• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides,

Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi

SKRIPSI

ADETIAS KATANAKAN GINTING E10013243

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUMCalopogonium mucunoides,

Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi Adetias Katanakan Ginting, di bawah bimbingan

Dr. Rahmi Dianita, S.Pt., M.Sc(1) dan Dr. Ir. A Rahman Sy, M.Sc(2) RINGKASAN

Pemupukan seperti pupuk N dan P dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, khususnya pada penanaman legum. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N dan P terhadap pertumbuhan tanaman legum. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan Juli sampai dengan September 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (3 x 3) dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jenis legum yang terdiri atas: L1= C.mucunoides,L2= C. pubescens dan L3= A. pintoi dan faktor kedua adalah jenis pupukyang terdiri atas: P1= pupuk N, P2= pupuk P dan P3= pupuk N+P. Peubah yang diamati meliputi jumlah daun, berat kering tajuk dan berat kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis legum yang berbeda mempunyai kemampuan menghasilkan jumlah daun, berat kering tajuk dan berat kering akar yang berbeda(P<0,05). Pemberian pupuk dapat meningkatkan berat kering tajuk, tetapi tidak nyata (P>0,05) meningkatkan jumlah daun dan berat kering akar. Jenis legum yang berbeda yang diberikan jenis pupuk tertentu secara nyata (P<0,05) dapat meningkatkan jumlah daun, tetapi tidak nyata (P>0,05) meningkatkan berat kering tajuk dan berat kering akar. Disimpulkan bahwa pertumbuhan legum yang paling baik adalah pada legum C. mucunoides yang ditandai dengan berat kering tajuk dan berat kering akar yang tinggi. Pemupukan yang terbaik untuk pertumbuhan ketiga jenis legum tersebut adalah dengan pemberian pupuk N+P diindikasikan oleh berat kering tajuk dan akar yang tinggi. Jenis legum A. pintoiyang dipupuk dengan P mempunyai jumlah helai daun yang paling banyak dibandingkan dengan jenis legum yang lain.

1) Pembimbing Utama 2) Pembimbing Pendamping

(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan Legum Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens dan Arachis pintoi” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Jambi, Juni 2017

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 09 Januari 1996, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sarim Ginting dan Sulastri. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Bulukerto pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Bulukerto, dan pendidikan menengah atas di SMAN 2 Tungkal Ulu pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi melalui jalur ujian masuk bersama. Pada bulan September penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) Desa Sejahtera Mandiri Kementerian Sosial di Desa Muaro Pijoan Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.

(6)

PRAKATA

Hijauan pakan ternak terdiri atas rumput dan legum, dibandingkan rumput leguminosa merupakan pakan yang mempunyai kualitas tinggi. Mengingat pentingnya peranan N dan P untuk pertumbuhan beberapa legum tropis merambat, sehingga perlu dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan Legum Callopogonium mucunoides, Centrosema pubescens dan Arachis pintoi. Sehubungan dengan ini, penelitian telah dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Peternakan Universitas Jambi di Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian yang diperoleh dituangkan dalam tulisan ini.

Pada kesempatan ini, penulis awali dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan nikmat kesehatan serta kesempatan yang telah dianugrahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Skripsi ini merupakan persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian dan penyelesaian penulisan skirpsi. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sarim Ginting dan Ibu Sulastri, S.E yang selalu bekerja keras dan memberikan semangat serta doa kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan studi dengan baik.

2. Dr. Rahmi Dianita, S.Pt., M.Sc selaku pembimbing utamayang sudah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini dan terimakasih untuk nasehat serta motivasi yang selalu diberikan sehingga penulis bersemangat dan tetap bersyukur menghadapi semuanya.

3. Dr. Ir. A. Rahman Sy., M.Sc selaku pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan selalu sabar dalam

(7)

4. Dr. Ir. Yurleni, M.Si sebagai dosen wali akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan. 5. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas

Jambi beserta para dosen daan seluruh karyawan/ staf pegawai Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang telah membantu selama penulis mengikuti studi.

6. Ir. Ubaidillah, MP yang telah membantu dan membimbing penulis dalam proses pengolahan data penelitian.

7. Ir. Darmawan, MP sebagai ketua jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

8. Teman seperjuangan penelitian Nurmala Sari Lubis, S.Pt yang sudah bersama melewati penelitian untuk dapat menyelesaikan studi dengan baik.

9. Teman-teman kost Sri Mahmudah, Salamah, S.Pd dan Anggun Febianti yang selalu menyemangati serta mengingatkan untuk selalu beribadah dan istirahat dalam menyusun skripsi.

10. Sahabat saya Misnawati, S.Pt, Shinta Adreani, Noni Suryani dan Rini Aprida Harahap, Wulandari, S.Pt, Hendrawin, dan semua mahasiswa kelas D 2013 yang sudah berbagi melewati hari-hari selama kuliah.

11. Sahabat SMA saya Neli Oktavianis,Nia Safitri, Miranti Septiani yang selalu menemani hari-hari di saat sedang terbebani masalah.

12. Anak hijauan Henggi Apedro, S.Pt, Dwi D.A Sihombing, S.Pt, Abu Bakar Ahmad, Ardi Setiawan, Dina, Dani, Wiranto, Khoyum dan Ikke Yuliarti, S.Pt yang selalu memberikan semangat serta dorongan untuk terus berjuang dalam keadaan apapun.

13. Teman posko 37 kukerta DSM KEMENSOS Novelia Yolanda Rizki, Magrefa Eptanasia Putri, S.E, Yeni Kurniawati, S.Pd, Try Yudiarti dan anggota posko 37 DSM KEMENSOS yang sudah melewati kukerta bersama dan bisa menjadi teman baik sampai sekarang.

14. Eko S Baskoro, S.E yang telah memberikan semangat yang tiada henti-hentinya serta selalu membantu penulis dalam melaksanakan penelitian, menyusun skripsi.

(8)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Jambi, Juni 2017

(9)

DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ... i DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I.PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Legum Pakan Tropis Merambat ... 4

2.2. Tanah Ultisol ... 7

2.3. Pupuk Nitrogen dan Pengaruhnya pada Pertumbuhan Tanaman Legum ... 8

2.4. Pupuk Fosfor dan Pengaruhnya pada Pertumbuhan Tanaman Legum ... 10

BAB III. METODE PENELITIAN ... 12

3.1 Tempat dan Waktu ... 12

3.2. Materi dan Peralatan ... 12

3.3. Metode ... 12

3.4. Rancangan Penelitian ... 13

3.5. Peubah yang Diamati ... 14

3.6. Analisis Data ... 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1. Keadaan Umum ... 15

4.2. Jumlah Daun, Berat Kering Tajuk dan Berat Kering Akar pada Legum C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi... 16

4.2.1 Jumlah Daun (Helai) ... 17

4.2.2 Berat Kering Tajuk ... 18

4.2.3 Berat Kering Akar ... 20

BAB V. KESIMPULAN... 22

5.1. Kesimpulan ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rataan Jumlah Daun, Berat Kering Tajuk dan Berat Kering Akar

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pertumbuhan C. mucunoides, C. pubescens dan

A. pintoi (pada akhir penelitian)………... 15 2. AkarC. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah Penelitian... 29

2. Analisis Tanah ... 29

3. Perhitungan Pemakaian Pupuk Berdasarkan Berat Tanah... 29

4.Perhitungan Pengapuran ... 30

5.Pengukuran Kebutuhan Air (Penyiraman)... 30

6.Analisis Ragam dari Data Jumlah Daun Berdasarkan Ranca-ngan Acak Lengkap (RAL) Faktorial... 31

7.Analisis Ragam dari Data Berat Kering Tajuk Berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial ... 32

8.Analisis Ragam dari Data Berat Kering Akar Berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial... 34

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Legum merupakan salah satu hijauan yang berfungsi dalam meningkatkan kesuburan tanah. Legum mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas pastura karena memiliki kemampuan dalam menambat sejumlah nitrogen bebas di udara. Nitrogen tersebut di tambat oleh

Rhizobium yang terdapat dalam nodul pada akar tanaman legum (Salisbury dan Ross, 1995). Beberapa jenis legum yang berpotensi untuk ditanam sebagai tanaman pastura dan memiliki kualitas yang tinggi adalah Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens dan Arachis pintoi. Selain sebagai spesies yang baik sebagai tanaman sisipan untuk pastura, legum-legum ini juga baik ditanam sebagai cover crops, pengendali gulma dan sekaligus sebagai tanaman konvervasi untuk mengendalikan erosi tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Menurut Agus et.al. (2000) legum Calopogonium mucunoides telah digunakan sebagai cover crops, karena kemampuannya dalam menutup tanah sebesar 87,5%. Aulia (2011) melaporkan bahwa legum C. pubescens dapat digunakan sebagai tanaman sisipan pada pastura untuk meningkatkan produksi hijauan dan memperbaiki struktur tanah. Legum ini menghasilkan penutupan tanah sebesar 88.90% pada umur 3 bulan. Sedangkan Arachis pintoi memiliki kandungan protein yang tinggi sebagai pakan ternak dan selama tiga bulan dapat menutup permukaan tanah 100% (Purba dan Rahutomo, 2002).

Di Indonesia, ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang mempunyai penyebaran yang luas mencapai 45,8 juta ha atau sekitar 24,3% dari total luas daratan Indonesia (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2000). Tanah ultisol tersebar terutama di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Penanaman tanaman hijauan pakan legum pada tanah ultisol memerlukan penanganan yang tepat. Menurut Hardjowigeno (2003) secara umum, tanah ultisol memiliki kandungan hara makro N, P dan K. Tanah ultisol memiliki kadar keasaman yang tinggi, sehingga kadar Al meningkat dan dapat menjadi racun bagi tanaman, menyebabkan fiksasi P dan ketersediaan unsur hara menjadi rendah.

(14)

Untuk meningkatkan produktivitas tanah ultisol dapat dilakukan dengan cara pengapuran dan pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman yang bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui penyediaan hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Kemampuan legum dapat ditunjang dengan pemupukan yang tepat agar dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Fanindi et.al., 2010).

Pertumbuhan vegetatif tanaman dapat dipicu dengan memberikan pupuk nitrogen (Istiana, 2007). Selain nitrogen, unsur hara makro P sangat dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan tanaman legum. Menurut Sutedja (2002) fosfor dapat berperan dalam pembentukan dan perkembangan akar-akar halus serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa. Hasil penelitian Fanindi (2009) pemberian pupuk nitrogen seperti urea 300 kg/ha dan TSP 200 kg/ha dapat meningkatkan bobot polong legum Arachis pintoi. Menurut Dianita dan Abdullah (2011) pemberian pupuk urea 300 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan beberapa tanaman hijauan menjalar seperti A. compressus dalam hal panjang tanaman, jumlah daun, bobot tajuk dan akar, N tajuk dan serapan N aktual. Kemudian diikutioleh spesies B. humidicola, P. notatum, dan A. pintoi.

Menurut Marsono (2002) unsur N berfungsi memacu pertumbuhan tanaman dan berperan dalam pembentukan klorofil, lemak, protein dan senyawa lainnya. Selain unsur N, kandungan P pada tanah menjadi penting karena leguminosa biasanya lebih responsif terhadap P. Menurut Agus dan Rujiter (2004) unsur P berperan penting dalam transfer energi dalam sel tanaman dan dapat juga meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan unsur N. Mengingat pentingnya peranan N dan P untuk pertumbuhan beberapa legum tropis merambat, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan Legum Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens

dan Arachis pintoi. 1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N dan P terhadap pertumbuhan tanaman legum.

(15)

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi tentang penggunaan pupuk N dan P terhadap pertumbuhan tanaman legum.

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Legum Pakan Tropis Merambat

Indonesia termasuk ke dalam wilayah yang beriklim tropis. Tanaman-tanaman yang bisa hidup dengan baik di wilayah iklim sub-tropis belum tentu dapat hidup dengan baik di wilayah tropis dan sebaliknya. Spesies hijauan leguminosa merupakan tanaman yang mempunyai kemampuan dalam beradaptasi dengan iklim tropis (Prawiradiputra et.al., 2012). Tanaman leguminosa yang dapat digunakan antara lain legum Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens, dan Arachis pintoi. Calopogonium mucunoides merupakan tanaman yang merambat, menjalar dengan batang ditutupi bulu-bulu halus, tumbuh dengan cara membelit atau memanjat. C. mucunoides mempunyai daun yang membulat dengan helai daun berjumlah tiga helai dan mempunyai bunga yang berwarna ungu. Dalam satu tahun, daun yang jatuh dari tanaman ini dapat mencapai 7 ton/ha, sedangkan total produksi hijauannya dapat mencapai 10 ton/ha, bahkan dapat meningkat hingga 15 ton/ha pada puncak produksi (Fanindi dan Prawiradiputra, 2003). Bunga pada tanaman C. mucunoides terdiri atas 2-6 helai, berwarna biru dengan titik-titik hijau kekuningan atau ungu. Polong linear dengan panjang 2,5-4 cm, berwarna kuning kecoklatan, ditutupi dengan bulu yang lebat. Tanaman C. mucunoides ini hidup agak lama dan dapat hidup di dataran rendah sampai lebih kurang 300 m dpl, di tempat terbuka dan kering dapat tumbuh baik terutama di daerah-daerah dengan kelembaban tinggi. C. mucunoides dapat membentuk hamparan dengan ketinggian sekitar 45 cm (Rukmana, 2005). Legum ini mempunyai peranan dapat mengurangi erosi, mengikat N bebas dari udara, memperbaiki struktur tanah, serta meningkatkan kemampuan menahan air tanah. Intensitas cahaya tidak mempengaruhi tinggi tanaman C. mucunoides, walaupun pada intensitas cahaya rendah tinggi C. mucunoides lebih tinggi jika dibandingkan dengan cahaya penuh (Fanindi et.al., 2010). C. mucunoides mempunyai pertumbuhan yang menjalar, merambat, dan tidak tahan nauangan yang lebat tetapi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang lembab (Sukamto, 2006).

(17)

Centrosema pubescens berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini merupakan salah satu jenis legum yang paling luas penyebarannya di kawasan tropis. Jenis legum seperti C. pubescens mampu memfiksasi nitrogen secara biologis dari bawah tanah dan daunnya sering digunakan oleh petani sebagai sumber nitrogen. Tanaman ini mampu menghasilkan biomassa yang tinggi (Mensah, 2007). C. pubescens mempunyai tiga helai daun disetiap tangkainya. C. pubescens mengandung sekitar 16-19 % protein kasar serta dapat menekan perkembangan tumbuhan pengganggu. C. pubescens dapat meningkatkan kualitas hijauan terutama pada kandungan proteinnya. Keadaan musim penghujan maupun kekeringan tidak berpengaruh terhadap tanaman C. pubescens karena tanaman ini tetap mengandung protein yang tinggi. C. pubescens merupakan hijauan leguminosa yang mempunyai kandungan protein cukup baik yaitu sekitar 22.45% (Nworgu and Faasogbon, 2007). C. pubescens

merupakan jenis kacang-kacangan yang cepat tumbuh dan mampu hidup pada keadaan musim kering sampai 6 bulan kering dan tahan terhadap kondisi lahan tergenang air. C. pubescens dapat tumbuh baik pada berbagai tipe tanah. Saat mengalami musim kemarau tanaman legum ini memiliki panjang sebesar 33.33 cm, sedangkan pada musim hujan C. pubescens memiliki panjang tanaman sebesar 23.33cm (Sutaedi, 2005). Menurut Mansyur (2006) tanaman C. pubescens

dapat meningkatkan produksi segar, produksi bahan kering, kandungan protein kasar, dan kandungan kalsium sebagai tanaman campuran dengan rumput. Hal ini dikarenakan kemampuan dari C. pubescens dalam memfiksasi nitrogen bebas dari udara dengan bantuan bakteri rhizobium sehingga tanah banyak mengandung nitrogen yang dapat membantu pertumbuhan dan produksi rumput tersebut. C. pubescens dapat meningkatkan kualitas hijauan terutama pada kandungan protein.

C. pubescens dapat tumbuh dengan baik pada musim kemarau maupun musim hujan dibandingkan dengan spesies Centrosema lainnya. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan penampakan warna daun, pembungaan dan pembentukan biji (Sutedi

et.al., 2005). Penelitian Hartutik et.al. (2012) menyatakan bahwa konsentrasi NO3

tertinggi terdapat pada jenis legum sentro. Hal ini diduga karena C. pubescens

memiliki kemampuan aktivitas rhizobium yang lebih baik dan kemampuan fiksasi nitrogen yang lebih baik.

(18)

Arachis pintoi merupakan tanaman jenis legum yang sangat baik ditanam sebagai tanaman penutup tanah dan tahan injakan. Legum ini tergolong tidak sulit dalam perawatannya karena dapat tumbuh pada segala kondisi. A. pintoi

mempunyai batang yang tumbuh menjalar, akar dan sulur tumbuh dari buku batang apabila kontak langsung dengan tanah. A. pintoi ini umumnya berbunga sebanyak 40-65 bunga/m2 setiap harinya. Setiap polong biasanya mengandung

sebuah biji. Tanaman Arachis pintoi mempunyai dua pasang helai daun disetiap tangkainya. Daunnya berbentuk oval dengan ukuran lebih kurang 1.5 cm. Diperlukan waktu 2 -5 bulan untuk menutupi seluruh permukaan tanah dengan pertumbuhan yang seragam, bergantung kondisi lingkungan dan jarak tanam (Balai Penelitian Tanah, 2004). A. pintoi dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan pendukung kesuburan tanah. A. pintoi merupakan tanaman yang mempunyai jalur fotosintesis C3 membutuhkan cahaya matahari yang tidak tinggi untuk mencapai laju fotosintesis maksimum. A. pintoi selain sebagai pakan ternak juga sangat baik ditanam sebagai biomulsa pada produksi sayuran dan buah, tanaman penutup tanah, bahan hijauan makanan ternak ataupun sebagai tanaman hias (Kartika et.al., 2009). Perbanyakan tanaman A. pintoi ini dapat dilakukan dengan menggunakan biji, stek, dan stolon. Selama tiga bulan telah menutup permukaan tanah 100% dan menghasilkan biomassa yang tinggi yaitu sebesar 3,75 ton bobot kering/ha pada umur 14 minggu setelah tanam. A. pintoi mudah dikembangkan dengan cara stek langsung, serta mempunyai karakter pertumbuhan yang mampu menutup permukaan tanah dengan sempurna (Purba dan Rahutomo, 2000). A. pintoi toleran terhadap naungan sampai 60% dan dapat di kembangkan dengan stek, baik stek pangkal, tengah maupun pucuk. Panjang stek dua dan tiga ruas memiliki kemampuan yang sama dalam memanfaatkan unsur hara dan faktor lingkungan (Susanti, 2012). Dari hasil pengamatannya, Evisal (2003) juga melaporkan bahwa A. pintoi menghasilkan biomassa yang lebih besar dibandingkan C. mucunoides, walaupun kecepatan penutupan permukaan tanahnya lebih lambat. Peran penting A. pintoi selain sebagai pakan ternak adalah dapat meningkatkan kesuburan tanah, karena dapat menyediakan N untuk tanah serta dapat melepas nutrisi dari media secara cepat, sehingga

(19)

2.2 Tanah Ultisol

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang penyebarannya sangat luas. Ultisol merupakan tanah mineral yang berkembang dari bahan induk tua dan telah mengalami pelapukan lanjut. Proses pembentukannya berawal dari pencucian intensif terhadap basa-basa sehingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah sampai lapisan bawah (1,8 meter dari permukaan tanah). Disamping itu terjadi pencucian liat (lessivage) yang menghasilkan horison argilik di lapisan bawah. Terjadi proses pencucian basa-basa dan liat dalam waktu yang lama serta ditunjang oleh suhu tahunan rata-rata lebih dari 8oC (Nurhasanah,

2000). Tanah ultisol yang mempunyai horison argilik ini bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kendala kesuburan tanah yang utama adalah tingkat kemasamannya yang tinggi (pH rendah), kejenuhan aluminium (Al) umumnya tinggi, miskin unsur-unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan S, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan Al yang tinggi dapat meracuni tanaman (Kasno, 2002). Ultisol bervariasi dalam warna dari ungu-merah, orange kemerahan dengan terang-menyilaukan, oranye pucat kekuningan dan bahkan beberapa nada kekuningan coklat terang. Tanah Ultisol terbentuk dari bahan-bahan yang bersifat masam dengan sifat fisik jelek sampai sedang. Tanah ultisol miskin unsur hara tanaman terutama pada keadaan tanpa tanaman di permukaannya, peka terhadap erosi, bertekstur debu/pasir (Alamiah, 2014). Tekstur lempung tanah Ultisol umumnya didominasi oleh mineral kaolinit yang tidak banyak memberikan kontribusi tukar kation tanah sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Daya sangga tanah Ultisol terlihat terendah dibanding tanah Inceptisol dan Vertisol (Sulaeman et.al., 2000). Kendala pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian adalah kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan hara dan bahan organik rendah, dan tanah peka terhadap erosi. Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan tanaman pangan lebih banyak menghadapi kendala perkebunan. Oleh karena itu, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan kelapa sawit, karet, dan hutan tanaman industri, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Untuk memanfaatkan tanah ini perlu di lakukan pengapuran dan

(20)

pemupukan agar tanaman yang ditanam pada tanah ultisol dapat tumbuh optimal (Siahaan, 2016).

2.3 Pupuk Nitrogen dan Pengaruhnya pada Pertumbuhan Tanaman Legum

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara utama yang dibutuhkan seluruh tanaman termasuk legum untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal. Nitrogen berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, sehingga daun tanaman menjadi lebih lebar, berwarna lebih hijau dan lebih berkualitas (Wahyudi, 2010). Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik, tidak hanya penting memakai dosis pupuk yang tepat saja tetapi juga penting diketahui cara penggunaan pupuk, agar dicapai produksi tanaman yang maksimal (Pratiwi, 2008). Pada kelembaban 73%, urea sudah menarik uap air dari udara. Sehingga urea mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari pupuk urea yaitu mengandung unsur N. Kekurangan dari urea yaitu jika diberikan ke dalam tanah akan mudah menguap, mudah tercuci dan dapat membuat tanaman hangus, terutama pada tanaman yang memiliki daun yang peka (Lingga dan Marsono, 2007). Warna daun yang merupakan indikator status N tanaman berkaitan erat dengan tingkat fotosintesis daun dan produksi tanaman. Bila N diberikan cukup pada tanaman, kebutuhan akan hara lain seperti fosfor (P) meningkat untuk mengimbangi laju pertumbuhan tanaman yang cepat (Fairhurst

et.al.,2007).

Tanaman menyerap N dalam bentuk ion nitrat atau amonium, yang keduanya merupakan ion yang larut dalam air. Tanaman yang mempunyai ketersediaan N yang cukup akan tumbuh dengan cepat. Sebagai pelengkap bagi peranannya dalam sintesis protein, nitrogen merupakan bagian tak terpisahkan dari molekul klorofil dan karenanya pemberian N dalam jumlah cukup akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang vigor dan warna hijau segar (Sunu dan Wartoyo, 2006). Tanaman mengambil N dari tanah secara berkelanjutan dalam daur hidupnya dan kebutuhan N biasanya meningkat dengan meningkatnya ukuran tanaman. Dalam jaringan tanaman, nitrogen merupakan unsur hara esensial dan unsur penyusun asam-asam amino, protein dan enzim. Selain itu,

(21)

nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokonin dan auksin (Lakitan, 2008).

Kekurangan unsur N akan terlihat pada warna daun, yaitu daun menjadi hijau kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya. Kemudian terjadi peristiwa pengeringan daun tersebut yang dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas. Unsur N sangat mobil dalam tanaman, kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2% - 4% berat kering. Pembentukan tunas suatu tanaman legum dipengaruhi oleh unsur N. Unsur N membantu proses fotosintesis dengan menghasilkan klorofil yang diserap oleh tanaman, selain itu berfungsi juga untuk proses pembentukan protein (Fanindi et.al., 2009). Pupuk N sangat diperlukan oleh tanaman legum, ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Nitrogen yang terdapat pada pupuk memberikan warna daun yang lebih hijau (Budhie, 2010). Pupuk N biasanya dipakai untuk tanaman kacang tanah. Nitrogen dapat meningkatkan produksi kacang tanah karena pupuk mengandung hara dengan konsentrasi relatif tinggi (Indria, 2005). Pemupukan N memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot hijauan dan tinggi tanaman A. pintoi (Fanindi et.al.,2009).

Pemberian pupuk kimia seperti unsur nitrogen dapat meningkatkan jumlah

Rhizobium sp dan Azotobacter sp serta pertumbuhan tanaman kacang (Maharani, 2015). Unsur hara yang dikandung dalam pupuk Urea yaitu N sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain : (1) membuat tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (Chlorophyl) yang mempunyai peranan dalam proses fotosintesis, (2) mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain), (3) menambah kandungan protein tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan (Novizan, 2002). Hasil penelitian Hasanudin et.al. (2006) menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk N dari 0 – 13,755 gr/tanaman akan diikuti peningkatan serapan N rata-rata sebesar 1,170 gr/tanaman. Roesmarkam (2002) juga menyatakan untuk pertumbuhan yang optimal selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain.

(22)

2.4. Pupuk Fosfor dan Pengaruhnya pada Pertumbuhan Tanaman Legum

Fosfat merupakan makro nutrien kunci sintesis biomolekul seperti asam nukleat, fosfolipid dan ATP sehingga pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada ketersediaan molekul tersebut. Fosfat merupakan unsur hara esensial yang diperlukan untuk sintesis ATP yaitu senyawa organik yang bersifat sebagai kunci utama reaksi-reaksi energetik pada berbagai proses metabolisme tanaman (Heldt and Heldt 2005). ATP diperlukan untuk sebagian besar energi reaksi biokimia yang terikat dan sistem transfer energi dengan sel tumbuhan (Supriono, 2000).

Pemberian pupuk P yang dicampur pada lapisan olah tanah lebih tersedia dan dapat dicapai dengan mudah oleh akar tanaman. P yang diserap oleh akar kemudian disebarkan ke daun, batang, tangkai dan biji. Fungsi unsur P yaitu merangsang perkembangan akar sehinga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan menambah nilai gizi (Supriono, 2000). Unsur fosfor pada tanaman legum berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, merangsang pertumbuhan tunas (Rover, 2009). Fungsi P dalam tanaman yaitu dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, dapat memepercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya, dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian (Sutejo, 2002). Pada awal pertumbuhan tanaman, pupuk fosfat sangat berperan sebagai komponen beberapa enzim dan ketersediaan asam nukleat. Sedangkan pada akhir pertumbuhan sangat berperan dalam pembentukan biji dan buah (Hanafiah, 2005).

Pada tanaman legum unsur P dapat mengaktifkan pembentukan polong dan pengisian polong yang masih kosong, serta mempercepat pemasakan buah. Periode terbesar penggunaan fosfor (P) dimulai pada masa pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari sebelum biji berkembang penuh (AAK, 2000). Pemupukan P dapat meningkatkan produksi polong legum A. pintoi (Fanindi, 2009). Pupuk fosfat berfungsi mendorong pertumbuhan akar. Bagi kacang tanah, pupuk fosfat dibutuhkan lebih banyak dibandingkan nitrogen yaitu 45 kg N/ha. Unsur P membantu pembentukan biji dan kesempurnaan biji tanaman kacang tanah (Indria, 2005). Efisiensi pemupukan P dengan pemupukan batuan fosfat

(23)

tertinggi (Lukiwati dan Simanungkalit, 2002). Tidak semua dosis pemupukan P dapat diabsorbsi oleh akar tanaman, sehingga masih terdapat residu pupuk P di dalam tanah. Produksi biji dan bahan kering leguminosa pada periode tanam kedua lebih tinggi dibanding tanpa pemupukan P dengan residu pemupukan P pada dosis 132 kg P/ha (Lukiwati dan Waluyanti, 2001).

Meningkatnya kandungan TSP pada awal pertumbuhan akan memacu kecepatan tumbuh tanaman karena P berperan dalam pembentukan sel baru bagi pertumbuhan tanaman yaitu melalui pembentukan asam nukleat, phytin, fosfolipid dan protein. Hal ini menyebabkan pertumbuhan daun tanaman yang baik, sehingga meningkatkan bobot bahan hijauan pada saat panen. Kurangnya unsur P juga dapat menyebabkan tepi daun, cabang dan batang tanaman terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Jika tanaman tersebut berbuah maka akan menunjukkan buah yang kecil, tampak jelek, dan lebih cepat matang sehingga perlu diberi penambahan unsur hara yang mengandung P dengan melakukan pemupukan (Lingga dan Marsono, 2004).

(24)

BAB III

METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dimulai pada bulan Juli sampai dengan September 2016.

3.2 Materi dan Peralatan

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu legum Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens, stekbatang Arachis pintoi, pupuk sumber N yaitu Urea, pupuk sumber P yaitu TSP, tanah ultisol, kapur dolomit dan tidak dilakukan inokulasi pada benih legum. Sedangkan alat yang digunakan yaitu polybag, saringan, cangkul, sabit, ember, timbangan, oven, penggaris, ajir dan lanjaran dari bambu, lori, pipa, corong plastik, literan plastik, solder, dan alat tulis pencatatan pengamatan.

3.3 Metode

3.3.1 Persiapan Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu persiapan media tanam dengan mengambil tanah dari lahan Rumah Kaca Fapet Farm Universitas Jambi dan dilakukan pengolahan tanah seperti diayak dan dikeringanginkan. Kemudian tanah ditimbang sebanyak 8 kg, setelah itu pengapuran dilakukan dengan mencampur tanah dan kapur hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam polibag ukuran 35 x 35 cm x 0,08 mm. Kapur yang digunakan yaitu kapur dolomit dengan pemberian 12 gr/ polibag. Penentuan dosis pengapuran dilakukan berdasarkan pH tanah media tanam.

Bahan tanam legum C. mucunoides dan C. pubescens diperoleh dengan melakukan penyemaian dari biji, sedangkan bahan tanam legum A. pintoi

diperoleh dengan menanam stek batang legum A. pintoi yang ditanam 2 minggu setelah kedua legum lainnya disemai. Penyemaian bahan tanam legum C.

(25)

Penyemaian dilakukan selama dua minggu, kemudian legum dipindahkan ke dalam polibag penelitian dengan isi tanah 8 kg.

3.3.2 Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemanenan

Pipa paralon berdiameter ±2 cm dipotong sepanjang 15 cm dan diberi beberapa lubang di bagian sisinya yang digunakan sebagai alat untuk mengalirkan air pada saat penyiraman agar air dapat menyebar ke seluruh bagian tanah. Pipa paralon tersebut diletakkan didalam polybag yang berisi tanah pada bagian tengah yaitu 3 cm dari dasar tanah dengan pipa paralon sepanjang 10 cm. Sisa pipa paralon sepanjang 5 cm berada di luar permukaan tanah untuk mempermudah dalam penyiraman tanaman.

Bahan tanam legum C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi yang telah disiapkan kemudian ditanam. Setelah tiga hari ditanam, dilakukan pemupukan sesuai perlakuan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara mengelilingi tanaman legum tersebut dan tidak tercampur dengan jenis pupuk lain.

Tanaman legum dibiarkan tumbuh selama dua bulan. Pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihkan hama dan gulma yang tumbuh di sekitar polybag tanaman. Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari, pada pagi hari dan sore hari. Pengambilan data helai daun dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

Pemanenan dilakukan untuk melihat hasil berat kering tajuk dan berat kering akar tanaman legum tersebut.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor (3 × 3) dengan 3 ulangan dengan jumlah total 27 unit percobaan, satuan unit percobaan terdiri atas 2 polybag sehingga keseluruhan terdapat 54 polybag. Faktor pertama adalah jenis legum yang dicobakan adalah terdiri atas :

L1 = C. mucunoides

L2 = C. pubescens

(26)

Faktor kedua adalah jenis pupuk, yaitu : P1 = Pupuk Urea 300 kg/ha P2 = Pupuk TSP 200 kg /ha

P3 = Pupuk Urea 300 kg/ha + Pupuk TSP 200 kg/ha

3.5 Peubah yang Diamati

Adapun peubah yang diamati dari penelitian ini adalah jumlah daun, hasil berat kering tajuk dan berat kering akar legum C. mucunoides, C. pubescens, dan

A. pintoi.

3.5.1. Jumlah Daun; pengambilan data dilakukan dengan cara menghitung setiap helai jumlah daun yang tumbuh pada tanaman legum pada akhir penelitian.

3.5.2. Hasil Berat Kering Tajuk; pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat panen dengan cara memotong tanaman pada pangkal batang. Tajuk tanaman yang sudah diambil tersebut dikeringkan dalam oven suhu 70oC

selama 48 jam. Setelah di oven, dilakukan penimbangan berat kering tanaman.

3.5.3. Berat Kering Akar; pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat panen dengan cara membersihkan akar dari tanah dengan cara polibag disobek dan dipisahkan sebagian tanahnya yang tidak lengket dengan akar. Kemudian akar tanaman beserta tanah yang masih lengket tersebut di-rendam kedalam air lalu dibuang tanahnya. Akar tanaman diambil dengan hati-hati dan kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah itu dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 70oC selama 48 jam, lalu ditimbang berat akar setelah di oven. 3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, jika terdapat pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan Uji Kontras (Steel and Torrie, 1987).

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan UmumTanaman

Kondisi tanaman secara umum terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan hasil pengamatan kondisi temperatur dan kelembaban setiap hari di lokasi penelitian, suhu sesaat yang tertinggi pada rumah kaca mencapai 47,9oC dengan kelembaban 21%. Pada saat hujan tercatat

kelembaban, di rumah kaca sebesar 74% dan suhu sebesar 22,4oC yang

merupakan suhu terendah selama penelitian.

Gambar 1. Pertumbuhan C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi

(pada akhir penelitian)

C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi mengalami pertumbuhan yang baik yang ditandai bertambahnya panjang tanaman, tunas dan jumlah daun (Gambar 1).

Calopogonium mucunoides Centrosema Pubescens

(28)

Umur berbunga merupakan indikasi yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya peralihan fase pertumbuhan tanaman dari fase vegetatif ke fase generatif. Pada saat penanaman, A. pintoi sudah ada yang berbunga. A. pintoi

berbunga lagi pada minggu ke dua setelah penanaman dan C. mucunoides

berbunga pada minggu ke delapan sedangkan C. pubescens belum berbunga sampai dilakukannya pemanenan. Dari ketiga jenis legum tersebut, C. pubescens

menunjukkan laju pertumbuhan yang paling rendah pada bagian tajuk dan akar tanaman. Tetapi C. pubescens memiliki bintil akar yang lebih banyak dibandingkan C. mucunoides, sedangkan pada A. pintoi tidak terjadi pembentukan bintil akar. Dari bintil akar tersebut terdapat beberapa bintil yang aktif ditandai dengan warna merah muda jika bintil di-belah.

Setelah dua minggu ditanam, terdapat hama yang mengganggu ketiga legum seperti ulat, belalang, semut, laba-laba dan lainnya, sehingga daun tanaman berlubang. Pemberantasan hama dilakukan dengan cara manual yaitu membuang hama secara langsung yang menempel pada daun.

4.2 Jumlah Daun, Berat Kering Tajuk dan Berat Kering Akar pada Legum C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi

Pengaruh pemberian nitrogen dan fosfor terhadap jumlah daun, berat kering tajuk dan berat kering akar pada C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi pada masing-masing perlakuan selama penelitian, dapat dilihat pada Tabel 1.

(29)

Tabel 1. Rataan Jumlah Helai Daun, berat kering tajuk dan berat kering akar pada

C. mucunoides, C. pubesces dan A. Pintoi Jenis Legum Jenis

Pupuk C. mucunoides C. pubescens A. pintoi Rata-rata Jumlah Daun (helai)

N 362,33c 441,50b 1422,67a 742,17

P 336,83c 471,50b 1640,67a 816,33

N+P 358,83c 447,67b 1564,33a 790,28

Rata-rata 352,67c 453,56b 1542,56a

Berat Kering Tajuk (g BK)

N 32,12 27,32 26,87 28,77c

P 28,61 26,66 26,27 27,18b

N+P 31,68 30,20 31,25 31,04a

Rata-rata 30,80a 28,06b 28,13b

Berat Kering Akar (g BK)

N 20,94 6,66 9,44 37,03

P 12,07 6,07 7,42 25,56

NP 24,56 8,86 9,29 42,71

Rata-+rata 57,56a 21,59c 26,14b

Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

4.2.1 Jumlah Daun (Helai)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis legum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter jumlah helai daun. Hasil Uji Kontras menunjukkan bahwa jumlah helai daun A. pintoi berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan C. mucunoides dan C. pubescens, tetapi C. mucunoides berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan C. pubescens. Tabel 1 menunjukkan bahwa A. pintoi

mempunyai jumlah helai daun yang banyak dibandingkan dengan jenis legum lainnya. Namun demikian, dari ukuran per helai daun A. pintoi mempunyai ukuran daun yang lebih kecil dibandingkan C. mucunoides dan C. pubescens. Namun, setiap jenis legum mempunyai ukuran gram berat daun yang berbeda. Satu gram daun pada C. mucunoides terdiri atas 3 helai daun, C. pubescens terdiri atas 8 helai daun dan A. pintoi terdiri atas 20 helai daun.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah helai daun. Hal ini berkaitan erat dengan ketersediaan N dan P di dalam tanah, sehingga pemberian pupuk tidak

(30)

mempengaruhi pertumbuhan jumlah helai daun. Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa interaksi antara legum dengan pemupukan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah helai daun. Berdasarkan Uji Kontras A. pintoi

yang diberi pupuk N, P dan N+P berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan C. mucunoides dan C. pubescens. Hal ini terlihat bahwa A. pintoi

menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan C. pubescens dan C. mucunoides. Dari ketiga perlakuan pemupukan, A. pintoi lebih respon terhadap pupuk P. Hal ini diduga bahwa P berperan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang nantinya dapat diubah menjadi energi. Energi dibutuhkan untuk mendukung kerja unsur N dalam pembentukan sel dan pertumbuhan vegetatif salah satunya untuk pertumbuhan tunas sehingga dapat meningkatkan jumlah daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995) hasil proses fotosintesis digunakan untuk membentuk sel, jaringan dan organ tubuh tanaman seperti daun. Fungsi pupuk P juga berkaitan dengan ketegaran daun tanaman, Fosfor dapat memperkuat daun agar tidak gugur. Hal ini sesuai dengan pendapat Mengel at.al. (2001) yang menyatakan bahwa daun dari tanaman yang kekurangan unsur hara P akan berubah warna menjadi kecoklatan dan dapat gugur lebih awal. Sutedjo (2002) menyatakan bahwa fungsi P dalam tanaman yaitu dapat mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa serta mempercepat pembungaan.

4.2.2 Berat Kering Tajuk

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis legum yang digunakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering tajuk. Hasil Uji Kontras menunjukkan bahwa berat kering tajuk C. mucunoides nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan C. pubescens dan A. pintoi. Perlakuan jenis legum mempengaruhi produksi berat kering tajuk tanaman. Hal ini diduga bahwa produksi berat kering tajuk yang tinggi didukung oleh proses fotosintesis yang terjadi di daun. C. mucunoides mempunyai ukuran per daun yang lebih besar dan lebih berat sehingga berpotensi terjadinya proses fotosintesis untuk akumulasi produksi bagian atas tanaman. Hal ini didukung penelitian Dianita dan Abdullah (2011)

(31)

kering tajuk. Panjang tanaman dan jumlah daun sumber potensial bagi fotosintesis tanaman. Semakin banyak daun maka semakin luas area untuk fotosintesis. Pertumbuhan tajuk yang tinggi ditunjang dengan pertumbuhan akar yang baik. Allaby (2004) menyatakan bahwa tanaman yang proposi tajuknya lebih tinggi dapat mengumpulkan lebih banyak cahaya energi, sedangkan tanaman yang proporsi akarnya lebih banyak lebih efektif berkompetisi untuk unsur hara tanah.

Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk yang digunakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering tajuk. Hasil Uji Kontras menunjukkan bahwa pupuk N+P berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan pupuk P dan pupuk N. Interaksi antara jenis legum dengan pemupukan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap berat kering tajuk. Pemberian pupuk N+P menyebabkan peningkatan rataan C. mucunoides dibandingkan dengan legum yang diberi perlakuan pupuk N atau P saja. Hal ini diduga karena lengkapnya kandungan unsur hara sehingga kebutuhan tanaman tercukupi untuk pertumbuhan tajuk. Penambahan pupuk N pada legum membantu untuk pertumbuhan tunas dan daun. Hal ini sesuai pendapat Wahyudi (2010) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat berperan pada pertumbuhan daun, sehingga daun tanaman menjadi lebih lebar, berwarna lebih hijau dan lebih berkualitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Fanindi et.al. (2009) yang menyatakan bahwa pembentukan tunas suatu tanaman dipengaruhi oleh unsur nitrogen. Novizan (2002) unsur N mempunyai kegunaan bagi tanaman antara lain membuat tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (Chlorophyl) yang mempunyai peranan dalam proses fotosintesis. Sedangkan unsur P pada legum dapat membantu dalam pembentukan akar. Hal ini sesuai pendapat Rover (2009) yang menyatakan bahwa P berfungsi untuk pembentukan protein serta merangsang pertumbuhan akar sehingga menyebabkan pertumbuhan daun tanaman yang baik dan dapat meningkatkan bobot bahan hijauan pada saat panen. Roesmarkam (2002) juga menyatakan untuk pertumbuhan yang optimal selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain.

(32)

4.2.3 Berat Kering Akar

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan legum yang digunakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering akar. Hasil Uji Kontras menunjukkan bahwa berat kering akar C. mucunoides nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan A. pintoi dan C. pubescens, tetapi legum A. pintoi

berbeda tidak nyata dengan C. pubescens (P>0,05). Perlakuan jenis legum mempengaruhi produksi berat kering akar tanaman, C. mucunoides mempunyai berat kering akar yang lebih tinggi dibandingkan A. pintoi dan C. pubescens. Hal ini diduga karena C. mucunoides mempunyai akar yang paling banyak dibandingkan akar yang lain. Selain itu, pertumbuhan struktur akar yang tinggi juga ditunjang oleh pertumbuhan tajuk yang baik. C. mucunoides memiliki berat kering tajuk yang tinggi. Pada proses fotosintesis yang terjadi di daun menghasilkan cadangan makanan berupa karbohidrat yang terletak pada akar tanaman legum sehingga dapat menambah bobot akar tersebut.Marschner (1999) menyatakan bahwa proses fotosintesis terjadi di daun dan ekspor gula (energi) akan di akumulasikan pada bagian tanaman seperti batang dan akar. Khamis et.al.

(1999) menyatakan bahwa peningkatan karbohidrat yang ditandai dengan penimbunan sukrosa di akar dapat menurunkan rasio berat kering tajuk/akar.

Gambar 2. Akar C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi

(pada akhir penelitian)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan serta interaksi antara legum dan pupuk berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap berat kering akar. Hal ini berkaitan erat dengan ketersediaan N dan P di dalam tanah,

(33)

tidak bergantung pada pemupukan, karena dapat tercukupi dengan unsur yang tersedia dalam tanah.

(34)

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan legum yang paling baik adalah jenis C. mucunoides yang ditandai dengan berat kering tajuk dan berat kering akar yang tinggi. Pemupukan yang terbaik untuk pertumbuhan ketiga jenis legum tersebut adalah dengan pemberian kombinasi pupuk N+P ditandai dengan berat kering tajuk dan akar yang tinggi. A. pintoi dan interaksinya dengan pupuk P mempunyai jumlah helai daun yang paling banyak dibandingkan dengan jenis legum yang lain.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agus C., S. Kita., H. Toda., O. Karyanto dan K. Hariba. 2000. Legume Cover Crops as a Soil Amendment in Short Rota Plantation of Tropical Forest. Agus, F. dan Rujiter. 2004. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Tanaman. Agro

Foresty Center.

Allaby M. 2004. A Dictionary of Ecology. Oxford University Press Inc, New York.

Aksi Agraris Kanisius. 2000. Kedelai Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Amaliah, L. 2014. Analisis Bangkitan Debu Jatuh Udara Ambien dari 5 Jenis

Tanah Utama di Pulau Jawa. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Aulia, H. 2011. Laju Penutupan Tanah Oleh Pertumbuhan Mucuna bracteata DC. Dan Cetrosema Pubescens Benth pada Ex-Borrow Pit Jabung Timur Jambi. Tesis. hlm. 43-44

Balai Penelitian Tanah. 2004. Kacang Hias (Arachis pintoi) pada Usaha Tani Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Budhie. 2010. Aplikasi Urin Kambing Peranakan Etawa dan Nasa Sebagai Pupuk

Organik Cair untuk Pemacu Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakan Legum Indigofera sp. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dhalika, T., Mansyur., H.K Mustafa dan H. Supratman. 2006. Imbangan Rumput Afrika (Cynodon Plectostachyus) dan Leguminosa Sentro (Centrosema Pubescans) dalam Sistem Pastura Campuran terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan. Jurnal Ilmu Ternak. 6(2):166-167.

Dianita, R., L. Abdullah. 2011. Effect of Nitrogen Fertilizer on Growth Characteristics and Productivity of Creeping Forage Plants for Tree-Pasture Integrated System. Jurnal of Agricultural Science and Technology A 1. 1118-1121.

Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1986. Tanaman Pupuk Hijau dan Tanaman Pionir untuk Konservasi Tanah. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta.

Evisal, R. (2003). Pembibitan dan penanaman Arachis pintoi sebagai penutup tanah di perkebunan. Jurnal Agrotropika, 8, 1-5.

Fairhurst, T., C. Witt, R. Buresh, & A. Dobermann. 2007. Padi, Panduan Praktis Pengelolaan Hara. Diterjemahkan oleh A. Widjono, IRRI.

(36)

Fanindi, A. dan B.R. Prawiradiputra. 2003. Karakteristik dan Pemanfaatan Kalopo (Calopogonium. Sp.). Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Fanindi, A. Yohaeni S. Sutedi E. dan Oyo. 2009. Produksi Hijauan dan Biji Legiuminosa Arachis pintoi Pada Berbagai Dosis Pemupukan. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Fanindi, A. B.R Prawiradiputra dan L. Abdullah. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Produksi Hijauan dan Benih Kalopo (Calopogonium mucunoides). Institut Pertanian Bogor. hlm. 208 – 2010.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah Cetakan Kelima. Akademika Presindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah Edisi Pertama. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Hartutik, Soebarinoto, Ratnawaty S. 2012. Evaluation of Legume Herbs Nutritive Value as a Ruminant Feed and Nitrogen Supply on Soil in West Timor, Indonesia. J Agric. Res. 25 (4) : 323-331.

Hasanudin, B., Gonggo M. Dan Y. Indriyani. 2006. Peran Pupuk N dan P Terhadap Serapan N, Efisisensi N dan Hasil Tanaman Jahe Di Bawah Tegakan Tanaman Karet. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 8(1). Heldt, HW. dan Heldt, F. 2005. Plant Biochemistry. Elsevier. Amsterdam.

Indria, A. T. 2005. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian Macam Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L). Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Istiana, Heri. 2007. Cara Aplikasi Pupuk Nitrogen dan Pengaruhnya pada Tanaman Tembakau Madura. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 12 No. 2, 2007.

Khamis, S., Chaillou, S. and Lamaze, T. 1990. CO2 assimilation and partitioning

of carbon in maize plants derived of orthophospat E. J. Exp. Bot 41. 1619-1625.

Kartasapoetra, A. G. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Edisi Revisi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

(37)

Kartika, J.G., M.R. Reyes, dan A.D. Susila. 2009. Review of Literature on Perennial Peanut (Arachis pintoi) as Potential Cover Crop in the Tropics. Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah (ed. By Susila et al.). Perhimpunan Hortikultura Indonesia. Bogor. hal 391-399.

Kasno, A. 2002. Pengaruh Nisbah K/ Ca dalam Larutan Tanah terhadap Dinamika Hara K pada Tanah Ultisol dan Vertisol Lahan Kering. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Kuswadi, 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.

Lakitan, Benyamin. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi Penebar Swadaya. Jakarta.

Lukiwati, D. R. 1993. Peningkatan Produksi dan Nilai Nutrisi Leu Pakan dengan Pemupukan Batuan Fosfat dan Inokulan Mikoriza Vesikular – Arbuskular. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor (Disertasi)

Lukiwati, D.R dan Waluyanti R. 2001. Response of maize to the residual effect of phosphorus fertilization in Latosolic soil. Collection of Summaries, 37 th Croatian Symposium on Agriculture with an International Participation. Opatija-Croatia.

Lukiwati, D.R dan Simanungkalit R. 2002. Dry matter yield, N and P uptake with

Glomus manihotisand Bradyrhizobium japonicum. Abstract, Vol.II Symposium 17. Paper no.17 th. The 17 Th World Congress of Soil Science. Bangkok-Thailand.

Maharani, P. S, 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk Kimia terhadap Kemelimpahan Bakteri Rhizobium sp dan Azobacter sp serta Pertumbuhan Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L). Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Marschner, H. 1999. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2nd Ed. United Kingdom:

Academic Press.

Marsono, P.S. 2002. Pupuk Akar Jenis Dan Aplikasinya. Penebar Swadaya.

Mengel, K, Kirkby. EA, Kosegarten. H, dan Apple T. 2001. Principles of Plant Nutrition. Kluwer Academic Publishers. Netherlands.

(38)

Mensah, JK, Akomeah PA, Eifediyi EK. (2007). Soil fertility regeneration of impoverished Ultisol o f EdoState using Gliricidia sepium Jacq Walp. J Agonomy. 6:593-59.

Ningsih, D. P. 2009. Korelasi Kalium Tanah Ultisol dan Oksisol dengan Respons Tanaman Jagung. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Novizan. 2002. Pupuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia. Jakarta.

Nurhasanah. 2000. Evaluasi Tindakan Rehabilitasi Tanah Pada Ultisol yang Mengalami Degradasi. Institut Pertanian Bogor. Hal : 21-22.

Nworgu, FC, Fasogbon FO. 2007. Centrosema (Centrosema pubescens) leaf meal as protein supplement for puller chicks and growing pullets. Inter J of Poul Sci 6(4):225-260.

Pratiwi, R. S. 2008. Uji Efektivitas Pupuk Anorganik pada Sawi (Brasiica juncea

L.). Skiripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prawiradiputra, B. R., Sutedi, E., Sugimin dan Achmad, F, 2012. Hijauan Pakan Ternak untuk Lahan Sub-Optimal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Sosial. Cetakan 2012. IAARD Press. Jakarta. Purba, A. dan S. Rahutomo. 2002. Introduksi kacangan penutup tanah alternatif

Arachis pintoi pada areal kelapa sawit belum menghasilkan. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 8, 63-67.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia skala 1 : 1000000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Putri, U. N. 2011. Pengaruh Aplikasi Soil-Sement terhadap Pertumbuhan Vegetatif Lima Spesies Legum Penutup Tanah (LCC). Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Reksohadiprodjo. 1985. Produksi tanaman hijauan makanan ternak tropik. Cetakan Revisi. BPFE. Yogyakarta.

Rukmana, H.R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisus. Yogyakarta.

Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

(39)

Pakcoy (Brasicca chinensis L.). Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Rover. 2009. Pemberian Campuran Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik pada Tanah Ultisol untuk Tanman Padi Gogo (Oryza sativa. L). Tesis. hlm. 35-36.

Safitri. 2008. Pemberian Mikroorganisme dan Asam Humik pada Tanah Latosol dan Tailing untuk Memperbaiki Pertumbuhan dan Produksi Centrosema pubescens Benth. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Salibury, F. B. Dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Terjemahan : Diah R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung

Santoso. 2000. Adaptasi Fisiologi Tanaman Padi Gogo terhadap Naungan: Laju Pertukaran karbon, Respirasi dan Konduktansi Stomata. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Steel, R.G.D and Torrie, J.H. 1987. Principles And Procedures Of Statistics. A Biometrical Aqqroach. International Student Edition.

Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Sulaeman., Eviati., Atikah dan Adiningsih J.S. 2000. Hubungan Kuantitas dan Intensitas K untuk Menunda Kemampuan Tanah dalam Penyediaan Hara K. Lapiran Akhir. Bagian Proyek Penelitian Pendayagunaan Sumber Daya Lahan. Puslittanak Bogor

Supriono. 2000. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro. Agrosains 2(2) :45. Sumarsono. 2002. Ketahanan sentro (Centrosema pubesncens Benth) dalam

Pertanaman Campuran dengan Setaria (Setaria splendida Stapf) yang Menerima Pupuk Fosfat dan Beda Interval Defoliasi. J. Trop. Anim. Dev. 27 (2). 76-81.

Sunu, P. dan Wartoyo. 2006. Dasar Hortikultura. UNS Press. Surakarta.

Susanti., E.D Purbajanti dan Sutarno. 2012. Pertumbuhan Hijauan Kacang Pintoi (Arachis pintoi) pada Berbagai Panjang Stek dan Dosis Pupuk Organik Cair Periode Pemotongan Kedua. Animal Agriculture Journal. (1)1: 727-728.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Sutedi, E. Sajimin, dan B.P. Prawiradiputra. 2005. Agronomi dan Pemanfaatan

(40)

Sutedi, E., B. Risdiono, and S. Yuhaneni. 2005. Karakterisasi leguminosa centrosema. Prosiding seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner. Balai Penelitian Ternak Bogor. Vol 2: 886-889

Tjahjadi. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta

Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agromedia Pustaka. Jakarta Siahaan, Y.K. 2016. Studi Korelasi P Tanah pada Bawang Merah di Tanah Ultisol

Cipanas Lebak. Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. IPB.

(41)

LAMPIRAN Lampiran 1. Denah Penelitian

L2P3.3 L1P2.3 L1P3.2 L2P3.2 L2P1.3 L2P1.1 L1P1.3 L2P2.2 L2P2.1 L3P1.2 L3P1.1 L3P2.2 L3P2.3 L1P2.1 L1P1.1 L1P3.1 L1P3.3 L1P1.2 L2P1.2 L3P3.1 L1P2.2 L2P2.3 L3P1.3 L3P3.2 L3P3.3 L2P3.1 L3P2.1

Lampiran 2. Analisis Tanah

PH (1 : 1) H2O P tersedia (ppm) P. HCL 25% (ppm) N (%) Ca Mg K (Me/100g) KTK (Me/100g) 4,80 3,5 34,6 0,08 0,39 0,24 0,10 4,90 Sumber : Dianita (2012)

Lampiran 3. Perhitungan Pemakaian Pupuk Berdasarkan Berat Tanah

Pupuk Urea = 300 kg/ha Pupuk TSP = 200 kg/ha Berat Tanah = 8 kg

Nitrogen = 8 kg x 300 kg Fosfor = 8 kg x 200 kg

2.000.000 kg 2.000.000 kg

= 1,2 gr/polybag = 0,8 gr/polybag

Kesetaraan = Pupuk urea, 100 kg Urea = 45% N 100 kg Urea = 45 kg N Jadi, 300 x 45 = 135 kg N 100 = Pupuk TSP, 100 kg TSP = 46% P2O5 100 kg TSP = 46 kg P2O5 Jadi, 200 x 46 = 92 kg P2O5 100

Jumlah P dalam 92 P2O5

(42)

= 2 x 31 x 92 kg (2 x 31) + (5 x 16)

= 40,2 kg P Sumber : Hardjowigeno, 1987

Lampiran 4. Perhitungan Pengapuran

pH tanah : 4,5 pH yang diinginkan : 6 Kebutuhan Kapur : 6 – 4,5 = 1,5 x 2000 kg = 3000 kg/ha = 3000 x 8 kg 2000 = 12 gr

Sumber : Buku Pengapuran Tanah Pertanian Karya Kuswadi, 1993 (metode Aldd)

Lampiran 5. Pengukuran Kebutuhan Air (Penyiraman)

Polybag 1 = BTB = 10,930 gr BTK = 10,180 gr BTB – BTK = 750 gr Polybag 2 = BTB = 10,815 gr BTK = 10,215 gr BTB – BTK = 600 gr Rata-rata = 680 ml/hari Sumber : Hardjowigeno, 1987

(43)

Lampiran 6. Analisi Ragam dari Data Jumlah Daun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

Ulangan Perlakuan 1 2 3 Jumlah Rata-Rata P1 378,5 350 358,5 1087 362,33 P2 335 325,5 350 1010,5 336,83 L1 P3 354 382,5 340 1076,5 358,83 Jumlah 1067,5 1058 1048,5 3174 1058,00 P1 409,5 406 509 1324,5 441,50 P2 474 496 444,5 1414,5 471,50 L2 P3 463,5 449 430 1343 447,67 Jumlah 1347 1351,5 1385,5 4082 1360,67 P1 1447,5 1491 1329,5 4268 1422,67 P2 1691 1513,5 1717,5 4922 1640,67 L3 P3 1641,5 1614 1437,5 4693 1564,33 Jumlah 4780 4618,5 4484,5 13883 4627,67 Faktor Koreksi (FK) = 16550271 JK Total = 7985374,35 JK Perlakuan (JKP) = 7911878,2 JK Legum (JKL) = 7835805,4 JK Pupuk (JKV) = 25482,8 JK Interaksi (JK L x V) = 50589,98 JK Galat = 73496,17

Daftar sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun

F tabel SK db JK KT F Hit F 5% F 1% Perlakuan 8 7911878,2 988984,77 242,21 ** 2,51 3,71 L 2 7835805,4 3917903 959,54 ** 3,55 6,01 V 2 25482,8 12741,4 3,21 tn 3,55 6,01 LV 4 50589,98 12647,5 3,10 * 2,93 4,58 Galat 18 73496,17 4083,12 Total 26 7985374,35 307129,78

Keterangan : ** ) Sangat berpengaruh nyata (P<0,01) tn ) Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

(44)

Uji Kontras F tabel Perlakuan db JK KT F Hit F 5% F 1% Perlakuan 8 74019543,44 925244,93 2266,02 ** 2,51 3,71 L 2 7835805,4 3917903 959,54 ** 3,55 6,01 L1 vs L2 & L3 1 1464545,35 1464545,35 358,68 ** 4,4 8,29 L2 vs L3 1 5336644,5 5336644,5 1307** 4,4 8,29 V 2 25482,8 12741,4 3,12 tn 3,55 6,01 LV 4 50589,98 12647,5 3,10 * 2,93 4,58 L3 (N,P,NP) vs lain 1 21905156 21905156 5364,8 ** 4,4 8,29 L2 (N,P,NP) vs L2 (N,P,NP) 1 5336644,5 5336644,5 1307,60 ** 4,4 8,29 L1 (N,P,NP) vs L1 (N,P,NP) 1 6371260,06 6371260,06 1560,39 ** 4,4 8,29 L2 (N,P,NP) vs L1 (N,P,NP) 1 45803,56 45803,56 11,18 ** 4,4 8,29 Galat 18 73496,17 4083,12

Keterangan : ** ) Sangat berpengaruh nyata (P<0,01) tn ) Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

Lampiran 7. Analisi Ragam dari Data Berat Kering Tajuk berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

Ulangan Perlakuan 1 2 3 Jumlah Rata-Rata P1 32,63 31,81 31,91 96,35 32,12 P2 29,1 28,29 28,44 85,83 28,61 L1 P3 29,2 35,46 30,38 95,04 31,68 Jumlah 90,93 95,56 90,73 277,22 92,41 P1 23,7 26,92 31,35 81,97 27,32 P2 28,24 24,98 26,75 79,98 26,66 L2 P3 28,24 30,05 31,72 90,61 30,20 Jumlah 80,78 81,95 89,83 252,56 84,19 P1 26,82 26,91 26,88 80,6 26,87 P2 25,24 27.50 26,09 78,82 26,27 L3 P3 31,19 30,77 31,79 93,75 31,25 Jumlah 83,24 85,17 84,76 253,17 84,39

(45)

JK Perlakuan (JKP) = 131,49

JK Legum (JKL) = 43,96

JK Pupuk (JKV) = 67,87

JK Interaksi (JK L x V) = 19,66

JK Galat = 65,58

Daftar sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap berat kering tajuk

F tabel Perlakuan db JK KT F Hit F 5% F 1% Perlakuan 8 131,49 16,44 4,51 ** 2,51 3,71 L 2 43,96 21,98 6,03 ** 3,55 6,01 V 2 67,87 33,94 9,31 ** 3,55 6,01 LV 4 19,66 4,92 1,35 tn 2,93 4,58 Galat 18 65,58 3,64 Total 26 197,07 7,58

Keterangan : ** ) Sangat berpengaruh nyata (P<0,01) tn ) Tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Uji Kontras F tabel Perlakuan db JK KT F Hit F 5% F 1% Perlakuan 8 131,44 925244,93 2266,02 ** 2,51 3,71 L 2 43,93 3917903 959,54 ** 3,55 6,01 L1 vs L2 & L3 1 43,91 43,91 358,68 ** 4,4 8,29 L2 vs L3 1 0,02 0,02 0,0058tn 4,4 8,29 V 2 67,86 33,93 9,38 ** 3,55 6,01 N vs NP 1 23,3 23,3 6,44 ** 4,4 8,29 P vs NP 1 67,15 67,15 18,56 ** 4,4 8,29 Galat 18 65,13 3,62

Keterangan : ** ) Sangat berpengaruh nyata (P<0,01) tn ) Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

(46)

Lampiran 8. Analisi Ragam dari Data Berat Kering Akar berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

Ulangan Perlakuan 1 2 3 Jumlah Rata-Rata P1 26,83 24,76 11,22 62,81 20,94 P2 15,04 5,95 15,21 36,2 12,07 L1 P3 15,92 27,54 30,21 73,68 24,56 Jumlah 57,79 58,25 56,65 172,69 57,56 P1 6,17 5,83 7,97 19,97 6,66 P2 9,1 3,83 5,3 18,22 6,07 L2 P3 7,36 7,29 11,93 26,59 8,86 Jumlah 22,63 16,95 25,2 64,78 21,59 P1 6,36 15,37 6,58 28,31 9,44 P2 5,68 9,95 6,63 22,25 7,42 L3 P3 7,98 9,06 10,82 27,86 9,29 Jumlah 20,02 34,38 34,38 78,42 26,14 Faktor Koreksi (FK) = 3695,80 JK Total = 1449,32 JK Perlakuan (JKP) = 1033,83 JK Legum (JKL) = 767,31 JK Pupuk (JKV) = 151,57 JK Interaksi (JK L x V) = 114,94 JK Galat = 415,49

Daftar sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap berat kering akar

F tabel Perlakuan db JK KT F Hit F 5% F 1% Perlakuan 8 1033,83 129,23 5,60 ** 2,51 3,71 L 2 767,31 383,66 16,62 ** 3,55 6,01 V 2 151,57 75,79 3,28 tn 3,55 6,01 LV 4 114,94 28,74 1,24 tn 2,93 4,58 Galat 18 415,49 23,08 Total 26 1449,32 55,74

(47)

Uji Kontras F tabel Perlakuan db JK KT F Hit F 5% F 1% Perlakuan 8 1033,83 129,23 5,60 ** 2,51 3,71 L 2 767,31 383,66 16,62 ** 3,55 6,01 L1 vs L2 & L3 1 756,86 756,86 32,93 ** 4,4 8,29 L2 vs L3 1 10,34 10,34 0,45tn 4,4 8,29 Galat 18 415,49 23,08

Keterangan : ** ) Sangat berpengaruh nyata (P<0,01) tn ) Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi  (pada akhir penelitian)
Tabel 1.  Rataan Jumlah Helai Daun, berat kering tajuk dan berat kering akar pada  C. mucunoides, C
Gambar 2. Akar C. mucunoides, C. pubescens dan A. pintoi  (pada akhir penelitian)

Referensi

Dokumen terkait

69 Dalam pengamatan penulis, penulis sendiri melihat alumni- alumni sekolah tersebut telah banyak membantu dakwah di Mukah. Selain daripada itu, sebuah lagi sekolah yang

Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi perawatan

Hipotesis yang diajukan (1) reputasi auditor berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor, (2) auditor client tenure berpengaruh terhadap

Skripsi ini bertujuan untuk meneliti ekuitas merek dari Ramayana Palmerah, menilai sikap dan perilaku dari konsumen Ramayana Palmerah, dan pada akhirnya dapat mengetahui

Tanggal Jam Ruang Dosen Mata Kuliah (Nama / Kurikulum).

Meningkatnya jumlah dan mutu pengabdian kepada masyarakat baik dalam pendidikan maupun pelayanan kepada masyarakat di bidang kedokteran dan kesehatan, khususnya

Untuk mengatasi hal diatas dilakukan pengolahan data menggunakan Basic Seven Tools, dengan hasil untuk Stratafikasi dan Pareto, paper stuck adalah cacat utama pada tahapan

Bagan Kerangka Konseptual Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikanhasil belajar TIK siswa dengan Strategi Active Learning Tipe Index Card Match lebih baik dari