan jumlah RT sebanyak 58 RT dan jumlah RW sebanyak 13 RW. Letak kondisi geografis Kelurahan Paledang berada + 700 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata per tahun 3000 – 4000 mm. Selanjutnya, Kelurahan Babakan Pasar memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.211 jiwa. Luas wilayah Kelurahan Babakan Pasar adalah 42 Ha dengan jumlah RT sebanyak 39 RT dan jumlah RW sebanyak 10 RW. Letak kondisi geografis Kelurahan Babakan Pasar berada + 450 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata per tahun + 3500-4000 mm. Kelurahan Babakan Pasar memiliki batas wilayah sebealh timur dengan Kelurahan Baranang Siang dan sebelah barat dengan Kelurahan Paledang sedangkan sebelah selatan dengan Kelurahan Sukasari. Kelurahan Paledang dan Keluarahan Babakan Pasar merupakan kelurahan yang berada di bantaran sungai, memiliki rumah dengan resiko benca banjir dan longsor, kumuh dan memiliki tingkat kepadatan tinggi dengan jarak antar rumah kurang dari satu meter. Sehingga kedua keluarahan tersebut secara umum tidak layak untuk ditempati.
Karakteristik Keluarga
Berdasarkankarakteristik keluarga(Tabel 2),hampir seluruh istri (92%) danlebih dari dua pertiga suami (71.4%) termasuk pada kategori usia dewasa muda yaitu pada rentang 18 sampai 40 tahun (Hurlock 1980) dengan minimal usia istri 19 tahun dan suami 22 tahun.Lebih dari dua pertiga istri (76%) dan lebih dari empat perlima suami (84%) sudah memenuhi wajib belajar sembilan tahun dengan maksimal lama pendidikan istri 15 tahun dan suami 17 tahun. Lebih dari separuh keluarga contoh (65.1%) di pemukiman marjinal termasuk dalam kategori keluarga kecil yaitu tidak lebih dari empat orang (BKKBN 1992).Berdasarkan status kerja, dua pertiga istri (67.5%) tidak bekerja sedangkan separuh suami (51.6%) bekerja tidak tetap.Lebih dari dua pertiga keluarga contoh (68.2%) berada pada kategori tidak miskin menurut garis kemiskinan Kota Bogor 2011 sebesar Rp 305 870, dengan rata-rata pendapatan perkapita perbulan Rp 674505.49. Rata-rata lama menikah keluarga di pemukiman marjinal 10.37 tahun dengan rata-rata jumlah penghuni 5.4orang dan memiliki rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4 orang. Rata-rata keluarga menetap dirumah adalah 14.41 tahun sedangkan rata-rata lama keluarga tinggal di wilayah tempat tinggalnya adalah 23 tahun.
12 Tabel 2 Sebaran karakteristik keluarga contoh
Karakteristik Rata-rata±Standar Deviasi Minimum Maksimum
Usia istri 31.80±6.543 19 48
Usia suami 36.63±7.362 22 59
Lama pendidikan istri 9.86±2.697 4 15
Lama pendidikan suami 10.41±2.45 6 17
Besar keluarga 4.31±1.341 3 10
Lama menikah 10.37±6.202 3 36
Pendapatan (Rp/kapita/bulan) 674502.49±712988.34 45 000 5250000
Jumlah tanggungan 4.4±1.297 3 8
Jumlah penghuni 5.4±2.432 3 18
Lama tinggal di rumah 14.41± 13.104 0.2 47
Lama tinggal di wilayah
tempat tinggal 23.49± 12.662
1.5
47
Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dalam penelitian meliputi jumlah ruang, tipe dinding, langit-langit rumah, tipe lantai dantipe atap. Rata-rata jumlah ruang yang dimiliki keluarga di pemukiman marjinal adalah 4 ruang (ruang bersama, kamar tidur, dapur dan kamar mandi). Lebih dari empat per lima (86.5%) keluarga sudah memiliki rumah dengan dinding yang memadai yaitu bertipe tembok. Lebih dari dua pertiga (77.8%) rumah keluarga di pemukiman marjinal sudah memiliki langit-langit rumah serta sudah memiliki lantai sangat baik dimana lebih dari separuh (61.9%) berlantai keramikdan lebih dari separuh keluarga (66.6%) memiliki atap dengan jenis genteng.
Kepadatan
Kepadatan merupakan pengukuran objektif berdasarkan jumlah orang dan luas ruang (Stokols dalam Melson 1980). Semakin banyak jumlah manusia berbanding luasnya ruang maka semakin padat keadannya (Sarwono 1992). Penelitian ini menggunakan perhitungan langsung luas rumah dibagi dengan jumlah penghuni rumah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa separuh keluarga (52.39%) di pemukiman marjinal memiliki rumah dengan densitas dibawah standar ideal yaitu kurang dari 8m2 per orang. Hal ini mengindikasikan bahwa satu dari dua keluarga di pemukiman marjinal mengalami masalah kepadatan rumah serta belum mampu memenuhi kebutuhan luas rumah sesuai dengan jumlah penghuni rumah.
Kesesakan
Kesesakan merupakan persepsi subjektif seseorang terhadap kondisi kepadatan (Stokols dalam Melson 1980). Penelitian ini membagi kesesakan menjadi dua dimensi yaitu dimensi kesesakan ruang dan dimensi kesesakan sosial. Kesesakan ruang merupakan kesesakan yang disebabkan oleh kondisi ruang yang sempit atau kurang memadai dibandingkan dengan jumlah orang. Kesesakan sosial merupakan kesesakan yang dirasakan akibat jumlah orang terlalu banyak orang dalam satu ruangan yang tetap. Data pada Tabel 3 menunjukkan rata-rata capaian kesesakan keluarga contoh hampir mencapai setengah dari total rata-rata
13 capaian ideal (42.06%). Hal tersebut menunjukkan bahwa kesesakan yang dirasakan keluarga contoh tergolong rendah. Capaian terbesar keluarga contoh pada dimensi kesesakan ruang ditunjukkan oleh item pernyataan bahwa keluarga merasa rumah yang ditempati saat ini kurang luas dengan capaian (60.91%)dengan rata-rata capaian dimensi kesesakan ruang tergolong rendah (44.41%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa capaian terbesar dimensi kesesakan sosial ditunjukan oleh item pernyataan tidur merupakan tindakan untuk mengindari sumpek dengan capaian (53.17%).
Tabel 3 Sebaran pencapaian (%) kesesakan
Item pernyataan kesesakan Persentase(%)
Dimensi kesesakan ruang
Merasa rumah kurang luas 60.91
Merasa sesak berada didalam rumah 37.70
Sulit beraktifitas didalam rumah 41.67
Merasa bahwa pintu yang dibuka tidak membuat ruangan terasa lebih luas 41.47
Mengatur letak perabotan rumah tidak membuat ruangan terasa lebih luas 53.37
Lebih emosional didalam rumah 40.28
Keadaan rumah membuat mudah stres 35.52
Rata-rata capaian dimensi kesesakan ruang 44.41
Dimensi kesesakan sosial
Anak menjadi lebih agresif 38.69
Suasana hati tidak menentu saat berada didalam rumah 39.88
Menjadi orang yang enggan berinteraksi dengan orang lain 33.73
Tidur untuk menghindari sumpek 53.17
Kondisi rumah membuat hasil kerja kurang optimal 39.88
Merasa orang didalam rumahterlalu banyak 43.45
Terganggu saat tetangga berkunjung ke rumah karena terasa lebih padat 29.17
Rata-ratacapaian dimensi kesesakan sosial 39.71
Rata-rata capaian kesesakan 42.06
Privasi
Privasi merupakan kontrol selektif yang dilakukan individu terhadap akses diri sendiri maupun kelompok (Altman dalam Melson 1980). Penelitian ini menggunakan pendekatan penilaian privasi berdasarkan keinginan dan kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya. Privasi dibagi kedalam dua dimensi yaitu perolehan privasi dengan menggunakan unsur fisik lingkungan dan privasi tanpa menggunakan unsur fisik lingkungan. Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata capaian privasi sebesar (58.5%) dari total pencapaian ideal. Hal tersebut menunjukkan capaian privasi tergolong rendah. Capaian terbesar dari dimensi privasi menggunakan fisik lingkungan ditunjukkan dari item pernyataan terganggu apabila keluarga masuk kamar saat sedang berada di dalam dengan pencapaian (59.5%). Capaian rata-rata dimensi menggunakan fisik lingkungan tergolong rendah (43.3%). Terdapat dua pernyataan pada dimensi privasi menggunakan non fisik lingkungan dengan capaian lebih dari 80 persen yaitu berbicara pelan (81.7%) dan tidak ingin mengungkaapkan terlalu banyak tentang diri sendiri (84.9%). Capaian tertinggi menunjukkan perilaku untuk mendapatkan privasi yang dilakukan oleh keluarga dipemukiman marjinal. Rata-rata capaian dimensi privasi non fisik lingkungan tergolong sedang (78.8%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa keluarga di pemukiman marjinal lebih dominan menggunakan unsur non fisik lingkungan untuk mendapatkan privasi.
14 Tabel 4 Sebaran persentase (%) privasi
Item pernyataan privasi Persentase (%)
Dimensi privasi menggunakan fisik lingkungan
Selalumengunci pintu rumah 42.9
Selalu mengunci kamar tidur 27.8
Merasa perlu memiliki ruangan khusus 42.9
Terganggu apabila anggota keluarga masuk kamar tidur saat saya berada
didalam. 59.5
Rata-rata dimensi privasi menggunakan fisik lingkungan 43.3
Dimensi privasi menggunakan non fisik lingkungan
Berbicara pelan dengan anggota keluarga 81.7
Menggunakan ekspresi wajah apabila tidak ingin diganggu 69.8
Tidak ingin mengungkapkan terlalu banyak tentang diri saya 84.9
Rata-rata dimensi privasi non fisik lingkungan78.8 Rata-rata Privasi58.5
KesejahteraanSubjektif
Kesejahteraan subjektif merupakan kepuasan terhadap tingkat pemenuhan kesejahteraan yang ditunjukkan secara objektif (Sunarti 2013). Kesejahteraan subjektif terdiri dari tiga dimensi yaitu kesejahteraan subjektif dimensi fisik-ekonomi, kesejahteraan subjektif dimensi sosial dan kesejahteraan subjektif dimensi Psikologis. Berdasarkan hasil pada Tabel 5 menunjukkanrata-rata capaian kesejahteraan subjektif (65.74%) tergolong sedang. Berdasarkan tiga dimensi kesejahteraan subjektif diketahui bahwa dimensi psikologis merupakan dimensi dengan capaian tertinggi (72.73%). Hasil penelitian menunjukkan hanya terdapat 3 pernyataan dengan capaian lebih dari 80 persen dimana pada item pernyataan tersebut keluarga sudah mampu mencapai dengan baik atau puas. Capaian terendah pada dimensi kesejahteraan fisik-ekonomi ditunjukkan oleh pernyataan keadaan tabungan yang dimiliki. Hal tersebut menunjukkan pada item tersebut keluarga di pemukiman marjinal mengalami kekurangan sehingga apabila ditimpa masalah yang tidak terduga maka keluarga tidak memiliki tabungan (saving). Hasil penelitian juga menunjukkan capaian pertisipasi keluarga dalam kegiatan di masyarakat atau lingkungan dan bantuan yang diberikan kepada orang lain tercapai setengah dari total capaian ideal (51.19%) dan (54.56%). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hampir separuh (48.81%) belum mencapai partisipasi secara ideal dalam kegiatan di masyarakat atau lingkungan tempat tinggal. Hasil tersebut menunukkan bahwa keluarga di pemukiman marjinal rendah dalam kegiatan di lingkungan masyarakat. Capaian terendah keluarga di pemukiman marjinal pada dimensi kesejahteraan psikologis ditunjukkan dari pernyataan pelaksanaan fungsi dan peran sebagai anggota masyarakat (61.90%). Capaian dimensi psikologis pada item pernyataan pelaksanaan ibadah sehari-hari tergolong sedang (65.08%) dari total capaian ideal yang seharusnya dicapai.
15 Tabel 5 Sebaran pencapaian (%) kesejahteraan subjektif
Pernyataan kesejahteraan subjektif Persentase (%)
Dimensi fisik-ekonomi
Makanan yang dikonsumsi selama ini 67.66
Pakaian yang dimiliki dan digunakan 69.05
Kondisi rumah yang ditempati 57.54
Kemampuan membiayai kesehatan 60.52
Kemampuan membiayai pendidikan anak 56.55
Pendapatan yang diperoleh semana ini 59.13
Aset atau harta lain yang dimiliki 50.40
Keadaan tabungan yang dimiliki 32.14
Rata-rata dimensi fisik-ekonomi 56.62
Dimensi sosial
Partisipasi dalam kegiatan di masyarakat atau lingkungan tempat tinggal 51.19
Hubungan dengan tetangga 75.60
Hubungan antar anggota keluarga 87.50
Hubungan dengan keluarga besar 83.93
Bantuan yang diberikan kepada orang lain (uang, barang, waktu, pikiran, atau emosi)
54.56
Rata-rata dimensi sosial 70.55
Dimensi psikologis
Perasaan aman dari gangguan kejahatan seperti penodongan, perampokan, pemerasan, pencurian dan kriminalitas lainnya
67.66
Pelaksanaan ibadah sehari-hari 76.59
Kondisi mental keluarga 65.08
Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai istri 77.18
Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai ibu 82.74
Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai anggota masyarakat 61.90
Pelaksanaan fungsi dan peran suami 77.98
Rata-rata dimensi psikologis 72.73
Rata-rata capaian keseahteraan subjektif 65.74
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal, Kepadatan dan Privasi dengan Kesesakan
Hasil uji korelasi menunjukkan umur istri, besar keluarga, jumlah tanggungan, lama menikah, dan privasi berhubungan positif signifikan dengan kesesakan. Semakin bertambah umur istri, semakin besar keluarga, semakin banyak jumlah tanggungan, semakin bertamban usia pernikahan dan semakin tinggi perilaku untuk mendapatkan privasi maka akan cendeung meningkatkan kesesakan. Hasil penelitian juga menunjukkan jumlah ruang dan kepadatan berhubungan negatif signifikan dengan kesesakan. Semakin bertambah jumlah rungan yang dimiliki keluarga akan cenderung meningkatkan kesesakan. Semakin kondisi rumah tidak padat atau kepadatan dirumah lebih tinggi dari standar ideal (≥8m2
16 Tabel 6 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan
fisik tempat tinggal,kepadatan, dan privasi dengan kesesakan
Variabel Kesesakan
Umur istri (tahun) .182*
Umur suami (tahun) 0.143
Lama pendidikan istri (tahun) -0.153
Lama pendidikan suami (tahun) -0.085
Besar keluarga (orang) .247**
Jumlah tanggungan (orang) .241**
Jumlah penghuni (orang) 0.127
Lama menikah (tahun) .284**
Jumlah ruang -.251**
Lama tinggal di rumah (tahun) 0.173
Lama tinggal di wilayah tempat tinggal (tahun) 0.059
Status kerja istri (0: tidak bekerja, 1: bekerja) -0.025
Status kerja suami (0: tidak bekerja, 1: bekerja) 0.077
Lingkungan fisik tempat tinggal -0.166
Pendapatan perkapita (Rp/bulan) -0.072
Kepadatan -.325**
Privasi .301**
*signifikan pada p<0.05*; **signifikan pada p<0.01
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal, Kepadatan, Kesesakan, Privasi dengan Kesejahteraan
Subjektif
Hasil uji korelasi menunjukkanlama pendidikan istri berhubungan positif signifikan dengan semua dimensi kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan subjektif total. Semakin lama pendidikan yang ditempuh istri akan cenderung meningkatkan kesejahteraan subjektif dimensi fisik-ekonomi, sosial, psikologis dan kesejahteraan subjektif secara total. Lama pendidikan suami berhubungan positif signifikan dengan dimensi kesejahteraan subjektifdan total kesejahteraan subjektif kecuali dimensi psikologis. Semakin lama pendidikan yang ditempuh suami akan cenderung meningkatkan kesejahteraan subjektif dimensi fisik-ekonomi, sosial dan kesejahteraan subjektif total. Jumlah tanggungan dan besar keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektifdimensi fisik-ekonomi. Semakin bertambah jumlah anggota keluarga dan tanggungan akan cenderung menurunkan kesejahteraan subjektif dimensi fisik-ekonomi. Lama menikah berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektifdimensi fisik-ekonomi dan kesejahteraan subjektif total. Semakin bertambah usia pernikahan akan cenderung menurunkan kesejahteraan subjektif dimensi fisik-ekonomi dan kesejahteraan subjektif total. Jumlah ruang berhubungan positif signifikan dengan dimensi kesejahteraan fisik-ekonomi, sosial dan total kesejahteraan subjektif. Semakin bertambah jumlah ruang didalam rumah akan cenderung menaikkan kesejahteraan subjektif dimensi fisik-ekonomi, sosial dan kesejahteraan subektif total. Pendapatan perkapita berhubungan positif signifikan dengan dimensi kesejahteraan fisik-ekonomi dan total kesejahteraan subjektif sedangkan kesesakan berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan dimensi fisik-ekonomi, psikologis dan kesejahteraan total. Semakin bertambah
17 pendapatan perkapita akan cenderung menaikkan kesejahteraan dimensi fisik-ekonomi dan kesejahteraan subjektif total sedangkan kenaikan persepsi kesesakan akan cenderung menurunkan kesejahteraan subjektif dimensi fisik-ekonomi, psikologis dan kesejahteraan subjektif total. (Tabel 7).
Tabel 7 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal,kepadatan, kesesakan dan privasi dengan kesejahteraan subjektif
Variabel Kesejahteraan Subjektif
Dimensi fisik-ekonomi Dimensi sosial Dimensi psikologis Kesejahteraan subjektif total
Umur istri (tahun) -0.175 -0.125 -0.091 -0.167
Umur suami (tahun) -0.144 -0.065 -0.048 -0.117
Lama pendidikan istri
(tahun) .323** .297** .225* .349**
Lama pendidikan suami
(tahun) .232** .238** 0.131 .245**
Besar keluarga (orang) -.219* -0.107 -0.046 -0.17
Jumlah tanggungan (orang) -.214* -0.162 -0.136 -.217*
Jumlah penghuni (orang) -0.031 -0.001 -0.067 -0.044
Lama menikah (tahun) -.201* -0.16 -0.072 -.184*
Jumlah ruang .238** .176* 0.125 .230**
Lama tinggal di rumah
(tahun) 0.002 -0.051 -0.077 -0.042
Lama tinggal di wilayah
tempat tinggal (tahun) 0.109 -0.01 0.043 0.076
Status kerja istri (0: tidak
bekerja, 1: bekerja) 0.059 0.003 -0.024 0.025
Status kerja suami (0: tidak
bekerja, 1: bekerja) -0.043 0.04 -0.01 -0.01
Lingkungan fisik tempat
tinggal 0.112 -0.079 -0.067 0.017 Pendapatan perkapita (Rp/bulan) .280** 0.042 0.023 .179* Kepadatan .180* 0.111 0.099 0.17 Kesesakan -.252** -0.083 -.181* -.235** Privasi -0.014 -0.03 -0.107 -0.057 Kesejahteraan total .862** .724** .826** 1 Dimensi kesejahteraan psikologis .491** .607** 1 .826** Dimensi kesejahteraan sosial .395** 1 .607** .724** Dimensi kesejahteraan fisik-ekonomi 1 .395** .491** .862**
18 Pengaruh Karakteristik keluarga, Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat
Tinggal, Kepadatan, Kesesakan dan Privasi terhadap Kesejahteraan Subjektif
Hasil uji pengaruh (Tabel 8) menunjukkan bahwa kesesakan (beta =.130) berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan persepsi kesesakan akan menurunkan kesejahteraan subjektif dengan nilai nilai Adjusted R Square 0.43. Nilai Adjusted R Square menunjukkan bahwa model tersebut hanya menjelaskan (4.3%) selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian. Hasil uji pengaruh juga menunjukkan lama pendidikan istri (beta=0.331) dan lama tinggal di wilayah tempat tinggal (beta=0.236) berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan waktu pendidikan yang ditempuh oleh istri akan menaikkan kesejehteraan subjektif sebesar 0.331 point. Setiap kenaikan 1 satuan lama waktu tinggal keluarga di rumah akan menaikkan kesejahteraan subjektif sebesar 0.236 point. Nilai nilai Adjusted R Square 0.186, hal ini menunjukkan bahwa model hanya menjelaskan (18.6%) selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Tabel 8 Koefisien regresi hasil ringaksan model pengaruh karakteristik keluarga,
karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan dan privasi yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif (Penjabaran tabel pada lampiran)
Variabel Beta Sig F Adusted R2
Konstanta regresi .040 2.856 .043
Kesesakan -.130 .032*
Konstanta Regresi .001 2.790 .186
Lama pendidikan istri (tahun)
.331 .001**
Lama tinggal di wilayah tempat tinggal (tahun)
.236 .021*
*signifikan pada p<0.05*; **signifikan pada p<0.01
PEMBAHASAN
Kepadatan merupakan penilaian objektif dari luas rumah dan jumlah orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian keluarga di pemukiman marjinal tinggal dalam kepadatan rumah dibawah ideal (<8m2). Hal ini menunjukkan keluarga di pemukiman marjinal belum mendapatkan luasan yang cukup untuk masing-masing anggota keluarga. Kondisi rumah yang kurang memadai berhubungan dengan perkampungan kumuh dan morbiditas sosial, dan kesehatan sebaliknya rumah yang baik berhubungan dengan kesehatan dan kondisi sosial yang baik pula (Wilner and Walkey dalam Melson 1980).
Kesesakan merupakan penilaian subjektif seseorang terhadap kondisi padat (Stokols dalam Melson 1980 ;Sarwono 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesakan yang dirasakan keluarga dipemukiman marjinal tergolong rendah.Hasil tersebut tidak sejalan dengan kondisi sebagian keluarga yang tinggal dengan densitas dibawah ideal. Sarwono (1992) menyatakan bahwa kepadatan
19 berhubungan dengan kesesakan. Kondisi tersebut dapat terjadi apabila keluarga belum mampu melakukan adaptasi terhadap lingkungan. Rata-rata keluarga di pemukiman marjinal telah menetap di rumah lebih dari 10 tahun hal ini mendorong keluarga untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan dengan mentolerir lingkungan atau memperbesar ambang toleransinnya terhadap lingkungan (Iskandar 2012). Hasil penelitian menunjukkan besar keluarga, jumlah tanggungan, dan privasi berhubungan positif signifikan dengan kesesakan. Bertambahnya jumlah orang dalam rumah menambah persepsi kesesakan dan menyebabkan perolehan privasi semakin berkurang. Kepadatan berhubungan negatif signifikan dengan kesesakan. Hal tersebut menunjukkan luas rumah yang lebih tinggi dari ideal akan menurunkan persepsi kesesakan. Kesesakan merupakan persepsi yang dimunculkan dari semakin banyak jumlah orang dan kepadatan yang tinggi (Sarwono 1992; Melson 1980).
Privasi dalam istilah psikoanalisis diartikan sebagai kondisi dimana ego dalam dirinya berusaha untuk dilindungi dari gangguan yang tidak dihendakinya (Sarwono 1992).Privasi dalam keluarga mengambil dua bentuk yaitu mengguankan fisik lingkungan dan tidak menggunakan fisik lingkungan (Altman
et al dalam Halim 2008). Privasi yang dilakukan keluarga dipemukiman marjinal menunjukkan bentuk non fisik lingkungan. Mekanisme yang dilakukan dengan berbicara pelan dan membatasi informasi diri terhadap orang lain. Hal ini dilakukan karena pada penelitian ini luasan rumah di keluarga di pemukiman marjinal belum terpenuhi sehingga mendorong adanya perilaku untuk mendapatkan privasi dengan menggunakan tindakan yang tidak memerlukan ruang. Hasil ini sejalan dengan penelitian Razali (2013) menyatakan luas perumahan atau rumah berhubungan dengan bagaimana seseorang mengelola privasi.
Kesejahteraan merupakan bagian penting dalam kehidupan keluarga. Keluarga dipemukiman marjinal tidak puas dengan tabungan saat ini. Keadaan ini menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh belum mencukupi untuk menanggulangi apabila ada keperluan tidak terduga. Keluarga yang memiliki besar keluarga kecil memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sejahtera karena jumlah tanggungan keluarga lebih sedikit (Muflikhati et al ; Hatmadjil dan Anwar dalam Iskandar 2007). Jumlah ruang dan pendapatan perkapita berhubungan positif dengan kesejahteraan subjektif. Pendapatan keluarga yang semakin tinggi atau meningkat akan membuat keluarga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam keluarga sehingga keluarga menjadi lebih puas (Islamia 2013;Suandi 2007). Pada keluarga di pemukiman marjinal bertambahnya jumlah ruang berhubungan dengan bertambahnya luasan rumah, dengan demikian keluarga menjadi memiliki ruang lebih banyak untuk bergerak sehingga dapat menaikkan kepuasan. Sejalan dengan hasil penelitian bahwa bertambahnya luasan rumah dan pendapatan perkapita akan meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga (Winkelmann 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama menikah berhubungan negatif dengan kesejahteraan subjektif. Pada penelitian ini diketahui bahwa keluarga memiliki anak usia balita sehingga keluarga memerlukan kebutuhan khusus dalam pemenuhan kebutuhan anak yang dapat mendorong menurunya kesejahteraan subjektif. Sejalan dengan penelitian (Andrew & Withey, Glenn & mc-lahanan, Glenn & Weaver dalam Diener 1984) bahwa keluarga yang memiliki anak akan menurun kesejahteraan subjektifnya.
20 Pencapaian kesejahteraan keluarga dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Suandi dan Sunarti dalam Islamia 2012). Hasil uji pengaruh menunjukkan lama pendidikan istri merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini dikarenakan bahwa pendidikan mempengaruhi bagaimana keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya (Suandi 2007; Simanjuntak 2012). Pendidikan yang tinggi akan memberikan kesempatan yang luas dalam peningkatan kapasitas keterampilan dan wawasan sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja lebih baik dan mampu memberikan kontribusi pemenuhan kesejahteraan secara objektif sehingga akan meningkatkan kesejahteraan subjektif. Keluarga dengan pekerjaan yang tetap akan menaikkan kesejahteraan subjektif (Sunarti 2013). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel lama tinggal di wilayah tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif. Halim (2008) menyatakan bahwa lingkungan rumah berhubungan dengan kepuasan. Kondisi pemukiman marjinal dalam kurun waktu panjang mendorong keluarga untuk melakukan proses penetapan dan adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggal sehingga lambat laun keluarga mulai melakukan keseimbangan dan mendorong mencapai kesejahteraan subjektif. Dalam rangka adaptasi, sistem keluarga harus mendeteksi informasi, menyeleksi beragam respon alternatif dan memberikan respon. Proses adaptasi dilakukan keluarga sebagai proses menguatkan dan memelihara status hubungan timbal balik yang relatif stabil dengan lingkungannya (Melson dalam Sunarti 2007). Variabel kesesakan berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Kesesakan yang dirasakan merupakan stres dari lingkungan yang menyebabkan keluarga tidak nyaman dan menurunkan kualitas hidup (Melson 1980). Kesesakan juga pada akhirnya menurunkan kepuasan (Halim 2008).
Pada akhirnya, penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah instrumen privasi yang dikonstrak secara individu peneliti dan nilai reabilitas variabel privasi belum mencapai 0.60 sehingga perlu digali dan dianalisis lebih mendalam berkaitan dengan pengukuran privasi pada keluarga.
SIMPULAN
Keluarga di pemukiman marjinal merupakan keluarga dengan besar keluarga kecil (kurang dari empat orang). Istri pada keluarga marjinal lebih banyak menjadi ibu rumah tangga dengan pendidikan yang sudah memadai yaitu telah mencapai wajib belajar sembilan tahun. Keadaan lingkungan fisik rumah tergolong memadai namun luas rumah belum terpenuhi sesuai jumlah anggota keluarga.Keluarga di pemukiman marjinal tergolong rendah dalam kesesakan dan menggunakan unsur non fisik lingkungan untuk mendapatkan privasi. Hasil uji korelasi menunjukkan kepadatan berhubungan negatif dengan kesesakan dan privasi berhubungan positif dengan kesesakan. Penelitian menunjukkan bahwa lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pendapatan perkapita, dan jumlah ruang berhubungan positif dengan kesejahteraan subjektif. Variabel lainnya yaitu jumlah tanggungan, lama menikah dan kesesakan berhubungan negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Berdasarkan hasil uji pengaruh diketahui bahwa lama pendidikan istri dan lama tinggal di wilayah tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif. Sedangkan kesesakan berpengaruh negatif dengan kesejahteraan subjektif.
21 SARAN
Diperlukan program perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan oleh pemerintah atau dinas terkait yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Keluarga dipemukiman marjinal diharapkan untuk mendorong generasi selanjutnya dalam mencapai pendidikan lebih tinggi sehingga mendorong pemenuhan kesejahteraan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anjanie F. 2006. Pengaruh kepadatan terhadap interaksi sosial warga rumah susu Apron Kemayoran [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Keadaan Ketenagakerjaan dan Kependudukan Agustus 2011. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Sanitasi Layak perkotaan dan pedesaan. Jakarta (ID): Badan pusat Statistik
Bonnefoy X. 2007. Inadequate housing and health.Int. Paris (FR). J. Environment and Poliution.(30): 3-4.
Cohen S, Glass C D, Phillips S. 1979. Hanbook of Medical Sociology. Englewood. Prentice-Hall.
Diener Ed. 1984. Subjective well-being: American Psycological Association,Inc. Psychological Bulletin(95):542-475
Firdaus, Sunarti E. 2009. Hubungan tekanan ekonomi dan mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh. JIKK(ID). (2):21-23 Halim DK . 2008. Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta (ID): Bumi Aksara Harian Pelita. 2014. Kawasan kumuh di kota bogor tinggal 22.08 ha[internet].
[Diunduh pada 2014 Jun 05]. Tersedia pada
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=24400.
Hurlock EB. 1989. Psikologi Pekembangan. Jakarta (ID): Erlangga
Jacinto L G, Mendieta H. 2002. Multiple Effects of Community and Household Crowding. Journal of environment psicology.22(2):233-246. doi:10.1006/evp.236
Islamia I. 2012. Tekanan sosial, tekanan psikologis, dan kesejahteraan subjektif keluarga di wilayah pedesaan dan perkotaan [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Iskandar Z. 2012. Psikologi Lingkungan Teori dan Konsep. Bandung (ID) : Reflika aditama
Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di kabupaten dan Kota Bogor. [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Melson G F. 1980 Family and Environment. Mineapolis, Minnesita (USA). Burgess Publissing Company.
McMullen J. 1992. Privacy, Family Autonomy, and The Maltreated Child. Yale University.(75): 569
22 Poedjioetami.2005. Lokasi strategis sebagai potensi ketahanan hidup di
pemukiman marjinal. Surabaya (ID. Jurnal Rekayasa Perencanaan. (2:1) Razali NHM, Talib A. 2013. Aspects of privacy in muslim mMalay Traditional
dwelling interior in Malaka.University of Westminster. Sciend Direct.
(105): 664-665
Republika. 2013. BKKBN: jumlah penduduk indonesia sangat tinggi [internet].[diunduh 2014 Jun 05]. Tersedia pada :http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/13/11/0vjb kkbn-jumlah-penduduk-indonesia-sangat tinggi.
Republika. 2013. 23 juta unit rumah di Indonesia tak layak huni
[internet].[diunduh 2014 Jun 05]. Tersedia
pada: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/07/n0lpjj-23-juta-unit-rumah-di-indonesia-tak-layak-huni
Sarwono SW. 1992. Psikologi Lngkungan. Jakarta (ID): Grasindo
Sarracino F. 2008. Subjective well-being in low income countries: positional, relational and social capital components. Studi e Note Di Economia.13(3):449-477
Simanjuntak M, Puspitawati H, Hayati L. 2012. Kontribusi ekonomi dan peran ganda perempuan serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif.
JIKK. (5):11-18
Suandi. 2007. Modal sosial dan kesejahteraan ekonomi keluarga di daerah pedesaan dan provinsi jambi. [disertasi]. Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor.
Sunarti E. 2001. Studi ketahanan keluarga dan ukurannya: Telaan Kasus Pengaruhnya Terhadap Kualitas Kehamilan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
________. 2007. Ekologi Keluarga,Ekologi Manusia. Adiwibowo,editor.Fakultas Ekologi Manusia IPB(ID) :FEMA IPB
________, Johan IR, Haryati C. 2010. Hubungan fungsi Agil dengan keseahteraan keluarga nelayan yang rawan terkena bencana alam. JIKK(ID). (3):11-17 ________. 2011. Kependudukan dan keluarga sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN ________. 2013. Ketahanan Keluarga. Bogor (ID). IPB press
________. 2013. Work stability, economic pressure and family welfare.Paper presented at 5th International Work and Falimy Conference, University of Sydney.
Winkelmann, Rainer. 2004. Subjective well-being and the family. Socioeconomic Institut, University of Zurich. (204) : 24 p
23 LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kepadatan, kesesakan dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif Variabel Koef.tidak terstandarisasi (B) Koef. Terstandarisasi Sig Konstanta regresi 61.377 .000
Lama pendidikan istri (tahun) 1.817 .331 .001
Lama pendidikan suami (tahun) .671 .111 .298
Jumlah tanggungan (orang) -3.770 -.330 .013
Jumlah penghuni (orang) -.166 -.027 .795
Lama menikah (tahun) .560 .234 .121
Jumlah ruang 1.343 .196 .113
Lama tinggal di rumah (tahun) -.194 -.171 .106
Lama tinggal di daerah (tahun) .276 .236 .021
Pendapatan perkapita (Rp/bulan) 2.162E-6 .104 .292
Status kerja istri -8.560 -.188 .055
Status kerja suami -3.030 -.102 .262
Lingkungan fisik tempat tinggal -.076 -.137 .137
Umur suami -.266 -.132 .301 Kesesakan -.054 -.086 .397 Privasi -.001 -.002 .980 Kepadatan -.004 -.002 .984 F 2.790 Sig 0.00 Adjusted R Square .186
Lampiran 2 Pengaruh kepadatan, kesesakan dan privasi terhadap kesejahteraan subjektif Variabel Koef.tidak terstandarisasi (B) Koef. Terstandarisasi Sig konstanta regresi 78.66 .000 Kepadatan .196 . 108 .250 Kesesakan -.130 -.208 .032* Privasi .018 .027 .768 F 2.579 Sig .040 Adjusted R2 .043
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Aceh Timur pada tanggal 07 Agustus 1992 dari pasangan Sukardi Abadi dan Sutarni. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dan dibesarkan di Desa Julok Rayeuk Utara, Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur. Pendidikan dasar disesesaikan penulis di SD Negeri 2 Julok Rayeuk pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Indra Makmur dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah dilanjutkan di SMA Negeri Unggul Aceh Timur hingga tahun 2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) di jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Penulis menyelesaikan ilmu minor Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, diantaranya : Pengurus perpustakaan Asrama A3 TPB IPB, staf divisi Syiar LDK Al-Hurriyyah IPB (2010-2011), Sekretaris divisi syiar LDF Forsia (2011-2012), Staf divisi keputrian LDK Al-Hurriyyah (2011-2012), Ketua divisi keputrian LDF Forsia (2012-2013). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam selama 4 semester (2011-2013). Selain itu penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitian di lingkungan kampus baik dalam ruang lingkup departemen maupun fakultas dan IPB. Prestasi yang pernah ditorehkan penulis antara lain : Mahasiswa teladan Asrama (2011). Masuk kedalam peserta dalam lomba MTQ IPB (2012). Kepanitian yang pernah diikuti oleh penulis adalah Divisi acara IPB Islamik Festival (2010,2011,2012). Kepanitian dalam kegiatan di LDF FORSIA FEMA. Kepanitian yang paling membuat banyak pelajaran terkait keluarga kepada penulis adalah saat menjadi bagian Acara dalam kegiatan Deklarasi Keluarga Indonesia tahun 2014.