• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Gadjah Mada 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Gadjah Mada 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Gadjah Mada 1 d.13. Minggu ke 13

13.1. Pokok Bahasan :Contoh terapan langkah-langkah proses penerapan

13.2. Sub pokok bahasan:Model Farbstein dan model Kurtz 13.3. Materi bahasan :

I. Pemrograman model Farbstein dan model Kurtz a. Dasar-dasar pemrograman Model Farbstein

Farbstein melakukan proses pemrograman melalui 5 (lima) tahap, yang setiap tahapnya merupakan kegiatan dengan selalu mempertimbangkan data-data utama maupun penunjang serta mengutamakan pertimbangan dan kepentngan klien (pemilik maupun pengguna). Walaupun proses pemrograman sangat linier (lihat gambar.l) akan tetapi dimungkinkan kegiatan berjalan secara simultan. berulang dan mundur kebelakang (evaluasi) (Preiser,1985) sebab pada setiaptahap terlibat programmer dan user s untuk mengevaluasi dan menetapkan keuptusan. Kelima tahapan pemroraman yang dimaksud adalah :

a. Literature Survey sebagai pendahuluan, sebagi sumber yang relevan untuk mengakomodasi danmengetahui perilaku pengguna. Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah survey hasil penelitian dan standar-standard yang dtetapkan oleh para praktisi professional. Keterbatasan data dari survey pertama ini kemudian dilanjutkan dengan melihat saran guidline design. Manfaat dari tahap in adalah untul lebih mernfokuskan isu-isu dan alternative-alternatif yang timbul.

b. User Description atau penjelasan/gambaran rinci mengenai pengguna dengan segala perilakunya yang akan ditampung oleh fasilitas.Langkah pertama tahap

 ini adalah mengidentifkas semua potensi yang dimiliki pengguna fasilitas dengan mempertimbagkan dan memilahnya kedalam bentuk-bentuk aktivitas, sikap dan perilaku yang mungkin akan memengaruhi disani. Langkah selanjutnya adalah mengdentifkasi tujuan, kebijakan karakter social budaya dan kebutuhan masa depan para pengguna fasilitas.

c. Performance krteria atau pengembangan kriteria tampilan untuk fasilitas. Karena fasilitas yang akan dibangun harus mampu merespon dan mendukung pengguna dengan segala aktiftasnya maka tahapan ini mewpakan langkah untuk pengembangan berbagai kriteria

d. Program Otions and Costs atau pertirnbangan pilihan-pilihan untuk tingkat dan jenis ruang serta penaksiran harga. Pernilihan pemrograman yang sesuai berguna untuk memaksimalkan tampilan faslitas sehingga setiap pilihan-pilihan program yang disajikan haruslah dievaluasi agar dapat (juga) membatasi program dan proses terus mencapai sesuatu yang lebih spesifik. Dalam penilaian (evaluasi) pilihan-pilihan

(2)

Universitas Gadjah Mada 2 mengukur atau menila biaya dan manfaat tiap alternative sangat ideal mempengaruhi nilai efektif fasilitas,factor ini sangat terkait dengan masalah ekonomi.

e. Space Specifications atau persiapan spesifikasi ruang hasil stesis rekomendasi. Tahap yang merupakan tahap akhir ni menghasilkan rekomendasi spesifkasi ruang-ruang dankarakteristik-karakteristik lingkungan. Spesifikasi yang dimaksud teridiri atas tiga bagian utama yatu

a) Lembaran ikhtsar program untuk setiap lingkup aktiftas.

b) Daftar sejumlah lingkup tiap jens yang masuk/ditampung fasilitas

c) Sejumlah (set) diagram yangmenunjukan kedekatan hubungan antar ruang/area yang satu dengan lainnya.

d)

Rekomendasi tersebut termasuk penjelasan area pengguna dengan kegiatannya, tujuan ataukeinginannya dan fisik yang diinginkan, juga rekomendasi untuk konfigurasi peralatan,mebel danpelaku kegiatan. Namun demikian keseluruhan rekomendasi hanya sebatas saran dan bukan merupakan hasil yang sifatnya hanya akan menutup kemungkinan adanya alternative pemecahan lain .

b. Dasar-dasar Pemrograman Model Kurtz

Model pemrograman ini didasarkan pada pendapat Kurtz (Palmer ,1981) bahwa pemrograman tidak pernah lengkap sebab rengguna dan kebutuhan-kebutuhan akan selalu berubah terus menerus sehingga diperlukan pemrograman ulang yang

(3)

Universitas Gadjah Mada 3 berlanjut. Proses yang dilakukan dalam pemrogram!)ya menjadi sangat berjenjang dan bertahap dari kebutuhan yang sangat umum sampai yang paling rinci.

Secara garis besar pemrograman terdiri atas 4 (empat) tahap utama yaitu:

a. Tahap Orientasi (Orientation), merupakah tahap pengkajian filosofi, kegiatan-kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai oleh klien.

b. Tahap Pembuatan Program Dasar (Base Program), adalah tahap pengkaiian kebutuhan klien, kajian literatur pendukung dan rencana awal program yang terdiri dari organisasi bangunan, area aktifitas, r.ubungan dan ukufan ruang. c. Pengulangan Pemrograman ( Iterative Programming), proses ini terdiri dari

penyajian program dasar kepada klien, mendapat masukan dari klien sebagai feedback, membuat rencana program baru, mengulangj penyajian serta merevisinya sampai tercapai kesepakatan.

d. Disain ( Desigfl as Feedback), proses yang di laku kan adalah mengembangkan skematik disain yang dilakukan selama proses pengulangan terakhir dari pemrograman, penyajian disain awal ,kepada klien, mengolah masukan dari klien, mengembangkan revisi skematik disain, mengulang proses sampai disetuju;.

Keempat tahapan utama tersebut di atas dalam pelaksanaannya menjadi panjang, karena tahap ketiga yaitu tahap iterativ yang diajukan menyiratkan kegiatan yang harus berulang pada setiap tahap beri kutnya (tahap ke-empat). Dengan demi kian proses tidak Linier. .Diagram proses pemrogram yang dimaksud adalah sebagai berikut seperti pada gambar 2 di bawah ini.

(4)
(5)

Universitas Gadjah Mada 5 c. Analisis Model-model Pemrograman

Analisis pemrograman model Farbstein dan Kurtz didasarkan atas prosedur dan proses pengembangannya untuk kemudian dapat dilihat kesamaan maupun perbedaan serta kekuatan dan kelemahan dari masing-masing model.

c.1. Prosedur dan Proses Pemrograman Model Farbstein

Secara prosedural model Farbstein sangat linier (lihat gambar 1) namun dengan dengan melibatkan klien dan programer pada setiap tahapnya memungkin adanya kegiatan evaluasi dan iterasi untuk mer,guiang dan memperbaiki setiap tah sebelum melangkah ke tahap berikutnya.

Menekan pada pemilihan, berbagai kriteria dealam hasil pemrogramannya menunjukan bahwa model ini sangat tidak terkait dengan proses perancangan artlnya tidak ada upaya merancang fasilitas selama tahapan-tahapan pemrograman berlangsung, setiap permasalah yang timbul akan dijabarkan dalam berbagai alternatif pilihan penyelesaian.

Awal proses pemrograman dengan cara survey literatur, menunjukan bahwa Farbstein bekerja tidak dari permasalahan dalam pengertian permasalahanakan dicari setelah hasil survey literatur ( tahap 1) dipadukan dengan tahap 2 (user description, yaitu hasil dari .menerjemahkan tuivan yang ingin dicapai oleh fasilitas. Mulai tahap kedua ini evaluasi oleh klien mulai diterapkan sehingga mulai pada talhap ini pula kemungkinan terjadi perubahan-perubahan secara siklis untuk kemudian jika disetujui akan dilanjutkan pada tahap berikutnya.

Proses pengembangan model ini dapat menjadi sangat sederhana atau sangat kompleks tergantung dari kompleksitas fasifitas yang diprogramnya/dihadapinya. Namun demikian secara umum tetap berada pada jalur seperti digambarkan pada gambar 1 dan tetap mengutamakan klien hal ini seperti ditegaskan oleh Farbstein sendiri dalam Preiser (1985,14)

c.2 Prosedur dan Proses Pemrograman Model Kurtz

Pemrograman model Kurtz tampak lebih panjang dan tidak tinier separti halnya model Farbstein, karena secara ekspfisit ada tahapan yang memproses iterasi atau pengulangan secara tegas setelah tahap evaluasi yang juga secara tegas diperlihatkan oleh model ini, walaupun secara garis besar hanya terdapat empat tahap utama. Pe-mrograman model Kurtz inijuga memperlihatkan bagaimana proses pePe-mrograman sangat terkait dengan desain sehingga lebih rumit dan panjang dibandingkan model Farbstein.

(6)

Universitas Gadjah Mada 6 Akibat adanya keterkaitan dengan desain maka hasil dari tahap-tahap pemrograman juga sekaligus menghasilkan final schematic disain, sesuatu yang tidalk lazim dalam proses pemrograman. Namun demikian melihat batasan pengertian program yang di ajukan Kurtz pada bagian awal serta keterkaitan

pemrograman denge:n disain seperti dinyatakan lebih lanjut dalam (Palmer ,1981 :35) Programming is thus carried (on in an increasing degree of detail simultaneously and in-teractively (emphasis added) with the phases of design, construction and occupancy Maka proses yang demikian panjang dan tidak linier menjadi sangat cocok: pada model ini, walaupun mungkin seperti halnya model di atas tergantung dari tingkat kesulitan program yang diatasi

c.3 Kesamaan dan Perbedaan Model Pemrograman Farhstein dan Kurtz.

Letak kesamaan model Farbstein dan Kurtz adalah keterlibatan klien dalam setiap tahap pemrogramannya balk itu pengguna, maupun pemilik fasilitas, hal ini tentunya akan memak- simalkan hasil pemrograman sesuai dengan harapan. Keterlibatan ini lebih lanjut memperlihatkan bahwa kedua model selalu melakukan eveluasi secara langsung dalam tiap tahapan. Perbedaan kedua model terletak pada dilibatkannya tahap pendisainan dalam pemrograman, Farbstein tidak terkait sama sekali dengan proses disain sedangkan Kurtz sangut menekankan adanya proses pendisainan selama pemrograman dengan maksud memberikan masukan langsung ke dalam program-program yang diajukan (desain-as-fee back). Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.

(7)

Universitas Gadjah Mada 7 Perbandingan Model Pemrograman

c.4.Kekuatan dan Kelemahan Model Pemrograman Farbstein dan Kurtz

Kekuatan dan kelemahan yang ada pada kedua model dapat menjadi ambigu dalam pengertian kekuatan pada satu sisi dapat . juga menjadi kelemahannya; terutama dalam kaitannya dengan tingkat kompleksitas proyek (fasiilitas) yang dikerjakan.

Namun demikian secara umum kekuatan dan kelemahan model ini dapat dijelaskan sebagai berikut,

c.4.1.Kekuatan Model Farbstein:

1. Terletak pada urutan tahap pemrograman yang logis, bergerak secara bertahap dan teratur dari hal yang paling sederhana yaitu studi literatur untuk menentukan masalah kemudian menentukan .'kondisi'. pengguna lalu menetapkan kriteria tampilan yang sesuai dengarl tahap sebelumnya, menentukan program-program terpilih serta diakhiri oleh spesifakasi alternatif ruang dalam bentuk set alternatif usulan penyelesaian masalah.

2. Keterlibatan klien dengan urutan tersebut dimungkinkan pemrograman dilakukan secara bersama-sama I dan evaluasimya dilakukan langsung pada tiap tahap.

(8)

Universitas Gadjah Mada 8 3. Tidak ada proses perancangan atau disain selama pemrograman dilakukan sehingga

produknya akan berupa set alternatif usulan pemecahan masalah yang pada akhirnya memungkin disain tidak tunggal

c.4.2.Kelemahan Model Farbstein:

Model yang berjenjang dan secara tegas memisahkan setiap tahap "tanpa ada" alur feed back (yang) akan memungkinkan setiap tahap berikutnya hanya tergantung dari tahap sebelumnya. Selain itu penetapan masalah tidak merupakan bagian spesifik dan tampaknya hanya terjadi pada tahap ke-dua saja.

c.4.3.Kekuatan Model Kurtz:

1. Adanya proses iterasi yang menunjukan upaya pengkajian tahap-tahap sebelumnya yang tidak sesuai untuk kemudian dilakukan pemrograman ulang

2. Proses iterasi tidak dilakukan sekali tetapi dapat dilakukan berulang dengan demikian menunjukan adanya upaya molakukan feedback.

c.4.4.Kelemahan Model Kurtz:

1. Keteriibatan klien sangat terpisah dengan pemrogram artinya klien hanya bersifat mengevaluasi hasil yang telah dibuat tanpa secara tegas ikut terlibat dalam pemrograman.

2. Landasan penetapan base program tidak tegas dan jelas diperlihatkan sehingga dimungkinkan terjadi penetapan masalah yang tidal: tepat.

3. Adanya proses perancangan dalam pemrogramannya dan basil rancangan menentukan perbaikan program dan final program sehingga hasilnya menjadi rancu dan memungkinkan terjadi disain tunggal dengan kata lain hasil pemrograman hanya berupa penyelesaian bukan set alternatif usulan .

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0.045, artinya ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi lanjutan pada balita di wilayah kerja

Acidophilus history says that years later after Louis Pasteur discovered pasteurization, the method of heating milk to kill harmful bacteria; Elie Metchnikoff researched and

An adult bed wetting message board is also a way of finding out about the different products and how most adults feel about using them.. When you want to post a message on an

Penelitian ini hertujuan untuk mengetahui aktivitas peredaman radikal he has, dari ekstrak metanol kulit hatang pule (Alstonia scholar is) dan kayu rapat (Parameria

Secara teoritis, hasil penelitian ini sebagai salah satu kajian khusus yang berkaitan dengan sikap budaya yang berisi sopan santun, keramahtamahan dalam memenuhi

(2) Kode (B) untuk data yang berkaitan dengan Pelaksanaan Program Mentoring. Agama

Materi Program Ekstrakurikuler Gerakan Pramuka Gugus depan

[r]