• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONE PERIODE SI PROGRAM ESIA DEPOK. Laporan praktek..., Indah Uswatun Hasanah, FF UI, 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONE PERIODE SI PROGRAM ESIA DEPOK. Laporan praktek..., Indah Uswatun Hasanah, FF UI, 2014"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVER

RSITAS IINDONE

ESIA

LAP

DI S

PORAN P

SUKU DIN

PRAKTEK

JAKAR

PE

LAPORA IND

PR

NAS KES

K KERJ

RTA UTA

ERIODE

AN PRAKT DAH USWA AN

FAK

ROGRAM

UNIVER

SEHATA

JA PROF

ARA JL. Y

17 JUNI

TEK KERJ ATUN HAS 1206329 NGKATAN

KULTAS F

M PROFE

RSITAS I

DEPO

JUNI 2

AN KOTA

FESI APO

YOS SUD

– 28 JUN

JA PROFES SANAH., S 9726 N LXXVII

FARMAS

ESI APOT

INDONE

OK

014

A ADMIN

OTEKER

DARSO 27

NISTRASI

R

I

7-29

NI 2013

SI APOTEEKER S.Farm

SI

TEKER

ESIA

(2)

UNIVER

RSITAS IINDONE

ESIA

LA

DI S

PORAN P

LA

Diaju

SUKU

DIN

PRAKTE

JAKAR

PE

PORAN P

kan sebaga

PR

NAS KES

EK KERJ

RTA UTA

ERIODE

PRAKTE

ai salah satu

ANG

FAKU

ROGRAM

UNIVER

SEHATA

JA PROF

ARA JL. Y

17 JUNI

EK KERJ

u syarat un

GKATAN

ULTAS F

M PROFE

RSITAS I

DEPO

JUNI 2

AN KOTA

FESI APO

YOS SUD

– 28 JUN

JA PROF

ntuk memp

N LXXVII

FARMAS

ESI APOT

INDONE

OK

014

A ADMIN

OTEKER

DARSO 27

NISTRASI

I

7-29

NI 2013

FESI APO

OTEKER

peroleh gelaar Apotekeer

I

SI

TEKER

ESIA

(3)
(4)

iv

(5)

   

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ini. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker dan memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

Kami menyadari tanpa bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak penulisan laporan ini sangatlah sulit. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Mahdi Jufri, Msi., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

2. Dr. Drs. Hayun M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

3. dr. Bambang Suheri., selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara

4. drg. Leny Ariyani, selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara

5. Drs. Kusnaedi, Apt., selaku Pembimbing dari Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara dan Kepala Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara atas bimbingan selama pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

6. Dr. Abdul Mun’im, Apt., selaku Pembimbing dalam dari Universitas Indonesia atas bimbingan selama penulisan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan dan didikannya selama ini

8. Tim PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

9. Suamiku Asrian Syah Putra, S.Pi., yang selalu menyemangati, membantu, dan mendukung sehingga laporan ini terselesaikan dengan baik

v   

(6)

 

vi   

10. Teman-teman Apoteker UI Angkatan LXXVII dan Angkatan LXXVIII.

Kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

2014

(7)
(8)

Nama : Indah Uswatun Hasanah, S.Farm Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, JL. Yos Sudarso 27-29

Periode 17 Juni – 28 Juni 2013

Suku Dinas Kesehatan merupakan lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, Pengadaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan di wilayah kota administrasi dan kabupaten. Untuk mengetahui peran apoteker di Pemerintahan serta kendala dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Suku Dinas Kesehatan, maka Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 17 Juni-28 Juni 2013. Berdasarkan pengamatan selama praktek kerja di Pemerintahan, apoteker memiliki peran dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan, yakni pada proses perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana serta tenaga kefarmasian. Kendala yang dihadapi dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian yaitu pengadaan obat harus dioptimalkan dengan menerapkan sistem pengadaan elektronik sehingga dapat menghemat anggaran biaya puskesmas. Sedangkan dibidang pelayanan kefarmasian diseluruh puskesmas kecamatan di jakarta utara perlu ditingkatkan dengan penambahan jumlah apoteker. Pelaksanaan pengadaan obat secara e-purchasing sistem e-catalog di puskesmas kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara merupakan tugas khusus yang diberikan pada Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. Kata Kunci: Suku Dinas Kesehatan, Apoteker, Praktek Kerja, Pelayanan Kefarmasian, Kendala,

Pengadaan Obat, Puskesmas.

Laporan Tugas Umum : xi + 82 halaman; 15 lampiran Laporan Tugas Khusus: iv + 29 halaman; 2 lampiran Daftar Acuan Laporan Tugas Umum : 20 (1989-2012) Daftar Acuan Laporan Tugas Khusus: 13 (2004-2013)

       

(9)

ABSTRACT

Name : Indah Uswatun Hasanah, S.Farm Program Study : Apothecary

Title : The Professional Field Work of Apothecary Report at Sub Health Department administrative city Jakarta, Jl. Yos Sudarso 27-29 Period of June17nd-June28st, 2013

Sub Health Department is the government agency responsible for implementing licensing services, planning, procurement, control, and assessment of the effectiveness of health services in municipalities and counties. Therefore, The Professional of Apothecary Program University of Indonesia in collaboration with sub health department administrative city Jakarta held a Professional Field Work of Apothecary, period of June17nd-June28st, 2013. Based on an observation, pharmacists have a role in the performance of duties and functions of the sub health department, which is in the process of licensing, training, supervision, and control facilities and personnel pharmacy. Problems in performing the work of pharmacy that drug procurement should be optimized by implementing an electronic procurement system so that it can save the cost of health center budgets. While the field of pharmacy services throughout the district health center in northern Jakarta needs to be improved with the addition of a pharmacist. The implementation procurement drug of e-purchasing with e-catalog systems in district health centers at Kelapa Gading, North Jakarta is special assignment report which given in this Professional Field Work of Apothecary.

Key Words : sub health department, pharmacist, field work, pharmaceutical care, problem, drug supply, health center.

General Assignment Report: xi + 82 pages; 15 appendix Special Assignment Report : iv + 29 pages; 2 appendix General Assignment Report Bibliography : 20 (1989-2012) Special Assignment Report Bibliography : 13 (2004-2013)

     

(10)

x   

BAB

ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ... 3

3 B B DAF HALAMAN JUDUL... i HALAMAN SAMPUL... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ...iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii ABSTRACT ... ix DAFTAR ISI ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2

2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA 2.1 Suku Dinas Kesehatan ... 2.2 Visi dan Misi ... 4

2.3 Struktur Organisasi ... 4

2.4 Puskesmas ... 13

2.5 Pengadaan Obat dengan Sistem e-Purchasing ... 20

AB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 22

3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan ... 22

3.2 Ruang Lingkup Perizinan ... 30

3.3 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) .... 43

3.4 Pelanggaran dan Sanksi ... 43

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ... 45

4.2 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara ... 50

AB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 60

(11)

xi    Lamp Lampir Lampir ampiran 4 Lamp

ampiran 6. Berita Acara Serah Terima Peralihan Tanggung Jawab Pelayanan

Kefarmasian ... 69

ampiran 7. Formulir Permohonan Izin Apotek ... 70

Lampiran 8. Surat Izin Apote ... 71

Lampiran 9. Cek list Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena Perubahan 1 Lampiran 15.   DAFTAR LAMPIRAN iran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara... 64

an 2. Lembar Cek List SIPA-SIKA ... 65

an 3. Surat Permohonan SIPA ... 66

. Surat Permohonan SIKTTK ... 67

L iran 5. Cek List SIKTTK... 68

L L k ... Alamat Apotek . ... 73

Lampiran10. Berita Acara Pemeriksaan Apotek ... 74

Lampiran 11. Berita Acara Pemusnahan Resep ... 78

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi ... 79

Lampiran 13. Formulir Permohonan Izin Toko Obat ... 80

Lampiran 14. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ... 8

Hasil Pemeriksaan Terhadap Kesiapan Administrasi dan Teknis. . 82

   

(12)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal penting yang diperlukan dan merupakan hak asasi manusia serta salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pada Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka terdapat Dinas Kesehatan sebagai salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dibidang kesehatan, yang dalam organisasinya dibantu oleh Suku Dinas Kesehatan yang terdapat disetiap Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi.

Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam mengelola bidang kesehatan. Suku Dinas Kesehatan turut ambil bagian dalam mengsukseskan pembangunan daerah melalui upaya kesehatan. Suku Dinas Kesehatan bertanggung jawab melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Adminstrasi dan Kabupaten.

Apoteker berperan penting untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian dalam fasilitas pelayanan kefarmasian. Selain melakukan pekerjaan kefarmasian. Apoteker dapat berperan dalam pemerintahan sebagai penyusun kebijakan di bidang kefarmasian, perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kefarmasian. Apoteker juga memiliki banyak peranan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan. Dalam Suku Dinas Kesehatan, peran Apoteker lebih diarahkan pada proses perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

  1   

(13)

2

    Universitas Indonesia

sarana kefarmasian serta tenaga kefarmasian. Apoteker harus memiliki pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang tata cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari pelayanan kesehatan termasuk sarana dan tenaga kefarmasian sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara.

1.2 Tujuan

Pada pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, calon Apoteker diharapkan mampu untuk:

1. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Utara

2. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) Kota Administrasi Jakarta Utara

3. Mengetahui perizinan, pembinaan, pengawasan, serta pengendalian (binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara

4. Mengetahui dan memahami pelayanan kefarmasian serta pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Kelapa Gading dan Koja.

   

(14)

TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

2.1 Suku Dinas Kesehatan

Sejak sistem pemerintahan otonomi daerah diberlakukan, Provinsi DKI Jakarta membentuk Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dibidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab dan berkedudukan dibawah Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan pengembangan urusan kesehatan.

Suku Dinas Kesehatan adalah Unit Kerja Dinas Kesehatan di kota administrasi. Suku Dinas Kesehatan dibentuk disetiap kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Kepala Suku Dinas yang memimpin Suku Dinas Kesehatan diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Suku Dinas Kesehatan merupakan penamaan baru yang atas penggabungan dari dua Suku Dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Hal ini menimbulkan perubahan pada struktur organisasi secara keseluruhan.

Sebelum penggabungan, Suku Dinas Pelayanan Kesehatan terdiri dari 6 seksi, yaitu; Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Seksi Farmasi Makanan Minuman, Seksi Pelayanan Kesehatan Spesialistik, Seksi Pendataan dan Program, Seksi Gawat Darurat Bencana dan Gakin, Seksi Pengobatan Tradisional, serta Subbag Tata Usaha. Suku Dinas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 seksi, yaitu; Seksi Pendataan dan Program, Seksi Penyakit Menular, Seksi Penyakit Tidak Menular, Seksi Kesehatan Jiwa dan Napza, Seksi Gizi PPSM, Seksi Penyehatan Lingkungan serta Subbag Tata usaha (Suku Dinas Kesehatan Jakarta

(15)

4

Utara, 2010).

Setelah Penggabungan kedua Suku Dinas tersebut menjadi Suku Dinas Kesehatan, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi, yaitu; Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subbag Tata Usaha.

2.2 Visi dan Misi

Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas Kesehatan yang Profesional Menuju Jakarta Utara Sehat Untuk Semua”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi yaitu (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010):

1. Meningkatkan kompetensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) dijajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi 3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja

4. Meningkatkan system informasi yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan berbasis komputer

5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih

6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih, sehat, serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana

7. Meningkatkan kualitas dan respon time pelayanan kesehatan Gawat Darurat dan Bencana

8. Meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat di Jakarta Utara

9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

2.3 Struktur Organisasi

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta diatur dengan Pasal 23 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 150 Tahun 2009 terdiri dari (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009):

1. Kepala Suku Dinas Kesehatan 2. Sub Bagian Tata Usaha

(16)

3. Seksi Kesehatan Masyarakat 4. Seksi Pelayanan Kesehatan 5. Seksi Sumber Daya Kesehatan

6. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

Sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan.

2.3.1 Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai ruang lingkup tugas:

1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya

3. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA Suku Dinas

4. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA Suku Dinas

5. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas 6. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas

7. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, dan pemeliharaan dari perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas

8. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor 9. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas

10. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas 11. Menerima, mencatat, membukukan, mensetorkan, dan melaporkan

penerimaan retribusi Suku Dinas kesehatan

12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Sub Bagian Tata Usaha

13. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) Suku Dinas

14. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha.

(17)

6

Sub Bagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Umum dan Protokol, Kepegawaian, serta Keuangan. Koordinator umum mengatur administrasi surat menyurat, pelaksanaan protokoler dan rumah tangga, pelaksanaan urusan perlengkapan serta pembuatan RKA. Koordinator Kepegawaian mengatur perencanaan kebutuhan pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan, administrasi kepegawaian, monitoring disiplin pegawai, serta semua hak dan kewajiban pegawai di Suku Dinas Kesehatan. Koordinator Keuangan mengatur pengelolaan dan pelaporan keuangan untuk menunjang operasional dari Suku Dinas Kesehatan. Selain itu Koordinator Keuangan juga mengatur pelaksanaan pengarsipan dokumen gaji pegawai, pelaporan pajak, dan pengajuan SPP (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).

2.3.2 Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Tugas pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010):

1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya

3. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja,kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan

4. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat

5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi

6. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat

7. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat tingkat kota administrasi

(18)

8. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi

9. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM (Pembinaan Peran Serta Masyarakat)

10. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

11. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat

12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat

13. n mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.

Melaporkan da

Seksi Kesehatan Masyarakat membawahi 3 koordinator, yaitu; Koordinator Gizi dan PPSM, Koordinator Kesehatan Keluarga, serta Koordinator Promosi dan Informasi Kesehatan. Koordinator Gizi dan PPSM bertanggung jawab dalam penyelenggaraan serta pelaksanaan kegiatan gizi dan PPSM di puskesmas tingkat kecamatan serta kelurahan. Koordinator Kesehatan Keluarga mengurusi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan program kesehatan keluarga seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lansia, kesehatan gigi dan mulut, serta penanganan kekerasan dalam rumah tangga. Koordinator Promosi dan Informasi Kesehatan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).

2.3.3 Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Tugas pokok dan fungsi Seksi Pelayanan Kesehatan diantaranya adalah:

1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya

3. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan

(19)

8

4. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan

5. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan

6. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan.

7. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan 8. Memberikan tanda daftar kepengobatan tradisional

9. Melaksanakan siaga 24 jam atau pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes)

10. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan

11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan

12. i

Pelayanan Kesehatan. Seksi Pel

Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seks

ayanan Kesehatan membawahi 3 koordinator, yaitu; Koordinator Pelayan

dinator Gawat Darurat dan Bencana bertugas untuk melakukan pembin

radisional bertanggung an Kesehatan Dasar, Koordinator Gawat Darurat dan Bencana, serta Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional. Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pengelolaan serta pengembangan pelayanan kesehatan dasar. Koordinator ini juga bertanggung jawab memberikan, mengendalikan, dan mengevaluasi layanan perizinan sarana kesehatan dasar serta profesinya.

Koor

aan, pengawasan, serta pengendalian mekanisme pelayanan kesehatan gawat darurat. Koordinator ini bertanggung jawab pada penyusunan materi pelatihan tenaga kesehatan dan penduduk tentang kegawatdaruratan dan bencana, penyusunan petunjuk teknis penanganan kegawatdaruratan pada bangunan publik, serta membangun kesiapan tenaga kesehatan dan penduduk dalam menghadapi keadaan gawat darurat dan bencana dari aspek kesehatan.

Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan T

(20)

jawab

.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan

erupakan satuan kerja lini Suku Dinas Keseha

s sesuai dengan lingkup tugasnya

akanan dan

n kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan

enaga kesehatan

kepatuhan petugas

dan audit eksternal penerapan sistem

ei kepuasaan pelanggan kesehatan

dampingan penerapan

melalui forum dan fasilitator ur,

asan, dan pengendalian dalam pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan sarana pelayanan kesehatan keahlian dan pengobatan tradisional serta komplementer alternatif. Koordinator ini juga melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).

2

Seksi Sumber Daya Kesehatan m

tan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Bagian ini mempunyai tugas pokok dan fungsi:

1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dina

2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya 3. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, m

minuman 4. Melaksanaka

5. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan t berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan serta pelatihan 6. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat

kesehatan terhadap standar pelayanan 7. Melaksanakan kegiatan audit internal

manajemen mutu. 8. Melaksanakan surv

9. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pen sistem manajemen mutu kepada Puskesmas

10. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu

11. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instrukt pengkaji, dan auditor mutu pelayanan kesehatan

12. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengaw

pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat

(21)

10

tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga

13. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan

iaan obat dan perbekalan kesehatan pada

n pemetaan sumber daya kesehatan

engan tugas

ngjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber

Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi 3 koordinator, yaitu; Standar

r Farmakmin bertugas dan bertanggung jawab memberikan pelayan

bertugas dan bertanggung jawab memba

persediaan cadangan obat esensial 14. Melaksanakan pengelolaan persed

lingkup kota administrasi 15. Melaksanakan monitoring da

16. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait d Seksi Sumber Daya Kesehatan

17. Melaporkan dan mempertanggu Daya Kesehatan.

isasi Manajemen Kesehatan; Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin); serta Tenaga Kesehatan. Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengelola administrasi dan perencanaan mutu; melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan; merencanakan, melaksanakan, dan memantau program audit internal dan eksternal; serta peninjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu.

Koordinato

an perizinan farmasi, makanan, dan minuman, mengendalikan mutu pelayanan farmakmin, membuat perencanaan kegiatan dan anggaran farmakmin, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada customer, melakukan verifikasi berkas perizinan yang masuk, melaksanakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin, membuat perencanaan kerja dan laporan, serta evaluasi kerja mingguan.

Koordinator Tenaga Kesehatan

ntu menyusun bahan RKA dan DPA Seksi Sumber Daya Kesehatan, menyusun dan mengoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan Penilaian Calon Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas, mengoordinasikan Pelaksanaan

(22)

Pembinaan Tenaga Kesehatan, membantu dalam pelaksanaan segala proses perizinan tenaga kesehatan, serta melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).

2.3.5 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

rupakan satuan kerja lini Suku Dinas K

inas sesuai dengan lingkup

n DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya

menular,

an penyakit

ultasi, dan pendampingan teknis

n kegiatan koordinasi, kerjasama, dan kemitraan pengendalian

dan informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan me

esehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Adapun tugas pokok dan fungsi Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan antara lain (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010):

1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku D tugasnya

2. Melaksanaka

3. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak

kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan

4. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji 5. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendali

menular serta kesehatan jiwa masyarakat 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan, kons

peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalianpenyakit menular dan tidak menularserta kesehatan jiwa masyarakat

7. Melaksanaka

penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintahan/swasta/masyarakat

8. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi

9. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, serta memanfaatkan data

(23)

12

kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi

10. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan

lian surveilans kematian

an

air minum atau air bersih, penyehatan

ngan

an Masalah Kesehatan

sehatan membawahi 3 koordinator, yaitu; oordinator Kesehatan Lingkungan, Koordinator Penyakit Menular dan Tidak Menula

11. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau KLB dan surveilans 12. Melaksanakan kegiatan pengenda

13. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulang wabah atau KLB dan surveilans

14. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan

makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, penyehatan ditempat-tempat kerja, tempat-tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan

15. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingku

16. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja

17. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendali

18. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

Seksi Pengendalian Masalah Ke K

r, serta Koordinator Wabah dan Surveilans. Koordinator Kesehatan Lingkungan bertanggung jawab menyusun program, rencana kerja, dan alokasi anggaran kegiatan kesehatan lingkungan meliputi penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan ditempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida, dan lingkungan lainnya.

(24)

Koordinator Penyakit Menular dan Tidak Menular bertanggung jawab dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyakit menular (DBD, ISPA, Pneum

alokasi anggaran kegiatan penanggulangan wabah

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / ng jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu

kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama,

onia, diare, kusta, HIV/AIDS, dan TBC), penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, NAPZA, dan haji. Disamping itu, koordinator ini juga bertugas memberikan informasi mengenai perkembangan penyakit menular di Jakarta Utara.

Koordinator Wabah dan Surveilans bertanggung jawab menyusun program, rencana kegiatan, dan

dan surveilans serta melakukan sosialisasi program tersebut. Koordinator ini melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan surveilans pada Puskesmas Kecamatan serta memberikan dan menganalisa perkembangan penyakit menular terutama yang berpotensi menimbulkan KLB (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).

2.4 Puskesmas

Kota yang bertanggu

wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau kelurahan atau rukun warga (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya

yaitu; lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

(25)

14

masyar kat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

2.4.1 Pe a

layanan Kefarmasian di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari ng mengacu pada pelayanan kefarm

klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat se

pu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu 2. M

rbal, maupun bahasa lokal al

empat, fasilitas

orientasi obat menjadi orientasi pasien ya

asian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya dan pelayanan farmasi

rta pencatatan atau penyimpanan resep). Pelayanan kefarmasian dilakukan dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana, dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Sumber daya yang penting untuk dikelola dalam pelayanan kefarmasian meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, serta administrasi. Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas adalah Apoteker sedangkan Asisten Apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan Apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut.

Kompetensi Apoteker di Puskesmas sebagai berikut: 1. Mam

ampu mengambil keputusan secara professional

3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonve

4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun inform sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (uptodate).

Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Sarana adalah suatu t

, dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas

(26)

diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien.

Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut:

1 pan nama “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien 2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien

. Pa

gan gram dan ong, rak alat-alat, dan lain-lain

osur,

edisi terakhir, Informasi Spesialite

supositoria, serum, gan

tanggal kadaluarsa obat, dapat

informasi obat.

bat, obat tradisional dan kosmetik. Perb kalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlu

3. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timban miligram, mortir-stamper, gelas ukur, cor

4. Tersedia tempat dan alat untuk memberikan informasi obat bebas dalam upaya penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat br leaflet, booklet dan majalah kesehatan

5. Tersedia sumber informasi dan literature obat yang memadai untuk pelayanan informasi obat (Farmakope Indonesia

Obat Indonesia, dan Informasi Obat Nasional Indonesia)

6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai 7. Tempatpenyimpananobatkhususseperti lemari es untuk

dan vaksin, serta lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai den peraturan perundang-undangan yang berlaku

8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk

dipantau dengan baik

9. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan

Sediaan farmasi adalah obat, bahan o e

kan untuk menyelenggarakan kesehatan. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu; perencanaan, permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten / kota, penerimaan, penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer, pendistribusian, dan pelaporan menggunakan formulir Laporan

(27)

16

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan resep harian secara teratur selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara, pengadministrasian termasuk juga untuk kesalahan pengobatan (medication error), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), dan Medication Record.

Pel yanan farm si klinik di Puskesmas meliputi pelayanan resep dan pelayanan informasi obat (PIO). P

a a

elayanan resep adalah proses kegiatan yang meliput

gan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluw

ma pasien pada etiket, cara penggunaan, serta jenis dan jumlah obat harus d

i aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan pemeriksaan kelengkapan administratif resep (nama dokter, nomor surat izin praktek / SIP, alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien), pemeriksaan kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara, dan lama penggunaan obat), dan pertimbangan klinik (alergi, efek samping, interaksi, dan kesesuaian dosis). Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia.

Setelah Apoteker memeriksa resep, dilakukan pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan den

arsa dan keadaan fisik obat. Selanjutnya dilakukan peracikan obat dan pemberian etiket warna putih untuk obat dalam atau oral dan etiket warna biru untuk obat luar serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk suspensi, kemudian memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

Sebelum obat diserahkan kepada pasien, pemeriksaan kembali mengenai penulisan na

ilakukan. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat, dan mungkin emosinya yang kurang stabil. Pastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya, berikan informasi cara penggunaan obat dan

(28)

hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain-lain.

Pelayanan Informasi Obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat ya

Persediaan Farmasi di Puskesmas

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan anan dan distribusi, pencata

ehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenu

ng rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat. Informasi obat yang diperlukan pasien adalah waktu penggunaan obat, lama penggunaan obat, serta cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim atau salep rektal, dan tablet vagina (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

2.4.2 Pengelolaan

perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimp

tan dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepat mutunya ditiap unit pelayanan kesehatan.

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kes

han kebutuhan obat di Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten / Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di

(29)

18

Kabupaten / Kota.

Tujuan perencanaan obat adalah untuk:

a. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yan

secara rasional.

akan di Puskesmas adalah obat esehatan dengan merujuk pada D

iajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupa

obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, jadwal distribu

g sesuai dengan kebutuhan

b. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat c. Meningkatkan penggunaan obat

Obat yang diperkenankan untuk disedi

esensial yang jenisnya telah ditetapkan oleh Menteri K

aftar Obat Esensial Nasional. Selain itu, sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas d

ten / Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Permintaan obat dan perbekalan farmasi dapat berupa permintaan rutin atau permintaan khusus. Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota untuk masing-masing Puskesmas. Permintaan khusus dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan meningkat, terjadi kekosongan, atau Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana).

Data yang diperlukan untuk menentukan jumlah permintaan obat adalah data pemakaian

si obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, dan sisa stok. Untuk Provinsi DKI Jakarta, perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi diserahkan kepadamasing-masingPuskesmas Kecamatan sehingga tidak dilakukan oleh instalasifarmasikota.

Penerimaan obat diPuskesmas adalah suatu kegiatan dalam menerima

(30)

obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelo

naan obat berikut kelengk

at-obatan yang diterima agar tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik m

u laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunc

butuhan sub-sub unit pelayan

la dibawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas. Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.

Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggu

apan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat wajib melakukan pemeriksaan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi; kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), serta ditandatangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas. Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.

Penyimpanan obat di Puskesmas adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap ob

aupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan terjamin mutu dan keamanannya. Gudang penyimpanan obat harus memiliki luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan. Ruangan harus kering dan tidak lembap, memiliki ventilasi, dan cahaya yang cukup. Lantai dibuat dari semen / ubin / keramik / papan (bahan lain) yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain, barang tidak boleh diletakkan dilantai tetapi harus diberi alas papan (palet).

Gudang harus mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda serta tersedia lemari ata

i dan terjamin keamanannya. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan Gudang. Untuk menjaga mutu obat, kondisi penyimpanan seperti kelembapan, suhu, dan sinar matahari perlu diperhatikan.

Distribusi atau penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi ke

an kesehatan. Distribusi obat di Puskesmas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja

(31)

20

Puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu terjamin. Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia. Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-rata per-periode untuk setiap jenis obat, sisa stok, pola penyakit, dan jumlah kunjungan dimasing-masing sub unit pelayanan kesehatan.

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obatan secara tertib, baik obat-obatan

(LKPP, 2010)

engadaan Barang atau Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif gelolaan yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di Puskesmas. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data untuk perencanaan kebutuhan, serta sumber data untuk pembuatan laporan. Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas adalah LPLPO dan kartu stok (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010).

2.5 Pengadaan Obat dengan Sistem e -Purchasing P

merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pen

keuangan negara. Salah satu perwujudannya adalah dengan pelaksanaan proses Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah secara elektronik, yaitu Pengadaan Barang atau Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaraan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah secara elektronik diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 sebagai perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah, dan sebagaimana ketentuan dalam pasal 131 ayat (1) bahwa pada tahun 2012 K/L/D/I wajib melaksanakan Pengadaan Barang atau Jasa secara elektronik untuk sebagian atau seluruh paket-paket pekerjaan. Selain itu dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 juga mengatur mengenai Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sebagai unit kerja K/L/D/I untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang atau Jasa secara

(32)

    Universitas Indonesia

gkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi,

h secara elektronik.

ara elektronik. Dalam e-Purchasing Obat Pemerintah, terdapat fitur untuk p

elektronik yang ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh Peraturan Kepala LKPP No. 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik. LPSE dalam menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang atau Jasa secara elektronik wajib memenuhi ketentuan sebagaimana yang ditentukan dalam undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Proses Pengadaan Barang atau Jasa pemerintah secara elektronik ini akan lebih menin

dan akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara. Selain itu juga dapat lebih menjamin tersedianya informasi, kesempatan usaha, serta mendorong terjadinya persaingan yang sehat dan terwujudnya keadilan bagi seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah.

Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibuat untuk mewujudkan harapan pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerinta

Layanan yang tersedia dalam SPSE saat ini adalah e-Tendering yaitu tata cara pemilihan Penyedia Barang atau Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang atau Jasa yang terdaftar pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik dengan menyampaikan 1 (satu) penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Tata cara e-Tendering, syarat dan ketentuan serta panduan pengguna (user guide) diatur dalam Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-Tendering. Selain itu di dalam SPSE juga telah disiapkan fasilitas untuk proses audit secara online (e-Audit), dan e-Purchasing Obat Pemerintah.

e-Purchasing dibuat agar proses untuk pengadaan obat pemerintah dapat dilakukan sec

embuatan paket, unduh (download) format surat pesanan, unduh format standar kontrak, unggah (upload) hasil scan kontrak yang sudah ditandatangani, sampai dengan cetak pesanan obat. Dengan adanya e-Purchasing Obat Pemerintah, diharapkan proses pengadaan obat pemerintah dapat di monitor dan lebih transparan.

   

(33)

   

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan.

Salah satu seksi di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan; Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin); serta Tenaga Kesehatan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, maka Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki wewenang antara lain:

1. Menilai kinerja staf di lingkungan Seksi Sumber Daya Kesehatan 2. Menetapkan perencanaan program Seksi Sumber Daya Kesehatan 3. Mewakili Kepala Suku Dinas sesuai dengan kewenangan yang diberikan 4. Mengendalikan seluruh kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan

5. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman.

3.1.1 Standarisasi Manajemen Kesehatan

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan adalah:

1. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara

2. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan

3. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas

4. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen mutu di tingkat Kota Administrasi Jakarta Utara

5. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

6. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu

22

(34)

7. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu.

Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan memiliki wewenang, yaitu: 1. Memberikan masukan kepada Kepala Seksi sehubungan dengan ruang

lingkup tugasnya

2. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

3. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

4. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan.

Koordinator Standardisasi Manajemen Kesehatan membawahi beberapa sub bagian diantaranya:

a. Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu

Sub Bagian Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Menginventarisasi kegiatan di Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

2. Menginventarisasi kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan penerapan sistem manajemen mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam rangka penerapan sistem mutu Suku Dinas Kesehatan

4. Membuat rencana kerja tahunan Koordinator Standardisasi Manajemen Mutu

5. Melaporkan rencana anggaran

6. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dokumen, berkas, arsip, rekaman, dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan mutu Suku Dinas Kesehatan.

(35)

24   

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu adalah:

1. Memberikan masukan kepada Kepala Seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya

2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.

b. Pengelola Survei Kepuasan Pelanggan

Sub Bagian Pengelola Survei Kepuasan Pelanggan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Memastikan berjalannya kegiatan survei kepuasan pelanggan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

2. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan survei kepuasan pelanggan

3. Membuat rencana kegiatan tahunan survei kepuasan pelanggan 4. Melaporkan kegiatan survei kepuasan pelanggan.

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Survei Kepuasan Pelanggan adalah:

1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya

2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.

c. Pengelola Audit Internal

Sub Bagian Pengelola Audit Internal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengelola kegiatan audit internal

2. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Internal Suku Dinas Kesehatan 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan

audit internal

Universitas Indonesia

   

(36)

4. Membuat laporan kegiatan audit internal Suku Dinas Kesehatan.

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Audit Internal adalah:

1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya

2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.

d. Pengelola Audit Eksternal

Sub Bagian Pengelola Audit Eksternal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengelola kegiatan audit eksternal

2. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Eksternal Suku Dinas Kesehatan 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan

audit eksternal

4. Membuat laporan kegiatan audit eksternal Suku Dinas Kesehatan.

Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit eksternal adalah:

1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya

2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.

e. Pengelola Forum Komunikasi Mutu

Sub Bagian Pengelola Forum Komunikasi Mutu memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengelola kegiatan forum komunikasi mutu yang merupakan pertemuan rutin antara perwakilan tim mutu Suku Dinas atau pertemuan antara perwakilan tim mutu Suku Dinas dan puskesmas

2. Memastikan berjalannya kegiatan forum komunikasi mutu Suku Dinas kesehatan

(37)

26   

3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan forum komunikasi mutu

4. Membuat laporan kegiatan forum kemunikasi mutu Suku Dinas kesehatan.

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Forum Komunikasi Mutu adalah: 1. Memberikan masukan kepada Kepala Seksi sehubungan dengan ruang

lingkup tugasnya.

2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran.

3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.

3.1.2 Farmasi, Makanan, dan Minuman

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Farmakmin adalah (Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010):

1. Memberikan pelayanan perizinan Farmakmin 2. Mengendalikan mutu pelayanan Farmakmin

3. Membuat perencanaan kegiatan dan anggaran Farmakmin 4. Verifikasi berkas perizinan yang masuk (ditolak/dilanjutkan)

5. Melaksanakan Inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin.

Koordinator Farmakmin memiliki wewenang, antara lain: 1. Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin

2. Mewakili Kepala Seksi sesuai dengan kewenangan yang diberikan

3. Mengendalikan kegiatan perizinan sarana Farmakmin dan kegiatan Binwasdal

4. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin Farmakmin.

Koordinator Farmakmin membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Administrasi Farmakmin

Sub Bagian Pengelola Administrasi Farmakmin memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengoordinasikan peninjauan lapangan

Universitas Indonesia

   

(38)

2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan

3. Pemegang program kegiatan sosialisai tenaga Asisten Apoteker, penyuluhan keamanan pangan, dan pembinaan sarana pelayanan Farmakmin

4. Menerima berkas perizinan dan mencatat dalam buku register 5. Memberi nomor Surat Tugas dan Rekap BAP

6. Mengoordinasikan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk semua jenis sarana pelayanan kesehatan Farmakmin

7. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap).

Wewenang dari Sub Bagian Pengelola Administrasi Farmakmin adalah:

1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan

2. Mengusulkan rencana kegiatan

3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya.

b. Pengelola Apotek dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)

Sub Bagian Pengelola Apotek dan UMOT memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan UMOT 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan apotek dan UMOT 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga Asisten Apoteker

4. Mengoordinasikan dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk apotek dan UMOT

5. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program 6. Menerima laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika.

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Apotek dan UMOT adalah: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau

rapat sesuai kewenangan 2. Mengusulkan rencana kegiatan

3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

(39)

28   

4. Merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan.

c. Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan

Sub Bagian Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan (P-IRT) memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke P-IRT 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan P-IRT 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi P-IRT

4. Mengoordinasikan dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk P-IRT

5. Membuat perencanaan dan laporan kegiatan program.

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola P-IRT adalah:

1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan

2. Mengusulkan rencana kegiatan

3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

4. Merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan.

Sub Bagian Pengelola Toko Obat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat 2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat

3. Mengoordinasikan dan melaksanakan Binwasdal ke lapangan untuk toko obat

4. Membuat perencanaan dan laporan kegiatan program

5. Menerima dan menyimpan obat serta alat perbekalan kesehatan dalam gudang obat dan mencatat dalam buku penerimaan serta kartu stok obat dan alat perbekalan kesehatan.

Universitas Indonesia

   

(40)

3.1.3 Tenaga Kesehatan

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Tenaga Kesehatan (NAKES) adalah: 1. Membantu Kepala Seksi menyusun RKA dan DPA Seksi Sumber Daya

Kesehatan

2. Menyusun jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan

3. Menganalisis dan melaksanakan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

4. Membantu terlaksananya program kegiatan di Seksi Sumber Daya Kesehatan

5. Mengendalikan dan mengoordinasikan tugas dan wewenang tenaga kesehatan.

Koordinator NAKES memiliki wewenang antara lain:

1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan

2. Mengusulkan rencana program kegiatan

3. Mengoordinasikan program kegiatan kepada seksi terkait.

Koordinator NAKES membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Bimbingan Teknis (BIMTEK)

Sub Bagian Pengelola BIMTEK memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga kesehatan

2. Membantu koordinator dalam membuat jadwal BIMTEK tenaga kesehatan

3. Membantu koordinator dalam pelaksanaan BIMTEK.

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola BIMTEK adalah: 1. Mengusulkan rencana program kegiatan BIMTEK

2. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. b. Pengadministrasian

Sub Bagian Pengadministrasian memiliki tugas dan tanggung jawab

(41)

30   

sebagai berikut:

1. Mengarsipkan bahan RKA dan DPA tenaga kesehatan 2. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar tenaga kesehatan 3. Mengadministrasikan jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan

4. Mengadministrasikan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

5. Mengadministrasikan hasil program kegiatan di Seksi Sumber Daya Kesehatan.

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengadministrasian adalah mengumpulkan data-data dan semua hasil kegiatan program kerja yang ada di Koordinator Tenaga Kesehatan.

c. Pengelola Diklat (Pendidikan dan Pelatihan)

Sub Bagian Pengelola Diklat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga kesehatan

2. Membantu koordinator membuat jadwal Diklat tenaga kesehatan 3. Membantu koordinator dalam pelaksanaan Diklat.

Adapun wewenang dari sub bagian pengelola Diklat adalah: 1. Mengusulkan rencana kegiatan

2. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya.

3.2 Ruang Lingkup Perizinan

Farmakmin mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Layanan perizinan yang diberikan oleh Farmakmin meliputi pemberian surat izin sarana dan surat izin kerja. Adapun jenis surat izin tersebut sebagai berikut (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2011):

1. Untuk sarana kesehatan meliputi:

a. Apotek yaitu pemberian Izin Sarana Apotek

Universitas Indonesia

   

(42)

b. Toko Obat yaitu pemberian Izin Sarana Toko Obat

c. Usaha Mikro Obat Tradisional (OT) yaitu pemberian izin prinsip dan izin usaha Industri Kecil Obat Tradisional

d. Sub PAK yaitu pemberian rekomendasi Sub Penyalur Alat Kesehatan e. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). 2. Untuk tenaga kesehatan meliputi:

a. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) b. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

c. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) d. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dinyatakan bahwa semua penyelenggaraan sarana kesehatan harus mempunyai izin. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan tersebut, seluruh penyelenggaraan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman di wilayah Provinsi DKI Jakarta harus mempunyai izin yang dapat berupa izin prinsip maupun izin tetap.

Izin prinsip dimaksudkan agar pihak penyelenggara mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia. Izin tetap diberikan bila pihak penyelenggara sudah dapat beroperasi penuh karena seluruh persyaratan sarana / prasarana sudah lengkap. Kepemilikan Sarana Kesehatan Farmakmin berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia diperbolehkan untuk perorangan maupun berbentuk badan hukum tergantung jenis dari sarana kesehatan Farmakmin.

3.2.1 Apotek

Berdasarkan PP No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian diapotek hanya boleh dilakukan oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Berdasarkan Permenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai

(43)

32   

tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat, dan sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan serta tidak melakukan perubahan.

Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik seperti perubahan / pindah alamat maupun perubahan non fisik seperti perubahan / pergantian kepemilikan, perubahan / pergantian tenaga ahli sarana kesehatan (Apoteker), perubahan / pergantian nama sarana kesehatan serta perubahan surat izin kesehatan jika hilang. Setiap perubahan fisik dan non fisik tersebut harus disertai dengan perubahan izin apotek dan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan.

Untuk mendapatkan SIA baru, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, kamar kerja Apoteker, tempat pencucian alat, dan toilet / WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik.

Apotek harus mempunyai papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, dan alamat apotek. Selain itu, apotek juga harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan

Universitas Indonesia

   

Gambar

Gambar 1. Alur Proses e-Purchasing Obat.....................................................
Gambar 2. Tampilan Menu Utama e-Catalogue
Gambar 3. Tampilan Menu e-Catalogue Obat Pemerintah Untuk Provinsi DKI Jakarta

Referensi

Dokumen terkait