• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Cerita Bersambung Gurunadi Karya Ismoe Rianto pada Majalah Panjebar Semangat Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Cerita Bersambung Gurunadi Karya Ismoe Rianto pada Majalah Panjebar Semangat Tahun 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 118

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Cerita

Bersambung

Gurunadi

Karya Ismoe Rianto

pada Majalah Panjebar Semangat Tahun 2014

Oleh: Ahad Rohyati

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Ahadrohyati@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan gaya bahasa yang ada dalam Cerita bersambung Gurunadi karya Ismoe Rianto dan (2) mengetahui jenis nilai pendidikan yang ada dalam cerita bersambung Gurunadi karya Ismoe Rianto.Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah Cerita Bersambung “Gurunadi” karya Ismoe Rianto, dan data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan dalam Cerita Bersambung “Gurunadi“ karya Ismoe Rianto berupa dialog-dialog yang didalamnya terdapat penggunaan gaya bahasa. Selain itu, juga berupa berupa kutipan-kutipan dialog yang mengandung nilai pendidikan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka dan teknik simak catat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah human instrument yang dibantu buku tentang sastra dan cerita bersambung serta kartu pencatat data. Teknik analisi data yang digunakan adalah metode analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Cerita Bersambung “Gurunadi“ karya Ismoe Rianto mengandung gaya pendidikan dan nilai pendidikan, gaya bahasa yang digunakan antara lain yaitu gaya bahasa retoris yang terdiri dari asidenton (1 data) dan hiperbola (9 data), gaya bahasa kiasan yang terdiri dari persamaan/simile (8 data), personifikasi (6 data), metonimia (9 data), epitet (5 data). Dan nilai pendidikan yang terdapat dalam Cerita Bersambung “Gurunadi“ karya Imoe Rianto antara lain nilai pendidikan agama (2 data), nilai pendidikan sosial (6 data), nilai pendidikan budaya (6 data), dan nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan Tuhan (2 data), nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan sesama manusia (12 data), dan nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan diri sendiri (14 data).

Kata kunci: gaya bahasa, cerita bersambung Gurunadi

Pendahuluan

Karya sastra merupakan gambaran kehidupan manusia. Kehidupan itu tersendiri merupakan kenyataan sosial yang mencakup hubungan antar manusia dengan Tuhan, sesama, alam, dan diri sendiri. Dalam kehidupan berbahasa terkadang bersifat metaforis dan imajinatif. Bahasa yang bersifat metaforis dan imajinatif biasanya dalam karya sastra melebih-lebihkan sebuah imajinatif yang dituangkan oleh pengarang melalui tulisannya. Hal demikian dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa penasaran dan ketertarikan terhadap karya sastra. Sehingga pembaca mengerti dan secara tidak langsung seperti terbawa ke dalam alur cerita.

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 119 Cerita bersambung sebagai salah satu karya sastra hasil budaya manusia banyak menampilkan berbagai permasalahan yang menyangkut kehidupan manusia. Masalah-masalah manusia pada umunya seperti halnya tingkah laku nafsu, keserakahan, perjudian, perselingkuhan, pelacuran, penindasan, persahabatan, kemiskinan dan lain-lain. Hal-hal demikian pula yang sering terjadi didalam alur sebuah cerita bersambung. Kenyataan itu terkadang terasa sangat nyata dan hidup karena jalinan hubungan tokoh-tokoh, tempat, dan peristiwa-peristiwa yang benar-benar ada atau pernah terjadi pada masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

Gaya bahasa dan nilai pendidikan dapat ditemukan dalam cerita bersambung. Gaya bahasa bertujuan untuk memperindah alur cerita melalui kata-kata. Sedangkan nilai merupakan suatu cara untuk menilai atau memberi penilaian, yang sudah dipertimbangkan sebelumnya mengenai aspek-aspek nilai-nilai tertentu untuk memberi suatu penghargaan atau aspiratif terhadap hal yang dicermati. Tanpa adanya gaya bahasa maka karya sastra tersebut akan hilang estetika atau keindahannya dan alur cerita karya tersebut akan monoton. Dengan adanya gaya bahasa juga bertujuan untuk menarik masyarakat sekarang yang pada kenyataanya lebih memilih membaca cerita berbahasa Indonesia yang lebih mudah di pahami isinya.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Ismawati (2011: 112) penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut jenisnya untuk memperoleh suatu kesimpulan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah cerita bersambung Gurunadi karya Ismoe Rianto tahun pada panjebar semangat tahun 2014. Objek penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah gaya bahasa dan nilai pendidikan cerita bersambung Gurunadi karya Ismoe Rianto dalam majalah panjebar semangat tahun 2014. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen utama adalah peneliti yang dibantu dengan instrumen pendukung yaitu kartu pencatat data. Uji keabsahan data pada penelitian ini ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas.

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 120 Kriteria keabsahan data menggunakan kredibilitas yang ditekankan pada teknik ketekunan pengamatan. Teknik analisis data menggunakan analisis konten atau isi. Selanjutnya teknik penyajian hasil analisis data menggunakan teknik informal. Menurut Sudaryanto (1993: 145), metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol sehingga pembaca lebih mudah memahami hasilnya karena uraian lebih terperinci, hasil analisis dipaparkan secara deskriptif verbal dengan kata-kata biasa.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam cerita bersambung karya Ismoe Rianto pada majalah panjebar semangat tahun 2104 menunjukkan bahwa: 1) Gaya Bahasa dalam cerita bersambung Gurunadi karya Ismoe Rianto pada panjebar semangat tahun 2014 meliputi gaya bahasa simile atau persamaan, gaya bahasa asidenton, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa epitet, gaya bahasa metonimia.

a. Gaya bahasa simile atau persamaan

Merupakan perbandingan dengan kata-kata pembanding. Dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 8 kutipan dengan 8 indikator salah satunya seperti Jroning batin banjur ngakoni yen Anggraeni karo Anggarwati kaya-kaya jambe sinigar loro. Jambe sinigar loro berarti kembar. Kalimat tersebut menggambarkan sifat seseorang yang kembar dibandingkan dengan buah pinang yang di belah dua.

b. Gaya bahasa asidenton

Suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampan di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 1 kutipan dengan 1 indikator yaitu Lirwa marang kuwajiban. Nyepelekake wong lanang. Ambegsiya. Nggregirisi. Njelehi. suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampan di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 121 tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma (,).

c. Gaya bahasa hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal, dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 6 kutipan dengan 6 indikator salah satunya seperti Sirah ora mung ngelu nanging rasane kaya arep sigar. Dalam hal ini hal tersebut adalah kepala yang memikirkan sesuatu masalah yang sangat membuat pusing, sehingga kepala seakan mau pecah. Dalam gaya bahasa ini frasa tersebut mengandung unsur berlebihan dan terlalu dibesar-besarkan.

d. Gaya bahasa personifikasi

Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang meletakkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak, dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 6 kutipan dengan 6 indikator salah satunya seperti Motor saya agak rewel, aloke bu Nita. Motor diibaratkan sebagai seorang makhluk hidup, biasanya yang rewel adalah anak balita saat merasakan haus, lapar, mangantuk, ataupun ingin buang air.

e. Gaya bahasa epitet

Gaya bahasa epitet adalah suatu frasa deskfriptif yang menjelaskan suatu atau menggantikan nama seseorang atau barang. Dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 5 kutipan dengan 5 indikator salah satunya seperti Siji mbaka siji wadon nakal wiwit jumedhul ngrubung warung, Makna dari wadon nakal tersebut adalah perempuan yang bekerja sebagai pekerja seks komersial. Frasa tersebut memang sudah menjadi hal yang biasa digunakan untuk meneyebut perempuan dengan pekerjaan tersebut.

f. Gaya bahasa metonimia

Gaya bahasa metonimia adalah suatu gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata untuk menyatakan hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 9 kutipan dengan 9

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 122 indikator salah satunya yaitu tingkah polahe wong lagi posah-pasihan ing monitor BlackBerry. Maksud dari Blackberry tersebut adalah sebuah alat komunikasi modern yang disebut handphone. Dalam gaya bahasa ini BlackBerry menerangkan nama barang dengan barang yang dinamainya mempunyai pertalian yang sangat dekat.

2) Nilai pendidikan dalam cerita bersambung Gurunadi karya pada majalah Panjebar semangat tahun 2014 meliputi

a. Nilai pendidikan agama

Ginanjar (2012: 59) mengemukakan Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sastra sebagian manyangkut moral, etika,dan kewajiban, dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 2 kutipan dengan 2 indikator salah satunya yaitu Aku percaya yen bojoku sik kuwat imane, sumambunge karo ngesun pipi. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa kuat imannya merupakan suatu kondisi seseorang yang tetap memegang teguh tuntunan agamanya sesuai dengan perintah Tuhan, dengan tidak melakukan sesuatu yang dilarang dalam agamnya.

b. Nilai pendidikan budaya

Nilai pendidikan budaya adalah suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 6 kutipan dengan 6 indikator salah satunya yaitu Ing adicara kirab penganten, para tamu pating pencereng. Maksud dari kalimat tersebut adalah salah satu adat istiadat Jawa dalam hal perkawinan yang berupa arak-arakan yang etrdiri dari domas cucuk lampah dan keluarga untuk menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih ataupun akan memasuki tempat panggih. Kirab merupakan penghormatan kepada kedua pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak dapat memimpin dan membina keluarga dengan baik. c. Nilai pendidikan sosial

Nilai pendidikan sosial adalah nilai sosial merupakan suatu kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 123 seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai pendidikan sosial dalam karya sastra, bisa berasal dari hal-hal yang positif dan negative. Dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 6 kutipan dengan 6 indikator salah satunya yaitu Jenenge kanca, ora ketok sedina nganti rong dina apa ora kuwatir. Widiantoro semaur entheng. Frasa tersebut menjelaskan kepedulian terhadap sesama teman yang tidak kelihatan selam sehari bahakan dua hari, kekhawatiran muncul karena rasa kedekatan mereka yang sudah seperti keluarga. Nilai pendidikan sosial dalam frasa tersebut menunjukkan kepedulian dan perhatian terhadap sesama teman.

d. Nilai pendidikan moral

Nilai pendidikan moral dibagi menjadi 3 yaitu 1) moral yang mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 5 kutipan dengan indikator 5 salah satunya yaitu sawise nginguk Anggara sinau sawetara, Piguna mlebu kamar, nata ambegan. Netremake pikiran, ndedonga ngaturake geng panuwun marang Kang Maha Agung. Frasa tersebut menjelaskan bahwa ungkapan terima kasih. Piguna kepada Tuhan Yang Maha Agung karena telah memberikan berkah, hidayahnya atas hari-hari yang telah dilalui dengan baik. 2) moral yang mencakup hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk dalam hubungan dengan lingkungan alam, dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 12 kutipan dengan 3 indikator salah satunya pada indikator tanggung jawab yaitu Piguna pegawe sing ngerti kuwajiban. Kalimat tersebut menjelaskan Piguna adalah orang yang tahu akan kewajibannya sebagai seorang pegawai di tempat kerjanya. Orang yang tahu akan kuwajibannya, tahu apa yang seharusnya dia kerjakan merupakan ciri-ciri yang dapat dikatakan orang yang bertanggungjawab. Pada indikator rasa cinta yaitu Nyumurupi sayur lan iwak karemane Piguna, Anggraeni gagehan nglumahake piring, nyidhuk sega, nyidhuk sayur, dijangkepi mendhol. Sawise diulungake Piguna, lagi ngladeni awake dhewe. Pada indikator rasa hormat yaitu Sugeng ndalu! Piguna ngacarani. Hhh Danu Probo Kepala Kantore mangsuli. Nilai pendidikan moral terhadap sesama manusia wujud rasa hormat dalam

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 124 kutipan tersbut terdapat pada frasa “Sugeng ndalu! Piguna ngacarani…” ‘Selamat malam! Piguna mendahului…’. Frasa tersebut menjelaskan rasa hormat yang dilakukan Piguna terhadap Danu Probo selaku kepala kantor di tempatnya bekerja. Dengan mendahului salam ketika baru melihat menggambarkan rasa hormat yang tinggi terhadap seorang yang menjadi kepala kantornya. 3) moral yang berhubungan manusia dengan diri sendiri, dalam cerita bersambung Gurunadi terdapat 14 kutipan dengan 4 indikator salah satunya pada indikator Danu Probo manthuk lan akon Piguna njarwati, polatane Ningrum katon binger sumringah, kebak pengarep-arep Danu Probo manthuk lan akon Piguna njarwati, polatane Ningrum katon binger sumringah, kebak pengarep-arep. Kalimat tersebut tersebut menggambarkan seseorang yang sedang bahagia atau senang, terlihat dari wajahnya. Kebahagiaan yang penuh harapan. Pada indikator rasa sedih salah satunya yaitu Batine nelangsa, jalaran ora kuwawa ngayomi Nano lan rumangsa kedosan marang Widiastuti. Nilai pendidikan moral manusia terhadap diri sendiri wujud rasa sedih dalam kutipan tersebut terdapat dalam frasa “Batine nelangsa…” frasa tersebut menggambarkan hati yang sedang bersedih, merasa tidak enak, dan juga merasa bersalah karena tidak mampu mengasuh keponakannya dengan baik. Rasa sedih itu muncul karena adanya emosi yang tidak terlampiaskan, disimpan dalam hati dan menjadi kesedihan yang di rasa sendiri. Pada indikator rasa marah salah satunya adalah Widiantorosing wis pirang-pirang dina ngempet sajake wis entek sabare. Yen ora gelem kanggonan mbok terus terang wae. Pancen aku gak sanggup. Krungu swarane Triasna sing atos, Widiantoro muntab, mung wae ora gelem ndedawa ukara. Nilai pendidikan moral manusia terhadap diri sendiri wujud rasa marah dalam kutipan tersebut terdapat pada kalimat “…Widiantoro sing wis pirang-pirang dina ngempet sajake wis entek sabare…” ‘…Widiantoro yang sudah beberapa hari menahan kayaknya sudah habis sabarnya…’. Frasa tersebut menjelaskan bahwa Widiantoro yang selama beberapa hari ini menahan rasa kesal dan marahnya, dan pada akhirnya sudah kehabisan kesabaran. Namun tidak diluapkan dengan suatu perbuatan yang

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 125 merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Widiantoro memilih diam. Pada indikator rasa takut salah satunya yaitu Apa maneh bareng Triasna blaka, anane ora gelem ngladeni Widiantoro jalaran wedi mbobot. Triasna sajake isih kanji lan injit-injiten, ngelingi anake sing mung umur telung jam. Nilai pendidikan moral manusia terhadap diri sendiri wujud rasa takut dalam kutipan tersebut terdapat frasa “… wedi mbobot…” ‘…takut hamil…’. Frasa tersebut menjelaskan ketakutan seorang perempuan untuk hamil dikarenakan kejadian di masa lalu, yaitu bayinya yang telah lahir hanyabertahan sampai 3 jam dan akhirnya meninggal. Maka dari itu Triasna takut untuk hamil kembali, diapun masih merasa trauma. Manusia sering kali merasakan rasa takut yang berlebihan terdahap suatu kejadian yang diakibatkan di masa lalu, seringkali manusia justru kalah dengan rasa takut itu sehingga menimbulkan suatu sikap yang kurang baik untuk dirinya sendiri.

Simpulan

Dari uraian di atas dapat diperoleh simpulan bahwa gaya bahasa yang terdapat dalam cerita bersambung Gurunadi adalah simile (8) yang tercermin dalam Seperti di dorong saja pada bagian 2: 9, Kaya Terompet pada bagian 5: 20, kaya-kaya jambe sinigar loro pada bagian 20:19, Bebasan pada bagian 21:19, Kaya tong glundhung pada bagian 5: 20, kaya kucing kecemplung Got pada bagian 5: 20, Kaya ara-ara panggonan angon wedus pada bagian 17: 19, Kaya ora ngambah lemah bagian 25: 19, personifikasi (6) tercermin pada Wektu sing lumaku pada bagian 1: 19, Motor saya agak rewel pada bagian 2: 19, kluruk rame pada bagian 2: 19, wengine teras pada bagian 7: 20, Jroning batin dumadi perang rame pada bagian 15: 19, jerit atine pada bagian 17: 20,epitet (5) tercermin pada Mambu kembang pada bagian 1:19, Bale wisma pada bagian 7: 20, Esuk sore pada bagian 18: 20, Wadon nakal pada bagian 8: 20, unting-unting pada bagian 9: 19, metonimia (9) Sedhan abang bata pada bagian 1: 20, Rodha papat pada bagian 7: 20, Blackberry pada bagian 8: 19, Dji Sam Soe pada bagian 16: 19, Super Mi pada bagian 16: 19, Sendhok pada bagian 5: 19, asidenton (1) tercermin pada

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 126 nyepelekake wong lanang. Ambegsiya. Nggregirisi. Pada bagian 20: 20, hiperbola (6) tercermin pada Sewu dalan dilakoni pada bagian 10: 19, Setan wong wae ora wani nyedhak pada bagian 15: 19, Kaget setengah mati pada bagian 23: 19, Pancen ora umum bagian 2: 20, Arep sigar sirahe pada bagian 8: 20.

Nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita bersambung Gurunadi karya Ismoe Rianto adalah nilai pendidikan budaya (6), nilai pendidikan agama (2), nilai pendidikan sosial (6), nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan Tuhan (5), nilai-nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan sesama manusia yang berwujud rasa tanggung jawab (4), rasa cinta (2), rasa hormat (6), nilai-nilai pendidikan moral manusia terhadap diri sendiri yang berwujud rasa senang (2), rasa sedih (6), rasa marah (4), dan rasa takut (2).

Daftar Pustaka

Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta. Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Bahasa & Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka. Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy. 2011. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Referensi

Dokumen terkait

Oleh hal yang demikian, artikel ini menganalisis rangka kerja tadbir urus syariah dalam perbankan Islam di Malaysia yang merangkumi Majlis Penasihat Syariah sebagai

Susanto (2013:72) juga menjelaskan lebih detail bahwa: “Sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan (integarsi) dari sub-sub sistem/komponen baik fisik

CFP (Corporate Financial Performance) dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai atas berbagai aktivitas perusahaan dalam mendayagunakan berbagai keuangan yang tersedia,

14 Dalam penelitian pustaka, teknik triangulasi dimanfaatkan sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dari sumber data primer yaitu buku Dialog

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang strategi pemasaran Mobile Banking BTN yang dilakukan oleh pihak Bank BTN KC Bandung dan

Analisis inkremental dilakukan dengan cara membandingkan hasil investasi yang diperoleh dari transaksi pinjaman pemegang saham antara ACSET dengan anak perusahaannya

Mekanisme pasar Islam ialah mekanisme pasar bebas dimana pemerintah tidak ikut campur dalam menentukan harga pasar namun pemerintah disini berperan sebagai pengawas

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut : Pengertian wakaf secara umum beserta sejarah dan landasan hukumnya, Unsur dan macam-macam wakaf,